Anda di halaman 1dari 67

PEMETAAN TOPOGRAFI MENGGUNAKAN

GPS-GEODETIK DENGAN METODE RTK (REAL TIME


KINEMATIK) DI DESA TANJUNG JATI KECAMATAN
KAMAL KABUPATEN BANGKALAN

PRAKTIK KERJA LAPANG

Oleh :
YUDA WITJARNOKO
NPM. 12.03.4.1.1.00075

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2015
PEMETAAN TOPOGRAFI MENGGUNAKAN
GPS-GEODETIK DENGAN METODE RTK (REAL TIME KINEMATIK) DI
DESA TANJUNG JATI KECAMATAN KAMAL KABUPATEN
BANGKALAN

PRAKTIK KERJA LAPANG

Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Derajat Sarjana
Strata 1
Pada Program Studi Ilmu Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Oleh :

YUDA WITJARNOKO
NPM 12.03.4.1.1.00075

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2015
ii
HALAMAN PENGESAHAN

PEMETAAN TOPOGRAFI MENGGUNAKAN


GPS-GEODETIK DENGAN METODE RTK (REAL TIME KINEMATIK) DI
DESA TANJUNG JATI KECAMATAN KAMAL KABUPATEN
BANGKALAN

Oleh :

YUDA WITJARNOKO
NPM 12.03.4.1.1.00075

Telah dipertahankan di depan dewan penguji


Pada tanggal, 05 Mei 2015
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Pembimbing, Penguji,

Firman Farid Muhsoni., S.Pi., M.Sc Zainul Hidayah., S.Pi., M.App.Sc


NIP. 19770626.200212.1.001 NIP. 19800819.200312.1.001

Bangkalan, 15 Juni 2015


Fakultas Pertanian
Universitas Trunojoyo Madura

Mengetahui, Mengesahkan,
Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian
Ketua, Dekan,

Dr. H. Agus Romadhon., SP. M.Si Dr. Slamet Subari, SP. M.,Si
NIP. 19760827. 200501.1 002 NIP. 19631212. 200112. 1 001
iii
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Jatipunggur Kecamatan


Lengkong Kabupaten Nganjuk. pada tanggal 06 April
1994. Penulis Merupakan anak ke dua dari dua bersaudara
dari pasangan Suraji dan Sutiyem.
Penulis menyelesaikan Pendidikan Tingkat Dasar
(SD) di SD Negeri Jatipunggur II pada tahun (2001-2006),
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri I Lengkong (2006-
2009), dan melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Gondang(2009-2012).
Penulis melanjutjan pendidikan di tingktat strata S1 di Program Studi Ilmu
Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura melalui jalur
SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) BIDIKMISI tahun
2012.
Minat akademik penulis pada studi tentang pemetaan dan administrasi
organisasi. Minat tersebut penulis banyak menuangkan pikiran serta idenya pada
karya tulis seperti karya tulis ilmiah mahasiswa, dan Program Kreatifitas
Mahsiswa (PKM).
Semasa menjadi mahasiswa Penulis selain kuliah juga berprestasi di
akademik maupun non-akademik. Penulis aktif dalam penulisan karya ilmiah,
bukti bahwasanya penulis aktif ialah didanainya PKM-Pengabdian Kepada
Masyarakat (2013) dan menjadi Juara IV lomba LKMM tingkat Universitas
Trunojoyo Madura (2014). Dalam berorganisasi Penulis aktif menjadi pengurus
ataupun anggota di beberapa organisasi kemahasiswaan. Anggota HIMALA
(Himpunan Mahasiswa Kelautan), Anggota UKM-FP MARDIC (Madura Diving
Club) (2013), Pengurus di IMB (Ikatan Mahasiswa BIDIKMISI) se-UTM dan
FKMB (Forum Komunikasi Mahasiswa Bidikmisi) Surabaya Madura, Menjadi
wakil Paguyuban ADIKSI (Agriculture BidikMisi Scholarship) (2014-2015),
Ketua Umum Paguyuban Organisasi Daerah KENCANA (Komoenitas Cah
Nganjuk) (2014-2015) dan Menjadi ketua umum salah satu Badan Kelengkapan
Fakultas Pertanian yaitu HIMALA (Himpunan Mahasiswa Ilmu Kelautan) periode
(2015-2016).

iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

“Saya Yuda Witjarnoko, menyatakan bahwa Laporan PKL berjudul “Pemetaan


Topografi Menggunakan Gps-Geodetik Dengan Metode RTK (Real Time
Kinematik) Di Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan”
merupakan karya pribadi saya kecuali yang disebutkan sumbernya, dan tidak
pernah digunakan sebagian atau seluruh bagiannya untuk mendapatkan gelar
akademik apa pun”.

15 Juni 2015

Yuda Witjarnoko
NPM. 120341100075

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah dengan segala puja dan puji serta syukur saya ucapkan
kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga pelaksanaan dan
penyusunan laporan Praktik Kerja Lapang yang berjudul “Pemetaan Topografi
Menggunakan Gps-Geodetik dengan Metode RTK (Real Time Kinematik) Di
Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan” dapat terselesaikan
dengan baik. Praktik Kerja Lapang merupakan salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan program Strata Satu (S1) pada Program Studi Ilmu
Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura.
Dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Praktik Kerja Lapang ini
banyak pihak yang membantu penulis sehingga laporan Praktik Kerja Lapang
dapat terlaksana dengan baik. Penulis mengucapkan terimakasih yang setinggi-
tingginya kepada :
1. Allah SWT atas segala Rahmat, Hidayah dan Inayahnya kepada keluarga dan
penulis.
2. Ayah dan Ibu (Suraji dan Sutiyem) serta satu-satunya saudara kandung kakak
perempuan Diah Indiarti dan semua keluarga, saudara, sepupu, paman dan
semuanya yang selalu memberikan semangat, motivasi dan mendoa’kan
kesuksesan serta keberhasilan kepada saya.
3. Bapak Dr.H. Agus Romadhon selaku Kajur Prodi dan Ibu Maulinna Kusumo
Wardhani., S.Kel., M.Si selaku Sekertaris Prodi dan semua jajaran dosen dan
karyawan Ilmu Kelautan yang selalu memberikan motivasi, masukan
bimbingan dan nasehat serta bantuan moril terhadap saya.
4. Bapak Firman Farid Muhsoni., S.Pi., M.Sc selaku Dosen pembimbing yang
selalu memberikan support dan masukan serta nasehat bijak demi kebaikan
sayadan Bapak Zainul Hidayah., S.Pi., M.App.Sc selaku Dosen Penguji yang
telah meluluskan Praktek Kerja Lapang.
5. Seluruh Ibu dan Bapak Dosen Pengajar Program Studi Ilmu Kelautan yang
telah membantu mensukseskan PKL baik di proposal, dilapang serta
dilaporan.

vi
6. Teman-teman seluruh Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Ilmu
Kelautan (HIMALA), Komoenitas Cah Nganjoek (KENCANA) dan
UKM-FP Madura Diving Club (MARDIC) di Universitas Trunojoyo
Madura yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan PKL.
7. Teman-teman se-angkatan 2012 yang senasip seperjuangan dalam PKL.
8. Dan terakhir terimakasih kepada teman-teman yang tidak mungkin saya tulis
satu persatu dari nama kalian.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat menambah ilmu pengetahuan
khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Bangkalan, 15 Juni 2015

Yuda Witjarnoko

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENJELASAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 2
1.4 Tujuan Praktik Kerja Lapang .................................................................... 3
1.5 Manfaat Praktik Kerja Lapang .................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 4
2.1 GPS (Global Positioning System) ............................................................. 4
2.2 Pemetaan Menggunakan GPS .................................................................. 5
2.3 Model Penentuan Posisi Real Time Kinematik ......................................... 6
2.3.1 Single Base RTK ............................................................................. 6
2.3.2 NTRK (Network Real Time Kinematik) .......................................... 7
2.4 Penentuan Titik Ketinggian ...................................................................... 8
III. METODOLOGI ............................................................................................. 9
3.1 Tempat dan Waktu Praktik Kerja Lapang ................................................ 9
3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................... 9
3.3 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 12
3.3.1 Data Primer .................................................................................... 12
3.3.2 Data Sekunder ............................................................................... 12
3.4 Analisis Data ........................................................................................... 13
3.5 Alur Praktik Kerja Lapang ...................................................................... 13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 14
4.1 Kondisi Umum Lokasi Praktik Kerja Lapang ........................................ 14
4.2 Pengukuran GPS Metode RTK (Real Time Kinematik) ......................... 15
4.2.1 Pengaturan Survey Style RTK....................................................... 15
4.2.2 Membuat File Pekerjaan Baru ....................................................... 20
4.2.3 Membuat File Tracking ................................................................. 23
4.2.4 Memindahkan Data dari TSC ke PC ............................................. 27

viii
4.3 Topografi di Desa Tanjung Jati............................................................... 29
4.3.1 Data Hasil Pengukuran .................................................................. 29
4.3.2 Analisis Ketinggian ....................................................................... 35
4.4 Perbandingan DEM Lapang dengan DEM RBI...................................... 41
4.4.1 Tabel Hasil Perbandingan DEM Interpolasi.................................. 41
4.4.2 Peta Perbandingan Interpolasi dan Hasil Perhitungan RMSE ....... 44
4.4.3 Peta Perbandingan Titik Interpolasi .............................................. 46
4.5 Kendala Praktik Kerja Lapang ................................................................ 47
4.5.1 Panjang Baseline ........................................................................... 47
4.5.2 Obstruksi........................................................................................ 49
4.5.3 Cuaca ............................................................................................. 49
V. PENUTUP ....................................................................................................... 50
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 50
5.2 Saran ....................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 51
LAMPIRAN ......................................................................................................... 54
Lampiran 1. Dokumentasi Praktik Kerja Lapang ................................................. 54

ix
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Daftar Alat yang digunakan Praktik Kerja Lapang .......................... 10
Tabel 3.1 Daftar Bahan yang digunakan Praktik Kerja Lapang ....................... 11
Tabel 4.1 Kumpulan langkah-langkah Pengaturan Survey Metode RTK ........ 15
Tabel 4.2 Kumpulan langkah-langkah Pembuatan File Pekerjaan Baru .......... 20
Tabel 4.3 Kumpulan Langkah-langkah Membuat File Tracking ..................... 23
Tabel 4.4 Kumpulan Langkah-langkah Transfer Data dari TSC ke PC ........... 27
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Praktik Kerja Lapang .......................................... 31
Tabel 4.6 Tabel Hasil Perbandingan DEM Interpolasi .................................... 41

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Tiga Segmen di GPS................................................................... 4
Gambar 2.2 Single Base RTK ........................................................................ 7
Gambar 2.3 Metode NTRK ............................................................................ 8
Gambar 3.1 Peta Lokasi Praktik Kerja Lapang .............................................. 9
Gambar 3.2 Kumpulan Gambar-gambar Alat Praktik Kerja Lapang ............. 10
Gambar 3.3 Alur Kegiatan Praktik Kerja Lapang .......................................... 13
Gambar 4.1 Kondisi Umum Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal ............... 14
Gambar 4.2 Kumpulan langkah-langkah Pengaturan Survey Metode RTK .. 19
Gambar 4.3 Kumpulan Langkah-langkah Pembuatan File Pekerjaan Baru ... 23
Gambar 4.4 Kumpulan Langkah-langkah Membuat File Tracking ............... 27
Gambar 4.5 Kumpulan Langkah-langkah Transfer Data dari TSC ke PC ..... 29
Gambar 4.6 Peta topografi Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal ................. 36
Gambar 4.7 Peta Interpolasi Ketinggian Desa Tanjung Jati ........................... 37
Gambar 4.8 Peta Garis Kontur Desa Tanjung Jati.......................................... 38
Gambar 4.9 Profil Ketinggian Desa Tanjung Jati Tampilan I ........................ 40
Gambar 4.10 Profil Ketinggian Desa Tanjung Jati Tampilan II...................... 40
Gambar 4.11 Peta Perbandingan Interpolasi ................................................... 43
Gambar 4.12 Peta Perbandingan Titik Interpolasi .......................................... 45
Gambar 4.13 Sinyal Radio dan Sinyal Rover Terputus ................................... 47

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Dokumentasi Praktik Kerja Lapang.............................................. 53

xii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan (Archipelago state) yang
tersebar dengan sekitar 17.508 pulau, garis pantai 81.791 Km2 (Boston 1996 dan
Encarta 1998). Setiap pulau yang ada di Indonesia memiliki ketinggian yang
beranekaragaman. Salah satu pulau yang memiliki karakteristik ketinggian yang
berbeda-beda ialah Pulau Madura dimana mempunyai karakteristik lingkungan
yang berbukit, berbatu dan berupa lahan kering (Hartono 2012). Pulau Madura
terletak di Provinsi Jawa Timur dengan luas kurang lebih 5.250 Km2 dan memiliki
4 juta Jiwa (Badan Pusat Statistik 2009).
Pulau Madura terdiri dari empat Kabupaten yaitu Kabupaten Bangkalan,
Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Kabupaten Bangkalan mempunyai jumlah
penduduk pada tahun 2010 sekitar 906.761 jiwa (Kementrian Keuangan 2012).
Kabupaten Bangkalan terletak pada posisi 6o 51’ - 7o 11’ Lintang Selatan dan 112o
40’ - 113o 08’ Bujur Timur mempunyai luas wilayah sekitar 1260,14 kilometer2.
Kondisi topografi Kabupaten Bangkalan memiliki karakteristik ketinggian yang
beranekaragam. Hal ini dibuktikan bahwasanya ketinggian ini dimulai dari
dataran rendah yang membentang dipesisir Utara Pulau Madura, Untuk wilayah
dataran Selatan memiliki ketinggian antara 0 - 50 meter diatas permukaan laut dan
untuk di bagian tengah berkarakteristik perbukitan bergelombang memiliki
ketinggian 100 - 350 meter diatas permukaan laut (Wahyudi 2009).
Kabupaten Bangkalan terdiri dari 18 kecamatan yaitu Kecamatan Kamal,
Labang, Kwanyar, Modung, Blega, Galis, Konang, Tanah Merah, Tragah, Socah,
Burneh, Bangkalan, Arosbaya, Geger, Kokop, Tanjung Bumi, Klampis dan
Sepuluh (Utami 2010). Desa Tanjung Jati masuk kedalam Kecamatan Kamal
Kabupaten Bangkalan. Desa tersebut terletak di Pesisir Selatan Kabupaten
Bangkalan dimana menjadi salah satu kawasan pesisir yang memiliki berbagai
potensi. Salah satu potensi yang dapat dikembangkan adalah kegiatan investasi
yang berada di pesisir selatan berupa pembangunan galangan kapal dan pangkalan
Angkatan Laut Batu Poron (Badan Perencanaan Pembangunan daerah 2010).

1
Wilayah Desa Tanjung Jati mempunyai kondisi Topografi berbukit, berbatu,
lahan basah meliputi sawah dan rawa serta terdiri dari lahan kering berupa
pemukiman, tegalan, kebun dan lain-lain. Desa Tanjung Jati memiliki penduduk
yang beranekaragam mulai dari Nelayan, Petani, POLRI-TNI dan lain-lain. Dalam
survey ketinggian dilakukan karena data ini dibutuhkan untuk mengetahui
penggunaan lahan serta kondisi Topografi wilayah tersebut. Data kondisi
Topografi dapat juga memberikan informasi tentang keberadaan, lokasi dan jarak.
Seperti lokasi penduduk, rute dari sebuah perjalanan dan komunikasi.
Berdasarkan hasil pembahasan uraian diatas maka penulisan laporan Praktik
Kerja Lapang ini akan membahas ketinggian dan kondisi topografi di Desa
Tanjung Jati. Informasi ketinggian ini didapat menggunakan GPS-Geodetik yang
akan menggambarkan permukaan berbentuk model tiga dimensi dan bisa
digunakan untuk data ketinggian penggunaan lahan di Desa Tanjung Jati
Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan Madura.

1.2 Rumusan Masalah


Desa Tanjung Jati merupakan salah satu desa di Kecamatan Kamal yang
memiliki potensi letak strategisnya di wilayah pesisir selatan pantai Madura.
Tidak adanya peta dengan data ketinggian skala besar yang ada yaitu peta RBI
(Rupa Bumi Indonesia) dengan skala 1:25.000. Informasi kondisi Topografi
menjadi permasalahan yang harus diselesaikan dengan solusi Praktik Kerja
Lapang untuk mengetahui karakteristik ketinggian dan kondisi Topografi Desa
Tanjung Jati sebagai sumber informasi alternatif bagi masyarakat.

1.3 Batasan Masalah


Batasan Masalah dari Praktik Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui
ketinggian Topografi menggunakan metode RTK (Real Time Kinematik) sebagai
data untuk informasi seputar ketinggian dan kondisi topografi di Desa Tanjung
Jati Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan.

2
1.4 Tujuan Praktik Kerja Lapang
Tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapang di Desa Tanjung Jati adalah
untuk mengetahui ketinggian dan kondisi Topografi menggunakan alat GPS-
Geodetik dengan metode RTK (Real Time Kinamatik) di Desa Tanjung Jati
Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan.

1.5 Manfaat Praktik Kerja Lapang


Manfaat dari Praktik Kerja Lapang di Desa Tanjung Jati adalah :
a. Bagi Pemerintah
Manfaat yang didapat bagi pemerintah digunakan sebagai sumber informasi
yang dapat dijadikan perencanaan penggunaan wilayah serta pengembangan
potensi yang dimiliki Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal Kabupaten
Bangkalan.
b. Bagi Masyarakat
Informasi yang didapat dari laporan Praktik Kerja Lapang ini sebagai bahan
ilmu pengetahuan mengenai ketinggian dan kondisi Topografi digunakan untuk
suatu hal di Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan.
c. Bagi Mahasiswa
Manfaat bagi Mahasiswa adanya Praktik Kerja Lapang ini sebagai penambahan
ilmu pengetahuan berupa sumbangsih keilmuan berupa referensi ketinggian
dan kondisi topografi perwujudtan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 GPS (Global Positioning System)


GPS atau Global Positioning System, merupakan sebuah sistem satelit
navigasi dan penentuan posisi yang memanfaatkan satelit dan dapat digunakan
untuk menginformasikan letak posisi koordinat pada Bumi. Sistem yang dimiliki
dan dikelola oleh Amerika ini mengorbit pada bumi dengan 24 susunan satelit,
dimana terdapat 21 satelit aktif dan 3 satelit sebagai cadangan. Dengan susunan
yang sedemikian rupa, maka satelit GPS bisa diterima di seluruh permukaan bumi
dengan informasi mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tanpa
bergantung pada waktu dan cuaca (Badan Pertanahan Nasional 2011).
GPS (Global Positioning System) memiliki tiga segmen yaitu segmen
kontrol, segmen satelit dan segmen pengguna. Satelit GPS dapat dianalogikan
sebagai stasiun radio di angkasa, yaitu diperlengkapi dengan antena-antena yang
dapat mengirim dan menerima sinyal-sinyal gelombang. Sinyal-sinyal gelombang
diterima oleh receiver GPS di permukaan bumi dan digunakan untuk menentukan
informasi posisi, kecepatan, maupun waktu (Abidin 2007).

Gambar 2.1 Tiga Segmen di GPS


Sumber: Abidin 2007
Lebih lanjut Abidin (2007) menambahkan bahwa ketelitian posisi GPS
bergantung pada empat faktor yaitu: metode penentuan posisi yang digunakan,

4
geometri dan distribusi dari satelit-satelit yang diamati, ketelitian data yang
digunakan dan metode pengolahan data yang dipakai. Berdasarkan mekanisme
dan metode penentuan posisi dengan GPS dapat dikelompokkan menjadi dua
metode penentuan posisi absolut dan penentuan posisi differensial. Kedua metode
penentuan posisi ini memiliki ketelitian yaitu pada tingkatan meter. Dalam
penentuan posisi secara diferensial yaitu Secara umum dikenal dengan nama RTK
(Real Time Kinematik) (Badan Pertanahan Nasional 2011).

2.2 Pemetaan Menggunakan GPS


Peta merupakan sebuah gambaran konvensional permukaan bumi yang
beupa bidang datar, diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi dengan
keterangan (Hidayat 2010). Sundari (2008) menambahkan kegunaan dari peta
menjadi pembelajaran pengetahuan sosial, sehingga membantu kelancaran
aktivitas dan efesiensi dalam mencapai suatu tujuan.
Pemetaan adalah proses dimana melakukan pengukuran, perhitungan dan
penggambaran permukaan bumi dengan menggunakan cara atau metode tertentu
sehingga mendapatkan hasil peta yang berbentuk vektor maupun raster
(Ukur 2008). Pemetaan penggunaan GPS (Global Positioning System) dapat
mengetahui koordinat lintang dan bujur pada suatu tempat di permukaan bumi
(Nataliana 2013).
Nataliana (2013) menambahkan bahwa bumi dikelilingi satelit GPS dua kali
sehari yang amat presisi sambil memancarkan sinyal ke bumi. Dalam skema GPS
memiliki komponen pemancar (tranducer) dan penerima (receiver). Pada
dasarnya, receiver membandingkan timing dalam microsecond pulsa waktu dari
sinyal yang dittransmisikan oleh satelit dengan timing pulsa waktu, yang diterima
pada receiver dengan transmisi pseudorandom code. Perbedaan waktu yang
seperti itu yang akan memberitahu receiver seberapa jauh dan arah satelit berapa
darinya. Setelah jarak diukur dengan sejumlah satelit GPS lainnya, receiver dapat
menentukan posisinya dalam koordinat lintang dan bujur berada.
Pola receiver minimal mengunci 3 satelit untuk menghitung posisi 2
dimensi yaitu garis lintang dan bujur dan lintasan yang dilewati. Pemetaan
menggunakan GPS (Global Positioning System) dapat digunakan untuk
mengetahui posisi 3 dimensi yaitu ketinggian permukaan bumi. Menggunakan 4

5
atau lebih satelit yang dapat di akses, receiver dapat menentukan posisi ketinggian
suatu tempat. Selain itu informasi lain yang didapat dari GPS ialah kecepatan,
lintasan yang dilewati, jarak perjalanan yang sudah ditempuh, jarak ke tempat
tujuan, waktu sunrise dan sunset dan lain sebagainya (Nataliana 2013).
Meskipun ketelitian GPS (Global Positioning System) sudah akurat, namun
GPS itu sendiri memiliki kelemahan yaitu ketika melakukan pengukuran
komponen ketinggian. Komponen ketinggian GPS mempunyai ketelitian yang
lebih rendah apabila dibandingkan dengan komponen horisontal. Secara khusus
faktor geometri satelit yang tidak memungkinkan pengamatan dibawah horisontal.
Hal ini menyebabkan kekuatan ikatan jaringan untuk komponen pengukuran
ketinggian lebih lemah, dan selain itu kemungkinan terjadi beberapa bias seperti
bias troposfer yang akan mempengaruhi tingkat ketelitian pada pengukuran
ketinggian (Nugroho 2011). Hasil penelitian dari Jaldelhag (1995) menyatakan
bahwa ketelitian komponen ketinggian dari GPS (Global Positiong System) lebih
rendah 3 kali dari ketelitian horizontal.

2.3 Model Penentuan Posisi Real Time Kinematik


2.3.1 Single Base RTK
Putra dan Khomsim (2013) menerangkan bahwa salah satu teknologi
pemetaan yang mulai dikembangkan di Indonesia yaitu GNSS (Global Navigation
Sattelite System) jenis Real Time Kinematik. Single base RTK merupakan
pengamatan secara diffferensial dengan menggunakan minimal dua receiver
GNSS yang bekerja secara simultan dengan menggunakan data phase. Koreksi
data dikirimkan secara satu arah dari base station kepada rover melalui transmisi
radio. GPS differensial adalah pengukuran secara presisi dari posisi relatif dua
receiver yang melakukan pemantauan terhadap sinyal GPS yang sama.
Pengukuran dengan cara ini lebih akurat dibandingkan dengan pengukuran GPS
standar (Badan Pertanahan Nasional 2011).

6
Gambar 2.2 Single base RTK
Sumber: Badan Pertanahan Nasional 2011
Keterbatasan dari metode RTK (Real Time Kinematik) ini ialah semakin
panjang base line antara rover dengan stasiun referensi, maka tingkat
ketelitiannya akan semakin berkurang. Hal ini di sebabkan oleh adanya kesalahan
perlambatan sinyal satelit GNSS akibat pengaruh ionosfer atau biasa disebut
distance dependent yang semakin tinggi. Hal ini desbabkan oleh jrak yang
semakin jauh antara rover dengan stasiun referensi sehingga proses pemecahan
resolusi ambiguitas (ambiguity resolution) antara base station dengan rover sulit
dilakukan (Badan Pertanahan Nasional 2011).

2.3.2 NTRK (Network Real Time Kinematik)


Metode NTRK (Network Real Time Kinematic) merupakan sebuah metode
penentuan posisi secara relatif dari pengamatan di GNSS. NTRK merupakan
pengembangan dari metode single base RTK (Martin dan Herring 2009). Secara
umum prinsip kerja dari metode ini adalah merekam data dari satelit GNSS secara
kontinu yang akan disimpan dan dikirim ke server Network RTK melalui jaringan
internet secara serempak (Badan Pertanahan Nasional 2011).

7
Gambar 2.3 Metode NTRK
Sumber: Badan Pertanahan Nasional 2011

2.4 Penentuan Titik Ketinggian


Topografi merupakan representasi grafis secara rinci dan sangat akurat
mengenai keadaan alam di permukaan daratan. Karakteristik yang mempunyai ciri
khas membedakan peta topografi dengan peta lainnya adalah menunjukan kontur
topografi atau bentuk tanah di samping fitur lainnya seperti jalan, sungai, danau
dan lain-lain. Karena peta topografi menunjukan kontur bentuk tanah permukaan
daratan yang berada diatas permukaan laut (Dewi 2012).
Titik ketinggian merupakan titik yang telah diukur tingginya dari
permukaan air laut. Menurut Pertiwi (2011) model ketinggian secara digital telah
banyak digunakan dalam aplikasi-aplikasi kebumian, lingkungan dan rekayasa.
Metode yang digunakan interpolasi bobot jarak terbalik (inverse distance method),
yaitu penentuan titik ketinggian berdasarkan perhitungan nilai ketinggian dari
titik-titik observasi. Pengukuran ketinggian permukaan laut dapat dilakukan
dengan metode ekstraterestrial menggunakan receiver GPS dimana ketinggian
suatu tempat dihitung dari perbedaan waktu antara perpidahan dan penerimaan
pulsa suara (Ningsih 2014).

8
III. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Praktik Kerja Lapang


Kegiatan Praktik Kerja Lapang dilaksanakan di Desa Tanjung Jati
Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan pada tanggal 16 Januari sampai 14
Maret 2015 yang berada pada koodinat 112074’41.27” LS dan 070146’99.27” BT.
Secara administrasi Desa Tanjung Jati mempunyai batas wilayah yaitu :
- Timur : Desa Kesek dan Selat Madura
- Barat : Desa Kebun
- Selatan : Selat Madura
- Utara : Desa Kebun dan Desa Kesek

Gambar 3.1 Peta Lokasi Praktik Kerja Lapang

3.2 Alat dan Bahan


Pada kegiatan Praktik Kerja Lapang menggunakan beberapa alat dan
bahan. Berikut nama, gambar dan fungsi dari masing-masing alat dan bahan yang
di gunakan pada saat Praktik Kerja Lapang:

9
Tabel 3.1 Alat yang digunakan Praktik Kerja Lapang
Nama Gambar Kegunaan
Penyangga Sebagai tempat rover dan radio

Trimble R6 Sebagai pemancar dan penerima


Tranducer/ Rover sinyal radio yang akan
Base ditransformasikan ke satelit

Trimble R6 Sebagai pemancar dan penerima


Receiver/ Rover sinyal yang akan terhubung
Tracking dengan rover base

Radio Sebagai penguat sinyal dari TSC


ke satelit

TSC (Trimble Sebagai pengatur sistem/


Slate Controller) pengontrol yang akan terhubung
Base dengan satelit

TSC (Trimble Sebagai pengatur sistem/


Slate Controller) pengontrol pengambilan data
Tracking yang terhubung dengan TSC
base

10
Aki Sebagai cadangan energi untuk
rover dan radio apabila baterei
habis

GPS-Garmin Sebagai penunjuk titik lokasi


titik ikat dan penunjuk arah saat
di lapang

Skala meter Sebagai pengukur tinggi dari


rover dan Radio

Kamera Sebagai alat dokumentasi Praktik


Kerja Lapang

Box tempat alat Sebagai tempat penyimpanan


alat-alat GPS-TRIMBLE

Baterei dan Sebagai batterei internal.


Tempat cas Rover Batterei Lithium-ion
rechargeable dengan pengisi
daya baterei ganda.

Tempat Sebagai tempat penanda


penyangga Rover kemiringan Rover dan radio

Gambar 3.2 Kumpulan gambar-gambar alat Praktik Kerja Lapang


Sumber: Data Gambar Praktik Kerja Lapang 2015

11
Tabel 3.2 Bahan yang digunakan Praktik Kerja Lapang
Nama Kegunaan
Peta RBI (Rupa Sebagai titik acuan dalam menentukan titik ikat pada
Bumi Indonesia) lokasi Praktik Kerja Lapang
ArcGIS Aplikasi untuk mengolah data Praktek Kera Lapang
Garmin MapSource Aplikasi untuk mengeluarkan dan memasukan data dari
perangkat komputer ke GPS-Garmin dan sebaliknya
Global Mapper Aplikasi untuk mengubah format data yang kita inginkan
Google Earth Aplikasi untuk melihat lokasi Praktik Kerja Lapang
dengan bentuk bumi yang sebenarnya
Trimble bussines Aplikasi untuk mentransfer data dari GPS-Trimble ke
center Perangkat Komputer

3.3 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data Praktik Kerja Lapang menggunakan dua data
yaitu data primer dan data sekunder dengan cara teknik pengambilan data
menggunakan metode RTK (Real Time Kinematik).
3.3.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung ketika
melakukan Praktik Kerja Lapang. Teknik pengumpulan data primer yaitu
menggunakan metode interview (wawancara), Observasi, terhadap objek yang
diamati (Sugiono 2012). Pengambilan data primer Praktik Kerja Lapang
menggunakan alat GPS-TRIMBLE memakai metode RTK (Real Time Kinematik)
dengan penentuan titik pengukuran secara purposive atau sengaja dan untuk
menentukan titik ikat sebagai acuan pertama saat di lapang didapatkan dari peta
RBI (Rupa Bumi Indonesia).
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data untuk mendukung data primer. Data ini di
dapatkan dari hasil penelitian orang lain. Data sekunder pada Praktek Kerja Lapng
ini diperoleh dari (BPN) Badan Pertanhan Nasional, RBI (Rupa Bumi Indonesia),
Referensi Buku, Jurnal dan pihak-pihak lain yang terkait dengan Praktik Kerja
Lapang.

12
3.4 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan tiga cara yaitu sebagai berikut: (1) Digitasi
peta RBI (Rupa Bumi Indonesia) untuk mendapatkan layer datum yang berisi data
titik-titik ikat ketinggian permukaan daratan, (2) Survey dan pengambilan data
lapang menggunakan seperangkat alat GPS-TRIMBLE R6 untuk mendapatkan
data-data ketinggian (Easting, Northing dan Elevation) selanjutnya data lapang
GPS ditransfer ke komputer dan dibuka dengan softwareArcGis 9.3 dan
dikonversi menjadi format shapefile (*shp), (3) Ekstraksi DEM-SRTM menjadi
data intrerpoasi dan kontur yang diintegrasikan ke dalam software ArcGis.

3.5 Alur Praktik Kerja Lapang

Gambar 3.3 Alur Kegiatan Praktik Kerja Lapang

13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Lokasi Praktik Kerja Lapang


Desa Tanjung Jati atau yang disebut Lantamal (Pangkalan Utama Angkatan
Laut) Batuporon termasuk kedalam daerah Lantamal V di Surabaya (Supandi
2014). Lokasi yang terletak di pesisir selatan Kabupaten Bangkalan memiliki
potensi yang besar, potensi yang dapat dijadikan kegiatan investasi yang berada di
pesisir selatan berupa pembangunan galangan kapal di Kecamatan Kamal dan
kilang minyak di Kecamatan Labang dan Kwanyar (Badan Perencanaan
Pembangunan daerah 2010).

Gambar 4.1 Kondisi umum Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal


Sumber Data: Data Lapang 2015 dan Radar Madura Jawa Pos
2015)

Desa Tanjung Jati merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan
Kamal dan secara administrasi termasuk dalam Kabupaten Bangkalan. Desa
Tanjung Jati memiliki penduduk yang beranekaragam mulai dari Nelayan, Petani,
Aparat berwenang dan lain-lain. Pendapatan warga Desa Tanjung Jati banyak
bergantung pada lokasi pemotongan kapal dan pangkalan Angkatan Laut.
Pesisir pantai selatan yang membentang dari Pelabuhan Kamal sampai
Lantamal Batuporon merupakan pusat industri pemotongan kapal. Lokasi

14
pemotongan kapal memiliki luas sepuluh hektare dengan panjang lebih satu
kilometer (Bisri 2014).
Wilayah ini menjadi basis Angkatan Laut di Wilayah pantai Selatan Pulau
Madura tepatnya di Kabupaten Bangkalan. Daerah ini terlarang untuk masyarakat
umum. Setiap Masyarakat yang tidak berkepentingan dilarang masuk. Desa
Tanjung Jati dijadikan wilayah Pangkalan Angkatan Laut karena lokasinya
mempunyai kondisi Topografi berbukit, berbatu, lahan basah meliputi sawah dan
rawa serta terdiri dari lahan kering berupa pemukiman, tegalan, kebun dan lain-
lain. Selain itu, Desa Tanjung Jati lokasinya yang sangat strategis dekat dengan
wilayah Lantamal V di Surabaya akan tetapi bukan termasuk wilayah Kota
Surabaya. Hal ini cocok sekali untuk menjadi markas Angkatan Laut baik untuk
menjadi pos jaga maupun untuk latihan.

4.2 Pengukuran GPS Metode RTK (Real Time Kinematik)


4.2.1 Pengaturan Survey Style RTK
Pengaturan survey style RTK merupakan langkah awal yang akan dilakukan
ketika melakukan Survei menggunakan GPS-TRIMBLE memakai metode RTK
(Real Time Kinematik). Berikut langkah-langkah dalam pengaturan awal:
Tabel 4.1 Langkah-langkah pengaturan survey style metode RTK
No. Tampilan Layar Langkah yang dilakukan
1. Memilih dan klik Survey Controller atau
dengan menekan tombol Survei

Controller pada tombol keyboard.

15
2. Memilih dan klik icon “Files”.

3. Memilih dan klik “New Jobs” untuk


membuat pekerjaan survei base baru.

4. Tulis nama file base yang diinginkan,


Penulisan nama bisa menggunakan
keyboard pada layar sentuh atau manual
dengan tombol yang ada pada TSC
(Trimble State Controller)

5. Klik . Untuk memilih lokasi file


base akan disimpan.

6. Pilih folder yang akan menyimpan file


base. Penyimpanan dapat menggunakan
folder yang sudah ada atau membuat
folder baru.

16
7 Sebelumnya pilih jenis koordinat yang
dipakai. Bisa memilih koordinat
geografis atau. Klik “Accept” untuk
mengkormasi pengaturan file baru.

8. Setelah membuat Jobs baru, selanjutnya


ialah mengatur bluetoth yang akan
terkoneksi dengan rover base.
Klik “Configuration”.

9. Klik “Controller”.

10 Klik “Bluetoth”.

11. Memilih tipe rover yang akan terkoneksi


dengan TSC (Trimble State Controller)
dengan memilih jenis bluetoth. Pada
tampilan koneksikan bluetoth dengan tipe
R4-2,52394970303.

17
12. Setelah bluetoth TSC terkoneksi dengan
rover selanjutnya ialah mengatur titik
ikat.
Klik “Survey” dan kemudian pilih
“RTK”. Untuk mengatur TSC khusus
sebagai metode RTK (Real Time
Kinematic)
13 Klik “Survey” dan kemudian pilih “Start
base receiver”.

14. Kemudian muncul gambar seperti


disamping.
Pada kolom name Klik “Key in”.

15. Pada point name seperti gambar


disamping. Isi kolom tersebut sebaai
nama titik ikat.
Klik “Here” di pojok kiri layar bawah.
Untuk menentukan koordina ttemapat
survei berada.
16. Pada kolom Elevation isi ketinggian yang
berasal dari peta RBI (Rupa Bumi
Indonesia). Selanjutnya klik “Start” pada
pojok kanan bawah layar TSC.

18
17. Setelah itu muncul tampilan gambar
seperti disamping.
 Pada kolom point name isi nama titik
pertama (dengan angka).
 Pada kolom “Antena height
(Uncorrected)” isi ketinggian antena
yang diukur dengan skala meter dengan
satuan meter.
 Pada kolom “Measured” to pilih
Bottom of antenna moun.
 Pada kolom “Station index” isi dengan
angka 10.
 Pada kolom “Transmit Delay” pilih 0
ms
 Klik Enter untuk mengakhiri
pengaturan.
18. Tunggu sampai Base Started penuh dan
kemudian Klik “Ok” untuk mengakhiri
Pengaturan Survey Style Jobs.

Gambar 4.2 Kumpulan langkah-langkah pengaturan survey metode RTK


(Real Time Kinematik)
Sumber: Data Gambar Praktik Kerja Lapang 2015

19
4.2.2 Membuat File Pekerjaan Baru
Setelah melakukan pengaturan survey style RTK selanjutya yaitu membuat
file pekerjaan baru, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Langkah-langkah membuatan file pekerjaan baru
No. Tampilan Layar Langkah yang dilakukan
1. Dengan menggunakan jenis TSC lain,
langkah selanjutnya membuat pekerjaan
baru untuk memulai pengambilan data.
Memilih dan klik Survey Controller atau
dengan menekan tombol Survei

Controller pada tombol keyboard.

2. Klik icon “Files” dan kemudian pilih


“New Jobs”.

3. Tulis nama file base yang diinginkan,


Penulisan nama bisa menggunakan
keyboard pada layar sentuh atau manual
dengan tombol yang ada pada TSC
(Trimble State Controller).
 Pada kolom “Job name” isi Nama
filenya (Yuda Tracking)
4. Klik . Untuk memilih lokasi file
base akan disimpan.
Sebelumnya pilih jenis koordinat yang
dipakai. Bisa memilih koordinat
geografis atau. Klik “Accept” untuk
mengkormasi pengaturan file baru.

20
5. Pilih folder yang akan menyimpan file
base. Penyimpanan dapat menggunakan
folder yang sudah ada atau membuat
folder baru.

6. Sebelumnya pilih jenis koordinat yang


dipakai. Bisa memilih koordinat
geografis atau. Klik “Accept” untuk
mengkormasi pengaturan file baru.

7. Setelah membuat Jobs baru, selanjutnya


ialah mengatur bluetoth yang akan
terkoneksi dengan rover base.
 Klik “Configuration”.
 Klik “Configuration”
 Klik “Bluetoth”
8. Memilih tipe rover tracking yang akan
terkoneksi dengan TSC (Trimble State
Controller) dengan memilih jenis
bluetoth. Pada tampilan koneksikan
bluetoth dengan tipe R4-2,52394970293.

9. Klik “Accept”.
Untuk menyimpan pengaturan koneksi
bluetoth.

21
10. Setelah bluetoth TSC terkoneksi dengan
rover tracking selanjutnya ialah memulai
pengambilan data lapang.
Klik “Survey” dan kemudian pilih
“RTK”. Untuk mengatur TSC khusus
sebagai metode RTK (Real Time
Kinematic)
11. Klik “Survey” dan kemudian pilih “Start
base receiver”.

12. Tunggu beberapa menit.

13. Menunggu hingga 100% proses


terhubungnya dengan satelit.

22
14. Setelah 100% klik “Accept”.
Untuk pengaturan pekerjaan baru sudah
selesai. Langkah selanjutnya ialah
melakukan pengukuran atau tracking.

Gambar 4.3 Kumpulan langkah-langkah pembuatan file pekerjaan baru


Sumber: Data Gambar Praktik Kerja Lapang 2015

4.2.3 Membuat File Tracking


Tracking merupakan proses pengambilan data. Berikut langkah-langkah
dalam melakukan tracking:
Tabel 4.3 Langkah-langkah membuat file tracking
No. Tampilan Layar Langkah yang dilakukan
1. Pada tampilan survey controller.
 Klik “Survey”.
 Klik “Measure Point”.

2. Selanjutnya muncul tampilan seperti


gambar disamping.
 Pada kolom “Point name” isi dengan
nama titik (Sebaiknya menggunakan
angka 1,2,3 dan seterusnya)
 Pada kolom “Method” pilih pont name.
 Pada kolom “code” kosongkan.
 Pada kolom “Measured to” pilih
Bottom of antenna mount.

23
3. Pada kolom “Antenna height
(Uncorrected) isi ketinggian rover
tracking menggunakan skala meter.
Kemudian pilih skala meter.
Jangan di “Enter” dulu, Klik terlebih
dahulu “Options”

4. Selanjutnya akan muncul tampilan


“Optons” seperti disamping:
 Pada kolom “Auto point step size” isi
dengan angka 1 (agar memudahkan
tracking maka gunakan angka 1)
 Centang kolom pada “Auto Store point”
agar otomatis saat tracking.
 Pada kolom “Number of measurments”
isi angka 3
 Pada kolom “Quality control” pilih QC
1 & QC 2
 Pada kolom “Occupation time” isi
0m5s. Dengan waktu estimasi setiap
tracking minimal 5 detik sudah
otomatis melakukan tracking.
5. Kembali lagi ke tampilan “Measure
points” seperti gambar disamping
kemudian klik “Measure”.

24
6. Setelah melakukan pengaturan TSC
Tracking, selanjutnya menunggu waktu
yang berjalan mundur dari 5 detik di
kolom “Time to go” sampai 0.

7. Tunggu beberapa menit sampai waktu


pada kolom “Time to go” sampai 0 dan
akan mengukur ketinggian secara
otomatis.
Pastikan TSC masih terkoneksi dengan

Radio pada sebelah kanan layar. Dan


pastikan juga kekuatan sinyal pada
bagian bawah layar masih terhubung.
8. Terkadang koneksi baik radio maupun
TSC ke satelit terganggu karena beberapa
faktor. Hal yang selanjutnya dilakukan
ialah klik pada bagian kanan pojok
bawah kemudian pilih Yes pada tampilan
kotak “Confrim”.

9 Klik Yes pada kolom “Warning”.


Pengambilan data titk pertama selesai.

25
10. Untuk melihat data lapang sementara
yang didapat dilakukan dengan cara klik
kolom “Menu” kemudian klik “Point
manager”. Pada tampilan gambar
disamping terlihat nama titik, koordinat
lintang selatan dan lintang utara dan data
ketinggian. Dan selanjutnya cara untuk
melakukan pengukuran sama seperti
diatas.
11. Setelah data pengukuran selesai, langkah
berikutnya ialah menghentikan
pengukuran ketinggian dengan cara klik
“Survey” dan pilih “End GNS Survey”.

12. Data yang yang tersimpan dapat dilahat


dengan cara klik “Survey” dan pilih
“Open Jobs”.

13. Tampilan data keseluruhan yang didapat


saat pengukuran dilapang. Terdapat 80
titik ketinggian yang didapat. Tampilan

Base dan untuk tampilan titik

: “ : .

26
14. Untuk melihat gambar seperti disamping
ialah dengan cara klik “Maps” pada layar
sebelah kanan. Untuk melihat hasil titik
yang didapat pada tampilan peta yang
sebenarnya.

Gambar 4.4 Kumpulan langkah-langkah membuat file tracking


Sumber: Data Gambar Praktik Kerja Lapang 2015

4.2.4 Memindahkan Data dari TSC ke PC


Proses memindahkan data ketinggian dari TSC (Trimble State Controller)
ke perangkat computer memakai aplikasi dengan nama software Trimble Bussines
Center. Berikut langkah-langkah proses memindahkan data ketinggian:
Tabel 4.4 Langkah-langkah memindahkan data dari TSC ke PC
No. Tampilan Layar Langkah yang dilakukan
1. Mencari aplikasi Trimble
Bussiness Center di daftar All
Program pada menu Start
Perangkat Komputer

27
2. Tampilan Awal Trimble
Business Center.

3. Menghubungkan TSC R4
dengan Perangkat komputer.

4. Untuk membuka file tracking :


 Pilih dan Klik “Start new
project”
 Pilih “<Blank Template>”
dan klik OK

5. Membuka file tracking pilih


lokasi penyimpanan.
Kemudian klik 2x dan tunggu
beberapa menit hingga 100%
proses membuka selesai.

6. Tampilan ketika membuka file


pengukuran.

28
7. Pilih pada menu “View”
kemudian Klik “Google Earth”
untuk memindahkan file dari
type (*vce) atau Trimble
menjadi (*kmz).

8. Klik “Option” pada abelah


kanan monitor untuk memilih
semua titik yang akan di
konversi ke Google Earth.

9. Tampilan hasil data


pengukuran lapang di Google
Earth dan akan dipindah
menjadi file (*kmz) di Global
Mapper.

Gambar 4.5 Kumpulan langkah-langkah transfer data dari TSC ke PC


Sumber: Data Gambar Praktik Kerja Lapang 2015

4.3 Topografi di Desa Tanjung Jati


4.3.1 Data Hasil Pengukuran
Terdapat empat macam macam kategori teknologi yang dapat digunakan
untuk mendapatkan informasi ketinggian, kategori ini yaitu meliputi: (1)
pengukuran langsung dilapangan (in situ surveying), (2) photogrammetri atau
remote sensing, (3) IF-SAR dan (4) LIDAR. Pengukuran ketinggian dilakukan di
Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal menggunakan seperangkat alat GPS-
TRIMBLE lengkap. Hasil pengukuran dengan total station, didapatkan koordinat
yaitu: (Easting, Northing dan Elevation). Menurut Hafiz (2014) data koordinat
pengukuran dengan menggunakan total station merupakan data yang paling benar
atau sebagai data definitif. Dalam pengambilan data ketinggian Praktik Kerja
Lapang ini hanya memakai satu titik ikat. Menurut Abidin et al. (2011) titik ikat

29
ialah sebuah titik kontrol dalam pengukuran GPS yang berfungsi meningkatkan
nilai kekuatan jaring (Strengh of Figure) sehingga diharapkan dapat meningkatkan
ketelitian posisi titik jaring.
Titik ikat yang digunakan pada pengukuran lapang terletak pada koordinat
07017’00.07” LU dan 112074’41.80 LS dengan ketinggian 8,11 meter diatas
permukaan laut letaknya di sekitar Lapangan sepak bola Pangkalan Laut
Batuporon. Pengambilan data ketinggian dilakukan secara acak yang dilakukan
dengan berjalan kaki dan sesekali menggunakan alat bantu sepeda motor untuk
keliling.
Ketinggian tempat sering disebut menggunakan istilah DPL atau diatas
permukaan laut (Mean Sea Level). Dari Hermawan (2009) ketinggian diatas
permukaan laut merupakan ketinggian rata-rata dari pasang san surut air laut yang
dihitung sebagai Nol. Badan Pertanahan Nasional atau Bakosurtanal sering
menggunakan istilah diatas permukaan laut. Istilah ini dipakai pada peta RBI
(Rupa Bumi Indonesia) serta peta Topografi. Ketinggian permukaan air laut
dihitung mengikuti gaya gravitasi yang dimana sifat air juga akan terdistribusi
secara merata pada tekanan yang sama. Maka ketinggian permukaan suatu tempat
dimanapun berada itu merupakan standar.
Dari hasil pengukuran data ketinggian dilapang di Desa Tanjung Jati
didapatkan data sebanyak 80 titik ketinggian yang nilainya bervariasi (Tabel 4.1
Hasil Pengukuran Praktik Kerja Lapang). Pengukuran titik menggunakan metode
Purposive atau sengaja. Arti dari sengaja pada pengambilan data ini adalah
sebaran titik yang diambil secara merata tergantung kebutuhan dan kondisi
lapang. Pengambilan data yang dimulai Pukul 13.00-17.00 WIB pada hari Kamis
tanggal 19 Maret 2015 ini menggunakan titik ikat yang didapatkan dari peta RBI
(Rupa Bumi Indonesia) skala 1:25.000 tahun 2014. Peta RBI merupakan peta
garis yang menggambarkan kenampakan muka bumi yang terdiri dari garis pantai,
garis kontur, perairan, batas administratif, nama rupa bumi, bangunan,
perhubungan dan fasilitas umum dan penutup lahan (Standar Nasional Indonesia
2010).

30
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Praktik Kerja Lapang
grid Coordinate(UTM) Local Coordinate/Geografis
No. Titik Type Ketinggian Eeasting/Bujur North/Lintang Latitude/lintang Longtitude/Bujur Ket. Data
Timur Utara selatan Timur
1 Base coordinate 8,109 558489,827 705954,077 S7°10'11,94913" E112°44'39,16736" Base
2 1 titik 8,165 558491,355 705954,293 S7°10'11,94173" E112°44'39,21705" Akurat
3 2 titik 7,692 558506,765 705921,088 S7°10'13,01746" E112°44'39,72620" Akurat
4 3 titik 12,158 558525,491 705978,875 S7°10'11,13491" E112°44'40,32231" Akurat
5 4 titik 14,236 558500,887 705987,895 S7°10'10,84739" E112°44'39,51951" Akurat
6 5 titik 17,678 558455,381 706001,974 S7°10'10,40023" E112°44'38,03537" Akurat
7 6 titik 20,300 558426,285 706009,829 S7°10'10,15163" E112°44'37,08670" Akurat
8 7 titik 20,983 558351,494 705994,870 S7°10'10,65503" E112°44'34,65620" Akurat
9 8 titik 19,715 558353,105 705979,390 S7°10'11,15780" E112°44'34,71217" Akurat
10 9 titik 19,367 558346,55 705966,707 S7°10'11,57153" E112°44'34,50178" Akurat
11 10 titik 21,632 558294,941 705976,494 S7°10'11,26529" E112°44'32,82002" Akurat
12 11 titik 19,332 558306,18 705956,195 S7°10'11,92248" E112°44'33,19041" Akurat
13 12 titik 16,775 558316,082 705940,532 S7°10'12,42930" E112°44'33,51626" Akurat
14 13 titik 24,143 558292,662 706038,181 S7°10'09,26081" E112°44'32,73163" Akurat
15 14 titik 24,960 558329,065 706054,320 S7°10'08,72788" E112°44'33,91260" Akurat
16 15 titik 27,777 558324,511 706075,821 S7°10'08,03009" E112°44'33,75944" Akurat
17 16 titik 27,476 558258,027 706083,145 S7°10'07,80730" E112°44'31,59416" Error
18 17 titik 33,589 558244,363 706153,335 S7°10'05,52907" E112°44'31,13335" Error
19 18 titik 34,777 558288,019 706175,511 S7°10'04,79823" E112°44'32,54893" Akurat
20 19 titik 34,787 558288,048 706175,499 S7°10'04,79860" E112°44'32,54988" Akurat

31
21 20 titik 40,560 558377,213 706200,985 S7°10'03,94977" E112°44'35,44574" Error
22 21 titik 42,189 558408,085 706233,479 S7°10'02,88650" E112°44'36,44291" Akurat
23 22 titik 43,412 558405,038 706252,457 S7°10'02,27036" E112°44'36,33941" Akurat
24 23 titik 38,478 558454,379 706218,416 S7°10'03,36546" E112°44'37,95293" Akurat
25 24 titik 35,977 558473,835 706211,328 S7°10'03,59138" E112°44'38,58775" Error
26 25 titik 32,569 558486,238 706155,806 S7°10'05,39316" E112°44'39,00414" Error
27 26 titik 28,300 558477 706107,911 S7°10'06,95200" E112°44'38,71453" Akurat
28 27 titik 23,978 558503,306 706097,307 S7°10'07,29060" E112°44'39,57304" Error
29 28 titik 20,695 558534,952 706084,321 S7°10'07,70544" E112°44'40,60589" Error
30 29 titik 20,281 558550,908 706063,331 S7°10'08,38398" E112°44'41,12999" Akurat
31 30 titik 21,053 558427,829 706033,762 S7°10'09,37337" E112°44'37,13141" Akurat
32 31 titik 12,241 558524,801 705983,709 S7°10'10,97794" E112°44'40,29871" Error
33 32 titik 7,741 558598,373 705957,792 S7°10'11,80341" E112°44'42,69897" Error
34 33 titik 3,800 558639,349 705937,435 S7°10'12,45565" E112°44'44,03713" Error
35 34 titik 7,779 558676,024 705943,542 S7°10'12,24871" E112°44'45,22926" Error
36 35 titik 9,850 558667,982 705957,803 S7°10'11,78702" E112°44'44,96425" Akurat
37 36 titik 13,621 558664,947 705966,607 S7°10'11,50156" E112°44'44,86345" Akurat
38 37 titik 3,428 558703,97 705922,599 S7°10'12,92299" E112°44'46,14351" Akurat
39 38 titik 1,608 558717,142 705908,367 S7°10'13,38252" E112°44'46,57546" Akurat
40 39 titik 1,573 558717,161 705908,398 S7°10'13,38151" E112°44'46,57608" Akurat
41 40 titik 0,574 558713,226 705894,680 S7°10'13,82830" E112°44'46,45117" Akurat
42 41 titik 3,078 558593,803 705910,238 S7°10'13,35008" E112°44'42,56118" Akurat
43 42 titik 4,586 558447,857 705922,397 S7°10'12,98844" E112°44'37,80885" Error
44 43 titik 2,651 556752,131 705917,240 S7°10'12,74035" E112°44'37,76089" Error

32
45 44 titik 3,197 558174,916 705842,011 S7°10'15,66400" E112°44'28,94494" Akurat
46 45 titik 0,484 558037,078 705808,962 S7°10'16,76985" E112°44'24,46681" Akurat
47 46 titik 2,865 557931,237 705840,792 S7°10'15,75959" E112°44'21,01508" Akurat
48 47 titik 14,261 557858,586 705921,697 S7°10'13,14659" E112°44'18,63215" Akurat
49 48 titik 14,386 557867,764 705937,728 S7°10'12,62344" E112°44'18,92715" Akurat
50 49 titik 15,148 557865,163 705948,211 S7°10'12,28331" E112°44'18,84009" Akurat
51 50 titik 16,508 558143,743 705961,426 S7°10'11,78981" E112°44'27,90297" Akurat
52 51 titik 18,270 558142,484 705974,117 S7°10'11,37759" E112°44'27,85909" Akurat
53 52 titik 18,974 558143,883 705986,566 S7°10'10,97264" E112°44'27,90176" Akurat
54 53 titik 18,616 558131,837 706000,422 S7°10'10,52503" E112°44'27,50656" Error
55 54 titik 20,599 558185,387 705993,894 S7°10'10,72492" E112°44'29,25074" Error
56 55 titik 19,980 558213,746 706052,828 S7°10'08,80285" E112°44'30,16008" Akurat
57 56 titik 19,579 558238,299 705991,811 S7°10'10,78047" E112°44'30,97315" Error
58 57 titik 21,812 558274,16 705990,469 S7°10'10,81585" E112°44'32,14050" Akurat
59 58 titik 6,408 558569,457 705949,863 S7°10'12,06777" E112°44'41,75976" Akurat
60 59 titik 6,674 558569,049 705970,032 S7°10'11,41233" E112°44'41,74185" Akurat
61 60 titik 7,624 558569,473 705972,462 S7°10'11,33324" E112°44'41,75509" Akurat
62 61 titik 3,093 558623,02 705919,628 S7°10'13,03818" E112°44'43,50983" Akurat
63 62 titik 0,595 558586,415 705896,732 S7°10'13,79079" E112°44'42,32387" Akurat
64 63 titik 0,409 558593,578 705879,391 S7°10'14,35277" E112°44'42,56096" Akurat
65 64 titik 0,617 558576,752 705880,569 S7°10'14,31833" E112°44'42,01313" Akurat
66 65 titik 3,143 558568,473 705907,794 S7°10'13,43537" E112°44'41,73744" Akurat
67 66 titik 3,580 558486,279 705905,212 S7°10'13,53820" E112°44'39,06317" Akurat
68 67 titik 3,051 558387,485 705911,162 S7°10'13,36753" E112°44'35,84672" Akurat

33
69 68 titik 5,873 558381,71 705931,543 S7°10'12,70640" E112°44'35,65409" Akurat
70 69 titik 7,617 558385,406 705950,013 S7°10'12,10522" E112°44'35,77011" Error
71 70 titik 8,768 558397,713 705962,214 S7°10'11,70582" E112°44'36,16781" Error
72 71 titik 12,568 558406,647 705982,049 S7°10'11,05906" E112°44'36,45400" Error
73 72 titik 13,678 558406,779 705987,574 S7°10'10,87947" E112°44'36,45703" Error
74 73 titik 15,338 558402,621 705994,518 S7°10'10,65470" E112°44'36,32012" Error
75 74 Titik 16,790 558408,163 705997,854 S7°10'10,54499" E112°44'36,49969" Akurat
76 75 Titik 18,779 558409,959 706002,875 S7°10'10,38141" E112°44'36,55698" Error
77 76 Titik 8,614 558404,837 705964,179 S7°10'11,64032" E112°44'36,39921" Error
78 77 Titik 8,787 558415,833 705983,187 S7°10'11,01995" E112°44'36,75268" Akurat
79 78 Titik -0,389 558395,896 705936,336 S7°10'12,54733" E112°44'36,11466" Error
80 79 Titik 8,153 558426,457 705952,249 S7°10'12,02311" E112°44'37,10554" Akurat
81 80 Titik 8,216 558460,471 705954,313 S7°10'11,94818" E112°44'38,21199" Akurat
Sumber: Data Praktik Kerja Lapang 2015
Ketinggian yang didapat pada pengukuran lapang bervariasi mulai yang terkecil yaitu -0,389 meter dpl dan ketinggian yang terbesar
yaitu 43,412 meter dpl dengan rata-rata ketinggian 12,052 meter dpl didapatkan di daratan tinggi Desa Tanjung Jati. Hasil pengukuran
ketinggian 5 meter dari garis pantai yaitu berkisar antara 0 - 5 meter diatas permukaan laut. Semakin menjauhi garis pantai nilai
ketinggian yang didapat semakin tinggi pula dengan nilai terbesar ialah 43,412 meter. Nilai (-) pada nilai ketinggian didapatkan pada saat
surut terendah di Perairan Selat Madura dengan dengan pintu gerbang Pos Satu Pangkalan Laut Batuporon. Data yang didapat terkadang
error [] ] karena beberapa faktor. Data yang error ini akan dihapus menggunakan software ArcGis. Data yang diolah hanya data yang
benar-benar tidak error atau akurat [ ]. Hal ini bertujuan untuk hasil yang didapat memiliki keakurasian yang tinggi.

34
4.3.2 Analisis Ketinggian
Peta merupakan gambaran unsur-unsur alam dan unsur-unsur buatan, yang
berada diatas maupun dibawah permukaan bumi yang digambarkan pada suatu
bidang datar dengan skala tertentu (Standar Nasional Indonesia 2010). Peta yang
memuat ketinggian disebut peta topografi. Menurut KEPMEN mengenai Energi
dan Sumber Daya Mineral (2000) bahwa peta topografi adalah peta ketinggian
titik atau kawasan yang dinyatakan dalam bentuk angka ketinggian atau kontur
ketinggian yang diukur terhadap permukaan laut rata-rata.
Analisis yang digunakan menggunakan software ArcGis 9.3. Proses yang
dilakukan ialah interpolasi dan garis kontur. Interpolasi atau resampling
merupakan suatu metode pencitraan untuk menambah atau mengurangi jumlah
piksel dalam citra digital (Pasaribu 2012). Proses interpolasi menggunakan
metode Topo to Raster yang tersedia didalam software. Topo to Raster merupakan
suatu tool yang disediakan khusus untuk pembuatan DEM (Digital Elevation
Model). Topo to Raster menginterpolasi nilai ketinggian untuk setiap pikselnya.
Hal ini selaras dengan apa yang dilakukan Pasaribu (2012) bahwasanya proses
interpolasi dapat menghasilkan gambar dengan piksel yang lebih halus.
Pada analisis ketinggian yang ditampilkan dibawah ini yaitu terdapat tiga
tampilan peta yaitu terdapat pada gambar 4.6, 4.7 dan 4.8 yang berurutan peta
topografi, peta interpolasi dan peta kontur. Masing-masing peta memiliki
pengertian masing-masing, namun dalam tujuan peta tersebut sama-sama
menunjukkan peta yang menunjukan kondisi ketinggian wilayah Desa Tanjung
Jati.
Peta yang ditampilkan digambarkan melalui tampilan perbedaan warna atau
degradasi warna. Tujuan melakukan ini ialah agar peta dapat dibaca secara lebih
mudah. Selain itu, garis kontur juga dapat menampilkan gambaran topografi
melalui garis kontur. Menurut Hafiz et al. (2014) menerangkan Garis Kontur pada
peta topografi dapat menujukkan suatu gambaran yang menggambarkan relief
serta kenampakkannya. Antar garis kontur satu sama lain pada peta tidak akan
bertumbukkan, garis kontur ini akan membentuk suatu pola kondisi topografi
Desa Tanjung Jati.

35
Gambar 4.6 Peta Topografi Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal

36
Gambar 4.7 Peta Interpolasi Ketinggian Desa Tanjung Jati

37
Gambar 4.8 Peta Garis Kontur Desa Tanjung Jati

38
Hasil analisa yang pertama seperti gambar diatas (gambar 4.6) menunjukan
bahwa titik ketinggian yang tertinggi sebesar 43,32 meter diatas permukaan laut
terletak diatas bukit yang menjauhi garis pantai. Analisa diatas menggunakan dua
yaitu garis kontur dan interpolasi. Berdasarkan data pengukuran dan analisa Desa
Tanjung Jati memiliki variasi ketinggian yang beranekaragam. Ketinggian ini
digunakan para Angkatan Laut untuk latihan dan menjadikan basis pangkalan laut
mereka. Untuk itu digunakan metode interpolasi dimana sebuah metode atau
fungsi matematika yang mengestimasi nilai pada lokasi yang tidak memiliki nilai
(Azpura dan Ramos 2010).
Peta topografi memuat informasi mengenai ketinggian permukaan daratan.
Informasi ketinggian yang memiliki garis pembatas bidang yang memiliki tempat
kedudukan titik-titik dengan ketinggian sama disebut garis kontur. Perbedaan
warna yang terlihat pada (Gambar 4.7) menunjukan variasi ketinggian yang
didapat pada pengukuran di Desa Tanjung Jati. Degrasi warna menjadi pembeda
ketinggian disetiap titik. Warna yang digunakan untuk interpolasi memiliki arti
besar tinggi yang berbeda, dimulai dari yang terendah hingga terbesar yaitu warna
hijau tua, hijau muda, kuning hingga merah yang paling tertinggi.
Informasi turunan pertama dari DEM (Digital Elevation Model) peta kontur
dan selanjutnya ialah kelas kelerengan dan azimut (Indarto 2014). Penggunaan
fitur garis pengelihatan (line of sight) berfungsi untuk mengetahui keadaan suatu
lahan yang memiliki perbedaan ketinggian (gambar 4.8). Hafiz et al. (2014)
Kondisi topografi merupakan suatu gambaran suatu gambaran yang
menggambarkan relief serta kenampakkannya dengan garis kontur.
Garis kontur mewakili informasi nilai ketinggian permukaan tanah di suatu
wilayah. Pada gambar diatas terlihat garis berwarna merah menunjukan dataran
yang tinggi, sedangkan garis yang berwarna kuning menunjukan dataran sedang
dan untuk warna hijau menunjukan dataran rendah yang mendekati garis pantai.
Andrian et al. (2014) dapat menunjukan perbedaan perbedaan ketinggian tempat
diatas permukaan laut (dpl) dan hal ini akan mempengaruhi serta menimbulkan
perbedaan cuaca dan iklim, terutama suhu, kelembaban dan curah hujan.

39
Gambar 4.9 Profil Ketinggian Desa Tanjung Jati Tampilan I

Gambar 4.10 Profil Ketinggian Desa Tanjung Jati Tampilan II

Hasil analisa yang berikutnya dapat ditampilkan dengan menggunakan


tampilan Software Global Mapper, seperti pada tampilan (Gambar 4.9 Profil
Ketinggian Desa Tanjung Jati tampilan I dan Gambar 4.10 Profil Ketinggian
Desa Tanjung Jati tampilan II). Nilai ketinggian permukaan hasil interpolasi
kemudian diekstraksi untuk setiap pembobotan, dimana dari hasil ekstraksi ini

40
yaitu nilai maksimum, minimum dan rata-rata ketinggian. Ketinggian yang
didapat pada pengukuran lapang minimum ialah -0,389 meter dpl dan ketinggian
maksimum yaitu 43,412 meter dpl dengan rata-rata ketinggian 12,052 meter.

4.4 Perbandingan DEM Lapang dengan DEM RBI


4.4.1 Tabel Hasil Perbandingan DEM Interpolasi
Informasi ketinggian suatu daratan merupakan hasil yang didapat dari
bentuk pengolahan data elevasi yang disimpan dalam bentuk DEM (Degital
Elevation Model). DEM merupakan suatu model digital yang mempresentasikan
bentuk permukaan bumi dalam bentuk tidak dimensi. Definisi lain, menegaskan
bahwa DEM merupakan suatu file atau database yang memuat ketinggian dari
suatu permukaan (Jensen 2007).
Perhitungan perbandingan statistik menghitung Root Mean Squre Error
(RMSE). Kebenaran suatu perbandingan tergantung pada data ketinggian yang
digunakan untuk pembanding. Pada saat penelitian ini digunakan data ketinggian
yang diperoleh dari survei lapang menggunakan GPS TRIMBLE R6 di desa
Kamal, Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan. Perbandingan untuk mencari
RMS Error ketinggian diperoleh dengan menggunakan rumus dari Wechsler &
Kroll (2006), yaitu:

∑𝑁
𝑖=1(𝑦𝑖 −𝑦𝑡𝑖 )
2
RMSE = √
𝑛
Keterangan:
yi : Ketinggian titik perbandingan DEM
yti : Ketinggian DEM data lapang
n : Jumlah titik sampel perbandingan

Data yang didapat dilapang memiliki nilai piksel yang berbeda disetiap
titiknya. Nilai tersebut digunakan sebagai nilai piksel lapang, selanjutnya nilai
piksel yang dilapang dibandingkan dengan nilai piksel dari peta RBI (Rupa Bumi
Indonesia) seperti pada (tabel 4.6 Tabel Hasil Perbandingan DEM Interpolasi)
berikut:

41
Tabel 4.6 Tabel Hasil Perbandingan DEM Interpolasi
No. Lintang Selatan (x) Bujur Timur (y) yi (meter) yti (meter) (yti – yti) meter (yti – yti)2 meter
0 E112°73'90,16" S7°16'81,94" 31,441750 18,995443 12,4463 154,91
1 E112°73'69,21" S7°16'61,94" 30,026545 20,366962 9,6596 93,31
2 E112°74'19,72" S7°16'83,01" 27,571245 23,470778 4,1005 16,81
3 E112°74'10,32" S7°16'81,13" 29,392601 30,371067 0,9785 0,96
4 E112°74'29,51" S7°16'80,84" 25,004023 26,525270 1,5212 2,31
5 E112°74'38,03" S7°16'80,40" 24,891703 32,159637 7,2679 52,82
6 E112°74'47,08" S7°16'80,15" 24,320115 32,201145 7,8810 62,11
7 E112°74'54,65" S7°16'80,65" 32,851830 31,785763 1,0661 1,14
8 E112°74'54,71" S7°16'81,15" 34,335014 28,674309 5,6607 32,04
9 E112°74'64,50" S7°16'81,57" 25,310020 21,431316 3,8787 15,04
10 E112°74'52,82" S7°16'81,26" 25,371462 27,321274 1,9498 3,80
11 E112°74'33,19" S7°16'81,92" 31,054234 38,251678 7,1974 51,80
12 E112°74'43,51" S7°16'92,42" 13,140021 14,928160 1,7881 3,20
13 E112°73'92,73" S7°71'19,26" 10,477983 7,589089 2,8889 8,35
14 E112°73'93,91" S7°71'18,72" 10,640712 10,739155 0,0984 0,01
15 E112°74'13,75" S7°71'18,03" 10,239423 7,406871 2,8326 8,02

42
16 E112°74'31,59" S7°71'17,80" 12,407128 12,944983 0,5379 0,29
17 E112°74'32,13" S7°71'15,52" 11,685646 11,701633 0,0160 0,00
18 E112°73'92,54" S7°16'94,79" 14,798618 15,626615 0,8280 0,69
19 E112°74'12,54" S7°16'94,79" 24,843544 24,734983 0,1086 0,01
20 E112°74'05,44" S7°16'93,94" 18,036414 16,557169 1,4792 2,19
21 E112°73'96,44" S7°16'92,88" 18,773468 16,054380 2,7191 7,39
22 E112°74'16,33" S7°69'02,27" 20,108597 21,953102 1,8445 3,40
23 E112°74'47,95" S7°16'93,36" 16,046865 24,552990 8,5061 72,35
24 E112°74'58,58" S7°16'93,59" 12,544960 14,774927 2,2300 4,97
25 E112°74'69,00" S7°17'05,39" 12,776014 14,144152 1,3681 1,87
26 E112°74'58,71" S7°17'06,95" 8,286387 8,002326 0,2841 0,08
27 E112°74'39,57" S7°17'07,29" 9,309981 13,135156 3,8252 14,63
28 E112°74'30,60" S7°69'07,70" 12,604566 21,476702 8,8721 78,71
29 E112°74'31,12" S7°69'08,38" 18,034756 26,138704 8,1039 65,67
Jumlah 758,91

43
4.4.2 Peta Perbandingan Interpolasi dan Hasil Perhitungan RMSE

Gambar 4.11 Peta Perbandingan Interpolasi

44
Perhitungan RMSE dilakukan dengan memberikan masukan nilai ketinggian
daerah lapang, kemudian mengaplikasikan metode interpolasi yang diinginkan.
Uji perbandingan yang digunakan pada perbandingan diatas memakai 30 titik.
Pemilihan titik yang digunakans sebagai masukan dalam perhitungan RMSE
dipilih secara acak (Random). Titik-titik tersebut menyebar merata di setiap peta
interpolasi (Gambar 4.10). Hasil perhitungan antara perbandingan DEM Lapang
dan DEM RBI RMS Error sebesar 5,029 meter.
Menurut Makridakis et al (1999) dalam penelitian menjelaskan semakin
kecil nilai yang dihasilkan dari RME Error maka nilai interpolasi yang dihasilkan
semakin bagus. Nilai ini menunjukan dimana setiap satu pikselnya mempunyai
nilai keakurasian sebesar 5,029 meter. Nilai 5,029 meter termasuk besar dalam
beberapa penilitian nilai RMSE ini berkisar dari 0 – 1 meter. Hasil yang didapat
RMS Error sebesar 5,029 meter dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti sebaran
titik pengambilan data yang kurang menyebar kemudian hal ini menyebabkan
hasil interpolasi titik yang didapat menjadi kurang akurat.
Perbandingan dilakukan pada persamaan dan perhitungan diatas dilakukan
untuk mengetahui ketelitian dari hasil persamaan dan mengetahui nilai galat error
pada persamaan tersebut. Proses pembuatan DEM pada pengambilan data dimulai
dari pembuatan peta Topografi yang terproyeksikan. Data DEM terdiri atas garis
kontur, titik ketinggian dan batas wilayah perairan darat dan garis pantai yang
membentang serta akan dikonversi ke layer vektor digital dengan koordinat yang
jelas. Untuk membandingkan keakurasian hasil interpolasi ketinggian didapatkan
dari nilai RMS Error dari hasil perbandingan antara DEM RBI (Rupa Bumi
Indonesia) dengan DEM data lapang. RMS Error (root mean square error)
merupakan akar dari rata-rata jumlah kuadrat antar selisih nilai ketinggian dari
hasil pengukuran lapang (data ketinggian dengan GPS TRIMBLE R6) dengan
nilai perbandingan DEM Rupa Bumi Indonesia.
Pada gambar (Gambar 4.9 Peta Perbandingan Interpolasi) terlihat
perbandingan antara peta hasil interpolasi antara hasil lapang GPS Geodetik
dengan peta hasil interpolasi RBI Skala 1:25.000 dengan resolusi gambar sebesar
60 x 60 meter. Terlihat bahwa degradasi warna yang ditampilkan oleh hasil
interpolasi hasil survei lebih detail dibandingkan hasil interpolasi peta RBI.

45
4.4.3 Peta Perbandingan Titik Interpolasi

Gambar 4.12 Peta Perbandingan Titik Interpolasi

46
Berdasarkan hasil seleksi data yang error di lapang yang awalnya jumlah
titik yang didapat ialah 80 titik menjadi 56 titik karena berdasarkan hasil olah
software Trimble Business Center terdapat 24 titik error. Pada gambar (Gambar
4.10 Peta Perbandingan Titik Interpolasi) menunujukkan sebaran titik uji
perbandingan dan titik hasil pengukuran lapang. Pembuatan titik uji perbandingan
dipilih secara acak (Random) pada layar interpolasi.

4.5 Kendala Praktik Kerja Lapang


GPS (Global Positioning System) adalah sebuah sistem radio navigasi dan
penentuan posisi yang berbasiskan satelit, karena alat navigasi ini Praktik kerja
lapang yang menggunakan GPS-TRIMBLE R6 memiliki akurasi atau ketepatan
penentuan koordinat sebuah titik atau lokasi mempunyai fakor kesalahan. Untuk
lebih mudah memahaminya salah satu jenis alat GPS menunjukan sebuah titik
koordinat dengan akurasi 5 meter, artinya posisi sebenarnya bisa berada dimana
saja dalam radius 5 meter dari titik koordinat lokasi tersebut. Semakin kecil angka
akurasi artinya semakin tinggi atau posisi alat menjadi semakin tepat. GPS-
TRIMBLE memiliki ketelitian hingga milimeter (Nugroho 2011).
Pada proses pengambilan data dilapang ditemui beberapa kendala yang
dapat menyebabkan ketelitian dari GPS-TRIMBLE R6 berkurang. Terkait
perkembangan dan kebutuhan survei pemetaan di Indonesia membutuhkan suatu
sistem pengukuran yang dapat menghasilkan hasil pemetaan yang cepat dan
memiliki akurasi yang tinggi (Hafiz et al. 2014). Berikut faktor-faktor atau
kendala yang mempengaruhi ketelitian hasil ketinggian, yaitu sebagai berikut:
4.5.1 Panjang Baseline
Sistem RTK (Real Time Kinematik) merupakan prosedur DPGS
(Diifferensial Global Positioning System) menggunakan data pengamatan fase,
data yang didapat pada fase koreksi dikirim seketika dari stasiun referensi ke
receiver pengguna. Hal ini berhubungan dengan jarak yang akan mempengaruhi
ketelitian posisi yang dihasilkan. Pada penelitian Hafiz et al. 2014 menjelaskan
bahwa semakin jauh jarak antara rover atau tracking dengan stasiun base station
maka kualitas posisi koordinat juga akan menurun.

47
Ketinggian Base dan Radio yang diletakkan pada lokasi titik ikat dapat
menjangkau kisaran sejauh 2 km. Besaran jangkauan Base ini bisa bertambah
panjang maupun pendek bergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi
akurasi dari GPS (Global Positioning System). Jarak pada GPS-TRIMBLE akan
mempengaruhi ketilitian posisi yang dihasilkan. Hubungan antara jarak dengan
ketelitian ialah semakin jauh jarak antara rover dan stasiun referensi (base
station), maka kualitas dari hasil tracking atau posisi akan semakin menurunk.
Faktor jarak yang jauh ini, menjadi kendala dalam pemecahan ambiguity
resolution, begitu juga jangkauan radio komunikasi yang jauh sehingga
memungkinkan terjadinya data loss dalam penyampaian informasi data dari
stasiun referensi (base station) ke rover (Hafiz et al. 2014). Selain itu beberapa
faktor lain yang mempengaruhi nilai ketinggian ialah seperti: Bangunan, vegetasi
dan cuaca.
Hal seperti kendala jarak terjadi pada pengambilan data Praktik Kerja
Lapang ini. Dengan kondisi terbuka tidak ada penghalang baik bangunan maupun
vegetasi sekitar rover tracking berada nilai ketinggian yang didapat ada dua
kemungkinan yaitu yang pertama nilai ketinggian yang didapat jauh berbeda
dengan titik sebelumnya padahal permukaan daratan relatif sama. Kemungkinan
yang kedua ialah sinyal yang diterima rover tracking dari base station tidak
terhubung (Gambar 4.7).

Gambar 4.13 Sinyal Radio dan Sinyal Rover terputus


Sumber: Data Gambar Praktik Kerja Lapang

48
4.5.2 Obstruksi
Desa Tanjung Jati memiliki kondisi Topografi berbukit, berbatu, lahan
basah meliputi sawah dan rawa serta terdiri dari lahan kering berupa pemukiman,
tegalan, kebun dan lain-lain. Base station diletakkan pada tempat yang terbuak
yaitu pada lapangan sepak bola Pangkalan Angkatan Laut Batuporon, hal ini
bertujuan untuk mengurangi sumber kesalahan yang diakibatakan suatu
penghalang.
Kementrian Pertanian (2011), menjelaskan secara umum mengenai tingkat
akurasi posisi GPS bergantung pada beberapa wilayah terbuka atau menhindari
sumber kesalahan obstruksi. Obstruksi merupakan munculnya penghalang sinyal
GPS baik berupa gedung, pepohonan dan lain-lain. Bangunan menjadi objek vital
yang dapat mempengaruhi sistem kerja dari GPS. Berdasarkan hasil pengukuran
ketelitian ketinggian di Desa Tanjung Jati memiliki pemukiman dan vegetasi yang
cukup padat. Pemukiman dan vegetasi ataupun benda lain yang menghalangi
kekuatan sinyal baik dari rover tracking ke base stasiun maupun ke satelit akan
berdampak pada bias hasil pengukuran ketinggian. Kondisi lapang yang demikian
menjadikan tempat pengukuran menjadi tidak beraturan karena letak penentuan
tracking menyesuaikan dengan kondisi lapang.

4.5.3 Cuaca
Faktor cuaca merupakan satu yang menjadi penyebab akurasi data informasi
baik atau tidak. Cuaca yang cerah sangat baik dalam pengambilan data lapang
dengan GPS. Keadaan cuaca yang cerah menjadi kualitas sinyal yang diterima
menjadi baik. GPS Geodetik sangat perlu dukungan cuaca yang baik dalam
penentuan titik pengamatan/koordinat. Sugito (2010) menjelaskan bahawa, untuk
survey geodesi/geodetik adalah survey yang sangat penting dalam mendapatkan
kontrol point yang digunakan sebagai koordinat referensi dalam pemetaan dan
survey dengan salah satunya harus ada dukungan dari lingkungan khususnya
cuaca. Pada saat pengambilan data survey topografi di lapang dengan GPS
Geodetik cuaca di lapang cerah serta sangat mendukung dalam pengambilan data.
Sinyal yang di tangkap oleh GPS sangat baik, ini dibuktikan dengan data
topografi desa Kamal yang baik.

49
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Desa Tanjung Jati termasuk kedalam Kecamatan Kamal Kabupaten
Bangkalan. Pengamatan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui ketinggian
dan kondisi Topografi menggunakan alat GPS-TRIMBLE dengan metode RTK
(Real Time Kinamatik). Lokasi titik ikat yang dipakai terletak pada koordinat
07017’00.07” LU, 112074’41.80 LS dengan ketinggian 8,11 meter. Setiap titik
memiliki koordinat dan data ketinggian masing-masing. Data lapang yang didapat
ialah sebesar 80 titik, namun yang digunakan 56 titik karena terdapat titik yang
error. Data yang didapat berkisar antara -0,389 meter sampai 43,412 meter diatas
permukaan laut dengan rata-rata ketinggian 12,052 diatas permukaan laut. Hasil
RMS Error yang didapat dari hasil perbandingan DEM (Digital Elevatin Model)
antara data RBI (Rupa Bumi Indonesia) dengan data hasil pengukuran lapang
yaitu sebesar 5,029 meter.

5.2 Saran
Perlu adanya suatu metode Statis dan NTRIP dalam penggunaan GPS-
TRIMBLE agar datanya dapat dibandingkan dengan metode RTK (Real Time
Kinematik) dan untuk penggunaan metode RTK (Real Time Kinematik) alat GPS-
TRIMBLE ini sebaiknya dilakukan pada ruang terbuka untuk dapat
meminimalisir multipath atau kesalahan pada lingkungan sekitar pengamatan.

50
DAFTAR PUSTAKA

Abidin,H.Z et al. 2011. Survei Dengan GPS. Jakarta: PT.Pradnya Paramita

Abidin,H.Z. 2007. Modul 3: GPS Positioning. Bandung: Institut Teknologi


Bandung.
Andrian. et al. 2014. Pengaruh Ketinggian Tempat Dan Kemiringan Lereng
Terhadap Produksi Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Di Kebun
Hapesong Ptpn Iii Tapanuli Selatan. Jurnal Online Agroekoteknologi. .
ISSN No. 2337- 6597. Vol.2(3):981-989.

Azpura,M. & Ramos,K.D. 2010. A Comparison of Spatial Interpolation Methods


for Estimation of Average Electromagnetic. Electromagnetic Researh.
14(1):135-145.

Badan Perencanaan Pembangunan daerah. 2010. Rencana tata ruang dan wilayah
bangkalan 2009-2029. Bangkalan: Badan Perencanaan Wilayah Daerah

Badan Pertanahan Nasional. 2011. On The Job Training Pengenalan CORS


(Continiosly Operating Reference Stasiun). Jakarta Selatan: Direktorat
Pengukuran Dasar Deputi Survei, Pengukuran dan Pemetaan Badan
Pertahan Nasional Republik Indonesia.
Badan Pusat Statistik. 2009. Kabupaten Sumenep Dalam Angka 2009. Sumenep:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Bisri,M. 22 September 2014. Industri Pemotongan Kapal Bangkalan Cemari
Laut, (Online),
(http://www.tempo.co/read/news/2015/02/03/206639651/Industri-
Pemotongan-Kapal-Bangkalan-Cemari-Laut_. html diakses 26 April
2014).

Boston. 1996 & Encarta. 1998. Dalam Supriharyono. (Ed). 2000. Pelestarian dan
Penggelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah PesisirTropis.Jakarta:
Penerbit PT. Gramedia.
Dewi,S.K. 24 Oktober 2012. Peta Topografi, (Online),
(http://skurniasari.blogspot.com/2012/10/peta-topografi.html diakses
pada 26 April 2015)
Hafiz,E.G. et al. 2014. Anlaisis Pengaruh Panjang Base line Terhadap Ketelitian
Pengukuran Situasi Dengan Menggunakan GNSS Metode RTK-NTRIP.
Jurnal Geodesi Undip. 3(1):315-331.

Hartono,B. 2012. Peran Daya Dukung Wilayah Terhadap Pengembangan Usaha


Peternakan Sapi Madura. Jurnal Ekonomi Pembangunan. 13(2):316-326.
Hermawan,E. 2009. Ketinggian dari Permukaan Laut, (Online), (http://engkos-
hermawan.blogspot.com/2009/11/tinggi-dari-permukaan-laut.html
diakses pada 16 Juni 2015)

51
Hidayat. 22 Juni 2010. Komponen dan Unsur Kelengkapan Peta, (Online),
(https://andimanwno.wordpress.com/2010/06/22/peta, diakses 26 April
2015).

Indarto, dan Prasetyo, D, R. 2014. Pembuatan Digital Elevation Model Resolusi


10m dari Peta RBI dan Survei GPS dengan Algoritma ANUDEM. Jurnal
Keteknikan Pertanian.Vol.28(1):55-64.

Jaldelhag, 1995 dalam Nugraha,A.N. 2015. Pengenalan GPS Ukur. , (Online),


(http://bpkh3.dephut.go.id/pdf/pengenalan_alat_ukur_gps.pdf. Diakses
27 April 2015 ).

Jensen, 1998. Extracting topografic structurorm digital elevation data for


geografic information systemanalysis, Jurnal of Photogramm.
54(11):1593-1600.

Jawa Pos Radar Madura. 19 April 2015. Limbah Pemotongan Kapal, (Online),
(http://radarmadura.co.id/2015/04/limbah-pemotongan-kapal-cemari-
laut/. Html, diakses 26 April 2015).

Kementrian Keuangan Republik Indonesia. 2012. Tinjauan Ekonomi dan


Keuangan Daerah. Jakarta: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.
Kementrian Pertanian. 2011. Panduan Pengukuran Areal Perkebunan
Menggunakan GPS. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian.
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. 2000. Pedoman Teknis
Penyusunan Peta Geologi. Jakarta: Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral.
Martin dan Hearing. 2009. dalam Hafiz E.G et al. Analisis Pengaruh Panjang
Baseline terhadap Ketelitian Pengukuran Situasi Dengan Menggunakan
GNSS RTK-NTRIP. Jurnal Geodesi UNDIP. 3(1):315-331.

Madridakis et al. 1999. Metode dan Aplikasi Peramalan. Jakarta: Binarupa


Aksara.

Nataliana,D. 2013. Perancangan dan Realisasi Sistem Transmisi Data GPS


Menggunakan Teknolohi SMS (Short Messaging Servive) sebagai
Aplikasi Sistem Personal Tracking. Jurnal Elkomika Teknik Elektro.
1(1):48-49.

Ningsih. 2014. Kajian Pengukuran Dan Pemetaan Bidang Tanah Metode Dgps
Post Processing Dengan Menggunakan Receiver Trimble Geoxt 3000
Series. Tugas Akhir. Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro Semarang.
Nugraha. 10 Maret 2011. Pengenalan Alat Ukur GPS, (Online),
(http://id.scribd.com/doc/211619692/Pengenalan-Alat-Ukur-GPS#scribd
html, diakses 3 Mei 2015)

52
Pasaribu,J.M & Haryani,N.S. 2012. Perbandingan titik interpolasi DEM SRTM
dengan Metode Inverve Distance Weighted (IDW), Natural Neighbor dan
Spline. Jurnal Pengindraan Jauh. 3(9):126-139.
Pertiwi,A. 2011. Metoda Interpolasi Inverse Distance Untuk Peta Ketinggian
(Kontur). Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi
Terapan. ISBN 979-26-0255.

Putra,Y.P dan Khosim. 2013. Studi Perbandingan GPS RTK NTRIP Berbasis
CORS dengan Total Station. Jurnal Teknik POMITS. 10(10): 1-6.

Standar Nasional Indonesia. 2010. Spesifikasi Penyajian Peta Rupa Bumi-Bagian


2:Skala 1:25.000. Jakarta: Badan Standar Nasional.
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugito, T, N. 2010. Survey dan Pemetaan. Jakarta: FPIPS UPI JAKARTA.

Sundari, N. 2008. Pemanfaatan Media Peta Dalam Upaya Meningkatkan


Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan
Dasar. 10: 1-4.

Sundari,N. 2008. Pemanfaatan Media Peta dalam Upaya Meningkatkan


Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan
Dasar. 10

Supandi,A. 3 Januari 2014. Pangkalan Angkatan Laut Batuporon, (Online),


(http://kuliah-karyawan-ista.nomor.net/_b.php?_b=infop2k&id=29992.
html, diakses 26 April 2015).

Ukur,M.T et al. 2008. Pemetaan Batas Wilayah Darat Pengunaan Lahan Dari
Citra Landsat. Studi Kasus: Kabupaten Jombang. Jurnal Geodesi.

Utami,I.D. 2010. Tata Ruang dan penilaian damapak lingkungan Industri di


Bangkalan Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Berdasarkan Potensi
Daerah. Teknik Industri. 11(2):162-169.
Wechsler,S.P & Kroll,N.C. 2006. Quantifying DEM Uncertainty and its Effect on
Topographiq Parameters. Photogrammetric Enginering and Remote
Sensing. 72(9): 1081-1090.
Wahyudi,H. 2009. Kondisi dan Potensi Dampak Pemanfaatan Air Tanah di
Kabupaten Bangkalan. Jurnal Aplikasi: Media Informasi dan
Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini. 7(1):14-19.

53
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Praktik Kerja Lapang

Latihan Alat di Universitas Trunojoyo Madura

Pengisian Charger Alat GPS-TRIMBLE

Persiapan Berangkat menuju Lokasi Praktik Kerja Lapang

54
Penentuan dan Lokasi Titik Ikat Ikat Pengukuran

Proses Pengukuran Titik Ketinggian

55

Anda mungkin juga menyukai