PENDAHULUAN
protein penduduk Indonesia. Beberapa jenis daging yang dikonsumsi oleh masyarakat
antara lain daging ayam, daging sapi, daging itik, maupun jenis daging lainnya. Daging
ayam yang dikonsumsi umumnya berasal dari daging ayam ras maupun daging ayam
buras.
Ayam broiler merupakan salah satu ras ternak unggas yang cukup populer dan
banyak dipelihara oleh peternak di Bali sebagai penghasil daging karena memiliki
beberapa keunggulan, seperti laju pertumbuhan yang cepat dan kemampuan mengkonversi
ransum yang efisien dibanding ayam ras lainnya. Berdasarkan data Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Provinsi Bali pada tahun 2015, populasi ayam pedaging di provinsi Bali
terus mengalami peningkatan rata-rata sebesar 13% dari tahun 2013 hingga tahun 2015.
Populasi ayam pedaging di provinsi Bali menurut Direktorat Jendral Peternakan dan
Kesehatan Hewan pada tahun 2015 mencapai 9.504.702 ekor dan pada tahun tahun 2016
mencapai 9.575.037 ekor dengan pertumbuhan sebesar 0,74%. Tingginya jumlah populasi
ayam pedaging di provinsi Bali berdampak pula terhadap peningkatan produksi daging
ayam di Bali setiap tahunnya. Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan hewan
melaporkan bahwa pada tahun 2015 produksi daging ayam di Bali sebanyak 10.454 ton
dan tahun 2016 sebanyak 10.685 ton dengan pertumbuhan sebesar 2,21%. Salah satu
faktor yang menyebabkan meningkatnya populasi ayam pedaging di provinsi Bali adalah
permintaan pasar akan kebutuhan daging ayam broiler semakin tinggi setiap tahunnnya.
1
Rata-rata permintaan daging ayam di Bali mencapai 25% tiap tahun, terutama menjelang
Peternak ayam broiler di Indonesia umumnya adalah peternak yang memiliki skala
usaha dengan kapasitas 4.000 – 6.000 (Rasyaf, 2008). Dewasa ini usaha peternakan ayam
broiler semakin berkembang dengan adanya pemeliharaan ayam broiler dengan pola
kemitraan. Menurut Wahyuni (2006), pola kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha
kecil, dengan usaha menengah dan besar disertai pembinaan oleh usaha menengah dan
besar, atas dasar prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling
JAPFA, Charoen Pokphand, Wonokoyo dan Patriot sebagai perusahaan inti, akan
memberikan modal berupa sarana dan prasarana produksi, seperti bibit, pakan, obat-
obatan, dan bimbingan teknis dari petugas lapangan yang diberikan oleh perusahaan inti.
Penjualan atau pemasaran ayam broiler dilakukan oleh perusahaan inti dan
perusahaan inti berhak mengatur jadwal panen serta berkewajiban untuk membeli ayam
dari peternak dengan harga kontrak yang telah ditentukan. Harga kontrak yang ditentukan
oleh perusahaan inti akan berubah setiap periodenya, sehingga peternak yang menjual
ayam broilernya tidak akan terpengaruh dengan fluktuasi harga pasar. Hal ini dirasa
mampu melindungi peternak ayam broiler dari rendahnya penjualan ayam, karena harga
yang tidak stabil, sehingga peternak tidak perlu khawatir untuk memasarkan dan menjual
ayamnya. Hasil penjualan ayam broiler akan dipotong oleh perusahaan inti untuk
mengganti modal awal berupa sapronak dari perusahaan inti sesuai dengan harga yang
telah disepakati. Sisa dari penjualan ayam broiler setelah dipotong sapronak merupakan
pendapatan peternak yang diberikan oleh perusahaan inti, yang dimana pendapatan ini
2
perlu diperhitungkan kembali untuk mengganti biaya produksi yang belum dipotong oleh
perusahaan, seperti upah tenaga kerja, pemakaian listrik dan biaya penyusutan.
Pendapatan peternak dari hasil penjualan ayam broiler pada pola kemitraan sangat
dipengaruhi oleh performa produksi ayam broiler yang dipelihara, sehingga peternak perlu
diperoleh. Semakin cepat kenaikan bobot badan ayam broiler dengan angka konversi
pakan yang rendah maka keuntungan yang didapat oleh peternak akan semakin tinggi
karena dengan pertambahan bobot badan yang cepat maka umur panen menjadi lebih cepat
dan berdampak pada rendahnya biaya produksi yang dikeluarkan. Hal ini akan berdampak
pada keuntungan yang didapat oleh peternak semakin tinggi dan peternak akan
mendapatkan bonus dari perusahaan inti, seperti bonus FCR dan bonus harga pasar. Bonus
yang diberikan oleh perusahaan inti merupakan pendapatan tambahan yang diberikan
untuk peternak apabila mampu menghasilkan ayam broiler yang memiliki performa
Tingginya permintaan daging ayam di Bali merupakan peluang bagi peternak ayam
broiler, namun tingginya angka kematian akibat pengaruh lingkungan menjadi salah satu
penyebab kurang optimalnya keuntungan yang didapat oleh peternak. Dewasa ini, peternak
mulai menggunakan teknologi dalam pemeliharaan ayam broiler, salah satunya yaitu
penggunaan teknologi kandang dengan sistem closed house pada pemeliharaan ayam
broiler. Kandang closed house adalah kandang dengan sistem ventilasi tertutup, yang pada
prinsipnya dapat mengatur suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan cahaya yang masuk ke
dalam kandang yang disesuaikan dengan kebutuhan ayam broiler. Menurut Rasyaf (2001),
ayam broiler tumbuh optimal pada temperatur 19 – 21oC. Sehingga dengan adanya
kandang dengan sistem closed house diharapkan mampu menciptakan kondisi lingkungan
3
yang nyaman sesuai dengan temperatur optimal pertumbuhan ayam broiler dan ayam
Selain kelebihan yang dimiliki oleh kandang dengan sistem closed house,
kekurangan dari sistem kandang ini diantaranya yaitu membutuhkan biaya investasi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kandang sistem open house. Hal ini disebabkan karena
kandang dengan sistem closed house menggunakan peralatan canggih untuk membantu
mengatur temperatur di dalam kandang, salah satunya yaitu exhaust fan, celldeck, dan
peternak dengan keterbatasan modal belum mampu membangun kandang dengan sistem
closed house dan timbul anggapan bahwa biaya investasi yang dikeluarkan tidak sebanding
performa produksi ayam broiler, pendapatan usaha, R/C ratio dan nilai BEP (Break Even
Point) pemeliharaan ayam broiler yang dipelihara dengan sistem closed house pada pola
kemitraan.
2. Berapakah pendapatan dan R/C ratio usaha peternakan ayam broiler yang
3. Berapakah BEP usaha peternakan ayam broiler yang dipelihara dengan sistem
4
1.3 Tujuan Penelitian
2. Menganalisis pendapatan dan R/C ratio peternak dari usaha peternakan ayam
broiler yang dipelihara dengan sistem closed house pada pola kemitraan.
3. Menganalisis BEP dari usaha peternakan ayam broiler yang dipelihara dengan
BEP usaha pemeliharaan ayam broiler dengan sistem closed house pada pola
kemitraan bagi peternak serta masyarakat yang ingin membuka usaha dibidang
2. Sebagai referensi dan acuan bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian lebih
lanjut.