Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN DASAR BUDIDAYA TANAMAN

MULSA DAN PEMULSAAN

Oleh :
Nama : Indahyo Tumanggor
NIM : 155040207111141
Kelas :I
Asisten : Fachrurozi Ubaidillah
Prodi : Agroekoteknologi

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam melakukan kegiatan budidaya perlu dilakukan usaha-usaha
untuk meningkatkan hasil produksi nantinya. Demi menghindari hasil
produksi yang rendah perlu dilakukan pengembangan, salah satunya adalah
dengan menggunakan mulsa, seperti MPHP sebagai cara budidaya yang telah
terbukti dapat meningkatkan hasil tanaman. Mulsa diberikan dengan tujuan
tertentu yang prinsipnya adalah untuk meningkatkan produksi tanaman.

1.2 Tujuan
Praktikum mengenai mulsa dan pemulsaan pada tanaman ubi jalar
dilakukan untuk mengetahui perbandingan data pertumbuhan dan
perkembangan ubi jalar antara perlakuan dengan mulsa (MPHP) dan tanpa
mulsa. Perbandingan data tersebut akan digunakan untuk menarik kesimpulan
apakah cara budidaya dengan mulsa benar-benar dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman ubi jalar atau tidak. Perbandingan data juga dapat
digunakan sebagai acuan apakah perlu penggunaan mulsa dalam kegiatan
budidaya tanaman.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Mulsa


Mulsa adalah bahan berupa jerami padi yang belum melapuk atau
lembaran plastik hitam yang digunakan untuk menutup tanah (Sunarjono dan
Ramayulis, 2012).
Mulsa adalah bahan untuk menutup tanah sehingga kelembaban dan
suhu tanah sebagai media tanaman terjaga kestabilannya (Tinambuan et al,
2014).
Menurut Marliah et al (2011), mulsa adalah bahan atau material yang
digunakan untuk menutupi permukaan tanah atau lahan pertanian dengan
maksud dan tujuan tertentu yang prinsipnya adalah untuk meningkatkan
produksi tanaman.
Jadi, secara garis besar mulsa merupakan bahan yang digunakan
untuk menutupi permukaan tanah dengan tujuan tertentu yang prinsipnya
meningkatkan produksi tanaman.

2.2 Fungsi Pemulsaan


Penggunaan mulsa dapat memberikan keuntungan antara lain
menghemat penggunaan air dengan mengurangi laju evaporasi dari
permukaan tanah, memperkecil fluktuasi suhu tanah sehinga menguntungkan
pertumbuhan akar dan mikroorganisme tanah, memperkecil laju erosi tanah
baik akibat tumbukan butir-butir hujan maupun aliran permukaan dan
menghambat laju pertumbuhan gulma (Marliah et al, 2011).
Mulsa juga berfungsi menekan pertumbuhan gulma sehingga tanaman
akan tumbuh lebih baik. Pemberian mulsa pada permukaan tanah saat musim
hujan dapat mencegah erosi permukaan tanah. Pada komoditas holtikultura
mulsa dapat mencegah percikan air hujan yang menyebabkan infeksi pada
tempat percikan tersebut. Sementara pemberian mulsa pada musim kemarau
akan menahan panas matahari pada permukaan tanah bagian atas. Penekanan
penguapan mengakibatkan suhu relatif rendah dan lembab pada tanah yang
diberi mulsa (Tinambunan et al, 2014).
Penggunaan mulsa organik dapat mempengaruhi kondisi iklim tanah,
kehidupan jasad renik tanah dan pertumbuhan tanaman. Karena pengaruh
mulsa pada tanah adalah membuat agregat tanah tetap gembur, suhu dan
kelembaban tanah stabil (pada musim hujan tidak terlalu basah dan pada
musim kering dapat menahan penguapan air), menambah bahan organik
tanah, meningkatkan aktivitas biologi tanah, menjaga permukaan tanah tetap
permeable, serta meningkatkan unsur hara P dan K (Juanda dan Cahyono,
2009).
Berdasarkan banyaknya fungsi mulsa diatas, dapat disimpulkan
bahwa mulsa berperan dalam meningkatkan produksi, menekan pertumbuhan
gulma, menurunkan dan menjaga stabilitas tanah, melindungi tanah dan
tanaman dari derasnya air hujan, memperbaiki kondisi fisik permukaan tanah
dan menjaga perumbuhan vegetatif tanaman pada awal musim kemarau.

2.3 Macam-Macam Mulsa


Berdasarkan bahan asalnya mulsa memiliki banyak macam. Mulsa
yang telah umum digunakan dalam budidaya pertanian dapat berupa mulsa
organik maupun mulsa anorganik (sintetis).
Mulsa organik berupa sisa hasil tanaman seperti jerami, padi, batang
jagung, brangkasan kacang-kacangan dan lain-lain. Keuntungan penggunaan
mulsa organik adalah bahannya mudah didapat juga bahan tersebut dapat
digunakan untuk menambah bahan organik pada guludan atau tanah tersebut
pada beberapa musim tanam mendatang (Sudjianto et al, 2009). Kelebihan
lainnya meliputi biaya murah, memiliki efek menurunkan suhu tanah,
mengkonversi tanah dengan menekan erosi, dapat menghambat pertumbuhan
tanaman pengganggu dan menambah bahan organik tanah karena mudah
lapuk setelah rentang waktu tertentu. Akan tetapi mulsa organik juga
memiliki kekurangan seperti tidak tersedia sepanjang musim tanam, tetapi
hanya saat musim panen saja dan tidak dapat digunakan lagi untuk masa
tanam berikutnya (Khaira, 2014).
Mulsa sintesis berupa mulsa buatan pabrik. Keuntungan dari mulsa
sintesis adalah dapat memantulkan sinar ultraviolet yang sangat berguna
dalam proses fotosintesis sehingga meningkatkan aktivitas dan proses
kimiawi dalam tubuh tanaman. Mulsa kimia sintetis meliputi semua bahan
yang sengaja dibuat khusus dalam pabrik untuk mendapatkan pengaruh
tertentu jika diperlakukan secara khusus pada media pertanaman, baik
dipadukan dengan massa tanah maupun dihamparkan di permukaan tanah.
Jenis mulsa sintetis yang paling banyak digunakan adalah bahan-bahan
plastik berbentuk lembaran dengan daya tembus sinar yang beragam. Salah
satunya adalah mulsa plastik hitam perak (MPHP). Mulsa ini terdiri dari dua
lapisan, yaitu perak dibagian atas dan hitam dibagian bawah. Warna perak
akan memantulkan cahaya matahari sehingga proses fotosintesis menjadi
optimal, selain itu dapat menjaga kelembaban, mengurangi serangan hama
dan penyakit. Sementara warna hitam akan menyerap panas sehingga suhu di
perakaran tanaman menjadi hangat dan optimal untuk pertumbuhan akar.
Keuntungan lain dari mulsa plastik adalah dapat diperoleh setiap saat,
memiliki sifat yang beragam terhadap suhu tanah tergantung plastik, dapat
menekan erosi, mudah diangkut sehingga dapat digunakan setiap saat,
menekan pertumbuhan tanaman pengganggu dan dapat digunakan lebih dari
satu musim tanam tergantung perawatan bahan mulsa. Sementara
kekurangannya adalah tidak memiliki efek menambah kesuburan tanah
karena sifatnya sukar lapuk dan harga untuk membeli mulsa plastik relatif
mahal (Khaira, 2014).
Dalam penggunaan mulsa perlu diperhatikan kesesuaian antara bahan
mulsa dengan jenis tanaman. Mulsa organik seperti jerami sesuai digunakan
untuk tanaman semusim atau non semusim yang tidak terlalu tinggi dan
memiliki struktur tajuk berdaun lebat dengan sistem perakaran dangkal.
Sebagai contoh adalah tanaman kentang, kedelai, bawang putih dataran
rendah, semangka dan melon. Sementara mulsa plastik sesuai digunakan
untuk pembudidayaan tanaman yang struktur perakarannya dangkal, tajuk
tanaman berdaun tidak lebat dan tinggi tanaman diatas 0,5 meter. Mulsa
MPPH karena dapat memantulkan cahaya matahari sangat banyak, sedangkan
cahaya matahari yang diteruskan sangat kecil akam menyebabkan suhu tanah
tetap rendah. Suhu tanah rendah ini sesuai atau cocok untuk pembudidayaan
semangka hibrida, melon serta berbagai jenis cabai hibrida (Khaira, 2014).

2.4 Teknik Budidaya Ubi Jalar


Ubi jalar (Ipomea batatas L.) merupakan salah satu komoditas
pertanian penghasil karbohidrat yang memiliki peran penting sebagai
cadangan pangan bila produksi padi dan jagung tidak mencukupi lagi. Ubi
jalar dapat diolah menjadi menjadi berbagai produk makanan, semisal tepung
granula, keripik dan kue, selain itu ubi jalar dapat diolah menjadi gula fruktosa
yang dapat digunakan sebagai pemanis dalam industry minuman. Karena
itulah ubi jalar memiliki peluang baik jika dikembangkan. Pengembangan
produksi ubi jalar ini dapat dilakukan dengan teknik budidaya yang
disampaikan Rukmana (2007) dalam buku Ubi Jalar Budi Daya Dan Pasca
Panen sebagai berikut :
1. Pembibitan
Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan
secara vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk. Perbanyakan tanaman
secara generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan
varietas baru.
Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekkan adalah
dengan stek batang. Bahan tanaman atau bibit berupa stek batang harus
memenuhi persyaratan, seperti (1) berasal dari varietas unggul, (2) bahan
tanaman berumur 2 bulan atau lebih, (3) pertumbuhan tanaman yang diambil
steknya dalam keadaan sehat, normal dan tidak terlalu subur, (4) ukuran
panjang stek antara 20-25 cm, ruas-ruasnya rapat dan buku-bukunya tidak
berakar, serta (5) telah mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh
selama 1-7 hari.
Sementara tata cara dalam penyiapan bibit adalah sebagai berikut : (1)
memilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih yang
keadaan pertumbuhannya sehat dan normal, (2) memotong batang tanaman
untuk dijadikan stek sepanjang 20-25 cm dengan menggunakan pisau tajam
dan dilakukan pada pagi hari, (3) mengumpulkan stek pada suatu tempat
kemudian membuang sebagian daun-daunnya untuk mengurangi penguapan
yang berlebihan, dan (4) mengikat bibit rata-rata 100 stek per ikatan lalu
disimpan di tempat teduh selama 1-7 hari dengan tidak bertumpuk.
2. Penyiapan Lahan
Membersihkan tanah dari rumput-rumput liar atau gulma, mengolah
tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur sambil membenamkan
rumput-rumput liar, membiarkan tanah kering selama minimal seminggu,
membuat guludan dengan ukuran lebar bawah 60 cm, tinggi 30-4- cm, jarak
antar guludan 70-100 cm dan panjang guludan disesuaikan dengan keadaan
lahan, kemudian merapikan guludan sambil memperbaiki saluran air diantara
guludan. Jadi kegiatan persiapan lahan ini diantaranya mengolah tanah hingga
gembur lalu tanah dibentuk guludan-guludan. Pengolahan tanah dilakukan
bersamaan dengan pembuatan guludan-guludan
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan guludan adalah ukuran
tinggi tidak melebihi 40 cm. Guludan yang terlalu tinggi cenderung
menyebabkan terbentuknya ubi berukuran panjang dan dalam sehingga
menyulitkan pada saat panen. Sebaliknya, guludan yang terlalu rendah dapat
menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan ubi, dan
memudahkan serangan hama boleng atau lanas oleh Cylas sp.
3. Teknik Penanaman
Penanaman ubi jalar di lahan kering atau tegalan biasanya dilakukan
pada awal musim hujan atau awal musim kemarau bila keadaan cuaca normal.
Sementara di lahan sawah watktu yang paling tepat adalah segera setelah padi
rendengan, yakni pada awal musim kemarau.
Caranya adalah dengan membuat larikan-larikan dangkal arah
memanjang disepanjang puncak guludan dengan cangkul sedalam 10 cm atau
membuat lubang dengan tugal, jarak antar lubang adalah 25-30 cm. membuat
larikan atau lubang tugal sejauh 7-10 cm di kiri dan kanan lubang tanam untuk
tempat pupuk. Menanamkan bibit ubi jalar kedalam lubang atau larikan
hingga pangkal batang (bibit) terbenan tanah ½-2/5 bagian, kemudian tanah
dekat pangkal batang dipadatkan. Memasukkan pupuk dasar berupa urea
ditambah TSP dan KCL dari dosis anjuran ke dalam lubang atau larikan
kemudian ditutup dengan tanah tipis-tipis. Hal tersebut dilakukan karena
tanaman ubi jalar sangat tanggap terhadap pemberian pupuk N (urea) dan K
(KCL).
4. Pemulsaan
Penggunaan mulsa selain dapat meningkatkan hasil ubi jalar juga
bermanfaat untuk mengurangi kehilangan air tanah, mengendalikan gulma
atau rumput liar dan tidak perlu dilakukan pembalikan tajuk.
5. Pemeliharaan Tanaman
Pengairan. Meskipun tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, pada
fase awal pertumbuhan memerlukan ketersediaan air yang memadai. Seusai
tanam, tanah atau guludan tempat penanaman ubi jalar harus diairi. Cara
pengairannya adalah dengan di-leb selama 15-30 menit hingga tanah atau
guludan cukup basah, kemudian airnya dialirkan ke saluran pembuangan.
Pengairan berikutnya masih diperlukan secara kontinyu hingga tanaman ubi
jalar berumur 1-2 bulan. Pada periode pembentukan dan perkembangan ubi
yaitu umur 2-3 minggu sebelum panen, pengairan dikurangi atau dihentikan.
Waktu pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari. Hal
yang penting diperhatikan dalam kegiatan pengairan adalah menghindari agar
tanah tidak terlalu becek atau air menggenang.
Penyulaman. Selama 3 minggu setelah tanam, pertumbuhan ubi jalar
harus diamati secara kontinyu terutama bibit yang mati atau tumbuh abnormal.
Bibit yang mati harus segera disulam. Cara menyulam adalah dengan
mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit baru dengan
menanam sepertiga bagian pangkal setek ditimbun tanah.
Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat sinar
matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Bibit untuk
penyulamanan sebelumnya juga harus dipersiapkan atau ditanam di tempat
yang teduh.
Pemupukan susulan. Zat hara yang terbawa atau terangkut pada saat
panen ubi jalar cukup tinggi sehingga perlu dilakukan pemupukan dengan
tujuan menggantikan unsur hara yang terangkut saat panen, menambah
kesuburan tanah dan menyediakan unsur hara bagi tanaman. Pemberian pupuk
ini harus dalam dosis tepat berdasarkan hasil analisis tanah atau tanaman di
daerah setempat. Pemupukan dapat dilakukan dengan sistem larikan (alur)
atau sistem tugal.
Sedangkan menurut Lingga dkk (1985), ubi jalar merupakan tanaman
berumur pendek. Pengusahaannya bisa tidak tergantung musim tetapi
tergantung pada kebutuhan dan keadaan. Untuk mendapatkan hasil yang
berkualitas dan hasil produksi yang maksimal diperlukan pemeliharaan dan
perawatan yang baik. Berikut teknik budidaya yang disampaikan oleh Lingga
dkk (1985) dalam buku Bertanam Ubi-Ubian :
1. Pengolahan Lahan
Guludan-guludan yang dibuat pada tanah tegalan sebaiknya jangan
terlalu tingi atau terlalu rapat agar tanaman tidak kekurangan air. Pengolahan
tanah harus memperhatikan jenis lahannya. Pada tegalan pengolahan tanah
dilakukan pada musim hujan, dan jika letaknya berlereng-lereng harus
memperhatikan arah pembuatan guludan karena tanah jenis ini mudah hanyut.
Untuk membuang kelebihan air sewaktu hujan dibuatkan saluran pembuangan
air yang dapat mengalir ke bawah. Pembuatan guludan sedapat mungkin
diusahakan membujur kearah timur-barat agar sinar matahari terbagi rata tiap
guludan.
2. Penyulaman, Pengairan dan Penyiangan
Penyulaman dilakukan bila bibit tanaman mati dan dilakukan secepatnya
sehingga pertumbuhannya tidak terlalu tertinggal dari tanaman sebelumnya.
Sampai umur satu bilan tanaman ini masih bias disulam dan penyulaman
sebaiknya menggunakan bibit ynag sudah berakar.
Bila hendak melakukan penyiangan, tanaman dapat diairi sehingga
rumput-rumput liar lebih mudah dicabut sampai keakar-akarnya. Penyiangan
rumput dikerjakan setelah taanman berumur 3 minggu.
3. Pemeliharaan
Pada tanaman yang pertumbuhannya terlalu subur dan rimbun sebaiknya
dilakukan pemangkasan dan pengurangan daun, sebab jika daun terlalu
banyak hasil umbi dapat berkurang. Pemangkasan dilakukan pada sulur-sulur
tanaman yang merayap dalam saluran-saluran disela-sela bedengan.
4. Pemupukan
Unsur pupuk yang diperlukan tanaman ubi jalar adalah N dan K, unsur P
sedikit sekali dibutuhkan. Pemupukan N diberikan dalam bentuk ZA atau
Urea. Pupuk K diberikan dalam bentuk ZK atau KCl. Pupuk P diberikan
dalam bentuk TSP. cara pemberian pupuk adalah dengan memasukkan ke
dalam parit yang dibuat sejauh 7 cm dari pusat guludan dengan kedalaman 5-
10 cm kemudian ditutup kembali dengan tanah.
Pemakaian pupuk yang cukup akan meningkatkan produksi secara nyata,
terutama pupuk K, sebab unsur K secara positif paling berperan dalam
pembentukan umbi. Makin banyak unsur K dalam tanah, makin banyak pula
unsur K yang dapat diserap kedalam batang dan daun. Hal ini akan
meningkatkan proses fotosintesis dengan katalisator unsur K. Akibatnya akan
semakin banyak karbohidrat ynag terbentuk dan semakin banyak terjadi
penyimpanan karbohidrat paa umbi, sehingga hasil umbi lebih besar.
Sementara unsur P berperan dalam memproduksi akar penyimpanan. Dan
unsur N sangat penting bagi pertumbuhan vegetatif dan awal pertumbuhan
tanaman.

2.5 Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak pada Ubi Jalar


Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak atau MPHP dapat
meningkatkan suhu rizosfir (selapis tanah yang melindungi permukaan akar).
Peningkatan suhu tanah dibawah MPHP akan meningkatkan aktivitas
mikroorganisme tanah dalam menguraikan bahan organik yang tersedia
sehingga terjadi pernambahan hara tanah dan pelepasan karbon dioksida
melalui lubang tanam (Fahrurrozi et al, 2001).
Menurut Wiryanta (2002), pemasangan MPHP sebaiknya dilakukan
pada siang hari sewaktu matahari sedang terik-teriknya sehingga mulsa dapat
ditarik dan terkembang secara maksimal. Dengan demikian guludan dapat
tertutup dengan baik. Alat-alat yang diperlukan untuk pemasangan MPHP
sebagai berikut : (1) pasak bambu berbentuk huruf U, (2) pisau atau gunting
untuk memotong mulsa, dan (3) mulsa plastik hitam perak atau MPHP.
Tahap-tahap pengerjaannya sebagai berikut :
1. Menyiapkan MPHP sepanjang bedengan dikurangi 0.5-1 meter (mulsa akan
memuai begitu terkena panas matahari dan tarikan).
2. Ujung-ujung MPHP ditarik secara berbarengan dan perlahan-lahan supaya
tidak sobek, lalu kedua ujungnya dipasak dengan menggunakan pasak dari
bambu.
3. Selanjutnya, salah satu sisi dipasangi pasak mulsa dengan jarak setiap 50 cm.
disusul sisi lainnya. Pemasangan pasak ini dilakukan sambil menarik secara
perlahan-lahan MPHP sehingga menutup bedengan atau guludan dengan rapat.
Setelah pemasangan MPHP selesai, dapat dilakukan penentuan calon
lubang tanam dan menentukan jarak tanamnya. Pelubangan MPHP dapat
dilakukan dengan menggunakan pisau atau cutter, selain itu dpat juga
dilakukan dengan bekas kaleng susu yang digunakan dengan cara
menancapkan kaleng ke mulsa sambil memutarnya. Jika kaleng terangkat
tanah pun ikut terangkat sehingga membentuk lubang penanaman.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Soenyoto (2014) mengenai
perbandingaan data pertumbuhan dan perkembangan tanaman ubi jalar dengan
MPHP dan tanpa MPHP didapat hasil, rata-rata luas daun pada umur 70 hari
setelah tanam, hasil tertinggi dicapai oleh perlakuan penggunaan MPHP
sedangkan yang terendah didapat pada perlakuan tanpa menggunakan mulsa.
Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan dengan menggunakan MPHP saat
tanamanan ubi jalar umur 70 hst lebih lebar karena penggunaan MPHP
mengakibatkan suhu tanah pada pagi hari tinggi karena suhu tanah yang tinggi
pada pagi hari dapat mempercepat proses fotosintesis dan penyerapan unsur
hara N lebih baik sehingga peningkatan luas daun lebih maksimal dibanding
perlakuan tanpa menggunakan MPHP.
Pengaruh penggunakan MPHP ini juga memberi hasil nyata terhadap
bobot segar umbi per tanaman (gr) saat panen pasa umur 110 hari setelah
tanam. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa bobot segar umbi pada
perlakuan tanpa MPHP jauh lebih rendah dibanding perlakuan dengan MPHP.
Hal tersebut terjadi karena penyerapan unsur hara N, P dan K pada perlakuan
MPHP jauh lebih baik dibanding perlakuan tanpa MPHP. Unsur hara N
berperan dalam pertumbuhan generatif bobot segar umbi memiliki peranan
pada aktifitas beberapa enzim dalam memperlancar metabolisme pati, dan
unsur hara P yang berperan dalam produksi akar penyimpanan (umbi) dan
unsur hara K yang dihisap ke dalam batang dan daun sehingga mempercepat
fotosintesis dan semakin banyak karbohidrat yang tersimpan maka umbi dapat
mencapai berat yang maksimal. Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
dan perkembangan tanaman ubi jalar dengan penggunaan MPHP jauh lebih
optimal dibanding tanpa MPHP.
Kelebihan dari penggunaan MPHP dalam produksi tanaman ubi jalar
adalah karena dapat menjaga kestabilan suhu dan kelembaban dalam tanah
mulsa mempengaruhi peningkatan pada produksi tanaman. Penggunaan mulsa
ini juga dapat menghasilkan berat umbi cukup tinggi karena MPHP dapat
menjaga evaporasi yang terlalu banyak serta dapat menghindari pembentukan
akar pada ruas-ruas batang yang ada di atas tanah, dengan demikian
pembentukan umbi dapat terpusat pada pangkal batang (Yohana, 2012).
Sementara kekurangan dari penggunaan MPHP dalam budidaya
tanaman ubi jalar adalah daya pantul MPHP lebih rendah dibanding mulsa
organik seperti jerami. Daya pantul yang rendah tersebut tidak banyak
mengurangi radiasi yang diterima dan diserap oleh tanaman sehingga suhu
tanah pada siang hari belum turun maksimal. Suhu tanah yang rendah dapat
mengurangi laju respirasi akar sehingga asimilat yang dapat disumbangkan
untuk penimbunan cadangan bahan makanan menjadi lebih banyak. Karena itu
meskipun rata-rata bobot umbi yang dihasilkan pada perlakuan dengan MPHP
lebih tinggi dibanding tanpa MPHP, tetap saja masih lebih tinggi perlakuan
dengan mulsa organik seperti jerami (Soenyoto, 2014).

3. BAHAN DAN METODE

3.1 Alat dan Bahan


 Alat:
Meteran : untuk mengukur jarak tanam
Gembor : untuk menyiram tanaman
Kaleng susu : untuk membuat tabung pada mulsa
Gunting : untuk memotong mulsa
 Bahan:
Mulsa plastik perak : sebagai mulsa
Bambu tipis : sebagai pengait mulsa ketanah

3.2 Cara Kerja

Menyiapkan alat dan bahan

Memotong mulsa menjadi dua bagian sama panjang

Memasang mulsa pada bedengan pertama dan ketiga, bedengan kedua dan
keempat tidak diberi mulsa
Memanaskan kaleng susu dan menempelkannya pada mulsa hingga
berlubang sesuai jarak tanam

Menanam bibit ubi jalar dan kacang kedelai di lubang yang ditentukan

Melakukan penyiraman setiap hari atau disesuaikan dengan curah hujan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Data Hasil Pengamatan
4.1.1 Panjang Tanaman Ubi Jalar
Berikut adalah tabel data hasil pengamatan rata-rata panjang tanaman ubi
jalar dengan perlakuan tanpa mulsa dan penggunaan mulsa plastik hitam perak
pada usia 2 sampai 6 minggu setelah tanam (mst)
Tabel 1. Perbandingan Rata-Rata Panjang TanamanUbi Jalar dengan Perlakuan
Tanpa Mulsa dan Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak
Tabel 1. Data Pengamatan Panjang Tanaman Ubi jalar Perlakuan Tanpa Mulsa
Tinggi Tanaman (cm)
Sampel
2 mst 3 mst 4 mst 5 mst 6 mst
Tanaman 1 29 38 42 68 85
Tanaman 2 43 45 46 48 55
Tanaman 3 28 26 29 42 46
Tanaman 4 36 41 44 79 93
Rata-rata 34 37,5 40,2 59,2 69,75

Tabel 2. Data Pengamatan Panjang Tanaman Ubi jalar Perlakuan dengan Mulsa Plastik
Hitam Perak
Tinggi Tanaman (cm)
Sampel
2 mst 3 mst 4 mst 5 mst 6 mst
Tanaman 1 23 30 47 67 72
Tanaman 2 21 26 42 85 97
Tanaman 3 31 34 40 43 43
Tanaman 4 26 27 39 60 72
Rata-rata 25,2 29,2 42 63,7 71,5

Tabel 3. Perbandingan Rata-Rata Panjang Tanaman Ubi Jalar dengan Perlakuan Tanpa
Mulsa dan Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak
Tinggi Tanaman (cm)
Pola Tanam
2 mst 3 mst 4 mst 5 mst 6 mst
Tanpa Mulsa 34 37,5 40,2 59,2 69,75
MPHP 25,2 29,2 42 63,7 71,5

Data diatas adalah hasil pengamatan panjang tanaman ubi jalar dengan perlakuan
tanpa mulsa dan perlakuan dengan mulsa plastik hitam perak. Dapat kita lihat dari
data bahwa pada minggu ke 2 dan 3 pertumbuhan tanaman lebih cepat pada
tanaman ubi jalar dengan perlakuan tanpa mulsa, namun pada minggu ke3 sampai
minggu ke 6 pertumbuhan ubi jalar lebih cepat pada tanaman yang menggunakan
mulsa plastik.
Berikut adalah grafik panjangi rata-rata tanaman ubi jalar

Gambar 1. Perbandingan Rata-Rata Panjang Tanaman Ubi Jalar dengan


Perlakuan Tanpa Mulsa dan Penggunaan Mulsa Plastik Hitam
Perak
2.1.1 Jumlah Daun Tanaman Ubi Jalar
Berikut adalah tabel data hasil pengamatan jumlah daun tanaman ubi jalar
dengan perlakuan menggunakan mulsa plastik hitam perak dan perlakuan ubi
jalar tanpa mulsa pada usia 2 sampai 6 minggu setelah tanam (mst).

Tabel 4. Data Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Ubi jalar Perlakuan Tanpa Mulsa
Jumlah Daun Tanaman (cm)
Sampel
2 mst 3 mst 4 mst 5 mst 6 mst
Tanaman 1 18 33 74 138 216
Tanaman 2 8 17 46 52 91
Tanaman 3 18 27 29 55 133
Tanaman 4 20 46 44 145 245
Rata-rata 16 30,7 46,7 97,5 176,2

Tabel 5. Data Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Ubi jalar Perlakuan dengan
Mulsa Plastik Hitam Perak
Jumlah Daun Tanaman (cm)
Sampel
2 mst 3 mst 4 mst 5 mst 6 mst
Tanaman 1 21 31 72 65 170
Tanaman 2 19 42 27 151 283
Tanaman 3 32 49 53 130 173
Tanaman 4 33 60 55 121 175
Rata-rata 26,2 45,5 51,7 116,7 200,2

Tabel 6. Perbandingan Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Ubi Jalar dengan


Perlakuan Tanpa Mulsa dan Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak
Jumlah Daun Tanaman (helai)
Pola Tanam
2 mst 3 mst 4 mst 5 mst 6 mst
Tanpa Mulsa 16 30,7 46,7 97,5 176,2
MPHP 26,2 45,5 51,7 116,7 200,2
Data diatas terlihat panjang tanaman ubi jalar dengan perlakuan tanpa
mulsa dan penggunaan mulsa plastik hitam perak terus meningkat pada setiap
minggunya. Pada perlakuan tanpa mulsa rata-rata panjang tanaman pada 2 mst
yaitu 16 cm, pada 3mst yaitu 30,7 cm,pada 4 mst yaitu 46,7 cm, pada 5 mst rata-
ratanya 97,5 cm, dan pada 6 mst rata-ratanya 176,2cm. Sedangkan pada perlakuan
dengan MPHP rata-rata panjang tanaman ubi jalar pada 2 mst yaitu 26,2 cm, pada
3 mst 45,5 cm, pada 4 mst 51,7 cm, pada 5 mst rata-ratanya 116,7 cm, dan pada 6
mst rata-ratanya yaitu 200,2 cm.Berikut adalah grafik perbandingan rata-rata
panjang tanaman ubi jalar dengan perlakuan tanpa mulsa dan dengan MPHP.

Gambar 1.Perbandingan Rata-Rata Panjang Tanaman Ubi Jalar dengan Perlakuan


Tanpa Mulsa dan Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak
Dari data grafik diatas dapat dilihat bahwa rata-rata panjang tanaman pada
masing-masing perlakuan selalu mengalami kenaikan dan pada perlakuan tanpa
mulsa rata-rata tinggi tanaman ubi jalar lebih rendah dibandingkan dengan
perlakuan MPHP.

4.1..2 Jumlah Daun Tanaman Ubi Jalar


Berikut adalah tabel data hasil pengamatan rata-rata jumlah daun tanaman
ubi jalar dengan perlakuan tanpa mulsa dan penggunaan mulsa plastik hitam perak
pada usia 2 sampai 7 minggu setelah tanam (mst).
Tabel 2. Perbandingan Rata-Rata Jumlah Daun Ubi Jalar dengan Perlakuan
Tanpa Mulsa dan Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak.
Jumlah Daun Tanaman (helai)
Pola Tanam
2 mst 3 mst 4 mst 5 mst 6 mst
Tanpa Mulsa 16 30,7 46,7 97,5 176,2
MPHP 26,2 45,5 51,7 116,7 200,2
Dari data tabel diatas terlihat rata-rata jumlah daun tanaman ubi jalar pada
perlakuan tanpa mulsa dan dengan penggunaan MPHP terus meningkat pada
setiap minggunya. Pada perlakuan tanpa mulsa rata-rata jumlah daun tanaman ubi
jalar pada 2 mst yaitu 16 helai,pada 3 mst yaitu 30,7 helai,pada 4 mst yaitu 46,7
helai, pada 5 mst rata-ratanya 97,5 helai, dan pada 6 mst yaitu 176,2 helai.
Sedangkan pada penggunaan MPHP rata-rata jumlah daun tanaman ubi jalar pada
2 mst yaitu 26,2 helai, pada 3 mst 45,5 helai, pada 4 mst 51,7 helai dan pada 5 mst
rata-ratanya yaitu 97,5 helai, dan pada 6 mst yaitu 200,2 helai. Berikut adalah
grafik perbandingan rata-rata jumlah daun tanaman ubi jalar dengan perlakuan
tanpa mulsa dan penggunaan MPHP.

Gambar 2. Grafik Perbandingan Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Ubi Jalar


dengan Perlakuan Tanpa Mulsa dan Pengunaan Mulsa Plastik Hitam Perak

Dari data grafik diatas dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah daun tanaman ubi
jalar pada masing-masing perlakuan selalu mengalami kenaikan dan pada
perlakuan tanpa mulsa rata-rata tinggi tanaman ubi jalar lebih rendah
dibandingkan dengan perlakuan pengunaan MPHP.

4.2 Pembahasan

4.2.1 PanjangTanaman Ubi Jalar


Dari hasil praktikum didapatkan bahwa panjang tanaman ubi jalar tanpa
mulsa lebih rendah dibandingkan panjang tanaman ubi jalar dengan menggunakan
mulsa plastik hitam perak. Yaitu pada perlakuan tanpa mulsa panjang nya
mencapai 57,25 cm sedangkan pada perlakuan menggunakan mulsa plastik hitam
perak mencapai 68 cm. Hal tersebut sesuai penelitian yang dilakukan Soenyoto
(2014) mengenai perbandingaan data pertumbuhan dan perkembangan tanaman
ubi jalar dengan MPHP dan tanpa MPHP didapat rata-rata hasil tertinggi dicapai
oleh perlakuan penggunaan MPHP sedangkan yang terendah didapat pada
perlakuan tanpa menggunakan mulsa. Perlakuan mulsa secara langsung dapat
menciptakan kondisi yang sesuai bagi tanaman terutama lingkungan mikro di
daerah perakaran tanaman, mampu mempertahankan kelembaban tanah dan
ketersediaan air dalam tanah, sehingga dalam keadaan panas yang terik sekalipun
tanah masih mampu menyediakan air bagi tanaman di atas permukaan tanah.
Selain itu mulsa terutama mulsa plastik dapat menutup permukaan tanah dengan
rapat, sehingga kemungkinan kehilangan air hanya sedikit melalui perembesan ke
bawah atau ke samping dan sedikit melalui lubang tempat tanaman tumbuh.
Dengan penggunaan mulsa dapat menjaga tercucinya pupuk oleh air hujan dan
mencegah penguapan unsur hara oleh sinar matahari. Hal ini berbeda dengan
perlakuan tanpa mulsa dimana permukaan tanah langsung terkena sinar matahari
sehingga terjadinya penguapan melalui permukaan tanah atau evaporasi cukup
besar dan pada saat hujan terjadi kelebihan air di permukaan tanah yang
mengakibatkan tercucinya pupuk. Menurut Noorhadi (2003), kelebihan air dapat
menyebabkan kerusakan pada perakaran tanaman, disebabkan kurangnya udara
pada tanah tergenang. Rukmana 2007, dalam Samiati et al., (2012),
mengemukakan bahwa mulsa mempengaruhi iklim mikro melalui penerusan dan
pemantulan cahaya matahari, suhu, dan kelembaban di bawah dan di atas mulsa
serta kadar lengas tanah sehingga laju asimilasi netto dan laju pertumbuhan
tanaman yang menggunakan mulsa lebih baik dibanding tanpa mulsa. Sesuai
dengan pernyataan Lakitan (1995), bahwa penggunaan mulsa plastik hitam perak
dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Literatur lain yang
mendukung adalah pernyataan Purwowidodo (1999), mulsa dapat memacu
pertumbuhan tanaman ubi jalar karena kelembaban pada guludan lebih terjaga
sehingga unsur hara akan lebih mudah diserap tanaman ubi jalar daripada tanaman
ubi jalar tanpa mulsa. Hasil praktikum yang sesuai dengan literatur mungkin
disebabkan karena tanaman ubi jalar yang memakai mulsa plastik hitam perak
dirawat dengan baik begitu juga yang tanpa mulsa sehingga hasilnya benar benar
menunjukkan parameter yang diamati.

4.2.2 Jumlah Daun Tanaman Ubi Jalar


Dari hasil praktikum didapatkan hasil bahwa jumlah daun pada tanaman
ubi jalar tanpa mulsa lebih sedikit daripada jumlah daun pada tanaman ubi jalar
yang menggunakan MPHP. Hasil praktikum tersebut sesuai dengan penelitian
Yohana (2012) dalam Sumarni dan Rosliani (2010) menyatakan peningkatan suhu
di sekitar tanaman akibat pemberian naungan plastik mengakibatkan laju proses
fotosintesis dan laju pertumbuhan tanaman meningkat sehingga terjadi
peningkatan jumlah daun. Faktor lainnya yaitu pada tanaman ubi jalar yang
menggunakan MPHP terdapat cukup unsur N, sesuai dengan pendapat Raihan
(2001) menginformasikan bahwa pemberian bahan organik yang tinggi dapat
menambah unsur hara esensial dan juga dapat meningkatkan ketersediaan unsur
hara dalam tanah bagi tanaman terutama unsur N yang fungsi utamanya ialah
untuk perkembangan vegetatif tanaman seperti pembentukan daun. Sedangkan
menurut Mulyani dan Kartasapoetra (1988), menyatakan bahwa nitrogen
diperlukan tanaman untuk merangsang pertumbuhan tanaman terutama batang,
cabang dan daun. Selain faktor-faktor tersebut terdapat pula faktor yang
menyebabkan jumlah daun pada perlakuan menggunakan MPHP lebih banyak
dibandingkan dengan tanpa mulsa yaitu proses penanaman dan perawatan yang
sesuai dengan perlakuan yang baik dan benar. Menurut Lingga (1985),
penggunaan mulsa pada tanaman ubi-ubian dapat merangsang pertumbuhan
panjang sulur dan jumlah daun.
5. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah diketahui, dapat disimpulkan bahwa hasil
pengamatan pada tanaman ubi jalar dengan perlakuan tanpa mulsa dan dengan
menggunakan MPHP memiliki hasil yang berbeda pada setiap parameter yang
diamati yaitu panjang tanaman dan jumlah daun ubi jalar. Dari kedua parameter
yang ada,tanaman ubi jalar paling baik tumbuh pada perlakuan dengan MPHP.
Hasil praktikum tersebut sesuai dengan yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa
seharusnya tamanan ubi jalar tumbuh dengan baik dan optimal pada perlakuan
penggunaan MPHP, karena fungsi dari MPHP tersebut untuk mengoptimalkan
pertumbuhan tanaman.
Hal tersebut juga dikarenakan fungsi mulsa bagi tanaman adalah memacu
pertumbuhan tanaman budidaya karena kemampuan mulsa dalam menjaga
kelembaban tanah dari pengurangan efek evaporasi. Selain itu sisi atas MPHP
yang berwarna perak dapat memantulkan sinar matahari ke bagian bawah daun
sehingga dapat mengurangi perkembangan organisme pengganggu tanaman ubi
jalar.
DAFTAR PUSTAKA

Fahrurrozi, K. A., Stewart S. Jenni, 2001. The Early Growth of Muskmelon in


Mini-tunnel Containing A Thermal-water Tube. I. The Carbon dioxide
Concentration In The Tunnel. Journal Amer. Soc. For Hort. Sci. 126 : 757-
763

Juanda, Dede dan Cahyono, Bambang, 2009. Ubi Jalar Budi Daya dan Analisis
Usaha Tani. Penerbit Kanisius Yogyakarta

Khaira, M. Iqbal dan Khaira Sofa Anisa, 2014. Pengaruh Pemakaian Mulsa
Plastik Hitam Perak dan Aplikasi Dosis Zeolit pada Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Radish (Raphanus satufus L.). Fakulas Pertanian Universitas
Lampung

Lakitan, B. 1995. Hortikultura I. Teori Budidaya dan Pasca Panen. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.

Lingga, P. dkk, 1985. Bertanam Ubi-ubian. Penerbit Penebar Swadaya ANggota


IKAPI Jakarta

Marliah, Ainun, Nurhayati dan Dwi Susilawati, 2011. Pengaruh Pupuk Organik
dan Jenis Mulsa Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai
(Glycine max (L.) Merrill). Jurnal Floratek 6 : 192-201

Mulyani dan Kartasapoetra. 1988. Pengaruh Kandungan Air Tanah dan


Pemupukan Nitrogen Terhadap Penyegaran Nitrogen Tanaman Tebu Lahan
Kering Varietas F 154. Proseding Seminar. P3GI. Pasuruan

Noorhadi. 2003. Kajian Pemberian Air dan Mulsa Terhadap Iklim Mikro pada
Tanaman Cabai di Tanah Entisol. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan. 4(1):41-
49.
Purwowidodo. 1999. Teknologi Mulsa. Jakarta : Penebar Swadaya.
Raihan dan Nurtirtayani. 2001. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap N
dan P tersedia tanah. Agrivita 23: 13-19
Rukamana, Rahmat, 2007. Ubi Jalar Budi Daya dan Pasca Panen. Penerbit
Kanisius Yogyakarta
Sudjianto, Untung dan Veronica Krestiani, 2009. Studi Pemulsaan dan Dosis NPK
pada Hasil Buah Melon (Cucumis melo L). Jurnal Sains dan Teknologi 2 (2)
: 1-7 ISSN : 1979-6870

Sunarjono. H. Rendro dan Ramayulis, Rita, 2012. Timun Suri & Blewah
Kandungan & Khasiat, Kumpulan Resep Minuman, Panduan Bertahan.
Penebar Swadaya. Depok. Halaman 65

Seonyoto, Edy, 2014. Pengaruh Dosis Pupuk Phonska dan Penggunaan Mulsa
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Ubi Jalar Ungu (Ipomea
batatas L.) Varietas Ayamurasaki. Jurnal Cendekia 12(3) : 100-107 ISSN :
1693-6094

Tinambunan, Erika, Lilik Setyobudi dan Agus Suryanto, 2014. Penggunaan Jenis
Mulsa terhadap Produksi Baby Wortel (Daucus carota L.) Varietas Hibrida.
Jurnal Produksi Tanaman 2 (1) : 25-30

Wiryanta, Bernardinus T. Wayu, 2002. Bertanam Cabai pada Musim Hujan.


Penerbit Agromedia Pustaka Jakarta

Yohana, Atrini Dyah, 2012. Studi Pengaruh Penekanan Pertumbuhan Akar pada
Ruas-ruas Batang Atas terhadap Hasil Umbi Ubi Jalar (Ipomea batatas (L.)
Lamb). Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta

Anda mungkin juga menyukai