Paper Esp Iatmi Upn 2005
Paper Esp Iatmi Upn 2005
, Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X
ABSTRAK
Fluida berviskositas tinggi dalam industri perminyakan umumnya dijumpai dengan
rendahnya gravity minyak dan tingginya derajat API minyak, viskositas minyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain : temperatur, tekanan, dan water cut. Water cut yang mempunyai harga
sampai dengan 50% akan berpengaruh terhadap naiknnya viscositas minyak, sedang harga prosentase
water cut di atas 50% tidak begitu berpengaruh karena fluida sudah didominasi oleh air sehingga
fluida diasumsikan sama dengan air.
Viscositas mempunyai efek yang signifikan pada kelakuan pompa centrifugal. Brake horse
power dan head akan meningkat, sedang kapasitas serta efisiensi pompa menurun. Jika pompa benam
listrik digunakan untuk memproduksi fluida dengan viskositas tinggi, maka efek dari viskositas akan
mempengaruhi pemilihan peralatan pompa benam listrik.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengevaluasi adanya pengaruh viskositas dan
prosentase water cut terhadap perencanaan Electrical Submersible Pump di sumur-sumur kajian yang
memiliki viskositas tinggi sehingga diperoleh laju produksi yang optimum.
merupakan perbandingan antara laju produksi cut berbeda, yaitu : 20%, 40%, 60%, 80% dan
yang dihasilkan formasi produktif pada 90%.
drawdown yang merupakan beda tekanan
dasar sumur saat kondisi statis (P s) dan saat Metode Pudjo Sukarno membuat persamaan
terjadi aliran (Pwf). Secara matematis dapat sebagai berikut :
dituliskan dalam bentuk persamaan :
PI
q
……………………..…….
qo
q t ,max
Ao A1 Pwf
Pr A2 Pwf Pr 2
Ps Pwf
…..(1) ….(3)
................
Jarang fluida formasi satu fasa apabila tekanan (3-3)
reservoir di bawah tekanan bubble point dimana :
minyak, dimana gas semula larut akan An = konstanta persamaan (n = 0, 1 dan 2)
terbebaskan sehingga akan membuat fluida yang harganya berbeda untuk water cut
menjadi dua fasa. Menurut Muskat, bentuk yang berbeda. Hubungan antara
IPR pada kondisi tersebut melengkung, konstanta tersebut dengan water-cut
sehingga PI menjadi suatu perbandingan antara ditentukan pula dengan analisis regresi,
perubahan laju produksi dq dengan perubahan dan diperoleh persamaan berikut :
tekanan alir dasar sumur, dPwf.
An C 0 C1 WC C 2 WC
2
dq
PI ………………………….. ………………..(4)
dPwf
………..(2) Cn = konstanta untuk masing-masing harga
An ditunjukkan dalam Tabel II-1.
dimana :
PI = index produktivitas, BPD/psi Hubungan antara tekanan alir dasar sumur
Q = laju alir fluida produksi, B/D terhadap water-cut dapat dinyatakan sebagai
Ps = tekanan statik, psi Pwf/Pr terhadap WC/(WC @ Pwf
Pr), dimana
(WC @ Pwf Pr) telah ditentukan dengan
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi
analisis regresi dan menghasilkan persamaan
2.1.2. Inflow Performance Relationship
berikut :
(IPR)
permukaan melalui suatu poros motor (shaft) Head pompa benam listrik berkaitan dengan
yang memutar pompa, dan akan memutar spesific gravity fluida, dimana jika head
sudu-sudu (impeller) pompa. Perputaran sudu- diubah menjadi tekanan maka harus dikalikan
sudu itu menimbulkan gaya sentrifugal yang dengan spesific gravity fluida, sehingga dapat
digunakan untuk mendorong fluida ke dinyatakan sebagai berikut :
permukaan.
Tek. Operasi Pompa = (head/stage) x (gradien
2.2.1. Peralatan Pompa Benam Listrik tekanan fluida ) x
(jumlah stage)
Secara umum peralatan pompa benam listrik
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : Apabila gas dan cairan sedang dipompa,
1. Peralatan di atas permukaan, terdiri atas : kapasitas dan head per stage juga gradien
1. Wellhead tekanan fluida berubah sebagaimana tekanan
2. Junction Box fluida naik dari tekanan intake ke tekanan
3. Switchboard discharge. Dengan demikian persamaan di atas
4. Transformer dapat ditulis sebagai berikut :
2. Peralatan di bawah permukaan, terdiri atas :
1. PSI Unit (Pressure Sensing Instruments) d(P) = h(V) + Gf(V) + d(St)
2. Electric Motor ………(2-8)
3. Protector dimana :
4. Intake d(P) = perubahan tekanan yang dihasilkan
5. Pump Unit pompa
6. Electric Cable h = head per stage, ft/stage
7. Check Valve Gf (V) = gradien tekanan fluida, psi/ft
8. Bleeder Valve d(St) = perubahan jumlah stages
9. Centralizer
Lihat Gambar 1. Susunan Lengkap Peralatan Tanda kurung dalam persamaan (8) merupakan
Pompa Benam Listrik (ESP).9) fungsi dari kapasitas (V) dan dinyatakan dalam
persamaan :
2.3.1. Karakteristik Kinerja ESP
V = qsc x VF (aliran satu fasa)………..
Motor listrik berputar pada kecepatan relatif ……(9)
konstan, memutar pompa (impeller) melewati
poros (shaft) yang disambungkan dengan VF merupakan Volume Factor untuk berbagai
bagian protector. Power disalurkan ke tekanan dan temperatur, dan dinyatakan
peralatan bawah permukaan melalui kabel dengan menggunakan persamaan :
listrik konduktor yang di klem pada tubing.
Cairan memasuki pompa pada bagian intake VF = WC + (1 – WC) Bo + GIP [GLR –
dan dilepas ke tubing ketika pompa sedang (1 – WC) Rs] Bg ……..
beroperasi. ……………….(10)
Kelakukan pompa berada pada harga effisiensi Apabila tekanan alir dasar sumur (P wf) di atas
tertinggi apabila hanya cairan yang harga tekanan gelembung (bubble point - Pb),
terproduksi. Tingginya volume gas bebas kurva IPR digambarkan dalam persamaan
menyebabkan operasi pompa tidak effisien. linier :
Beberapa kinerja dari berbagai pompa Tetapi apabila tekanan alir dasar sumur (Pwf)
dihadirkan dalam bentuk katalog yang berada di bawah tekanan bubble point, untuk
diterbitkan oleh produsen. Kurva kinerja dari ini Pudjo Sukarno memberikan persamaan
suatu pompa benam listrik menampilkan untuk aliran tiga fasa seperti yang telah ditulis
hubungan antara : head capacity, rate capacity, dalam Persamaan (3).
horse power dan effisiensi pompa yang disebut
dengan “Pump Performance Curve”. Kapasitas Gradien tekanan fluida dalam berbagai tekanan
berkaitan dengan dengan volume, laju alir dan temperatur dinyatakn dalam persamaan :
cairan yang diproduksikan, termasuk juga gas
bebas atau gas yang terlarut dalam minyak.
Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta
Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A., Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X
dimana W adalah berat material pada kapasitas 2.3.2.2. Brake Horse Power
pada berbagai tekanan dan temperatur yang
sama dengan berat pada kondisi standart. Kurva kinerja pompa ditunjukkan dalam
Persamaannya dapat dinyatakan sebagai Gambar 2. yang menyatakan horse power per
berikut : stage didasarkan atas spesific gravity fluida
perhitungan. Dengan demikian horse power
q sc x fsc dapat dinyatakan dalam persamaan :
(V ) = ….……..…...
350 x V HP = (hp per stage) x SG f x (stage)
….(14) ……....(20)
dengan memasukkan Persamaan (15) ke dalam Total horse power (Hp) yang diperlukan dapat
Persamaan (8) akan menghasilkan persamaan : diperoleh dengan mengintegrasikan persamaan
di atas antara tekanan intake (P3) dan tekanan
350 V
discharge (P2) :
d (S t) =
dP
0.433 x qsc x fsc h (V )
P2
…….....(17) P 3 d ( HP ) =
1 P 2 hp (V )
Jumlah stage total dari pompa didapat dengan
0.433
P3 h (V ) dP ….…(23)
mengintegrasikan persamaan di atas antara
tekanan intake (P3) dan tekanan discharge
(P2) : atau
P2 1 P 2 hp (V )
P3 d ( St ) = HP = P3 dP
0.433 h (V )
350 P2 V
0.433 x qsc x fsc
P 3 h (V ) dP . ………...…(24)
(18) 2.3.2.3. Kurva Intake Pompa
Untuk keduanya diasumsikan bahwa pompa Untuk pemilihan unit pompa yang dipakai,
diletakkan didasar sumur dan yang tetap maka terlebih dahulu harus diketahui besarnya
adalah tekanan kepala sumur dan ukuran laju produksi yang diinginkan pada sumur
tubing. Untuk kasus kedua, dianggap bahwa tersebut.
semua gas dipompakan bersama-sama cairan.
Variabel yang terpengaruh adalah jumlah 2.4.1. Perkiraan Pump Setting Depth.
stages pompa. Selanjutnya peramalan kurva
intake untuk pompa benam listrik adalah untuk Suatu batasan umum untuk menentukan letak
kasus yang kedua. kedalaman pompa dalam suatu sumur adalah
bahwa pompa harus ditenggelamkan di dalam
A. Pompa Benam Listrik Memompa Cairan fluida sumur. Sebelum perhitungan perkiraan
Pump Setting Depth dilakukan, terlebih dahulu
Karena cairan memiliki sedikit sifat diketahui parameter yang menentukannya,
kompresibilitas, volume cairan produksi dapat yaitu : Static Fluid Level (SFL) dan Working
dikatakan konstan dan sama hingga permukaan Fluid Level (WFL) dimana untuk
(qsc). Dengan demikian head per stage akan menentukannya digunakan alat sonolog atau
konstan juga dan Persamaan (19) apabila dengan operasi wireline, apabila sumur
diintegrasikan akan berubah menjadi : tersebut tidak menggunakan packer. Jika
sumur menggunakan packer, maka penentuan
808.3141 SFL dan WFL dilakukan dengan pendekatan :
(P P )
St = h x 2 3 ……..
fsc
A. Static Fluid Level (SFL, ft)
……..(25)
Apabila sumur dalam keadaan mati (tidak
Atau harga tekanan intake (P3) dapat ditulis : diproduksikan), sehingga tidak ada aliran,
maka tekanan didepan perforasi sama dengan
fsc x h tekanan statik sumur (Ps). Sehingga ke dalam
P 3 = P2 - St …….
808.3141 permukaan fluida di annulus (SFL, ft) adalah :
…..…...(26)
Ps Pc
SFL Dmid perf , ft . …….
Sedangkan untuk Persamaan (21) apabila Gf Gf
diintegrasikan akan berubah menjadi : ….(29)
……………………………………………(35)
Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta
Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A., Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X
lubang sumur lebih dari satu fasa. Seperti yang 3. Pump Intake Pressure = Pwf -
telah dijelaskan dalam sub-bab sebelumnya, Perbedaan
untuk aliran tiga fasa, yaitu gas, minyak dan Tekanan
air, maka dalam pengembangan kelakuan
aliran tiga fasa dari formasi ke lubang sumur 3.1.4. Penentuan Parameter Koreksi
dapat menggunakan analisis regresi dari
Metode Pudjo Sukarno seperti yang telah 1. Menggunakan grafik viscositas of gas-free
dijelaskan sebelumnya. Prosedur crude oil at oil field temperature untuk
pembuatannya kurva IPR untuk aliran tiga fasa mencari gas bebas padak minyak berat
dengan menggunakan Metode Pudjo Sukarno berdasar pada oAPI dan temperaturnya
adalah sebagai berikut : dalam oF.
1. Mempersiapkan data-data penunjang 2. Menggunakan grafik prediction of solubility
meliputi : from saturation pressure dan crude oil
Tekanan Reservoir/Tekanan Statis gravity untuk menentukan gas in solution
Tekanan Alir Dasar Sumur pada PIP.
Laju Produksi Minyak dan Air 3. Menggunakan grafik viscosity of gas
Harga Water Cut (WC) berdasarkan saturated crude oil at temperatur &
data Uji Produksi (%) pressure untuk menentukan gas tersaturasi
2. Penentuan WC@Pwf ≈ Ps pada untuk viskositas (cp) dan gas in
3. Penentuan konstanta A0, A1 dan A2 solution pada PIP.
4. Penentuan Qt maksimum 4. Mengubah viscositas dari centipoise (cp) ke
5. Penentuan Laju Produksi Minyak (Qo) Saybolt Second Universal (SSU) dengan
6. Penentuan Laju Produksi Air (Qw) persamaan berikut :
Menghitung besarnya laju produksi air dari 2
0 .5
Cp Cp 158.4
harga Water Cut (WC) pada tekanan alir SSU 2.273
Sp.Gr .
Sp.Gr .
dasar sumur dengan persamaan :
WC 5. Menggunakan grafik efek emulsi pada
Qw xQo viskositas minyak untuk memperoleh harga
100 WC
7. Membuat tabulasi harga-harga Qw, Qo dan faktor koreksi sesuai % water cut.
Qt untuk berbagai harga Pwf pada Ps aktual . 6. Menentukan harga viskositas sesungguhnya
8. Membuat grafik hubugan antara Pwf sesuai harga faktor koreksi.
terhadap Qt, dimana Pwf mewakili sumbu Y SSUactual = SSU x Faktor Koreksi Water
dan Qt mewakili sumbu X. Cut
7. Menentukan harga faktor koreksi untuk
3.1.2. Penentuan Spesific Gravity Capacity Factor (Qvis), Head Factor (Hvis),
Fluida Campuran dan Horsepower Factor (bhpvis) dengan
asumsi O.D. Casing mulai 5.5 in serta
1. Water Phase Sp. Gr. = Water Cut x efisiensi pompa maksimal 60 %.
SGw
2. Oil Phase Sp. Gr. = Oil Cut x SGo 3.1.5. Penentuan Total Dynamic Head
3. Sp. Gr. Fluida Campuran = Water Phase (TDH)
Sp. Gr. +
Oil Phase Sp. 1. Menentukan Fluid Over Pump (FOP).
PIP ( psi )
Gr. Fluid Over Pump (FOP)= SGf
4. Gradient Fluida (SGf) = Specific
Grafity Fluida 2. Menentukan Vertical Lift (HD).
Campuran x Vertical Lift (HD) = PSD (TVD) -
0.433 psi/ft FOP
Vertical Lift Terkoreksi =Vertical Lift
3.1.3. Penentuan Pump Intake Pressure (HD) / Hvis
(PIP) 3. Menentukan Tubing Friction Loss (HF).
Untuk mencari Friction Loss Per 1000 Ft
1. Perbedaan Kedalaman = Mid Perforasi – @ SSU digunakan grafik pada Gambar
Pump sesuai ukuran O.D. Tubing.
Setting Depth Tubing Friction Loss (HF) = Friction Loss
(TVD) @SSU
2. Perbedaan Tekanan = Perbedaan x PSD (MD)
Kedalaman x 4. Menentukan Tubing Head (HT).
SGf
Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta
Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A., Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X
1608.96 BFPD. Untuk mengantisipasi naiknya viskositas menjadi 2258.12 SSU, maka sumur
water cut sampai 50 % yang menyebabkan BS-3 diusulkan untuk menambah jumlah stage
naiknya viskositas menjadi 2225.43 SSU, dari 124 stages menjadi 160 stages guna
maka sumur BC-1 diusulkan untuk menambah memproduksikan fluida sebesar 335.5 BFPD,
jumlah stage dari 125 stages menjadi 242 dengan kapasitas produksi pompa sebenarnya
stages untuk memproduksikan fluida yang sebesar 532.54 BFPD dimana pompa pada
sama, yaitu sebesar 1329 BFPD dengan viskositas 2258.12 SSU memiliki harga
besarnya kapasitas produksi pompa sebenarnya koreksi untuk laju alir (Capacity Factor (Qvis))
adalah 2109.52 BFPD, dimana pompa pada sebesar 0.630, Head terkoreksi (Head Factor
viskositas 2225.43 SSU memiliki harga (Hvis)) sebesar 0.675 serta brake horse power
koreksi untuk laju alir (Capacity Factor (Qvis)) terkoreksi (Brake Horsepower Factor (bhpvis))
sebesar 0.630, head terkoreksi (Head Factor sebesar 1.3.
(Hvis)) sebesar 0.675 serta brake horse power
terkoreksi (Brake Horsepower Factor (bhpvis)) Hal di atas memberikan deskripsi bahwa
sebesar 1.3. viskositas akan naik dengan naiknya
persentase water cut, dimana bertambahnya
Sumur BC-2 pada lapangan X menggunakan nilai viskositas akan berpengaruh terhadap
pompa REDA DN 440 / 124 stages pada kapasitas laju alir, pada sumur BC-1 dengan
kedalaman (Pump Setting Depth) MD 2344 ft pompa DN 1750 / 242 stages mempunyai
dengan API Gravity 15 oAPI pada temperatur kapasitas laju alir pompa sebesar 2109.52
reservoir 148.8 oF, water cut 5 % dan BFPD pada viskositas 2225.43 SSU, dan
viskositas sebesar 398.32 SSU serta kapasitas laju alir di permukaan sebesar 1329
menghasilkan laju produksi 190 BFPD @ Pwf BFPD, sumur BC-2 dengan pompa DN 1750 /
1006 psi dengan kapasitas produksi pompa 162 stages memiliki kapasitas laju alir sebesar
sebenarnya sebesar 215.66 BFPD. Untuk 1684.13 BFPD pada viskositas 2323.51 SSU
sumur BC-2 ini laju produksinya dinaikkan dengan laju air fluida di permukaan sebesar
menjadi 1061 BFPD @ Pwf 500 psi dan guna 1061 BFPD, sumur BS-3 dengan pompa DN
mengantisipasi naiknya water cut sampai 50 % 440 / 160 stages memiliki laju alir sebesar
yang menyebabkan naiknya viskositas menjadi 532.54 BFPD pada viskositas 2258.12 SSU
2323.51 SSU, maka sumur BC-2 diusulkan dengan laju alir fluida di permukaan sebesar
mengganti pompa dari DN 440 menjadi DN 335.5 BFPD. Pengaruh viskositas akan
1750 sebab laju produksi yang diinginkan mengurangi kapasitas laju alir pompa, hal ini
(1061 BFPD) tidak berada dalam range disebabkan karena meningkatnya friction loss.
kapasitas pompa DN 440 melainkan masuk Naiknya friction loss yang disebabkan oleh
dalam range kapasitas pompa DN 1750, untuk naiknya viskositas yang dipengaruhi oleh
memproduksi fluida sebesar 1061 BFPD persentase water cut menyebabkan naiknya
viskositas 2323.51 SSU diperlukan jumlah brake horse power yang dibutuhkan pompa
stage sebesar 162 stages dengan kapasitas sebagaimana tertera dalam Tabel III.
produksi pompa sesungguhnya sebesar
1684.13 BFPD, dimana pompa pada viskositas Naiknya viskositas memberikan efek pada
2323.51 SSU memiliki harga koreksi untuk kelakuan pompa (pump performance) dimana
laju alir (Capacity Factor (Qvis)) sebesar 0.630, brake horsepower pompa yang dibutuhkan
head terkoreksi (Head Factor (Hvis)) sebesar meningkat, diperlukannya kapasitas produksi
0.675 serta brake horse power terkoreksi pompa yang lebih besar, penambahan jumlah
(Brake Horsepower Factor (bhpvis)) sebesar stage. Semua ini karena dipengaruhi adanya
1.3. faktor koreksi untuk masing-masing parameter
pompa : capacity factor yang akan menjadikan
Sumur BS-3 pada lapangan X menggunakan kapsitas produksi pompa terkoreksi dan dalam
pompa REDA DN 440 / 124 stages pada perhitungannya (Lampiran D) menjadikan Q
kedalaman (Pump Setting Depth) MD 1829 ft lebih besar, head factor yang akan menaikkan
dengan API Gravity 15 oAPI pada temperatur jumlah stage yang dibutuhkan dan brake
reservoir 141 oF, water cut 30 % dan viskositas horsepower factor yang akan menaikan
sebesar 967.76 SSU serta menghasilakan laju besarnya tenaga (horse power) yang
produksi 202 BFPD @ Pwf 738 psi dengan diperlukan pompa guna mendorong fluida ke
kapasitas produksi pompa sebenarnya sebesar atas.
260.65 BFPD. Sumur BS-3 akan dinaikan
produksinya menjadi 335.5 BFPD @ Pwf 600 5. KESIMPULAN
psi, dan untuk mengantisipasi naiknya water
cut sampai 50 % yang menyebabkan naiknya
Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta
Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A., Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X
P3.j = sembarang tekanan intake di bawah yang telah memberikan dukungan dan
Pb. tambahan pengetahuan dalam mempelajari dan
Qg = laju produksi gas, SCF/D menyusun karya ilmiah ini.
Qo = laju produksi minyak, STB/D.
Qw = laju produksi air, STB/D DAFTAR PUSTAKA
Qz = laju kritis kepasiran, STB/D
qsc = laju produksi pada kondisi standart, 1. Beggs, H. D., “Production Optimization
STB/D. Using Nodal Analysis”, Oil and Gas
Rs = kelarutan gas dalam minyak, Consultant International Inc., Tulsa,
SCF/STB. Oklahoma, 1991.
SFL = Static Fluid Level, feet. 2. Brown, E., Kermit, “The Technology of
SGf = Spesific Gravity fluida. Artificial Lift Method”, Volume 1 Division
SGg = Spesific Gravity gas. of PennWell Publishing Co., Tulsa,
SGo = Oil Spesific Gravity. Oklahoma, 1984.
SGw = Water Spesific Gravity. 3. Brown, E., Kermit, “The Technology of
Stg = stage (Tingkat) Artificial Lift Method”, Volume 2B
T = ukuran Transformer, KVA. Division of PennWell Publishing Co.,
TDH = Total Dynamic Head, feet. Tulsa, Oklahoma, 1984.
TVD = True Vertical Depth, feet 4. Brown, E., Kermit, “The Technology of
V = kecepatan aliran dalam pipa, ft/dt. Artificial Lift Method”, Volume 4,
Vc = correction voltage, volt. Division of PennWell Publishing Co.,
VF = volume Factor, Res. Bbl/STB. Tulsa, Oklahoma, 1984.
Vm = motor Voltage, volt. 5. Harjana, “Perencanaan Titik Kerja Pompa
Vs = surface voltage, volt. ESP Untuk Kapasitas Produksi Optimum”,
VSL = kecepatan superficial cairan, ft/dt. Proposal Tugas Akhir, Jurusan Teknik
VSg = kecepatan superficial gas, ft/dt. Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral,
Vm = kecepatan superficial fluida UPN “Veteran” Yogyakarta, 1997.
campuran, 6. Idham Rahman, “Evaluasi dan
ft/dt. Perencanaan Ulang Pompa ESP
Vt = volume total fluida, B/D. Terpasang Pada Sumur-sumur Kajian di
W = berat material, lb. Lapangan Sundari dan Yvonne YPF-
WC = water-cut, %. Maxus SES.”, Tugas Akhir, Jurusan Teknik
WFL = Working Fluid Level, feet. Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral,
Z = faktor deviasi Gas. UPN “Veteran” Yogyakarta, 2000.
µg = viskositas gas, cp. 7. Imam W. Sujanmo, “Electrical
µo = viskositas minyak, cp. Submersible Pumping”, Rangkuman
µw = viskositas air, cp. Tentang Teori ESP, Pabelokan, 1995.
ρg = densitas gas, lbm/cuft. 8. Pudjo Sukarno, “Production Optimization
ρo = densitas minyak, lbm/cuft. With Nodal System Analysis”, PT. Indrillco
ρw = densitas minyak, lbm/cuft. Sakti, Jakarta, 1990.
ρtp = densitas fluida 2 fasa, lbm/cuft. 9. ………………., “Oil Dynamics
ρsc = densitas fluida pada kondisi standart, Incorporated Catalog”, Oil Dynamics
lbm/cuft Inc., Tulsa, Oklahoma, 1996.
τf (V) = densitas fluida pada kondisi standart, 10. ………………., “Quality Submergible
ppb. Pumps For The Petroleum Industry “,
τosc = densitas minyak pada kondisi Reda For The Long Run, Reda Pump
standart, ppb. Company, A Division of TRW Inc.,
τwsc = densitas air pada kondisi standart, Bartlesville, Oklahoma, 1996.
ppb. 11. ………………., “Data-data Sumur-sumur
λL = No-Slip Liquid Hold-up. di Lapangan Atti dan South Zelda”, File
H(θ) = Liquid Hold-up @ Elevasi (90o – θo) Room, Repsol YPF-Maxus SES, Jakarta,
2001.
UCAPAN TERIMA KASIH
Gambar 3.
Kurva Kelakuan Pompa Benam Listrik.10)
Viscosity, SSU
2500 y = 299.13e0.0381x
2000
R2 = 0.9903
1500
Gambar 1. 1000
Gambar 3A.
Kurva Pengaruh Peningkatan Persentase
Water Cut Terhadap Viskositas Untuk Sumur
BC-1
PENGARUHPENGARUH
PENINGKATANVISKOSITAS TERHADAP
PERSENTASE
KAPASITAS
WATER CUT TERHADAPPRODUKSI POM
VISKOSITAS PA SUM UR BC-
SUMUR
2 @ 1049.42
BC-2 @ 1049.42 BFPD BFPD
2500 y = 323.59e0.0377x
Viscositas,
1800
R2 = 0.9924
Q, bfpd
2000
y = 401.02x 0.1806
SSU
1500 1600
1000 1400 R2 = 0.9774
500 1200
0 1000
0 10 0 20 500 30 100040 150050 2000
60 2500 3000
Water Viscos
Cut, % itas, SSU
Gambar 3B.
Kurva Pengaruh Peningkatan Persentase
Gambar 2. Water Cut Terhadap Viskositas Untuk Sumur
Kurva Kelakuan Pompa Benam Listrik.10) BC-2
2500
y = 311.18e0.0378x
2000
R2 = 0.9906
1500
1000
500
Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta 0
0 10 20 30 40 50 60
Water Cut, %
Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A., Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X
Gambar 3C.
Kurva Pengaruh Peningkatan Persentase
Water Cut Terhadap Viskositas Untuk Sumur
BS-3
2500
y = 506.42x 0.1817
Q, bfpd
2000
R2 = 0.9786
1500
1000
0 500 1000 1500 2000 2500
Viscosity, SSU
PENGARUH VISKOSITAS TERHADAP JUMLAH STAGE
SUMUR BC-1 @ 1329 BFPD
150
100
50
0 500 1000 1500 2000 2500
Viscosity, SSU
Gambar 4B.
Kurva Pengaruh Viskositas Terhadap Kapasitas
Produksi Pompa Sumur BC-2 Gambar 5B.
Kurva Pengaruh Viskositas Terhadap
500 100
R2 = 0.977
400
50
300
0 500 1000 1500 2000 2500 0
0 500 1000 1500 2000 2500
Viscositas, SSU
Viscositas, SSU
Gambar 5A.
Kurva Pengaruh Viskositas Terhadap
Jumlah Stage Sumur BC-1
Gambar 5C.
PENGARUH VISKOSITAS TERHADAP JUMLAH STAGE
SUMUR BC-2 @ 1049.42 BFPD Kurva Pengaruh
PENGARUH Viskositas
VISKOSITAS Terhadap
TERHADAP BRAKE HORSE
Jumlah
POWERStage Sumur
SUMUR BS-3
BC-1 @ 1329 BFPD
170
150 y = 17.894x 0.2781 120
Jumlah Stage
110
Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta
90 60
70 40
50 20
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 0
Viscositas, SSU 0 500 1000 1500 2000 2500
Viscositas, SSU
Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A., Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X
Gambar 7A.
Kurva Pengaruh Viskositas Terhadap
TDH Sumur BC-1
Gambar 6A.
Kurva Pengaruh Viskositas Terhadap Brake PENGARUH VISKOSITAS TERHADAP TDH SUMUR BC-2 @
Horsepower Sumur BC-1 1049.42 BFPD
y = 679.87x 0.1986
PENGARUH VISKOSITAS TERHADAP BRAKE HORSE R2 = 0.9844
POWER SUMUR BC-2 @ 1049.42 BFPD 3500
3000
TDH, Ft
90
2500
80 y = 5.084x 0.3473
2
70 R = 0.9893 2000
BHP, HP
60
50 1500
40 0 500 1000 1500 2000 2500
30
Viscositas, SSU
20
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Viscositas, SSU
Gambar 7B.
Kurva Pengaruh Viskositas Terhadap
TDH Sumur BC-2
Gambar 6B.
Kurva Pengaruh Viskositas Terhadap Brake
Horsepower Sumur BC-2 PENGARUH VISKOSITAS TERHADAP TDH SUMUR BS-3 @
335.3 BFPD
PENGARUH VISKOSITAS TERHADAP BRAKE HORSE y = 484.93x 0.1809
POWER SUMUR BS-3 @ 335.3 BFPD R2 = 0.9866
2500
2000
30
1500
TDH, Ft
25
y = 0.4922x 0.4995
20 1000
R2 = 0.9614
BHP, HP
15 500
10 0
5 0 500 1000 1500 2000 2500
0 Viscositas, SSU
0 500 1000 1500 2000 2500
Viscositas, SSU
Gambar 7C.
Kurva Pengaruh Viskositas Terhadap
Gambar 6C. TDH Sumur BS-3
Kurva Pengaruh Viskositas Terhadap Brake
Horsepower Sumur BS-3 Tabel I.
Konstanta Cn Untuk Masing-Masing An.8)
PENGARUH VISKOSITAS TERHADAP TDH SUMUR BC-1 @
1329 BFPD An C0 C1 (10-2) C2(10-4)
y = 497.2x0.2516
A0 0.980321 1,15661 0.179050
R 2 = 0.9821
4500
A1 0.414360 0.392799 0.237075
Teknik
3500 Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta
TDH, Ft
2500
1500
0 500 1000 1500 2000 2500
Viscosity, SSU
Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A., Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X
Tabel. III Hasil Perhitungan Efek Water Cut dalam Menentukan Tipe dan Jumlah Stage Pompa dari
Sumur Kajian
Tabel IV. Analisa Pengaruh Viskositas dan Persentase Water Cut Terhadap Pompa Benam Listrik di
Sumur BC-1.
0 10 20 30 40 50
Viskositas, SSU 308.583 447.446 617.167 925.75 1234.33 2225.43 Naiknya viskositas berpengaruh pada
Qvis, bfpd 1465.27 1534.64 1608.96 1723.74 1813.1 2109.52 parameter pemilihan pompa dimana
TDH, ft 2157.34 2301.79 2478.17 2721.63 2901.21 3574.78 TDH dan Qvis (Q terkoreksi) juga akan
Tipe Pompa DN 1750 DN 1750 DN 1750 DN 1750 DN 1750 DN 1750 naik, begitu juga dengan parameter
Jumlah Stage 99.4166 108.575 119.143 140.29 157.675 241.539 pompa lainnya untuk laju produksi,
Horse Power, HP 41.775 48.6041 54.9055 66.4238 76.5579 112.178 Pump Setting Depth, tipe pompa tetap.
Naiknya Water Cut akan menaikkan
viskositas.
Sumur BC-1 diusulkan untuk
menambah jumlah stage dari 125
menjadi 242 untuk mengantisipasi
naiknya Water Cut sampai 50%.
Tabel V. Analisa Pengaruh Viskositas dan Persentase Water Cut Terhadap Pompa Benam Listrik di
Sumur BC-2.
0 10 20 30 40 50
Viskositas, SSU 331.93 481.299 663.86 995.79 1327.72 2323.51 Naiknya viskositas berpengaruh pada
Qvis, bfpd 1177.58 1239.49 1303.44 1369.03 1475.66 1684.13 parameter pemilihan pompa dimana
TDH, ft 2193.95 2318.4 2440.64 2636.31 2791.91 3245.61 TDH dan Qvis (Q terkoreksi) juga akan
Tipe Pompa DN 1750 DN 1750 DN 1750 DN 1750 DN 1750 DN 1750 naik, begitu juga dengan parameter
Jumlah Stage 93.3595 99.9309 106.578 117.169 128.659 162.281 pompa lainnya untuk laju produksi,
Horse Power, HP 39.2253 43.4697 47.751 54.1802 60.9605 77.5214 Pump Setting Depth, tipe pompa tetap.
Naiknya Water Cut akan menaikkan
viskositas.
Sumur BC-2 diusulkan untuk
mengganti pompa dari DN 440 ke DN
1750 / 162 stage guna mengantisipasi
naiknya Water Cut hingga 50%.
Tabel VI. Analisa Pengaruh Viskositas dan Persentase Water Cut Terhadap Pompa Benam Listrik di
Sumur BS-3.
0 10 20 30 40 50
Viskositas, SSU 322.588 467.753 617.167 967.764 1290.35 2258.12 Naiknya viskositas berpengaruh pada
Qvis, bfpd 371.539 390.57 406.174 434.023 462.121 532.54 parameter pemilihan pompa dimana TDH dan
TDH, ft 1404.18 1475.65 1535 1657.01 1772.99 1990.41 Qvis (Q terkoreksi) juga akan naik, begitu juga
Tipe Pompa DN 440 DN 440 DN 440 DN 440 DN 440 DN 440 dengan parameter pompa lainnya untuk laju
Jumlah Stage 63.8264 70.2691 74.878 87.2112 104.293 160.517 produksi, Pump Setting Depth, tipe pompa
Horse Power, HP 9.44047 10.7644 11.6939 13.9207 16.9174 25.5597 tetap.
Naiknya Water Cut akan menaikkan
viskositas.
Sumur BS-3 diusulkan untuk menambah
jumlah stage dari 125 stage menjadi 160
stage untuk mengantisipasi naiknya Water
Cut sampai 50%.