Ilmu Tauhid Kalam
Ilmu Tauhid Kalam
Adapun sebab mengapa ilmu tauhid dinamakan ilmu kalam, Ash-Shiddieqy (1992:1-2)
menjeskan sebagai berikut:
Ilmu kalam dapat juga disebut dengan teologi Islam meminjam istilah Harun
Nasution. Ilmu kalam membahas Tuhan dan hubungan dengan Tuhan, seperti iman, kufur,
perbuatan manusia, perbuatan dan sifat Tuhan.
Syaltut mengemukakan bahwa para sarjana dan ulama-ulama sepakat, bahwa dalil aqli
(berdasarkan pendapat akal) itu apabila muqaddimahnya (pokok pikiran dalam menetapkan
sesuatu keputusan) dapat diterima,dan putusannya dapat masuk kedalam perasaan dan logis,
tentu yang dapat menimbukan keyakinan dapat memastikan adanya iman sebagai yang
dimaksud. Adapun dalil naqli yan tidak menimpulkan keyakinan dan tidak dapat menciptakan
keimanan sebagaimana sebagaimana yang dimaksud. Ulama-ulama mengambil alasan karena
dalil-dalil naqli itu memberikan kemungkinan besar untuk beberapa pengertian yang
menghambat kepastian dan ketegasan aqidah.
Sedang ulama-ulama yang menyatakan bahwa dalil naqli dapat menanamkan keyakinan
dan menetapkan aqidah,mereka mengemukankan dua syarat: (1) pasti kebenarannya, dan (2)
pasti (tegas) tujuannya. Ini berarti bahwa dalil itu benar-benar datang dan bersal dari
Rasulullah tanpa ada keraguan.
Jadi kesimpulannya bahwa dalil aqli yang dapat menimbulkan keimanan bisa
digunakan sebagai alat untuk menetapkan aqidah. Demikian juga dengan dalil naqli dan dalil
wijdani. Tetapi dalil naqli menjadi prioritas khusus.