Anda di halaman 1dari 90

MAKALAH

PERANCANGAN ALAT PROSES I

Disusun oleh :
Luluk (16644003)
Erwin setiawan (16644009)
Selvia widyawati (16644030)
Annisa novita sari(16644041)
Sibarani andri togap maruli (16644045)

Kelas :
IVA
D4 TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
Kelompok ;
I

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA


TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena hanya dengan rahmat dan
nikmatnya Makalah perancangan alat proses I dapat terselesaikan.
Pratikum Dasar Proses Kimia ini merupakan salah satu mata kuliah yang wajib
ditempuh di Politeknik Negeri Samarinda, jurusan Teknik Kimia Program Studi Teknologi
Kimia makalah ini disusun dari materi perancangan alat proses yang pelajari selama semester
IV.
Dibutuhkan kerjasama untuk menyusun makalah ini. Kerjasama juga dibutuhkan dalam
menentukan kelancaran suatu kegiatan. Oleh karena itu, kami dari kelompok I berusaha
menggalang kerjasama dengan semua pihak untuk kelancaran dan keberhasilan pembuatan
makalah ini. Selain itu, kami juga mendapat beberapa kendala dalam pembuatan dan
penyusunan makalah ini. Tetapi kami kelompok I terus berusaha untuk menghadapi segala
rintangan dan kendala yang ada
Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak yang telah
memberikan masukan-masukan kepada kami, untuk itu kami mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Dosen

2. Teman-teman kelompok I

3. Teman-teman Semester IV

. Semoga Makalah perancangan alat proses ini, dapat memberikan manfaat. Kami dari
kelompok I mohon kritik dan saran demi kebaikan pembuatan makalah ini. Kami ucapkan
terima kasih.

Samarinda, Februari 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………….…………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………..ii
BAB 1……………………………………………………………………………………………………………………………………..
PENGANTAR PERANCANGAN ALAT PROSES 1………………………………………………………………………..
1.1 variabel-varibel perancagan…………………………………………………………………………………………….
1.2 tipe tipe variabel perancangan………………………………………………………………………………………..
1.3 analisa elemen elemen variable perancangan…………………………………………………………………
BAB 2…………………………………………………………………………………………………………………………………….
PERANCANGAN STRONGE VESSEL…………………………………………………………………………………………
2.1 bentuk dan jenis vassel……………………………………………………………………………………………………
2.2 kondisi operasi vassel……………………………………………………………………………………………………..
2.3 perancangan tebal plat untuk dinding……………………………………………………………………………..
2.4 perhitungan kemiringan dari vessel…………………………………………………………………………………
BAB 3…………………………………………………………………………………………………………………………………….
PEMILIHAN HEAT EXCHANGER UNTUK VASSEL SILINDER DENGAN PENUTUP……………………….
3.1 pertimbangan dari dalam perancangan head dan penutup vessel………………………………….
3.2 spesifikasi bahan dalam merancang vessel…………………………………………………………………….
3.3 persamaan untuk vessel dengan cliftical dished heat……………………………………………………
3.4 tipe head yang umum di pakai………………………………………………………………………………………
3.5 perancangan tebal plat untuk tutup (vessel/heat)………………………………………………………..
BAB 4…………………………………………………………………………………………………………………………………..
PERANCANGAN HEAT EXCANGER………………………………………………………………………………………..
4.1 faktor-faktor yang menentukkan dalam pemilihan heat exchanger………………………………
4.2 langkah-langkah dalam design heat exchanger……………………………………………………………...
4.3 optimasi heat exchanger……………………………………………………………………………………………….

3
BAB I
PENGANTAR PERANCANGAN ALAT PROSES I

1.1 Variabel-variabel perancangan


Dalam perancangan selalu menghadapi pemilihan variabelyang tepat untuk mendapatkan
hasil perancangan alat proses yang optimum.
Variabel-variabel sebagai :
1. Variabel operasi

2. Variabel alat proses

2 variabel tersebut saling berkaitan


Misal : merancang tangki cairan
- Variabel operasinya

1. Suhu / tekanan

2. Jenis cairan yang disimpan

3. Panas yang harus diambil / ditambahkan

- Variabel alatnya :

1. Bentuk/ jenis tangki : tergantung tekanan operasi.

2. Perbandingan D/H atau L/D , tergantung tekanan operasi.

3. Tebal isolasi : tergantung panas yang harus diambil/ditambahkan.

4. Bahan isolasi : macam cairan yang disimpan.

Dalam mempelajari variabel-variabel perancangan, perlu ditinjau beberapa hal seperti :


- Tipe-tipe variabel

- Hubungan batasan (restricting relationship)

- Analisa elemen khusus/istimewa

- Gabungan elemen-elemen untuk membentuk unit-unit

4
- Analisa tipe-tipe unit

1.2 Tipe-tipe variabel


Variabel untuk unit pemisahan sebagai berikut :
- Konsentrasi

- Suhu merupakan variabel intensif yang dapat berdiri dari jumlah bahan

- Tekanan yang ada.

- Kecepatan merupakan variabel extensip dan bergantung pada bahan yang ada.
Batas kecepatan digunakan untuk kepentingan aliran bahan maupun aliran panas.

- Variabel ulangan Nr (repetition variabel)

Variabel ini merupakan derajad kebebasan tunggal yang digunkan perancang ketika
memerinci elemen-elemen istimewa dalam satu unit dengan terjadinya pengulangan-
pengulangan , contohnya distilasi yang tersusun atas satu stage kesetimbangan, untuk
memerinci jumlah stage dipakai derajad kebebasan tunggal.
Ad B. Hubungan batasan . Nc.
Variabel Nc suatu sistem tidak mudah dihitung. Dalam menghitung Nc akan lebih mudah jika
mengetahui seluruh batasan-batasan yang mungkin , yaitu dibagi dalam tipe-tipe sebagai
berikut :
1. Batasan yang tidak dapat dipisahkan “inherent restriction”

2. Batasan neraca massa “ material balance restriction”

3. Batasan neraca panas “heat balance restriction”

4. Batasan distribusi face “phase distribution restriction”

5. Batasan kesetimbangan kimia “chemical equilibrium restriction”

Ad 1. Batasan yang tidak dapat dipisahkan


Batasan ini diambil untuk bentuk persamaan dari 2 atau lebih variabel misal konsep
kesetimbangan “stage” sebagai “inherent restriction” adalah suhu dan tekanan aliran
setimbang yang meninggalkan “stage” harus identik dengan suhu dan tekanan aliran sisa
yang lain.
Ad 2.
Suatu neraca massa keseluruhan dapat ditulis untuk masing-masing komponen yang ada.
Batasan neraca massa yang digunakan berdiri sendiri dari “inherent restriction” diatas.

5
Ad 3.
Dimasukkan dalam batasan neraca tenaga. Batasan neraca tenaga ini mencakup baik aliran
bahan maupun aliran panas.
Ad 4.
Masing-masing komponen dalam sistim lebih dari 1 fase akan menyebarkan dirinya diantara
bermacam-macam fase secara khusus. Jika seluruh komponen ada dalam seluruh fase , maka
jumlah hubungan batasan yang harus diberikan untuk distribusi = c (Np-1). Dengan c =
jumlah komponen, Np = jumlah fase yang ada.

Ad 5.
Macam-macam konstituen kimia pada sistem-sistem dengan reaksi kimia, akan ada
hubungannya dengan kesetimbangan kimia. Hubungan kesetimbangan kimia ini hanya
sebagai pelengkap saja karena tidak akan merupakan suatu faktor untuk sistem yang
dianalisa.

1.3 Analisa elemen-elemen istimewa/khusus


Aturan analisa untuk unit harus dikembangkan berdasar pertimbangan-pertimbangan
banyaknya elemen serta merupakan suatu cara tetap yang dipakai menghitung variabel-
variabel dan batasan-batasan.
Dalam mempelajari hubungan variabel-variabel dari batasan-batasan dapat ditinjau beberapa
hal sebagai berikut :
a. Aliran tunggal (single stream)

b. Pembagi aliran (stream divider)

c. Pencampur (mixer)

d. Pompa, pemanas, pendingin

e. Kondenser total atau reboiler total

f. Kondenser parsiil atau reboiler parsiil

g. Simple equilibrium stage

h. Feed stage

i. Side stream stage

6
BAB II

PERANCANGAN STORAGE VESSEL

2.1 Bentuk dan Jenis Vessel


Di industri banyak dijumpai berbagai jenis ataupun bentuk beserta fungsi dari
vessel. Secara umum vessel dikenal dengan sebutan bejana bertekanan. Dalam arti pada
pemakaianya selalu bekerja dengan beban tekan (under working pressure). Jika
didasarkan pada bentuk geometrik dari vessel, dikenal ada vessel
 Vessel berbentuk bola
 Vessel berbentuk silinder

Jika didasarkan pada fungsi / penggunaan vessel, di industri dijumpai ada vessel
yang berfungsi untuk:
 Berlangsungnya suatu proses kimia (vessel proses mis. Reaktor, menara pemisah
/ destilation tower dll.)
 Untuk melakukan penyimpanan bahan kimia. Secara umum vessel yang pada
7
penggunaannya sebagai tempat penyimpanan (storage vessel), dikenal dengan
sebutan tangki storage
 Baik vessel ataupun tangki storage pada pemakaian dapat pada beban tekanan
yang tinggi (pressure vessel, stoarage vessel: tangki bola), ataupun pada beban
tekanan yang rendah ( under vacuum pressure), bahkan pada tekanan
atmospherik (tang penyimpan silinder tegak )

Jika didasarkan pada bentuk tangki silinder, ada yang berbentuk silinder tegak (pada
umumnya flat bottom dan conical roof ataupun dome roof dan silinder horisonatl
(formed heads/closures). Untuk silinder tegak pada umunya dipakai untuk menyimpan
zat cair yang tidak bersifat volatil ataupun juga boleh zat cair volatil, dengan kondisi
tekanan penyimpanan atmospherik ( 1 atm absolut). Suhu zat cair yang disimpan pada
umunya pada suhu didihnya (jika suhu didih dibawah suhu lingkungan) ataupun pada
suhu lingkungan (jika zat cair yang disimpan suhu didihnya lebih tinggi dp suhu
lingkungan). Untuk tangki silinder tegak, konstruksi atap (roof) dapat berupa fixed roof
ataupun floating roof. Untuk zat cair yang sangat volatil, untuk meminimasi loss dan
konsequences, dipakai konstruksi floating roof.
Jika designer memilih tangki silinder tegak, maka tangki silinder diletakan secara
outdoor system, jika silinder yang dipilih horisontal untuk tujuan storage, mka dipakai
indoor sistem dengan cara dikubur di bawah tanah, Tangki penyimpan bentuk bola, pada
umunya dipakai untuk meneyimpan zat cair yang volatil ( ditengarai dengan titik didih
dibawah suhu lingkungan) dengan kondisi tekanan penyimpanan pada elevated pressure
( tergantung suhu zat cair dalam tangki bola). Tangki bola selalu diletakkan outdoor
sistem.
Hampir semua vessel di industri dijumpai bentuk formed head vesse. Bentuk tuitup
dari vessel ini bermacam - macam tergantung dari kondisi tekanan dalam vessel. Untuk
proses vesel pertimbangan konstruksi veseel itu apakah tegak / horosontal sangat
tergantung pada pertimbangan kebutuhan prosesnya (bukan operating condition). Seperti
vessel untuk reaktor, salah satu kebutuhan adaiah distribusi bahan dalam reaktor, apa
yang didapat jika vessel ini dipasang horisontal

2.2 Kondisi Operasi Vessel


Tergantung fungsi dari vessel itu dalam perancangannya. Jika vessel dirancang
untuk kebutuhan proses, maka kondisi pernacangan harus sesauai dengan pertimbangan
proses (tekanan, suhu agar proses berjalan dengan optimal). Penetuan kondisi optimal
ini, akan lebih baik jika perancang mempunyai wawasan inherently safer design, yaitu
8
process (condition) attenuation -> less hazardous condition but design intention
achievable.
Yang terkait dengan kondisi proses ini, selain kebtuhan proses, maka designer
harus benar memilih bahan konstruksi untuk vesselnya. Sifat yang familiar adalah,
hampir semua bahan konstruksi vessel itu memiliki thermal properties ataupun
mechanical properties yang menuran pada suhu yang lebih tinggi -> maksimum
allowable stress, yield stress ataupun kompresive stress dan juga tingkat korosifitas
bahan naik dengan suhu -> contoh amonia pada suhu yang tinggi sangat sangat korosif
-> bahan kontruksi dipakai urea grade stailess steel.

Untuk storage vessel (tangki), the rulke of thumbs : zat cair yang non volatil
-> tekanan operasi 1 atmosphere, suhu penyimpanan sama dengan suhu lingkungan.
Untuk zat cair yang "the most volatile" (gas - gas yang dicairkan) -> penyimpanan pada
tekanan yang cukup tinggi pada kondisi kejenuhan (suhu penyimpanan pada titik
didihnya).

2.3 Pemilihan Head untuk Vessel Silinder dengan Penutup


Pada awalnya dipakai paku keiing unluk penyambungan head dengan shell pada berbagai
macam vessel. Tetapi ternyata sering timbul masalah yaitu seringnya terjadi kebocoran pada
daerah sekitar paku keiing, terutama ketika tekanan operasi jauh lebih besar dari tekanan luar.
Selain itu sering pula terjadi lepasnya paku keiing. Untuk mengatasi hal tersebut mak
dikembangkan jenis paku keiing yaitu dengan fillet welding dan seal welding. Kemudian
ditemukan bahwa temyata denagn adanya pengelasan kekuatan menjadi lebih besar, sehingga
dewasa mi penggunaan las menjadi cara yang dipakai pada kebanyakan sambungan head pada
shell.
Vessel silinder dengan head sudah digunakan secara luas. Secara umum
penggunaan vessel dapat dikelompokkan dalam tiga katagori :
1. Fungsi
2. pertimbangan tekanan
3. batasan ukuran

Pada peralatan proses seperti kolom distilasi, unit desorpsi, menara bahan isian,
evaporator, kristalizer dan HE pengggunaan head sangat penting dengan berbagai
perlengkapan proses lairmya. Jika tekanan proses tidak atmosferis, penggunaan head
menjadi penting untuk menutup vessel. Semua vessel silinder yang beroperasi pada
tekanan bagian nap sekitar 5 psig atau lebih diproduksi dengan formed head. Vessel flat-

9
bottomed dengan diameter besar, tangki penyimpanan cone-roofed terbatas pemakaiannya
untuk tekanan pada bagian uap beberapa ons. Vessel silinder flat-bottomed dengan diameter kecil
digunakan untuk tekanan operasi beberapa psig dengan roof berbentuk payung atau kubah. Alat
yang digunakan pada tekanan di bawah atmosferis juga memerlukan formed head. Tangki
penyimpanan horizontal yang kecil biasanya juga memakai formed head.
Pada umumnya yang menentukan tangki vertikal atau horizontal adalah fungsi tangki
tersebut. Sebagai contoh kolom distilasi dan menara bahan isian yang memanfaatkan gaya
grafitasi untuk memisahkan fasa, memerlukan instalasi vertikal. Heat exchanger dan tangki
penyimpanan bisa berbentuk vertikal maupun horizontal. Pada heat exchanger penentuan
horizontal dan vertikal ditentukan oleh arah aliran fluida dan pertimbangan perpindahan panas.
Pada tangki penyimpanan penentuan horizontal vertikal lebih ditentukan oleh tempat instalasi.
Jika tangki penyimpanan dipasang di luar ruangan maka angin mempunyai pengaruh pada
kekuatan penyangga, sehingga tangki horizontal lebih ekonomis. Selain itu pertimbangan
penting lainnya seperti ketersediaan, ruang head pemeliharaan menjadi faktor penentu.
Vessel (dengan head yang dibentuk = vessel with formed head) umumnya dibuat dari
bahan low carbon steel, yang mana bahan ini akan jadi pilihan yang lebih murah apabila
dikaitkan dengan pertimbangan suhu dan korosi. Selain itu, bahan ini memiliki kekuatan yang
cukup tinggi, mudah dibuat dan baja lunaknya (sebagai bahan dasar baja) mudah didapat.
Sedangkan low dan high alloy steel umumnya digunakan untuk keperluan-keperiuan fabrikasi
tertentu.
Baja yang umum digunakan terbagi menjadi dua kategori umum:
• Baja yang dispesifikasi oleh ASME
Lebih sering merujuk pada boilerplate steel. Digunakan untuk vessel
bertekanan.
• Struksural grade steel
Sebagian baja ini ada yang sesuai dengan spesifikasi dari ASME yang khusus digunakan
untuk keperluan fabrikasi tertentu dan juga yang khusus digunakan untuk konstruksi vessel
storage (vessel penyimpan)
Perancangan vessel yang sesuai dengan standar ASME akan dibicarakan lebih detail dalam
bab 13, meliputi penjabaran tentang bahan dan spesifikasi. Dalam bab ini pembicaraan akan
dibatasi hanya pada penggunaan baja untuk fabrikasi vessel (dengan head yang dibentuk =
vessel with formed head) yang tidak perlu disesuaikan dengan standar ASME.

Tipe structural steel plates :


Jenis tipe ini yang banyak tersedia dapat dilihat pada daftar 67, pada ASTM A6-54T. Tipe
yang cocok untuk konstruksi vessel adalah A-7, A-113, A-131 dan A-283. Spesifikasi ASTM-A6-
54T memberikan pertimbangan umum, seperti variasi dimensi dan berat yang diijinkan, metode
10
pengetesan, koreksi, ASTM A-7, A-283 grade C dan A-283 grade D adalah yang paling umum
digunakan untuk konstruksi vessel penyimpanan dan vessel dengan head yang dibentuk,
khususnya baja yang didesign, seperti ASTM A-283 grade C. Baja A-283-54 tipe structural
digunakan untuk fabrikasi vessel secara umum. Tipe ini tersedia dalam 4 grade yaitu A, B, C dan
D dengan daya regang minimum sebesar 45.000,50.000,55.000 dan 65.000 psi. ketebalannya
tersedia dari ukuran 2 in keatas. Tapi untuk perancangan vessel, ketebalannya dibatasi dari
ukuran % in keatas. Grade A dan B memiliki duktilitas (kegetasan) yang tinggi dan daya regang
yang rendah sementara grade D duktilitasnya tidak memadai untuk membentuk shell dan head
dan lebih sulit di las. Sehingga grade C-lah yang paling banyak digunakan untuk konstruksi
vessel. Yang paling banyak adalah untuk tangki penyimpanan minyak, tangki bertingkat, pipa air
tegak, dan berbagai penggunaan tangki.
Baja A-7 umumnya digunakan untuk konstruksi jembatan, bangunan, dan berbagai aplikasi
structural lainnya. Tipe ini memiliki sifat fisis yang mirip dengan A-283 grade D. Dua tipe baja ini
dibuat dengan proses yang sama yaitu dengan proses pada tungku perapian terbuka atau
electric furnace. Bagaimanapun juga, baja A-7 juga dibuat melalui proses acid-Bassemer, dan
baja yang dibuat melalui proses ini tidak direkomendasikan untuk konstruksi vessel. Baja A-7
tersedia dalam berbagai ukuran fcetebalan standar. Baja ASTM A-l 13-55 merupakan baja
structural yang umum digunakan untuk konstruksi lokomotif dan jalan rel. Dibuat melalui proses
tungki perapian terbuka atau proses menggunakan electric furnace. Baja ini juga tersedia dalam
berbagai ukuran ketebalan standar dan dalam ti§a grade yaitu A, B dan C. Baja A-113-55 grade B
memiliki sifat fisis diantara baja A-283 grade B dan C, tapi daya regangnya kurang lebih sama
dengan baja A-283. Tidak ada keuntungan lain lebih memilih baja tipe ini dibandingkan dengan
baja A-283 kecuali bahwa baja ini tersedia dalam bentuk yang siap pakai. Baja ini juga bisa
digunakan untuk konstruksi vessel untuk mendapatkan spesifikasi yang sama dengan batasan
seperti baja A-283.
Baja ASTM A-131-55 merupakan baja structural yang lebih baik dan digunakan
untuk konstruksi kapal. Spesifikasi baja ini pada dasarnya mirip dengan baja A-7 dan A-283
grade D. Untuk memperbaiki mutu dari baja kapal ini, tahun 1950 spesifikasinya pernah diubah
dengan menambah ketebalan. Peningkatan kualitas dengan menambah ketebalan, memberikan
dampak pada baja ini sebagai bahan konstraksi. Untuk baja ini, terdapat batasan persen
maksimum kandungan karbon dan batasan 0,6% - 0,9% kandungan mangan untuk fcetebalan
yang kurang dari ½ inch begitu juga untuk fcetebalan baja 1 in atau lebih, dipersyaratkan
kandungan silicon sebesar 0,15% - 0,3%. Baja ini tersedia dalam banyak ukuran ketebalan dan
memiliki kualitas yang lebih tinggi dari baja A-7 tapi tidak diijinkan penggunaannya untuk
konstruksi vessel bertekanan yang sesuai standar. Ukuran plat baja yang lebih tebal akan lebih
mahal harganya. Baja structural lain yang distandarkan ASTM untuk perancangan adalah A-8, A-
94, A-284 dan A-242. Baja A-8 memiliki kandungan 3% - 4% baja nikel dan kandungan karbon
11
maksimum sebesar 0,43% dengan daya regang sebesar 90.000 psi hingga 115.000 psi.
Digunakan untuk beban tegangan yang sangat besar. Tambahan nikel menyebabkan baja ini
lebih kokoh, kuat dan lebih berkilau dibandingkan kilau carbon steel, meningkatkan yield point,
batas kelelahan, dan menambah kekuatan. Kesulitan dalam pengelasan dan biaya extra karena
penambahan nikel menyebabkan baja ini tidak digunakan untuk konstruksi vessel.
Baja A-94 merupakan baja silicon structural yang mimiliki kandungan karbon maksimum
0,2% dan kandungan silicon minimum 0,2% dengan daya regang berkisar antara 80.000 psi
hingga 95.000 psi. Yield point minimum sebesar 45.000 psi. Baja ini juga dihindari
penggunaannya untuk konstruksi vessel sebab pengelasannya sulit dan ada biaya extra untuk
pematian sempurna baja (fully killed steel).
Baja A-284 merupakan baja silicon-karbon dengan kekuatan rendah hingga menengah yang
memiliki 0,1% - 0,3% kandungan silicon dan daya regang sebesar 50.000 hingga 60.000 psi,
tergantung pada grade yang dimiliki. Baja ini memiliki ukuran butir yang kasar dan dibutuhkan
proses pemanasan lebih lanjut untuk perbaikan ukuran butir. Adanya silicon yang terpisah ikatan
dari karbon (untuk membentuk grafit yang lebih halus) menyebabkan lemahnya sambungan las,
ditambah lagi dengan adanya biaya extra untuk pematian sempurna bajanya menyebabkan baja
ini tidak ekonomis jika digunakan untuk kontruksi vessel.
Baja A-242 merupakan low alloy structural steel yang digunakan terutama sebagai material
tumpuan tegangan diantara semua baja structural yang ada, dimana berat dan tahanan korosi
pada kondisi atmosferis menjadi pertimbangan penting. Ketebalannya dibatasi tidak lebih tipis
dari 3/16 inch dan tidak lebih tebal dari 2 inch. Baja ini memiliki kandungan mangan sebesar
1,25% dan kadar karbon maksimum 0,2%. Yield point sebesar 50.000 psi untuk ketebalan 3/16 -
3/4 inch, 45.000 psi untuk ketebalan 3/4 - 1 ½ inch dan 40.000 psi untuk ketebalan 1 ½ - 2 inch.
Bandingkan dengan yield point 30.000 psi yang dimiliki oleh baja A-283 grade C. Untuk
ketebalan 1 ½ inch, mem'ngkatnya ketebalan akan meningkatkan kekuatan sebesar 50% lebih.
Dengan menggunakan factor design aman yang sama berdasar pada yield point, dihasilkan
bahwa penurunan ketebalan logam yang digunakan akan menurunkan pula kemampuan
menahan beban yang diberikan.
Pada perancangan vessel dimana tegangan bahan lebih mengontrol dibanding stabilitas
elastis, maka penggunaan baja ini akan lebih aman jika dibanding dengan penggunaan baja A-
283 grade C.
2.3.1 Persamaan untuk Vessel dengan Eliptical Dished Heads
Volume tangki silinder tertutup dengan eliptical dished heads sama dengan volume silinder
ditanbah dua kali volume head. Volume head dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
untuk silinder dengan volume yang ekivalen dan diameter dalam yang sama dengan bagian
silindris dari head.
Pemilihan tangki dibatasi oleh diameter atau panjang maksimum yang dapat diangkut
12
dengan railroad flatcar ( kereta dengan gerobak datar), umumnya sekitar 13ft 6in. Tangki yang
lebih besar daripada itu bisa didapatkan dengan cara:
a. Diangkut dengan kapal (jika antara lokasi dan pembuat terdapat sarana
transportasi laut)
b. Pengelasan sambungan dan pembentukan dilakukan di lokasi
c. Plat dipotong dan dibentuk di penjual dan dirakit di lokasi

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah jumlah sambungan karena berpengaruh
terhadap proporsi tangki. Usahakan jumlah sambungan seminimal mungkin.

2.3.2 Pemilihan dimensi plate yang optimum


Lebar Plate, tangki silinder dapat dibuat dengan meng-roll dan mengelas 1 atau
beberapa plate. Pilihan pengelasan tergantung pada ukuran plate yang digunakan.
Pengelasan keliling dan mendatar dapat dihilangkan dengan menggunakan plate yang
ukurannya lebih besar, Plate dengan lebar lebih dari 90 inch akan lebih mahal setiap
inch kelebihannya. Tetapi penghematan yang didapatkan dengan menggunakan plat
yang lebih lebar sehingga mengurangi jumlah sambungan dan pengelasan melebihi
biaya tambahan dari plate yang lebih lebar.
Sebagai contoh penghematan yang dapat dilakukan, diberikan oleh
W.G.Theisinger. Penggunaan dua buah plate menghabiskan total USD 17,440
sedangkan penggunaan satu buah plate hanya menghabiskan total USD 9,853.
13
Penghematan yang dapat dilakukan adalah USD 7,587 dan 5800 jam kerja.
Biaya ekstra yang dibutuhkan untuk plain-carbon-steel adalah :
Ce= 1/145. (w-90)1,23
Dengan :
Ce = dollar per 100 lb
W = lebar plate, inch

Biaya fabrikasi per circumferential weld adalah xc.D.Cw. Sehingga biaya


total untuk pengelasan plate sejumlah N (tanpa head) adalah :
Persamaan

Persamaan di atas akan memberikan lebar plate optimum dengan biaya fabrikasi
minimum.
1. Tebal Plate, Plate dengan tebal 0,5 - 1 inch tidak membutuhkan biaya tambahan.
Penggunaan tebal lebih dari 1 inch akan memerlukan biaya tambahan sehingga
serigkali digunakan plate yang lebih kuat.
2. Panjang Plate, Plate dengan panjang antara 8-50 feet tidak memerlukan biaya
tambahan. Persediaan yang ada biasanya mempunyai panjang tidak lebih 40 ft
dengan tebal % inch dan lebar plate maksimal 72 inch. Tetapi persediaan
juga tergantung pada fcemampuan untuk rnenangani ukuran plate yang tersedia.

2.3.3 Tipe Head yang Umum Dipakai dan Pemilihannya

14
Hampir semua head dibuat dari plate melingkar yang di spin atau dengan metode
press. Meskipun membutuhkan biaya tambahan untuk membentuk head dari plate datar,
tetapi penggunaan head yang telah dibentuk akan lebih ekonomis daripada penggunaan
head yang datar, kecuali untuk diameter tangki yang kecil. Penghematan dapat diperoleh
dengan berkurangnya tebal head yang digunakan.

Gambar di atas menunjukkan macam-maeam head yang umum


digunakan, dengan:
t = tebal head, inch
icr = inside comer radius, inch
sf = straight flange, inch
r = radius of dish, inch
OD = diameter luar, inch
b =depth of dish, inch
a = ID/2 = inside radius, inch
s = slope of cone, deg
OA = overall dimension, inch
H = diameter of flat spot, inch

15
Flanged-only Heads : Head jenis ini adalah yang paling ekonomis dalam
pembuatannya, karena hanya membentuk flange dengan radius pada plate datar.
Penggunaannya yang paling banyak adalah pada tangki bertekanan atmosferis. Head ini
juga dapat digunakan sebagai dasar dari tangki silinder vertikal dengan diameter
maksimal 20 ft. Head jenis ini diukur dengan basis diameter luar dan tersedia untuk
ukuran 12-42 in dengan selisih 2 in, 42 -144 in dengan selisih 6 in, 144 - 240 in dengan
selisih 12 in, juga tersedia untuk ukuran lebih dari 246 in.
Flanged standard dished and Flanged shallow dished Head : Untuk meningkatkan
kemampuan menahan tekanan maka bagian datar dari flanged only head harus dirubah
menjadi lengkungan. Pada head semacam ini, terdapat dua radius yaitu radius
lengkungan dan inside comer radius. Jika radius dari lengkungan lebih besar dari
diameter luar shell maka disebut flanged and shallow dished head. Jika radius tersebut
sama atau lebih kecil maka disebut flanged and standard dished head. Head yang tersedia
ukurannya sama dengan
Flanged only head. Head ini tidak boleh digunakan untuk tangki bertekanan tinggi,
Penggunaan umumnya adalah untuk tangki vertikal dengan tekanan rendah, tangki
horisontal untuk fluida yang volatile, dan tangki berdiatneter besar yang tekanan uap dan
tekanan hidrostatisnya terlalu besar untuk flaged only head.
Torispherical Head : Dengan mengurangi stress lokal pada inside corner head, batas
tekanan dari flanged and dished head dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan dengan
membentuk head sehingga inside comer radius paling tidak sama dengan tiga kali
ketebalan plate, atau radiusnya tidak kurang dari 6% diameter dalam, dan radius
lengkungan harus sama atau kurang dengan diameter head. Head ini umumnya
digunakan untuk tangki bertekanan antara 15-200 psig bahkan dapat lebih dari 200 psig.
Tetapi untuk penggunaan lebih dari 200 psig lebih ekonomis untuk menggunakan
elliptical flanged and dished head. Head ini dapat digunakan untuk tangki vertikal
maupun horisontal pada berbagai alat proses.
Elliptical Dished Head : Head ini digunakan untuk tangki bertekanan antara 100 psig
hingga lebih dari 200 psig. Jika rasio sumbu mayor : sumbu minor = 2:1 maka kekuatan
head akan sama dengan kekuatan shell silinder dengan diameter dalam dan luar yang
sama. Kedalaman bagian dalam dari lengkungan sama dengan setengah dari sumbu
minor atau sama dengan \4 diameter dalam dari head.
Hemispherical Head : Untuk ketebalan yang sama, Head ini merupakan yang paling
kuat. Head ini dapat menahan tekanan hingga 2 kali lipat dari elliptical head ataupun

16
shell silinder dengan tebal dan diameter yang sama. Tetapi harga pembuatan dan biaya
lain-lain dari head ini paling besar dibandmgkan dengan yang lain. Ketersedian head ini
juga terbatas dalam ukurannya, karena pembuatan dari plate tunggal lebih sulit.

2.4 Perancangan Tebal Plat Untuk Tutup ( Vessel Head) Mengaeu pada ASME Code
(under internal working pressure)
Perancangan tebal plat untuk dinding vessel mengacu pada ASME VIII div1,
paragraph : Part UG- 32 (d) dan Appendix 1 ( Supplementary Design Formulas ) l-
4(c)
Part UG:
General requirement ( persyaratan yang harus dipenuhi secara umum) untuk
semua cara / method untuk kontruksi dan berlaku untuk seaiua material

Part UG - 32 : General requirement untuk : FORMED HEAD, PRESSURE


ON CONCAVE SIDE
(a) Ketebalan yang diperlukan pada titik ketebalan paling tipis setelah
pembentukan head jenis ellipsoidal dimana tekanan yang bekerja pada
bagian sisi cekungan (internal pressure), harus dihitung berdasarkan
formula pada paragraph ini
(b) Simbol yang dipakai
t = ketebalan minimum yang diperluaka setelah pembentukan head, tidak termasuk
corrosion allowance, inci
P = design pressure, psi ataupun working pressure maksuimum yang diizinkan untuk
vessel yang terancang ( existing vessel)
D = inside diameter dari " head skirt" atau inside length dari major axis dari
ellipsoidal head, inci
S = tegangan maksimum yang diizinkan dari bahan konstrufcsi, psi
E = efisiensi sambungan terendah pada sembarang bagian di head.
Ini mencakup sambungan antara shell dan head ( head to shell joint) Untuk welded
vessel, efisiensi dipergunakan mengacu pada UW-12 , yaitu pada label UW - 12
( Max. allowable joint efficiencies for arc and gas welded joints)
Part UG - 32 (d): Ellipsoidal head
Ketebalan yang diperlukan untuk dished head yang berbentuk semi-ellipsoid ,
dimana separuh dari minor axis (inside depth dari head dikurangi fcetinggian skirt)
sama dengan ¼ dari inside diameter dari" head skirt".

17
2.5 Perhitungan Tebal Head Mengacu Appendix 1 - 4c (Supplementary design
formulas)
RUMUSAN UNTUK PERANCANGAN " FORMED HEAD "
UNDER INTERNAL WORKING PRESSURE
(a) Rumusan dari paragraph ini berlakuk untuk perancangan tutup vessel
dengan bentuk tertentu ( formed head ) dengan proporsi ukuran lain
daripada seperti tertulis ada UG - 32 (ASME Div. VTII, section 2 ) dalam
besaran diameter dalam (inside diameter) dan diameter luar (outside
diameter)
(b) Simbol yang dipakai dibawah ini digunakan dalam rumusan perancangan
dari paragraph ini.
t = tebal dari head minimum yang diperlukan setelah pembentukan
head inci
P = tekanan perancangan ( internal design pressure ) , psi ( lihat UG-21) untuk tekanan
kerja maksimum (maximum allowable working pressure untk vessel yang sudah ada,
lihat UG - 98)
D = diameter dalam dari " head skirt", atau inside length dari major axis dari ellipsoidal
head, inci
Do= diameter luar dari" head skirt" atau panjang luar dari major axis dari ellipsoidal
head, inci
S = tegangan kerja dari bahan konstruksi maksimum yang diperkenankan, psi
E = efisiensi sambungan yang terendah dari katagori sambungan jenis A ( Category A
joint ) untuk hemispherical mencakup sambungan head to shell joint. Untuk vessel
dengan sambungan cara las (welded vessels, efisiensi dipakai seperti tertulis pada
UW - 12
r = inside knuckle radius , inci
h = one - half of length dari minor axis dari ellipsoidal head atau
inside depth dari ellipsoidal head yang diukur dari tangent line
(head – bend line), inci
K= factor dari rumus untuk ellipsoidal head, yang harganya
tergantung dari(D/2h)
(D/2h) = rasio dari major axis dengan minor axis pada ellipsoidal head, harganya sama
dengan inside diameter dari "skirt" dari head dibagi dengan dua kali inside height dari
ellipsoidal head.

18
2.6 Peraneangan Tebal Plat Untuk Dinding / Shell (under internal working pressure )
Perancangan untuk menghitung ketebalan dinding shell dari vessel
absorber, mengacu pada kode ASME VIII, div. 1, paragraph UG -27 (c) dan Appendix
1 - (1-1)
Part UG 27 (c): Menghitung ketebalan shell under internal working pressure
PartUG-27(a):
Ketebalan dinding shel yang terkena beban internal working pressure haras tidak
boleh lebih tipis dari ketebalan yang dihiutng dari formula (c)
PartUG-27(b)
Symbol - symbol yang dipakai:
t = ketebalan minimum plat yang diperlukan untuk shell, tidak termasuk corrosion
allowance, inci
P = design pressure, psi ataupun working pressure maksuimum yang diizinkan untuk
vessel yang terancang ( existing vessel)
R = inside radius dari "shell courses" yang ditinjau sebelum corrosion allowance
ditambahkan, inci
S = tegangan maksimum yang diizinkan dari bahan konstruksi, psi
E = efisiensi sambungan terendah pada sembarang bagian di head. Ini mencakup
sambungan antara shell dan head (head to shell joint)
Untuk welded vessel, efisiensi dipergunakan mengacu pada UW
-12 , yaitu pada label UW - 12 (Max. allowable joint efficiencies for
arc and gas welded joints)
Part UG- 27 (c): Ketebalan Shell Silinder
Ketebalan plate minimum yang diperlukan untuk beban working pressure yang bekerja
pada silinder seharusnya dipakai ketebalan yang lebih besar dari persamaa / formula
dibawah ataupun ketebalan yang memberikan tekanan yang lebih rendah dari formula
dibawah :
· Circumferential stress (longitudinal joints) jika ketebalan plate tidak melebihi ½ dari
inside radius atau P tidak melebihi 0.385 SE, dipakai formula sbb :

t= PR
SE - 0,6P

2. Longitudinal stress ( circumferential joints )


Jika ketebalan plate tidak melebihi ½ dari inside radius dari shell ataupun P
tidak melebihi dari 1.25 SE , maka dipakai formula sbb.

t= PR 19
SE - 0,4P
2.7 Perancangan Tebal Plat Untok Binding/ Shell Mengacu Appendix 1-1
APPENDIX 1 : Supplementary Design formulas
1-1 : Ketebalan untuk kulit (shell) silinder dan kulit ( shell) bola
(a) : Rumusan untuk kulit silinder didasarkan pada jari - jari luar silinder
analog dengan formula yang diberikan pada UG -27 (c ). Untuk ketebalan kulit
silinder (under circumferential stress).

t= PR0
SE - 0,4P

dengan: Ro= out side radius dari kulit silinder yang ditinjau ( cylinder shell course ),
inci

2.8 Rumusan untuk design stabilitas dari vessel (Design of vessel stability : Tall
vessel design)
1. Untuk vessel / tower yang menjulang tinggi, maka pada vessel akan mendapatkan
beban angin. Jika angin yang bertiup kencang, maka akan memberikan moment
puntir pada vessel yang dapat mengakibaikan vessel patah (failure). Demikian
juga dengan gempa. Gempa akan menggetarkan vessel, dapat mengakibatkan
gaya geser bekerja pada dinding vessel dan akan menimbulkan tegangan geser
bekerja pada dinding vessel ( seismic stress)
2. Kegagalan vessel di pabrik, dapat dijumpai pada bewrbagai kondisi pelayanan
( loading case) vessel itu. Ada beberapa loading case yang selalu dialami olea
vessel di industri :
a. Vessel kosong ( selesai didirikan = belum dipakai), boleh jadi jika design vessel
keliru, begitu vessel berdiri, terkena angin / gempa vessel bias roboh ( gagal
berdiri)
b. Vessel dipakai untuk operasi (operating vessel). Pada keadaan ini vessel dipakai
untuk keperntingan proses, sehingga didalam vessel terdapat cairan proses
yang bekerja pada tekanan dan suhu operasi yang ditargetkan.
c. Vessel dipakai untuk test hidrostatik, Untuk setiap design dari vessel dan test
20
commissioning dari vessel sebelum dilakukan penyerahan ke pemiliknya, maka selalu
dilakukan test hidrostatik untuk melifaat ketahanan vessel terhadap beban yang
bekerja. Pada test hidrostatik, vessel disi penuh dengan air dan tekanan test dipakai
lebih besar ( kira - kiran 50 % ) dari maksimum allowable working pressure (MAWP)
d. Pada tahapan perancangan, diantara tiga kondisi vessel diatas, dicari beban - beban
(stress atupun moment) yang bekerja, yang paling berpengaruh. Untuk mengetahui
kondisi yang berpengaruh, maka dapat dilakukan perhitungan " loading case ",
ataupun Netto stress yang bekerja. Loading yang paling besar ataupun netto stress
yang bekerja yang paling besar, adalah yang berpengaruh.

Perhitungan stress gabungan yang bekerja pada absorber

Up- wind side :


Netto stress yang bekerja kearah atas , berupa tensile stress tensile stress keatas nilai
positif dead weight stress araahnya selalu kebawah , nilai negatif
1. Netto stress yang bekerja untuk ketebalan plat yang terpakai :
Σ Sup-wind = (Sw + Sap + Ss) - Sdw
2. Netto stress yang bekerja pada down-wind side , adalah tegaangan tekan
( compressive stress ) , denga arah kebawah nilainya positif :
Σ Sdown-wind = (Sdw + Sw + Ss) - Sap
Pengkajian stress yang bekerja:
Plat yang dipakai oleh absorber di Pabrik akan aman ( safe in operation ) , jika
memnuhi persaratan sbagai berikut :

21
Σ Sdown-wind ≤ S allowable dari material.
Σ Sdown-wind ≤ Sc allowable (= compressive stress)

2.9 Perhitungan Kemiringan dari Vessel (Design of vessel deflection)


(a) Untuk menara yang terfcena beban angin ataupoun gempa, maka vessel harus
dirancang agar defleksi (yang diukur sebagai penyimpan dari arah vertical /
poros vessel di bagian puncak menara / vessel tidak melebihi 6 in per
100 ft ketinggian menara / vessel
(b) Defleksi ini disebabkan olen beban angin yang bekerja ( wind load) pada menara.
(c) Defleksi dihitung sebagai berikut:

LM = Pw xD1xHx(12xH)3
8xExI

dengan:
Δ() = defleksi maksimum pada puncak menara, in
PW = tekanan angin yang bekerja, Ib/ft2
D1 = diameter vessel (termasuk isolasi yang dipakai), ft
H = ketinggian vessel, ft
E = modulus elastisitas material yang dipakai, psi
I = moment inertia (kelebaman) dari silinder tipis
I = 3.UxR3xt
t = ketebalan plat yang dipakai, in

22
BAB III

PEMILIHAN HEAD UNTUK VESSEL SILINDER


DENGAN PENUTUP

IV. PEMILIHAN HEAD UNTUK VESSEL SILINDER


DENGAN PENUTUP

4.1 Pertimbangan Dasar

4.1a Perkerabangan pengelasan


Pada awalnya dipakai paku keiing unluk penyambungan head dengan shell pada berbagai
macam vessel. Tetapi ternyata sering timbul masalah yaitu seringnya terjadi kebocoran pada daerah
sekitar paku keiing, terutama ketika tekanan operasi jauh lebih besar dari tekanan luar. Selain itu
sering pula terjadi lepasnya paku keiing. Untuk mengatasi hal tersebut mak dikembangkan jenis paku
keiing yaitu dengan fillet welding dan seal welding. Kemudian ditemukan bahwa temyata denagn
adanya pengelasan kekuatan menjadi lebih besar, sehingga dewasa mi penggunaan las menjadi cara
yang dipakai pada kebanyakan sambungan head pada shell.

23
4.1b Kegunaan formed head
Vessel silinder dengan head sudah digunakan secara luas. Secara umum penggunaan vessel
dapat dikelompokkan dalam tiga katagori :
1. Fungsi
2. pertimbangan tekanan
3. batasan ukuran
Pada peralatan proses seperti kolom distilasi, unit desorpsi, menara bahan isian, evaporator,
kristalizer dan HE pengggunaan head sangat penting dengan berbagai perlengkapan proses lairmya.
Jika tekanan proses tidak atmosferis, penggunaan head menjadi penting untuk menutup vessel.
Pada umumnya semua vessel silinder yang beroperasi pada tekanan bagian nap sekitar 5 psig
atau lebih diproduksi dengan formed head. Vessel flat-bottomed dengan diameter besar, tangki
penyimpanan cone-roofed terbatas pemakaiannya untuk tekanan pada bagian uap beberapa ons.
Vessel silinder flat-bottomed dengan diameter kecil digunakan untuk tekanan operasi beberapa psig
dengan roof berbentuk payung atau kubah. Alat yang digunakan pada tekanan di bawah atmosferis
juga memerlukan formed head. Tangki penyimpanan horizontal yang kecil biasanya juga memakai
formed head.

4.1c Vertikal versus horizontal


Pada umumnya yang menentukan tangki vertikal atau horizontal adalah fungsi tangki
tersebut. Sebagai contoh kolom distilasi dan menara bahan isian yang memanfaatkan gaya grafitasi
untuk memisahkan fasa, memerlukan instalasi vertikal. Heat exchanger dan tangki penyimpanan bisa
berbentuk vertikal maupun horizontal. Pada heat exchanger penentuan horizontal dan vertikal
ditentukan oleh arah aliran fluida dan pertimbangan perpindahan panas. Pada tangki penyimpanan
penentuan horizontal vertikal lebih ditentukan oleh tempat instalasi. Jika tangki penyimpanan
dipasang di luar ruangan maka angin mempunyai pengaruh pada kekuatan penyangga, sehingga
tangki horizontal lebih ekonomis. Selain itu pertimbangan penting lainnya seperti ketersediaan,
ruang head pemeliharaan menjadi faktor penentu.

4.2 SPESIFIKASI BAHAN


Vessel (dengan head yang dibentuk = vessel with formed head) umumnya dibuat dari bahan
low carbon steel, yang mana bahan ini akan jadi pilihan yang lebih murah apabila dikaitkan dengan
pertimbangan suhu dan korosi. Selain itu, bahan ini memiliki kekuatan yang cukup tinggi, mudah
dibuat dan baja lunaknya (sebagai bahan dasar baja) mudah didapat. Sedangkan low dan high alloy
steel umumnya digunakan untuk keperluan-keperiuan fabrikasi tertentu.
Baja yang umum digunakan terbagi menjadi dua kategori umum:
• Baja yang dispesifikasi oleh ASME
Lebih sering merujuk pada boilerplate steel. Digunakan untuk vessel bertekanan.
• Struksural grade steel
Sebagian baja ini ada yang sesuai dengan spesifikasi dari ASME yang khusus digunakan
untuk keperluan fabrikasi tertentu dan juga yang khusus digunakan untuk konstruksi
vessel storage (vessel penyimpan)

Perancangan vessel yang sesuai dengan standar ASME akan dibicarakan lebih detail dalam bab 13,
meliputi penjabaran tentang bahan dan spesifikasi. Dalam bab ini pembicaraan akan dibatasi hanya
pada penggunaan baja untuk fabrikasi vessel (dengan head yang dibentuk = vessel with formed
head) yang tidak perlu disesuaikan dengan standar ASME.

24
4.3 Tipe structural steel plates
Jenis tipe ini yang banyak tersedia dapat dilihat pada daftar 67, pada ASTM A6-54T. Tipe
yang cocok untuk konstruksi vessel adalah A-7, A-113, A-131 dan A-283. Spesifikasi ASTM-A6-54T
memberikan pertimbangan umum, seperti variasi dimensi dan berat yang diijinkan, metode
pengetesan, koreksi,
ASTM A-7, A-283 grade C dan A-283 grade D adalah yang paling umum digunakan untuk konstruksi
vessel penyimpanan dan vessel dengan head yang dibentuk, khususnya baja yang didesign, seperti
ASTM A-283 grade C. Baja A-283-54 tipe structural digunakan untuk fabrikasi vessel secara umum.
Tipe ini tersedia dalam 4 grade yaitu A, B, C dan D dengan daya regang minimum sebesar
45.000,50.000,55.000 dan 65.000 psi. ketebalannya tersedia dari ukuran 2 in keatas. Tapi untuk
perancangan vessel, ketebalannya dibatasi dari ukuran % in keatas. Grade A dan B memiliki duktilitas
(kegetasan) yang tinggi dan daya regang yang rendah sementara grade D duktilitasnya tidak
memadai untuk membentuk shell dan head dan lebih sulit di las. Sehingga grade C-lah yang paling
banyak digunakan untuk konstruksi vessel. Yang paling banyak adalah untuk tangki penyimpanan
minyak, tangki bertingkat, pipa air tegak, dan berbagai penggunaan tangki.
Baja A-7 umumnya digunakan untuk konstruksi jembatan, bangunan, dan berbagai aplikasi structural
lainnya. Tipe ini memiliki sifat fisis yang mirip dengan A-283 grade D. Dua tipe baja ini dibuat dengan
proses yang sama yaitu dengan proses pada tungku perapian terbuka atau electric furnace.
Bagaimanapun juga, baja A-7 juga dibuat melalui proses acid-Bassemer, dan baja yang dibuat melalui
proses ini tidak direkomendasikan untuk konstruksi vessel. Baja A-7 tersedia dalam berbagai ukuran
fcetebalan standar. Baja ASTM A-l 13-55 merupakan baja structural yang umum digunakan untuk
konstruksi lokomotif dan jalan rel. Dibuat melalui proses tungki perapian terbuka atau proses
menggunakan electric furnace. Baja ini juga tersedia dalam berbagai ukuran ketebalan standar dan
dalam ti§a grade yaitu A, B dan C. Baja A-113-55 grade B memiliki sifat fisis diantara baja A-283 grade
B dan C, tapi daya regangnya kurang lebih sama dengan baja A-283. Tidak ada keuntungan lain lebih
memilih baja tipe ini dibandingkan dengan baja A-283 kecuali bahwa baja ini tersedia dalam bentuk
yang siap pakai. Baja ini juga bisa digunakan untuk konstruksi vessel untuk mendapatkan spesifikasi
yang sama dengan batasan seperti baja A-283.
Baja ASTM A-131-55 merupakan baja structural yang lebih baik dan digunakan untuk konstruksi
kapal. Spesifikasi baja ini pada dasarnya mirip dengan baja A-7 dan A-283 grade D. untuk
memperbaiki mutu dari baja kapal ini, tahun 1950 spesifikasinya pernah diubah dengan menambah
ketebalan. Peningkatan kualitas dengan menambah ketebalan, memberikan dampak pada baja ini
sebagai bahan konstraksi. Untuk baja ini, terdapat batasan persen maksimum kandungan karbon dan
batasan 0,6% - 0,9% kandungan mangan untuk fcetebalan yang kurang dari ½ inch begitu juga untuk
fcetebalan baja 1 in atau lebih, dipersyaratkan kandungan silicon sebesar 0,15% - 0,3%. Baja ini
tersedia dalam banyak ukuran ketebalan dan memiliki kualitas yang lebih tinggi dari baja A-7 tapi
tidak diijinkan penggunaannya untuk konstruksi vessel bertekanan yang sesuai standar. Ukuran plat
baja yang lebih tebal akan lebih mahal harganya.
Baja structural lain yang distandarkan ASTM untuk perancangan adalah A-8, A-94, A-284 dan A-242.
Baja A-8 memiliki kandungan 3% - 4% baja nikel dan kandungan karbon maksimum sebesar 0,43%
dengan daya regang sebesar 90.000 psi hingga 115.000 psi.
Digunakan untuk beban tegangan yang sangat besar. Tambahan nikel menyebabkan baja ini lebih
kokoh, kuat dan lebih berkilau dibandingkan kilau carbon steel, meningkatkan yield point, batas
kelelahan, dan menambah kekuatan. Kesulitan dalam pengelasan dan biaya extra karena
penambahan nikel menyebabkan baja ini tidak digunakan untuk konstruksi vessel. Baja A-94
merupakan baja silicon structural yang mimiliki kandungan karbon maksimum 0,2% dan kandungan
silicon minimum 0,2% dengan daya regang berkisar antara 80.000 psi hingga 95.000 psi. Yield point
minimum sebesar 45.000 psi. Baja ini juga dihindari penggunaannya untuk konstruksi vessel sebab
pengelasannya sulit dan ada biaya extra untuk pematian sempurna baja (fully killed steel). Baja A-284
merupakan baja silicon-karbon dengan kekuatan rendah hingga menengah yang memiliki 0,1% -
0,3% kandungan silicon dan daya regang sebesar 50.000 hingga 60.000 psi, tergantung pada grade
yang dimiliki. Baja ini memiliki ukuran butir yang kasar dan dibutuhkan proses pemanasan lebih
lanjut untuk perbaikan ukuran butir. Adanya silicon yang terpisah ikatan dari karbon (untuk
membentuk grafit yang lebih halus) menyebabkan lemahnya sambungan las, ditambah lagi dengan
25
adanya biaya extra untuk pematian sempurna bajanya menyebabkan baja ini tidak ekonomis jika
digunakan untuk kontruksi vessel.
Baja A-242 merupakan low alloy structural steel yang digunakan terutama sebagai material
tumpuan tegangan diantara semua baja structural yang ada, dimana berat dan tahanan korosi pada
kondisi atmosferis menjadi pertimbangan penting. Ketebalannya dibatasi tidak lebih tipis dari 3/16
inch dan tidak lebih tebal dari 2 inch. Baja ini memiliki kandungan mangan sebesar 1,25% dan kadar
karbon maksimum 0,2%. Yield point sebesar 50.000 psi untuk ketebalan 3/16 - 3/4 inch, 45.000 psi
untuk ketebalan 3/4 - 1 ½ inch dan 40.000 psi untuk ketebalan 1 ½ - 2 inch. Bandingkan dengan yield
point 30.000 psi yang dimiliki oleh baja A-283 grade C. Untuk ketebalan 1 ½ inch, mem'ngkatnya
ketebalan akan meningkatkan kekuatan sebesar 50% lebih. Dengan menggunakan factor design
aman yang sama berdasar pada yield point, dihasilkan bahwa penurunan ketebalan logam yang
digunakan akan menurunkan pula kemampuan menahan beban yang diberikan. Pada perancangan
vessel dimana tegangan bahan lebih mengontrol dibanding stabilitas elastis, maka penggunaan baja
ini akan lebih aman jika dibanding dengan penggunaan baja A-283 grade C.

4.4 PERSAMAAN UNTUK VESSEL DENGAN ELIPTICAL


DISHED HEADS
Volume tangki silinder tertutup dengan eliptical dished heads sama dengan volume silinder
ditanbah dua kali volume head. Volume head dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
untuk silinder dengan volume yang ekivalen dan diameter dalam yang sama dengan bagian silindris
dari head. Gambar di bawah ini memperlihatkan irisan melintang dari elipsoidal head dengan rasio
sumbu mayor: sumbu minor = 2:1

26
27
Pemilihan tangki dibatasi oleh diameter atau panjang maksimum yang dapat diangkut dengan
railroad flatcar ( kereta dengan gerobak datar), umumnya sekitar 13ft 6in. Tangki yang lebih besar
daripada itu bisa didapatkan dengan cara:
a. Diangkut dengan kapal (jika antara lokasi dan pembuat terdapat sarana transportasi laut)
b. Pengelasan sambungan dan pembentukan dilakukan di lokasi
c. Plat dipotong dan dibentuk di penjual dan dirakit di lokasi

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah jumlah sambungan karena berpengaruh terhadap proporsi
tangki. Usahakan jumlah sambungan seminimal mungkin.

28
Pemilihan dimensi plate yang optimum
Lebar Plate, tangki silinder dapat dibuat dengan meng-roll dan mengelas 1 atau beberapa
plate. Pilihan pengelasan tergantung pada ukuran plate yang digunakan.
Pengelasan keliling dan mendatar dapat dihilangkan dengan menggunakan plate yang ukurannya
lebih besar, Plate dengan lebar lebih dari 90 inch akan lebih mahal setiap inch kelebihannya. Tetapi
penghematan yang didapatkan dengan mnggunakan plat yang lebih lebar sehingga mengurangi
jumlah sambungan dan pengelasan melebihi biaya tambahan dari plate yang lebih lebar.

29
GAMBAR : Hubungan beaya fabrikasi dengan ketebalan plat yg dipakai

30
GAMBAR : Hubungan lebar plat yang optimum untuk dinding shell

Sebagai contoh penghematan yang dapat dilakukan, diberikan oleh W.G. Theisinger.
Penggunaan dua buah plate menghabiskan total USD 17,440 sedangkan penggunaan satu buah plate
hanya menghabiskan total USD 9,853.
Penghematan yang dapat dilakukan adalah USD 7,587 dan 5800 jam kerja.
Biaya ekstra yang dibutuhkan untuk plain-carbon-steel adalah : C e= . (w-90)1,23

Dengan :
Ce = dollar per 100 lb
W = lebar plate, inch

Biaya fabrikasi per circumferential weld adalah xc.D.C w. Sehingga biaya total untuk
pengelasan plate sejumlah N (tanpa head) adalah :

31
Persamaan di atas akan memberikan lebar plate optimum dengan biaya fabrikasi minimum.
• Tebal Plate, Plate dengan tebal 0,5 - 1 inch tidak membutuhkan biaya tambahan.
Penggunaan tebal lebih dari 1 inch akan memerlukan biaya tambahan sehingga serittgkali
digunakan plate yang lebih kuat.
• Panjang Plate, Plate dengan panjang antara 8-50 feet tidak memerlukan biaya tambahan.
Persediaan yang ada biasanya mempunyai panjang tidak lebih 40 ft dengan tebal % inch dan
lebar plate maksimal 72 inch. Tetapi persediaan juga tergantung pada fcemampuan untuk
rnenangani ukuran plate yang tersedia.

4.5 Tipe Head yang Umum Dipakai dan Pemilihannya


Hampir semua head dibuat dari plate melingkar yang di spin atau dengan metode press.
Meskipun membutuhkan biaya tambahan untuk membentuk head dari plate datar, tetapi
penggunaan head yang telah dibentuk akan lebih ekonomis daripada penggunaan head yang datar,
kecuali untuk diameter tangki yang kecil. Penghematan dapat diperoleh dengan berkurangnya tebal
head yang digunakan.

32
Gambar di atas menunjukkan macam-maeam head yang umum digunakan, dengan:
t = tebal head, inch icr = inside comer
radius, inch sf = straight flange, inch r =
radius of dish, inch OD = diameter luar, inch
b =depth of dish, inch a = ID/2 = inside
radius, inch
s = slope of cone, deg
OA = overall dimension, inch
H = diameter of flat spot, inch

4.5a Flanged-only Heads


Head jenis ini adalah yang paling ekonomis dalam pembuatannya, karena hanya membentuk
flange dengan radius pada plate datar. Penggunaannya yang paling banyak adalah pada tangki
bertekanan atmosferis. Head ini juga dapat digunakan sebagai dasar dari tangki silinder vertikal
dengan diameter maksimal 20 ft. Head jenis ini diukur dengan basis diameter luar dan tersedia untuk
ukuran 12-42 in dengan selisih 2 in, 42 -144 in dengan selisih 6 in, 144 - 240 in dengan selisih 12 in,
juga tersedia untuk ukuran lebih dari 246 in.

4.5b Flanged standard dished and Flanged shallow dished Head


Untuk meningkatkan kemampuan menahan tekanan maka bagian datar dari flanged only
head harus dirubah menjadi lengkungan. Pada head semacam ini, terdapat dua radius yaitu radius
lengkungan dan inside comer radius. Jika radius dari lengkungan lebih besar dari diameter luar shell
maka disebut flanged and shallow dished head. Jika radius tersebut sama atau lebih kecil maka
disebut flanged and standard dished head. Head yang tersedia ukurannya sama dengan flanged only
head. Head ini tidak boleh digunakan untuk tangki bertekanan tinggi, Penggunaan umumnya adalah

33
untuk tangki vertikal dengan tekanan rendah, tangki horisontal untuk fluida yang volatile, dan tangki
berdiatneter besar yang tekanan uap dan tekanan hidrostatisnya terlalu besar untuk flaged only
head.

4.5c Torispherical Head


Dengan mengurangi stress lokal pada inside corner head, batas tekanan dari flanged and
dished head dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan dengan membentuk head sehingga inside
comer radius paling tidak sama dengan tiga kali ketebalan plate, atau radiusnya tidak kurang dari 6%
diameter dalam, dan radius lengkungan harus sama atau kurang dengan diameter head. Head ini
umumnya digunakan untuk tangki bertekanan antara 15-200 psig bahkan dapat lebih dari 200 psig.
Tetapi untuk penggunaan lebih dari 200 psig lebih ekonomis untuk menggunakan elliptical flanged
and dished head. Head ini dapat digunakan untuk tangki vertikal maupun horisontal pada berbagai
alat proses
4.5d Elliptical Dished Head
Head ini digunakan untuk tangki bertekanan antara 100 psig hingga lebih dari 200 psig. Jika
rasio sumbu mayor : sumbu minor = 2:1 maka kekuatan head akan sama dengan kekuatan shell
silinder dengan diameter dalam dan luar yang sama. Kedalaman bagian dalam dari lengkungan sama
dengan setengah dari sumbu minor atau sama dengan \4 diameter dalam dari head.

4.5e Hemispherical Head


Untuk ketebalan yang sama, Head ini merupakan yang paling kuat. Head ini dapat menahan
tekanan hingga 2 kali lipat dari elliptical head ataupun shell silinder dengan tebal dan diameter yang
sama. Tetapi harga pembuatan dan biaya lain-lain dari head ini paling besar dibandmgkan dengan
yang lain. Ketersedian head ini juga terbatas dalam ukurannya, karena pembuatan dari plate tunggal
lebih sulit.

4.6 Perancangan Tebal Plat Untuk Tutup ( Vessel


Head) Mengaeu pada ASME Code (under
internal working pressure)

Perancangan tebal plat untuk dinding vessel mengacu pada ASME VIII div 1, paragraph : Part
UG- 32 (d) dan Appendix 1 ( Supplementary Design Formulas ) l-4(c)

Part UG:
General requirement ( persyaratan yang harus dipenuhi secara umum) untuk semua cara /
method untuk kontruksi dan berlaku untuk seaiua material

Part UG - 32 : General requirement untuk : FORMED HEAD, PRESSURE


ON CONCAVE SIDE
(a) Ketebalan yang diperlukan pada titik ketebalan paling tipis setelah pembentukan head
jenis ellipsoidal dimana tekanan yang bekerja pada bagian sisi cekungan (internal
pressure), harus dihitung berdasarkan formula pada paragraph ini

34
(b) Simbol yang dipakai t = ketebalan minimum yang diperluaka setelah pembentukan head,
tidak termasuk corrosion allowance, inci
P = design pressure, psi ataupun working pressure maksuimum yang diizinkan untuk
vessel yang terancang ( existing vessel)
D = inside diameter dari " head skirt" atau inside length dari major axis dari ellipsoidal
head, inci
S = tegangan maksimum yang diizinkan dari bahan konstrufcsi, psi
E = efisiensi sambungan terendah pada sembarang bagian di head. Ini mencakup
sambungan antara shell dan head ( head to shell joint) Untuk welded vessel, efisiensi
dipergunakan mengacu pada UW - 12 , yaitu pada label UW - 12 ( Max. allowable joint
efficiencies for arc and gas welded joints)

Part UG - 32 (d): Ellipsoidal head


Ketebalan yang diperlukan untuk dished head yang berbentuk semi-ellipsoid ,
dimana separuh dari minor axis (inside depth dari head dikurangi fcetinggian skirt)
sama dengan ¼ dari inside diameter dari" head skirt", haras dihitung dengan
persamaan :

T=
.

atau :

P=
.

4.7 Perhitungan Tebal Head Mengacu Appendix 1 - 4c


(Supplementary design formulas) RUMUSAN UNTUK
PERANCANGAN " FORMED HEAD " UNDER INTERNAL
WORKING PRESSURE
(a) Rumusan dari paragraph ini berlakuk untuk perancangan tutup vessel dengan bentuk
tertentu ( formed head ) dengan proporsi ukuran lain daripada seperti tertulis ada UG - 32

35
(ASME Div. VTII, section 2 ) dalam besaran diameter dalam (inside diameter) dan diameter
luar (outside diameter)
(b) Simbol yang dipakai dibawah ini digunakan dalam rumusan perancangan dari paragraph ini.
t = tebal dari head minimum yang diperlukan setelah pembentukan head inci
P = tekanan perancangan ( internal design pressure ) , psi ( lihat UG -21) untuk
tekanan kerja maksimum (maximum allowable working pressure untk vessel yang
sudah ada, lihat UG - 98)
D = diameter dalam dari " head skirt", atau inside length dari major axis dari
ellipsoidal head, inci
Do= diameter luar dari" head skirt" atau panjang luar dari major axis dari ellipsoidal
head, inci
S = tegangan kerja dari bahan konstruksi maksimum yang diperkenankan, psi
E = efisiensi sambungan yang terendah dari katagori sambungan jenis A ( Category A
joint ) untuk hemispherical mencakup sambungan head to shell joint. Untuk vessel
dengan sambungan cara las (welded vessels, efisiensi dipakai seperti tertulis pada
UW - 12 r = inside knuckle radius , inci
h = one - half of length dari minor axis dari ellipsoidal head atau inside depth dari
ellipsoidal head yang diukur dari tangent line
(head – bend line), inci
K= factor dari rumus untuk ellipsoidal head, yang harganya tergantung dari(D/2h)

(D/2h) = rasio dari major axis dengan minor axis pada ellipsoidal head, harganya
sama dengan inside diameter dari "skirt" dari head dibagi dengan dua kali inside
height dari ellipsoidal head, dapat dilihat dari table

TABLE 1-4.1 VALUE OF FACTOR K


( use nearest value of D/2h, interpolation unnecessary)

36
FORMULA

2
0.1

Atau :
2
2

Dimana :

37
!"
2 2

4.8 Peraneangan Tebal Plat Untuk Dinding / Shell


(under internal working pressure )
Perancangan untuk menghitung ketebalan dinding shell dari vessel absorber, mengacu pada
kode ASME VIII, div. 1, paragraph UG -27 (c) dan
Appendix 1 - (1-1)
Part UG 27 (c): Menghitung ketebalan shell under internal working pressure

PartUG-27(a):
Ketebalan dinding shel yang terkena beban internal working pressure haras tidak boleh lebih tipis
dari ketebalan yang dihiutng dari formula (c)

PartUG-27(b)
Symbol - symbol yang dipakai:
t = ketebalan minimum plat yang diperlukan untuk shell, tidak termasuk corrosion
allowance, inci
P = design pressure, psi ataupun working pressure maksuimum yang diizinkan untuk
vessel yang terancang ( existing vessel)
R = inside radius dari "shell courses" yang ditinjau sebelum corrosion allowance
ditambahkan, inci
S = tegangan maksimum yang diizinkan dari bahan konstruksi, psi
E = efisiensi sambungan terendah pada sembarang bagian di head. Ini mencakup
sambungan antara shell dan head (head to shell joint) Untuk welded vessel, efisiensi
dipergunakan mengacu pada UW -12 , yaitu pada label UW - 12 (Max. allowable joint
efficiencies for arc and gas welded joints)

Part UG- 27 (c): Ketebalan Shell Silinder


Ketebalan plate minimum yang diperlukan untuk beban working pressure yang bekerja
pada silinder seharusnya dipakai ketebalan yang lebih besar dari persamaa / formula
dibawah ataupun ketebalan yang memberikan tekanan yang lebih rendah dari formula
dibawah : 1. Circumferential stress (longitudinal joints) jika ketebalan plate tidak
melebihi ½ dari inside radius atau P tidak melebihi 0.385 SE, dipakai formula sbb.:

#
atau
.$ # .$

2. Longitudinal stress ( circumferential joints )

38
Jika ketebalan plate tidak melebihi ½ dari inside radius dari shell ataupun P tidak
melebihi dari 1.25 SE , maka dipakai formula sbb.

#
atau
. # .

4.9 Perancangan Tebal Plat Untok Binding/ Shell


Mengacu Appendix 1-1
APPENDIX 1 : Supplementary Design formulas
1-1 : Ketebalan untuk kulit (shell) silinder dan kulit ( shell) bola
(a) : Rumusan untuk kulit silinder didasarkan pada jari - jari luar silinder analog dengan
formula yang diberikan pada UG -27 (c ).

Untuk ketebalan kulit silinder (under circumferential stress)

#%
atau
. #% .

dengan: Ro= out side radius dari kulit silinder yang ditinjau ( cylinder shell course ), inci

4.10 Rumusan untuk design stabilitas dari vessel


(Design of vessel stability : Tall vessel design)

1. Untuk vessel / tower yang menjulang tinggi, maka pada vessel akan mendapatkan beban
angin. Jika angin yang bertiup kencang, maka akan memberikan moment puntir pada vessel
yang dapat mengakibaikan vessel patah (failure). Demikian juga dengan gempa. Gempa akan
menggetarkan vessel, yang dapat mengakibatkan gaya geser bekerja pada dinding vessel dan
akan menimbulkan tegangan geser bekerja pada dinding vessel ( seismic stress)

39
2. Kegagalan vessel di pabrik, dapat dijumpai pada bewrbagai kondisi pelayanan ( loading case)
vessel itu. Ada beberapa loading case yang selalu dialami olea vessel di industri :
a. Vessel kosong ( selesai didirikan = belum dipakai), boleh jadi jika design vessel keliru,
begitu vessel berdiri, terkena angin / gempa vessel bias roboh ( gagal berdiri)
b. Vessel dipakai untuk operasi (operating vessel). Pada keadaan ini vessel dipakai
untuk keperntingan proses, sehingga didalam vessel terdapat cairan proses yang
bekerja pada tekanan dan suhu operasi yang ditargetkan.
c. Vessel dipakai untuk test hidrostatik, Untuk setiap design dari vessel dan test
commissioning dari vessel sebelum dilakukan penyerahan ke pemiliknya, maka
selalu dilakukan test hidrostatik untuk melifaat ketahanan vessel terhadap beban
yang bekerja. Pada test hidrostatik, vessel disi penuh dengan air dan tekanan test
dipakai lebih besar ( kira - kiran 50 % ) dari maksimum allowable working pressure
(MAWP)
d. Pada tahapan perancangan, diantara tiga kondisi vessel diatas, dicari beban - beban
(stress atupun moment) yang bekerja, yang paling berpengaruh. Untuk mengetahui
kondisi yang berpengaruh , maka dapat dilakukan perhitungan " loading case ",
ataupun Netto stress yang bekerja. Loading yang paling besar ataupun netto stress
yang bekerja yang paling besar, adalah yang berpengaruh.

Perhitungan stress gabungan yang bekerja pada absorber

Up- wind side :

40
Netto stress yang bekerja kearah atas , berupa tensile stress tensile stress keatas nilai
positif
dead weight stress araahnya selalu kebawah , nilai negatif
1. Netto stress yang bekerja untuk ketebalan plat yang terpakai :

∑ Sup-wind = (Sw + Sap + Ss) - Sdw


2. Netto stress yang bekerja pada down-wind side , adalah tegaangan tekan
( compressive stress ) , denga arafa kebawah nilainya positif :

∑ Sdown-wind = (Sdw + Sw + Ss) - Sap

Pengkajian stress yang bekerja:


Plat yang dipakai oleh absorber di Pabrik akan aman ( safe in operation ) , jika memnuhi
persaratan sbagai berikut :
∑ Sdown-wind ≤ S allowable dari material.

∑ Sdown-wind ≤ Sc allowable (= compressive stress)

4.11 Perhitungan Kemiringan dari Vessel (Design of


vessel deflection)
(a) Untuk menara yang terfcena beban angin ataupoun gempa, maka vessel hams dirancang
agar defleksi (yang diukur sebagai penyimpan dari arah vertical / poros vessel di bagian
puncak menara / vessel tidak melebihi 6 in per 100 ft ketinggian menara / vessel
(b) Defleksi ini disebabkan olen beban angin yang bekerja ( wind load) pada menara.
(c) Defleksi dihitung sebagai berikut:

∆() +,

dengan:

∆() = defleksi maksimum pada puncak menara, in


PW = tekanan angin yang bekerja, Ib/ft2
D1 = diameter vessel (termasuk isolasi yang dipakai), ft
H = ketinggian vessel, ft
E = modulus elastisitas material yang dipakai, psi
I = moment inertia (kelebaman) dari silinder tipis I = 3,UxR3xt t =
ketebalan plat yang dipakai, in

41
3.4 Persamaan Untuk Vessel Dengan Eliptical Dished Heads
Volume tangki silinder tertutup dengan eliptical dished heads sama dengan
volume silinder ditanbah dua kali volume head. Volume head dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan untuk silinder dengan volume yang ekivalen dan
diameter dalam yang sama dengan bagian silindris dari head. Gambar di bawah
ini memperlihatkan irisan melintang dari elipsoidal head dengan rasio sumbu
mayor: sumbu minor = 2:1

42
Pemilihan tangki dibatasi oleh diameter atau panjang maksimum yang dapat
diangkut dengan railroad flatcar ( kereta dengan gerobak datar), umumnya sekitar
13ft 6in. Tangki yang lebih besar daripada itu bisa didapatkan dengan cara:
a. Diangkut dengan kapal (jika antara lokasi dan pembuat terdapat sarana
transportasi laut)
b. Pengelasan sambungan dan pembentukan dilakukan di lokasi
c. Plat dipotong dan dibentuk di penjual dan dirakit di lokasi

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah jumlah sambungan karena berpengaruh
terhadap proporsi tangki. Usahakan jumlah sambungan seminimal mungkin.
Pemilihan dimensi plate yang optimum
Lebar Plate, tangki silinder dapat dibuat dengan meng-roll dan mengelas 1
atau beberapa plate. Pilihan pengelasan tergantung pada ukuran plate yang
digunakan.
Pengelasan keliling dan mendatar dapat dihilangkan dengan menggunakan plate
yang ukurannya lebih besar, Plate dengan lebar lebih dari 90 inch akan lebih
mahal setiap inch kelebihannya. Tetapi penghematan yang didapatkan dengan
mnggunakan plat yang lebih lebar sehingga mengurangi jumlah sambungan dan
pengelasan melebihi biaya tambahan dari plate yang lebih lebar.

GAMBAR : Hubungan beaya fabrikasi dengan ketebalan plat yg dipakai


GAMBAR : Hubungan lebar plat yang optimum untuk dinding shell

Sebagai contoh penghematan yang dapat dilakukan, diberikan oleh W.G.


Theisinger. Penggunaan dua buah plate menghabiskan total USD 17,440
sedangkan penggunaan satu buah plate hanya menghabiskan total USD 9,853.
Penghematan yang dapat dilakukan adalah USD 7,587 dan 5800 jam kerja.
Biaya ekstra yang dibutuhkan untuk plain-carbon-steel adalah :

Dengan :
Ce = dollar per 100 lb
W = lebar plate, inch
Biaya fabrikasi per circumferential weld adalah xc.D.Cw. Sehingga biaya
total untuk pengelasan plate sejumlah N (tanpa head) adalah :

Persamaan di atas akan memberikan lebar plate optimum dengan biaya fabrikasi
minimum.
· Tebal Plate, Plate dengan tebal 0,5 - 1 inch tidak membutuhkan biaya
tambahan. Penggunaan tebal lebih dari 1 inch akan memerlukan biaya
tambahan sehingga serittgkali digunakan plate yang lebih kuat.
· Panjang Plate, Plate dengan panjang antara 8-50 feet tidak memerlukan
biaya tambahan. Persediaan yang ada biasanya mempunyai panjang tidak
lebih 40 ft dengan tebal % inch dan lebar plate maksimal 72 inch. Tetapi
persediaan juga tergantung pada fcemampuan untuk rnenangani ukuran
plate yang tersedia.
3.5 Tipe Head yang Umum Dipakai dan Pemilihannya
Hampir semua head dibuat dari plate melingkar yang di spin atau dengan
metode press. Meskipun membutuhkan biaya tambahan untuk membentuk head
dari plate datar, tetapi penggunaan head yang telah dibentuk akan lebih ekonomis
daripada penggunaan head yang datar, kecuali untuk diameter tangki yang kecil.
Penghematan dapat diperoleh dengan berkurangnya tebal head yang digunakan.

Gambar di atas menunjukkan macam-maeam head yang umum


digunakan, dengan:
t = tebal head, inch
icr = inside comer radius, inch
sf = straight flange, inch
r = radius of dish, inch
OD = diameter luar, inch
b =depth of dish, inch
a = ID/2 = inside radius, inch
s = slope of cone, deg
OA = overall dimension, inch
H = diameter of flat spot, inch

3.5a Flanged-only Heads


Head jenis ini adalah yang paling ekonomis dalam pembuatannya, karena
hanya membentuk flange dengan radius pada plate datar. Penggunaannya yang
paling banyak adalah pada tangki bertekanan atmosferis. Head ini juga dapat
digunakan sebagai dasar dari tangki silinder vertikal dengan diameter maksimal
20 ft. Head jenis ini diukur dengan basis diameter luar dan tersedia untuk ukuran
12-42 in dengan selisih 2 in, 42 -144 in dengan selisih 6 in, 144 - 240 in dengan
selisih 12 in, juga tersedia untuk ukuran lebih dari 246 in.

3.5b Flanged standard dished and Flanged shallow dished Head


Untuk meningkatkan kemampuan menahan tekanan maka bagian datar
dari flanged only head harus dirubah menjadi lengkungan. Pada head semacam
ini, terdapat dua radius yaitu radius lengkungan dan inside comer radius. Jika
radius dari lengkungan lebih besar dari diameter luar shell maka disebut flanged
and shallow dished head. Jika radius tersebut sama atau lebih kecil maka disebut
flanged and standard dished head. Head yang tersedia ukurannya sama dengan
flanged only head. Head ini tidak boleh digunakan untuk tangki bertekanan tinggi,
Penggunaan umumnya adalah untuk tangki vertikal dengan tekanan rendah,
tangki horisontal untuk fluida yang volatile, dan tangki berdiatneter besar yang
tekanan uap dan tekanan hidrostatisnya terlalu besar untuk flaged only head.

3.5c Torispherical Head


Dengan mengurangi stress lokal pada inside corner head, batas tekanan
dari flanged and dished head dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan dengan
membentuk head sehingga inside comer radius paling tidak sama dengan tiga kali
ketebalan plate, atau radiusnya tidak kurang dari 6% diameter dalam, dan radius
lengkungan harus sama atau kurang dengan diameter head. Head ini umumnya
digunakan untuk tangki bertekanan antara 15-200 psig bahkan dapat lebih dari
200 psig. Tetapi untuk penggunaan lebih dari 200 psig lebih ekonomis untuk
menggunakan elliptical flanged and dished head. Head ini dapat digunakan untuk
tangki vertikal maupun horisontal pada berbagai alat proses
3.5d Elliptical Dished Head
Head ini digunakan untuk tangki bertekanan antara 100 psig hingga lebih
dari 200 psig. Jika rasio sumbu mayor : sumbu minor = 2:1 maka kekuatan head
akan sama dengan kekuatan shell silinder dengan diameter dalam dan luar yang
sama. Kedalaman bagian dalam dari lengkungan sama dengan setengah dari
sumbu minor atau sama dengan \4 diameter dalam dari head.

3.5e Hemispherical Head


Untuk ketebalan yang sama, Head ini merupakan yang paling kuat. Head
ini dapat menahan tekanan hingga 2 kali lipat dari elliptical head ataupun shell
silinder dengan tebal dan diameter yang sama. Tetapi harga pembuatan dan biaya
lain-lain dari head ini paling besar dibandmgkan dengan yang lain. Ketersedian
head ini juga terbatas dalam ukurannya, karena pembuatan dari plate tunggal lebih
sulit.

3.6 Perancangan Tebal Plat Untuk Tutup ( Vessel Head) Mengaeu pada ASME
Code (under internal working pressure)

Perancangan tebal plat untuk dinding vessel mengacu pada ASME VIII div
1, paragraph : Part UG- 32 (d) dan Appendix 1 ( Supplementary Design
Formulas ) l-4(c)

Part UG:
General requirement ( persyaratan yang harus dipenuhi secara umum)
untuk semua cara / method untuk kontruksi dan berlaku untuk seaiua material

Part UG - 32 : General requirement untuk : FORMED HEAD, PRESSURE


ON CONCAVE SIDE
(a) Ketebalan yang diperlukan pada titik ketebalan paling tipis setelah
pembentukan head jenis ellipsoidal dimana tekanan yang bekerja pada
bagian sisi cekungan (internal pressure), harus dihitung berdasarkan
formula pada paragraph ini
(b) Simbol yang dipakai
t = ketebalan minimum yang diperluaka setelah pembentukan head,
tidak termasuk corrosion allowance, inci
P = design pressure, psi ataupun working pressure maksuimum yang
diizinkan untuk vessel yang terancang ( existing vessel)
D = inside diameter dari " head skirt" atau inside length dari major axis
dari ellipsoidal head, inci
S = tegangan maksimum yang diizinkan dari bahan konstrufcsi, psi
E = efisiensi sambungan terendah pada sembarang bagian di head. Ini
mencakup sambungan antara shell dan head ( head to shell joint)
Untuk welded vessel, efisiensi dipergunakan mengacu pada UW -
12 , yaitu pada label UW - 12 ( Max. allowable joint efficiencies
for arc and gas welded joints)

Part UG - 32 (d): Ellipsoidal head


Ketebalan yang diperlukan untuk dished head yang berbentuk
semi-ellipsoid , dimana separuh dari minor axis (inside depth dari
head dikurangi fcetinggian skirt) sama dengan ¼ dari inside
diameter dari" head skirt".
BAB IV
PERANCANGAN HEAT EXCHANGER

4.1 Faktor – Faktor Yang Menentukan Dalam Pemilihan Heat Exchanger


Mekanisme perpindahan panas :
 Panas secara Konduksi

Kalor mengalir pada konduktor dari sisi yang bersuhu tinggi ke sisi yang bersuhu rendah.
Jadi, pada konduktor, suhu terbagi sepanjang konduktor sehingga membuat semacam
lintasan untuk mengalirkan panas dari tempat dengan jumlah panas lebih banyak (suhu
tinggi) ke tempat dengan jumlah panas lebih sedikit (suhu rendah). Contohnya : Aliran
panas melalui dinding/ pipa logam

 Panas secara Konveksi

Pergerakan molekul-molekul pada fluida (yaitu cairan atau gas) dan rheid. Konveksi tak
dapat terjadi pada benda padat, karena tidak ada difusi yang dapat terjadi pada benda
padat.

 Panas secara Radiasi

Perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu energi dapat
dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke benda yang dingin)
dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga elektromagnetik ini akan
berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang lain.Contohnya : Pancaran sinar
matahari
Alat penukar panas :
 Alat yang difungsikan untuk mengakomodasikan perpindahan panas dai fluida panas ke
fluida dingin dengan adanya perbedaan temperature

 Karena panas yang diperlukan terjadi dalam sebuah sistem maka kehilangan panas dari
suatu benda akan sama dengan panas yang diterima benda lain
Kemampuan untuk menerima panas dipengaruhi oleh 3 hal :
 Koefisien overall perpindahan panas (U)

Menyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluidapanas ke fluida dingin dan
juga menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai gabungan proses konduksi dan
konveksi

 Luas bidang yang tegak lurus terhadap arah perpindahan panas

Karena luas perpindahan panas tidak konstan, sehingga dalam praktek dipilih luas
perpindahan panas berdasarkan luas dinding bagian luar

 Selisih temperature rata – rata logaritmik (TLMTD)

Perbedaan temperature yang dipukul rata – rata setiap bagian HE. Karena perbedan di
setiap bagian HE tidak sama.
Keuntungan shell & tube exchanger :
 Memiliki permukan perpindahan panas persatuan volume yang lebih besar

 Mempunyai susunan mekanik yang baik dengan bentuk yang cukup baik untuk operasi
bertekanan

 Tersedia dalam berbagai bahan konstruksi

 Prosedur pengoperasian lebih mudah

 Metode perancangan yang lebih baik telah tersedia

 Pembersihan dapat dilakukan dengan mudah

Penentuan fluida dalam shell atau tube :


 Fluida bertekanan tinggi dialirkan di dalam tube karena tube standar cukup kuat menahan
tekanan yang tinggi.

 Fluida berpotensi fouling dialirkan di dalam tube agar pembersihan lebih mudah
dilakukan.
 Fluida korosif dialirkan di dalam tube karena pengaliran di dalam shell membutuhkan
bahan konstruksi yang mahal yang lebih banyak.

 Fluida bertemperature tinggi dan diinginkan untuk memanfaatkan panasnya dialirkan di


dalam tube karena dengan ini kehilangan panas dapat dihindarkan.

 Fluida dengan viscositas yang lebih rendah dialirkan di dalam tube karena pengaliran
fluida dengan viscositas tinggi di dalam penampang alir yang kecil membutuhkan energi
yang lebih besar.

 Fluida dengan viskositas tinggi ditempatkan di shell karena dapat digunakan baffle untuk
menambah laju perpindahan.

 Fluida dengan laju alir rendah dialirkan di dalam tube. Diameter tube yang kecil
menyebabkan kecepatan linier fluida (velocity) masih cukup tinggi, sehingga
menghambat fouling dan mempercepat perpindahan panas.

 Fluida yang mempunyai volume besar dilewatkan melalui tube, karena adanya cukup
ruangan.

4.2 Langkah – Langkah Yang Harus Diambil Dalam Design Heat Exchanger
Analisa kinerja HE :
1. Koefisien overall perpindahan panas (U)

menyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluida panas ke fluida dingin dan
juga menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai gabungan proses konduksi dan
konveksi.

2. Fouling factor (Rd)

 fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak dikehendaki di permukaan


Heat Exchanger yang berkontak dengan fluida kerja, termasuk permukaan heat transfer.
Peristiwa tersebut adalah pengendapan, pengerakan, korosi, polimerisasi dan proses
biologi.
 Angka yang menunjukkan hambatan akibat adanya kotoran yang terbawa fluida yang
mengalir di dalam HE.

 Penyebab terjadinya fouling :


- Adanya pengotor berat yaitu kerak keras yang berasal dari hasil korosi atau coke keras. -
Adanya pengotor berpori yaitu kerak lunak yang berasal dari dekomposisi kerak keras.

 Akibat fouling :
- Mengakibatkan kenaikan tahanan heat transfer, sehingga meningkatkan biaya, baik
investasi, operasi maupun perawatan.
- Ukuran Heat Exchanger menjadi lebih besar, kehilangan energi meningkat, waktu
shutdown lebih panjang dan biaya perawatan meningkat.

 Variabel operasi yang berpengaruh terhadap fouling :


- Kecepatan Linier Fluida (Velocity) Semakin tinggi kecepatan linier fluida, semakin
rendah kemungkinan terjadinya fouling. Sebagai batasan dalam rancangan dapat
digunakan nilai-nilai berikut:
1). Kecepatan fluida proses di dalam tube adalah 3 – 6 ft/s
2). Kecepatan fluida pendingin di dalam tube adalah 5 – 8 ft/s
3). Kecepatan fluida tube maksimum untuk menghambat terjadinya fouling adalah
10 – 15 ft/s
4). Kecepatan fluida shell adalah 1 – 3 ft/s.
- Temperature Permukaan dan Temperature Fluida Kecepatan terbentuknya fouling akan
meningkat dengan meningkatnya temperatur.

3. Pressure drop

 Untuk mengetahui sejauh mana fluida dapat memepertahankan tekanan yang


dimilikinya selama fluida mengalir.

 Disebabkan oleh 2 hal :


- Friksi aliran dengan dinding
- Pembelokan aliran

 Jika ΔP terlalu besar:


- Disebabkan jarak antar buffle yang terlalu dekat
- Aliran menjadi lambat
- Perlu tenaga pompa yang besar
 Jika ΔP terlalu rendah Perpindahan panas tidak sempurna

Ada 3 tipe pembersihan HE :


 Chemical / Physical Cleaning metode pembersihan dengan mensirkulasikan agent
melalui peralatan biasanya menggunakan HCl 5-10%.

 Mechanical Cleaning
- Drilling atau Turbining
Pembersihan dilakukan dengan mendrill deposit yang menempel pada dinding tube.
- Hydrojeting
Pembersihan dilakukan dengan cara menginjeksikan air ke dalam tube pada tekanan
yang tinggi, untuk jenis deposit yang lunak.

 Gabungan dari keduanya

4.3 Optimasi Heat Exchanger

a. Memilih material heat exchanger dengan material yang memiliki nilai konduktivitas
tinggi. Perpindahan kalor yang terjadi pada heat exchanger dipengaruhi oleh besarnya
koefisien perpindahan panas keseluruhan. Apabila nilai koefisien perpindahan keselruhan
makin besar maka kalor yang berpindah juga semakin besar pula. Nilai koefisien
perpindahan panas keseluruhan akan semakin besar jika nilai tahanan konduksi pada
material tube semakin kecil. Perpindahan panas yang terjadi di dalam heat exchanger
seperti pada gambar berikut

Gambar 1. Perpindahan panas keseluruhan pada heat exchanger


Sumber : J. P. Holman, “Heat Transfer, Tenth Edition”, McGraw-Hill Companies, Inc,
2010 page 523
Dimana nilai tahanan konduksi pada material tube merupakan ∆x/kA . Apabila
digunakan material dengan konduktivitas yang tinggi maka tahanan konduksi akan
semakin kecil dan perpindahan panas akan semakin maksimal.

b. Meningkatkan kecepatan fluida alir akan meningkatkan reynold number sehingga


bilangan nussel juga semakin meningkat. Meningkatnya bilangan nussel juga sebanding
dengan meningkatnya koefisien perpindahan panas konveksi (h) mengikuti persamaan
berikut

Dengan meningkatnya koefisien perpindahan panas konveksi maka perpindahan kalor


konveksi yang terjadi akan maksimal.

c. Cara meningkatkan kinerja heat exchanger juga dapat dilakukan dengan secara rutin
membersihkan heat exchanger dari fouling ( pengotor) minimal 1 tahun sekali.
Adanya zat pengotor yang terbawa oleh aliran fluida akan menempel pada luas
permukaan kontak antara fluida dengan padatan sehingga zat pengotor tersebut akan
menjadi tahanan bagi perpindahan panas konduksi.

Dalam perancangan selalu menghadapi pemilihan variabelyang tepat untuk mendapatkan


hasil perancangan alat proses yang optimum.
Variabel-variabel sebagai :
1. Variabel operasi
2. Variabel alat proses
Dua variabel tersebut saling berkaitan

Misal : merancang tangki cairan


- Variabel operasinya
1. Suhu / tekanan
2. Jenis cairan yang disimpan
3. Panas yang harus diambil / ditambahkan
- Variabel alatnya :
1. Bentuk/ jenis tangki : tergantung tekanan operasi.
2. Perbandingan D/H atau L/D , tergantung tekanan operasi.
3. Tebal isolasi : tergantung panas yang harus diambil/ditambahkan.
4. Bahan isolasi : macam cairan yang disimpan.
Dalam mempelajari variabel-variabel perancangan, perlu ditinjau beberapa hal seperti :
- Tipe-tipe variabel
- Hubungan batasan (restricting relationship)
- Analisa elemen khusus/istimewa
- Gabungan elemen-elemen untuk membentuk unit-unit
- Analisa tipe-tipe unit

1.1 Tipe-tipe Variabel Perancangan


Variabel untuk unit pemisahan sebagai berikut :

- Konsentrasi
- Suhu merupakan variabel intensif yang dapat berdiri dari jumlah bahan
- Tekanan yang ada.
- Kecepatan merupakan variabel extensip dan bergantung pada bahan yang ada. Batas
kecepatan digunakan untuk kepentingan aliran bahan maupun aliran panas.
- Variabel ulangan Nr (repetition variabel)
Variabel ini merupakan derajad kebebasan tunggal yang digunkan perancang ketika
memerinci elemen-elemen istimewa dalam satu unit dengan terjadinya pengulangan-
pengulangan , contohnya distilasi yang tersusun atas satu stage kesetimbangan, untuk
memerinci jumlah stage dipakai derajad kebebasan tunggal.

Hubungan batasan . Nc.

Variabel Nc suatu sistem tidak mudah dihitung. Dalam menghitung Nc akan lebih mudah jika
mengetahui seluruh batasan-batasan yang mungkin , yaitu dibagi dalam tipe-tipe sebagai
berikut :

1. Batasan yang tidak dapat dipisahkan “inherent restriction”


Batasan ini diambil untuk bentuk persamaan dari 2 atau lebih variabel misal konsep
kesetimbangan “stage” sebagai “inherent restriction” adalah suhu dan tekanan aliran
setimbang yang meninggalkan “stage” harus identik dengan suhu dan tekanan aliran sisa
yang lain.
2. Batasan neraca massa “ material balance restriction”
Suatu neraca massa keseluruhan dapat ditulis untuk masing-masing komponen yang ada.
Batasan neraca massa yang digunakan berdiri sendiri dari “inherent restriction” diatas.
3. Batasan neraca panas “heat balance restriction”
Dimasukkan dalam batasan neraca tenaga. Batasan neraca tenaga ini mencakup baik
aliran bahan maupun aliran panas
4. Batasan distribusi face “phase distribution restriction”
Masing-masing komponen dalam sistim lebih dari 1 fase akan menyebarkan dirinya
diantara bermacam-macam fase secara khusus. Jika seluruh komponen ada dalam seluruh
fase , maka jumlah hubungan batasan yang harus diberikan untuk distribusi = c (Np-1).
Dengan c = jumlah komponen, Np = jumlah fase yang ada.
5. Batasan kesetimbangan kimia “chemical equilibrium restriction”.

Macam-macam konstituen kimia pada sistem-sistem dengan reaksi kimia, akan ada
hubungannya dengan kesetimbangan kimia. Hubungan kesetimbangan kimia ini hanya
sebagai pelengkap saja karena tidak akan merupakan suatu faktor untuk sistem yang
dianalisa.

1.2 Analisa Elemen-elemen Variabel Perancangan

Aturan analisa untuk unit harus dikembangkan berdasar pertimbangan-


pertimbangan banyaknya elemen serta merupakan suatu cara tetap yang dipakai
menghitung variabel-variabel dan batasan-batasan.
Dalam mempelajari hubungan variabel-variabel dari batasan-batasan dapat ditinjau
beberapa hal sebagai berikut :
a. Aliran tunggal (single stream)
b. Pembagi aliran (stream divider)
c. Pencampur (mixer)
d. Pompa, pemanas, pendingin
e. Kondenser total atau reboiler total
f. Kondenser parsiil atau reboiler parsiil
g. Simple equilibrium stage
h. Feed stage
i. Side stream stage
Gabungan elemen-elemen untuk membentuk unit-unit dalam analisa suatu unit tidak
perlu menghitung tiap-tiap variabel dan tiap-tiap batasan yang ada, melainkan dapat
disederhanakan dengan analisa elemen secara terpisah, selanjutnya hasil analisa elemen-
elemen ini digabung serta didapatkan analisa suatu unit.
BAB II
PERANCANGAN STORAGE VESSEL

a. Bentuk dan Jenis Vessel

Di industri banyak dijumpai berbagai jenis ataupun bentuk beserta fungsi dari vessel.
Secara umum vessel dikenal dengan sebutan bejana bertekanan. Dalam arti pada pemakaianya
selelu bekerja dengan beban tekan (under working pressure).
a. Vessel berdasarkan bentuk geometrik

• Vessel berbentuk bola


• Vessel berbentuk silinder
b. Vessel berdasarkan fungsi/penggunaan vessel

• Berlangsungnya suatu proses kimia


• Untuk melakukan penyimpanan bahan kimia. (tangki storage)
• Penyimpanan pada beban tekanan tertentu
c. Vessel berdasarkan bentuk tangki

 Silinder tegak (flat bottom dan conical roof)

Untuk silinder tegak pada umumnya dipakai untuk menyimpan zat cair yang tidak
bersifat volatil ataupun juga boleh zat cair volatil, dengan kondisi tekanan penyimpanan
atmospherik (1 atm absolut). Untuk tangki silinder tegak, konstruksi atap (roof) dapat
berupa fixed roof ataupun floating roof. Jika designer memilih tangki silinder tegak, maka
tangki silinder diletakan secara outdoor system
 Silinder horisontal (dome roof)

Jika silinder yang dipilih horisontal untuk tujuan storage, maka dipakai indoor sistem
dengan cara dikubur di bawah tanah.
 Tangki penyimpanan bentuk bola

Tangki penyimpan bentuk bola, pada umunya dipakai untuk meneyimpan zat cair yang
volatil ( ditengarai dengan titik didih dibawah suhu lingkungan) dengan kondisi tekanan
penyimpanan pada elevated pressure ( tergantung suhu zat cair dalam tangki bola).Tangki
bola selalu diletakkan outdoor sistem.

b. Kondisi Operasi Vessel

Kondisi operasi vessel tergantung fungsi dari vessel itu dalam perancangannya.
Jika vessel dirancang untuk kebutuhan proses, maka kondisi pernacangan harus
sesuaidengan pertimbangan proses (tekanan, suhu agar proses berjalan dengan optimal).
Yang terkait dengan kondisi proses ini, selain kebutuhan proses, maka designer
harus benar memilih bahan konstruksi untuk vesselnya. Sifat yang familiar dimana
hampir semua bahan konstruksi vessel itu memiliki thermal properties ataupun
mechanical properties yang menurun pada suhu yang lebih tinggi , maksimum allowable
stress , yield stress ataupun kompresive stress dan juga tingkat korosifitas bahan naik
dengan suhu.

c. Perancangan Tebal Plat untuk Dinding / Sheel

Perancangan untuk menghitung ketebalan dinding shell dari vessel


absorber,mengacu pada kode ASME VIII, div. 1, paragraph UG -27 (c) dan Appendix 1 -
(1-1)Part UG 27 (c):Menghitung ketebalan shell under internal working pressure PartUG-
27(a):Ketebalan dinding shel yang terkena beban internal working pressure harus tidak
boleh lebih tipis dari ketebalan yang dihitung dari formula (c)PartUG-27(b)
Symbol - symbol yang dipakai:
 t = ketebalan minimum plat yang diperlukan untuk shell, tidak termasukcorrosion
allowance, inci

 P = design pressure, psi ataupun working pressure maksuimum yangdiizinkan untuk


vessel yang terancang ( existing vessel)

 R = inside radius dari "shell courses" yang ditinjau sebelum


corrosionallowanceditambahkan, inci

 S = tegangan maksimum yang diizinkan dari bahan konstruksi, psi

 E = efisiensi sambungan terendah pada sembarang bagian di head. Inimencakup


sambunganantara shell dan head (head to shell joint)

Untuk welded vessel, efisiensi dipergunakan mengacu pada UW-12 , yaitu pada
labelUW - 12 (Max. allowable joint efficiencies forarc and gas welded joints)Part UG- 27
(c): Ketebalan Shell SilinderKetebalan plate minimum yang diperlukan untuk beban
workingpressure yang bekerja pada silinder seharusnya dipakai ketebalanyang lebih besar
dari persamaa / formula dibawah ataupun ketebalanyang memberikan tekanan yang lebih
rendah dari formula dibawah :
· Circumferential stress (longitudinal joints) jika ketebalan plate tidakmelebihi ½dari inside
radius atau P tidak melebihi 0.385 SE, dipakaiformula sbb :
t= PR
SE - 0,6P

· Longitudinal stress ( circumferential joints )Jika ketebalan plate tidak melebihi ½ dari
inside radius dari shellataupun P tidak melebihi dari 1.25 SE , maka dipakai formula sbb.

t= PR
SE - 0,4P

2.4. Perancangan Tebal Plat Untok Binding/ ShellMengacu Appendix 1-1


APPENDIX 1 : Supplementary Design formulas1-1 : Ketebalan untuk kulit (shell)
silinder dan kulit ( shell) bola
(a) : Rumusan untuk kulit silinder didasarkan pada jari - jari luar silinderanalog dengan
formula yang diberikan pada UG -27 (c ). Untuk ketebalan kulit silinder (under

t= PR0
SE - 0,4P
circumferential stress).

dengan: Ro= out side radius dari kulit silinder yang ditinjau ( cylindershell course ),
inci

2.5 Rumusan untuk design stabilitas dari vessel(Design of vessel stability : Tall vessel
design)
1. Untuk vessel / tower yang menjulang tinggi, maka pada vessel akanmendapatkan
beban angin. Jika angin yang bertiup kencang, maka akanmemberikan moment
puntir pada vessel yang dapat mengakibaikan vesselpatah (failure). Demikian juga
dengan gempa. Gempa akan menggetarkanvessel, dapat mengakibatkan gaya geser bekerja
pada dindingvessel dan akan menimbulkan tegangan geser bekerja pada dindingvessel ( seismic
stress)
2. Kegagalan vessel di pabrik, dapat dijumpai pada bewrbagai kondisi pelayanan (loading
case) vessel itu. Ada beberapa loading case yang selalu dialami oleh vessel di industri :
a. Vessel kosong ( selesai didirikan = belum dipakai), boleh jadi jikadesign vessel keliru,
begitu vessel berdiri, terkena angin / gempa vessel bias roboh ( gagal berdiri)
b. Vessel dipakai untuk operasi (operating vessel). Pada keadaan ini vessel dipakai untuk
keperntingan proses, sehingga di dalam vessel terdapat cairan proses yang bekerja
pada tekanan dan suhuoperasi yang ditargetkan.
c. Vessel dipakai untuk test hidrostatik, Untuk setiap design darivessel dan test
commissioning dari vessel sebelum dilakukanpenyerahan ke pemiliknya, maka selalu
dilakukan test hidrostatikuntuk melifaat ketahanan vessel terhadap beban yang
bekerja.Pada test hidrostatik, vessel disi penuh dengan air dan tekanan testdipakai
lebih besar ( kira - kiran 50 % ) dari maksimum allowableworking pressure (MAWP)
d. Pada tahapan perancangan, diantara tiga kondisi vessel diatas,dicari beban - beban
(stress atupun moment) yang bekerja, yangpaling berpengaruh. Untuk mengetahui
kondisi yang berpengaruh,maka dapat dilakukan perhitungan " loading case ", ataupun
Nettostress yang bekerja. Loading yang paling besar ataupun nettostress yang bekerja
yang paling besar, adalah yang berpengaruh.
Perhitungan stress gabungan yang bekerja pada absorber

Up- wind side :


Netto stress yang bekerja kearah atas , berupa tensile stresstensile stress keatas nilai
positifdead weight stress araahnya selalu kebawah , nilai negatif
1. Netto stress yang bekerja untuk ketebalan plat yang terpakai :
Σ Sup-wind = (Sw + Sap + Ss) - Sdw
2. Netto stress yang bekerja pada down-wind side , adalahtegaangan tekan
( compressive stress ) , denga arah kebawahnilainya positif :
Σ Sdown-wind = (Sdw + Sw + Ss) - Sap
Pengkajian stress yang bekerja:
Plat yang dipakai oleh absorber di Pabrik akan aman ( safe in operation ) , jika
memnuhi persaratan sbagai berikut :
Σ Sdown-wind ≤ S allowable dari material.
Σ Sdown-wind ≤ Sc allowable (= compressive stress)
2.6 Perhitungan Kemiringan dari Vessel (Design of vessel deflection)
(a) Untuk menara yang terfcena beban angin ataupoun gempa, maka vessel harus dirancang
agar defleksi (yang diukur sebagai penyimpan dari arah vertical / poros vessel di bagian
puncak menara / vessel tidak melebihi 6in per 100 ft ketinggian menara / vessel
(b) Defleksi ini disebabkan olen beban angin yang bekerja ( wind load) padamenara.
(c) Defleksi dihitung sebagai berikut:

dengan:
Δ() = defleksi maksimum pada puncak menara, in
PW = tekanan angin yang bekerja, Ib/ft2
D1 = diameter vessel (termasuk isolasi yang dipakai), ft
H = ketinggian vessel, ft
E = modulus elastisitas material yang dipakai, psi
I = moment inertia (kelebaman) dari silinder tipis
I = 3.UxR3xt
t = ketebalan plat yang dipakai, in
BAB III.
PEMILIHAN HEAD UNTUK VESSEL SILINDER
DENGAN PENUTUP

3.1 Pertimbangan Dasar Dalam Perancangan head dan penutup vessel


1. Perkerabangan pengelasan
Pada awalnya dipakai paku keiing unluk penyambungan head dengan shell pada
berbagai macam vessel. Tetapi ternyata sering timbul masalah yaitu seringnya terjadi
kebocoran pada daerah sekitar paku keiing, terutama ketika tekanan operasi jauh lebih
besar dari tekanan luar. Selain itu sering pula terjadi lepasnya paku keiing. Untuk
mengatasi hal tersebut mak dikembangkan jenis paku keiing yaitu dengan fillet welding
dan seal welding. Kemudian ditemukan bahwa temyata denagn adanya pengelasan
kekuatan menjadi lebih besar, sehingga dewasa mi penggunaan las menjadi cara yang
dipakai pada kebanyakan sambungan head pada shell.

2. Kegunaan formed head


Vessel silinder dengan head sudah digunakan secara luas. Secara umum
penggunaan vessel dapat dikelompokkan dalam tiga katagori :
1. Fungsi
2. pertimbangan tekanan
3. batasan ukuran
Pada peralatan proses seperti kolom distilasi, unit desorpsi, menara bahan isian,
evaporator, kristalizer dan HE pengggunaan head sangat penting dengan berbagai
perlengkapan proses lairmya. Jika tekanan proses tidak atmosferis, penggunaan head
menjadi penting untuk menutup vessel.
Pada umumnya semua vessel silinder yang beroperasi pada tekanan bagian nap
sekitar 5 psig atau lebih diproduksi dengan formed head. Vessel flat-bottomed dengan
diameter besar, tangki penyimpanan cone-roofed terbatas pemakaiannya untuk tekanan
pada bagian uap beberapa ons. Vessel silinder flat-bottomed dengan diameter kecil
digunakan untuk tekanan operasi beberapa psig dengan roof berbentuk payung atau
kubah. Alat yang digunakan pada tekanan di bawah atmosferis juga memerlukan formed
head. Tangki penyimpanan horizontal yang kecil biasanya juga memakai formed head.
3. Vertikal versus horizontal
Pada umumnya yang menentukan tangki vertikal atau horizontal adalah fungsi
tangki tersebut. Sebagai contoh kolom distilasi dan menara bahan isian yang
memanfaatkan gaya grafitasi untuk memisahkan fasa, memerlukan instalasi vertikal. Heat
exchanger dan tangki penyimpanan bisa berbentuk vertikal maupun horizontal. Pada heat
exchanger penentuan horizontal dan vertikal ditentukan oleh arah aliran fluida dan
pertimbangan perpindahan panas. Pada tangki penyimpanan penentuan horizontal
vertikal lebih ditentukan oleh tempat instalasi. Jika tangki penyimpanan dipasang di luar
ruangan maka angin mempunyai pengaruh pada kekuatan penyangga, sehingga tangki
horizontal lebih ekonomis. Selain itu pertimbangan penting lainnya seperti ketersediaan,
ruang head pemeliharaan menjadi faktor penentu.

3.2 SPESIFIKASI BAHAN


Vessel (dengan head yang dibentuk = vessel with formed head) umumnya dibuat dari
bahan low carbon steel, yang mana bahan ini akan jadi pilihan yang lebih murah apabila
dikaitkan dengan pertimbangan suhu dan korosi. Selain itu, bahan ini memiliki kekuatan
yang cukup tinggi, mudah dibuat dan baja lunaknya (sebagai bahan dasar baja) mudah
didapat. Sedangkan low dan high alloy steel umumnya digunakan untuk keperluan-keperiuan
fabrikasi tertentu.
Baja yang umum digunakan terbagi menjadi dua kategori umum:
• Baja yang dispesifikasi oleh ASME
Lebih sering merujuk pada boilerplate steel. Digunakan untuk vessel bertekanan.
• Struksural grade steel
Sebagian baja ini ada yang sesuai dengan spesifikasi dari ASME yang khusus digunakan
untuk keperluan fabrikasi tertentu dan juga yang khusus digunakan untuk konstruksi vessel
storage (vessel penyimpan)

Perancangan vessel yang sesuai dengan standar ASME akan dibicarakan lebih detail dalam
bab 13, meliputi penjabaran tentang bahan dan spesifikasi. Dalam bab ini pembicaraan akan
dibatasi hanya pada penggunaan baja untuk fabrikasi vessel (dengan head yang dibentuk =
vessel with formed head) yang tidak perlu disesuaikan dengan standar ASME.

3.3 PERSAMAAN UNTUK VESSEL DENGAN ELIPTICAL DISHED HEADS


Volume tangki silinder tertutup dengan eliptical dished heads sama dengan volume

silinder ditanbah dua kali volume head. Volume head dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan untuk silinder dengan volume yang ekivalen dan diameter dalam yang sama
dengan bagian silindris dari head. Gambar di bawah ini memperlihatkan irisan melintang dari
elipsoidal head dengan rasio sumbu mayor: sumbu minor = 2:1

Persamaan elips:
1
Untuk ellipsoidal dishead head 2:1 :
a = 2b
substitusikan, didapat:
1
x2 + 4y2 = 4b2
x2 = 4b2 - 4y2 = 4(b2 - y2)
Turunan volum:
dV= Ady = πx2 dy
Integrasikan didapat :
V = x2 dy = 4π b2 - y2) dy
V =4π 2 dy - 4π2 dy
V =4π [ b2 y - ] πb2
Volume silinder yang ekivalen:
V =πa2H
Dengan H = tinggi silinder, maka :
πa2H =
H=
Jadi, volum dari 2 ellipsoidal head dengan rasio sumbu mayor : cumbu minor = 2:1 adalah :

Total volum vessel :

Tinggi vessel :

Pemilihan tangki dibatasi oleh diameter atau panjang maksimum yang dapat diangkut
dengan railroad flatcar ( kereta dengan gerobak datar), umumnya sekitar 13ft 6in. Tangki
yang lebih besar daripada itu bisa didapatkan dengan cara:
a. Pengelasan sambungan dan pembentukan dilakukan di lokasi
b. Plat dipotong dan dibentuk di penjual dan dirakit di lokasi

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah jumlah sambungan karena berpengaruh terhadap
proporsi tangki. Usahakan jumlah sambungan seminimal mungkin.
HARGA
Harga bagian shell dari vessel :

Harga 2 elliptical head :

Dengan : cs : harga shell


1,5 cs : harga head
t : tebal tangki
ϼ : berat jenis
Harga vessel :

Dengan : C : harga vessel


p : tekanan
f : tegangan
Pemilihan dimensi plate yang optimum
Lebar Plate, tangki silinder dapat dibuat dengan meng-roll dan mengelas 1 atau beberapa
plate. Pilihan pengelasan tergantung pada ukuran plate yang digunakan. Pengelasan keliling dan
mendatar dapat dihilangkan dengan menggunakan plate yang ukurannya lebih besar, Plate
dengan lebar lebih dari 90 inch akan lebih mahal setiap inch kelebihannya. Tetapi penghematan
yang didapatkan dengan menggunakan plat yang lebih lebar sehingga mengurangi jumlah
sambungan dan pengelasan melebihi biaya tambahan dari plate yang lebih lebar.
GAMBAR : Hubungan biaya fabrikasi dengan ketebalan plat yg dipakai

GAMBAR : Hubungan lebar plat yang optimum untuk dinding shell

Sebagai contoh penghematan yang dapat dilakukan, diberikan oleh W.G. Theisinger.
Penggunaan dua buah plate menghabiskan total USD 17,440 sedangkan penggunaan satu buah
plate hanya menghabiskan total USD 9,853. Penghematan yang dapat dilakukan adalah USD
7,587 dan 5800 jam kerja.
Biaya ekstra yang dibutuhkan untuk plain-carbon-steel adalah :
Ce = . (w-90)1,23
Dengan :
Ce = dollar per 100 lb
W = lebar plate, inch
Biaya fabrikasi per circumferential weld adalah xc.D.Cw. Sehingga biaya
total untuk pengelasan plate sejumlah N (tanpa head) adalah :

Total biaya tambahan untuk penggunaan plate dengan lebar lebih dari 90 inch
adalah :

Sehingga total biaya yang


dibutuhkan :

Jika diturunkan dan sama dengan 0, maka diperoleh persamaan :

Persamaan di atas akan memberikan lebar plate optimum dengan biaya fabrikasi
minimum.
 Tebal Plate, Plate dengan tebal 0,5-1 inch tidak membutuhkan biaya tambahan.
Penggunaan tebal lebih dari 1 inch akan memerlukan biaya tambahan sehingga
serittgkali digunakan plate yang lebih kuat.
 Panjang Plate, Plate dengan panjang antara 8-50 feet tidak memerlukan biaya
tambahan. Persediaan yang ada biasanya mempunyai panjang tidak lebih 40 ft
dengan tebal % inch dan lebar plate maksimal 72 inch. Tetapi persediaan juga
tergantung pada kemampuan untuk rnenangani ukuran plate yang tersedia.

3.4 Tipe Head yang Umum Dipakai dan Pemilihannya


Hampir semua head dibuat dari plate melingkar yang di spin atau dengan
metode press. Meskipun membutuhkan biaya tambahan untuk membentuk head
dari plate datar, tetapi penggunaan head yang telah dibentuk akan lebih ekonomis
daripada penggunaan head yang datar, kecuali untuk diameter tangki yang kecil.
Penghematan dapat diperoleh dengan berkurangnya tebal head yang digunakan.

Gambar di atas menunjukkan


macam-maeam head yang
umum
digunakan, dengan:
t = tebal head, inch
icr = inside comer radius, inch
sf = straight flange, inch
r = radius of dish, inch
OD = diameter luar, inch
b =depth of dish, inch
a = ID/2 = inside radius, inch
s = slope of cone, deg
OA = overall dimension, inch
H = diameter of flat spot, inch

1. Flanged-only Heads
Head jenis ini adalah yang paling ekonomis dalam pembuatannya, karena hanya
membentuk flange dengan radius pada plate datar. Penggunaannya yang paling banyak
adalah pada tangki bertekanan atmosferis. Head ini juga dapat digunakan sebagai dasar
dari tangki silinder vertikal dengan diameter maksimal 20 ft. Head jenis ini diukur
dengan basis diameter luar dan tersedia untuk ukuran 12-42 in dengan selisih 2 in, 42
-144 in dengan selisih 6 in, 144 - 240 in dengan selisih 12 in, juga tersedia untuk ukuran
lebih dari 246 in.

2. Flanged standard dished and Flanged shallow dished Head


Untuk meningkatkan kemampuan menahan tekanan maka bagian datar dari
flanged only head harus dirubah menjadi lengkungan. Pada head semacam ini, terdapat
dua radius yaitu radius lengkungan dan inside comer radius. Jika radius dari lengkungan
lebih besar dari diameter luar shell maka disebut flanged and shallow dished head. Jika
radius tersebut sama atau lebih kecil maka disebut flanged and standard dished head.
Head yang tersedia ukurannya sama dengan flanged only head. Head ini tidak boleh
digunakan untuk tangki bertekanan tinggi, Penggunaan umumnya adalah untuk tangki
vertikal dengan tekanan rendah, tangki horisontal untuk fluida yang volatile, dan tangki
berdiatneter besar yang tekanan uap dan tekanan hidrostatisnya terlalu besar untuk flaged
only head.
3. Torispherical Head
Dengan mengurangi stress lokal pada inside corner head, batas tekanan dari
flanged and dished head dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan dengan membentuk
head sehingga inside comer radius paling tidak sama dengan tiga kali ketebalan plate,
atau radiusnya tidak kurang dari 6% diameter dalam, dan radius lengkungan harus sama
atau kurang dengan diameter head. Head ini umumnya digunakan untuk tangki
bertekanan antara 15-200 psig bahkan dapat lebih dari 200 psig. Tetapi untuk penggunaan
lebih dari 200 psig lebih ekonomis untuk menggunakan elliptical flanged and dished
head. Head ini dapat digunakan untuk
tangki vertikal maupun horisontal pada berbagai alat proses
4. Elliptical Dished Head
Head ini digunakan untuk tangki bertekanan antara 100 psig hingga lebih dari 200
psig. Jika rasio sumbu mayor : sumbu minor = 2:1 maka kekuatan head akan sama
dengan kekuatan shell silinder dengan diameter dalam dan luar yang sama. Kedalaman
bagian dalam dari lengkungan sama dengan setengah dari sumbu minor atau sama dengan
4 diameter dalam dari head.
5. Hemispherical Head

Untuk ketebalan yang sama, Head ini merupakan yang paling kuat. Head ini dapat
menahan tekanan hingga 2 kali lipat dari elliptical head ataupun shell silinder dengan
tebal dan diameter yang sama. Tetapi harga pembuatan dan biaya lain-lain dari head ini
paling besar dibandmgkan dengan yang lain. Ketersedian head ini juga terbatas dalam
ukurannya, karena pembuatan dari plate tunggal lebih sulit.

3.5 Perancangan Tebal Plat Untuk Tutup ( Vessel Head)


Perancangan tebal plat untuk dinding vessel mengacu pada ASME VIII div1, paragraph :
Part UG- 32 (d) dan Appendix 1 ( Supplementary Design Formulas ) l-4(c)

Part UG:
General requirement ( persyaratan yang harus dipenuhi secara umum) untuk semua cara /
method untuk kontruksi dan berlaku untuk seaiua material Part UG - 32 : General
requirement untuk : FORMED HEAD, PRESSURE
ON CONCAVE SIDE
a. Ketebalan yang diperlukan pada titik ketebalan paling tipis setelah pembentukan head
jenis ellipsoidal dimana tekanan yang bekerja pada bagian sisi cekungan (internal
pressure), harus dihitung berdasarkan formula pada paragraph ini
b. Simbol yang dipakai
t = ketebalan minimum yang diperluaka setelah pembentukan head, tidak termasuk
corrosion allowance, inci
P = design pressure, psi ataupun working pressure maksuimum yang diizinkan untuk
vessel yang terancang ( existing vessel)
D = inside diameter dari " head skirt" atau inside length dari major axis dari
ellipsoidal head, inci
S = tegangan maksimum yang diizinkan dari bahan konstrufcsi, psi
E = efisiensi sambungan terendah pada sembarang bagian di head. Ini mencakup
sambungan antara shell dan head ( head to shell joint) Untuk welded vessel,
efisiensi dipergunakan mengacu pada UW - 12 , yaitu pada label UW - 12 ( Max.
allowable joint efficiencies for arc and gas welded joints)

Part UG - 32 (d): Ellipsoidal head


Ketebalan yang diperlukan untuk dished head yang berbentuk semi-ellipsoid ,
dimana separuh dari minor axis (inside depth dari head dikurangi fcetinggian skirt) sama
dengan ¼ dari inside diameter dari" head skirt", haras dihitung dengan persamaan :
BAB IV
PERANCANGAN HEAT EXCHANGER

4.1 Faktor-faktor yang membutuhkan dalam pemilihan Heat Exchanger

1. Mekanisme perpindahan panas


a. Panas secara konduksi
merupakan perpindahan panaas antara molekul-molekul yang saling berdekatan
antara yang satu dengan yang lain yang tidak diikuti oleh perpindahan molekul-
molekul tersebut secara fisik. Molekul-molekul benda yang berada dalam
keadaan dingin. Getaran-getaran cepat ini tegangannnya dilimpahkan kepada
molekul disekelilingnya sehingga menyebabkan getaran lebih cepat maka akan
memberikan panas
Contohnya : Aliran panas melalui dinding/ pipa logam
b. Panas Secara Konveksi
Perpindahan panas dari suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan partikel
atau zat tersebut secara fisik. Perpindahan panas dari fluida panas kebagian yang
dingin dengan pengadukan.
Contohnya : Memasak air, Perpindahan panas pada HE
c. Panas Secara Radiasi
Perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu energi
dapat dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke benda
yang dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga
elektromagnetik ini akan berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang
lain.
Contohnya : Pancaran panas matahari
2. Kontak langsung
a. Fluidized Bed Heat Exchanger
Pada heat exchanger jenis ini menggunakan komponen solid yang berfungsi untuk
menyimpan panas yang berasal dari aliran fluida panas yang melewatinya.
b. Heat Exchanger Type Direct-Transfer
Heat exchanger jenis sering juga disebut sebagai heat exchanger recuperator.
Prinsip kerjanya yaitu, fluida cair akan dialirkan secara terus-menerus dan akan
mengalami pertukaran panas dari fluida lain yang memiliki suhu berbeda. Kedua
fluida yang mengalir dipisahkan oleh dinding pembatas. Hal yang membedakan
heat exchanger jenis ini dengan HE tipe kontak tak langsung lainnya yaitu aliran
dari fluidanya yang terus mengalir secara terus-menerus tanpa henti, begitupun
dengan proses perpindahan panasnya.
c. Gas-Liquid Excharger
Heat Exchanger tipe ini menggunakan dua fluida kerja yang berbeda, yaitu fluida
cair dan gas. Salah satu aplikasi yang sering digunakan pada tipe ini yaitu cooling
tower. Cooling tower
d. Immiscible Fluid Exchanger
Heat Excharger jenis ini mencampurkan dua jenis fluida yang berbeda sehingga
akan terjadi proses perpindahan panas.HE jenis ini biasanya digunakan pada
sebuah pembangkit listrik tenaga surya.
3. Kemampuan menerima panas
a. Koefisien overall perpindahan panas (U)
Menyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluida panas ke fluida
dingin dan juga menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai gabungan proses
konduksi dan konveksi.
b. Luas bidang yang tegak lurus terhadap arah perpindahan panas.
Karena luas perpindahan panas tidak konstan, sehingga dalam praktek dipilih luas
perpindahan panas berdasarkan luas dinding bagian luar.
c. Selisih temperature rata – rata logaritmik (TLMTD)
LMTD : perbedaan temperatur ytang dipukul rata – rata setiap bagian HE. Karena
perbedaan temperature di setiap bagian HE tidak sama.

4.2 Langkah-langkah dalam mendesain Heat Exchanger


1. tahap pertama dalam menentukan desain HE, berangkat
dari rumus dasar Q = m.c.dT, dan A = Q/U.LMTD, dari situlah sebenarnya kita mulai
mendesain jenis HE yang sesuai. Misalnya, jika ternyata nilai A <= 10m 2, maka lebih
ekonomis menggunakan jenis double pipe. Kemudian perhatikan juga jenis fluida
yang dialirkan.
2. Pembuatan desain heat exchanger shell & tube
Hal yang perlu dilakukan pertama kali sebelum melakukan proses simulasi adalah
membuat model tabung heat exchanger shell & tube. Dalam hal ini model yang dibuat
adalah berupa model volume. Asumsi penyederhanaan model yang dilakukan adalah
dengan menganggap ketebalan pipa diabaikan. Dalam pembuatan model
menggunakanSolidWork sebagai pembuat model.
3. Menentukan kondisi fisik model
Hal yang perlu dilakukan selanjutnya adalah penentuan kondisi fisik dari model yaitu
penentuan model penyelesaian, fluida yang dipakai dan kondisi operasi. Penentuan
model penyelesaian dibagi menjadi dua yaitu model penyelesaian analisis
tipe Internal flow danExternal flow dan dalam hal ini analisis Internal
flow merupakan pilihan yang tepat dalam menganalisis faktor gesek pada pipa heat
exchanger. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara Pada Pengaturan Wizard
Analysis Type, klik Internal untuk pengujian aliran pada bagian dalam pada kolom
Analysis Type. Pada kolom Physical Features klik Heat Conduction In Solid. Setelah
selesai klik next. Dibawah ini adalah gambar dialog boxdalam pemilihan tipe analisis
untuk menentukan model penyelesaian.
4. Analisa temperature berdasarkan hubungan desain
Heat exchanger tipe shell & tube melibatkan tube sebagai komponen utamanya. Salah
satu fluida panas mengalir di dalam tube, sedangkan fluida pendingin mengalir di luar
tube dengan bentuk aliran fluida didalam heat exchanger secara berkelok sehingga
membuat alur pendinginan lebih lama sehingga proses pertukaran suhu dapat menjadi
maksimal. Pipa-pipa tube didesain berada di dalam sebuah ruang berbentuk silinder
yang disebut dengan shell, sedemikian rupa sehingga pipa-pipa tube tersebut berada
sejajar dengan sumbu shell.

4.3 Optimasi Heat Exchanger


a. Memilih material heat exchanger dengan material yang memiliki nilai konduktivitas
tinggi. Perpindahan kalor yang terjadi pada heat exchanger dipengaruhi oleh besarnya
koefisien perpindahan panas keseluruhan. Apabila nilai koefisien perpindahan
keselruhan makin besar maka kalor yang berpindah juga semakin besar pula. Nilai
koefisien perpindahan panas keseluruhan akan semakin besar jika nilai tahanan
konduksi pada material tube semakin kecil. Perpindahan panas yang terjadi di dalam
heat exchanger seperti pada gambar berikut

Gambar 1. Perpindahan panas keseluruhan pada heat exchanger


Sumber : J. P. Holman, “Heat Transfer, Tenth Edition”, McGraw-Hill Companies, Inc,
2010 page 523

Dimana nilai tahanan konduksi pada material tube merupakan ∆x/kA . Apabila
digunakan material dengan konduktivitas yang tinggi maka tahanan konduksi akan
semakin kecil dan perpindahan panas akan semakin maksimal.

b. Meningkatkan kecepatan fluida alir akan meningkatkan reynold number sehingga


bilangan nussel juga semakin meningkat. Meningkatnya bilangan nussel juga
sebanding dengan meningkatnya koefisien perpindahan panas konveksi (h) mengikuti
persamaan berikut

Dengan meningkatnya koefisien perpindahan panas konveksi maka perpindahan kalor


konveksi yang terjadi akan maksimal.

c. Cara meningkatkan kinerja heat exchanger juga dapat dilakukan dengan secara rutin
membersihkan heat exchanger dari fouling ( pengotor) minimal 1 tahun sekali.
Adanya zat pengotor yang terbawa oleh aliran fluida akan menempel pada luas
permukaan kontak antara fluida dengan padatan sehingga zat pengotor tersebut akan
menjadi tahanan bagi perpindahan panas konduksi.

d. Dengan memperbesar luas area yang tegak lurus dengan perpindahan panas (luas area
tube) maka perpindahan panas yang terjadi di dalam heat exchanger akan menjadi
maksimal sehingga panjang dari desain heat exchanger yang digunakan akan semakin
pendek dan akan menghemat ruang dan biaya.
4.4 Analisa kinerja HE :

1. Koefisien overall perpindahan panas (U)

Menyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluida panas ke fluida dingin dan
juga menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai gabungan proses konduksi dan konveksi.
2. Fouling factor (Rd)

Fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak dikehendaki di permukaan


Heat Exchanger yang berkontak dengan fluida kerja, termasuk permukaan heat transfer.
Peristiwa tersebut adalah pengendapan, pengerakan, korosi, polimerisasi dan proses biologi.
Angka yang menunjukkan hambatan akibat adanya kotoran yang terbawa fluida yang
mengalir di dalam HE
• Penyebab terjadinya fouling :

a. Adanya pengotor berat yaitu kerak keras yang berasal dari hasil korosi atau coke
keras.
b. Adanya pengotor berpori yaitu kerak lunak yang berasal dari dekomposisi kerak
keras.
• Akibat fouling :

a. mengakibatkan kenaikan tahanan heat transfer, sehingga meningkatkan biaya, baik


investasi, operasi maupun perawatan.
b. ukuran Heat Exchanger menjadi lebih besar, kehilangan energi meningkat, waktu
shutdown lebih panjang dan biaya perawatan meningkat.
• Variabel operasi yang berpengaruh terhadap fouling :

a. Kecepatan Linier Fluida (Velocity)


Semakin tinggi kecepatan linier fluida, semakin rendah kemungkinan
terjadinya fouling. Sebagai batasan dalam rancangan dapat digunakan nilai-nilai
berikut:
1). Kecepatan fluida proses di dalam tube adalah 3 – 6 ft/s
2). Kecepatan fluida pendingin di dalam tube adalah 5 – 8 ft/s
3). Kecepatan fluida tube maksimum untuk menghambat terjadinya fouling adalah
10 – 15 ft/s
4). Kecepatan fluida shell adalah 1 – 3 ft/s.
• Temperature Permukaan dan Temperature Fluida

Kecepatan terbentuknya fouling akan meningkat dengan meningkatnya temperatur.


3. Pressure drop
Untuk mengetahui sejauh mana fluida dapat memepertahankan tekanan yang dimilikinya
selama fluida mengalir.
Disebabkan oleh 2 hal :
• Friksi aliran dengan dinding

• Pembelokan aliran

Metodologi Perancangan

Langkah 1: Spesifikasi
Spesifikasi pada perancangan heat exchanger tipe shell and tube ini menggunakan Kasus 11 sebagai
berikut:

Amonia adalah salah satu bahan baku utama dalam pabrik urea. Amonia yang digunakan berada dalam
bentuk cair. Oleh karena itu, cairan amonia dibuat bertekanan tinggi yaitu 250 bar. Sebelum masuk ke
dalam reaktor, amonia terlebih dahulu dipanaskan oleh heater dari temperatur 30 oC hingga 80 oC. Fluida
pemanas yang digunakan adalah steam condensate pada tekanan 6 bar. Tentukan kondisi operasi dan
rancanglah HE seekonomis mungkin dalam hal luas area dan hilang tekan yang minimal untuk memenuhi
persyaratan tersebut.
Fluida Tekanan Tin Tout Laju Alir

Amonia 250 bar 30 oC 80 oC 10000 kg/jam

Steam 6 bar 156 oC 114 oC ?


Langkah 2: Sifat Fisik Fluida
Sifat fisik fluida proses dan fluida servis yang utama melalui densitas, viskositas, kapasitas panas, dan
konduktivitas termal. Perhitungan yang melibatkan sifat fisik dievaluasi sesuai dengan kondisi
temperatur dan tekanannya.

Langkah 3: Menebak Nilai Koefisien Perpindahan Panas Keseluruhan (U)


Tebakan nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan diperoleh dari referensi Sinnot, pada tabel 12.1.
Rentang nilai U untuk shell and tube heat exchanger dengan pelarut organik sebagai fluida proses dan air
sebagai fluida servis adalah 500-1000 W/m 2K.

Langkah 4: Tipe dan Dimensi Heat Exchanger


Selanjutnya dilakukan penentuan tipe dan dimensi heat exchanger yang akan didesain. Tipe heat
exchanger yang biasa digunakan untuk sistem kondensasi pada umumnya 2 sistem, yaitu vertikal dan
horizontal. Jenis-jenis shell and tube condenser dalam aplikasi proses antara lain: vertical reflux in-tube,
vertical shell-side, vertical tube-side, horizontal tube-side, shell-side with a horizontal E-shell, shell-side of
the cross-flow (X-shell), shell-side horizontal of the J-shell form, dan shell-side with rod baffles. Pada
perancangan heat exchanger kali ini, kami memilih horizontal tube side dengan arah aliran counter
current.

Penentuan dimensi heat exchanger dirujuk dari buku Sinnot. Dimensi yang dipilih dalam perancangan
heat exchanger disesuaikan dengan data yang termuat dalam rule of thumb. Batas atas dan batas bawah
juga diperhatikan dalam penentuan dimensi. Singkatnya, konfigurasi ditentukan sedemikian rupa
sehingga memenuhi parameter kondisi yang dibutuhkan pabrik.

Langkah 5: Luas Perpindahan Panas Heat Exchanger


Luas perpindahan panas pada heat exchanger dapat dihitung dengan rumus berikut:

𝑞 = �� 𝑥 �� 𝑥 ∆��

Sebelumnya nilai ΔTm dihitung dengan melibatkan faktor koreksi temperatur (F f) yang merupakan fungsi
dari temperatur inlet dan outlet fluida proses dan fluida servis.
Langkah 6: Layout dan Tube Side
Selanjutnya dilakukan penentuan layout dan tube side. Referensi yang digunakan dari berbagai sumber
situs, buku Sinnot dan Hewitt. Pertimbangan dalam pemilihan spesifikasi tube seperti bundle dan
pattern disesuaikan dengan baik kejaran turun tekan, nilai U, maupun hal-hal teknis seperti kemudahan
pembersihan heat exchanger.

Langkah 7: Banyak Tubes


Langkah awal yaitu menghitung permukaan selimut satu buah tube dengan menggunakan rumus luas
permukaan silinder biasa. Kemudian jumlah tube dihitung dengan operasi pembagian antara luas
perpindahan panas dan luas permukaan tube dengan pembulatan ke atas.

Langkah 8: Diameter Bundle and Shell


Perhitungan diameter bundle dan shell sesuai dengan rumus yang dimuat dalam buku Sinnot dengan
parameter K1 dan n1 yang ada pada table 12.4 sesuai dengan jumlah pass.

Dengan demikian diperoleh nilai diameter dalam shell dengan menjumlah diameter bundle dengan
typical shell clearance pada fixed tube sheet sebagai fungsi diameter bundle itu sendiri.
Setelah dilinierisasi, diperoleh hubungan :

�𝑠 = �𝑏 + 𝑡𝑦𝑝𝑖𝑐𝑎𝑙 𝑠ℎ𝑒𝑙𝑙 𝑐𝑙𝑒𝑎𝑟𝑎𝑛𝑐𝑒

Langkah 9: Koefisien Perpindahan Panas Tube


Koefisien perpindahan panas pada tube terdiri yaitu peristiwa perpindahan panas dari tube ke air.
Berikut adalah perumusan menghitung koefisien perpindahan panas pada tube:
Langkah 10: Koefisien Perpindahan Panas Shell
Perhitungan koefisien perpindahan panas pada shell diawali dengan menghitung luas penampang shell
yang dilalui fluida servis dengan rumus :

Kemudian diperoleh debit volumetric dan kecepatan linier fluida dengan perhitungan sederhana.
Selanjutnya menghitung bilangan Reynold fluida dengan menggunkan parameter densitas, viskositas,
kecepatan linier, dan diameter. Diameter yang diikutsertakan dalam perhitungan merupakan diameter
efektif shell, yang dapat dihitung dengan rumus pada buku Sinnot :

Selanjutnya factor perpindahan panas jh ditentukan berdasarkan grafik pada buku Sinnot (Figure 12.29)
sebagai fungsi dari Baffle Cut dan bilangan Reynold shell. Langkah terakhir yaitu menghitung bilangan
Prandtl dan Nusselt untuk menentukan koefisien perpindahan panas shell.

Langkah 11: Koefisien Perpindahan Panas Keseluruhan


Nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan pada HE yang kami rancang melibatkan fouling factor
yang nilainya diinput berdasarkan Tabel 27.4 pada buku Hewitt. Koefisien perpindahan panas secara
keseluruhan dapat dihitung sebagai berikut:

Langkah 12: Turun Tekan Tube dan Turun Tekan Shell


Turun tekan shell and tube dari konfigurasi HE yang dirancang dihitung sesuai dengan rumus pada buku
Sinnot:

Parameter jF (faktor gesekan) sebelumnya ditentukan berdasarkan grafik di buku Sinnot (Figure
12.30) sebagai fungsi dari Baffle Cut dan bilangan Reynold tube.

Appendix C – Contoh Perhitungan

Langkah 1: Spesifikasi
Aliran fluida dingin pada kasus ini berupa amonia cair. Amonia cair akan menyerap panas dari aliran
fluida panas sebesar:

�𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 = �𝑎��𝑛𝑖𝑎 𝑥 𝐶𝑝𝑎��𝑛𝑖𝑎 𝑥 ∆�

�𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 = 10000 𝑥 4,712 𝑥 (353 − 303) = 2356000

Sementara itu aliran fluida panas pada kasus ini berupa steam condensate. Steam condensate akan
melepas panas sebesar Qserap yang diserap amonia. Sehingga untuk menghitung laju alir massa steam
condensate, digunakan persamaan sebagai berikut:

�𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = �𝑠𝑡𝑒𝑎� 𝑐�𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑎𝑡𝑒 𝑥 𝐶𝑝𝑠𝑡𝑒𝑎� 𝑐�𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑎𝑡𝑒 𝑥 ∆�

2356000 = �𝑠𝑡𝑒𝑎� 𝑐�𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑎𝑡𝑒 𝑥 4,274 𝑥 (429 − 417)

𝑘�
�𝑠𝑡𝑒𝑎� 𝑐�𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑎𝑡𝑒 = 13124,76

⁄𝑗𝑎�

Langkah 2: Sifat Fisik Fluida


Sifat fisik fluida dapat dilihat pada lampiran A.
Langkah 3: Menebak Nilai Koefisien Perpindahan Panas Keseluruhan (U)
Tebakan awal pada iterasi pertama dimulai dari nilai U o = 800 W/m2K.

Langkah 4: Tipe dan Dimensi Heat Excanger


Heat excanger disusun dengan jumlah tube genap seperti pada umumnya. Heat exchanger dirancang
dengan shell tipe one shell pass and 2 tube passes. Perhitungan ΔTlm adalah sebagai berikut:

Langkah 5: Luas Perpindahan Panas Heat Exchanger

Langkah 6: Layout dan Tube Side


Heat Exchanger tipe shell and tube dirancang menggunakan material steel karena faktor dan
pertimbangan biaya yang murah serta ringan. Steel memiliki konduktivitas termal k = 45 W/mK. Tube
bundle yang dipilih adalah U-tube karena beda temperatur cukup besar sehingga tipe fixed tube tidak
dianjurkan untuk digunakan. U-tube memiliki jarak yang minimum antara batas tabung luar dan bagian
dalam shell untuk perpindahan kontruksi tube bundle apapun. Selain itu, U-tube lebih murah daripada
jenis yang lain karena hanya memerlukan satu tube sheet.

Heat exchanger ini dirancang dengan diameter dalam tube 30 mm, diameter luar tube 20 mm, dan
panjang 1,83 m. Tube pattern yang dibuat adalah triangular dengan pitch 1,25 kali diamater luar, yakni
37,5 mm.
Langkah 7: Banyak Tubes
Luas permukaan satu tube (mengabaikan ketebalan tube sheets):

�𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑢𝑏𝑒 = 𝜋 𝑥 �� 𝑥 𝐿 = 𝜋 𝑥 0,03 𝑥 1,83 = 0,172 �2

Banyak tubes:

Jadi, untuk 2 passses, tubes per pass = 32.

Laju alir amonia:

Langkah 8: Diameter Bundle and Shell


Dari Tabel 12.4 buku Sinnot, untuk 2 tube passes, K1 = 0,249, n1 = 2,207, maka

Dari Grafik 12.10 buku Sinnot, didapat typical shell clearancenya sebesar 10,179 mm sehingga

�𝑠 = �𝑏 + 𝑡𝑦𝑝𝑖𝑐𝑎𝑙 𝑠ℎ𝑒𝑙𝑙 𝑐𝑙𝑒𝑎𝑟𝑎𝑛𝑐𝑒 = 0,371 + 0,010 = 0,381 ��

Langkah 9: Koefisien Perpindahan Panas Tube


Langkah 10: Koefisien Perpindahan Panas Shell

Langkah 11: Koefisien Perpindahan Panas Keseluruhan

Langkah 12: Turun Tekan Tube dan Turun Tekan Shell


Turun tekan tube:

Turun tekan shell:

Anda mungkin juga menyukai