Anda di halaman 1dari 18

Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A.

, Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X

Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan


Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X

Imam S., Jhoni A., Kusno K., Wijang S.I.


Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta

ABSTRAK
Fluida berviskositas tinggi dalam industri perminyakan umumnya dijumpai dengan
rendahnya gravity minyak dan tingginya derajat API minyak, viskositas minyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain : temperatur, tekanan, dan water cut. Water cut yang mempunyai harga
sampai dengan 50% akan berpengaruh terhadap naiknnya viscositas minyak, sedang harga prosentase
water cut di atas 50% tidak begitu berpengaruh karena fluida sudah didominasi oleh air sehingga
fluida diasumsikan sama dengan air.
Viscositas mempunyai efek yang signifikan pada kelakuan pompa centrifugal. Brake horse
power dan head akan meningkat, sedang kapasitas serta efisiensi pompa menurun. Jika pompa benam
listrik digunakan untuk memproduksi fluida dengan viskositas tinggi, maka efek dari viskositas akan
mempengaruhi pemilihan peralatan pompa benam listrik.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengevaluasi adanya pengaruh viskositas dan
prosentase water cut terhadap perencanaan Electrical Submersible Pump di sumur-sumur kajian yang
memiliki viskositas tinggi sehingga diperoleh laju produksi yang optimum.

1. PENDAHULUAN Adapun perencanaan ulang terhadap pompa


benam listrik pada lapangan X adalah
Teknik pengangkatan fluida reservoir ke berdasarkan pengaruh viskositas dan
permukaan dapat dilakukan dengan dua cara, persentase water cut dengan berdasarkan
yaitu dengan metode sembur alam (natural perhitungan dari API Recommended Practice
flow), dan metode pengangkatan buatan 11U (RP 11U).
(artificial lift). Metode pengangkatan buatan
(artificial lift) diterapkan apabila tekanan II. STUDI PUSTAKA
reservoir sudah tidak mampu lagi mengangkat
fluida reservoir ke permukaan sehingga 2.1. Produktivitas Formasi
diperlukan bantuan tenaga dari permukaan.
Produktivitas formasi adalah kemampuan
Metode pengangkatan buatan (artificial lift) suatu formasi untuk memproduksikan fluida
yang diterapkan pada sumur-sumur di yang dikandungnya pada kondisi tekanan
lapangan X adalah dengan menggunakan tertentu. Pada umumnya sumur-sumur yang
pompa benam listrik (Electrical Submersible baru diketemukan mempunyai tenaga
Pump - ESP). Pengoperasiannya pompa pendorong alamiah yang mampu mengalirkan
terendam dalam fluida sumur pada kedalaman fluida hidrokarbon dari reservoir ke
(Pump Setting Depth – PSD) yang telah permukaan dengan tenaganya sendiri.
ditentukan. Unit pompa ini merupakan pompa Akan tetapi dengan berjalannya waktu
bertingkat banyak (multistage) yang terdiri produksi, kemampuan dari formasi untuk
atas impeller, diffuser, housing atau rumah mengalirkan fluida tersebut akan mengalami
pompa, serta shaft atau poros. Selain itu penurunan yang besarnya sangat tergantung
susunan pompa dilengkapi dengan motor, pada penurunan tekanan reservoir.
protektor, gas separator dan lain-lain.
Parameter yang menyatakan produktivitas
Pompa benam listrik ini dirancang untuk formasi adalah Index Produktivitas (PI) dan
mengangkat fluida reservoir ke permukaan Inflow Performance Relationship (IPR).
dengan laju alir fluida (Q L) yang diharapkan
selama periode tertentu. Apabila dalam suatu 2.1.1. Index Produktivitas
periode tertentu laju produksi yang didapat
tidak seperti yang diharapkan atau pompa Index Produktivitas (PI) merupakan index
mengalami masalah (Down Hole Problem – yang digunakan untuk menyatakan
DHP), maka dapat dilakukan perencanaan kemampuan suatu formasi untuk berproduksi
ulang terhadap pompa benam listrik tersebut. pada suatu beda tekanan tertentu atau
Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta
Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A., Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X

merupakan perbandingan antara laju produksi cut berbeda, yaitu : 20%, 40%, 60%, 80% dan
yang dihasilkan formasi produktif pada 90%.
drawdown yang merupakan beda tekanan
dasar sumur saat kondisi statis (P s) dan saat Metode Pudjo Sukarno membuat persamaan
terjadi aliran (Pwf). Secara matematis dapat sebagai berikut :
dituliskan dalam bentuk persamaan :

PI 
q
……………………..…….
qo
q t ,max

 Ao  A1 Pwf 
Pr  A2 Pwf  Pr 2
Ps  Pwf

…..(1) ….(3)
................
Jarang fluida formasi satu fasa apabila tekanan (3-3)
reservoir di bawah tekanan bubble point dimana :
minyak, dimana gas semula larut akan An = konstanta persamaan (n = 0, 1 dan 2)
terbebaskan sehingga akan membuat fluida yang harganya berbeda untuk water cut
menjadi dua fasa. Menurut Muskat, bentuk yang berbeda. Hubungan antara
IPR pada kondisi tersebut melengkung, konstanta tersebut dengan water-cut
sehingga PI menjadi suatu perbandingan antara ditentukan pula dengan analisis regresi,
perubahan laju produksi dq dengan perubahan dan diperoleh persamaan berikut :
tekanan alir dasar sumur, dPwf.
An  C 0  C1  WC   C 2  WC 
2

dq
PI  ………………………….. ………………..(4)
dPwf
………..(2) Cn = konstanta untuk masing-masing harga
An ditunjukkan dalam Tabel II-1.
dimana :
PI = index produktivitas, BPD/psi Hubungan antara tekanan alir dasar sumur
Q = laju alir fluida produksi, B/D terhadap water-cut dapat dinyatakan sebagai
Ps = tekanan statik, psi Pwf/Pr terhadap WC/(WC @ Pwf 
Pr), dimana
(WC @ Pwf  Pr) telah ditentukan dengan
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi
analisis regresi dan menghasilkan persamaan
2.1.2. Inflow Performance Relationship
berikut :
(IPR)

Harga Index Produktivitas (PI) dari Persamaan


WC
WC @ Pwf  Pr

 P1  Exp P2 Pwf / Pr 
(2-1) dapat dinyatakan dalam grafik berbentuk
kurva IPR, berupa garis linier. Jarang fluida ……..(5)
berada dalam kondisi satu fasa, selanjutnya
untuk membuat kurva IPR dimana fluida yang dimana harga P1 dan P2 tergantung dari harga
mengalir dalam tiga fasa, yaitu minyak, air water-cut. Analisis regresi tersebut
dan gas, maka dapat menggunakan Metode menghasilkan persamaan sebagai berikut :
Pudjo Sukarno. Asumsi yang digunakan
metode ini adalah : P1  1.606207  0.130447  Ln (WC ) ……
1. Faktor skin sama dengan nol …......(6)
2. Minyak, air dan gas berada pada satu
lapisan dan mengalir bersama-sama P2  0.517792  0.110604  Ln (WC ) …
secara radial.
….….(7)
Untuk menyatakan kadar air dalam laju
produksi total digunakan parameter “water-cut dimana water cut dinyatakan dalam persen (%)
(WC)”, yaitu perbandingan laju produksi air dan merupakan data uji produksi.
dengan laju produksi total. Harga water cut
dinyatakan dalam persen (%). Dalam 2.2. Electrical Submersible Pump – ESP
perkembangan kinerja aliran tiga fasa dari
formasi produktif ke lubang sumur telah Pompa benam listrik dibuat atas dasar pompa
digunakan 7 kelompok data hipotesis reservoir sentrifugal bertingkat banyak dimana
untuk masing-masing kelompok dilakukan keseluruhan dari pompa dan motornya
perhitungan kurva IPR untuk lima harga water ditenggelamkan ke dalam cairan. Pompa ini
digerakkan dengan motor listrik di bawah
Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta
Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A., Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X

permukaan melalui suatu poros motor (shaft) Head pompa benam listrik berkaitan dengan
yang memutar pompa, dan akan memutar spesific gravity fluida, dimana jika head
sudu-sudu (impeller) pompa. Perputaran sudu- diubah menjadi tekanan maka harus dikalikan
sudu itu menimbulkan gaya sentrifugal yang dengan spesific gravity fluida, sehingga dapat
digunakan untuk mendorong fluida ke dinyatakan sebagai berikut :
permukaan.
Tek. Operasi Pompa = (head/stage) x (gradien
2.2.1. Peralatan Pompa Benam Listrik tekanan fluida ) x
(jumlah stage)
Secara umum peralatan pompa benam listrik
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : Apabila gas dan cairan sedang dipompa,
1. Peralatan di atas permukaan, terdiri atas : kapasitas dan head per stage juga gradien
1. Wellhead tekanan fluida berubah sebagaimana tekanan
2. Junction Box fluida naik dari tekanan intake ke tekanan
3. Switchboard discharge. Dengan demikian persamaan di atas
4. Transformer dapat ditulis sebagai berikut :
2. Peralatan di bawah permukaan, terdiri atas :
1. PSI Unit (Pressure Sensing Instruments) d(P) = h(V) + Gf(V) + d(St)
2. Electric Motor ………(2-8)
3. Protector dimana :
4. Intake d(P) = perubahan tekanan yang dihasilkan
5. Pump Unit pompa
6. Electric Cable h = head per stage, ft/stage
7. Check Valve Gf (V) = gradien tekanan fluida, psi/ft
8. Bleeder Valve d(St) = perubahan jumlah stages
9. Centralizer
Lihat Gambar 1. Susunan Lengkap Peralatan Tanda kurung dalam persamaan (8) merupakan
Pompa Benam Listrik (ESP).9) fungsi dari kapasitas (V) dan dinyatakan dalam
persamaan :
2.3.1. Karakteristik Kinerja ESP
V = qsc x VF (aliran satu fasa)………..
Motor listrik berputar pada kecepatan relatif ……(9)
konstan, memutar pompa (impeller) melewati
poros (shaft) yang disambungkan dengan VF merupakan Volume Factor untuk berbagai
bagian protector. Power disalurkan ke tekanan dan temperatur, dan dinyatakan
peralatan bawah permukaan melalui kabel dengan menggunakan persamaan :
listrik konduktor yang di klem pada tubing.
Cairan memasuki pompa pada bagian intake VF = WC + (1 – WC) Bo + GIP [GLR –
dan dilepas ke tubing ketika pompa sedang (1 – WC) Rs] Bg ……..
beroperasi. ……………….(10)

Kelakukan pompa berada pada harga effisiensi Apabila tekanan alir dasar sumur (P wf) di atas
tertinggi apabila hanya cairan yang harga tekanan gelembung (bubble point - Pb),
terproduksi. Tingginya volume gas bebas kurva IPR digambarkan dalam persamaan
menyebabkan operasi pompa tidak effisien. linier :

2.3.2.1. Kurva Kelakuan Pompa Benam qsc = PI ( Pr - Pwf) ……..…….


Listrik (Pump Performance Curve). …….(11)

Beberapa kinerja dari berbagai pompa Tetapi apabila tekanan alir dasar sumur (Pwf)
dihadirkan dalam bentuk katalog yang berada di bawah tekanan bubble point, untuk
diterbitkan oleh produsen. Kurva kinerja dari ini Pudjo Sukarno memberikan persamaan
suatu pompa benam listrik menampilkan untuk aliran tiga fasa seperti yang telah ditulis
hubungan antara : head capacity, rate capacity, dalam Persamaan (3).
horse power dan effisiensi pompa yang disebut
dengan “Pump Performance Curve”. Kapasitas Gradien tekanan fluida dalam berbagai tekanan
berkaitan dengan dengan volume, laju alir dan temperatur dinyatakn dalam persamaan :
cairan yang diproduksikan, termasuk juga gas
bebas atau gas yang terlarut dalam minyak.
Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta
Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A., Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X

Gf (V) = 0.433 x  (V ) …..  808.3141  P 2 V


St = 
 qsc x fsc 
 P3 h (V ) dP
……….….(12)  
 (V ) ..= W / 350….……………. …………..(19)
……....(13)

dimana W adalah berat material pada kapasitas 2.3.2.2. Brake Horse Power
pada berbagai tekanan dan temperatur yang
sama dengan berat pada kondisi standart. Kurva kinerja pompa ditunjukkan dalam
Persamaannya dapat dinyatakan sebagai Gambar 2. yang menyatakan horse power per
berikut : stage didasarkan atas spesific gravity fluida
perhitungan. Dengan demikian horse power
q sc x  fsc dapat dinyatakan dalam persamaan :
 (V ) = ….……..…...
350 x V HP = (hp per stage) x SG f x (stage)
….(14) ……....(20)

Dengan mensubstitusikan Persamaan (14) ke Karena parameter-parameter tersebut


dalam Persamaan (12), maka didapatkan dipengaruhi oleh kapasitas (V) yang berubah
persamaan sebagai berikut : antara intake dan tekanan discharge sehingga
persamaan di atas berubah menjadi sebagai
 0.433  q sc x  fsc berikut :
Gf =   ……..
 350  V
….…(15) d(HP) = hp(V) x f (V ) x d (St)
…….(21)
 fsc adalah berat 1 bbl cairan ditambah gas
yang terpompakan (per 1 bbl cairan) pada Dengan mensubstitusikan Persamaan (13) dan
kondisi standart. Persamaan (17) ke dalam persamaan di atas,
maka dapat diperoleh persamaan :
 fsc = (350 (WC)  wsc ) + [350 (1 – WC)  osc ]
 1  hp (V )
+ d(HP) = 
 0.433 
 h (V ) dP
(GIP)(GLR)  gsc …………..…..  
………(16) ………....(22)

dengan memasukkan Persamaan (15) ke dalam Total horse power (Hp) yang diperlukan dapat
Persamaan (8) akan menghasilkan persamaan : diperoleh dengan mengintegrasikan persamaan
di atas antara tekanan intake (P3) dan tekanan
 350  V
discharge (P2) :
d (S t) =  
 dP
 0.433 x qsc x fsc  h (V )
P2
…….....(17) P 3 d ( HP ) =
 1  P 2 hp (V )
Jumlah stage total dari pompa didapat dengan 
 0.433 
 P3 h (V ) dP ….…(23)
mengintegrasikan persamaan di atas antara  
tekanan intake (P3) dan tekanan discharge
(P2) : atau

P2  1  P 2 hp (V )
P3 d ( St ) = HP =   P3 dP
 0.433  h (V )
 350  P2 V

 0.433 x qsc x fsc 
 P 3 h (V ) dP . ………...…(24)
 
(18) 2.3.2.3. Kurva Intake Pompa

atau Peramalan kurva intake pompa benam listrik


dipertimbangkan untuk dua hal, yaitu :
 Memompa cairan
 Memompa cairan dan gas

Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta


Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A., Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X

Untuk keduanya diasumsikan bahwa pompa Untuk pemilihan unit pompa yang dipakai,
diletakkan didasar sumur dan yang tetap maka terlebih dahulu harus diketahui besarnya
adalah tekanan kepala sumur dan ukuran laju produksi yang diinginkan pada sumur
tubing. Untuk kasus kedua, dianggap bahwa tersebut.
semua gas dipompakan bersama-sama cairan.
Variabel yang terpengaruh adalah jumlah 2.4.1. Perkiraan Pump Setting Depth.
stages pompa. Selanjutnya peramalan kurva
intake untuk pompa benam listrik adalah untuk Suatu batasan umum untuk menentukan letak
kasus yang kedua. kedalaman pompa dalam suatu sumur adalah
bahwa pompa harus ditenggelamkan di dalam
A. Pompa Benam Listrik Memompa Cairan fluida sumur. Sebelum perhitungan perkiraan
Pump Setting Depth dilakukan, terlebih dahulu
Karena cairan memiliki sedikit sifat diketahui parameter yang menentukannya,
kompresibilitas, volume cairan produksi dapat yaitu : Static Fluid Level (SFL) dan Working
dikatakan konstan dan sama hingga permukaan Fluid Level (WFL) dimana untuk
(qsc). Dengan demikian head per stage akan menentukannya digunakan alat sonolog atau
konstan juga dan Persamaan (19) apabila dengan operasi wireline, apabila sumur
diintegrasikan akan berubah menjadi : tersebut tidak menggunakan packer. Jika
sumur menggunakan packer, maka penentuan
 808.3141  SFL dan WFL dilakukan dengan pendekatan :
  (P  P )
St = h x   2 3 ……..
 fsc 
A. Static Fluid Level (SFL, ft)
……..(25)
Apabila sumur dalam keadaan mati (tidak
Atau harga tekanan intake (P3) dapat ditulis : diproduksikan), sehingga tidak ada aliran,
maka tekanan didepan perforasi sama dengan
  fsc x h  tekanan statik sumur (Ps). Sehingga ke dalam
P 3 = P2 -   St …….
 808.3141  permukaan fluida di annulus (SFL, ft) adalah :

…..…...(26)
 Ps Pc 
SFL  Dmid perf     , ft . …….
Sedangkan untuk Persamaan (21) apabila  Gf Gf 
diintegrasikan akan berubah menjadi : ….(29)

 1  hp B. Working Fluid Level (WFL, ft)


HP =   (P2 - P3)
 0.433  h
Apabila sumur diproduksikan dengan rate
………….….. (27)
produksi sebesar q (bbl/D), dan tekanan alir
dasar sumur adalah Pwf (psi), maka ketinggian
Dengan mensubstitusikan Persamaan (14) ke
(kedalaman apabila diukur dari permukaan)
Persamaan (27) akan menjadi :
fluida di annulus adalah :
HP = hp x  fsc x St
………………….….(28)  Pwf Pc 
WFL  D mid perf     , ft . …..
 Gf Gf 
B. Pompa Benam Listrik Memompa Cairan …..(30)
dan Gas
dimana :
Gas memiliki sifat kompresibilitas yang tinggi, SFL = statik fluid level, ft
sehingga volume cairan (V) yang dihasilkan WFL = working fluid level, ft.
berubah akibat perubahan tekanan dari tekanan Ps = tekanan statik sumur, psi
intake (P2) sampai tekanan discharge (P3). Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi.
Faktor Volume (VF) antara tekanan intake (P2) q = rate produksi, B/D
sampai tekanan discharge (P3) didapat dari D = kedalaman sumur, ft.
Persamaan (10) dan laju alir ditentukan dengan Pc = casing head pressure, psi
Persamaan (3). Gf = gradient fluida sumur, psi/ft.

2.4. Dasar-Dasar Perhitungan pada ESP


C. Suction Head (Tinggi Hisap)

Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta


Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A., Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X

Jika di dalam silinder atau torak yang semula Pb Pc


PSD min  WFL   , ft
berada di permukaan cairan (dalam bak) air Gf Gf
akan naik mengikuti torak sampai pada …………...(32)
mencapai ketinggian Hs, dimana :
2.4.1.2. Pump Setting Deth Maksimum
144 x P
Hs  …………...

Gambar 3C. menunjukkan pompa dalam
……(31) keadaan maksimum, dan merupakan
dimana : kedudukan yang kurang menguntungkan,
Hs = suction head, ft karena dalam keadaan ini memungkinkan
P = tekanan permukaan cairan, psi terjadinya overload (pembebanan berlebihan),
 = densitas fluida, lb/cuft yaitu pengangkatan beban kolom fluida yang
terlalu berat. Kedalaman Pump Setting Depth
D. Kavitasi dan Net Positive Suction Head (PSDmax) dapat didefinisikan :
(NPHS)
Pb Pc
Jika tekanan absolut cairan pada suatu titik di PSDmax  D   , ft …………….
Gf Gf
dalam pompa berada di bawah tekanan saturasi
(Pb) pada temperatur cairan, maka gas yang ….(33)
semula terlarut di dalam cairan terbebaskan.
Gelembung-gelembung gas ini akan mengalir 2.4.1.3. Pump Setting Depth Optimum.
bersama-sama dengan cairan sampai pada
daerah yang memiliki tekanan lebih tinggi Kedudukan ini yang paling dikehendaki dalam
dicapai dimana gelembung tadi akan mengecil. perencanaan pompa benam listrik seperti
Fenomena ini disebut sebagai “Kavitasi” yang dalam Gambar 3D. (pompa dalam keadaan
dapat menurunkan effisiensi dan merusak optimum). Selanjutnya untuk menentukan
pompa. kedalaman pompa yang optimum tadi (agar
tidak terjadi pump-off dan overload serta
Kejadian ini berhubungan dengan kondisi sesuai dengan kondisi rate yang dikehendaki),
penghisapan, dan apabila kondisi penghisapan maka kapasitas pompa yang digunakan harus
berada di atas tekanan bubble point, maka sesuai dengan produktivitas formasi dari
kavitasi tidak terjadi. Kondisi minimum yang sumur yang bersangkutan.
dikendaki untuk mencegah kavitasi pada suatu
pompa disebut sebagai Net Positive Suction Akan tetapi, penentuan PSD optimum ini
Head (NPHS). Net Positive Suction Head dipengaruhi oleh terbuka dan tertutupnya
(NPHS) adalah tekanan absolut di atas casing head yang akan mempengaruhi tekanan
tekanan saturasi yang diperlukan untuk casing atau tekanan yang bekerja pada
menggerakkan fluida masuk ke lubang permukaan dari fluida di annulus. Hal ini akan
impeller. mempengaruhi besarnya suction head dari
pompa.
2.4.1.1. Pump Setting Depth Minimum
Untuk casing head tertutup, maka :
Pada keadaan yang diperlihatkan dalam Kedalaman pompa optimum =
Gambar 3B. (posisi minimum) dalam waktu PIP  Pc
WFL 
yang singkat akan terjadi pump-off, oleh Gf
karena ketinggian fluida level di atas pompa
relatif sangat kecil atau pendek sehingga gas ………………………..…………….
yang akan dipompakan. Pada kondisi ini pump ……(34)
intake pressure (PIP) akan menjadi kecil. Jika
PIP mencapai harga di bawah tekanan bubble .…
point (Pb), maka akan terjadi penurunan Untuk casing head terbuka, maka :
efficiency volumetric dari pompa, hal ini
disebabkan karena terbebasnya gas dari Kedalaman pompa optimum =
PIP  Patm
larutan. Pump Setting Depth (PSD) minimum WFL 
dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut Gf
: (3-50)

……………………………………………(35)
Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta
Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A., Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X

Di dalam menentukan switchboard yang akan


dipakai perlu diketahui terlebih dulu berapa
2.4.2. Perkiraan Jumlah Tingkat Pompa besarnya voltage yang akan bekerja pada
switchboard tersebut. Besarnya tegangan yang
Untuk menghitung jumlah tingkat pompa bekerja pada switchboard dapat dihitung dari
(stage), sebelumnya dihitung dahulu Total persamaan berikut ini :
Dynamic Head (TDH, ft) pada laju produksi
yang diinginkan, dengan persamaan berikut : Vs = Vm + Vc , Volt ………..
…………...(39)
TDH = HD + HF + HT
……………………….(36) Vc = (L/100) x Voltage Drop ,
Volt……..(40)
Penentuan jumlah tingkat pompa yang
dibutuhkan adalah : Dimana :
Vs = surface voltage, volt.
Jumlah Stage 
TDH Vm = motor voltage, volt.
……
Head Per Stage Vc = correction voltage, volt.
…..….(37) L = panjang kabel, ft.
Voltage Drop = kehilangan voltage,
dimana : volt/1000 ft.
TDH = total dynamic head
HD = vertical lift
HF = tubing friction loss Untuk menentukan besarnya tegangan
HT = tubing head transformer yang diperlukan dihitung dengan
persamaan berikut :
2.4.3. Pemilihan Motor dan Horse Power
Vs x I m x 1,73
Pemilihan ukuran motor yang dibutuhkan T  , KVA …………..
1000
didasarkan atas :
…….(41)
 Ukuran casing
dimana :
 Besarnya horsepower yang dibutuhkan
T = ukuran transformer, KVA.
Vs = surface voltage, volt.
Ukuran motor juga dibatasi oleh ukuran
Im = ampere motor, ampere.
minimum casing yang dipakai seperti halnya
pompa. Untuk seri motor yang dipilih
3. STUDI KASUS
disamakan dengan seri pompa yang terpilih
yang dapat dihitung dengan persamaan :
BC-1, BC-2 dan BS-3 didesain untuk
memproduksi minyak dengan Low API
BHP = SGf x Jumlah Stage x
Gravity dan High Viscosity yang berada di
HP………....(38)
patahan antiklin terendah sepinggan deltaic.
Produksi sumur kajian dilakukan dengan
Dimana :
artificial lift, yaitu dengan Electric
BHP = brake horsepower
Submersible Pump (ESP). Dengan produksi
SGf = spesifik gravity fluida
minimal untuk semua sumur berkisar 2000
HP = horsepower dari pump curve
BLPD dengan gross oil reserve sebesar 1.55
performance
MMBO.
Dalam pemilihan motor baik single motor
Data – data produksi, pompa lapangan sumur
maupun tandem didasarkan pada tabel yang
lapangan X yang dibutuhkan ditunjukkan
telah disediakan oleh pabrik pembuatnya.
dalam Tabel II.
Apabila besarnya horse power yang
dibutuhkan motor pada hasil perhitungan tidak
3.1. Desain Electrical Submersible Pump
disediakan dalam tabel, maka dipilih motor
(ESP)
yang memiliki horsepower lebih besar yang
paling mendekati.
3.1.1. Penentuan Kapasitas Produksi
2.4.4. Pemilihan Switchboard dan
Laju produksi suatu sumur yang diinginkan
Transformer
harus sesuai dengan produktivitas sumur. Pada
umumnya fluida yang mengalir dari formasi ke
Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta
Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A., Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X

lubang sumur lebih dari satu fasa. Seperti yang 3. Pump Intake Pressure = Pwf -
telah dijelaskan dalam sub-bab sebelumnya, Perbedaan
untuk aliran tiga fasa, yaitu gas, minyak dan Tekanan
air, maka dalam pengembangan kelakuan
aliran tiga fasa dari formasi ke lubang sumur 3.1.4. Penentuan Parameter Koreksi
dapat menggunakan analisis regresi dari
Metode Pudjo Sukarno seperti yang telah 1. Menggunakan grafik viscositas of gas-free
dijelaskan sebelumnya. Prosedur crude oil at oil field temperature untuk
pembuatannya kurva IPR untuk aliran tiga fasa mencari gas bebas padak minyak berat
dengan menggunakan Metode Pudjo Sukarno berdasar pada oAPI dan temperaturnya
adalah sebagai berikut : dalam oF.
1. Mempersiapkan data-data penunjang 2. Menggunakan grafik prediction of solubility
meliputi : from saturation pressure dan crude oil
 Tekanan Reservoir/Tekanan Statis gravity untuk menentukan gas in solution
 Tekanan Alir Dasar Sumur pada PIP.
 Laju Produksi Minyak dan Air 3. Menggunakan grafik viscosity of gas
 Harga Water Cut (WC) berdasarkan saturated crude oil at temperatur &
data Uji Produksi (%) pressure untuk menentukan gas tersaturasi
2. Penentuan WC@Pwf ≈ Ps pada untuk viskositas (cp) dan gas in
3. Penentuan konstanta A0, A1 dan A2 solution pada PIP.
4. Penentuan Qt maksimum 4. Mengubah viscositas dari centipoise (cp) ke
5. Penentuan Laju Produksi Minyak (Qo) Saybolt Second Universal (SSU) dengan
6. Penentuan Laju Produksi Air (Qw) persamaan berikut :
Menghitung besarnya laju produksi air dari   2 
0 .5 
 Cp    Cp   158.4  
harga Water Cut (WC) pada tekanan alir SSU  2.273
 Sp.Gr .   
 Sp.Gr .   

   

dasar sumur dengan persamaan :
 WC  5. Menggunakan grafik efek emulsi pada
Qw    xQo viskositas minyak untuk memperoleh harga
 100  WC 
7. Membuat tabulasi harga-harga Qw, Qo dan faktor koreksi sesuai % water cut.
Qt untuk berbagai harga Pwf pada Ps aktual . 6. Menentukan harga viskositas sesungguhnya
8. Membuat grafik hubugan antara Pwf sesuai harga faktor koreksi.
terhadap Qt, dimana Pwf mewakili sumbu Y SSUactual = SSU x Faktor Koreksi Water
dan Qt mewakili sumbu X. Cut
7. Menentukan harga faktor koreksi untuk
3.1.2. Penentuan Spesific Gravity Capacity Factor (Qvis), Head Factor (Hvis),
Fluida Campuran dan Horsepower Factor (bhpvis) dengan
asumsi O.D. Casing mulai 5.5 in serta
1. Water Phase Sp. Gr. = Water Cut x efisiensi pompa maksimal 60 %.
SGw
2. Oil Phase Sp. Gr. = Oil Cut x SGo 3.1.5. Penentuan Total Dynamic Head
3. Sp. Gr. Fluida Campuran = Water Phase (TDH)
Sp. Gr. +
Oil Phase Sp. 1. Menentukan Fluid Over Pump (FOP).
PIP ( psi )
Gr. Fluid Over Pump (FOP)= SGf
4. Gradient Fluida (SGf) = Specific
Grafity Fluida 2. Menentukan Vertical Lift (HD).
Campuran x Vertical Lift (HD) = PSD (TVD) -
0.433 psi/ft FOP
Vertical Lift Terkoreksi =Vertical Lift
3.1.3. Penentuan Pump Intake Pressure (HD) / Hvis
(PIP) 3. Menentukan Tubing Friction Loss (HF).
Untuk mencari Friction Loss Per 1000 Ft
1. Perbedaan Kedalaman = Mid Perforasi – @ SSU digunakan grafik pada Gambar
Pump sesuai ukuran O.D. Tubing.
Setting Depth Tubing Friction Loss (HF) = Friction Loss
(TVD) @SSU
2. Perbedaan Tekanan = Perbedaan x PSD (MD)
Kedalaman x 4. Menentukan Tubing Head (HT).
SGf
Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta
Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A., Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X

Tubing Head = sumur-sumur kajian dapat dilihat pada Gambar


Tubing Pr essure ( psi ) 3.
SGf
Tubing Head Terkoreksi = Tubing Pengaruh viskositas terhadap kapasitas
Head / Hvis produksi pompa benam listrik pada sumur-
5. Menentukan Total Dynamic Head (TDH). sumur kajian dapat dilihat pada Gambar 4.
Total Dynamic Head = H Dvis + HF + Pengaruh viskositas terhadap jumla stage
HTvis sumur-sumur kajian dapat dilihat pada Gambar
5.
3.1.6. Menentukan Pompa
Pengaruh viskositas teradap brake horse power
1. Menentukan kapasitas produksi (Q) sumur-sumur kajian dapat dilihat pada Gambar
@SSU sesuai dengan Capacity Factor 6, sedangkan pengaruh viskositas terhadap
@SSU TDH sumur-sumur kajian dapat dilihat pada
QT Gambar 7.
Qterkoreksi 
Qvis
2. Memilih pompa pada Pump Performance 4. DISKUSI
Curve yang sesuai dengan kapasitas
produksi @SSU. Reservoir lapangan X adalah hasil deposisi
3. Menentukan Head per stage dari kapasitas lingkungan pengendapan delta yang ditemukan
produksi @SSU pada Pump Performance pada kedalaman kurang lebih 1700 sampai
Kurve terpilih. dengan 2700 ft di bawah permukaan laut.
4. Menentukan Horsepower dari Pump
Performance Curve terpilih untuk Pengevaluasian sumur-sumur kajian
kapasitas produksi @SSU. didasarkan pada pengaruh viskositas dan
5. Menghitung Jumlah Stage yang penambahan persentase water cut, karena
dibutuhkan dengan persamaan : sumur-sumur kajian memproduksi minyak
TDH berviskositas tinggi, sedangkan biasanya
Jumlah Stage = Head per Stages pompa benam listrik hanya digunakan untuk
6. Menghitung Brake Horsepower yang memompa air atau minyak dengan viskositas
dibutuhkan dengan persamaan : relatif rendah. Sehingga untuk perencanaan
BHP = Jumlah Stage x HP x Bhpvis x Sp. instalasi pompa benam listrik perlu diadakan
Gr. beberapa koreksi guna mendapatkan hasil
7. Menentukan Maximal Pressure in optimum.
Operation Rating dengan persamaan
berikut : Pada periode produksi tertentu mengalami
Max. Pressure in Operation Rating = naiknya water cut yang bervariasi sampai
TDH x 0.433 batasan angka 50 % karena di atas itu fluida
sudah diasumsikan sama dengan air, hal ini
3.2. Hasil Pelaksanaan akan berpengaruh terhadap naiknya viscositas
sebagaimana terdapat dalam Tabel III.
Dari langkah perhitungan di atas untuk harga Semakin tingginya nilai viskositas akan
water cut yang berbeda dapat dilakukan berpengaruh terhadap parameter desain pompa
perhitungan untuk menentukan tipe dan jumlah benam listrik pada sumur-sumur kajian. Untuk
stage yang sesuai dengan sumur – sumur mengantisipasi naiknya water cut yang akan
kajian di lapangan X. menyebabkan naiknya viskositas maka perlu
diadakan kajian ulang terhadap sumur-sumur
Hasil pemilihan tipe dan stage untuk masing – di lapangan X yang memproduksikan minyak
masing sumur kajian ditunjukkan dalam Tabel dengan viskositas tinggi.
III. Hasil analisa pengaruh viskositas dan
prosentase water cut terhadap pompa benam Sumur BC-1 pada lapangan X menggunakan
listrik (Electrical Submersible Pump) untuk pompa REDA DN 1750 / 125 stages pada
masing-masing sumur dapat dilihat pada Tabel kedalaman (Pump Setting Depth) MD 2035 ft
IV, Tabel V, dan Tabel VI. dengan API Gravity 15 oAPI pada temperatur
reservoir 141 oF, water cut 21 % dan viskositas
Hubungan antara pengaruh peningkatan sebesar 617.167 SSU serta menghasilakan laju
prosentase water cut terhadap viskositas untuk produksi 1329 BFPD @ Pwf 709 psi dengan
kapasitas produksi pompa sebenarnya sebesar
Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta
Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A., Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X

1608.96 BFPD. Untuk mengantisipasi naiknya viskositas menjadi 2258.12 SSU, maka sumur
water cut sampai 50 % yang menyebabkan BS-3 diusulkan untuk menambah jumlah stage
naiknya viskositas menjadi 2225.43 SSU, dari 124 stages menjadi 160 stages guna
maka sumur BC-1 diusulkan untuk menambah memproduksikan fluida sebesar 335.5 BFPD,
jumlah stage dari 125 stages menjadi 242 dengan kapasitas produksi pompa sebenarnya
stages untuk memproduksikan fluida yang sebesar 532.54 BFPD dimana pompa pada
sama, yaitu sebesar 1329 BFPD dengan viskositas 2258.12 SSU memiliki harga
besarnya kapasitas produksi pompa sebenarnya koreksi untuk laju alir (Capacity Factor (Qvis))
adalah 2109.52 BFPD, dimana pompa pada sebesar 0.630, Head terkoreksi (Head Factor
viskositas 2225.43 SSU memiliki harga (Hvis)) sebesar 0.675 serta brake horse power
koreksi untuk laju alir (Capacity Factor (Qvis)) terkoreksi (Brake Horsepower Factor (bhpvis))
sebesar 0.630, head terkoreksi (Head Factor sebesar 1.3.
(Hvis)) sebesar 0.675 serta brake horse power
terkoreksi (Brake Horsepower Factor (bhpvis)) Hal di atas memberikan deskripsi bahwa
sebesar 1.3. viskositas akan naik dengan naiknya
persentase water cut, dimana bertambahnya
Sumur BC-2 pada lapangan X menggunakan nilai viskositas akan berpengaruh terhadap
pompa REDA DN 440 / 124 stages pada kapasitas laju alir, pada sumur BC-1 dengan
kedalaman (Pump Setting Depth) MD 2344 ft pompa DN 1750 / 242 stages mempunyai
dengan API Gravity 15 oAPI pada temperatur kapasitas laju alir pompa sebesar 2109.52
reservoir 148.8 oF, water cut 5 % dan BFPD pada viskositas 2225.43 SSU, dan
viskositas sebesar 398.32 SSU serta kapasitas laju alir di permukaan sebesar 1329
menghasilkan laju produksi 190 BFPD @ Pwf BFPD, sumur BC-2 dengan pompa DN 1750 /
1006 psi dengan kapasitas produksi pompa 162 stages memiliki kapasitas laju alir sebesar
sebenarnya sebesar 215.66 BFPD. Untuk 1684.13 BFPD pada viskositas 2323.51 SSU
sumur BC-2 ini laju produksinya dinaikkan dengan laju air fluida di permukaan sebesar
menjadi 1061 BFPD @ Pwf 500 psi dan guna 1061 BFPD, sumur BS-3 dengan pompa DN
mengantisipasi naiknya water cut sampai 50 % 440 / 160 stages memiliki laju alir sebesar
yang menyebabkan naiknya viskositas menjadi 532.54 BFPD pada viskositas 2258.12 SSU
2323.51 SSU, maka sumur BC-2 diusulkan dengan laju alir fluida di permukaan sebesar
mengganti pompa dari DN 440 menjadi DN 335.5 BFPD. Pengaruh viskositas akan
1750 sebab laju produksi yang diinginkan mengurangi kapasitas laju alir pompa, hal ini
(1061 BFPD) tidak berada dalam range disebabkan karena meningkatnya friction loss.
kapasitas pompa DN 440 melainkan masuk Naiknya friction loss yang disebabkan oleh
dalam range kapasitas pompa DN 1750, untuk naiknya viskositas yang dipengaruhi oleh
memproduksi fluida sebesar 1061 BFPD persentase water cut menyebabkan naiknya
viskositas 2323.51 SSU diperlukan jumlah brake horse power yang dibutuhkan pompa
stage sebesar 162 stages dengan kapasitas sebagaimana tertera dalam Tabel III.
produksi pompa sesungguhnya sebesar
1684.13 BFPD, dimana pompa pada viskositas Naiknya viskositas memberikan efek pada
2323.51 SSU memiliki harga koreksi untuk kelakuan pompa (pump performance) dimana
laju alir (Capacity Factor (Qvis)) sebesar 0.630, brake horsepower pompa yang dibutuhkan
head terkoreksi (Head Factor (Hvis)) sebesar meningkat, diperlukannya kapasitas produksi
0.675 serta brake horse power terkoreksi pompa yang lebih besar, penambahan jumlah
(Brake Horsepower Factor (bhpvis)) sebesar stage. Semua ini karena dipengaruhi adanya
1.3. faktor koreksi untuk masing-masing parameter
pompa : capacity factor yang akan menjadikan
Sumur BS-3 pada lapangan X menggunakan kapsitas produksi pompa terkoreksi dan dalam
pompa REDA DN 440 / 124 stages pada perhitungannya (Lampiran D) menjadikan Q
kedalaman (Pump Setting Depth) MD 1829 ft lebih besar, head factor yang akan menaikkan
dengan API Gravity 15 oAPI pada temperatur jumlah stage yang dibutuhkan dan brake
reservoir 141 oF, water cut 30 % dan viskositas horsepower factor yang akan menaikan
sebesar 967.76 SSU serta menghasilakan laju besarnya tenaga (horse power) yang
produksi 202 BFPD @ Pwf 738 psi dengan diperlukan pompa guna mendorong fluida ke
kapasitas produksi pompa sebenarnya sebesar atas.
260.65 BFPD. Sumur BS-3 akan dinaikan
produksinya menjadi 335.5 BFPD @ Pwf 600 5. KESIMPULAN
psi, dan untuk mengantisipasi naiknya water
cut sampai 50 % yang menyebabkan naiknya
Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta
Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A., Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X

1. Perencanaan pompa benam listrik harus Bw = faktor volume formasi air,


memperhatikan sifat-sifat fluida. Res.Bbl/STB.
2. Pompa benam listrik pada lapangan X Cn = konstanta ke-n untuk harga An.
memerlukan perencanaan yang khusus Cp = centipoise.
karena sumur-sumur pada lapangan D = kedalaman pompa, feet.
tersebut memproduksi minyak dengan Dg = densitas gas, gr/cc.
viskositas tinggi dan mengadung water d(P) = perubahan tekanan, psi.
emulsion. dP/dZ = gradien tekanan, psi/ft.
3. Naiknya persentase water cut sampai d(St) = perubahan stage pompa.
dengan 50 % akan menyebabkan naiknya EV = effisiensi Volumetris, %.
viscositas. f = faktor gesekan.
4. Viscositas akan mempengaruhi kinerja fns = faktor gesekan no-slip.
pompa, yaitu pada : FOP = fluid over pump, feet.
- Laju produksi: laju produksi akan turun ftp = faktor gesekan dua fasa.
dengan g = percepatan gravitasi, ft/dt2.
naiknya viskositas. GL = laju flux massa cairan, lbm/sec-sq
- TDH : TDH akan naik dengan ft.
naiknya Gg = laju flux massa gas, lbm/sec-sq ft.
viskositas. Gm = laju flux massa fluida campuran,
- Jumlah Stage: jumlah stage akan lbm/sec-sq ft.
bertambah GLR = Gas Liquid Ratio, SCF/STB.
dengan naiknya viskositas. GOR = Gas Oil Ratio, SCF/STB.
- BHP : brake horsepower akan GT = gradien temperatur, oF/100 ft.
naik dengan h = head per stage, ft/stg.
naiknya viskositas. HD = vertical lift, feet.
5. Sumur BC-1 diusulkan untuk menambah hf = friction loss, feet.
jumlah stage dari 125 menjadi 242 stage HF = tubing friction lift, feet.
dengan Horsepower sebesar 112 HP guna HL = liquid hold-up.
mengantisipasi naiknya water cut sampai HP = horse power, HP
dengan 50 %. Hs = suction Head, feet.
6. Sumur BC-2 diusulkan untuk mengganti HT = tubing head, feet.
pompa dari DN 440 / 124 stages menjadi ID = inside diameter, inch.
DN 1750 / 162 stages dengan horsepower Im = motor ampere, amp.
sebesar 78HP guna mengantisipasi KB = kelly bushing.
naiknya water cut sampai dengan 50 %. KVA = kilo volt ampere.
7. Sumur BS- 3 diusulkan untuk menambah L = panjang kabel, feet.
jumlah stage dari 124 menjadi 160 stages M = berat molekul gas.
dengan horsepower sebesar 26 HP guna MD = measured depth, feet.
mengantisipasi naiknya water cut sampai NFR = Froude Number.
dengan 50 %. NLV = liquid velocity number.
NRe = reynold number.
DAFTAR SIMBOL OD = Outside Diameter, feet.
Patm = tekanan atmosfer, psi
A = konstanta untuk menentukan Pb = tekanan saturasi, psi.
jumlah Pc = tekanan casing, psi.
stage pompa. Pd = tekanan discharge pompa (P2 =
An = konstanta ke-n untuk WC berbeda. P3.0), psi.
API = American Petroleum Institute. PI = index produktivitas formasi,
Bbl = barrel. Bbl/day/psi.
B/D = barrel per day. PIP = tekanan intake pompa (P3 = P3.n),
BFPD = barrel fluid per day. psi.
BOPD = barrel oil per day. Pr = tekanan reservoir, psi
BWPD = barrel water per day. Ps = tekanan statik reservoir, psi.
Bg = faktor volume formasi gas, PSD = Pump Setting Depth, feet.
Res.Bbl/SCF Psi = Pound per square inch.
Bo = faktor volume formasi minyak, Pt = tekanan tubing, psi.
Res. Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi.
Bbl/STB. P3.i = sembarang tekanan intake diatas
Pb.
Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta
Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A., Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X

P3.j = sembarang tekanan intake di bawah yang telah memberikan dukungan dan
Pb. tambahan pengetahuan dalam mempelajari dan
Qg = laju produksi gas, SCF/D menyusun karya ilmiah ini.
Qo = laju produksi minyak, STB/D.
Qw = laju produksi air, STB/D DAFTAR PUSTAKA
Qz = laju kritis kepasiran, STB/D
qsc = laju produksi pada kondisi standart, 1. Beggs, H. D., “Production Optimization
STB/D. Using Nodal Analysis”, Oil and Gas
Rs = kelarutan gas dalam minyak, Consultant International Inc., Tulsa,
SCF/STB. Oklahoma, 1991.
SFL = Static Fluid Level, feet. 2. Brown, E., Kermit, “The Technology of
SGf = Spesific Gravity fluida. Artificial Lift Method”, Volume 1 Division
SGg = Spesific Gravity gas. of PennWell Publishing Co., Tulsa,
SGo = Oil Spesific Gravity. Oklahoma, 1984.
SGw = Water Spesific Gravity. 3. Brown, E., Kermit, “The Technology of
Stg = stage (Tingkat) Artificial Lift Method”, Volume 2B
T = ukuran Transformer, KVA. Division of PennWell Publishing Co.,
TDH = Total Dynamic Head, feet. Tulsa, Oklahoma, 1984.
TVD = True Vertical Depth, feet 4. Brown, E., Kermit, “The Technology of
V = kecepatan aliran dalam pipa, ft/dt. Artificial Lift Method”, Volume 4,
Vc = correction voltage, volt. Division of PennWell Publishing Co.,
VF = volume Factor, Res. Bbl/STB. Tulsa, Oklahoma, 1984.
Vm = motor Voltage, volt. 5. Harjana, “Perencanaan Titik Kerja Pompa
Vs = surface voltage, volt. ESP Untuk Kapasitas Produksi Optimum”,
VSL = kecepatan superficial cairan, ft/dt. Proposal Tugas Akhir, Jurusan Teknik
VSg = kecepatan superficial gas, ft/dt. Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral,
Vm = kecepatan superficial fluida UPN “Veteran” Yogyakarta, 1997.
campuran, 6. Idham Rahman, “Evaluasi dan
ft/dt. Perencanaan Ulang Pompa ESP
Vt = volume total fluida, B/D. Terpasang Pada Sumur-sumur Kajian di
W = berat material, lb. Lapangan Sundari dan Yvonne YPF-
WC = water-cut, %. Maxus SES.”, Tugas Akhir, Jurusan Teknik
WFL = Working Fluid Level, feet. Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral,
Z = faktor deviasi Gas. UPN “Veteran” Yogyakarta, 2000.
µg = viskositas gas, cp. 7. Imam W. Sujanmo, “Electrical
µo = viskositas minyak, cp. Submersible Pumping”, Rangkuman
µw = viskositas air, cp. Tentang Teori ESP, Pabelokan, 1995.
ρg = densitas gas, lbm/cuft. 8. Pudjo Sukarno, “Production Optimization
ρo = densitas minyak, lbm/cuft. With Nodal System Analysis”, PT. Indrillco
ρw = densitas minyak, lbm/cuft. Sakti, Jakarta, 1990.
ρtp = densitas fluida 2 fasa, lbm/cuft. 9. ………………., “Oil Dynamics
ρsc = densitas fluida pada kondisi standart, Incorporated Catalog”, Oil Dynamics
lbm/cuft Inc., Tulsa, Oklahoma, 1996.
τf (V) = densitas fluida pada kondisi standart, 10. ………………., “Quality Submergible
ppb. Pumps For The Petroleum Industry “,
τosc = densitas minyak pada kondisi Reda For The Long Run, Reda Pump
standart, ppb. Company, A Division of TRW Inc.,
τwsc = densitas air pada kondisi standart, Bartlesville, Oklahoma, 1996.
ppb. 11. ………………., “Data-data Sumur-sumur
λL = No-Slip Liquid Hold-up. di Lapangan Atti dan South Zelda”, File
H(θ) = Liquid Hold-up @ Elevasi (90o – θo) Room, Repsol YPF-Maxus SES, Jakarta,
2001.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada


pembimbingan lapangan serta Ir. Djoko
Askeyanto, MT., Ir. Agus Widiyarso, MT., dan
Ir. Anas Puji Santoso, MT. (Teknik
Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta)
Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta
Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A., Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X

Gambar 3.
Kurva Kelakuan Pompa Benam Listrik.10)

PENGARUH PENINGKATAN PERSENTASE


WATER CUT TERHADAP VISKOSITAS SUMUR
BC-1 @ 1329 BFPD

Viscosity, SSU
2500 y = 299.13e0.0381x
2000
R2 = 0.9903
1500
Gambar 1. 1000

Susunan Lengkap Peralatan Pompa 500


0
Benam Listrik (Electrical Submersible 0 10 20 30 40 50 60

Pump) Water Cut, %

Gambar 3A.
Kurva Pengaruh Peningkatan Persentase
Water Cut Terhadap Viskositas Untuk Sumur
BC-1

PENGARUHPENGARUH
PENINGKATANVISKOSITAS TERHADAP
PERSENTASE
KAPASITAS
WATER CUT TERHADAPPRODUKSI POM
VISKOSITAS PA SUM UR BC-
SUMUR
2 @ 1049.42
BC-2 @ 1049.42 BFPD BFPD

2500 y = 323.59e0.0377x
Viscositas,

1800
R2 = 0.9924
Q, bfpd

2000
y = 401.02x 0.1806
SSU

1500 1600
1000 1400 R2 = 0.9774
500 1200
0 1000
0 10 0 20 500 30 100040 150050 2000
60 2500 3000

Water Viscos
Cut, % itas, SSU

Gambar 3B.
Kurva Pengaruh Peningkatan Persentase
Gambar 2. Water Cut Terhadap Viskositas Untuk Sumur
Kurva Kelakuan Pompa Benam Listrik.10) BC-2

PENGARUH PENINGKATAN PERSENTASE WATER


CUT TERHADAP VISKOSITAS SUMUR BS-3 @
335.3 BFPD
Viscositas, SSU

2500
y = 311.18e0.0378x
2000
R2 = 0.9906
1500
1000

500
Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta 0
0 10 20 30 40 50 60

Water Cut, %
Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A., Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X

Gambar 3C.
Kurva Pengaruh Peningkatan Persentase
Water Cut Terhadap Viskositas Untuk Sumur
BS-3

PENGARUH VISKOSITAS TERHADAP KAPASITAS


PRODUKSI POMPA SUMUR BC-1 @ 1329 BFPD

2500
y = 506.42x 0.1817
Q, bfpd

2000
R2 = 0.9786
1500

1000
0 500 1000 1500 2000 2500

Viscosity, SSU
PENGARUH VISKOSITAS TERHADAP JUMLAH STAGE
SUMUR BC-1 @ 1329 BFPD

Gambar 4A. 300


Kurva Pengaruh Viskositas Terhadap Kapasitas Jumlah Stage
250
y = 7.477x0.4381
Produksi Pompa Sumur BC-1 R2 = 0.9494
200

150

100

50
0 500 1000 1500 2000 2500
Viscosity, SSU
Gambar 4B.
Kurva Pengaruh Viskositas Terhadap Kapasitas
Produksi Pompa Sumur BC-2 Gambar 5B.
Kurva Pengaruh Viskositas Terhadap

PENGARUH VISKOSITAS TERHADAP PENGARUH VISKOSITAS TERHADAP JUMLAH STAGE


KAPASITAS PRODUKSI POMPA SUMUR BS-3 SUMUR BS-3 @ 335.3 BFPD
@ 335.3 BFPD
200

150 y = 4.1285x 0.459


Jumlah Stage

600 y = 127.86x 0.1813 R2 = 0.9328


Q, bfpd

500 100
R2 = 0.977
400
50
300
0 500 1000 1500 2000 2500 0
0 500 1000 1500 2000 2500
Viscositas, SSU
Viscositas, SSU

Jumlah Stage Sumur BC-2


Gambar 4C.
Kurva Pengaruh Viskositas Terhadap Kapasitas
Produksi Pompa Sumur BS-3

Gambar 5A.
Kurva Pengaruh Viskositas Terhadap
Jumlah Stage Sumur BC-1
Gambar 5C.
PENGARUH VISKOSITAS TERHADAP JUMLAH STAGE
SUMUR BC-2 @ 1049.42 BFPD Kurva Pengaruh
PENGARUH Viskositas
VISKOSITAS Terhadap
TERHADAP BRAKE HORSE
Jumlah
POWERStage Sumur
SUMUR BS-3
BC-1 @ 1329 BFPD
170
150 y = 17.894x 0.2781 120
Jumlah Stage

130 R2 = 0.9662 100 y = 2.3928x 0.492


80 R2 = 0.9869
BHP, HP

110
Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta
90 60
70 40
50 20
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 0
Viscositas, SSU 0 500 1000 1500 2000 2500
Viscositas, SSU
Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A., Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X

Gambar 7A.
Kurva Pengaruh Viskositas Terhadap
TDH Sumur BC-1
Gambar 6A.
Kurva Pengaruh Viskositas Terhadap Brake PENGARUH VISKOSITAS TERHADAP TDH SUMUR BC-2 @
Horsepower Sumur BC-1 1049.42 BFPD

y = 679.87x 0.1986
PENGARUH VISKOSITAS TERHADAP BRAKE HORSE R2 = 0.9844
POWER SUMUR BC-2 @ 1049.42 BFPD 3500
3000

TDH, Ft
90
2500
80 y = 5.084x 0.3473
2
70 R = 0.9893 2000
BHP, HP

60
50 1500
40 0 500 1000 1500 2000 2500
30
Viscositas, SSU
20
0 500 1000 1500 2000 2500 3000

Viscositas, SSU

Gambar 7B.
Kurva Pengaruh Viskositas Terhadap
TDH Sumur BC-2

Gambar 6B.
Kurva Pengaruh Viskositas Terhadap Brake
Horsepower Sumur BC-2 PENGARUH VISKOSITAS TERHADAP TDH SUMUR BS-3 @
335.3 BFPD
PENGARUH VISKOSITAS TERHADAP BRAKE HORSE y = 484.93x 0.1809
POWER SUMUR BS-3 @ 335.3 BFPD R2 = 0.9866
2500
2000
30
1500
TDH, Ft

25
y = 0.4922x 0.4995
20 1000
R2 = 0.9614
BHP, HP

15 500
10 0
5 0 500 1000 1500 2000 2500
0 Viscositas, SSU
0 500 1000 1500 2000 2500

Viscositas, SSU
Gambar 7C.
Kurva Pengaruh Viskositas Terhadap
Gambar 6C. TDH Sumur BS-3
Kurva Pengaruh Viskositas Terhadap Brake
Horsepower Sumur BS-3 Tabel I.
Konstanta Cn Untuk Masing-Masing An.8)
PENGARUH VISKOSITAS TERHADAP TDH SUMUR BC-1 @
1329 BFPD An C0 C1 (10-2) C2(10-4)
y = 497.2x0.2516
A0 0.980321 1,15661 0.179050
R 2 = 0.9821
4500
A1 0.414360 0.392799 0.237075
Teknik
3500 Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta
TDH, Ft

2500
1500
0 500 1000 1500 2000 2500
Viscosity, SSU
Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A., Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X

A2 0.564870 0.762080 0.202079 Data Produksi :


- Wellhead Tubing Pressure = 450 psi
Tabel II. - Temperatur Dasar Sumur = 141 oF
Data Lapangan - Desired Production Rate = 1329
BFPD @
Data Sumur : Pwf =
- O.D. casing = 7 709 psi
in
- O.D. tubing = 2 7/8 Well Fluid Conditions :
in - API Gravity Minyak = 15 oAPI
- Mid Perforasi (MD) = 2561 - Spesifik Gravity Minyak = 0.966
ft - Water Cut = 21 %
- Mid Perforasi (TVD) = 2522.72 - Spesifik Gravity Air = 1.060
ft
- Pump Setting Depth (MD) = 2035
ft
- Pump Setting Depth (TVD) = 2006.57
ft

Tabel. III Hasil Perhitungan Efek Water Cut dalam Menentukan Tipe dan Jumlah Stage Pompa dari
Sumur Kajian

No Nama Gross Prod. Pwf Efek WC Persentase Water Cut


Sumur (bfpd) (psi) pada 0 10 20 30 40 50
1 BC-1 1329 709 Visc. (SSU) 308.583 447.446 617.167 925.75 1234.33 2225.43
Qvis (bfpd) 1465.27 1534.64 1608.96 1723.74 1813.1 2109.52
TDH (Ft) 2157.34 2301.79 2478.17 2721.63 2901.21 3574.78
Tipe Pompa DN 1750 DN 1750 DN 1750 DN 1750 DN 1750 DN 1750
Jml. Stage 99.4166 108.575 119.143 140.29 157.675 241.539
BHP (HP) 41.775 48.6041 54.9055 66.4238 76.5579 112.178
2 BC-2 1049.42 500 Visc. (SSU) 331.93 481.299 663.86 995.79 1327.72 2323.51
Qvis (bfpd) 1177.58 1239.49 1303.44 1369.03 1475.66 1684.13
TDH (Ft) 2193.95 2318.4 2440.64 2636.31 2791.91 3245.61
Tipe Pompa DN 1750 DN 1750 DN 1750 DN 1750 DN 1750 DN 1750
Jml. Stage 93.3595 99.9309 106.578 117.169 128.659 162.281
BHP (HP) 39.2253 43.4697 47.751 54.1802 60.9605 77.5214
3 BS-3 335.3 600 Visc. (SSU) 322.588 467.753 617.167 967.764 1290.35 2258.12
Qvis (bfpd) 371.539 390.57 406.174 434.023 462.121 532.54
TDH (Ft) 1404.18 1475.65 1535 1657.01 1772.99 1990.41
Tipe Pompa DN 440 DN 440 DN 440 DN 440 DN 440 DN 440
Jml. Stage 63.8264 70.2691 74.878 87.2112 104.293 160.517
BHP (HP) 9.44047 10.7644 11.6939 13.9207 16.9174 25.5597

Tabel IV. Analisa Pengaruh Viskositas dan Persentase Water Cut Terhadap Pompa Benam Listrik di
Sumur BC-1.

Parameter Pompa Benam Listrik pada Persentase Water Cut Analisa

0 10 20 30 40 50

Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta


Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A., Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X

Viskositas, SSU 308.583 447.446 617.167 925.75 1234.33 2225.43  Naiknya viskositas berpengaruh pada
Qvis, bfpd 1465.27 1534.64 1608.96 1723.74 1813.1 2109.52 parameter pemilihan pompa dimana
TDH, ft 2157.34 2301.79 2478.17 2721.63 2901.21 3574.78 TDH dan Qvis (Q terkoreksi) juga akan
Tipe Pompa DN 1750 DN 1750 DN 1750 DN 1750 DN 1750 DN 1750 naik, begitu juga dengan parameter
Jumlah Stage 99.4166 108.575 119.143 140.29 157.675 241.539 pompa lainnya untuk laju produksi,
Horse Power, HP 41.775 48.6041 54.9055 66.4238 76.5579 112.178 Pump Setting Depth, tipe pompa tetap.
 Naiknya Water Cut akan menaikkan
viskositas.
 Sumur BC-1 diusulkan untuk
menambah jumlah stage dari 125
menjadi 242 untuk mengantisipasi
naiknya Water Cut sampai 50%.

Tabel V. Analisa Pengaruh Viskositas dan Persentase Water Cut Terhadap Pompa Benam Listrik di
Sumur BC-2.

Parameter Pompa Benam Listrik pada Persentase Water Cut Analisa

0 10 20 30 40 50
Viskositas, SSU 331.93 481.299 663.86 995.79 1327.72 2323.51  Naiknya viskositas berpengaruh pada
Qvis, bfpd 1177.58 1239.49 1303.44 1369.03 1475.66 1684.13 parameter pemilihan pompa dimana
TDH, ft 2193.95 2318.4 2440.64 2636.31 2791.91 3245.61 TDH dan Qvis (Q terkoreksi) juga akan
Tipe Pompa DN 1750 DN 1750 DN 1750 DN 1750 DN 1750 DN 1750 naik, begitu juga dengan parameter
Jumlah Stage 93.3595 99.9309 106.578 117.169 128.659 162.281 pompa lainnya untuk laju produksi,
Horse Power, HP 39.2253 43.4697 47.751 54.1802 60.9605 77.5214 Pump Setting Depth, tipe pompa tetap.
 Naiknya Water Cut akan menaikkan
viskositas.
 Sumur BC-2 diusulkan untuk
mengganti pompa dari DN 440 ke DN
1750 / 162 stage guna mengantisipasi
naiknya Water Cut hingga 50%.

Tabel VI. Analisa Pengaruh Viskositas dan Persentase Water Cut Terhadap Pompa Benam Listrik di
Sumur BS-3.

Parameter Pompa Benam Listrik pada Persentase Water Cut Analisa

0 10 20 30 40 50
Viskositas, SSU 322.588 467.753 617.167 967.764 1290.35 2258.12  Naiknya viskositas berpengaruh pada
Qvis, bfpd 371.539 390.57 406.174 434.023 462.121 532.54 parameter pemilihan pompa dimana TDH dan
TDH, ft 1404.18 1475.65 1535 1657.01 1772.99 1990.41 Qvis (Q terkoreksi) juga akan naik, begitu juga
Tipe Pompa DN 440 DN 440 DN 440 DN 440 DN 440 DN 440 dengan parameter pompa lainnya untuk laju
Jumlah Stage 63.8264 70.2691 74.878 87.2112 104.293 160.517 produksi, Pump Setting Depth, tipe pompa
Horse Power, HP 9.44047 10.7644 11.6939 13.9207 16.9174 25.5597 tetap.
 Naiknya Water Cut akan menaikkan
viskositas.
 Sumur BS-3 diusulkan untuk menambah
jumlah stage dari 125 stage menjadi 160
stage untuk mengantisipasi naiknya Water
Cut sampai 50%.

Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta


Pengaruh Viskositas Dan Prosentase Water Cut Terhadap Perencanaan Imam S., Jhoni A., Kusno
K., Wijang S I.
Electrical Submersible Pump Pada Lapangan X

Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai