Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ULKUS GANGREN

I. Konsep Penyakit
1.1 Definisi/deskripsi penyakit ulkus gangren
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan ulkus
adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasive kuman saprofit.
Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus gangrene
juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan
neuropati perifer (Andyagreni, 2010).
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati
atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang
disebabkan oleh infeksi (Askandar, 2000).
Menurut pendapat lain, gangren adalah suatu proses atau keadaan yang ditandai
dengan adanya jaringan mati atau nekrosis (Waspadji, 2006). Gangren diabetik
adalah luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk akibat sumbatan
yang terjadi pembuluh darah sedang atau besar di tungkai.Luka gangren
merupakan salah satu kornplikasi kronik DM yang paling ditakuti oleh setiap
penderita DM (Tjokroprawiro, 2007).
Jadi, ulkus gangrene adalah salah satu komplikasi kronik dari Diabetes Mellitus
yang terjadi akibat proses nekrosis disebabkan oleh infeksi yang ditandai
dengan adanya luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk akibat
terjadinya sumbatan pada pembuluh darah di tungkai.

1.2 Etiologi
Gangren terjadi akibat infeksi oleh bakteri klostridium, yang merupakan
Bakterian-aerob (tumbuh bila tidak ada oksigen). Selama pertumbuhannya,
klostridium menghasilkan gas,sehingga infeksinya disebut gas gangren.
Gas gangren biasanya terjadi di bagian tubuh yang mengalami cedera atau pada
luka operasi. Sekitar 30% kasus terjadi secara spontan. Bakteri klostridium
menghasilkan berbagai racun, 4 diantaranya (alfa, beta, epsilon, iota)
menyebabkan gejala-gejala yang bisa berakibat fatal. Selain itu, terjadi
kematian jaringan (nekrosis),penghancuran sel darah
(hemolisis), vasokonstriksi dan kebocoran pembuluh darah. Racun tersebut
menyebabkan penghancuran jaringan lokal dan gejala-gejala
sistemik.Gangren disebabkan karena kematian jaringan yang dihasilkan dari
penghentian suplai darah ke organ terpengaruh.

1.3 Tanda gejala


Biasanya di manifestasikan dengan nyeri berat tiba-tiba yang terjadi 1 sampai 4
hari setelah cedera, nyeri disebabkan oleh gas dan edema pada jaringan cedera.
Di sekeliling luka tampak normal berwarna terang dan tegang tapi kemudian
menjadi gelap, bau busuk cairan keluar dari luka. Gas dan cairan yang tertahan
meningkatnya tekanan setempat dan mengganggu pasokan darah dan drainase
otot yang terlihat menjadi dan nekrotik.
1.3.1 Berdasarkan jenis Gangrennya gejala-gejala ini dibedakan :
a. Pada gangren kering akan dijumpai adanya gejala permulaan berupa:
1) Sakit pada daerah yang bersangkutan
2) Daerah menjadi pucat, kebiruan dan berbecak ungu
3) Lama-kelamaan daerah tersebut berwarna hitam
4) Tidak teraba denyut nadi (tidak selalu)
5) Bila diraba terasa kering dan dingin
6) Pinggirnya berbatas tegas
b. Pada gangren basah akan dijumpai tanda sebagai berikut:
1) Bengkak pada daerah lesi
2) Tejadi perubahan warna dari merah tua menjadi hijau yang
akhirnya kehitaman
3) Dingin
4) Basah
5) Lunak
6) Ada jaringan nekrose yang berbau busuk, tapi bisa juga tanpa bau
sama sekali.

1.4 Patofisiologi
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM
yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah.
Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan
mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang kemudian
menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan
selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap
infeksi menyebabkan infeksi yang luas. Infeksi dimulai dari kulit celah jari kaki
dan dengan cepat menyebar melalui jalur muskulofasial. Selanjutnya infeksi
menyerang kapsul/sarung tendon dan otot, baik pada kaki maupun pada tungkai
hingga terjadi selulitis. Kaki diabetik klasik biasanya timbul di atas kaput
metatarsal pada sisi plantar pedis. Sebelumnya, di atas lokasi tersebut terdapat
kalus yang tebal dan kemudian menyebar lebih dalam dan dapat mengenai
tulang. Akibatnya terjadi osteomielitis sekunder. Sedangkan kuman penyebab
infeksi pada penderita diabetes biasanya multibakterial yaitu gram negatif, gram
positif, dan anaerob yang bekerja secara sinergi.

1.5 Pemeriksaan penunjang


1.5.1 Pemeriksaan Fisik
Inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka atau ulkus pada kulit atau
jaringan tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasi/rasa berkurang atau
hilang, palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurun atau hilang.
Pemeriksaan Doppler ultrasound adalah penggunaan alat untuk memeriksa
aliran darah arteri maupun vena. Pemeriksaan ini untuk mengidentifikasi
tingkat gangguan pada pembuluh darah arteri maupun vena. Dengan
pemeriksaan yang akurat dapat membantu proses perawatan yang tepat.
Pemeriksaan ini sering disebut dengan Ankle Brachial Pressure Index.
Pada kondisi normal, tekanan sistolik pada kaki sama dengan di tangan
atau lebih tinggi sedikit. Pada kondisi terjadi gangguan di area kaki, vena
ataupun arteri, akan menghasilkan tekanan sistolik yang berbeda. hasil
pemeriksaan yang akurat dapat membantu diagnostic ke arah gangguan
vena atau arteri sehingga manajemen perawatan juga berbeda.
1.5.2 Pemeriksaan X-ray, EMG dan pemeriksaan laboratorium

1.6 Komplikasi
1.6.1 Dry gangrene
Dry gangren terjadi ketika ada memperlambat atau hambatan dalam aliran
darah ke bagian tubuh seperti jari-jari kaki dan jari-jari.1 Dan tipe 2
diabetes mellitus tipe mengarah pada kering gangren karena gula darah
tinggi dan kerusakan diabetes menyebabkan pembuluh darah yang
membawa darah ke jari tangan dan kaki.Arteriosklerosis mengarah ke
dinding-dinding arteri yang menebal atau pembentukan plak kolesterol
dan mempersempit diameter pembuluh kecil yang mengarah ke
gangrene.Demikian pula, penyakit arteri perifer mengarah ke lemak dalam
arteri dan berhenti darah dari mengalir ke jari tangan dan kaki yang
mengarah ke gangrene.
Dry gangren biasanya terbatas untuk bagian terpengaruh dan ada adalah
sebuah kawasan di kulit yang sehat hanya di luar daerah yang terkena
dampak. Wilayah yang terlibat berubah dingin, kering, dan hitam dan
akhirnya jatuh.Ini disebut mumifikasi daerah.
1.6.2 Basah gangrene
Basah gangren terlihat setelah cedera serius atau gigitan embun beku atau
bahkan daerah yang dibakar menjadi terinfeksi dan infeksi mengambil
akar ke dalam jaringan.
Infeksi menyebabkan pembengkakan jaringan dan ini blok suplai darah ke
daerah yang terkena dampak membuat lebih buruk infeksi dan gangren
progresif. Basah gangren dapat menyebar lebih cepat menuju komplikasi
yang mengancam jiwa seperti syok septik jika tidak diperlakukan segera.
1.6.3 Gas gangrene
Gangren juga dapat disebabkan oleh bakteri khusus yang disebut
Clostridium.Ini disebut gas gangren.Ini adalah infeksi umum yang dilihat
selama perang.
Necrotising nekrotikans disebabkan ketika bakteri menyebar ke dalam
kulit dan menyerang lebih dalam jaringan.
1.6.4 Gangren internal
Gangren dapat juga mempengaruhi organ-organ internal ketika aliran
darah ke mereka terhalang.Ini disebut gangren internal dan dapat
mempengaruhi kandung empedu atau usus yang terperangkap dalam
hernia.
1.6.5 Fournier's gangrene
Ketika gangren mempengaruhi penis dan alat kelamin disebut Fournier's
gangren.

1.7 Penatalaksaan
Menurut Waspadji S. (2006) manajemen perawatan luka diabetic adalah sebagai
berikut:
1.7.1 Pencucian luka
Pencucian bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis, cairan luka yang
bersih, sisa balutan yang digunakan dan sisa metabolik tubuh pada cairan
luka. Mencuci dapat meningkatkan, memperbaiki, dan mempercepat
proses penyembuhan luka dan menghindari kemungkinan terjadinya
infeksi. Pencucian luka merupakan aspek yang paling penting mendasar
dalam manajemen luka. Merupakan basis untuk proses penyembuhan luka
yang baik, karena luka akan sembuh dengan baik jika luka dalam kondisi
bersih.
Teknik pencucian pada luka antara lain dengan swabbing, scrubbing,
showering, hydrotherapi, whirlpool, dan bathing. mencuci dengan teknik
swabbing dan scrubbing tidak terlalu dianjurkan pada pencucian luka,
karena dapat menyebabkan trauma pada jaringan granulasi dan epithelium,
juga membuat bakteri terdistribusi bukan mengangkat bakteri. pada saat
scrubbing atau menggosok dapat menyebabkan luka menjadi terluka
sehingga dapat meningkatkan inflamasi ( persisten inflamasi). teknik
showering (irigasi), whirpool, dan bathing adalah teknik yang paling
sering digunakan dan banyak riset yang mendukung teknik ini.
keuntungan dari teknik ini adalah dengan teknik tekanan yang cukup dapat
mengangkat bakteri yang terkolonisasi, mengurangi terjadinya trauma dan
mencegah terjadinya infeksi silang serta tidak menyebabkan luka
mengalami trauma.
1.7.2 Debridement
Nekrotik adalah perubahan morfologi yang diindikasikan oleh adanya sel
mati yang disebabkan oleh degradasi enzim secara progresif, ini
merupakan respon yang normal dari tubuh terhadap jaringan yang rusak.
Jaringan nekrotik dapat menghalangi proses penyembuhan luka dengan
menyediakan tempat untuk pertumbuhan bakteri untuk menolong
penyembuhan luka, tindakan debridement sangat dibutuhkan.
Debridement dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti mekanikal,
surgical, enzimatik, autolysis, dan biochemical. Debridemen mekanik
dilakukan menggunakan irigasi luka cairan fisiolofis, Ultrasonic laser, dan
sebagainya, dalam rangka untuk membersihkan jaringan nekrotik.
Debridemen secara enzimatik dilakukan dengan pemberian enzim eksogen
secara topikal pada permukaan lesi. Enzim tersebut akan menghancurkan
residu-residu protein. Debridemen autolitik terjadi secara alami apabila
seseorang terkena luka. Proses ini melibatkan makrofag dan enzim
proteolitik endogen yang secara alami akan melisiskan jaringan nekrotik.
Secara sintetis preparat hidrogel dan hydrocolloid dapat menciptakan
kondisi lingkungan yang optimal bagi fagosit tubuh dan bertindak sebagai
agent yang melisiskan jaringan nekrotik serta memacu proses granulasi.
Cara yang paling efektif dalam membuat dasar luka yang baik adalah
dengan metode autolysis debridement. Autolysis debridement adalah suatu
cara peluruhan jaringan nekrotik yang dilakukan oleh tubuh sendiri dengan
syarat utama lingkungan luka harus dalam keadaan lembab. Pada keadaan
lembab, proteolytic enzim secara selektif akan melepas jaringan nekrosis
dari tubuh. Pada keadaan melunak jaringan nekrosis akan mudah lepas
dengan sendirinya ataupun dibantu dengan surgical atau mechanical
debridement.
1.7.3 Dressing
Tehnik dressing pada luka diabetes yang terkini menekankan metode
moist wound healing atau menjaga agar luka dalam keadaan lembab. Luka
akan menjadi cepat sembuh apabila eksudat dapat dikontrol, menjaga agar
luka dalam keadaan lembab, luka tidak lengket dengan bahan kompres,
terhindar dari infeksi dan permeable terhadap gas. Tindakan dressing
merupakan salah satu komponen penting dalam mempercepat
penyembuhan lesi. Prinsip dressing adalah bagaimana menciptakan
suasana dalam keadaan lembab sehingga dapat meminimalisasi trauma
dan risiko operasi. Beberapa jenis bahan topical terapi yang dapat
digunakan untuk penatalaksanaan perawatan luka diabetic, diantaranya
adalah calcium alginate, hydrokoloid, hydroaktif gel, metcovazin,
polyurethane foam, silver dressing.
1.7.4 Edukasi pasien dan keluarga
Edukasi bagi pasien dan keluarga dengan diabetes sangat penting. Hal ini
disebabkan penyakit diabetes adalah penyakit yang tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan pola hidup sehat (makan sesuai
kebutuhan dan olahraga teratur) dan menggunakan oral maupun insulin.
1.8 Pathway
II. Rencana asuhan klien dengan gangguan gangren diabetik
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang tentang kapan terjadinya luka, penyebab
terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh pasien untuk
mengatasinya.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga
yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
2.1.2 Pemeriksaan fisik: data fokus
a. Lokasi dan letak luka
Dapat digunakan sebagai indikator terhadap kemungkinan penyebab
terjadinya luka, sehingga luka dapat diminimalkan. Misalnya klien
datang dengan letak luka pada ibu jari kaki, penyebab tertinggi letak
luka pada ibu jari kaki adalah akibat penekanan karena penggunaan
sepatu yang terlalu sempit, angka kejadian luka diminimalkan dengan
tidak lagi menggunakan sepatu yang sempit.
b.Stadium luka
Stadium luka dapat dibedakan berdasarkan atas :
1. Partial thickness yaitu hilangnya lapisan epidermis hingga lapisan
dermis
paling atas dan terbagi atas stadium I dan II
a) Stadium I : kulit berwarna merah, belum tampak adanya lapisan
epidermis yang hilang
b) Stadium II : hilangnya lapisan epidermis atau lecet sampai batas
dermis paling atas.
2. Full Thickness yaitu hilangnya lapisan dermis hingga lapisan
subkutan dan terbagi atas stadium III dan IV
a) Stadium III : rusaknya lapisan dermis bagian bawah hingga
lapisan subkutan
b) Stadium IV : rusaknya lapisan subkutan hingga otot dan tulang.
3. Stadium Wagner untuk luka kaki diabetik
a. Superficial Ulcera
1) Stadium 0 yaitu tidak terdapat lesi . kulit dalam keadaan baik,
tetapi dengan bentuk tulang kaki yang menonjol / charcot
arthropathies.
2) Stadium 1 yaitu hilangnya lapisan kulit hingga dermis dan
kadang-kadang tampak tulang yang menonjol.
b. Deep ulcers
1) Stadium 2 yaitu lesi terbuka dengan penetrasi ke tulang atau
tendon
2) Stadium 3 yaitu Penetrasi hingga dalam, osteomyelitis,
pyarhrosis, plantar abses atau infeksi hingga tendon.
c. Gangren
1) Stadium 4 yaitu gangren sebagian, menyebar hingga sebagian
dari jari kaki, kulit sekitarnya selulitis, gangrene
lembab/kering.
2) Stadium 5 yaitu seluruh kaki dalam kondisi nekrotik dan
gangrene.
d. Warna dasar luka
1) Red/Merah
Luka dengan dasar warna luka merah tua atau terang dan
tampak selalu lembab. Merupakan luka bersih, dengan banyak
vaskularisasi, karenanya mudah berdarah. Tujuan perawatan
luka dengan warna merah dasar merah adalah mempertahankan
lingkungan luka dalam keadaan lembab dan mencegah
terjadinya trauma dan perdarahan.
2) Yellow/kuning
Luka dengan dasar luka warna luka kuning atau kecokelatan
atau kuning kehijauan atau kuning pucat adalah jaringan
nekrosis. Merupakan kondisi luka yang terkontaminasi atau
terinfeksi dan avaskularisasi. Hal tersebut harus dicermati
bahwa semua luka kronis merupakan luka yang terkontaminasi
namun belum tentu terinfeksi. Terinfeksi tidaknya luka dapat
dinilai dengan adanya peningkatan jumlah leukosit darah dalam
tubuh dan perubahan tanda infeksi lain seperti peningkatan
suhu tubuh. Tujuan perawatannya adalah dengan meningkatkan
system autolysis debridement agar luka berwarna merah,
absorb eksudate,menghilangkan bau tidak sedap dan
mengurangi atau menghindari kejadian infeksi.
3) Black/hitam
Luka dengan dasar warna luka hitam adalah jaringan nekrosis,
merupakan jaringan avaskularisasi. Tujuan perawatannya sama
dengan dasar warna luka kuning.
4) Bentuk dan ukuran luka
Pengkajian bentuk dan ukuran luka dapat dilakukan dengan
pengukuran tiga dimensi atau dengan pengambilan
photography. Tujuannya untuk mengevaluasi tingkat
keberhasilan proses penyembuahan luka.
Hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran luka adalah
mengukur dengan menggunakan alat ukur yang tepat dan jika
alat ukur tersebut digunakan berulangkali,hindari terjadinya
infeksi silang/nosokomial.
Pengukuran tiga dimensi dilakukan dengan mengkaji panjang,
lebar dan kedalaman luka, kemudian dengan menggunak kapas
lidi steril, masukkan ke dalam luka dengan hati-hati untuk
menilai ada tidaknya goa, dan mengukurnya mengikuti arah
jarum jam.
5) Status vascular
Menilai status vascular berhubungan erat dengan pengangkutan
atau penyebaran oksigen yang adekuat ke seluruh lapisan sel
yang merupakan unsur penting dalam proses penyembuhan
luka.

Pengkajian status vaskuler meliputi :


a. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya denyut
nadi, perabaan pada daerah tibial atau dorsal pedis. Klien
lanjut usia biasanya ada kesulitan meraba denyut nadi, dapat
dikerjakan dengan menggunakan stetoskop atau ultrasonic
dopler.
b. Capillary refill. Waktu pengisian kapiler dievaluasi dengan
memberi tekanan pada ujung jari, setelah tampak
kemerahan, segera lepaskan tekanan dan lihat apakah pada
ujung jari segera kembali ke kulit normal. Pada beberapa
kondisi, menurun atau menghilangnya denyut nadi, pucat,
kulit dingin, kulit jari yang tipis dan rambut yang tidak
tumbuh, merupakan indikasi iskemia, dengan kapilari refill
lebih dari 40 detik
c. Edema. Pengkajian ada tidaknya edema dilakukan dengan
mengukur lingkar pada midcalf, ankle, dorsum kaki
kemudian dilanjutkan dengan menekan jari pada tulang
menonjol di tibia atau medial malleolus. Kulit yang edema
akan tampak lebih coklat kemerahan atau mengkilat,
seringkali merupakan tanda adanya gangguan darah balik
vena.
6) Status neurologik
Pengkajian status neurologik terbagi dalam pengkajian status
fungsi motorik, fungsi sensorik dan fungsi autonom.
a) Fungsi motorik. Pengkajian status fungsi motorik
berhubungan dengan adanya kelemahan otot secara umum,
yang menampakkan adanya perubahan bentuk tubuh,
terutama pada kaki, seperti jari-jari yang menekuk atau
mencengkeram dan telapak kaki menonjol. Penurunan
fungsi motorik menyebabkan penggunaan sepatu atau sandal
menjadi tidak sesuai terutama pada daerah sempit dan
menonjol sehingga akan menjadi penekanan terus menerus
yang kemudian timbul kalus dan disertai luka.
b) Fungsi sensorik. Pengkajian fungsi sensorik berhubungan
dengan penilaian terhadap adanya kehilangan sensasi pada
ujung-ujung ekstremitas. Banyak klien dengan diabetic
mengalami gangguan neuropati sensorik akan merasakan
bahwa luka yang baru saja terjadi padahal kenyataannya
sudah terjadi pada beberapa waktu sebelumnya.
c) Fungsi autonom. Pengkajian fungsi autonom pada klien
diabetic dilakukan untuk menilai tingkat kelembaban kulit.
Biasanya klien akan mengatakan keringatnya berkurang dan
kulitnya kering. Penurunan factor kelembaban kulit akan
menandakan terjadinya lecet atau pecah-pecah (terutama
pada ekstremitas) akibatnya akan timbul fisura yang diikuti
dengan formasi luka.
2.1.3 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka atau ulkus pada kulit atau
jaringan tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasi/rasa berkurang
atau hilang, palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurun atau
hilang. Pemeriksaan Doppler ultrasound adalah penggunaan alat untuk
memeriksa aliran darah arteri maupun vena. Pemeriksaan ini ntuk
mengidentifikasi tingkat gangguan pada pembuluh darah arteri maupun
vena. Dengan pemeriksaan yang akurat dapat membantu proses
perawatan yang tepat. Pemeriksaan ini sering disebut dengan Ankle
Brachial Pressure Index. Pada kondisi normal, tekanan sistolik pada
kaki sama dengan di tangan atau lebih tinggi sedikit. Pada kondisi
terjadi gangguan di area kaki, vena ataupun arteri, akan menghasilkan
tekanan sistolik yang berbeda. hasil pemeriksaan yang akurat dapat
membantu diagnostic ke arah gangguan vena atau arteri sehingga
manajemen perawatan juga berbeda.
b. Pemeriksaan X-ray, EMG dan pemeriksaan laboratorium

2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Kerusakan integritas jaringan (Asuhan Keperawatan Praktis, 379)
2.2.1 Definisi
Kerusakan jaringan membran mukosa, kornea, integumen atau subkutan
2.2.2 Batasan karakteristik
a. Kerusakan jaringan (mis: membran mukosa, kornea, integumen atau
subkutan)
b. Kerusakan jaringan
2.2.3 Faktor yang berhubungan
a. Gangguan sirkulasi
b. Iritan zat kimia
c. Defisit cairan
d. Kelebihan cairan
e. Hambatan mobilitas fisik
f. Kurang pengetahuan

Diagnosa 2: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (Asuhan Keperawatan


Praktis,390)
2.2.4 Definisi
Penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan
2.2.5 Batasan karakteristik13-
a. Tidak ada nadi
b. Perubahan fungsi motoric
c. Perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas, rambut, kelembapan,
sensasi, suhu)
d. Perubahan tekanan darah di ekstremitas
e. Edema

2.2.6 Faktor yang berhubungan


a. Kurang pengetahuan tentang faktor pemberat (mis: merokok, gaya
hidup monoton, truma, obesitas, asupan garam, imobilitas)
b. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit (mis: diabetes,
hiperlipidemia)
c. Diabetes mellitus
d. Hipertensi

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Kerusakan integritas jaringan (Asuhan Keperawatan Praktis,
379)
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
a. Tujuan
1) Tissue integrity, skin and
2) Wound healing: primary and secondary intention
b. Kriteria hasil
1) Perfusi jaringan normal
2) Ketebalan dan tekstur jaringan normal
3) Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional
a. Intervensi : Observasi luka: lokasi, dimensi, kedalaman luka, jaringan
nekrotik, tanda-tanda infeksi lokasi.
Rasional: Mengetahui keadaan luka
b. Intervensi : Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
Rasional: Mencegah penyebaran mikroorganisme dan mempercepat
proses penyembuhan luka
c. Intervensi : Bersihkan area sekitar luka
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi
d. Intervensi : Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai dengan
program
Rasional : Menjaga agar luka tetap bersih

Diagnosa 2: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (Asuhan Keperawatan


Praktis,390)
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
a. Circulation status
b. Tissue perfusion: cerebral
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional
a. Intervensi : Lakukan pengkajian komprehensif terhadap sirkulasi
perifer
Rasional : Mengetahui sirkulasi perifer pasien
b. Intervensi : Pantau tingkat ketidaknyamanan atau nyeri saat
melakukan latihan fisik
Rasional : Menjaga kenyamanan pasien
c. Intervensi : Pantau status cairan termasuk asupan dan haluaran
Rasional : Agar kebutuhan cairan pasien terpenuhi
d. Intervensi : Ajarkan pasien atau keluarga untuk memeriksa kulit
setiap hari untuk mengetahui perubahan integritas kulit
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi
e. Intervensi : Berikan perawatan kulit pada sekitar luka
Rasional : Untuk mencegah penyebaran mikroorganisme disekitar
luka
f. Intervensi : Dorong latihan rentang pergrakan sendi aktif dan pasif,
terutama pada ekstremitas bawah, saat tirah baring
Rasional : Melatih ROM pasien dan mencegah terjadinya
komplikasi penyakit
III. Daftar pustaka
Andyagreni. (2010). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media
Aescullapius.

Huda dan Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Jogjakarta: MediAction.

Waspadji S. (2006). Komplikasi kronik Diabetes : Mekanisme Terjadinya, Diagnosis


dan Strategi pengelolaan. Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam,
Jilid III, Edisi keempat. Jakarta: Penerbit FK UI

https://www.academia.edu/10403832/LAPORAN_PENDAHULUAN_DM_Gangren
e_Disusun_untuk_Memenuhi_Tugas_Pendidikan_Profesi_di_Ruang_29_RSSA
_Ma
Banjarmasin, Mei 2017

Preseptor akademik, Preseptor klinik,

( ) ( )

Anda mungkin juga menyukai