Disusun Oleh:
KELOMPOK V
KELAS B
SEMESTER II (GENAP)
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah etika penelitian tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua teman yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Penulis hanya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
diri sendiri maupun kepada pembaca umumnya.
Penulis menyadari dengan keterbatasan yang kami miliki sebagai manusia
biasa, namun karena tugas ini adalah amanah, maka tersususnlah hasil pemikiran
kami yang mungkin masih jauh dari sutu kesempurnaan untuk itu kami
mengharapkan kritik dan pesan demi menyempurnakan makalah ini.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
BAB 3 PENUTUP..............................................................................................
4.1 Kesimpulan ......................................................................................
4.2 Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... .
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Sindrom cushing merupakan sekelompok kelainan fisik yang terjadi bilamana
kelenjar adrenal menghasilkan glukokortikoid dalam jumlah yang berlebihan.
Sindrom ini juga dapar disebabkan oleh sekresi androgen yang berlebihan.
Jika kelebihan glukokortikoid disebabkan oleh kelainan yang bergantung-
hipofise, kelainan ini dikenal dengan naman sindrom cushing (Lyndon S,
2014).
2.3 Penyebab
Menurut (Lyndon S, 2014):
2.3.1 Kelebihan hormon hipofisis anterior (kortikotropin).
2.3.2 Hyperplasia kelenjar adrenal
2.3.3 Stimulasi kelenjar hipofisis oleh hipotalamus
2.3.4 Adenoma atau karsinoma pada kelenjar hipofisis
2.3.5 Sekresi eksogenus kortikotropin oleh neoplasma malignan yang ada di
dalam paru atau kandung empedu
2.3.6 Pemberian glukokortikoid atau kortikotropin dengan dosis yang
berlebihan atau dalam waktu yang lama.
2.4 Patofisiologi
Menurut Lyndon S, (2014) sindrom cushing dapat terjadi dalam tiga bentuk:
2.4.1 Primer, disebabkan oleh penyakit kroteks adrenal.
2.4.2 Sekunder, disebabkan oleh hiperfungsi sel-sel penghasil kortikotropin
dari kelenjar hipofise anterior.
2.4.3 Tersier, disebabkan oleh disfungsi atau trauma hipotalamus.
Tanda Klinik
Osteoporosis, Diabetes MeIlitus, Hipertensi
Diastolik, Adipositas sentral, Hirsutisme dan
aminore
Tes Skrining
Kortisol Plasma pada jam 08.00 > 140 nmol/L (5gr/dL)
setelah 1 mg deksametason pada tengah malam: kortisol
bebas urine > 275 nmol/L (100 g/hari)
2.7 Penatalaksanaan
Menurut M. Black Joyce (2009);
2.7.1 Penatalaksanaan Medis
2.7.1.1 Diet; rendah natrium, rendah kalori, tinggi kalium, tinggi
protein.
2.7.1.2 Aktivitas; sesuai dengan toleransi pasien
2.7.1.3 Monitoring; tanda vital, asupan/keluaran cairan dan hasil
labolatorium (natrium,kalium,kortisol,BUN dan glukosa)
2.7.1.4 Terapi radiasi
2.7.1.5 Glukokortikoid (pasca bedah dan bersama dengan pengunaan
preparat supresan adrenal)
2.7.1.6 Suplemen kalium; kalium klorida, kalium glukonat
2.7.1.7 Supresa adrenal; metirapon (Metopirone), amino glutetimid
(cytadren), ketokonazol (;nizoral)
2.7.1.8 Preparat hipoglikemik; kerja-cepat; kerja singkat/ short acting
(regular insulin); kerja sedang/intermediate-acting(NPH);
kerja-panjang/ long acting (lente, lantus); gliburid (DiaBeta,
Micronase, Amaryl); glipizid (Glucotrol, Glucotrol xl)
2.7.2 Penatalaksanaan Keperawatan
2.7.2.1 Menurunkan resiko cidera dengan menciptakan lingkungan
yang protektif untuk meminimalkan resiko jatuh atau cidera
yang lain.
2.7.2.2 Menurunkan resiko infeksi
2.7.2.3 Mempersiapkan klien untuk menjalankan pembedahan dan
setelah operasi.
2.7.2.4 Mengajarkan tentang perawatan diri.
2.7.2.5 Memberikan Health Education tentang pemberian obat
kortikosteroid.
2.9 Komplikasi
Menurut Lyndon S, (2014) komplikasi yang berkaitan dengan sindrom
cushing disebabkan oleh efek kortisol yang utama yaitu glukokortikoid.
Komplikasi utama ini mencakup;
2.9.1 Osteoporosis dan fraktur patologik, disebabkan ileh peningkatan
resorpsi kalsium dari tulang.
2.9.2 Ulkus peptik, disebabkan oleh peningkatan sekresi lambung, produksi
pepsin dan penurunan mukus lambung.
2.9.3 Lipidosis (suatu kelainan metabolisme lemak).
2.9.4 Gangguan toleransi glukosa, disebabkan oleh peningkatan
glukoneogenesis hati dan resistensi insulin.
2.9.5 Infeksi yang berulang atau penyembuhan luka yang lambat sebagai
akibat penurunan produksi linfosit dan suspensi pembentukan antibodi
dapat terjadi.
2.9.6 Penyakit jantung iskemik dan gagal jantung akibat hipertensi sebagai
retensi natrium dan air
2.9.7 Gangguan menstruasi dan disfungsi seksual
2.10 Prognosis
Sindrom Cushing yang tidak diobati akan fatal dalam beberapa tahun oleh
karena gangguan kardiovaskular dan sepsis. Setelah pengobatan radikal
kelihatan membaik, bergantung kepada apakah gangguan kerusakan
kardiovaskular irreversible. Pengobatan substitusi permanent memberikan
resiko pada waktu pasien mengalami stress dan diperlukan perawatan
khusus. Karsinoma adrenal atau yang lainnya cepat menjadi fatal oleh
karena kakeksia dan/atau metastasis.
Iatrogenik Stress Cyrcadian Rhythem
Aktivitas korteks yg
berlebih Gangguan CRH Hipotalamus
di Korteks
Tumor korteks adrenal Adrenal
ACTH Anterior Pituitary
(Adenoma & karsinoma)
Metabolisme Metabolisme Distribusi jar. Elektrolit Sistem Sekresi Fungsi Otak Eritopoiesis
Protein Karbohidrat adiposa Kekebalan lambung
3.1 Pengkajian
Pengumpulan riwayat dan pemeriksaan kesehatan difokuskan pada efek tubuh
dari hormone korteks adrenal yang konsentrasinya tinggi dan pada
kemampuan korteks adrenal untuk berespons terhadap perubahan kadar
kortisol dan aldosteron. Riwayat kesehatan mencakup informasi tentang
tingkat aktivitas klien dan kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin dan
perawatan diri. Detailnya pengkajian keperawatan untuk klien dengan
sindrom cushing mencakup:
3.1.1 Riwayat kesehatan klien dan keluarga
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota
keluaraga yang menderita penyakit yang sama. Penyakit Cushing
lebih sering pada wanita (8:1, wanita : pria) tingkat kesetresan wanita
lebih besar dibandingkan pria sters berkepanjangan merangsang
hormon ACTH meningkat dan menghasilkan kortisol dan
glukokortikoid. Vertilisasi akibat dari produksi androgen yang
berlebihann dan umur saat diagnosis biasanya antara 20-40 tahun.
3.1.2 Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :
3.1.2.1 Pola makan : anorexia, gejala setres yang berkepanjangan.
3.1.2.2 Pola tidur : lebih banyak tidur akibat kelelahan yang
abnormal. Aldosteron yang meningkat mengakibatkan
hipokalemia dan mencegah transmisi action potensial dan
menjadikan otot lemah hingga paralisis
3.1.2.3 Pola aktivitas : mudah lelah dengan aktivitas yang sedikit,
hipokalemi.
3.1.3 Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai system
tubuh ;
3.1.3.1 B1 (Breating): sesak jika melakukan aktifitas ringan, apakah
mempunyai riwayat asma mempunyai riwayat asma.
Kelemahan diakibatkan menurunnya kemampuan sel-sel
pembentuk protein untuk mensitesis protein, mengakibatkan
kehilangan pada jaringan otot. Etiologi dari pemberian obat
asma yang berlebihan
3.1.3.2 B2 (Blood): hipertensi dan edema. Hipertensi disebabkan bila
aldosteron meningkat denag kadar yang lama dan kronis
mengakibatkan kerusakan pada ginjal dan funfsi ekskresi
terganggu menjadikan hipertensi. Edema dikarenakan efek
minimal pada elektrolit serum, bila diberikan dalam kadar
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan retensi natrium dan
pembuangan kalium.
3.1.3.3 B3 (Brain): mudah marah, dan tersinggung, nyeri kepala.
Akibat dari meningkatnya hormone ACTH mengakibatkan
hipersensivitas. Nyeri kepala diakibatkan oleh hipertensi
yaitu mengecilnya aliran pembuluh darah oksigen keotak
3.1.3.4 B4 (Bladder): poliuria, fungsi seksual organ reproduksi yang
menurun pada wanita: amenore. Glukokortikoid berlebihan
mengakibatkan kerja insulin terganggu hingga berkurang
kerja tubulus ginjal untuk mengabsorbsi air juga berkurang
mengakibatkan poliuria. Pubertas terjadi karena kenaikan
sekresi hormone Gonadotropin oleh hipofisis, jika hipofisis
terganggu, gonadotropin anak menurun dan menagkibatkan
aminore.
3.1.3.5 B5 (Bowel): nyeri pada lambung,dan adanya garis-garis
seperti orang melahirkan pada perut. Distribusi jaringan
diposa yang terakumulasi disentral tubuh menyebabkan
obesistas trunkus dengan ekstermitas atas dan bawah kurus
karena antropi
3.1.3.6 B6 (Bone): mudah lelah jika melakukan kegiatan ringan
sehari-hari,nyeri pada punggung, kelemahan pada otot.
Glukokortikoid mempunyai efek katabolic dan anabolik.
Pada protein menyebabkan anabolik. Pada protein
menyebabkan menurunnya kemampuan sel-sel pembentuk
protein untuk mensistesis protein, mengakibatkan kehilangan
protein pada jaringan kulit, otot, tulang dan pembuluh darah.
Matriks protein tulang mudah rapuh dan menyebabkan
osteoforosis
3.1.4 Pemeriksaan fisik mencakup :
3.1.4.1 Penampilan secara umum : amati wajah klien terhadap
banyak jerawat dan wajah mooface seperti wajah bulan,
Obesitas batang tubuh dengan fosa supraklavikula yang terisi
penuh, punuk kerbau (buffalo hump)
3.1.4.2 Kaji kulit klien terhadap trauma, infeksi, lecet-lecet, memar
dan edema. Luka sukar sembuh, penipisan pada kulit, Striae
pada kulit. Glukokortikoid mempunyai efek katabolic dan
anabolik. Pada protein menyebabkan anabolik. Pada protein
menyebabkan menurunnya kemampuan sel-sel pembentuk
protein untuk mensistesis protein, mengakibatkan kehilangan
protein pada jaringan kulit, otot, tulang dan pembuluh darah.
Matriks protein tulang mudah rapuh dan menyebabkan
osteoforosis. Penipisan dinding pembuluh dan melemahnya
jaringan penyongkong mudah timbul luka memar.
3.1.4.3 Lakukan pengkajian fungsi mental klien, termasuk suasana
hati, respon terhadap pertanyaan, kewaspadaan terhadap
lingkungan, dan tingkat depresi. Perubahan emosi mudah
marah atau kelabilan emosi
3.1.4.4 Penipisan rambut kepala disertai jerawat dan hirsutisme
(pertumbuhan rambut berlebihan pada wajah dan tubuh
seperti layaknya pria) kelebihan hormone androgen pada
wanita mengakibatkan timbulnya cirri-ciri klitoris membesar,
antrofi payudara, tumbuh bulu-bulu wajah belebihan.
3.1.5 Pemeriksaan penunjang mencakup :
3.1.5.1 Tes supresi dexamethason
1) Untuk membantu menegakkan diagnosis penyebab
sindrom cushing tersebut, apakah hipofisis atau adrenal
2) Untuk menentukan kadar kortisol.
a. Pada pagi hari lonjakan kortisol akan ditekan : Steroid
<5 uL à Normal
b. Pada pagi hari sekresi kortisol tidak ditekan : Steroid
>10 uL /dl à Sindrom Cushing
c. Kadar kortisol bebas dalam urin 24 jam
d. Stimulasi CRF (Corticotrophin-Releasing Faktor)
e. Pemeriksaan Radioimmunoassay ACTH Plasma
f. CT SCAN , USG, dan MRI
3.1.5.2 Penatalaksanaan
1) Terapi Operatif
a. Hipofisektomi
b. Adrenalektomi adalah terapi pilihan bagi pasien
dengan hipertrofi adrenal primer
2) Terapi Medis: preparat (metyrapon, aminoglutethimide,
mitotane, ketokonazol)
3.4 Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan setiap saat setelah rencana keperawatan dilakukan
sedangkan cara melakukan evaluasi sesuai dengan criteria keberhasilan pada
tujuan rencana keparawatan. Hasil akhir yang diharapkan untuk klien:
3.4.1 Nyeri berkurang/hilang.
3.4.2 Mencapai atau mempertahankan integritas kulit.
3.4.3 Mencapai peningkatan citra tubuh.
3.4.4 Memperlihatkan perbaikan fungsi mental.
3.4.5 Mengalami penurunan risiko cedera.
3.4.6 Mempertahankan berat badan stabil.
3.4.7 Tidak terjadi komplikasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sindrom cushing adalah abnormalitas hormonal korteks adrenal yang
menyebabkan peningkatan kadar kortisol dan hormon androgen serta
aldosteron yang berlebihan. Penyebab sindrom cushing antara lain
glukokortikoid yang berlebih, aktifitas korteks adrenal yang berlebih,
hiperplasia korteks adrenal, pemberian kortikosteroid yang berlebih, sekresi
steroid adrenokortikal yang berlebih terutama kortisol, tumor-tumor non
hipofisis, adenoma hipofisis, tumor adrenal.
Gejala yang dapat muncul pada sindrom cushing antara lain amenorea,
jerawat, nyeri punggung, kelemahan otot, moonface, nyeri kepala,
hiperpigmentasi, luka sukar sembuh, penipisan kulit, hipertensi, petechie,
miopati, ekimosis, osteoporosis, striae, pembesaran klitoris, hirsutisme
(pertumbuhan bulu diwajah), obesitas, punuk kerbau pada posterior leher,
hipokalemia, psikosis, perubahan emosi.
4.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan
dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan sebagai tuntunan untuk
membahas lebih lanjut tentang mata ajar sistem endokrin mengenai penyakit
sindrom chusing.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner dan Suddart (2014). Keperawatan Medikal bedah alih bahasa Devi
Yulianti, Amelia kimin. Jakarta: EGC
Jenifer P. kowalak (2013). Buku Ajar Patofisiologi alih bahasa dr Andri hartono.
Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif, dkk. (2007). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius FKUI
Robbins & Cotran (2009). Buku saku dasar patologis penyakit, edisi 7, cetakan
pertama. Jakarta: EGC