Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN DASAR BUDIDAYA TANAMAN

MEDIA DAN BAHAN TANAM

Oleh :
Nama : Indahyo Tumanngor
NIM : 155040207111141
Kelas :I
Asisten : Fachrurozi Ubaidillah
Prodi : Agroekoteknologi

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebelum memulai suatu budidaya tanaman ataupun menanam diperlukan
adanya bahan tanam dan media tanam. Menanam adalah proses meletakkan
bahan tanam yang berupa bibit, benih atapun biji pada media tanam baik
tanah maupun bukan tanah dengan pola tertentu sebagai awal proses budi
daya tanaman. Bahan tanam dapat berupa bibit atau benih. Benih berasal dari
penggabungan dua gamet yang biasa dikenal dengan sebutan biji, sedangkan
bibit adalah biji yang telah ditumbuhkan kecambahnya.
Peran media tanam sangat penting pada keberhasilan suatu budi daya
karena media tanam sebagai tempat tumbuh dan tempat tanaman memperoleh
nutrisi untuk kelangsungan hidupnya. Media tanam terbagi menjadi media
tanah dan media bukan tanah.media tanam bukan tanah dibagi lagi menjadi 2,
yaitu organic dan anorganik. Media tanah organic antara lain arang, sekam,
batang pakis, cocopeat, kompos, pupuk kandang, moss, humus, dan sekam
padi. Sedangkan media anorganik seperti gel, pasir, kerikil, pecahan batu
bata, spons, vermikulit, dan gabus.
Setiap media tanam memiliki kekurangan dan kelebihannya masing
masing, hal ini tergantung dengan jenis tanaman yang akan di budidyakan.
Setiap tanaman mempunyai karakteristik pertumbuhannya masing masing.
Jika ingin mendapatkan hasil produksi yang optimal harus dipilih media
tanam dan bahan tanam yang sesuai dengan jenis tanaman yang akan
ditanaman, karena media tanam dan bahan tanam tidak bisa dipisahkan.

1.2 Tujuan
 Untuk mengetahui macam macam media dan bahan tanam
 Untuk mengetahui media tanam apa yang paling cocok untuk jenis
tanaman tertentu
 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
 Untuk mengetahui tipe-tipe perkecambahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Media Tanam


Media tanam layaknya “rumah” bagi tanaman dan merupakan komponen
utama dalam menanam. Media tanam harus data menjaga kelembaban area
sekitar tanaman, menyediakan cukup udara, dan harus dapat menahan
ketersediaan unsur hara (Akmal, 2007).
Media tanam adalah media / bahan yang digunakan sebagai tempat
tumbuh dan berkembangnyatanaman, baik berupa tanah maupun non tanah.
(Lestari,2008).
Media tanam adalah suatu media atau bahan yang digunakan untuk tempat
tumbuh dan berkembangnya akar tanaman, media tanaman juga merupakan
komponen utama ketika akan bercocok tanam (Bernardius,2010).

2.3 Fungsi Media Tanam


Menurut Redaksi PS (2007) fungsi media tanam adalah sebagai berikut:
- Sebagai tempat berpijak jika tanaman dapat melekatkan akarnya
dengan baik.
- Sebagai tempat penyedia unsur hara bagi tanaman.
- Mampu memegang air, sehingga air menjadi tersedia bagi tanaman.
- Sebagai pendukung pertumbuhan tanaman.

2.4 Macam-Macam Media Tanam


2.4.2 Media Tanam Tanah
Media tanah merupakan media tanam yang paling sering ditemui.
Tanah juga didefinisikan sebagai kumpulan tubuh alam yang menduduki
sebagian besar daratan planet bumi yang tersusun dari padatan (bahan mineral
dan bahan organik), cairan dan gas yang menempati permukaan daratan dan
dicirikan oleh horizon atau lapisan yang dapat dibedakan dari bahan asalnya
sebagai suatu hasil dari proses penambahan, kehilangan, pemindahan dan
transformasi energi dan materi atau berkemampuan mendukung tanaman
berakar didalam lingkungan alami, serta mampu menumbuhkan tanaman dan
sebagai tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya.
Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup
yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu.
(Sutanto,2005).
2.4.2 Media Tanam Bukan Tanah
Media tanam bukan tanah merupakan media tanam pengganti tanah
yang bila dibedakan berdasarkan jenis bahan penyusunnya media tanam ada
bahan organik dan anorganik :
a) Media Tanam Bahan organik
Media tanam dikatakan dalam kategori bahan organik adalah
media tanam yang berasal dari organisme hidup misalnya yang berasal
dari daun,batang,akar, bunga, dan lain-lain. Bahan organik lebih unggul
jika digunakan sebagai media tanam karena banyak menyadiakan unsur
hara bagi tanaman, selain itu juga memiliki pori-pori makro dengan daya
serap yang tinggi. Berikut adalah macam media tanam bahan organik:
1. Batang Pakis
Batang pakis berasal dari tanaman pakis yang sudah tua sehingga lebih
kering. Batang pakis juga mudah dibentuk menjadi potongan kecil, yakni yang
biasa disebut cacahan pakis. Tanaman yang satu ini juga dikenal sebagai bahan
campuran media yang bisa menyerap air dalam jumlah cukup. Daya tahan
pakis memang baik, sebab permukaannya tidak mudah lapuk meskipun mudah
hancur dan lunak (Akmal, 2007).

Gbr.1 Media Batang Pakis


2. Sekam Padi
Sekam padi berasal dari biji kulit padi yang sudah digiling.media tanam ini
dikenal sebagai media yang mampu menyimpan kelembabannya dengan baik,
sebab dapat mengalirkan air dengan baik. Sekam padi yang digunakan
biasanya berupa sekam mentah maupun yang sudah dibakar. Sekam mentah
dan sekam bakar memiliki tingkat porositas yang sama sehingga sebagai media
tanama keduanya bisa memperbaiki struktur tanah. Sayangnya, media ini
miskin unsur hana sehingga sebaiknya dicampur dengan bahan lain misalnya
kompos dan pasir malang (Akmal, 2007).

Gbr.2 Media Sekam Padi


3. Moss
Moss merupakan bahan yang berasal dari akar paku-pakuan, banyak
djumpai di hutan. Media ini punya banyak rongga sehingga memungkinkan
akar tanaman tumbuh dengan leluasa. Moss mampus mengikat air dengan baik.
Ia juga memiliki system drainase dan aerasi yang lancer. Untuk hasil yang
optimal, sebaiknya media ini dicampur dengan media tanam organic yang lain
misalnya tanah gambut, kulit kayu, atau dedaunan kering (Akmal, 2007).

Gbr.3 Media Moss

4. Sabut Kelapa atau Cocopeat


Sabut kelapa sebagai media tanam sengaja diolah dari buah kelapa tua,
sebab seratnya kuat. Air yang berlebihan dapat membuat media tanam ini
mudah lapuk sehingga tanaman menjadi cepat busuk. Untuk mengatasinya,
rendam sabut kelapa terlebih dahulu dalam larutan fungisida (Akmal, 2007).

Gbr.4 Media Sabut Kelapa

5. Arang
Arang bisa berasal dari kayu atau batok kelapa. Media tanam ini sangat
cocok digunakan untuk tanaman anggrek I daerah dengan kelembaban tinggi.
Hal itu karena arang kurang mampu mengikat air dalam jumlah banyak.
Keunikan dari media jenis arang adalah sifatnya yang buffer. Dengan
demikian, jika terjadi kekeliruan dalam pemberia unsur hara yang terkandung
di dalam pupuk bisa segera dinetralisir dan diadaptasikan. Selain itu, media ini
juga tidak mudah lapuk sehingga sulit ditumbuhi jamur. Namun, media arang
cenderung miskin unsur hara (Redaksi PS, 2007).

Gbr.5 Media Arang


6. Kompos
Kompos merupakan media tanam organic yang bahan dasarnya dari proses
fermentasi tanaman atau limbah organic, seperti jerami, sekam, daun, rumput,
dan sampah kota. Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam
adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui
perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Sebagai itu,
kompos juga menjadi asilitator dalam penyerapan unsur nitrogen yang sangat
dibutuhkan tanaman (Redaksi PS, 2007)

Gbr.6 Media Kompos


7. Pupuk Kandang
Pupuk organic yang berasal dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk
kandang. Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti nitrogen, fosfot, dam
kalium membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media
tanam.unsur unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Selain itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang
diyakini mampu merombak bahan organic yang sulit dicerna tanaman menjadi
komponen yang lebih mudah diserap oleh tanaman (Redaksi PS, 2007).

Gbr.7 Media Pupuk Kandang


8. Humus
Humus adalah segala maca hasil pelapukan bahan organic oleh jasad
mikro dan merupakan sumber energy jasar mikro tersebut. Bahan-bahan
organic tersebut bisa berupa jaringan asli tubuh tumbuhan atau binatang mati
yang belum melapuk. Humus sangan membantu dalam proses penggemburan
tanah dan memiliki daya tukar ion yang tinggi sehingga bisa menyimpan unsur
hara. Namun, media tanam ini mudah ditumbuhi jamur, terlebih ketika terjadi
perubahan suhu, kelembaban dan aerasi yang ekstre. Humus juga memiliki
tingkat porositas yang rendah sehingga akar tanaman tidak mampu menyerap
air (Redaksi PS, 2007).

Gbr.8 Media Humus


b) Media Tanam Bahan Anorganik
Bahan anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral
tinggi yang berasal dari proses pelapukan batuan induk di dalam bumi.
Proses pelapukan tersebut diakibatkan oleh berbagai hal,
yaitu pelapukan secara fisik, biologi-mekanik, dan kimiawi. Berikut
adalah beberapa macam antara lain:
1. Kerikil
Penggunaan kerikil sebagai media tanam tak jauh berbeda dengan
pasir, hanya saja pori-pori makro kerikil jauh lebuk banyak daripada pori-
pori makro pasir. Kerikil sering dipakai sebagai media tanam tanaman
hidropoonik. Media ini bisa membantu peredaaran unsur hara dan udara
sehingga tak mengganggu pertumbuhan akar. Namun, karena kemampuan
yang rendah dalam mengikat air, sebaliknya anda rutin melakukan
penyiraman saat menggunakan media ini. Selain kerikil asli atau alami,
kerikil sintesis juga mulai banyak dijumpai pasaran. Sifat kerikil sintesis
dibuat menyerupai batu apaung yakni punya banyak rongga udara
sehingga bobotnya ringan dan bisa menyerap air dengan cukup baik
(Akmal, 2007).

Gbr.9 Media kerikil


2. Pecahan Batu Bata
Pecahan batu bata kerap kali dijadikan lapisan paling dasar dalam
pot tanaman. Keunggulan media tanam ini adalah selain tidak mudah
lapuk, ia juga punya kemampuan darinase dan airase yang baik. Semakin
kecil ukuran pecahan bata, semakin baik daya serapnya terhadap air dan
unsur hara. Selain itu, ukuran yang semakin kecil dapat menjamin sirkulasi
udara dan kelembapan di sekitar tanaman berlangsung dengan baik. Di
balik semua kelebihan tersebut, kebersihan pecahan batu bata perlu
diwaspadai, sebab belum tentu terjamin. Selain itu, media ini sebaliknya
digunakan bersama dengan pupuk kandang yang komposisi unsur haranya
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Hal ini perlu dilakukan karena
pecahan batu bata terkeal miskin unsur hara (Akmal, 2007).

Gbr.10 Media Pecahan Batu Bata


3. Spons
Sifat spons yang ringan dan mudah dipindahkan serta ditempatkan
dimana saja membuat mdia ini jadi pilihan banyak orang. Spons juga
memiliki daya serap yang tinggi terhadap air dan unsur hara yang
essensial. Meskipun ringan, media ini tidak membutuhkan pemberat
karena setelah direndam atau disiram air ia akan menjadi berat dengan
sendirinya. Dalam kondisi demikian tanaman dapat teteap berdidi tegak.
Kelemahan madia ini adalah bahannya mudah hancur. Segera ganti spons
yang sudah tak layak pakai (hancur ketika di pegang) dengan yang baru
(Akmal, 2007).

Gbr.11 Media Spons


4. Gel
Gel atau hydrogel adalah Kristal-kristal polime yang sering
digunakan sebagai media tanam bagi tanaman hidroponik. Penggunaan
media jenis ini sangat praktis dan efisien karena tidak perlu repor-repot
untuk megganti dengan yang baru, menyiram, atau memupuk. Selain itu,
media ini juga memiliki keanekaragaman warna sehingga dapat
disesuaikan dengan selera dan warna tanaman (Redaksi PS, 2007).

Gbr.12 Media Gel


5. Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media tanama alternative untuk
mengganti fungsi tanah. Pasir dianggap memadai dan sesuai jika
digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit
tanaman, dan perakaran stek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering
karena porinya besar akan memudahkan proses pengangkatan bibit
tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk di pindahkan ke media
lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah
tegaknya stek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah
kemudahannya dalam penggunaan dan dapat meningkatkan system aerasi
serta drainase media tanam (Redaksi PS, 2007).

Gbr.13 Media Pasir


6. Gabus
Gabus/styrofoam merupakan bahan anorganik yang terbuat dari ikatan
polimer styrene yang dapat dijadikan sebagai media tanam alternatif.
Awalnya beberapa ahli tanaman hanya menggunakan gabus berukuran
kubus (1 x 1 x 1 cm) sebagai media penyesuaian diri bagi tanaman
sebelum dipindahkan ke lahan. Proses tersebut hanya berlangsung
sementara. Sekarang, beberapa nursery bahakan sudah menggunakannya
sebagai campuran untuk meningkatkan prorositas media tanam. Gabus
yang dipakai pun tak lagi berukuran kubus; gabus yang sudah dihancurkan
menjadi bola-bola kecil sebesar biji kedelai yang dijadikan pilihan. Jelas,
penamabahan gabus ke dalaan media tanam sontak membuat bobot
tanaman pot dalam ruang berkurang. Sayang, media ini mempunyai
kelemahan, yaitu sering dijadikan sarang semut (Akmal, 2007).

Gbr.14 Media Gabus


7. Vermikulit
Vermikulit adalah media anorganik steril yang dihasilkan dari
pemananasan kepingan-kepingan mika serta mengandung potasium dan
halium. Berdasarkan sifatnya, vermikulit merupakan media tanam yang
memiliki kemampuan kapasitas tukar kation yang tinggi, terutama dalam
keadaan padat dan pada saat basah. Vermikulit dapat menurunkan berat jenis,
dan meningkatkan daya serap air jika digunakan sebagai campuran media
tanaman. Jika digunakan sebagai campuran media tanam, vermikulit dapat
menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya absorpsi air sehingga dapat
dengan mudah diserap oleh akar tanaman (Wiryanta, 2007).

Gbr.15 Media Vermikulit


2.5 Syarat Media Tanam yang Baik
Syarat meia tanam yang baik menurut RedaksiPS,(2007) adalah sebagai
berikut :
1. Dapat dijadikan sebagai tempat berpijak tanaman.
2. Memiliki kemampuan mengikat air dan menyuplai unsur hara yang
dibutuhkan tanaman.
3. Mampu mengontrol kelebihan air (drainase) serta memiliki sirkulasi
dan ketersediaan udara (aerasi) yang baik.
4. Dapat mempertahankan kelembapan di sekitar akar tanaman.
5. Tidak mudah lapuk atau rapuh.

2.6 Bahan Tanam


Menurut Redaksi Agro Media (2007), bahan tanam adalah bagian dari
pohon induk yang digunakan untuk memperbanyak tanaman; baik untuk
perbanyakan secara generatif atau untuk perbanyakan secara vegetatif. Bahan
tanam harus berasal dari pohon induk yang sehat dan telah diketahui
silsilahnya, mudah dibiakkan, produktivitas tinggi, berbatang kekar, tumbuh
normal, serta memiliki perakaran yang kuat dan rimbun.
Bahan tanam dapat berasal dari benih, bibit maupun biji. Perbedaan dari
ketiga bahan tanam tersebut dapat dilihat dari definisinya sebagai berikut :
1. Benih
Menurut Undang-Undang Sistem Budi Daya Tanaman, yang
dimaksud dengan benih adalah tanaman atau bagian dari tanaman yang
digunakan untuk mengembangbiakakan tanaman tersebut(Pitojo, 2003).
2. Biji
Biji adalah organ reproduktif yang dihasilkan oleh tanaman setelah
terjadinya anthesis (Pitojo, 2003).
3. Bibit
Bibit adalah bahan tanam yang siap untuk ditanam di lapangan.
Bibit bisa berasal dari organ reproduktif (benih) dan/ atau hasil
perbanyakan vegetative (Pitojo, 2003).

2.8 Macam-Macam Tipe Perkecambahan


1. Perkecambahan epigeal
Pada perkecambahan epigeal, kotiledon dan pucuk tunas terangkat
ke atas permukaan tanah. Misalnya perkecambahan pada kacang tanah da
kacang buncis (Setiowati, 2007).

Gbr.16 Perkecambahan Epigeal


2. Perkecambahan hypogeal
Pada perkecambahan hypogeal, bagian yang terangkat ke atas
permukaan tanah hanya pucuk tunas dan daun pertamanya sednagkan
kotiledon tetap berada di dalam tanah. Misalnya perkecambahan pada
jagung (Setiowati, 2007).

Gbr.17 Perkecambahan Hypogeal

2.9 Perbanyakan Generatif dan Vegetatif


2.9.1 Perbanyakan Generatif
Perbanyakan secara generatif biasa disebut dengan perbanyakan
secara kawin atau seksual. Artinya tanaman diperbanyak melalui benih
atau biji yang merupakan hasil perkawinan atau fertilisasi sel jantan dan
sel betina dari tanaman induk (Abdurrahman, 2008).

2.9.2 Perbanyakan Vegetatif


Perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah perbanyakan atau
penambahan jumlah tanaman dengan pembelahan dan diferensiaisi sel atau
menggunakan organ-organ tubuh tanaman tersebut, baik secara buatan
atau alamiah (Abdurrahman, 2008).
a) Secara Alami
1) Tunas Adventif
adventif terjadi pada tumbuhan yang daunnya memiliki bagian
meristem yang dapat menyebabkan terbentuknya tunas-tunas baru din
pinggir daun. Contoh ; tunas cocor bebek (Kalancheo pimata) dan
begonia (Abdurrahman, 2008).

Gbr.18 Tunas Adventif


2) Tunas
Tumbuhan yang berkembang biak dengan tunas adalah pohon
pisang. Tunas pisang tumbuh di sekitar pangkal batang. Tunas ini
membentuk rumpun. Selain pisang, tumbuhan lain yang berkembang
biak dengan tunas adalah pohon pinang dan bambu.
(Abdurrahman, 2008).

Gbr.19 Tunas

3) Umbi Lapis
Umbi lapis adalah daun berisi cadangan makanan tersusun
berlapis-lapis yang tumbuh di dalam tanah. Umbi lapis diselubungi
oleh sisik-sisik yang mirip kertas. Contoh tumbuhan yang berkembang
biak dengan umbi lapis adalah tumbuhan lili, tulip, dan bawang
(Abdurrahman, 2008).

Gbr.20 Umbi Lapis


4) Umbi Batang
Umbi batang adalah batang yang tumbuh di bawah tanah, diunakan
sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan sehingga bentuknya
membesar. Pada umbi terdapat mata tunas yang akan berkembang
menjadi tanaman baru. Contoh : kentang dan Caladium.
(Abdurrahman, 2008).

Gbr.21 Umbi Batang


5) Rhizoma
Rhizoma adalah batang yang menjalar di bawah tanah, dapat
berupa umbi untuk menyimpan makanan maupun tak berumbi. Ciri
rhizoma adalah adanya daun yang mirip sisik, tunas, ruas, dan
antarruas. Rizhoma tedapat pada bambu, dahlia, bunga iris, beberapa
jenis rumput, kunyit, lengkuas, jahe, dan kencur (Abdurrahman, 2008).

Gbr.22 Rhizoma
6) Stolon
Stolon adalah batang yang menjalar dia atas tanah. Di sepanjang
stolon dapat tumbuh tunas adventisia (liar), dan masing-masing tunas
ini dapat menjadi anakan tanaman. Contoh ; pada rumput teki, rumput
gajah, dan stroberi (Abdurrahman, 2008).

Gbr.23 Stolon

b) Secara Buatan
 Mencangkok
Mencangkok merupakan salah satu cara perbanyakan yang
biasanya dilakukan paa tumbuhan dikotil, seperti jambu, sawo,
rambutan, manga, dan jeruk. Tujuan dari mencangkok adalah agar
tumuhan cepat menghasilkan keturunan dengan sifat yang sama
dengan induknya (Abdurrahman, 2008).

Gbr.24 Mencangkok
 Okulasi
Okulasi disebut juga dengan teknil menemel. Teknik ini
dilakukan dengan cara menempelkan tunas tumbuhan yang satu ke
batang tumbuhan yang lain yang memiliki sifat-sifat tertentu. Kulit
kayu tumbuhan yang akan ditempeli tunas diiris membentuk huruf T.
Tunahs akan tumbuh menjadi batang (Abdurrahman, 2008).

Gbr.25 Okulasi

 Merunduk
Perbanyakan ini dillakuakn dengan cara merunduk
(memebelokkan) batang/ cabang dan ditimbun dengan tanah.
Bagian yang tertimbun tanah akan tumbuh akar-akar. Setelah
akarnya kuat maka cabang/batang tersebut dapat dipotong dan
menghasilkan individu baru. Tanaman yang biasa dikembangkan
dengan merunduk seperti tanaman apel , anyelir, dan alamanda.
(Akmal, 2007).

Gbr.26 Merunduk

 Stek
Perbanyakan ini dilakukan dri potongan-potongan batang
yang di tanam, yang kemudian akan tumbuh menjadi individu
baru. Cara perbanyakan ini dilakukan pada tanaman ubi kayu,
tebu, dan tanaman pagar (Akmal, 2007).

Gbr.27 Stek
 Menyambung
Teknik menyambung dilakukan dengan menggabungkan
batang tumbuhan yang memiliki sifat unggul dengan batanginduk
dinamakan stock. Kedua batang tersebut disambung dan diikat
dengan tali (Akmal, 2007).

Gbr.28 Menyambung

2.9.3 Keuntungan dan Kerugian Perbanyakan Generatif dan Vegetatif


Kelebihan perbanyakan tanaman secara generatif sebagai berikut .
 Tanaman baru bisa diperoleh dengan mudah dan cepat
 Biaya yang dikeluarkan relatif murah
 Tanaman yang dihasilkan memiliki perakaran lebih kuat, karena
tanaman yang dihasilkan dari biji memiliki akar tunggang,
terutama tanaman tanaman keras.
 Varietas-varietas baru diperolah dengan cara menyilangkannya.
Kelemahan perbanyakan tanaman secara generatif sebagai berikut.
 Tanaman baru yang dihasilkan belum tentu memiliki sifat yang
abgus atau unggul seperti tanaman induknya.
 Varietas baru yang muncul belum tentu baik
 Waktu berbuah lama
 Kualitas tanaman abaru diketahui setelah tanaman berubah
(Raharja, 2003).

Kelebihan perbanyakan tanaman secara vegetatif sebagai berikut .


 Mempunyai sifat-sifat baik yang sama dengan tanamn induknya
 Tanaman menjadi cept berbunga dan berbuah
 Tanaman dapat dikembangbiakkan tanpa menunggu berbuah
terlebih dahulu
 Tanamn dapat dikembangbiakkan dan dilestarikan, meskipun
tanaman tidak berbiji/berbuah.
Kekurangan perbanyakan tanaman secara vegetatif sebagai berikut .
 Membawa sifat buruk
 Tanaman hasil cangkokan tidak sekuat tanaman asli, karena tidak
mempunyai system akar tunggang
 Dari satu induk hanya diperoleh keturunan baru yang jumlahnya
terbatas (Izzudin, 2004).
2.9.4 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perbanyakan Vegetatif dan
Generatif
Menurut Hari Harjanto dan Nisa Ramanto (2007), faktor- faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif
dan generatif sebagai berikut :
a) Kondisi tanaman Induk
Tanaman induk harus sehat, terhindar dari seranagan hama
dan penyakit. Tanaman sehat memiliki penampilan yang kokoh
dan berdaun mulus (tanpa bercak hitam)
b) Media Pengakaran
Banyak jenis media yang digunakan untuk pengakaran.
Apapun jenisnya, media tersebut harus dapat menjadi pendukung
fisik tanaman, menyuplai oksigen dan air yang cukup untuk daerah
perakaran, serta memiliki drainase yang baik.
c) Lingkungan
Tanaman membutuhkan lingkungan yang optimal untuk
mempertahankan hidupnya. Lingkungan yang kondusif akan
membuat metabolisme tanaman berjalan dengan baik sehingga
dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu baru.
1. Kelembapan
Kelembapan berperan penting dalam menjaga kadar air
pada media tanam.
2. Cahaya
Cahaya sangat penting dalam proses perbanyakan tanaman.
Cahaya tersebut digunakan oleh tanaman untuk photosintesis.
Dengan demikian, tersedia suplai makanan untuk pembentukan
jaringan baru yang akan menjadi tunas dan akar. Intensitas
cahaya yang terlalu rendah membuat setek lambat dalam
pembentukan akar. Sementara itu, iantesitas cahaya yang terlalu
tinggi (cahaya matahari langsung) dapat mengakibatkan setek
menjadi stres, terbakar, atau daunnya berguguran. Dengan
demikian, setek sebaiknya mendapat cahaya yang cukup untuk
pembentukan akar yang optimum.
3. Temperature
Untuk pengakaran yang optimum, temeperature harus
dijaga pada tingkat yang membantu proses pertumbuhan, tetapi
tidak membuat tanaman kehilangan kelembapan yang sangat
tinggi.
BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Alat dan Bahan


1. Alat
- Polibag : sebagai wadah media tanam
- Cetok : sebagai alat untuk mengambil media tanam
- Ember : sebagai wadah untuk membawa media tanam
- Pisau : sebagai alat untuk memotong bahan tanam
- Modul : sebagai panduan dalam praktikum
- Alat tulis : untuk menulis hasil pengamatan
- Kamera : untuk mendokumentasikan praktikum

2. Bahan
- Tanah : sebagai media tanam
- Pasir : sebagai media tanam
- Kompos : sebagai media tanam
- Cocopeat : sebagai media tanam
- Arang sekam : sebagai media tanam
- Serbuk gergaji : sebagai media tanam
- Benih jagung : bahan tanam generatif
- Benih kacang kedelai : bahan tanam generatif
- Tebu : bahan tanam vegetatif
- Cocor bebek : bahan tanam vegetatif
- Kentang : bahan tanam vegetatif
3.2 Cara Kerja (Diagram Alir)

Menyiapkan alat dan bahan

Memasukkan setiap media tanam ke dalam masing


masing polybag, mengisi media tanam sebanyak 4/5
bagian dari polybag atau setinggi 15cm

Vegetatif Generatif

Tebu Kentang Cocor bebek Jagung Kedelai

Memilih dan Memotong Memilih daun Mengambil 2 Mengambil 2


memotong kentang jadi ½ cocor bebek benih jagung biji kedelai
tebu 10cm bagian yang utuh

Menanam Menanam Menanam Menanam Menanam


tebu dengan kentang daun dengan dengan 2 kacang
posisi tegak dengan bagian ditutup tengah benih pada dengan
yang ada mata daun saja setiap lubang kedalaman 3
tunas diatas tanam cm

Menutup Menutup Menutup daun Menutup Menutup


kembali sampai terlihat hanya kembali kembali
lubang tanam hanya sedikit ditengahnya lubang tanam lubang tanam
Langkah penanaman masing masing bahan
tanam

Menyiramnya setiap hari

Mencatat hasil parameter dan mendokumentasikannya

Setelah 6 minggu, polybag dibersihkan dan dibongkar

Diserahkan ke asisten

Membuat laporan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan


1.1.1 Tanaman Jagung
Berdasarkan hasil pengamatan pengaruh berbagai media tanam terhadap
tanaman jagun diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Tipe perkecambahan
Tipe perkecambahan tanaman di amati pada tanaman jagung dan didapat
hasil bahwa tanaman jagung memiliki tipe perkecambahan ......... .
b. Tinggi Tanaman (Dibuat semua parameter seperti contoh)
Berikut adalah tabel data hasil pengamatan tinggi tanaman jagung pada usia
2 sampai 7 minggu setelah tanam (mst), pengaruh berbagai jenis media tanam.
Tabel 1. Tinggi Tanaman Jagung
Tinggi Tanaman (cm)
Media
2 mst 3 mst 4 mst 5 mst 6 mst 7 mst
Tanah 15 26 30 35 39 44
Pasir 13 21 24 27 29 32
Kompos 19 32 40 47 54 56
Sekam Padi 7 17 20 24 26 28
Serbuk gergaji 11 15 17 19 20 21
Cocopeat 11 15 17 19 20 21
Data diatas terlihat tinggi tanaman jagung terus meningkat pada setiap
media tanamnya. Di jabarkan uraian hasil dari tabel dst....Berikut adalah grafik
tinggi tanaman jagung.
60

50
Tinggi Tanaman (cm)

40 Tanah
Pasir
30
Kompos
20 Cocopeat
10 Serbuk Gergaji

0 Sekam Padai
2 3 4 5 6 7
Umur Tanaman (mst)
Gambar 1. Grafik Tinggi Tanaman Jagung

c. Jumlah Daun.... dst dibuat seperti contoh diatas


Contoh tabel khusus untuk parameter Waktu tumbuh tanaman
Tabel 2. Waktu Tumbuh Tanaman Jagung

Media Tanam Saat Benih berkecambah


Tanah 3 hst
Pasir 3 hst
Kompos 3 hst
Sekam Padi 3 hst
Serbuk gergaji 4 hst
Cocopeat 5 hst

6
Waktu berkecambah (hst)

5
4
3
2 Jagung
1
0
Tanah Pasir Kompos Sekam Serbuk Cocopeat
Padi gergaji
Media Tanam

Gambar 2. Waktu Benih Tanaman Jagung Berkecambah


BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Deden. 2008. Biologi Kelompok Pertanian. Bandung: Grafindo


Media Pratama.
Akmal, Imelda. 2007. Indoor Pot Plant Edisi 9/III. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Bernardius. 2010. Media Tanam Untuk Tanaman Hias. Yogyakarta: Kanisius.
Harjanto, Hari dan Nisa Rahmanto. 2007. Memperbanyak Tanaman Hias Favorit.
Jakarta: Niaga Swadaya.
Izzudin, Fuad dn Tajudin. 2004. Intisari Biologi SMU. Jakarta: Kawan Pustaka.
Lestari, Garsiana. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Pitojo, sutijo. 2003. Penangkaran Bawang Merah. Yogyakarta: Kanisisus.
Raharja, P.C. dan Wahyu Wiryanta. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman.
Jakarta: PT.Agromedia Pustaka.
Redaksi, A.M. 2013. Cara Sukses Memperbanyak Tanaman. Jakarta: Agromedia.
Redaksi PS.2007. Media Tanam untuk Tanaman Hias. PT. Niaga Swadaya.
Setiowati, Tetty dan Deswanty Furqonita. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta: Azka
Press.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah : Konsep dan Kenyataan.
Yogyakarta: Kanisius.
Wiryanta, Bernardius. 2007. Media Tanam Untuk Tanaman Hias. Jakarta:
Agromedia.

Anda mungkin juga menyukai