KIMIA FISIKA I
Penyusun :
TIM KIMIA FISIKA I
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG
2017
1|Jurusan Kimia
1|Jurusan Kimia
KATA PENGANTAR
Tim Penulis
1|Jurusan Kimia
DAFTAR ISI
PERCOBAAN 1
2|Jurusan Kimia
PENGUKURAN VISCOSITAS UNTUK MENENTUKAN JARI-JARI
MOLEKUL
TUJUAN PERCOBAAN:
1. Menggunakan pengukuran viskositas untuk menentukan jari-jari molekul
2. Mengenal dan melatih menggunakan viskosimeter Ostwald
DASAR TEORI
Terjadi suatu resistansi jika satu bagian dari cairan bergerak melalui
bagian cairan yang lain. Koefisien viskositas adalah ukuran dari gesekan internal
atau tahanan aliran ini. Makin kental suatu cairan, makin besar gaya yang
dibutuhkan untuk membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu. Viskositas
dapat digunakan untuk memperoleh bobot molekul zat yang merupakan fasa
dispersi. Viskositas juga memberikan informasi tentang bentuk molekul dalam
larutan.
η = ηo (1 + 2.5 Ø)
R = jari-jari partikel
C = konsentrasi sistem dispersi
3|Jurusan Kimia
η maupun ηo dapat ditentukan dengan menggunakan viskosimeter.
Viskositas dari suatu cairan biasanya diukur dengan mengamati laju alir
dari suatu cairan melalui suatu tabung kapiler. Untuk penentuan viskositas secara
akurat, harus dijaga adanya suatu aliran tetap parallel terhadap sumbu tabung,
dan lajunya tidak boleh melebihi nilai tertentu yang nilainya tergantung pada
viskositas cairan dan jari-jari tabung.
Hukum yang menggambarkan aliran viscous cairan melalui tabung
semacam ini pertama kali diberikan oleh Poiseuille. Hukum ini memberikan
hubungan antara koefisien viskositas, η, volume cairan v yang mengalir melalui
seluruh penampang lintang tabung dalam waktu t, tekanan p, dan jari-jari r dan
panjang tabung l. Hukum ini dieksperesikan sebagai berikut:
pr 4
t (1)
8vl
Penurunan persamaan ini tergantung kepada prinsip-prinsip sederhana namun
berdaya guna. Dalam viskosimeter, cairan mengalir seiring bergeraknya silinder
koaksial. Sejalan dengan dilakukannya percobaan ini dalam arah aliran kebawah,
yang dikarenakan oleh gaya grafitasi, dia berlawanan dengan gaya gesek
internal. Pada “keadaan tetap”, kedua gaya ini sama, dan hanya perlu untuk
menyediakan deskripsi matematik yang sesuai dari masing-masing gaya untuk
dapat menjadi ekspresi seperti dalam pers. (1).
Penentuan secara ekperimen viskositas absolut dari suatu cairan sangat
sulit dilakukan, tetapi pengukuran viskositas relatif, rasio viskositas cairan
terhadap suatu cairan standar, misalnya air, dapat ditentukan secara sederhana
dan mencukupi untuk banyak keperluan. Jika perlu, viskositas absolut dapat
dihitung dari pengetahuan tentang viskositas absolut dari suatu cairan referen.
Dalam viskosimeter sederhana, Tekanan yang mendorong suatu cairan
dengan viskositas η1 melalui kapiler bergantung kepada selisih dari ketinggian
cairan h, densitas d1, dan percepatan gravitasi,g, dan diberikan oleh ekspresi
hgd1. Jika secara eksak, sejumlah volume yang sama dari cairan kedua dengan
viskositas η2 dimasukkan ke dalam tabung, tekanan yang mendorong cairan ini
melalui tabung kapiler tersebut adalah sama dengan hgd2, dimanan d2 adalah
densitas cairan kedua. Dengan pers. (1), viskositas berbanding lurus terhadap
tekanan dan waktu efflux untuk volume yang sama. Karena itu,
4|Jurusan Kimia
1 dt
11 (2)
2 d 2t 2
ALAT:
1. Viscosimeter Ostwald 2. Botol semprot
3. Stop watch 4. Bola hisap
5. Beaker glass 100 ml 6. Pipet tetes
7. Pipet volume 5 mL 8. Piknometer 25 ml
BAHAN:
1. Aquades
2. Larutan Gliserol 0,25 M, 0,50 M, 0,75 M, 1,00 M
3. Aseton
CARA KERJA:
MENENTUKAN DENSITAS SAMPEL
1. Cuci piknometer dengan menggunakan aseton sampai benar-benar bersih,
kemudian keringkan dengan alat pengering, dan timbang piknometer
kosong.
2. Masukkan zat yang akan ditentukan densitasnya ke dalam piknometer
sampai penuh.
3. Tutup piknometer, dan bersihkan tumpahan cairan menggunakan tissu
4. Timbang piknometer yang berisi cairan, hitung berat cairan (berat
piknometer berisi – berat piknometer kosong)
5. Hitung densitas cairan: d = berat/volume
5|Jurusan Kimia
MENENTUKAN VISKOSITAS:
1. Bersihkan viskosimeter Ostwald dengan aseton sampai benar-benar bersih
dan kemudian keringkan dengan bantuan alat pengering.
2. Masukkan 5 mL aquades dengan menggunakan pipet volume
3. Pengukuran:
a. Cairan dihisap sampai berada di atas tanda atas viskosimeter
b. Biarkan cairan turun, dan catat waktu yang diperlukan untuk melewati dua
tanda pada viskosimeter.
4. Jika telah selesai, viskosimeter dicuci dengan aseton kembali dan
dikeringkan.
5. Ulangi langkah-langkah di atas untuk masing-masing konsentrasi gliserol.
6|Jurusan Kimia
DATA PENGAMATAN
PENENTUAN VISKOSITAS:
No [Gliserol] (M) t1 (dtk) t2 (dtk) t3 (dtk) trerata (dtk)
1. 0,00
2. 0,25
3. 0,50
4. 0,75
5. 1,00
7|Jurusan Kimia
PERCOBAAN 2
TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari cara penentuan dan perhitungan konstanta keseimbangan
tampak.
DASAR TEORI
Asam karboksilat dan alkohol berkombinasi untuk membentuk ester
dan air, sementara ester dihidrolisis untuk memperoleh asam karboksilat dan
alkohol melalui reaksi:
O O
|| H+, panas ||
RC-OH + H-OR’ == RC-OR’ + HOH
aA + bB == cC + dD
c d
K = [C] [D]
[A]a [B]b
Jika konsentrasi digunakan dalam perhitungan konstanta keseimbangan,
konstanta keseimbangan memiliki kesalahan disebabkan oleh kegagalan
penerapan hukum aksi massa, khususnya pada konsentrasi tinggi. Nilai konstanta
8|Jurusan Kimia
keseimbangan yang akurat diperoleh melalui penggunaan aktivitas daripada
konsentrasi analitik. Aktivitas dapat ditentukan melalui pengukuran tekanan uap
atau melalui metoda yang lain. Akan tetapi pada banyak kasus, konstanta
keseimbangan dapat dihitung dengan akurasi yang cukup baik dari pengukuran
konsentrasi.
Kadangkala keseimbangan dicapai secara sangat lambat, khususnya
pada reaksi organik, dan hal seperti ini mungkin memerlukan penaikan
temperatur atau penggunaan katalis untuk mempercepat reaksi.
Dalam percobaan ini dipelajari keseimbangan diantara etanol, asam
asetat, etil asetat dan air, reaksinya dikatalisis dengan penambahan asam klorida.
Meskipun konsentrasi zat-zat yang diberikan cukup besar untuk dapat merubah
karakter air dan mengubah nilai numerik konstanta keseimbangan, tetapi
hasilnya cukup konstan untuk konsentrasi asam klorida yang diberikan.
ALAT
Buret 50 mL
Erlenmeyer 100 ml
Pipet ukur 2 mL
Pipet ukur 5 mL
Pipet tetes
Beaker glass 100 mL
Botol semprot
Botol gelas bertutup 14 buah
BAHAN
NaOH 2 M
Phenolphthalein
Etil asetat
Asam klorida 3 M
Asam asetat glasial
Etanol absolute
Aquades
9|Jurusan Kimia
CARA KERJA
1. Preparasi asam klorida 3M dengan mengencerkan asam klorida pekat.
2. Buat campuran cairan-cairan organik dalam botol gelas 50 mL bertutup
dengan proporsi sebagai berikut (buat secara duplo):
Etil Asam
No. HCl 3M Etanol Air
asetat asetat
1. 2,5 mL - - - 2,5 mL
2. 2,5 mL 2,5 mL - - -
3. 2,5 mL 2 mL - - 0,5 mL
4. 2,5 mL 1 mL - - 1,5 mL
5. 2,5 mL 2 mL 0.5 mL - -
6. 2,5 mL 2 mL - 0,5 mL -
7. 2,5 mL - 2 mL 0,5 mL -
3. Setiap botol ditutup secara cepat dan biarkan berada pada tempat yang
hangat (tidak perlu thermostat) sekitar ± 48 jam (sebaiknya 1 minggu)
dengan sekali-kali dikocok. Penting dijaga agar tutup terpasang kuat
untuk menghindari evaporasi.
4. Timbang berat dari masing-masing volume cairan dengan cara:
a. Timbang botol kosong
b. Ambil volume cairan sesuai yang dibutuhkan dengan pipet ukur,
kemudian masukkan ke dalam botol timbang dan ditimbang
Volume cairan yang harus ditimbang:
No. Cairan Volume
1. Asam klorida 3M 2,5 mL
2. Etil asetat 1mL ,2 mL dan 2,5 mL
3. Etanol 0,5 mL dan 2 mL
4. Asam asetat 0,5 mL
5. Air 0,5 mL ; 1,5 mL dan 2,5 mL
11 | J u r u s a n K i m i a
PERHITUNGAN
1. Jumlah reaktan mula-mula
Σ mol etil Σ mol Σ mol asam
No Σ mol air
asetat etanol asetat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
12 | J u r u s a n K i m i a
4. Pada sampel no.6 dan 7, asam asetat ditambahkan ke dalam larutan asal,
dan jumlah ini harus digunakan dalam perhitungan jumlah keseimbangan
dari reaktan yang lain.
Σ mol As. asetat sampel eq. = Σ mol NaOH – Σ mol as.asetat yang
ditambahkan
= [NaOH] / (VNaOHsampel eq. – VNaOH(sampel 1)) –
WAs.asetat/MrAs.asetat
5. Untuk setiap mol asam asetat yang dihasilkan dalam reaksi ini, dihasilkan
1 mol etanol, 1 mol air dan 1 mol etil asetat hilang.
6. Jika jumlah mol dari setiap keempat material pada campuran asal dan
jumlah mol asam asetat yang dihasilkan dalam reaksi diketahui,
konstanta keseimbangan K dapat dihitung. K didefinisikan sebagai:
nCH 3COOC 2 H 5 . nH 2 O
K
nC 2 H 5OH . nCH 3COOH
Dimana n merupakan fraksi mol
7. Nilai K yang diperoleh melalui cara ini tidak sangat konstan. Nilainya
menyimpang semakin jauh jika konsentrasi reaktan dan produk
meningkat. Jadi, nilai K yang diperoleh merupakan nilai K tampak;
konstanta keseimbangan sesungguhnya dapat diperoleh dengan
menggunakan aktivitas untuk menggantikan konsentrasi.
13 | J u r u s a n K i m i a
PERCOBAAN 3
TUJUAN PERCOBAAN:
1. Mempelajari pertukaran energi antara suatu sistem dengan lingkungannya,
pada saat sistem mengalami perubahan
2. Mengukur perubahan entalpi netralisasi NaOH
DASAR TEORI
Untuk proses-proses kimia pada tekanan konstan, dimana satu-satunya
kerja yang dilakukan adalah kerja ekspansi, panas yang diserap q p sama dengan
perubahan entalpi sistem, ΔH. Ketika dua larutan dicampurkan dan dibiarkan
bereaksi dalam kalorimeter, entalpi total tetap konstan (perubahan total entalpi
nol); tetapi data pengukuran perubahan temperatur bersama-sama dengan
pengetahuan tentang kapasitas panas dari sistem produk memungkinkan
dilakukannya perhitungan perubahan entalpi pada temperatur awal. Perubahan
total entalpi nol dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu perubahan entalpi untuk
reaksi dan untuk memanaskan larutan. Jika kenaikan temperatur adalah ΔT dan
kapasitas panas sistem final adalah Cp:
0 = ΔH + cpΔT
Karena ΔH didefinisikan sebagai panas yang diserap, dia bernilai negatif untuk
reaksi eksotermis.
Kapasitas panas Cp didefinisikan sebagai jumlah energi yang harus
ditambahkan ke sistem untuk meningkatkan suhu sebesar 1o. Kapasitas panas
adalah sifat dari sistem secara keseluruhan, dalam sistem kalorimeter, kapasitas
panas kalorimeter meliputi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu tabung
kalorimeter, termometer, pengaduk, dan apparatus yang lain sebesar 1o (nilainya
hanya dapat diperoleh melalui eksperimental).
14 | J u r u s a n K i m i a
q = CpΔT
Kapasitas panas molar pada tekanan tetap, cp didefinisikan sebagai
kapasitas panas sistem, Cp, dibagi jumlah mol senyawa, n, dalam sistem.
Sementara kapasitas panas spesifik pada tekanan konstan didefinisikan sebagai
kapasitas panas sistem dibagi per gram senyawa. Jika panas total yang
dipindahkan ke n mol pada tekanan konstan adalah qp, maka:
qp = ncpΔT
Dalam sistem terisolasi, jika terdapat dua benda dengan suhu berbeda
ditempelkan satu sama lain, energi dalam bentuk panas akan dipertukarkan
sampai mencapai suhu yang sama. jumlah panas yang diserap q 2 sama dengan
jumlah panas yang diberikan –q1.
Proses yang terjadi dalam suatu sistem kalorimeter pada tekanan konstan
sering dinyatakan dalam skema berikut:
ΔH=0 ΔH=cp(T1-T2)
ΔH=ΔHA-B+ΔHB-C
ALAT:
1. Kalorimeter
2. Gelas ukur 100 ml
3. Botol semprot
4. Termometer
5. Beaker glass 250 ml
6. Beaker glass 100 ml
7. Stopwatch
16 | J u r u s a n K i m i a
BAHAN:
1. Aquadest
2. NaOH 1,0 M
3. HCL 1,0 M
CARA KERJA:
Kalibrasi Kalorimeter
1. Timbang beaker gelas 250 ml kosong, masukkan 75 mL aquades dingin
(suhu kamar), timbang kembali beaker gelas berisi aquades
2. Buat lagi seperti langkah 1, kemudian aquades dipanaskan sampai suhu 45 oC,
biarkan suhu turun menjadi 40,1oC.Selanjutnya ukur suhunya pada tiap-tiap
menit (menit-ganjil : 1-9)
3. Pada saat suhu aquades panas 40,1oC, masukkan aquades dingin ke dalam
kalorimeter. Ukur suhunya pada tiap-tiap menit (menit-genap : 2-10)
4. Pada saat aquades panas mencapai pengukuran menit ke 9 masukkan ke
dalam kalorimeter. Aduk secara cepat, dan ukur suhunya pada tiap-tiap menit
berikutnya (menit ke 12-18)
Netralisasi NaOH
1. Timbang kalorimeter kosong.
2. Ambil 75 mL NaOH, masukkan dalam kalorimeter, kemudian kalorimeter
yang berisi NaOH ditimbang lagi. (Penimbangan diperlukan untuk
menghitung kapasitas panas larutan). ukur suhunya tiap-tiap menit sampai
diperoleh temperatur tetap.
3. Sejumlah volume larutan HCl yang sedikit berlebih dari yang diperlukan
untuk menetralisasi larutan NaOH (lebih dari 75 mL) dimasukkan ke dalam
erlenmeyer kedua. Ukur suhunya tiap-tiap menit sampai diperoleh temperatur
tetap.
4. larutan HCl kemudian dimasukkan ke dalam kalorimeter yang berisi larutan
NaOH, lakukan pengadukan dengan cepat. Ukur suhunya pada tiap-tiap
menit. Waktu dicatat setiap menit untuk beberapa menit sampai perubahan
temperatur menjadi semakin kecil dan akhirnya konstan.
17 | J u r u s a n K i m i a
5. Setelah eksperimen selesai, kalorimeter ditimbang kembali untuk menentukan
berat HCl yang ditambahkan.
DATA PENGAMATAN
KALIBRASI KALORIMETER
1. Air dingin: Berat Erlenmeyer dan air = ……………….
Berat Erlenmeyer kosong = ….……………
Berat air = ………………
2. Air panas : Berat Erlenmeyer dan air = ………………
Berat Erlenmeyer kosong = ………………
Berat air = ………………
Menit Menit
Tair panas (oC) Tair dingin (oC) Tair-gabungan (oC)
ke- ke-
1 11
2 12
3 13
4 14
5 15
NETRALISASI NaOH
1. NaOH 1,0 M : Berat kalorimeter + NaOH = ……………….
Berat kalorimeter = ……………….
Berat NaOH = ……………….
2. HCl 1,0 M : Berat kalorimeter + NaOH + HCl = ……………….
Berat kalorimeter + NaOH = ……………….
Berat HCl = ……………….
Menit
THCl (oC) TNaOH (oC) Menit ke- Tgabungan (oC)
ke-
1 11
2 12
3 13
4 14
5 15
18 | J u r u s a n K i m i a
PERCOBAAN 4
TUJUAN
Menentukan volume molal parsial air dan garam dalam larutan-larutan
H2O-NaCl dengan komposisi tertentu.
DASAR TEORI
Studi kuantitatif larutan telah jauh berkembang dengan
diperkenalkannya konsep kuantitas molal parsial. Suatu sifat larutan misalnya
volume campuran alcohol dan air akan berubah secara kontinu seiring dengan
berubahnya komposisi. Dahulu masih terdapat kebingungan yang besar untuk
merumuskan sifat-sifat ini sebagai fungsi komposisi. G.N Lewis dengan
menekankan penggunaan metoda kalkulus differensial eksak dan sederhana
menentukan sifat molal parsial dari salah satu komponen larutan sebagai
berikut:
Anggap G mewakili suatu sifat ekstensif dari suatu larutan biner pada
temperatur dan tekanan konstan, sehingga G akan merupakan fungsi dari 2
variabel bebas n1 dan n2 yang mengekspresikan jumlah mol dari 2 komponen
yang ada. Kemudian, sifat molal parsial komponen 1 didefinisikan oleh relasi:
G
G1
n1 n 2 ,T , P
(1a)
20 | J u r u s a n K i m i a
Øv = 1/n2 ((n1M1 + n2M2)/d – n1 υo ) (5)
Jika digunakan skala konsentrasi molal, n2=m, molalitas, dan n1 sama dengan
jumlah mol solven dalam 1000 gram solven, sehingga:
Øv = 1/m [ (1000 + mM2)/d – 1000/do]
= [1000/mddo (do-d) + M2/d] (6)
dimana do = densitas solven murni
d = densitas larutan dengan molalitas solut m dengan berat molekul M2
persamaan (6) sangat mudah digunakan untuk perhitungan aktual.
CARA KERJA
21 | J u r u s a n K i m i a
1. Buat larutan NaCl dalam air dengan variasi konsentrasi 2%, 4%, 8%, 12%,
16%. Letakkan larutan NaCl pada botol tertutup untuk menghindari
evaporasi.
2. Ambil piknometer, bilas dengan aseton dan keringkan hingga betul-betul
kering.
3. Timbang piknometer kering kosong, catat berat kosongnya.
4. Isilah piknometer dengan aquades hingga kira-kira sampai setengah leher
piknometer, letakkan pada termostat (suhu ruang) kurang lebih 5 menit
(tutup piknometer jangan dipasang dulu).
5. Seteleh didiamkan 5 menit, pasang tutup piknometer ke lehernya (tidak
perlu di tekan kuat-kuat ketika menutupnya).
6. Aquades yang keluar melimpah melalui kapiler yang terdapat pada tutup
segera dibersihkan dengan kertas tissu hingga benar-benar bersih, tapi harus
hati-hati jangan sampai kertas tissu menyerap cairan yang ada dalam kapiler.
7. Timbang piknometer tersebut dan catat berat piknometer + larutan.
8. Ulangi percobaan secara duplo.
9. Lakukan prosedur 2-8 untuk masing-masing larutan NaCl yang telah dibuat.
DATA PENGAMATAN:
Berat piknometer kosong = ……… g
Volume piknometer = ……… mL
Berat aquades + piknometer = ……… g
Berat aquades = ……… g
Densitas solven murni (do) = ……… g/mL
22 | J u r u s a n K i m i a
% berat Berat Berat Densitas larutan
NaCl piknometer+laruatan larutan (d) (g/mL)
2
4
8
12
16
PERHITUNGAN:
1. Hitung molalitas tiap-tiap larutan (n2=m) dari prosen beratnya.
2. Volume molal tampak (Øv ) tiap-tiap larutan dihitung menggunakan
persamaan 6.
3. Buat grafik hubungan antara Øv dan m1/2, akan didapatkan grais lurus
dengan metode regresi linear. Kemiringan garis dibagi dengan 2m1/2
merupakan nilai turunan parsial pada pers. (4a) dan (4b).
4. Masukkan nilai turunan parsial (persamaan 7) ke dalam pers. (4a) dan (4b),
maka akan diperoleh kuantitas volume molal parsial untuk komponen 1 dan
komponen 2 ( V2 dan V1 ).
23 | J u r u s a n K i m i a
PERCOBAAN 5
TUJUAN PERCOBAAN:
1. Menentukan tegangan permukaan cairan tunggal dan atau larutan
2. Mempelajari pengaruh jenis dan konsentrasi zat terlarut terhadap tegangan
permukaan
DASAR TEORI
Molekul pada permukaan suatu cairan ditarik ke dalam rongga cairan
karena gaya tarik dari molekul-molekul dibawahnya lebih besar daripada tarikan
oleh molekul uap yang ada pada sisi lain permukaan. Gaya resultan pada titik
tertentu permukaan yang arahnya pada bidang tegak lurus terhadap permukaan
bertindak membuat permukaan cairan sekecil mungkin. Besarnya gaya yang
bertindak tegak lurus terhadap suatu unit panjang dari suatu garis pada
permukaan tertentu ini disebut tegangan permukaan.
Pada pengukuran tegangan permukaan menggunakan metoda cincin Du
Nouy, sebuah cincin platinum iridium pada suatu oermukaan cairan disangga
oleh suatu stirrup yang terpasang pada beam timbangan torsi. Cincin diangkat
keatas dari cairan dengan menggerakkan kawat torsi, yang berarti sama dengan
memberikan sebuah gaya yang dapat diketahui dari kalibrasi alat. Untuk sistem
ideal, gaya (f) yang hanya diperlukan untuk memisahkan cincin dari cairan
adalah:
f 2.kelilingcincin
4R (1)
Penduakalian perimeter (keliling cincin) 2R berasal dari fakta bahwa di dalam
sistem terdapat dua garis batas antara cairan dan kawat, satu di bagian luar dan
satu di sisi dalam cincin. Perlakuan ini sesuai untuk cairan yang memiliki sudut
24 | J u r u s a n K i m i a
kontak nol, kondisi yang biasa ditemui, dan untuk situasi ideal dimana cincin
memegang lapis tipis cairan berbentuk silindris sebelum lapisan tersebut pecah,
kondisi yang tidak biasanya terjadi.
Sesungguhnya, bentuk dari lapisan cairan yang dipegang oleh cincin
mempengaruhi gaya yang dibutuhkan untuk memecahkannya. Bentuk lapisan ini
R3 R
adalah fungsi dari dan , dimana V adalah volume cairan yang dipegang
V r
dan r adalah jari-jari kawat. Sehingga kemudian tegangan permukaan diberikan
oleh persamaan:
nyata = terukur F
f
F (2)
4R
Dimana f = gaya maksimum yang tercatat pada skala timbangan torsi sebelum
lapisan cairan pecah.
F = faktor koreksi akibat bentuk dari lapisan cairan yang dipegang dan
dimensi cincin.
Faktor ini telah ditentukan secara eksperimental oleh Harkins dan Jordan. Dari
R3 R
sejumlah variasi ekstrim dari dan , F bervariasi antara 0,75 dan 1,02.
V r
Pada kasus umum nilai F mendekati 1.
0,01452 terukur r
F 0,7250 0,04534 1,679 (3)
C D d
2
R
Dimana:
r = jari-jari kawat
R = jari-jari cincin
C = keliling cincin
d = rapat massa fasa diatas antar muka
D = rapat massa fasa dibawah antar muka
terukur = tegangan permukaan yang diukur pada percobaan
25 | J u r u s a n K i m i a
ALAT
1. Tensiometer Du Nouy 6. Cincin platina
2. Beaker glass 250 ml 7. Piknometer 25 ml
3. Bola hisap 8. Botol semprot
4. Pipet tetes
BAHAN
1. Aseton, etanol dan akuades
2. Larutan NaCl 0,1M, 0,5M dan 1M
3. Larutan sabun 0,1%, 0,5% dan 1%
CARA KERJA
KALIBRASI ALAT:
1. Mula-mula lengan torsi dikunci sehingga tidak dapat bergerak
2. Cincin yang sudah dicelup dalam aseton dan dibakar digantung pada
ujung kail dengan pinset, hati-hati jangan sampai cincin terbentur
sehingga sehingga merubah bentuk cincin
3. gunting sepotong kertas dan pasangkan pada cincin logam agar anak
timbangan dapat diletakkan diatasnya.
4. kunci lengan torsi dilepaskan, dan posisi tangan torsi diatur dengan
sekrup kanan (terletak disebelah kanan tensiometer) sehingga garis pada
cermin dan jarum berimpit.
5. Krup dibawah skala depan diputar sehingga skala verner pada skala luar
mulai dari angka nol
6. Kunci kembali lengan torsi
7. Letakkan anak timbangan di atas kertas yang diletakkan pada cincin dan
lepaskan lengan torsi.
8. Skrup kanan diputar sampai garis dan jarum penunjuk pada cermin
berimpit, kunci lengan torsi dan catat skalanya.
9. Ketelitian alat dapat diperiksa dengan menggunakan rumus:
26 | J u r u s a n K i m i a
mg
S
2C
DATA PENGAMATAN
Keliling lingkaran luar cincin (C1) = 6,005 cm
Keliling lingkaran dalam cincin (C2) = 6 cm
d (bj udara) = 0,001134 g/mL
D = bj larutan
R1/r (jejari cincin luar/jejari kawat) = 53,7936868
R2/r (jejari cincin dalam/jejari kawat) = 53,748
g (percepatan gravitasi) = 9,8 . 102 cm/det
Berat beban (g) Gaya (dyne) KALIBRASI:
10
20
27 | J u r 50
usan Kimia
100
200
500
PENGUKURAN TEGANGAN PERMUKAAN
1. Larutan Sabun
Berat piknometer kosong = ………………. g
Volume piknometer =………………. mL
2. Larutan NaCl
Berat piknometer kosong = ………………. g
Volume piknometer = ………………. mL
28 | J u r u s a n K i m i a
PERCOBAAN 6
TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kalor pembakaran deret
normal alkohol.
DASAR TEORI
Kalor pembakaran suatu zat adalah kalor yang dibebaskan apabila suatu
zat dibakar sempurna dengan menggunakan oksigen. Dalam hal pembakaran
alkohol dengan oksigen maka akan terjadi pemecahan alcohol membentuk CO2
dan air yang disertai dengan pembebasan kalor. Besarnya kalor yang dibebaskan
dapat ditentukan, misalnya pembakaran metanol, dapat ditunjukkan oleh reaksi
berikut:
2CH3OH (l) + 3O2(g)2 CO2(g) + 4 H2O (l) + energi
ALAT
29 | J u r u s a n K i m i a
a. Beaker gelas 100 ml
b. Termometer
c. Neraca analitik
d. Bunsen spiritus
e. Kaki tiga
f. Kassa
BAHAN
a. n-propanol
b. methanol
c. etanol
d. n-butanol
CARA KERJA
a. Timbang beaker gelas 100 ml, kemudian beaker gelas diisi dengan akuades
sebanyak 50 mL pada suhu kamar dan timbang beaker yang berisi akuades,
sehingga akan diketahui massa akuades (m). Catat suhu kamar (T1) dan
massa akuades (m).
b. Timbang bunsen kosong, kemudian isilah bunsen dengan n-propanol
(sebagai standar) sebanyak 25 ml dan timbang bunsen yang berisi n-
propanol, sehingga akan diketahui massa n-propanol mula-mula (G1)
c. Nyalakan bunsen spiritus, panaskan beaker glass yang berisi akuades dan
aduk dengan termometer sampai air mendidih. Catat suhu ini (T2).
d. Padamkan bunsen, kemudian bunsen ditimbang kembali. Dari sini akan
diketahui banyaknya n-propanol yang terbakar (G2).
e. Ulangi percobaan di atas dengan mengambil alkohol yang lain, yaitu
metanol, etanol, dan n-butanol. Lakukan secara duplo
3. Cara Perhitungan
Dengan menggunakan asas Black, diperoleh:
(G/Mr) ΔHc= C.ΔT + m. cair (ΔT)
30 | J u r u s a n K i m i a
Keterangan:
- G : massa alkohol yang terbakar (G2 – G1)
- Mr : massa molekul relatif alkohol
- ΔHc : kalor pembakaran alkohol
- C : kapasitas kalor
- m : massa akuades
- cair : kalor jenis air
- ΔT : selisih suhu akuades mula-mula dengan sesudah percobaan
DataPengamatan:
Massa beaker gelas kosong :........................... gram
Massa beaker gelas + air :........................... gram
Evaluasi
a. Tuliskan reaksi masing-masing pembakaran!
b. Kapasitas kalor dapat ditentukan dari percobaan dengan larutan standar
propanol, dengan berdasarkan azas Black, yaitu sebesar .........................…
c. Nilai kalor pembakaran metanol, etanol, propanol, dan n-butanol masing-
masing dapat diketahui sebagai berikut .........................................................
31 | J u r u s a n K i m i a
d. Berdasarkan grafik kalor pembakaran terhadap massa molekul relatif dapat
disimpulkan sebagai berikut ....................................................
32 | J u r u s a n K i m i a
PERCOBAAN 7
TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan berat molekul suatu zat
dengan metode penurunan titik beku.
DASAR TEORI
Larutan membeku pada suhu yang lebih rendah dari pelarut murni.
Fenomena ini disebut sebagai penurunan titik beku. Penurunan titik beku larutan
merupakan sifat koligatif larutan yang tergantung pada sejumlah partikel terlarut
dalam larutan. Semakin tinggi konsentrasi larutan, semakin besar pula penurunan
titk bekunya.
33 | J u r u s a n K i m i a
Titik beku pelarut murni adalah konstant, tapi titik beku larutan perlahan
menurun. Penurunan ini disebabkan oleh peningkatan konsentrasi zat terlarut.
Zat terlarut dapat berupa zat non-elektrolit dan elektrolit.
Kf
R T . Ma
f
2
(1)
1000 H
Sedangkan massa molekul relatif dari zat terlarut dapat dtentukan dengan
menggunakan persamaan :
Mb
1000 K f Gb
(2)
T Ga
dengan
Ga = massa pelarut
Gb = massa zat Terlarut
m = molalitas
Ma = berat molekut pelarut
Mb = berat molekul zat terlarut
T = perubahan titik beku
I = faktor Van’t Hoff
ALAT
34 | J u r u s a n K i m i a
a. Termostat h. Botol semprot
b. Stopwatch i. Pipet tetes
c. Pengaduk j. Beaker gelas 100 ml
d. Piknometer 25 ml k. Tabung reaksi
e. Gelas ukur 25 ml l. Pipet ukur 25 ml
f. Gelas arloji m. Bola hisap
g. Termometer n. Spatula
BAHAN
a. Asam asetat glasial
b. Naftalena
c. Zat X (Natrium asetat atau NaCl)
d. Es batu
e. Garam dapur
CARA KERJA
a. Tentukan berat jenis asam asetat glasial dengan menggunakan piknometer
b. 15 mL pelarut (asam asetat) dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
dimasukkan thermostat yang sudah diisi dengan es batu dan garam dapur,
temperatur dicatat setiap 30 detik sampai temperatur konstan, dan diamati
apakah sudah membeku atau belum. Jika belum membeku, dilanjutkan
sampai asam asetat membeku. Catatlah suhu pada saat asam asetat membeku
(T1)
c. Pelarut dicairkan kembali kemudian dan suhunya dinaikkan 5 oC selanjutnya
ditambahkan 0,3 gram naftalena dan didinginkan kembali hingga
temperaturnya konstan dan membeku. Catatlah suhu pembekuan naftalena
dalam asam asetat (T2) dan tentukan perubahan suhunya
d. Ulangi percobaan (b) dan (c) dengan menggunakan zat X. Catatlah suhu pada
saat X membeku (T3).
PERHITUNGAN
a. Catatlah perubahan temperatur dan buatlah grafiknya
35 | J u r u s a n K i m i a
u
Suh
waktu
b. Hitunglah molalitas dari asam asetat dan natrium asetat (kf asam asetat =
3,9oC kG/mol) (kf naftalena = 6,99oC kG/mol)
c. Hitunglah kf dari zat X
d. Hitunglah mol zat terlarut dan pelarut
e. Hitunglah berat molekul zat secara teoritis dan secara eksperimental
f. Hitunglah persen kesalahan yang diketahui dengan cara
36 | J u r u s a n K i m i a
PERCOBAAN 8
TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan entalpi dan energi bebas Gibbs suatu reaksi dengan
mengukur beda potensial sel elektrokimia.
DASAR TEORI
Sel elektrokimia dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sel Volta
atau Galvani dan elektrolisis. Perubahan energi yang terjadi dalam kedua sel
adalah berkebalikan. Pada sel Volta terjadi perubahan energi kimia menjadi
energi listrik, sebaliknya pada sel elektrolisis terjadi perubahan energi listrik
menjadi energi kimia. Sel volta terdiri atas elektroda positif dan negatif. Apabila
kedua elektroda dihubungkan akan terjadi beda potensial (electromotive force
cell) yang menyebabkan arus mengalir dari elektroda dengan potensial tinggi
menuju elektroda dengan potensial rendah. Pengukuran beda potensial dapat
dilakukan dengan voltmeter atau potensiometer. Pengukuran secara
potensiometri ternyata lebih valid daripada dengan voltmeter, karena tidak ada
arus listrik yang mengalir dari sel yang diukur. Kutub negatif sel merupakan
elektroda tempat terjadi oksidasi, sebaliknya kutub positif merupakan elektroda
tempat terjadi reduksi. Oleh karena itu aliran elektron terjadi dari elektroda
negatif menuju elektroda positif.
Potensial sel yang diperoleh dari sel Galvani dapat digunakan untuk
menentukan harga tetapan kesetimbangan reaksi dengan menggunakan
persamaan Nernst. Energi reaksi yang terlibat juga dapat dihitung tanpa
menggunakan kalorimeter. Potensial sel dihubungkan dengan koefisien suhu,
∂E/∂T, sehingga akan didapat hubungan antara perubahan energi bebas Gibbs
(∆Go) Perubahan entalpi (∆Ho) reaksi. Pada penelitian ini, potensial sel diukur
pada berbagai suhu sehingga diperoleh koefisien suhu, ∂E/∂T. Koefisien suhu
digunakan untuk menghitung perubahan entalpi dan perubahan entropi.
Perubahan energi bebas Gibbs standar dinyatakan sebagai :
∆Go= - nFEosel (1)
37 | J u r u s a n K i m i a
Selanjutnya, Eo dapat dihubungkan dengan tetapan kesetimbangan K dari reaksi
redoks. Hubungan antara ΔG dengan ΔGodapat ditulis :
ΔG = ΔGo+ RT ln Q (2)
-1 -1
dengan R adalah tetapan gas (8,314 J.K mol ), T adalah suhu mutlak reaksi.
Jika ∆G bernilai negatif berarti reaksi berlangsung spontan, jika bernilai positif
berarti reaksi tidak bisa berlangsung spontan. Karena pada saat setimbang, ΔG =
0, dan Q = K, dengan K adalah tetapan kesetimbangan, maka :
ΔGo= - RT ln K (3)
Persamaan (1) disubstitusikan ke persamaan (3), maka diperoleh :
- nFEosel= - RT ln K (4)
ALAT
Multimeter
Beaker glass 100 ml
Termometer
Pipa U
Gelas ukur 50 ml
Gelas arloji
Spatula
Pengaduk
Botol semprot
BAHAN
KCl atau NH4Cl kristal
CuSO4 1M
ZnSO4 1M
FeSO4 1M
akuades
es batu
agar-agar
CARA KERJA
38 | J u r u s a n K i m i a
a. Membuat jembatan garam dari larutan agar-agar yang dicampur dengan KCl
sebanyak 1 gram dalam pipa U. Pipa U diisi dengan larutan agar-agar yang
telah dicampur dengan KCl atau NH4Cl dalam keadaan panas, kemudian
dibiarkan dingin sehingga memadat
b. Masing-masing beaker glass diisi dengan larutan CuSO4, ZnSO4 dan FeSO4
sebanyak 50 ml. Masukkan elektroda logam yang sesuai dengan larutannya,
sebagian saja yang dicelupkan.
c. Menyusun sel volta yang terdiri dari elektroda Cu sebagai kutub positif
(katoda) dengan elektroda lain sebagai kutub negatif (anoda) dan
dihubungkan dengan jembatan garam, sehingga ada 3 sel.
d. Mengukur dan mencatat beda potensial sel dengan multimeter pada berbagai
suhu, yaitu pada suhu 15, 25, 35 dan 45 oC.
LEMBAR KERJA
1. Hasi Pengamatan :
E sel (V)
No Notasi sel o
15 C 25 oC 35 oC 45 oC
1.
2.
2. Perhitungan
a. Buat kurva E terhadap T
b. (∂E/∂T)P =………………………………………………………………….
c. ΔG = ……………………………………………………………………….
d. K = …………………………………………………………………………
39 | J u r u s a n K i m i a
DAFTAR PUSTAKA
Daniels, F., Mathews, J.H., Williams, J.W., Bender, P., Alberty, R.A., 1956,
Experimental Physical Chemistry, McGraw-Hill Book Company,
Inc., New York.
Alberty, R.A. and Daniels F., 1987, Kimia Fisika, Jilid 1, edisi ke 5, alih
bahasa N.M. Surdia, Erlangga, Jakarta.
Joseph W. Long, Journal of Chemical Education, Vol. 59, No. 11,
November, 1982, 933.
40 | J u r u s a n K i m i a
Lampiran
LIMBAH YANG DIHASILKAN DALAM
PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I
JUDUL
PRAKTIKUM JENIS LIMBAH KATEGORI WADAH
Sifat Molal Parsial
NaCl Asam-basa Putih
Larutan
1. Campuran HCl, NaOH, pp Asam-basa Putih
2. Campuran HCl, etil asetat,
Organik Hijau
NaOH, pp
Keseimbangan dalam
3. Campuran HCl, etil asetat,
cairan-cairan organik Organik Hijau
etanol, NaOH, pp
4. Campuran HCl, etanol,
Organik Hijau
asam asetat, NaOH, pp
Kalorimeter Reaksi
Campuran NaOH dan HCl Asam-Basa Putih
Netralisasi
Penentuan tegangan
Aseton, etanol, pelarut
permukaan cara Organik Hijau
organik
cincin due noy
Sifat Molal Parsial
NaCl Asam-Basa Putih
Larutan
Sel Elektrokimia:
Campuran agar-agar dan KCl Organik Hijau
Energi Gibbs
41 | J u r u s a n K i m i a