PENDAHULUAN
Banyaknya kasus pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah industri dewasa
ini telah mendorong terjadinya pergeseran paradigma di dalam penanganan limbah industri
tersebut. Pergeseran paradigma yang dimaksud adalah perubahanend of pipe treatment
menjadi pollution prevention principle. Hal ini berarti penanganan limbah dilakukan bukan
setelah limbah tersebut terbentuk, tetapi pengelolaannya diupayakan sedemikian rupa mulai
daribahan baku sampai akhir pemakaian produk agar dihasilkan limbah seminimalmungkin.
Upaya ini lebih bersifat proaktif dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu. Dengan menguasai
paket teknologi minimisasi limbah dan pemanfaatan ulang material berbahaya dalam limbah
(Panggabean, 2000).
Minimalisasi limbah mengacu pada pengurangan penggunaan sumber daya dan energi,
metode daur ulang, atau pembuangan limbah. Setiap proses yang dirancang untuk mengubah
fisik, kimia, atau komposisi biologis limbah seperti pemadatan, penetralan, pengenceran, dan
pembakaran tidak dianggap sebagai praktik minimalisasi limbah.
Minimalisasi limbah juga mengacu pada strategi yang bertujuan untuk mencegah
pembuangan melalui hulu, di sisi produksi, strategi ini berfokus pada pemanfaatan secara
optimal sumber daya dan penggunaan energi dengan menurunkan kadar racun selama proses
produksi untuk meminimalkan limbah dan dengan demikian meningkatkan efisiensi sumber daya
sebelum proses manufaktur, misalnya, desain produk, produk pembersih, penggunaan kembali
bahan bekas, meningkatkan mutu, dll. Di sisi konsumsi, strategi minimalisasi limbah bertujuan
untuk memperkuat kesadaran lingkungan dan tanggung jawab untuk mengurang limbah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
UNEP & ISWA (2002) : suatu gambaran mengenai pengurangan limbah yang dibuang ke
tempat pembuangan akhir, dan termasuk pula pengurangan bahan baku serta daur ulang limbah
Pada dasarnya minimisasi limbah/sampah merupakan bagian dari pengelolaan limbah dan
dapat mengurangi penyebaran limbah di lingkungan, meningkatkan efisiensi produksi dan dapat
memberikan keuntungan ekonomi, antara lain:
Usaha minimisasi limbah di Indonesia telah dimulai di sektor industri pada tahun 1995 dengan
membuat suatu komitmen nasional dalam penerapan strategi produksi bersih dalam proses
industri.
Walaupun demikian usaha serupa belum dimulai di sektor domestik/rumah tangga dan
baru terbatas pada kegiatan pengumpulan dan sedikit daur-ulang. Salah satu bagian dari
minimasi limbah yang perlu diperhatikan adalah limbah atau sampah padat yang dihasilkan dari
pengemasan (packaging) karena jumlah yang dihasilkan akan semakin meningkat di masa
mendatang. Upaya minimisasi limbah padat rumah tangga antara lain melalui kegiatan daur-
ulang dan produksi kompos. Sangat disayangkan bahwa Pemerintah Daerah belum memiliki
komitmen yang kuat mengenai minimisasi limbah rumah tangga.
Komitmen ini sudah seharusnya dituangkan dalam kebijaksanaan Pemda dan diperkuat
dengan peraturan daerah. Di tingkat Pusat kegiatan 3-M (Mengurangi, Menggunakan kembali,
Mendaur-ulang) sudah dibakukan melalui kebijaksanaan, strategi dan dijabarkan dalam
pelaksanaan kegiatan yang lebih konkrit. Pelaksanaan kegiatan tersebut antara lain berupa
pemberian paket bantuan proyek perintisan UDPK (Usaha Daur-ulang dan Produksi Kompos) di
2
50 kota Dati II di Indonesia. Petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan dan tata cara tentang kegiatan
3-M sudah disusun dan disebarluaskan melalui diseminasi oleh Ditjen Cipta Karya Dept. PU.
Tetapi harapan untuk dapat merangsang Pemda melakukan kegiatan pengomposan dan daur-
ulang sehingga dapat mengefisienkan biaya pengelolaan sampah kota ternyata belum dapat
tercapai.
• Pemisahan limbah, dimana limbah yang tidak berbahaya dapat dibuang dengan cara yang
aman
Teknik minimasi limbah dapat diterapkan pada proses produksi dan pada operasional pekerjaan
sehari-hari. Tujuan akhir dari usaha minimasi limbah adalah mengurangi biaya operasi dengan
kategori yang dilakukan adalah control manajemen, modifikasi proses produksi, reduksi volume
dan mengadakan usaha daur ulang on site atau off site. Berbagai cara yang dapat digunakan
untuk mereduksi limbah pada sumbernya :
Dilihat dari keterkaitan terbentuknya limbah, khususnya limbah padat, ada 2 (dua)
pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan akibat adanya limbah, yaitu:
1. Pendekatan proaktif: yaitu upaya agar dalam proses penggunaan bahan akan dihasilkan
limbah yang seminimal mungkin, dengan tingkat bahaya yang serendah mungkin.
2. Pendekatan reaktif: yaitu penanganan limbah yang dilakukan setelah limbah tersebut
terbentuk.
Pendekatan proakatif merupakan strategi yang diperkenalkan pada akhir tahun 1970-an dalam
dunia industri, dikenal sebagai proses bersih atau teknologi bersih yang bersasaran pada
pengendalian atau reduksi terjadinya limbah melalui penggunaan teknologi yang lebih bersih dan
yang akrab lingkungan. Konsep ini secara sederhana melingkupi:
Pengaturan yang lebih baik dalam manajemen penggunaan bahan dan enersi serta
limbahnya melalui good house keeping.
Penghematan bahan baku, fluida dan enersi yang digunakan.
Pemakaian kembali bahan baku tercecer yang masih bisa dimanfaatkan.
Penggantian bahan baku, fluida dan enesi.
3
Pemodivikasian proses bahkan kalau perlu penggantian proses dan teknologi yang
digunakan agar emisi atau limbah yang dihasilkan seminimal mungkin dan dengan
tingkat bahaya yang serendah mungkin.
Pemisahan limbah yang terbentuk berdasarkan jenisnya agar lebih mudah
penanganannya.
Pendekatan reaktif, yaitu konsep yang dianggap perlu diperbaiki, adalah konsep dengan upaya
pengendalian yang dilakukan setelah limbah terbentuk, dikenal sebagai pendekatan end of pipe.
Konsep ini mengandalkan pada teknologi pengolahan dan pengurugan limbah, agar emisi dan
residu yang dihasilkan aman dilepas kembali ke lingkungan. Konsep pengendalian limbah secara
reaktif tersebut kemudian diperbaiki melalui kegiatan pemanfaatan kembali residu atau limbah
secara langsung (reuse), dan/atau melalui sebuah proses terlebih dahulu sebelum dilakukan
pemanfaatan (recycle) terhadap limbah tersebut.
Secara ideal kemudian pendekatan proses bersih tersebut dikembangkan menjadi konsep
hierarkhi urutan prioritas penanganan limbah secara umum, yaitu:
Konsep proses bersih di atas kemudian diterapkan lebih spesifik dalam pengelolaan sampah,
dengan penekanan pada reduce, reuse dan recycle, yang dikenal sebagai pendekatan 3R.
Upaya R1, R2 dan R3 adalah upaya minimasi atau pengurangan sampah yang perlu ditangani.
Selanjutnya, usaha pengolahan atau pemusnahan sampah bertujuan untuk mengurangi dampak
4
negatif terhadap lingkungan bila residu tersebut dilepas ke lingkungan. Sebagian besar
pengolahan dan/atau pemusnahan sampah bersifat transformasi materi yang dianggap berbahaya
sehingga dihasilkan materi lain yang tidak mengganggu lingkungan.
5
Konsep Pengurangan dalam Pengelolaan Sampah menurut UU-18/2008
UU-18/2008 ini menekankan bahwa prioritas utama yang harus dilakukan oleh semua fihak
adalah bagaimana agar mengurangi sampah semaksimal mungkin. Bagian sampah atau residu
dari kegiatan pengurangan sampah yang masih tersisa selanjutnya dilakukan pengolahan
(treatment) maupun pengurugan (landfilling). Pengurangan sampah melalui 3R menurut UU-
18/2008 meliputi:
Ketiga pendekatan tersebut merupakan dasar utama dalam pengelolaan sampah, yang
mempunyai sasaran utama minimasi limbah yang harus dikelola dengan berbagai upaya agar
limbah yang akan dilepas ke lingkungan, baik melaui tahapan pengolahan maupun melalui tahan
pengurugan terlebih dahulu, akan menjadi sesedikit mungkin dan dengan tingkat bahaya
sesedikit mungkin.
6
Gagasan yang lebih radikal adalah melalui konsep kegiatan tanpa limbah (zero waste). Secara
teoritis, gagasan ini dapat dilakukan, tetapi secara praktis sampai saat ini belum pernah dapat
direalisir.
Oleh karenanya, gagasan ini lebih ditonjolkan sebagi semangat dalam pengendalian pencemaran
limbah, yaitu agar semua kegiatan manusia handaknya berupaya untuk meminimalkan
terbentuknya limbah atau meminimalkan tingkat bahaya dari limbah, bahkan kalau muingkin
meniadakan.
Konsep pembatasan (reduce) jumlah sampah yang akan terbentuk dapat dilakukan antara
lain melalui:
Beberapa hal yang diatur dalam UU-18/2008 terkait dengan upaya minimasi (pembatasan)
timbulan sampah adalah:
7
Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan menggunakan bahan produksi yang
menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang,
dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah menggunakan bahan yang
dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam
Pemerintah memberikan:
insentif kepada setiap orang yang melakukan pengurangan sampah
disinsentif kepada setiap orang yang tidak melakukan pengurangan sampah
Ketentuan tersebut di atas masih perlu diatur lebih lanjut dalam bentuk Peraturan Pemerintah
agar dapat dilaksanakan secara baik dan tepat sasaran.
1. Pembuatan Kertas Daur Ulang – Kertas yang sudah tidak dipakai bisa di daur ulang kembali
untuk dijadikan kertas yang memilki tampilan lebih bagus, caranya sangat mudah dan semua
orang pasti bisa melakukannya. Tinggal merendam kertas bekas di dalam air dan kemudian
dicampur dengan pewarna alami seperti kunyit, sirih, pandan wangi dan lain sebagainya.
Campuran ini akan menghasilkan kertas berbagi warna dan siap untuk digunakan, baik untuk
kesenian atau hanya sekedar media menulis.
2. Pembuatan Kerajinan dari Koran Bekas – Koran adalah salah satu limbah terbanyak dalam
kehidupan manusia, karena setiap hari informasi dan berita selalu berubah-ubah, otomatis koran
juga harus mengikuti hal tersebut, sehingga koran menjadi salah satu bahan yang bersifat sekali
pakai. Untuk mengurangi jumlah koran bekas kita bisa memanfaatkannya untuk sebuah
kerajinan. Contohnya vas bunga. Kita bisa memanfaatkan koran dengan cara membuat lilitan
koran dalam jumlah bnayak kemudian disusun menyerupai vas bunga. Setelah itu untuk
mempercantik tampilan bisa diberikan warna pada koran tersebut.
3. Kerajinan dari Kaleng Bekas atau Gelas – Kaleng bekas atau gelas merupakan salah satu
sampah yang sering kita temui tapi minim sekali pemanfaatan yang dilakukan. ada bebrapa cara
yang bisa dilakukan untuk barang ini, misalkan membuat gift box dari kotak permen, pembuatan
kotak pensil dari botol kaca, pembuatan guci dari pecahan gelas dan lain sebagainya.
4. Pembuatan Makan Ternak – Sebuah penelitian berhasil membuat pakan ayam dari limbah
organik rumah tangga dengan mancampur sisa sayuran, ikan, ataupun ayam yang ada dengan
dedak. Campuran ini menghasilkan makanan ternak yang bergizi tinggi dan baik untuk kesehatan
hewan ternak.
8
5. Pembuatan Kompos – Beberapa sampah organik mengandung karbon dan nitrogen sangat
tinggi, seperti sampah hijau, daun kering, kotoran hewan ternak, lumpur cair dan sebagainya.
Sampah-sampah ini bisa diproses untuk dijadikan kompos.
6. Pembuatan Gas Methan – Mungkin hal ini masih jarang diketahui oleh masyarakat umum,
ternyata dibalik samapah terdapat suatu kandungan yang mampu dimanfaatkan. Penelitian telah
membuktikan bahwa dalam sampah terkandung gas yang sangat potensial bagi kehidupan, yaitu
gas methan. Informasi terbaru menyebutkan bahwa pemerintah kota Bau-Bau memilki suatu
program yang memanfaatkan sampah sebagai penghasil gas methan. Cara yang dilakukan oleh
pemerintah kota Bau-Bau adalah dengan menimbun sampah di dalam lapisan tanah, kemudian
diberi saluran pipa instalasi gas methan. Dan hasil gas tersebut disalurkan ke pemukiman warga
untuk listrik dan bahan bakar kompor. Ini merupakan terobosan baru yang sangat menginspirasi
kita. Bayangkan bila di semua daerah melakukan ini, maka sampah akan menjadi sahabat kita
dan daerah kita akan menjadi bersih dan sehat.
7. Bank Sampah – Program ini adalah suatu terobosan baru yang digunakan di beberapa daerah,
bank sampah adalah tempat dimana dikumpulkannya sampah-sampah an-organik yang dapat
diolah atau di daur ulang kembali, seperti gelas,plastik, kaleng dan lain-lain. Di tempat ini
memberikan peluang usaha bagi para pemulung. Pemulung yang mengumpulkan sampah-
sampah yang masih berguna akan diberi upah atau hadiah sesuai dengan apa yang mereka
kerjakan. Hal ini sangat efektif karena selain bisa membantu para pemulung juga mampu
mengurangi intensitas sampah yang ada.
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penulisan makalah “Minimisasi Limbah” adalah:
1. Menerapkan produksi bersih dalam pabrik industri kimia merupakan salah satu alternatif
peminimalisasiaan limbah.
2. Ekoefisiensi dalam hubungannya dengan produksi bersih merupakan kombinasi yang
mengkaji masalah ekonomi dan dampak lingkungan terhadap peminimalisasian limbah.
3. Teknik-teknik pelaksanaan produksi bersih adalah pengurangan pada sumber dan daur ulang.
Saran
Dari beberapa inti penjelasan uraian materi tersebut bahwasanya masyarakat harus mampu memilah dan
memilih mana limbah yang masih dapat digunakan kembali agar dapat berdaya guna dan memiliki nilai
ekonomis,yang paling utama adalah lingkungan tetap terjaga kebersihannya dan derajat
kesehatan masyarakat dapat tercapai setinggi mungkin. penulis mengajak kita semua, mari mulai
dari sekarang tanamkan perilaku hidup sehat,kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://www.batan.go.id/ptlr/seminar/sites/default/files/Konsep_dan_Penerapan_serta_Manfaat_Minim
isasi_Limbah_Kimia_Berbahaya
http://www.indonesian-publichealth.com/minimisasi-limbah/
https://lms.ipb.ac.id/file.php/324/1._KONSEPSI_PRODUKSI_BERSIH_DAN_MINIMISASI_LIMBAH
11