Anda di halaman 1dari 12

RINGKASAN MATERI KULIAH

PERILAKU KEORGANISASIAN
“PERILAKU KELOMPOK DALAM ORGANISASI”
SAP 5
Dosen Pengampu : Dr. I Made Artha Wibawa, SE., MM.

KELOMPOK 3

ANGGOTA KELOMPOK :

Endang Retno Rahayuningsih (1515351059/ 03)


Ni Putu Lisna Vitriani (1515351075/ 09)
Ida Bagus Dita Braditya (1515351093/ 15)
I Putu Novan Anggayana (1515351114/ 21)
Putu Kevin Yudhia (1515351125/ 27)
Putu Yoga Ananta Pratyaksa (1515351149/ 33)

PROGRAM NON REGULER


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018

1
1. PENGERTIAN DAN JENIS KELOMPOK
1.1 Pengertian Kelompok

a. Menurut Robbins dan Coulter (2004)


Kelompok adalah gabungan/kumpulan dua atau lebih individu yang berinteraksi dan
saling bergantung untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu.
b. Menurut Gibson dan kawan-kawan (1996)
Kelompok adalah kumpulan individu di mana perilaku dan/atau kinerja satu anggota
dipengaruhi oleh perilaku dan/atau prestasi anggota lainnya.
c. Menurut Shaw (dalam Nimran, 1999)
Kelompok adalah kumpulan dua atau lebih orang yang berinteraksi satu sama lain
sedemikian rupa sehingga perilaku dan atau kinerja dari seseorang dipengaruhi oleh
perilaku kinerja anggota yang lain.

1.2 JENIS – JENIS KELOMPOK

Kelompok dapat bersifat Formal atau Informal (Robbins) :

1. Kelompok Formal
Didefinisikan melalui keberadaan struktur organisasi, dengan penugasan kerja yang
ditetapkan untuk menentukan tugas – tugas. Dalam kelompok formal, perilaku
anggota tim yang terlibat akan ditetapkan oleh dan diarahkan menuju tujuan – tujuan
organisasi.
2. Kelompok Informal
Suatu kelompok yang tidak ditetapkan strukturnya secara formal atau tidak
ditetapkan secara organisional. Kelompok – kelompok informal adalah susunan yang
terbentuk secara alamiah dalam lingkungan kerja yang nampak sebagai tanggapan
atas kebutuhan kontak sosial.

Ada beberapa pandangan yang dipakai untuk membedakan jenis-jenis kelompok.


Duncan yang dikutip oleh Adam I. Indrawijaya (1999) membedakannya berdasarkan apakah
kelompok itu bersifat formal atau informal, berdasarkan keanggotaan, kesukaan, serta
berdasarkan besarnya. Berikut akan memakai pendapatnya Duncan dalam membedakan
jenis - jenis kelompok itu yang uraiannya adalah sebagai berikut :

a. Kelompok Formal dan Kelompok Informal


(1) Kelompok formal, kelompok yang terbentuk dan berlangsung berdasarkan ketentuan
resmi seperti struktur organisasi dan penugasan organisasi.

2
Maka dari sini ada :

 Kelompok komando: Manajer dengan bawahannya.


 Kelompok tugas : Mereka berkerjasama untuk menyelesaikan suatu tugas pekerjaan.
 Kelompok informal : Kelompok yang tidak terstruktur dan ditetapkan secara
organisasi yang muncul sebagai respon terhadap kebutuhan akan kontak sosial.

Maka akan ada :

 Kelompok minat/kepentingan, mereka bekerjasama untuk mencapai suatu sasaran


khusus yang menjadi kepedulian dari tiap orang di antara mereka.
 Kelompok persahabatan, bergabung karena satu karakteristik atau lebih.
(2) Kelompok berdasarkan keanggotaan dan berdasarkan kesukaan
 Kelompok berdasarkan keanggotaan : Merupakan kelompok yang lahir atas dasar
ketentuan formal atau karena seseorang telah memenuhi ketentuan formal.
 Kelompok berdasarkan kesukaan : Adalah kelompok di mana perasaan para
anggotanya begitu terikat kepada ketentuan dan kepentingan kelompok.
(3) Kelompok berdasarkan jumlah/besarnya anggota
 Kelompok dua orang (diad)
 Kelompok tiga orang (triad)
 Kelompok yang terdiri atas lebih dari dari tiga orang

2. TAHAP – TAHAP PERKEMBANGAN KELOMPOK


2.1 Menurut B.W. Tuckman dan M.A.C. Jensen dalam Robbins dan Coulter (2004)
dengan model 5 tahap :
a. Pembentukan (forming) adalah fase awal yang dicirikan dengan ketidakpastian
tujuan, struktur dan kepemimpinan kelompok.
b. Badai (storming) adalah tahapan kedua yang dicirikan oleh banyaknya konflik dalam
kelompok.
c. Penormaan (norming) adalah tahapan ketiga yang dicirikan adanya hubungan yang
akrab dan suasana keterpaduan/kekohesifan dalam kelompok.
d. Pelaksanaan (performing) adalah tahapan keempat, di mana kelompok telah
berfungsi dan diterima anggota.
e. Pembubaran (adjourning) adalah tahapan terakhir untuk kelompok yang sifatnya
sementara, yang dicirikan oleh adanya kepedulian untuk menuntaskan kegiatan –
kegiatan penutupan bukannya melaksanakan tugas atau pekerjaan.

3
2.2 Menurut Gibson dan kawan – kawan (1996), dengan model empat tahapan,
sebagai berikut:
a. Penerimaan Bersama, adalah fase di mana anggota menolak untuk berkomunikasi
satu dengan yang lain. Tak mau mengekspresikan ide, sikap dan keyakinan mereka.
b. Komunikasi dan Pengambilan Keputusan, adalah fase di mana telah mulai ada
komunikasi yang terbuka, diskusi, interaksi untuk menyelesaikan tugas.
c. Motivasi dan Produktivitas, pada fase ini ada upaya menyelesaikan tujuan kelompok.
d. Pengendalian dan Organisasi, sudah tercipta afiliasi, regulasi dan norma kelompok.
Lebih mengedepankan tujuan kelompok dibanding individu.
2.3 Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997), dengan model empat
tahap, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap Orientasi, suatu tahapan di mana anggota mencoba untuk memahami tujuan
kelompok dan peranan masing-masing anggota.
b. Tahap Konfrontasi, yang ditandai adanya konflik karena perebutan kekuasaan dan
pengaruh. Jika konflik dapat diatasi maka perjalanan kelompok menuju kematangan
semakin mendekati kenyataan.
c. Tahap Deferensiasi, suatu tahapan di mana perbedaan masing-masing individu
diakui tugas pekerjaan. berbasis keahlian dan kemampuan masing – masing
individu. Pada fase ini anggota sudah mulai merasakan sukses yang dicapai
kelompoknya.
d. Tahap Kolaborasi, adalah suatu fase di mana kelompok sudah mencapai tingkat
kematangan yang tinggi. Komitmen dan kekompakan begitu tinggi. Keputusan dan
solusi masalah dilakukan melalui diskusi yang rasional.

Berikut adalah beberapa alasan membentuk kelompok menurut pendapat beberapa


para ahli,yaitu:

Menurut Umar Nimran (1999), karena hal-hal berikut :

1) Rasa aman
2) Status dan harga diri
3) Interaksi dan afiliasi
4) Kekuatan
5) Pencapaian tujuan

Menurut Gibson (1996), karena hal-hal seperti berikut :

1) Kebutuhan keamanan
2) Kebutuhan sosial
3) Kebutuhan harga diri

4
4) Kedekatan dan daya tarik
5) Tujuan kelompok
6) Ekonomik

Menurut Robbins (2001), karena:

1) Keamanan
2) Status
3) Penghargaan diri
4) Pertalian
5) Kekuasaan
6) Pencapaian tujuan

Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997) alasan orang membentuk
kelompok adalah sebagai berikut :

1) Keamanan (mendapatkan rasa aman dari ancaman)


2) Afiliasi (interaksi lebih erat, lebih bersahabat dan akrab)
3) Kekuatan (khususnya terhadap individu yang memiliki kebutuhan akan kekuasaan.
4) Status (merasakan pengakuan dari lingkungannya sesuai dengan status
kelompoknya).

3. MODEL PERILAKU DAN PRESTASI KELOMPOK

3.1 Faktor Eksternal Yang Menentukan Prestasi Kelompok


Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997) adalah sebagai berikut :
1) Strategi organisasi-visi, misi, tujuan organisasi akan mempengaruhi perilaku
kelompok yang ada.

5
2) Struktur otoritas/wewenang menyangkut penempatan suatu kelompok dalam hiraki
organisasi.
3) Peraturan formal, yang membakukan perilaku karyawan. Makin formal aturan, makin
konsisten dan dapat termalkan perilaku anggota.
4) Sumber daya organisasi, Besar kecilnya sumber daya seperti modal, peralatan,
bahan baku dan sumber daya lainnya yang disiapkan kepada kelompok akan
mempengaruhi perilaku dan prestasi kelompok.
5) Proses seleksi SDM, Proses seleksi yang berkualitas menjadi faktor penting untuk
memperoleh orang-orang yang berkualitas yang bila menjadi anggota kelompok
akan berkontribusi terhadap prestasi kelomok.
6) Penilaian prestasi dan sistem imbalan, Adanya sistem imbalan yang berbasis
prestasi/kinerja akan berpengaruh terhadap perilaku kelompok.
7) Budaya organisasi, Setiap organisasi memiliki budaya organisasi tersendiri yang
akan menghantarkan anggota organisasi tersebut berperilaku dalam kelompok
maupun organisasi.
8) Lingkungan fisik tempat kerja, Kenyamana lingkungan kerja seperti ruangan yang
tertata baik, tidak bising, sejuk, tenang dan aman akan berkonteribusi terhadap daya
tahan dan semangat kerja angota.

3.2 Sumber Daya Internal Anggota Kelompok

Selain faktor-faktor eksternal diatas, perilaku dan prestasi kelompok juga ditentukan
oleh faktor internal anggota kelompok itu sendiri, seperti :

1) Kemampuan (baik itu kemampuan fisik, dan kemampuan intelektual).


2) Karakteristik kepribadian seperti kemahiran bergaul, kemandirian, kebebasan atau
sebaliknya, yang akan mempengaruhi individu dan kelompok dalam berinteraksi dan
memiliki efek terhadap prestasi kelompok. Sejumlah studi yang dilakukan oleh para
pakar telah memberi petunjuk bahwa ada hubungan antara sifat-sifat kepribadian
dan sikap terhadap perilaku.
3.3 Struktur Kelompok

Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997) struktur kelompok yang
meliputi kepemimpinan formal, peran, norma-norma, status kelompok, dan komposisi
kelompok dapat membentuk perilaku dari anggota dan memungkinkan dapat menjelaskan
sebagaian besar dari perilaku seseorang dan kelompok demikian juga prestasi dari
kelompok tersebut sebagai berikut :

6
1) Kepemimpinan Formal
Setiap kelompok kerja pasti punya pimpinan yang sah/formal yang akan
berperan penting dalam mempengaruhi perilaku anggota kelompok demi
keberhasilan kelompok.
2) Peran
Seperangkat pola perilaku diharapkan, dan yang dikaitkan pada seseorang yang
menduduki suatu posisi tertentu dalam suatu unit organisasi. Semua anggota
diharapkan dapat memainkan sejumlah peran baik di dalam kantor atau diluar.
Misalnya disamping kepala bagaian, bisa menjadi juru bicara dan bisa berperan
sebagai juru dakah, dan lain-lainnya.
Peran menurut Robbins dan Coulter (2004) adalah serangkaian pola perilaku
yang diharapkan dari seseorang yang menduduki posisi tertentu dalam sebuah
organisasi. Seorang individu yang diharapkan dengan harapan-harapan peran yang
berlainan akan mengalami konflik peran.
3) Norma
Adalah pedoman-pedoman yang diterima dan diikuti oleh anggota-anggota
sebuah kelompok (Robbins dan Coulter, 2004). Jika norma telah diterima oleh
anggota kelompok, maka norma itu dapat berfungsi sebagai alat untuk
mempengaruhi dan mengendalikan perilaku anggota kelompok.
4) Status Kelompok
Posisi atau peringkat yang didefnisikan secara sosial yang diberikan kepada
kelompok atau anggota kelompok oleh orang lain. Status penting dipahami karena
salah satu motivator perilaku individu.
5) Ukuran Kelompok
Kelompok besar sangat baik untuk memperoleh mauskan yang beraneka.
Kelompok kecil lebih baik dalam melakukan sesuatu yang produktif dengan masukan
tersebut.
Ukuran kelompok baik besar maupun kecil penting dipahami karena terkait
dengan produktivitas. Ada halnya kelompok besar anggota lebih malas ketimbang
yang kecil.
6) Proses Kelompok
Beberapa proses pentinng perlu dipahami diantaranya adalah seperti pola
komunikasi, pengambilan keputusan, perilaku pemimpin, dinamika kekuasaan dan
konflik yang terjadi dalam kelompok. Dalam berinteraksi antar anggota kelompok
bisa menghasilkan sinergi yang positif ataupun negatif.

7
3.4 Tugas-tugas Kelompok
Secara umum tugas kelompok dibagi menjadi dua yaitu tugas kompleks dan tugas
sederhana. Semakin kompleks suatu tugas akan membutuhkan lebih banyak anggota untuk
mendiskusikan alternatif metode kerja dan yang lainnya. Tugas sederhana biasanya yang
bersifat rutin dan standar yang tidak perlu banyak berdiskusi sehingga anggotanya relatif
sedikit.
Tugas yang memiliki tingkat ketidakpastian tinggi menuntut lebih banyak pemrosesan
informasi, tergantung pada:
a. Pengambilan keputusan kelompok
Keputusan yang diambil oleh dua orang atau lebih lebih naik dari pada satu orang.
Kenyataannya pada saat ini banyak keputusan dalam organisasi yang diambil oleh
kelompok, tim, komite. Adanya pengambilan keputusan dalam kelompok membuat informasi
dan pengetahuan menjadi lebih lengkap, lebih banyak pendekatan dan berbagai alternativ
dapat dikembangkan, meningkatkan dukungan dan keputusan terhadap keputusan yang
dibuat dan dilaksanakan oleh kelompok.
b. Teknik pengambilan keputusan
Teknik pengambilan keputusan dalam kelompok yaitu: kelompok yang berinteraksi,
sumbang pendapat, dan teknik kelompok nominal.
 Kelompok Yang Berinterikasi
Para anggota saling bertemu berhadapan muka dan bergantung pada interaksi
verbal dan non verbal untuk berkomunikasi dalam mengambil keputusan atau
mengutarakan opini mereka dalam pengambilan keputusan tertentu.
 Sumbang Pendapat
Teknik ini menggali dan menghasilkan gagasan – gagasan yang kreatif dari
anggota kelompok. Teknik ini lebih berfokus pada penggalian gagasan dari pada
evaluasi gagasan. Semakin banyak gagasan yang digali, maka semakin besar
peluang untuk mendapatkan solusi kreatif atas sesuatu masalah yang dihadapi.
 Teknik kelompok nominal
Berbeda dengan sumbang pendapat, teknik ini berkenaan dengan penggalian
dan evaluasi gagasan sekaligus. Pada mulanya gagasan – gagasan digali secara
nominal (tanpa interaksi) guna menghindari hambatan dan permufakatan.
Selanjutnya, pada waktu evaluasi atas gagasan, interaksi dan diskusi
dimungkinkan, namun dalam situasi yang terstruktur agar setiap gagasan
mendapatkan perhatian yang proporsional.

8
4. KOHESIVITAS/KEPADUAN DALAM KELOMPOK
4.1 Kohesivitas Dalam Kelompok

Definisi Kohesivitas Kelompok :


a. Menurut Collins dan Raven (1964) Kohesivitas kelompok adalah kekuatan yang
mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompok dan
mencegahnya meninggalkan kelompok.
b. Kohesivitas atau kepaduan adalah kekuatan suatu kelompok yang bisa
diwujudkan dalam bentuk keramahan, kekompakan, antusias dalam
mengemukakan saran atau pendapat, mau berkorban dan bertanggung jawab
atas apa yang dikerjakan (Indriyo Gitusudarmo dan Nyoman Sudita, 1997).
c. Sedangkan menurut Robbins dan Coulter (2004) Keterpaduan kelompok adalah
tingkat sejauh mana anggota-anggota tertarik satu dengan yang lain dan
berbagai tujuan dalam kelompok tersebut.

4.2 Faktor-Faktor Yang Dapat Mendorong Kohesivitas/Kepaduan


Menurut Mc Dougal faktor-faktor yang mempengaruhi kohesivitas kelompok, antara lain:
a) Kelangsungan Keberadaan Kelompok (berlanjut dalam waktu lama) dalam arti
keanggotaan dan peran setiap anggota, adanya tradisi dan kebiasaan.
b) Adanya Organisasi dalam kelompok, yaitu deferensiasi dan spesialisasi fungsi
c) Kesadaran diri kelompok, dimana setiap anggota tahu siapa saja yang termasuk
kelompok, bagaimana caranya ia berfungsi dalam kelompok
d) Pengetahuan tentang kelompok dan keterikatan (attachment) dalam kelompok.
Faktor-faktor pendorong kohesivitas menurut Indriyo Gitusudarmo dan Nyoman Sudita
(1997) :
a) Kesamaan nilai dan tujuan
Kebersamaan nilai dan tujuan akan menimbulkan sebuah kebersamaan senasib
sepenanggungan sehingga para anggota kelompok akan bertanggung jawab
satu dengan yang lain serta melakukan perfoma dan perilaku yang tepat. Dalam
hal ini kepercayaan antar anggota akan terbentuk melalui pengungkapan ide,
pikiran dan perasaan.
b) Keberhasilan dalam mencapai tujuan
Keberhasilan pencapaian tujuan dapat terjadi karena setiap Individu mampu
menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan
bersama, mampu membina dan memperluas pola, serta individu terlibat secara
emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan
kemampuannya.

9
c) Status kelompok
Status adalah sebuah posisi atau pangkat yang didefinisikan secara sosial yang
diberikan kepada kelompok atau anggota kelompok oleh orang lain. Status
adalah faktor penting dalam memahami perilaku individu karena hal ini adalah
sebuah motivator signifikan dan memiliki kensekuensi-konsekuensi perilaku
besar ketika individu-individu menerima perbedaan antara apa yang mereka
percaya sebagai status dan apa yang dirasakan oleh orang lain.
d) Penyelesaian perbedaan
Perbedaan yang ada ditangani dengan adaptasi satu sama lainnya dan
pemecahan masalah daripada dengan konflik. Ketidaksetujuan diselesaikan
secara terbuka.
e) Kecocokan terhadap norma (adaptasi)
Kelenturan setiap anggota kelompok untuk menerima ide, pandangan, norma
dan kepercayaan anggota kelompok lain tanpa merasa integritasnya terganggu
f) Daya tarik pribadi
Minat dan ketertarikan individu yang berasal dari diri pribadi untuk tetap berada
dalam kelompok dan melakukan hal-hal yang sekiranya dapat membawa
dampak positif terhadap kelompoknya.
g) Persaingan antar kelompok
Persaingan antar kelompok dapat memotivasi anggota kelompok untuk
menjadikan kelompoknya menjadi kelompok terbaik diantara kelompok yang
lainnya
h) Pengakuan dan penghargaan
Pengakuan dan penghargaan cenderung membuat individu merasa dibutuhkan
karena kinerjanya di dalam kelompok dihargai dan dipandang penting.

4.3 Menurut Penulis yang Sama, Indriyo Gitusudarmo Dan Nyoman Sudita, Faktor-
Faktor yang Dapat Menurunkan Kepaduan/kohesivitas, antara Lain:
a. Ketidaksamaan tujuan
b. Besarnya anggota
c. Pengalaman yang tidak menyenangkan d. persaingan di dalam.
d. Dominan

5. EFEK KEPADUAN/ KOHESIVITAS PADA PRODUKTIVITAS KELOMPOK


Anggota kelompok yang tingkat kepaduannya tinggi biasanya akan meningkatkan
produktivitasnya, karena mereka menikmati kepuasan kerja, sehingga menurunkan tingkat
absensi, mampu mengurangi tingkat perpindahan karyawan.

10
Kelompok yang padu akan mempersepsikan dirinya sebagai bagian dari kelompok, dan
bahagia berada di dalamnya, dan bangga terhadap kelompoknya. Hasil studi membuktikan
hal tersebut.
Akibat pada tujuan kelompok terhadap produktivitas tergantung pada komitmen anggota
terhadap kelompok dan tujuan kelompok. Jika kohesivitas kelompok begitu kuat maka motif-
motif individu akan diganti oleh motif yang berorientasi pada kelompok. Selama norma
kelompok mendorong produktivitas yang tinggi maka kohesivitas dan produktivitas secara
positif berhubungan (makin kohesif suatu kelompok, makin besar produktivitas), tetapi jika
norma kelompok mendorong produktivitas yang rendah maka hubungannya negatif.
Kohesivitas kelompok menciptakan suasana kerja yang lebih sehat. Karena orang-orang
yang ada didalamnya lebih menaruh perhatian pada orang lain dengan berbagai cara yang
lebih positif serta seseorang akan lebih berpengalaman dalam mengurangi kegelisahan dan
ketegangan. Seseorang dalam kohesivitas kelompok akan lebih siap dalam menerima
tujuan, keputusan dan norma kelompok. Selanjutnya, penyesuaian terhadap tekanan akan
lebih banyak pada kohesivitas kelompok, sehingga penolakan individu pada tekanan
tersebut akan melemah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Steppen P. Robins-Timothy A Judge. 2008, Organizational Behavior 12th


edition.Pearson Education Icn Salemba Empat.

Ardana (dkk) 2009. Perilaku Keorganisaian, Edisi 2 Graha Ilmu, Yogyakarta

12

Anda mungkin juga menyukai