KELAS : KESMAS C
DOSEN : Muh. Yusran Amir, SKM., MPH.
TUGAS
1. PLANNING
Perencanaan Puskesmas adalah proses penyusunan kegiatan yang sistematis untuk
mengatasi masalah atau sebagian masalah yang dihadapi dalam rangka pencapaian tujuan
Puskesmas dalam periode waktu tertentu.
Perencanaan adalah proses penyusunan rencana Puskesmas untuk mengatasi
masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Rencana Puskemas dibedakan atas dua
macam yaitu Rencana Usulan Kegiatan (RUK) untuk kegiatan pada setahun mendatang
dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) pada tahun berjalan. Perencanaan Puskesmas
disusun meliputi upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pilihan dan upaya inovatif baik
terkait dengan pencapaian target maupun mutu Puskesmas. Istilah RUK dan RPK
merupakan istilah umum, adapun istilah/terminologi yang dipergunakan dalam
perencanaan disesuaikan dengan pedoman penganggaran di daerah.
Proses perencanaan Puskesmas harus disesuaikan dengan mekanisme
perencanaan yang ada baik perencanaan sektoral maupun lintas sektoral melalui
Musrenbang di setiap tingkatan administrasi.
a. Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Rencana Usulan Kegiatan adalah perencanaan kegiatan Puskesmas untuk tahun
mendatang, sering disebut dengan istilah H+1. Perencanaan disusun dengan mengacu
pencapaian indikator Kecamatan Sehat dalam mewujudkan pencapaian indikator SPM.
b. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)/ Plan of Action (POA)
Rencana Pelaksanaan Kegiatan disusun setelah Puskesmas mendapatkan alokasi
anggaran. Penyusunan RPK berdasarkan RUK tahun yang lalu dengan dilakukan
penyesuaian (adjustment) terhadap target, sasaran dan sumberdaya. RPK disusun dalam
bentuk matrik Gantt Chart dan dilengkapi dengan pemetaan wilayah (mapping).
Ada 6 program pokok puskesmas Kesehatan dasar (BASIC SIX) yaitu:
1. Promosi kesehatan.
2. Kesehatan lingkungan.
3. Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular
4. Kesehatan Keluarga dan Reproduksi
5. Perbaikan Gizi masyarakat
6. Penyembuhan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan
1. Promosi Kesehatan
a. Pengertian
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat adalah upaya untuk memberikan pengalaman
belajar atau menciptakan kondisi bagi perorangan, kelompok dan masyarakat, dalam
berbagai tatanan, dengan membuka jalur komunikasi, menyediakan informasi, dan
melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan prilaku, dengan
melakukan advokasi, pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat
untuk mengenali, menjaga/memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya.
b. Tujuan
Tercapainya perubahan prilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
membina dan memelihara prilaku sehat, serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
c. Sasaran
Pelaksanaan posyandu dan Pembinaan kader
Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan dalam gedung
Penyuluhan luar gedung
Penyuluhan kelompok :
Kelompok posyandu
Penyuluhan masyarakat
Anak sekolah
Penyuluhan perorangan : PHN
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Advokasi program kesehatan dan program prioritas. Kampanye program prioritas
antara lain: vitamin A, narkoba, P2M DBD, HIV, malaria, diare
Promosi kesehatan tentang narkoba
Promosi tentang kepesertaan jamkesmas
Pembinaan dana sehat/jamkesmas
2. Kesehatan Lingkungan
a. Pengertian
Berdasarkan teori Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor yang
pengaruhnya paling besar terhadap status kesehatan masyarakat di samping faktor
pelayanan kesehatan, faktor genetik dan faktor prilaku. Bahaya potensial terhadap
kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan dapat bersifat fisik, kimia maupun biologi.
Sejalan dengan kebijaksanaan’Paradigma Sehat’ yang mengutamakan upaya-
upaya yang bersifat promotif, preventif dan protektif. Maka upaya kesehatan lingkungan
sangat penting.
Semua kegiatan kesehatan lingkungan yang dilakukan oleh para staf Puskesmas
akan berhasil baik apabila masyarakat berperan serta dalam pelaksanaannya harus
mengikut sertakan masyarakat sejak perencanaan sampai pemeliharaan.
b. Tujuan
1. Meningkatkan mutu lingkungan yang dapat menjamin masyarakat mencapai
derajat kesehatan yang optimal
2. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat dan keikut sertaan sektor lain yang
bersangkutan, serta bertanggung jawab atas upaya peningkatan dan pelestarian
lingkungan hidup.
3. Terlaksananya peraturan perundangan tentang penyehatan lingkungan dan
permukiman yang berlaku.
4. Terselenggaranya pendidikan kesehatan guna menunjang kegiatan dalam
peningkatan kesehatan lingkungan dan pemukiman.
5. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sarana sanitasi perumahan,
kelompok masyarakat, tempat pembuatan/penjualan makanan, perusahaan dan
tempat-tempat umum.
c. Kegiatan
Kegiatan-kegiatan utama kesehatan lingkungan yang harus dilakukan Puskesmas
meliputi:
1. Penyehatan air
2. Penyehatan makanan dan minuman
3. Pengawasan pembuangan kotoran mannusia
4. Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah
5. Penyehatan pemukiman
6. Pengawasan sanitasi tempat umum
7. Pengamanan polusi industri
8. Pengamanan pestisida
9. Klinik sanitasi
5. Keluarga Berencana
a. Pengertian
Adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan
kesehatan pasangan usia subur dalam menjalankan fungsi reproduksi yang
berkualitas. Prioritas pelayanan KB dewasa ini adalah meningkatkan derajat
kesehatan pasangan usia subur dan keluarganya dalam pengaturan kehamilan, baik
jumlah dan waktu kehamilan serta jarak antar kehamilan guna menurunkan angka
kelahiran nasional.
b. Tujuan
1. Memberikan pelayanan kontrasepsi yang berkualitas dan KIE kepada
pasangan usia subur dan keluarganya
2. Memberikan pertolongan pertama/penanganan efek samping dan kegagalan
metode kontrasepsi serta merujuk ke fasilitas rujukan primer (RS Dati II)
sesuai dengan kebutuhan
3. Memantau cakupan pelayanan kontrasepsi dan kegagalan metoda kontrasepsi
4. Meningkatkan kualitas pelayanan KB secara berkelanjutan
5. Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta masyarakat
dalam upaya
6. Memberikan pelayanan kesehatan pasangan usia subur, calon pasangan usia
subur, serta anggota keluarga yang lain dalam rangka meningkatkan kualitas
kesehatan fungsi reproduksinya
7. Melaksanakan penanganan infentaris pasangan usia subur yang berkualitas
dan merunjuk ke fasilitas rujukan primer sesuai dengan kebutuhan
8. Melaksanakan managemen terpadu pelayanan kontrasepsi yang datang
berobat ke fasilitas rawat jalan termasuk pelayanan pra rujukan dan tindakan
lanjutnya
c. Sasaran
a. Sasaran pelayanan KB adalah pasangan usia subur
b. Calon pasangan usia subur
c. Pasangan usia subur dengan wanita yang akan memasuki masa menoupaus
d. Keluarga yang tinggal dan berada di wilayah kerja Puskesmas
e. WUS yang datang pada pelayanan rawat jalan Puskesmas yang dalam fase
intervensi
f. pelayanan KB.
c. Tujuan
1. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mewujudkan prilaku gizi yang baik dan benarsesuai denagn
gizi seimbang
2. Meningkatkan perhatian dan upaya peningkatan status gizi warga dari
berbagai institusi pemerintahan serta swasta.
3. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas gizi/petugas Puskesmas
lainnya dalam merencanakan, melaksanakan, membina, memantau dan
mengevaluasi upaya perbaikan gizi masyarakat
4. Terselenggaranya pelayanan gizi yang melibatkan partisipasi keluarga
terhadap pencegahan dan penanggulangan masalah kelainan gizi
5. Terwujudnya rangkaian kegiatan pencatatan/pelaporan masalah gizi dan
tersedianya informasi situasi pangan dan gizi.
d. Sasaran
Sasaran upaya perbaikan gizi adalah kelompok-kelompok yang beresiko
menderita kelainan gizi antara lain:
1. Bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak usia sekolah
2. Wanita Usia Subur (WUS) termasuk calon pengantin (cantin), ibu hamil, ibu
nifas, ibu menyusui, dan usia lanjut (usila)
3. Semua penduduk rawan gizi (endemik)
4. Semua anak dan dewasa mempunyai masalah gizi
5. Pekerja penghasilan rendah.
2. ORGANIZING
Menurut Endang S, Pengorganisasian Puskesmas adalah struktur organisasi dan
tata kerja Puskesmas yang merupakan perpaduan antara kegiatan dan tenaga pelaksanan
Puskesmas. Struktur organisasi puskesmas menetapkan bagaimana tugas akan dibagi,
siapa melapor siapa, dan mekanisme koordinasi formal serta pola interaksi yang akan
diikuti.
Adapun faktor-faktor yang menentukan perancangan struktur organisasi
Puskesmas adalah :
1. Strategi untuk mencapai tujuan Puskesmas. Strategi akan menjelaskan bagaimana
aliran wewenang dan saluran komunikasi dapat disusun diantara pimpinan dengan
pegawai Puskesmas.
2. Ukuran organisasi Puskesmas. Besarnya organisasi Puskesmas secara keseluruhan
maupun unit-unit kerja fungsional akan mempengaruhi struktur organisasi
Puskesmas.
3. Tingkat penggunaan teknologi, yaitu tingkat rutinitas penggunaan teknologi oleh
Puskesmas untuk memberikan jasa layanan kesehatan Puskesmas. Pada layanan
kesehatan dengan menggunakan teknologi tinggi akan memerlukan tingkat
standarisasi dan spesialisasi yang lebih tinggi dibanding dengan pelayanan kesehatan
dasar.
4. Tingkat ketidakpastian lingkungan organisasi Puskesmas.
5. Preferensi(kesukaan) yang menguntungkan pribadi dari individu atau kelompok yang
memegang kekuasaan dan kontrol dalam organisasi Puskesmas.
6. Pegawai dan stakeholder dalam organisasi Puskesmas. Kemampuan dan cara berfikir
para pegawai dan stakeholderPuskesmas serta kebutuhan mereka untuk bekerjasama
harus diperhatikan dalam merancang struktur organisasi Puskesmas. Kebutuhan
pegawai dan stakeholder Puskesmas dalam pembuatan keputusan akan
mempengaruhi saluran komunikasi, wewenang dan hubungan diantara unit-unit kerja
fungsional.(Endang S.2011)
3) Bidan di Desa/komunitas.
Adalah salah satu kegiatan pelayanan kesehatan maupun penyuluhan di
desa/kelurahan oleh tenaga Bidan yang ditunjuk oleh Puskesmas Induk.
4) Posyandu
Merupakan kegiatan keterpaduan antara Puskesmas dan masyarakat di tingkat
desa yang diwujudkan dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu. Semula Posyandu adalah
pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan
KB dan kesehatan.
Dalam pengembangannya Posyandu dapat dibina menjadi forum komunikasi dan
pelayanan di masyarakat, antara sektor yang memadukan kegiatan pembangunan
sektoralnya dengan kegiatan masyarakat, untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam memecahkan masalah melalui alih teknologi. Satu Posyandu sebaiknya melayani
sekitar 100 balita (120 kepala keluarga), atau sesuai dengan kemampuan petugas dan
keadaan setempat.
3. ACTUATING
Setelah perencanaan dan pengorganisasian selesai dilakukan, maka langkah
selanjutnya yang perlu ditempuh dalam manajemen adalah mewujudkan rencana tersebut
dengan mempergunakan organisasi yang terbentuk. Langkah tersebut adalah actuating
yang secara harfiah diartikan sebagai member bimbingan namun istilah tersebut lbih
condong diartikan penggerak atau pelaksanaan.
Jadi, actuating artinya menggerakkan orang-orang mau bekerja dengan sendirinya
atau dengan kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan dikehendaki secara
efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan. Actuating adalah
pelaksanaan untuk bekerja. Untuk melaksanakan secara fisik kegiatan dari aktivitas
tersebut, maka manajer mengambil tindakan-tindakannya kearah itu. Seperti : Leadership
( pimpinan ), perintah, komunikasi dan conseling (nasehat). Actuating disebut juga
“gerakan aksi“ mencakup kegiatan yang dilakukan sorang manager untuk mengawali dan
melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur-unsur perencanaan dan
pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai.
Pemimpin yang efektif cenderung mempunyai hubungan dengan bawahan yang
sifatnya mendukung ( suportif ) dan meningkatkan rasa percaya diri meggunakan
kelompok membuat keputusan. Keefektifan kepemimpinan menunjukkan pencapaian
tugas pada rata-rata kemajuan, keputusan kerja, moral kerja, dan kontribusi wujud kerja.
Prinsip utama dalam penggerakan adalah bahwa perilaku dapat diatur, dibentuk, atau
diubah dengan sistem imbalan yang positif yang dikendalikan dengan cermat.
4. CONTROLLING
Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pengawasan Intern dan Ekstern
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan
yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.” Pengawasan dalam
bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan
melekat (built in control) atau pengawasan yang dilakukan secara rutin oleh inspektorat
jenderal pada setiap kementerian dan inspektorat wilayah untuk setiap daerah yang ada di
Indonesia, dengan menempatkannya di bawah pengawasan Kementerian Dalam Negeri.
Salah satu ukuran pengawasan yang digunakan oleh manajer guna mencapai hasil
organisasi adalah system penilaian kerja karyawan.Melalui evaluasi regular dari setiap
pelaksanaan kerja pegawai manajer dapat mencapai beberapa tujuan.
Alat evalausi :
1. Laporan tanggapan bebas
Penilaian Kinerja Puskesmas adalah suatu upaya untuk melakukan penilaian hasil
kerja/prestasi Puskesmas. laporan kinerja yang telah dibuat merupakan gambaran dari
situasi dan kondisi yang ada di Puskesmas, baik dari segi sarana – prasarana dan sumber
daya manusia yang ada, sehingga dari hasil yang ada dapat dinilai kinerja dari Puskesmas
itu sendiri.
Tujuan penyusunan Laporan Kinerja secara umum agar tercapai tingkat kinerja
Puskesmas yang berkualitas secara optimal dalam mendukung pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan Kabupaten. Dimana secara khusus untuk mendapatkan
gambaran tingkat pencapaian hasil cakupan dan mutu kegiatan serta manajemen
Puskesmas pada akhir tahun kegiatan. Diharapkan dengan adanya laporan kinerja dapat
menjadi umpan balik bagi pelaksanaan program di Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Kabupaten untuk ikut serta dalam pembangunan kesehatan.
c. Ruang Lingkup
Secara garis besar lingkup penilaian kinerja Puskesmas tersebut berdasarkan pada upaya-
upaya Puskesmas dalam menyelenggarakan :
1. Pelayanan Kesehatan ;
Upaya Kesehatan Wajib.
Upaya Kesehatan Pengembangan.
3. Mutu Pelayanan :
Indikator derajat kesehatan masyarakat yang paling peka untuk menilai dampak
progam kesehatan adalah IMR (Infant Mortality rate), MMR (Maternal Mortality Rate),
dan BR (Birth Rate). Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, empat progam
pokok perlu lebih diprioritaskan oleh puskesmas yaitu KIA, KB, P2M dan gizi. Keempat
progam pokok tersebut juga dilaksanakan secara terpadu diluar gedung puskesmas
melalui pos kesehatan ditingkat dusun atau pos pelayanan terpadu. Sejak tahun
1992/1993, pemerintah juga telah menempatkan bidan didesa. Bidan yang bertugas di
desa, mengelola pondok bersalin desa.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Adapun saran saya mengenai penerapan fungsi manajemen ini pada puskesmas yaitu:
1. Agar fungsi manajemen ini benar – benar dilaksanakan dengan baik agar tujuan dari
penerapan POACE tersebut dapat tercapai dengan baik.
2. Agar melakukan evaluasi secara berkala terhadap kegiatan yang telah direncanakan,
sehingga untuk kedepannya dapat lebih efektif lagi dalam hal penyusunan
perencanaan dan pencapaian tujuannya. Dan perlu adanya pemahaman yang
mendalam dalam hal penentuan masalah yang kemudian akan menjadi inti darti
pokok perencanaan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://itjen-depdagri.go.id/article-25-pengertian-pengawasan.html
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/KEPMENKES_374-2009_TTG_SKN-2009.pdf
http://manajemen-pelayanankesehatan.net
http://hpm.fk.ugm.ac.id/hpmlama/index.php
http://www.slideshare.net/yabniellitjingga/konsep-puskesmas-ii-2
http://raranatasha.wordpress.com/2013/01/09/manajemen-puskesmas/
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2009/11/manajemen-pelayanan-kesehatan.html
http://www.indonesian-publichealth.com/2013/05/poac-pada-fungsi-manajemen.html
http://somelus.wordpress.com/2010/02/14/manajemen-puskesmas-dan-posyandu/
http://www.slideshare.net/mepsaputra/manajemen-puskesmas-40425598
http://raranatasha.wordpress.com/2013/01/10/pengorganisasian-puskesmas/
http://raranatasha.wordpress.com/2013/01/10/pengorganisasian-tingkat-puskesmas/