Anda di halaman 1dari 2

Abstrak

Dalam hal menciptakan klasifikasi yang berkelanjutan dari batuan beku dimana semua
geologist dapat menggunakannya, kesepakatan internasional telah dibuat dalam bentuk
IUGS (International Union of Geological Sciences). Dalam hal membuat klasifikasi
tersebut, badan ahli internasional menetapkan 10 prinsip untuk mengkonstruksi dan
mendefinisikan tata nama yang tepat. Prinsip tersebut adalah: (1) menggunakan atribut
yang deskriptif; (2) menggunakan properti yang actual; (3) memastikan kesesuaian untuk
semua geologist; (4) menggunakan terminologi yang ada; (5) mendefinisikan batasan tiap
spesies batuan; (6) tetap sederhana untuk dapat diterapkan; (7) merelasikan dengan
kondisi natural; (8) menggunakan mineralogy; (9) jika tidak mungkin, menggunakan
bagian kimiawi; (10) menggunakan terminologi yang lain selain IUGS. Prinsip dan
alasan ini belom dibicarakan. Klasifikasi memisahkan dan menggolongkan bagian batuan
piroklastik, karbonatit, melitit, lamprophyric dan carnockitic sebelum mengklasifikasikan
QAPF pada batuan plutonik dan volkanik. QAPF merupakan bagian mineral dasar dari
sebuah batuan. QAPF ini terdiri dari mineral kuarsa (Q), alkali feldspar (A), plagioklas
(P) dan Feldspathoid (F). Batuan dengan konten mafik sebesar >90% memiliki klasifikasi
tersendiri. Jika mineral tidak dapat ditentukan seperti pada halnya di batuan-batuan
vulkanik, klasifikasi secara kimia dapat dilakukan dengan melihat total alkalis dan silika.
Tata nama dari klasifikasi ini memerlukan sekitar 297 nama batuan dari keberadaan 1500
batuan yang lainnya di dunia.
Importance of topic
Diagram yang dikeluarkan dari IUGS adalah diagram segitiga yang digunakan untuk
mendefinisikan dan mengklasifikasikan batuan batuan beku berdasarkan komposisi
minerologi. Grup-grup mineral yang digunakan meliputi kuarsa, alkali feldspar,
plagioklas, dan feldspathoid yang presentasi nilai masing-masing dinormalisasi satu
terhadap yang lain. Diagram tersebut tidak hanya digunakan untuk klasifikasi batuan
plutonik ( batuan faneritik), tapi digunakan untuk batuan vulkanik jika modal dasar
komponen mineralnya diketahui. Diagram ini tidak digunakan untuk mendefinisikan
batuan piroklastik tetapi digunakan untuk klasifikasi Alkali-Silika. Klasifikasi Alkali-
Silika ini digunakan jika batuan batuan vulkanik mengandung gelas vulkanik (seperti
obsidian). Diagram ini tidak digunakan jika mineral mafik yang terkadung dalam
komposisi batuan lebih dari 90% (contoh: peridotite dan piroxenit). Tujuan dari topik ini
adalah mengetahui dan menyelidiki secara fisik dari pada suatu batuan dan untuk
mengetahui sifat-sifat fisik dari batuan tersebut. Dalam konteks ini menggunakan
pendeskripsian batuan tersebut, misalnya dengan melihat tekstur, ukuran, butir, dll.
Adapun dari pendeskripsian itu, kita dapat mendefinisikan batuan lebih dalam lagi seperti
dalam halnya mengetahui proses pembentukan batuan. Kemudian kita dapat menentukan
penamaan batuan secara lingkup yang lebih besar lagi (megaskopis) ketika menafsirkan
genesanya. Hal ini digunakan dalam bidang pertambangan untuk mengerti genesa dari
batuan-batuan beku sebelum mencoba untuk menggali apa yang berada di bawah tanah.

Anda mungkin juga menyukai