Naskah Publikasi
Oleh :
Sri Wulandari
Nim. I1022131013
Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura
Pontianak
2017
1
Formulasi Sediaan Krim Tipe M/A Menggunakan Basis Vanishing Cream Dengan Variasi
E-mail : ndari1995@gmail.com
Abstrak : Fase air ekstrak ikan gabus (Channa striata) mengandung albumin yang telah terbukti
efektif mempercepat penyembuhan luka. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah sediaan
krim dengan berbagai variasi konsentrasi fase air ekstrak ikan gabus dapat memenuhi kriteria
stabilitas fisik dan kimia yang baik, serta mengetahui formula dengan stabilitas fisik dan kimia
yang paling optimal. Fase air ekstrak ikan gabus diformulasikan dalam bentuk sediaan krim tipe
M/A menggunakan basis vanishing cream dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%.
Evaluasi sifat fisik dan kimia meliputi organoleptis, homogenitas, tipe krim, daya sebar, daya
lekat dan pH, serta dilanjutkan uji stabilitas fisik dan kimia selama 28 hari pada suhu kamar.
Analisis data menggunakan program SPSS 20 for windows dengan One Way ANOVA dan
dilanjutkan uji LSD taraf kepercayaan 95%. Hasil evaluasi sediaan krim menunjukkan semua
formula memiliki stabilitas fisik dan kimia yang baik, serta konsentrasi ekstrak 30% pada
formula III menghasilkan stabilitas fisik dan kimia yang paling optimal yaitu menunjukkan
organoleptis dan homogenitas baik, daya sebar rata-rata sebesar 45,39 ± 12,50 cm2, daya lekat
rata-rata sebesar 285,28 ± 36,04 detik dan pH rata-rata sebesar 6,23 ± 12,48.
Kata Kunci : Fase air ekstrak ikan gabus, albumin, vanishing cream, stabilitas fisik-kimia
2
Abstrack : Water phase of snakehead extract (Channa striata) contains albumin which has been
proven effective accelerate wound healing. The present study was to determine whether the
cream preparations with various concentrations of water phase extract of snakehead can meet the
criteria of good physical and chemical stability, and know the formula with the most optimal
physical and chemical stability. The water phase of snakehead extract is formulated in M/A type
cream preparation using a vanishing cream base with concentrations of 10%, 20%, 30%, 40%
and 50%. Evaluation of physical and chemical properties include organoleptic testing,
homogeneity, cream type, spreadabillity, adhesive force, pH and continued physical and
chemical stability test of cream preparation for 28 days at room temperature. Data was analysis
using SPSS 20 for windows program with One Way ANOVA and continued LSD test with 95%
confidence level. The results of cream preparation showed that all formulas have good physical
and chemical stability, and the concentration of 30% extract in formula III resulted in the most
optimal physical and chemical stability, with the spreadabillity was 45,39 ± 12,50 cm 2, the
stability
Pendahuluan
Luka merupakan cedera fisik yang mengakibatkan robekan dan kerusakan jaringan kulit
(Sabale et al., 2012). Prinsip dasar penyembuhan luka yang optimal untuk meminimalkan
kerusakan jaringan yaitu pemberian nutrisi yang tepat dengan kondisi lingkungan penyembuhan
luka yang lembab untuk mengembalikan kontinuitas anatomi dan fungsi jaringan yang rusak
dalam waktu yang singkat (Gadheker et al., 2012). Kondisi ini mendorong untuk dilakukannya
pengembangan penelitian mengenai bahan alam yang berpotensi sebagai obat luka. Salah
3
satunya adalah ikan gabus (Channa striata). Saat ini ekstrak ikan gabus digunakan di dalam
dunia kedokteran sebagai penyembuh luka pasca operasi dan luka bakar (Saleh et al., 1985).
jaringan epitel dalam penyembuhan luka dengan manfaat pembersihan luka secara cepat,
sehingga meminimalkan bekas luka (Joenoes, 2006). Krim tipe M/A lebih disukai, karena
mudah dicuci dan tidak membekas. Selain itu, krim tipe ini juga memiliki kadar air yang tinggi
sehingga memberikan efek hidrasi pada kulit (Kuswahyuning et al., 2008). Efek hidrasi ini
dapat meningkatkan permeabilitas kulit sehingga akan meningkatkan penetrasi obat (Keilhorn et
al., 2006). Oleh karena itu, dilakukan formulasi sediaan krim fase air ekstrak ikan gabus dengan
variasi konsentrasi fase air ekstrak ikan gabus yang diharapkan dapat menghasilkan krim dengan
Metodologi Penelitian
Alat yang digunakan antara lain alat press hidrolik (modifikasi), alat sentrifugasi (PLC
Series), gelas beaker 500 mL (Pyrex), gelas beaker 250 mL (Pyrex), gelas ukur 50 mL (Pyrex),
tabungreaksi (Pyrex), timbangan analitik (Precisa tipe XB 4200C), penangas air (Memmert®),
water bath, pH meter (Hanna®), termometer, kamera 5 mega pixel (merek Samsung Core 2),
serbet, kompor gas, panci kukus, pipet tetes, sudip, penggaris, wadah plastik, sendok tanduk,
sendok stainless, spuit injeksi, alumunium foil, wrapping plastic, mortir, stamper, cawan
penguap, stopwatch, kaca arloji, batang pengaduk, benang, gunting, tisu, pinset, pemberat 50g;
80g; 100g; 150g; 1kg, kertas millimeter blok, pot salep dan gelas objek.
4
Bahan yang digunakan adalah fase air ekstrak ikan gabus (Channa striata), cera flavum,
Fase air ekstrak ikan gabus yang diperoleh diambil 5 mL dipanaskan pada penangas air
selama 30 menit. Dilihat perubahan yang terjadi pada fase air ekstrak ikan gabus tersebut. Fase
air esktrak ikan gabus positif mengandung albumin jika terdapat gumpalan putih yang
Krim yang akan dibuat dengan konsentrasi fase air ekstrak ikan gabus 10%, 20%, 30%,
40%, dan 50%. Wadah I sebagai fase minyak krim, yaitu melelehkan cera flavum, asam stearat
dan vaselin flavum di atas water bath pada suhu 700C. Wadah II sebagai fase air krim, yaitu
water bath pada suhu 700 C (Ikhsanudin, 2011). Campuran fase minyak krim kedalam mortir
hangat, lalu tambahkan fase air krim gerus hingga homogen. Kemudian tambahkan zat aktif
5
yaitu fase air ekstrak ikan gabus gerus sampai homogen hingga terbentuk massa krim. Sediaan
Uji Organoleptis
warnadan bau yang diamati secara visual (Ayu et al., 2014). Pengamatan dilakukan pada hari ke-
Uji Homogenitas
Sediaan krim diletakkan diantara 2 kaca objek, lalu di perhatikan adanya partikel-partikel
kasar atau ketidak homogenan dibawah cahaya (Elya et al., 2013). Pengamatan dilakukan pada
harike-1, 3, 7, 14, 21, dan 28 pada suhu kamar (Wijiyanti et al., 2013).
Determinasi tipe emulsi krim menggunakan metode pengenceran. Sebanyak 0,1 g sediaan
krim di larutkan dalam 30 mL air. Krim tipe M/A akan terdistribusi merata pada medium air
Pemeriksaan daya sebar dilakukan dengan meletakkan 1 g sediaan krim di atas kaca bulat
berskala, kemudian ditutup dengan menggunakan kaca bulat yang tidak berskala yang telah
diketahui bobotnya selama 1 menit, dicatat diameter penyebarannya, dilanjutkan dengan beban
50 g, 100 g, dan 150 g, dicatat diameter penyebaran krim (Ikhsanudin et al., 2011). Replikasi
dilakukan sebanyak 3 kali. Pengamatan dilakukan pada hari ke-1, 3, 7, 14, 21, dan 28 pada suhu
6
Uji Daya Lekat
Pemeriksaan daya lekat dilakukan dengan meletakkan 0,1 g sediaan krim diatas gelas
objek. Diletakkan gelas objek yang lain diatas krim tersebut. Kemudian ditekan dengan beban 1
kg selama 5 menit. Kemudian dilepaskan beban seberat 80 g dan dicatat waktunya hingga kedua
gelas objek ini terlepas (Ikhsanudin et al., 2011). Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali.
Pengamatan dilakukan pada hari ke-1, 3, 7, 14, 21, dan 28 pada suhu kamar (Wijiyanti et al.,
2013).
Uji pH
dan pH 4. Diambil sedikit sediaan krim dan ditempatkan pada tempat sampel pH meter,
kemudian di tunggu hingga indikator pH meter stabil dan menunjukkan nilai pH yang konstan
(Elya et al., 2013). Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali. Pengamatan dilakukan pada hari ke-1,
Analisis Data
Analisa data hasil pengujian sifat fisik dan kimia sediaan krim yang meliputi daya lekat,
daya sebar dan pH. Dilakukan uji kenormalan dan homogenitas data. Bila data terdistribusi
normal pada test Kolmogorof-Smirnov (0,05) dan homogeny pada uji homogenitas (0,05),
maka dilakukan uji parametric One Way ANOVA dan Post Hoc test. Apabila tidak sesuai dengan
ketentuan tersebut, dilanjutkan uji non parametric Kruskal-Wallis test (Ikhsanudin et al., 2011).
7
Hasil dan Pembahasan
Pemanasan dapat menyebabkan danaturasi protein. Tahap awal dari proses danturasi
adalah flokulasi. Flokulasi merupakan penggumpalan partikel yang tidak stabil menjadi endapan.
Pengujian organoleptik dapat menujukkan gambaran adanya indikasi kerusakan dan kemunduran
mutu krim yang diformulasi.Hasil menunjukkan kelima formula stabil selama uji 28 hari.
No Pemerian F1 F2 F3 F4 F5
1 Bentuk/Konsistensi Kurang Agak Cukup Kental Sangat kental
kental kental kental
2 Warna Putih Putih Putih Putih agak Putih
kekuningan kekuningan
3 Bau Khas Khas Khas Khas ekstrak Khas ekstrak
ekstrak ekstrak ekstrak kuat sangat kuat
Keterangan: F1 = Formula fase air ekstrak ikan gabus 10%
F2 = Formula fase air ekstrak ikan gabus 20%
F3 = Formula fase air ekstrak ikan gabus 30%
F4 = Formula fase air ekstrak ikan gabus 40%
F5 = Fomula fase air ekstrak ikan gabus 50%
8
Hasil Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas bertujuan untuk melihat penyebaran zat aktif dalam sediaan. Jika
sediaan krim telah homogen maka diasumsikan kadar zat aktif akan selalu sama pada saat
Hasil pengujian tipe emulsi menunjukkan semua krim terencerkan dalam air. Hal ini
membuktikan bahwa krim fase air ekstrak ikan gabus merupakan krim tipe M/A.
Uji daya sebar memiliki tujuan untuk melihat kemampuan menyebarnya krim pada
permukaan kulit dimana diharapkan krim mampu menyebar dengan mudah ditempat yang
dioleskan tanpa diberikan tekanan yang berarti. Salah satu faktor yang mempengaruhi daya sebar
krim adalah viskositas. Daya sebar berbanding terbalik denganviskositas sediaan semi padat, jika
viskositas semakin rendah maka daya sebar semakin tinggi (Nibaho et al., 2013). Hasil
menunjukkan semakin tinggi konsentrasi fase air ekstrak ikan gabus yang digunakan maka daya
sebar semakin menurun. Daya sebar paling besarditunjukan oleh F1 ( konsentrasi fase air ekstrak
ikan gabus 10%) dengan nilai daya sebar sebesar 63,34 ± 0,02 cm2. Hasil uji One Way ANOVA
9
yang dilanjutkan uji Pos Hoc LSD berdasarkan formula menunjukkan semua formula yaitu F1,
F2, F3, F4 dan F5 berbeda signifikan (p < 0,05). Hal ini berarti daya sebar yang dimiliki oleh
tiap-tiap formula adalah tidak sama. Sedangkan, hasil uji One Way ANOVA yang dilanjutkan uji
Pos Hoc LSD berdasarkan hari menunjukkan semua tidak berbeda signifikan (p > 0,05). Hal ini
berarti penyimpanan sediaan krim selama 28 hari pada H1, H3, H7, H14, H21 dan H28 memiliki
penurunan dan peningkatan daya sebar yang stabil. Namun, bila dilihat pada grafik dapat
diketahui F2 dan F3 memiliki penurunan dan peningkatan daya sebar yang stabil selama
Hari ke- Daya Sebar Sediaan Krim dalam cm2 ( x ± SD, n=3)
F1 F2 F3 F4 F5
1 60.70 ± 0.97 48.27 ± 2.10 43.69 ± 0.70 27.83 ± 1.27 23.81 ± 0.87
3 62.56 ± 0.98 49.92 ± 2.02 45.04 ± 1.92 28.20 ± 0.66 24.97 ± 0.62
7 61.64 ± 2.48 56.54 ± 1.37 45.52 ± 2.19 27.77 ± 0.96 25.33 ± 0.31
14 64.35 ± 1.64 57.97 ± 0.95 48.84 ± 1.87 32.14 ± 3.04 29.28 ± 0.78
21 65.39 ± 1.01 55.84 ± 1.98 43.92 ± 0.81 29.09 ± 0.98 25.10 ± 1.02
28 65.39 ± 1.01 58.87 ± 0.82 45.34 ± 0.00 29.21 ± 0.33 24.33 ± 0.71
Keterangan: F1 = Formula fase air ekstrak ikan gabus 10%
F2 = Formula fase air ekstrak ikan gabus 20%
F3 = Formula fase air ekstrak ikan gabus 30%
F4 = Formula fase air ekstrak ikan gabus 40%
F5 = Fomula fase air ekstrak ikan gabus 50%
Pengujian daya lekat dilakukan untuk mengetahui kemampuan melekat sediaan krim
yang dibuat pada kulit. Kemampuan daya lekat akan mempengaruhi efek terapi yang dimiliki.
Semakin lama kemampuan melekat pada kulit maka efek terapi yang diberikan relatif lama
(Nibaho et al., 2013). Hasil daya lekat menunjukkan semakin tinggi konsentrasi fase air ekstrak
ikan gabus maka semakin tinggi daya lekat yang hasilkan. Daya lekat paling besar ditunjukan
oleh F5 ( konsentrasi fase air ekstrak ikan gabus 50%) dengan nilai daya lekat sebesar 2065,56 ±
20,96 detik. Hasil uji One Way ANOVA yang dilanjutkan uji Pos Hoc LSD berdasarkan formula
10
menunjukkan F1, F2 dan F3 tidak berbeda signifikan (p > 0,05) tetapi berbeda signifikan dengan
F4 dan F5 (p < 0,05). Hal ini berarti daya lekat yang dimiliki F1, F2 dan F3 adalah relatif sama,
sedangkan berbeda dengan F4 dan F5. Sedangkan, hasil uji One Way ANOVA yang dilanjutkan
uji Pos Hoc LSD berdasarkan hari menunjukkan semua hari tidak berbeda signifikan (p > 0,05).
Hal ini berarti penyimpanan sediaan krim selama 28 hari pada H1, H3, H7, H14, H21 dan H28
memiliki penurunan dan peningkatan daya lekat yang stabil. Namun, bila dilihat pada grafik
dapat diketahui F1, F2 dan F3 memiliki penurunan dan peningkatan daya lekat yang stabil
Hasil Uji pH
Pengukuran pH bertujuan untuk mengetahui tingkat keasaman dan kebasaan dari sediaan,
agar sediaan dapat diaplikasikan pada kulit.Secara keseluruhan kelima formula menghasilkan pH
yang masih dalam kategori aman bagi kulit pH 4,5-6,5(16). Hasil uji One Way ANOVA yang
dilanjutkan uji Pos Hoc LSD berdasarkan formula menunjukkanF2, F3, F4 dan F5 tidak berbeda
signifikan (p > 0,05), serta F1 tidak berbeda signifikan dengan F2 (p > 0,05), namun F3, F4 dan
F5 berbeda signifikan dengan F1 (p < 0,05). Hal ini berarti pH yang dimiliki F3, F4 dan F5
adalah relatif sama, serta pH yang dimiliki F1 dan F2 adalah relatif sama. Namun pH yang
11
dimiliki F3, F4, dan F5 berbeda dengan F1.Sedangkan, hasil uji One Way ANOVA yang
dilanjutkan uji Pos Hoc LSD berdasarkan hari menunjukkan H1, H7 dan H14 berbeda signifikan
dengan H28 (p < 0,05). Hal ini berarti penyimpanan sediaan krim selama 28 hari pada H1, H7,
H14 dan H28 terjadi penurunan dan peningkatan nilai pH yang kurang stabil.
Formula sediaan krim dengan berbagai variasi konsentrasi fase air ekstrak ikan gabus
(Channa striata) dapat memenuhi kriteria stabilitas fisik dan kimia yang baik. Namun, Formula
III dengan konsentrasi fase air ekstrak ikan gabus 30% menghasilkan sediaan krim dengan
stabilitas fisik dan kimia yang paling optimal. Hasil evaluasi sediaan F3 menunjukkan
organoleptis dan homogenitas baik, daya sebar rata-rata sebesar 45,39 ± 12,50 cm2, daya lekat
rata-rata sebesar 285,28 ± 36,04 detik dan pH rata-rata sebesar 6,23 ± 12,48.
Saran
Saran dalam penelitian ini adalah dilakukan uji difusi sediaan krim secara in vitro
menggunakan sel difusi franz untuk mengetahui kadar pelepasan obat yang terserap atau
berpenetrasi dan dilanjutkan uji iritasi sediaan krim fase air ekstrak ikan gabus untuk mengetahui
keamanan sediaan jika diaplikasikan pada kulit atau luka. Serta dilanjutkan pengujian secara in
12
vivo untuk mengetahui efektivitas sediaan krim fase air ekstrak ikan gabus terhadap daya
penyembuhan luka.
Ucapan Terimakasih
Kedokteran Program Studi Farmasi Universitas Tanjungpura atas fasilitas laboratorium yang
Daftar Pustaka
3. Saleh M, Hari EI, Delima HD, Siswoputranto, 1985, Standar Tepung Ikan di dalam
4. Joenoes NZ, 2006, Resep yang Rasional, Jilid II, Airlangga University Press, Surabaya, 92
Organization
13
8. Ikhsanudin A, 2011, Formulasi Vanishing Cream Minyak Atsiri Sere (Cymbopogon
citratus (D.C) Stapf.) dan Uji Sifat Fisiknya serta Uji Aktivitas Rapelan Terhadap Nyamuk
9. Ayu M, Oktavianingtyas Y, 2014, Pengaruh Cera Album dan Vaselin Album Terhadap
Sifat Fisis Krim Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum). CERATA Journal of
10. Wijiyanti NPAD, Astuti KW, Prasetia IGNJA, Darayanthi MYD, Nesa PNPD, Wedarini
LDS, Adhiningrat DNP, 2013, Profil Stabilitas Fisika dan Kimia Maker Gel Peel-Off
Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangoestana L), Jurnal Ilmiah Kefarmasian. 1(2),
99-103
11. Elya B, Dewi R, Budiman MH, 2013, Antioxidant Cream of Solanum lycopersicum L,
12. Zulkarnain AK, Shovyana HS, 2013, Stabilitas Fisik dan Aktivitas Krim W/O Ekstrak
Etanolik Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpha (scheff) Boerl) Sebagai Tabir Surya,
13. Nugroho M, 2012, Isolasi Albumin dan Karakteristik Berat Molekul Hasil Ekstraksi Secara
14. Swastika ANSP, Mufrod, Purwanto, 2013, Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Sari Tomat
15. Nibaho OHPVY, Yamlean W, Wiyono, 2013, Pengaruh Basis Salep Terhadap Formulasi
Sediaan Salep Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) pada Kulit Punggung Kelinci
yang Dibuat Infeksi Staphylococcus aureus, Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi, 2(2)
14
LAMPIRAN
70.00
Formula
60.00
Daya Sebar (cm2)
3000.00
Formula
Daya Lekat (detik)
2500.00
F1 (fase air ekstrak
ikan gabus 10%)
2000.00
F2 (fase air ekstrak
1500.00 ikan gabus 20%)
7
Formula
15