Anda di halaman 1dari 12

Mengenal Keputihan-LEUKORRHEA

LEUKORRHEA-KEPUTIHAN

I. PENDAHULUAN
Leukorrhea (atau yang lebih dikenal dengan keputihan) dan keluhan gatal yang
menyertainya merupakan keluhan yang sering menjadi alasan seorang wanita untuk
berobat ke bagian ginekologi. Hal ini dikarenakan banyak diantara mereka yang
mengkhawatirkan dirinya mengidap penyakit menular seksual ataupun keganasan.
Leukorrhea dapat menyerang wanita mulai dari anak-anak sampai wanita dewasa atau
menopause. Leukorrhea menyebabkan seorang wanita acapkali mengganti pakaian
dalamnya atau menggunakan pembalut. Leukorrhea biasanya disertai dengan keluhan lain
seperti perasaan gatal, rasa panas pada alat kelamin maupun nyeri sewaktu bersenggama.
Keluhan dapat bervariasi dari ringan hingga berat, namun banyak penderita yang tidak
menghiraukannya.

II. DEFINISI
Leukorrhea (lekore) atau fluor albus atau keputihan ialah cairan yang keluar dari saluran
genitalia wanita yang bersifat berlebihan dan bukan merupakan darah. Menurut kamus
kedokteran Dorlan leukorrhea adalah sekret putih yang kental keluar dari vagina maupun
rongga uterus. Walaupun arti kata lekore yang sebenarnya adalah sekret yang berwarna
putih, tetapi sebetulnya warna sekret bervariasi tergantung penyebabnya. Lekore bukan
penyakit melainkan gejala dan merupakan gejala yang sering dijumpai dalam ginekologi.

III. PATOFISIOLOGI
A. Sumber Cairan
1) Vulva
Cairan yang berasal dari vulva tidak termasuk sekret vagina akan tetapi penderita
mengeluh keputihan karena tidak mengetahui asal cairan tersebut. Cairan ini dapat
berasal dari kelenjar Bartholin yang mempunyai peranan penting dalam pelumasan
introitus dan mukosa vulva berupa lendir yang meningkat pada aktifitas seksual. Lendir
juga berasal dari daerah periurethral tempat bermuaranya saluran Skene.
2) Vagina
Walau vagina tidak mempunyai kelenjar akan tetapi cairan dapat keluar dari permukaan
secara transudasi. Cairan bersifat asam karena adanya asam laktat yang diproduksi oleh
mikroorganisme terutama bakteri Doderlein.
3) Serviks
Kelenjar mukosa serviks adalah penghasil lendir utama. Lendir jernih, basah, jumlah dan
kekentalannya bervariasi bergantung dari fase siklus menstruasi. Jumlah terbanyak ialah
saat ovulasi, selain karena pengaruh hormon, juga disebabkan oleh hiperemia.
4) Uterus
Kelenjar endometrium yang sebelumnya tidak aktif, baru aktif pada fase postovulasi dan
sedikit dari cairan ini dapat turun ke vagina, jumlahnya kecil sekali kecuali bila terjadi
kelainan dalam hal vaskularisasi, kelainan faktor endokrin, adanya neoplasma atau
infeksi.
5) Tuba
Walau jarang tetapi mungkin terjadi dalam keadaan tertentu misal salpingitis yang
kemudian cairannya masuk uterus dan selanjutnya turun ke vagina.

B. Komponen Sekret Vagina yang Normal


Sekret vagina terdiri dari beberapa komponen yang meliputi air, elektrolit,
mikroorganisme, sel-sel epitel dan senyawa organik seperti asam lemak, protein dan
karbohidrat. Komponen-komponen ini bergabung untuk menghasilkan sekret vagina
dengan pH kurang dari 4,5. Sel epitel berasal dari epitel toraks serviks dan epitel gepeng
vagina. Flora vagina yang normal terdiri dari mikroorganisme yang mengkolonisasi
cairan vagina dan sel epitel. Leukosit, meskipun normalnya terdapat pada fase sekresi
siklus menstruasi, biasanya hanya ditemukan dalam jumlah kecil.

C. Pengaruh Hormon Seks


Cairan vagina dan flora mikroba dipengaruhi oleh hormon-hormon seks. Peningkatan
volume dan penurunan viskositas cairan vagina terjadi setelah ovulasi, dalam hal ini
hormon progesteron memegang peranan. Estrogen meningkatkan kadar glukosa dalam
cairan vagina. Tidak jelas apakah estrogen meningkatkan pergantian glikogen atau
kandungan glikogen sel-sel epitel, yang kemudian dapat mempengaruhi jenis organisme
yang mengkolonisasi epitel. Sehingga wanita premenarche dan pasca menopause lebih
banyak mempunyai bakteri anaerob daripada wanita menstruasi. Wanita dalam masa
reproduksi mempunyai lebih banyak bakteri fakultatif yang sebanding termasuk
laktobasilus daripada wanita dengan kadar estrogen rendah.
D. Pengaruh pH dan Glukosa atas Flora Vagina
Dua faktor lain yang mempengaruhi jenis organisme yang terdapat dalam flora vagina
adalah pH dan terdapatnya glukosa. Kandungan glikogen epitel vagina pasti meningkat
pada wanita yang menstruasi (dalam masa reproduksi) dibandingkan wanita yang tidak
dalam masa reproduksi. Kandungan asam laktat dalam vagina menimbulkan pH yang
sangat asam (kurang dari 4,5). Asam laktat diproduksi tidak hanya oleh metabolisme
laktobasilus yang menggunakan glukosa sebagai substrat tetapi juga oleh metabolisme
bakteri lain yang menggunakan glikogen sebagai substrat dan oleh metabolisme sel-sel
epitel vagina yang juga menggunakan glikogen sebagai substrat. Kemudian pH rendah ini
menyokong pertumbuhan organisme asidofilik seperti laktobasilus. Terdapatnya
laktobasilus mungkin menjadi pusat pembatasan pertumbuhan bakteri lainnya. Kolonisasi
laktobasilus vagina yang berat menghambat pertumbuhan organisme lain melalui
metabolisme sendiri dengan mempertahankan pH yang rendah dengan menggunakan
glukosa untuk menghasilkan asam laktat, dengan memproduksi hidrogen peroksida yang
menghambat pertumbuhan bakteri anaerob, dan dengan menggunakan glukosa tersebut
memusnahkan organisme lain karena substrat untuk metabolismenya telah dipergunakan.
Di antara wanita pasca menopause, kandungan glikogen sel yang rendah karena
pengurangan kadar estrogen diperkirakan bertanggung jawab terhadap peningkatan pH
vagina. Pada lingkungan pH yang tinggi ini efek penghambatan dan persaingan
laktobasilus dihilangkan dengan demikian organisme-organisme lain terutama yang
anaerob akan berproliferasi.
E. Mikro-Ekosistem Epitel Vagina
Sel-sel epitel mempunyai tempat bagi perlekatan bakteri dan kemampuan bakteri tertentu
untuk menempati tempat tersebut berbeda-beda di antara pasien yang satu dengan
lainnya. Beberapa wanita sangat rentan terhadap infeksi karena selnya mengandung
tempat yang mudah dilekati bakteri. Flora normal yang menempel pada sel-sel epitel
vagina dan merupakan mikro-ekosistem epitel vagina akan menghambat pertumbuhan
organisme patologik yang berlebihan dengan paling sedikit dua mekanisme. Pertama
flora normal pasti menggunakan kedua zat gizi substrat yaitu glukosa dan glikogen.
Kedua dengan menghasilkan produk metabolik yang menghambat penempelan dan
proliferasi organisme yang berpotensi patogen. Analog dengan mikro flora oral, vagina
mungkin mengandung banyak ekosistem mikroba tersendiri, yang bervariasi dalam jarak
beberapa milimeter di dalam epitel vagina.

F. Mikroorganisme yang Terdapat dalam Sekret Vagina yang Normal


Organisme yang ditemukan pada sekret vagina dalam konsentrasi setinggi 10 satuan
pembentuk-koloni/mm3 cairan. Konsentrasi organisme anaerob biasanya kira-kira 5 kali
konsentrasi organisme aerob. Rata-rata 5-10 organisme ditemukan dari vagina, meskipun
pengambilan bahan contoh ulangan dapat menemukan lebih banyak bakteri. Organisme
fakultatif yang paling menonjol adalah spesies laktobasilus, korinebakteria, streptokokus,
stafilokokus epidermis dan Gardnerella vaginalis. Sebenarnya semua wanita paling
sedikit mempunyai satu organisme fakultatif dan salah satu organisme fakultatif ini dapat
ditemukan pada 40-80% wanita. E. coli, merupakan organisme koliformis virulen yang
tersering ditemukan, dapat ditemukan dari hanya kira-kira 20% wanita dan pada wanita
inipun hanya terdapat secara sepintas. Organisme anaerob yang paling menonjol adalah
peptostreptokokus, peptokokus, laktobasilus anaerob, eubakteria; Bacteroides sp., yang
ditemukan secara keseluruhan atau sendiri-sendiri pada 20-60% wanita. Candida
albicans, organisme jamur tersering ditemukan, terdapat 5-10% wanita. Mycoplasma
hominis terdapat pada 20-50% dan Ureaplasma urealyticum terdapat pada 50-70% wanita
asimtomatik yang aktif berhubungan seksual. Jadi sulit sekali menentukan kapan keadaan
disebut patologis bila hanya berdasarkan ditemukannya suatu jenis kuman tertentu.

G. Mekanisme Infeksi Vagina


Jika keseimbangan kompleks mikroorganisme berubah, maka organisme yang berpotensi
patogen, yang merupakan bagian flora normal misalnya C. albicans pada kasus monilia
serta G. vaginalis dan bakteri anaerob pada kasus vaginitis nonspesifik, berproloferasi
sampai suatu konsentrasi yang berhubungan dengan gejala. Pada mekanisme infeksi
lainnya, organisme yang ditularkan melalui hubungan seksual dan bukan merupakan
bagian flora normal seperti Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae dapat
menimbulkan gejala. Gejala yang timbul bila hospes meningkatkan respon peradangan
terhadap organisme yang menginfeksi dengan menarik leukosit serta melepas
prostaglandin dan komponen respon peradangan lainnya. Gejala ketidaknyamanan dan
pruritus vagina berasal dari respon peradangan vagina lokal terhadap infeksi T. vaginalis
dan C. albicans. Organisme tertentu yang menarik leukosit termasuk T. vaginalis,
menghasilkan sekret purulen. Di antara wanita dengan vaginitis nonspesifik, baunya
disebabkan oleh terdapatnya amina yang dibentuk sebagai hasil metabolisme bakteri
anaerob. Amina tertentu, khususnya putresin dan kadaverin, sangat berbau busuk.
Lainnya seperti histamin dapat menimbulkan ketidaknyamanan oleh karena efek
vasodilatasi lokal. Produk metabolisme lain yang dihasilkan pada wanita dengan non
spesifik vaginitis seperti propionat dan butirat dapat merusak sel-sel epitel dengan cara
yang sama seperti infeksi ginggiva. Eksudat serviks purulenta tersering disebabkan oleh
N. Gonorrhoeae, C. Trachomatis atau Herpesvirus hominis, karena organisme
penginfeksi ini menarik leukosit. Adanya AKDR dapat menimbulkan endometritis ringan
dan atau servisitis, tempat leukosit dikeluarkan ke dalam vagina melalui serviks.

III. ETIOLOGI
Tujuan pertama adalah membedakan sekret vagina fisiologis atau patologis, dengan
kriteria klinis, laboratorium dan mikrobiologi. Setiap penyakit atau kelainan dari organ
seperti vagina, serviks, uterus, tuba dapat menimbulkan gejala lekore.

A. Lekore Fisiologis
Basanya jernih atau putih dan menjadi kekuningan bila kontak dengan udara yang
disebabkan oleh proses oksidasi, tidak gatal, tidak mewarnai pakaian dalam dan tidak
berbau. Secara mikroskopik terdiri dari dinding vagina, sekresi dari endoserviks berupa
mukus, sekresi dari saluran yang lebih atas dalam jumlah yang bervariasi serta
mengandung berbagai mikroorganisme terutama lactobacillus doderlein. Memiliki pH <
4,5 yang terjadi karena produksi asam laktat oleh lactobacillus dan metabolisme glikogen
pada sel epitel vagina. Lekore fisiologis berasal dari transudat vagian, lendir serviks dan
lendir kelenjar bartholin dan skene dan biasa ditemukan pada keadaan antara lain:
1. Bayi baru lahir terutama sampai usia 10 hari, hal ini disebabkan pengaruh estrogen di
plasenta terhadap uterus dan vagina bayi
2. Premenarche
3. Saat sebelum dan sesudah haid
4. Saat atau sekitar ovulasi
5. Kehamilan
6. Faktor psikis
7. Rangsangan seksual pada wanita dewasa
8. Gangguan kondisi tubuh seperti keadaan anemia, kekurangan gizi, kelelahan,
kegemukan, usia tua > 45 tahun.

B. Lekore Patologis
Lekore dikatakan patologis jika terjadi peningkatan volume (khususnya jika membasahai
pakaian), terdapat bau yang khas, perubahan konsistensi maupun perubahan warna.
Lekore patologis dapat disebabkan oleh:

1) Infeksi
Merupakan penyebab utama dari lekorea patologis, dapat berupa infeksi vagina
(vaginitis) dan serviks (servisitis). Penyebab terbesar dari infeksi adalah hubungan
seksual. Lekorea karena PMS bersfat abnormal dalam warna, bau atau jumlahnya, dapat
disertai gatal pembengkakan disuria, nyeri perut atau pinggang. Sebab lain masuknya
kuman bisa pada waktu pemeriksaan dalam, pertolongan persalinan atau abortus,
pemasangan AKDR. Perubah flora dapat terjadi karena pencucian vagina yang kurang
pada tempatnya, pengobatan yang berlebihan. Pada anak-anak sering karena higienis
yang kurang baik.
Berdasarkan penyebabnya, infeksi-infeksi tersebut adalah:

a. Infeksi bakteri
• Neisseria gonorrhoeae : Gonorrhoe
• Chlamydia trachomatis : infeksi Chlamydial
• Gardnerella vaginalis : vaginosis
• Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum : Mycoplasmosis
b. Infeksi virus
• Herpes virus (H. Simplex, H. Zoster, Varicella)
• Poxvirus : Moluscum contagiosum
• Papovavirus : Condyloma
c. Infeksi jamur
• Candida albicans : Kandidiasis
d. Infeksi protozoa
• Trichomonas vaginalis : Trikomoniasis
• Entamoeba histolytica : Amoebiasis vaginae
e. Infeksi cacing
• Enterobius vermicularis

Lebih jelas lagi mengenai beberapa infeksi yang sering adalah sebagai berikut:

INFEKSI PADA VAGINA


Pada pemeriksaan sekret vagina pada pasien normal, dapat ditemukan batang gram
positif, yaitu Lactobacillus acidophillus. Bakteri ini dapat mempertahankan ekosistem
vagina dengan 3 cara:
a. Memproduksi asam laktat yang mempertahankan pH vagina normal, yaitu 4 (rata-rata
3,8-4,2) , sehingga dapat menghambat patogen
b. Memproduksi Hidrogen Peroksida yang toksis terhadap mikroflora anaerob
c. Memiliki mikrovili yang menempel pada reseptor di sel-sel epitel vagina, sehingga
menghalangi penempelan patogen.

Gambar 1. Pewarnaan gram pada sekret vagina normal

Infeksi Jamur
Kandidiosis vulvovaginal (KV)
Kandidiosis vulvovaginal merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida spp
terutama Candida albicans. Diperkirakan sekitar 50% wanita pernah mengalami
kandidiosis vulvovaginitis paling sedikit dua kali dalam hidupnya. Jamur ini hidup dalam
suasana asam yang mengandung glikogen. Keadaan-keadaan yang mendukung timbulnya
infeksi adalah kehamilan, pemakaian pil kontrasepsi, pemakaian kortikosteroid dan pada
penderita Diabetes Melitus.
Gambar 2. Gambaran Mikroskopis Candida albicans

Gejala klinis Kandidiosis Vulvovaginal (KV) adalah :


- Duh tubuh vagina disertai gatal pada vula
- Disuria eksternal dan dipareunia superfisial
- Pada pemeriksaan tampak vulva eritem, edem dan lecet

Gambar 3. Vagina dengan Fluor albus

- Pada pemeriksaan spekulum tampak duh tubuh vagina dengan jumlah yang bervariasi,
konsistensi dapat cair atau seperti susu pecah

Gambar 4. Pemeriksaan vagina dengan spekulum

- Pada kasus yang lebih berat pemeriksaan inspekulo menimbulkan rasa nyeri pada
penderita. Mukosa vagina dan ektoserviks tampak eritem, serta pada dinding vagina
tampak gumpalan putih seperti keju.
- Pemeriksaan pH vagina berkisar 4-4,5

Infeksi Protozoa
Trichomoniasis
Trichomoniasis adalah infeksi traktus urogenitalis yang disebabkan oleh protozoa yaitu
T. vaginalis. Masa inkubasi berkisar antara 5-28 hari. Pada wanita T. vaginalis paling
sering menyebabkan infeksi pada epitel vagina, selain pada uretra, serviks, kelenjar
Bartholini dan kelenjar skene.

Gambar 5. Gambaran mikroskopis Trichomoniasis

Trichomoniasis biasanya ditularkan melalui hubungan seksual tanpa menggunakan


pelindung (kondom) dengan seseorang yang mengidap trichomoniasis atau dapat juga
ditularkan melalui perlengkapan mandi (handuk).
Gejala klinis :
- Asimtomatis pada sebagian wanita penderita trichomoniasis
- Bila ada keluhan, biasanya berupa cairan vagina yang banyak, sekitar 50% penderita
mengeluh bau yang tidak enak disertai gatal pada vulva dan dispareunia.
- Pada pemeriksaan, sekitar 75% penderita dapat ditemukan kelainan pada vulva dan
vagina. Vulva tampak eritem, lecet dan sembab. Pada pemasangan spekulum terasa nyeri,
dan dinding vagina tampak eritem
- Sekitar 2-5% serviks penderita tampak gambaran khas untuk trichomoniasis, yaitu
berwarna kuning, bergelumbung, biasanya banyak dan berbau tidak enak
- Pemeriksaan pH vagina >4,5

Gambar 6. Gambaran fluor albus pada Trichomonas vaginalis

Infeksi Bakteri
Vaginosis Bakterial (VB)
Vaginosis bakterial merupakan sindroma atau kumpulan gejala klinis akibat pergeseran
lactobacilli yang merupakan flora normal vagina yang dominan oleh bakteri lain, seperti
Gardnerella vaginalis, Prevotella spp, Mobilancus spp, Mycoplasma spp dan Bacteroides
spp. Vaginosis bakterial merupakan penyebab vaginitis yang sering ditemukan terutama
pada wanita yang masih aktif secara seksual, namun demikian Vaginosis bakterial tidak
ditularkan melalui hubungan seksual.
Gejala klinis :
- Asimtomatik pada sebagian penderita vaginosis bakterialis
- Bila ada keluhan umumnya berupa cariran yang berbau amis seperti ikan terutama
setelah melakukan hubungan seksual
- Pada pemeriksaan didapatkan jumlah duh tubuh vagina tidak banyak, berwarna putih,
keabu-abuan, homogen, cair, dan biasanya melekat pada dinding vagina

Gambar 7. Gambaran Fluor albus akibat Vaginosis bakterial

- Pada vulva atau vagina jarang atau tidak ditemukan inflamasi


- Pemeriksaan pH vagina >4,5 , penambahan KOH 10% pada duh tubuh vagina tercium
bau amis (whiff test)
- Pada sediaan apus vagina yang diwarnai dengan pewarnaan gram ditemkan sel epitel
vagina yang ditutupi bakteri batang sehingga batas sel menjadi kabur (clue cells)

INFEKSI PADA SERVIKS


Servisitis Gonore
Gonore merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh N. gonnorrheae pada traktus
genitalis dan organ tubuh lainnya seperti konjungtiva, faring, rektum, kulit, persendian,
serta organ dalam. Ditularkan melalui hubungan seksual. Pada wanita, N. gonnorrhoeae
pertama kali mengenai kanalis servikalis. Selain itu dapat mengenai uretra, kelenjar
skene, dan kelenjar bartholini. Masa inkubasi bervariasi, umumnya 10 hari.
Gejala klinis :
- Asimtomatik pada lebih dari sebagian penderita gonore
- Bila ada keluhan umunya cairan vagina jumlahnya meningkat, menoragi atau
perdarahan intermenstrual
- Pada penderita yang menunjukan gejala biasanya ditemukan duh tubuh serviks yang
mukopurulen. Serviks tampak eritem, edem, ektopi dan mudah berdarah saat
pengambilan bahan pemeriksaan

Servisitis yang disebabkan Chlamidia trachomatis


Penyakit yang disebabkan oleh Chlamidia trachomatis sebagian besar serupa dengan
gonore. Pada wanita, traktus genitalis yang paling sering terinfeksi oleh C. trachomatis
adalah endoserviks. Pada 60 % penderita biasanya asimtomatik (silent sexually
transmitted disease).

Gambar 8. Gambaran Mikroskopis Chlamidia trachomatis

Gejala klinis :
- Bila penderita yang mempunyai keluhan, biasanya tidak khas dan serupa dengan
keluhan servisitis gonore, yaitu adanya duh tubuh vagina
- Pada pemeriksaan inspekulo sekitar 1/3 penderita dijumpai duh tubuh servks yang
mukopurulen, serviks tampak eritem, ektopi dan mudah berdarah pada saat pengambilan
bahan pemeriksaan dari mukosa endoserviks
-

Gambar 9. Gambaran pemeriksaan spekulum pada infeksi Chlamidia trachomatis

2) Benda asing
Adanya benda asing seperti kotoran tanah atau biji-bijian pada anak-anak ataupun
tertinggalnya tampon maupun kondom pada wanita dewasa, adanya cincin pesariumpada
wanita yang menderita prolaps uteri serta pemakaian alat kontrasepsi seperti IUD dapat
merangsang pengeluaran sekret secara berlebihan.

3) Hormonal
Perubahan hormonal estrogen dan progesteron yang terjadi dapat dikarenakan adanya
perubahan konstitusi dalam tubuh wanitu itu sendiri atau karena pengaruh dari luar
misalnya karena obat/cara kontrasepsi, dapat juga karena penderita sedang dalam
pengobatan hormonal.

4) Kanker
Pada kanker sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah terjadi kerusakan
sel, Pada carcinoma cervix terjadi pengeluaran cairan yang banyak disertai bau busuk
akibat terjadinya proses pembusukan dari sel yang rusak dan seringkali diseertai darah
yang tidak segar akibat pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan
makanan dan oksigen pada sel kanker tersebut.

5) Vaginitis atrofi
Usia pra pubertas, masa laktasi, pasca menopause dan beberapa keadan yang
menyebabkan kurangnya estrogen, akan menyebabkan meningkatnya pH vagina.
Naiknya pH akan menyebabkan pertumbuhan bakteri normal dalam vagina menjadi
berkurang, tetapi sebaliknya pH yang meningkat akan memicu pertumbuhan bakteri
patogen di vagina. Kurangnya estrogen akan menyebabkan penipisan mukosa vagina
sehingga mudah terluka dan terinfeksi

IV. DIAGNOSIS
Diagnosis penyebab leukorea dapat dicari dengan memperoleh :
• Anamnesis
Dengan anamnesis harus terungkap apakah lekore ini termasuk fisiolgis atau patologis.
Selain disebabkan karena infeksi harus difikirkan juga kemungkinan ada benda asing atau
neoplasma
• Pemeriksaan klinis
Pada pemeriksaan speculum harus diperhatikan sifat cairannya seperti kekentalan, warn,
bau serta kemungkinan adanya benda asing, ulkus dan neoplasma (kelompok khusus).
Pemeriksaan dalam dilakukan setelah pengambilan sediaan untuk pemeriksaan
laboratorium
• Pemeriksaan laboratorium
Dibuat sediaan basah NaCl 0,9% fisiologis untuk trikomoniasis, KOH 10% untuk
kandidias, pengecatan gram untuk bakteri penyebab gonore. Pemeriksaan tambahan
dilakukan bila ada kecurigaan keganasan. Kultur dilakukan pada keadaan klinis ke arah
gonore tetapi hasil pemeriksaan gram negatif. Pemeriksaan serologis dilakukan bila
kecurigaan ke arah klamidia.

Diagnosis penyebab infeksi:


1) Trikomoniasis

Anamnesis: sering tidak menunjukkan keluhan ,♣ kalau ada biasanya berupa duh tubuh
vagina yang banyakmdan baerbau maupun dispareunia, perdarahan pasca coitus dan
perdarahan intermestrual
♣ Jumlah lekore banyak, berbau, menimbulkan iritasi dan gatal. Warna sekret putih,
kuning atau purulen. Konsistensi homogen, basah, frothy atau berbusa (foamy). Terdapat
eritem dan edema pada vulva disertai dengan ekskoriasi. Sekitar 2-5% tampak strawberry
servix yang sangat khas pada trichomonas.
Laboratorium: pH♣>4,5 dan Sniff test (+)
♣ Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan larutan garam fisiologis terlihat
pergerakan trichomonas berbentuk ovoid, ukuran lebih besar dari PMN dan mempunyai
flagel, leukosit (+) dan clue cell dapat (+)

2) Kandidosis vulvovaginal

Anamnesis:♣ keluhan panas, atau iritasi pada vulva dan keputihan yang
tidak berbau
Rasa gatal/iritasi disertai keputihan tidak berbau atau♣ berbau asam. Keputihan bisa
banyak, putih keju atau seperti kepala susu/krim, tetapi kebanyakan seperti susu pecah.
Pada dnding vagina biasanya dijumpai gumpalan keju (cottage cheeses). Pada vulva/dan
vagina terdapat tanda-tanda radang, disertai maserasi, psuedomembran, fissura dan lesi
satelit papulopustular
Laboratorium: pH vagina♣ <4,5 dan Whiff test (-)
Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah♣ dengan KOH 10% atau dengan pewarnaan
gram ditemukan blastopora bentuk lonjong, sel tunas, pseudohifa dan kadang kadang hifa
asli bersepta
3) Vaginosis bacterial

Anamnesis: Mempunyai bau vagina yang khas♣ yaitu bau amis terutama waktu
berhubungan seksual, namun sebagian besar dapat asimtomatik
Keputihan dengan bau amis seperti ikan.♣ Sekret berlebihan, banyaknya sedang sampai
banyak, homogen, warna putih atau keabu-abuan, melekat pada dinding vagina. Tidak
ada tanda-tanda inflamasi.
Laboratorium:♣ pH >4,5 biasanya berkisar antara 5-5,5 dan Whiff test (+)
Mikroskopik: clue cell♣ (+) jarang terdapat leukosi

4) Servisitis Gonore

Anamnesis: Gejala♣ subjektif jarang ditemukan . Pada umumnya wanita datang berobat
kalau sudah ada komplikasi. Sebagian besar penderita ditemukan pada pemeriksaan
antenatal atau pemeriksaan keluarga berencana
Duh tubuh♣ serviks yang mukopurulen. Serviks tampak eritem, edema, ektopi dan
mudah berdarah pada saat pengambilan bahan pemeriksaan.
♣ Laboratorium: kultur
Mikroskopik:♣ Pemeriksaan sedian langsung dengan pengecatan gram ditemukan
diplokokus gram negatif, intraseluler maupun ekatraseluler

5) Klamidiasis

Anamnesis: gejala♣ sering tidak khas, asimtomatik, atau sangat ringan


Eksudat seviks♣ mukopurulen, erosi seviks, atau folikel-folikel kecil (microfollicles)
♣ Laboratorium: pemeriksaan serologis untuk deteksi antigen melalui ELISA
♣ Mikroskopik: dengann pengecatan giemsa akan ditemukan badan elementer dan badan
retikulat

V. TERAPI

1. Trikomoniasis
• Pilihan utama : metronidazole 3x250 mg/hari, per oral selama 7 hari.
Jangan diberikan pada wanita hamil, terutama trimester I
• Pilihan lain : Klotrimazol 100 mg/hari intravagina selama 7 hari.
Dapat diberikan pada wanita hamil.
• Partner seksual atau sumber kontak dilakukan pemeriksaan rutin traktus genitourinarius
dan pengobatan dengan metronidazole 2 gr peroral dosis tunggal
2. Kandidiasis
• Pilihan utama:
o Klotrimazol 100mg/hari selama 7 hari
o Nistatin 100.000-200.000 unit/hari intra vagina selama 14 hari
• Pilihan lain :
o Tiokonazol 300mg per oral, dosis tunggal atau 100 mg/hari selama 3 hari
o Mikonazol 100mg/hari intravagina selama 7 hari
3. Vaginosis bakteri
• Pilihan utama: Metronidazol 3x 250mg/hari, oral selama 7 hari
• Pilihan lain : Ampisilin 4x500mg/hari per oral selama 7 hari
4. Gonore
• Pilihan utama : Doksisiklin 2x100mg/hari per oral selama 7 hari
• Pilihan lain :
o Tetrasiklin 4x500 mg/hari per oral selama 7 hari
o Penisilin prokain 4,8 juta U i.m. + Probenesid 1 gr per oral
o Ampisilin 3,5 gr + Probenesid 1 gr per oral
o Amoksisilin 3 gr + Probenesid 1 gr per oral
5. Klamidiasis
• Pilihan utama : Doksisiklin 2x 100 mg/hari oral selama 7 hari
• Pilihan lain :
o Tetrasiklin 4x500mg/hari oral selama 7 hari
o Eritromisin 4x500mg/hari per oral selama 7 hari atau
4x250 mg/hari per os selama 14 hari

DAFTAR PUSTAKA

1. Berek, Jonathan S., et all. 1996. Novak’s Gynaecology. Twelfth Edition. Baltimore:
Williams & Wilkins

2. Daili, Sjaiful Fahmi, Wresti Indriatmi B. 2003. Penyakit Menular Seksual. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

3. De Charney Alan H,M.D. 2003. Current Obstetric dan Gynaecology Diagnosis and
Treatment. New York: McGraw-Hill

4. Freedberg, Irwin M., et all. 2003. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.


Sixth Edition. New York: McGraw Hill

5. Ginekologi. Bandung: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran


Universitas Padjadjaran

6. Natakusumah, Rustama. 1992. Penatalaksanaan Umum Keputihan (Lekore). Dalam


Kumpulan Makalah Simposium Pengelolaan Keputihan dan Masalah Terkait dalam
Rangka Lustrum VII FKUP & HUT RSHS ke-69. Bandung: Bagian/SMF Obstetri dan
Ginekologi FKUP/RSUP Dr. Hasan Sadikin

7. Plourd, David M. 1997. Normal Vaginal Ecosystem Physiology. in Medscape General


Medicine in. www.medscape.com, Diakses 10 Desember 2005

8. Plourd, David M. 1997. Practice Guide to Diagnosing and Treating Vaginitis . in


Medscape General Medicine in. www.medscape.com, Diakses 10 Desember 2005

9. Shaw, Robert W., W. Patrick Soutter, Stuart L. Stanton. 2003. Gynaecology. Third
Edition. London: Churchill Livingstone

10. Wijayanegara, Hidayat, Achmad Suardi, Wiryawan Permadi, Tina Dewi Judistiani.
1997. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin.
Edisi ke II. Bandung: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FKUP/RSUP Dr. Hasan
Sadikin

Anda mungkin juga menyukai