Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN HASIL STUDI LAPANGAN

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI, BANK CENTRAL ASIA DAN KOMISI


APARATUR SIPIL NEGARA

Disusun oleh:
KELOMPOK 7

KIKI PERMANA
MARGARETA PUTRI RAMADHANI
MUHAMMAD ZIKRI
RADEN DETTY SEPTIANI AISYAH
RERIE DWI NUGRAHENIE

PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN III

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/

BADAN PERTANAHAN NASIONAL

2018
ANTI KORUPSI

BAB I
PENDAHULUAN

Korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptionyang berarti kerusakan, kebobrokan,
dan kehancuran. Kerusakan tersebut merupakan permasalahan bangsa yang tidak dapat
terselesaikan secara tuntas. Permasalahan bangsa Indonesia semakin terpuruk diantaranya
disebabkan karena kemiskinan dan pelayanan publik (public service) yang tidak maksimal
dan lain sebagainya. Korupsi merupakan simbol keruntuhan dan perpecahan negara yang
harus segera diatasi dengan pencegahan dan penindakan atas tindak pidana korupsi.
Korupsi ini merupakan masalah serius yang dapat membahayakan stabilitas dan
keamanan masyarakat, membahayakan pembangunan sosial ekonomi, dan juga politik serta
dapat merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas. Pada saat ini terdapat banyak kasus yang
mendapatkan perhatian serius, diantaranya kasus yang terjerat oleh kepala daerah karena
Operasi Tangkap Tangan (OTT) karena perbuatan melawan hukum seperti suap menyuap,
penyalahgunaan wewenang, gratifikasi, penggelapan dalam jabatan dan lain-lain.
Perbuatan-perbuatan melawan hukum diatas dapat ditindak secara tegas apabila para
stakeholders bekerja sama untuk melawan korupsi dan dalam rangka percepatan
pemberantasan korupsi. Korupsi merupakan tindak pidana khusus yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (PTPK).

BAB II
PEMBAHASAN
I. Tindak Pidana Korupsi
Pada dasarnya Jenis Korupsi dirumuskan dalam 30 jenis tipikor, namun di dalam UU
Nomor 31 / 1999 Jo UU Nomor 20/2001 telah dikelompokkan menjadi tujuh jenis besar,
antara lain:
a. Kerugian keuangan negara ( diatur dalam Pasal 2 dan Pasal 3 tentang penyalahgunaan
wewenang) .
Penjelasan Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (“UU 31/1999”) menyatakan bahwa yng
dimaksud dengan kerugian keuangan negara adalah kerugian yang sudah dapat dihitung
jumlahnya berdasarkan hasil temuan instansi yang berwenang atau akuntan publik yang
ditunjuk.
b. Suap menyuap (diatur dalam Pasal 5(1) a,b; Pasal 13; Pasal 12 a,b; Pasal 11; Pasal 6(1);
Pasal 6(2); Pasal 12 c,d)
Suap dalam hal ini adalah menerima sesuatu atau janji, sedangkan ia mengetahui atau
patut dapat menduga bahwa pemberian sesuatu atau janji itu dimaksudkan supaya ia
berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengan
kewenangan atau kewajibannya.
c. Penggelapan dalam Jabatan (Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10)
Dalam Pasal 372 KUHP tindak pidana penggelapan adalah barang siapa dengan sengaja
dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah
kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan.
d. Pemerasan (Pasal 12 huruf e,f,g)
Pemerasan dalam hal ini adalah menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang
memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan
potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
e. Konflik Kepentingan dalam Pengadaan (Pasal 12 huruf i)
Perbuatan yang secara langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta
dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada saat dilakukan
perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau
mengawasinya.
f. Gratifikasi (Pasal 128 Jo. Pasal 12 c)
Unsur- unsur Gratifikasi:
1. Pegawai Negeri atau penyelenggara;
2. Menerima gratfikasi;
3. Yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajiban dan tugasnya;
4. Penerimaan Gratifikasi tersebut tidak dilaporkan kepada KPK dalam jangka waktu 30
hari sejak diterimanya gratifikasi.
Gratifikasi/ pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat
(discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi
tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang
dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik. Pasal
12Cayat (1) UU Tipikor menyatakan bahwa apabila dalam hal gratifikasi, jika penerima
melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (KPK) paling lambat 30 hari, maka pidananya dihapuskan.

II. Integritas
Integritas adalan nilai/ prinsip dimana terdapat konsistensi antara apa yang di ucapkan dengan
apa yang dilakukan. Integritas sangat diperlukan dan merupakan nilai dasar yang harus
dimiliki oleh setiap ASN agar terhindarkan perilaku Koruptif. Nilai tersebut harus dimulai
dari diri sendiri dengan adanya tanggung jawab atas kompetensi yang dimiliki dan didasari
oleh etika. Maka dengan begitulah maka sebagai ASN telah ikut terlibat dalam gerakan
pemberantasan korupsi.

III. ASN Anti-Korupsi

Untuk mewujudkan ASN yang anti korupsi maka ada 3 pilar yang diutamakan dalam
pencegahan korupsi, yakni :
1. Sektor Pemerintah
Sebagai ASN yang merupakan bagian dari pemerintah maka ASN turut ikut dalam
menyelenggarakan Pelayanan Publik dan Program Pemerintah dengan tata kelola yang
transparan
2. Sektor Swasta
mendorong praktik bisnis tanpa suap dan tidak memberikan gratifikasi ke ASN
3. Sektor Publik
Menyampaikan informasi dan mengawasi upaya pemberantasan korupsi.

Langkah-Langkah perbaikan pembangunan untuk mencapai pemerintah yang Bebas


Korupsi:
1. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas
2. Perbaikan sistem
3. Penanaman Nilai etika/moral
4. Peningkatan sinergi API
5. Peran aktif masyakarat
Selain langkah langkah di atas, Keberhasilan penyelenggaraan pemerintah yang bebas
korupsi pun tak lepas dari profesionalisme aparatur negaranya. Menurut Undang-undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN yaitu bahwa setiap ASN harus dapat mengaktualisasikan
nilai-nilai Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi
dalam melaksanakan tugas dan perannya sebagai pelayan masyarakat.
1. Akuntabilitas yang sering di samakan dengan responsibilitas atau tanggungjawab yang
di emban seorang ASN dalam melaksanakan amanah dan tujuan yang dicapai. Akuntabilitas
mempunyai peran yang cukup penting dalam upaya mewujudkan pemerintah yang bebas
korupsi, karena pada dasarnya korupsi itu terjadi karena adanya monopoli kekuasaan
terhadap barang dan jasa ditambah dengan adanya kekuasaan untuk melakukan diskresi
mengenai siapa yang berhak menerima barang/jasa tersebut tetapi tanpa diimbangi dengan
adanya akuntabilitas. Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi
adalah dengan memperbaiki sistem serta penguatan akuntabilitas pada ASN sebagai bagian
dari pemerintah.
2. Nasionalisme, secara sederhana nasionalisme dapat diartikan sebagai wujud rasa
bangga dan mencintai bangsanya sendiri. Perwujudan tersebut dapat berupa perasaan rela
berkorban, membantu dan mendukung sesuatu yang erat kaitannya dengan negara. Sudah
sewajarnya seorang ASN memiliki sikap nasionalisme dan ikut mewujudkan pribadi ASN
yang anti korupsi, sebab korupsi sendiri merupakan tindakan yang dilakukan oleh pihak
pihak yang merasa tidak puas dengan dirinya dan lebih mementingkan dan memuaskan
keinginan pribadi. Pejabat yang mengerti nasionalisme sesungguhnya akan berbuat sebaik
mungkin untuk sebuah negara, mereka tidak akan korupsi, hidup bermewah mewah serta
tidak menyalahgunakan kekuasaan yang diamanatkan kepada mereka. Seorang ASN yang
memiliki nasionalisme tinggi pun akan berbuat sebaik mungkin untuk rakyat bukan untuk
keluarga maupun kelompok tertentu.
3. Etika Publik, merupakan refleksi tentang benar/salah, baik/buruk pantas/tidak pantas
yang harus dilakukan. Jika dikaitkan dengan anti korupsi, maka seorang ASN yang beretika
akan mengetahui dengan jelas bahwa perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang salah dan
tidak pantas dilakukan. Hal tersebut karena telah merugikan keuangan negara serta
menciderai amanah dari rakyat yang seharusnya mereka layani dengan baik.
4. Komitmen Mutu, merupakan suatu kesungguhan hati untuk melakukan suatu
perubahan dengan cara berinovasi guna meningkatkan mutu pelayanan publik. Dengan
menjadi seorang ASN yang anti korupsi maka mutu yang ada akan terus terjaga bahkan dapat
terus berkembang untuk mencapai pelayanan publik yang efektif dan efisien.
5. Anti Korupsi, korupsi adalah perilaku pejabat publik yang secara tidak wajar dan tidak
legal memperkaya diri sendiri dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang
dipercayakan kepada mereka. Dampaknya pun tidak hanya merugikan negara namun juga
dapat menimbulkan kerusakan kehidupan yang tidak hanya bersifat jangka pendek tetapi
dapat pula bersifat jangka panjang. Untuk itu sebagai ASN merupakan suatu tanggung jawab
dan amanah untuk menghindari sikap-sikap korupsi dengan menanamkan kesadaran diri
tentang nilai-nilai anti korupsi. Adapun nilai dasar korupsi yang dimaksud yakni: jujur,
peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil.

BAB III
KESIMPULAN

Korupsi merupakan suatu tindak pidana dengan memperkaya diri dengan secara langsung
maupun tidak langsung merugikan negara. Jadi terdapat 2 aspek yang penting yakni
memperkaya diri sendiri dengan menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang
negara untuk kepentingan dirinya sehingga menimbulkan suatu kerugian bagi negara.
Adapun penyebabnya antara lain ketiadaan dan kelemahan pemimpin, rendahnya etika dan
moral seorang pejabat, serta rendahnya nasionalisme. Maka dari itu seorang Aparatur Sipil
Negara harus dapat membangun sikap anti korupsi dengan tetap memegang nilai dasar
ANEKA serta etika profesionalisme agar dapat terwujudnya Pemerintah yang bebas korupsi.

Anda mungkin juga menyukai