TINJAUAN PUSTAKA
Ikan lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk ke dalam ordo Siluriformes dan
digolongkan kedalam ikan bertulang sejati. Lele dicirikan dengan tubuhnya yang licin dan pipih memanjang,
serta adanya sungut yang menyembul dari daerah sekitar mulutnya. Nama ilmiah Lele adalah Clarias spp.
Adapun Klasifikasi ikan lele berdasarkan Hilwa (2004) sebagai berikut:
Filum : Chordota
Kelas : Pisces
Subkelas: Ostarophysi
Ordo : Ostarophysi
Subordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Lele merupakan jenis ikan konsumsi yang dikenal secara luas. Kandungan gizinya Ikan lele
mengandung kadar air 78,5 gr, kalori 90 gr, protein 18,7 gr, lemak 1,1 gr, Kalsium (Ca) 15 gr, Phosphor (P)
260gr, Zat besi (Fe) 2gr, Natrium 150gr, Thiamin 0,10gr, Riboflavin 0,05gr, Niashin 2,0 gr per 100gram.
Sehingga lele mengandung protein yang tinggi dan zat penguat tulang (kalsium) yang baik untuk makanan
anak balita. Selain itu lele juga mengandung mineral lain yang penting pula untuk kesehatan tubuh
(Djatmiko Hertami,1986). Komposisi gizi ikan lele meliputi kandungan protein (17,7 %), lemak (4,8 %),
mineral (1,2 %), dan air (76 %) (Astawan, 2008).
Keunggulan ikan lele dibandingkan dengan produk hewani lainnya adalah kaya akan leusin dan lisin.
Leusin (C6H13NO2) merupakan asam amino esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-
anak dan menjaga keseimbangan nitrogen. Leusin juga berguna untuk perombakan dan pembentukan
protein otot. Sedangkan lisin merupakan salah satu dari 9 asam amino esensial yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perbaikan jaringan. Lisin termasuk asam amino yang sangat penting dan dibutuhkan
sekali dalam pertumbuhan dan perkembangan anak (Zaki, 2009).
Adapun ketersediaan ikan lele di Indonesia ini Selama lima tahun terakhir menurut direktorat
jenderal penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan Kementrian Kelautan dan Perikanan (2014)
produksi lele terus meningkat. Pada tahun 2010 produksi nasional ikan lele sebesar 69,386 ton, tahun 2011
sebesar 77,332 ton, tahun 2012 sebesar 91,735 lalu tahun 2013 meningkat menjadi 114,371 ton dan pada
tahun 2014 terus meningkat menjadi 144,755. Tahun 2015, angka sementara yang dipublikasikan produksi
ikan lele dari hasil budidaya sebesar 273.554 ton.
Lele yang selama ini dikenal sebagai ikan budidaya ternyata dapat dikembangkan menjadi produk
olahan seperti Lele Asap, Nugget Lele, Kerupuk Lele, kaki Naga Ikan Lele, Abon Lele, Kue Semprong, Biskuit
Lele dan masih banyak lagi produk yang lain. Pengolahan ikan lele menjadi produk lain bertujuan untuk
meningkatkan minat masyarakat terhadap ikan lele tersebut karena tidak semua lapisan masyarakat ingin
mengkonsumsi ikan lele dalam keadaan utuh (misalnya pecel lele atau lele goreng). Dengan pertimbangan
tersebut di atas dan melihat karakteristik ikan lele maka sangat besar peluang untuk mengembangkan ikan
lele menjadi berbagai produk olahan.
MOCAF adalah produk tepung dari ubi kayu (manihod esculenta crantz) yang diproses
menggunakan prinsip memodifikasi sel ubi kayu secara fermentasi. Microba yang tumbuh menyebabkan
perubahan karakteristik dari tepung yang dihasilkan berupa naiknya viskositas, kemampuan gelasi, daya
rehidrasi, dan kemudahan melarut. Mikroba juga menghasilkan asam-asam organik, terutama asam laktat
yang akan terimbibisi dalam bahan, dan ketika bahan tersebut di olah akan dapat menghasilkan aroma dan
citra rasa khas yang dapat menutupi aroma dan citra rasa ubi kayu yang cenderung tidak menyenangkan
konsumen. Selama proses fermentasi terjadi pula penghilangan komponen penimbul warna dan protein
yang dapat menyebabkan warna coklat ketika pengeringan. Dampaknya adalah Mocaf-T1 yang dihasilkan
lebih putih jika dibandingkan dengan tepung ubi kayu biasa (Astuti, 2009).
Adapun komponen yang terkandung dalam tepung Mocaf dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2. Komposisi Kimia Tepung mocaf
Komponen Tepung Mocaf
Kadar Air (%) 9,25
Kadar protein (%) 1,93
Kadar abu (%) 0,30
Kadar pati (%) 85,60
Kadar serat (%) 0,21
Kadar lemak (%) 2,72
Kadar HCN (mg/kg) tidak terdeteksi
Sumber: *Subagio dan Haryanto Budiman et al., (2006)
Komponen yang terdapat pada tepung mocaf tidak sama persisi dengan komponen yang
terkandung pada tepung terigu, berikut tabel komposisi kandungan tepung terigu ;
Tabel 3. Komposisi Kimia Tepung terigu
Komponen Tepung terigu
Protein (%) 11,72
lemak (%) 0,85
pati (%) 69,32
amilosa (%) 17,59
abu(%) 2,18
air (%) 13,88
Sumber : Subagio dan Haryanto Budiman,(2006)
Menurut Soekarto (2009) Keunggulan dari tepung mocaf dibandingkan dengan tepung terigu adalah
Rasa yang khas dari cengkeh ini membuat tanaman ini dimanfaatkan, selain digunakan segagai
bumbu dapur dan bahan campuran rokok kretek, cengkeh juga sering digunakan sebagai obat. Cengkeh
berkhasiat sebagai anti bakteri alami. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Dalijit Arora (1990),
seorang ahli mikrobiologi dari India membuktikan-cengkeh dapat membunuh hampir semua bakteri
penyebab penyakit yang ditelitinya, termasuk bakteri yang sudah kebal dengan racun obat-obat antibiotika.
Dengan konsentrasi 0,20 gram/100m1, serbuk bunga cengkeh dapat menghambat bakteri Staphylococcus
aureus (Winarno, 1997). Mengingat cengkeh ini aman digunakan maka pemanfaatannya dapat dilakukan
seoptimal mungkin. Untuk dapat mengetahui kemampuan cengkeh dalam rnenghambat pertumbuhan
bakteri E.coli.
Konsep ketahanan pangan yang dianut Indonesia dapat dilihat dari Undang-Undang (UU) No.7
Tahun 1996 tentang pangan, Pasal 1 Ayat 17 yang menyebutkan bahwa "Ketahanan pangan adalah kondisi
terpenuhinya pangan rumah tangga (RT) yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau". UU ini sejalan dengan definisi ketahanan pangan
menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1992,
yakni aksess setiap RT atau individu untuk dapat memperoleh pangan pada setiap waktu untuk keperluan
hidup yang sehat (Dewan Ketahanan Pangan, 2009). Sementara pada World Food Summit tahun 1996,
ketahanan pangan disebut sebagai akses setiap RT atau individu untuk dapat memperoleh pangan pada
setiap waktu untuk keperluan hidup yang sehat dengan persyaratan penerimaan pangan sesuai dengan
nilai atau budaya setempat (Pambudy, 2002).
Adapun berbagai cara untuk mengatasi krisis pangan adalah pemanfaatan potensi komoditas local
secara maksimal. Komoditas dari sector pertanian salah satunya dengan pemanfaatan ubi kayu. Salah
satunya adalah penggunaan tepung MOCAF yang dibuat dari ubi kayu, merupakan diversitifikasi produk
berbasis potensi lokal, akan mengurangi ketergantungan kita akan bahan pangan impor seperti terigu dan
beras. Pada sector perikanan pemanfaatan ikan lele dapat dilakukan diversifikasi olahan lele ini sehingga
dapat meningkatkan konsumsi protein hewani khususnya ikan bagi masyarakat Indonesia (Rahayu, 1998).
PEMBAHASAN
Dewan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian RI and World Food Programme (WFP).2009. Peta
kerentanan dan Ketahanan PanganIndonesia (FSVA). Jakarta:
documents.wfp.org/stellent/groups/public/.../ena/wfp236710.pdf
Pambudy. 2002. Ketahanan Pangan Berbasis Produksi Dan Kesejahteraan Petani, Fakultas Pertanian
UGM dan MMA-UGM: Yogyakarta
Rahayu, WP. 1998. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi,
Fakultas Teknologi pangan IPB: Bogor.
Subagyo dan Haryono Budiman. 2004. Analisa Bahan: Kandungan Tepung Mocaf.
Liberty:Yogyakarta.
Winarno, F.G. 1997. Pangan Gizi Teknologi dan konsumen. PT . Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.