Adam Malik
75
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Blanko Pelaporan Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
a. Bagian Depan
76
Universitas Sumatera Utara
b. Bagian Belakang
77
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Format Lembar Pelayanan Informasi Obat
4. Jawaban : ..........................................................................................
5. Referensi : ........................................................................................
6. Penyampaian Jawaban Segera, dalam waktu 24 jam, > 24 jam
Apoteker yang menjawab :...............................................................
Tgl : .......................... Waktu : ........................................................
Metode jawaban : Lisan / Tertulis / Pertelp.
78
Universitas Sumatera Utara
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI
FARMASI RUMAH SAKIT
Studi Kasus
Pneumothoraks dekstra ec Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)
Disusun oleh:
OktrizaWiti, S.Farm.
NIM 133202133
79
Universitas Sumatera Utara
RINGKASAN
Praktik Kerja Profesi (PKP) Farmasi Rumah Sakit di Instalasi Rawat Inap
Terpadu (Rindu) A3 THT dan Gabungan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan telah dilakukan. Studi kasus dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober
2014 sampai 17 Desember 2014 mengenai Pneumothoraks dextra ec PPOK.
Kegiatan studi kasus meliputi visite (kunjungan) terhadap pasien,
memberikan pemahaman dan dorongan kepada pasien untuk tetap mematuhi
terapi yang telah ditetapkan oleh dokter, memberikan informasi obat kepada
pasien dan keluarga pasien, melihat rasionalitas penggunaan obat terhadap pasien
dan memberikan pertimbangan kepada tenaga kesehatan lain dalam meningkatkan
rasionalitas penggunaan obat. Penilaian rasionalitas penggunaan obat meliputi 4 T
+ 1 W yaitu: tepat pasien, tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis dan waspada efek
samping. Obat-obat yang digunakan pada kasus ini adalah IVFD NaCL 0.9%,
ceftriaxon, ciprofloxacin, ranitidine, ketorolak, nebul combivent, nebul pulmicort,
vitamin B complex.
DAFTAR ISI
80
Universitas Sumatera Utara
Halaman
JUDUL ........................................................................................................ i
RINGKASAN .............................................................................................. ii
81
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Ketorolak .............................................................................. 12
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................ 21
82
Universitas Sumatera Utara
4.1.3 Pengkajian tepat obat ……………………………………… .............23
83
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN ................................................................................................ 45
DAFTAR TABEL
84
Universitas Sumatera Utara
Halaman
Tabel 4.2 Efek samping dan interaksi obat tanggal 07,08, 09 November
2014 ............................................................................................ 26
Tabel 4.5 Efek samping dan interaksi obat tanggal 10-11 November
2014 ............................................................................................ 32
Tabel 4.8 Efek samping dan interaksi obat tanggal 13 November 2014 .... 38
BAB I
PENDAHULUAN
85
Universitas Sumatera Utara
1.1 Latar Belakang
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pelayanan farmasi rumah sakit
kesehatan yang bermutu. Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada
klinis yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Menkes RI, 2014).
obat, dispensing sediaan khusus, pemantauan kadar obat dalam darah (Menkes RI,
2014).
Visite pasien merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim
dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuannya adalah menilai rasionalitas obat
farmakologi terapetik, menilai kemajuan pasien dan bekerja sama dengan tenaga
86
Universitas Sumatera Utara
rasional sehingga meningkatkan kerasionalan penggunaan obat yang memenuhi
persyaratan tepat pasien, tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis dan waspada efek
farmasi klinis di rumah sakit, maka mahasiswa apoteker perlu diberi perbekalan
dan pengalaman dalam bentuk praktik kerja profesi di rumah sakit. Praktik kerja
profesi di rumah sakit merupakan salah satu praktek pelayanan kefarmasian yang
dirawat di ruang Rawat Inap Terpadu (Rindu) A3 THT Rumah Sakit Umum Pusat
Obstruksi Kronik.
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
87
Universitas Sumatera Utara
2.1 Anatomi Paru
Secara anatomi, paru manusia terdiri dari dua bagian. Paru kanan memiliki
tiga lobus (superior, medius, dan inferior), sedangkan paru kiri memiliki dua lobus
(superior dan inferior). Paru kiri mengandung 10 segmen yaitu 5 buah segmen
pada lobus superior dan 5 segmen pada lobus inferior, sedangkan paru kanan juga
mengandung 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen
pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Paru-paru terletak
bagian tengah itu terdapat hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-
paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura terbagi 2 yaitu pleura
viseralis (selaput paru yang langsung membungkus paru-paru) dan pleura parietal
(selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar). Antara kedua pleura ini terdapat
2.2.1 Pneumotoraks
88
Universitas Sumatera Utara
Pneumotoraks ialah suatu keadaan, di mana hanya terdapat udara di dalam rongga
pleura yang juga mengakibatkan kolaps jaringan paru. Pada keadaan normal
rongga pleura dipenuhi oleh paru-paru yang mengembang pada saat inspirasi
permukaan pleura, adanya udara pada rongga potensial di antara pleura visceral
dan pleura parietal menyebabkan paru-paru terdesak sesuai dengan jumlah udara
yang masuk ke dalam rongga pleura tersebut, semakin banyak udara yang masuk
terdesak akibat udara yang masuk meningkat tekanan pada intrapleura. Menurut
Rab (2010), terdapat udara di dalam rongga pleura disebabkan oleh 4 hal, yakni:
a. Melalui jalan napas udara sampai ke alveoli yang berbatasan dengan pleura,
sehingga udara masuk ke dalam pleura dan terperangkap pada saat ekspirasi.
b. Udara dapat masuk pula melalui struktur mediastinum, misalnya pada ruptur
c. Udara dapat pula masuk melalui dinding toraks yang terbuka, misalnya melalui
2.2.1.1 Patofisiologi
Rongga dada mempunyai dua struktur yang penting dan digunakan untuk
melakukan proses ventilasi dan oksigenasi, yaitu pertama tulang, tulang- tulang
Kemudian yang kedua adalah otot-otot pernapasan yang sangat berperan pada
proses inspirasi dan ekspirasi. Jika salah satu dari dua struktur tersebut mengalami
kerusakan, akan berpengaruh pada proses ventilasi dan oksigenasi (Rab, 2010).
89
Universitas Sumatera Utara
2.2.1.2 Klasifikasi Pneumotoraks
pneumotoraks iatrogenik.
Penyebab dari pneumotoraks belum diketahui secara pasti, banyak penelitian dan
penyebab dasar dari tipe pneumotoraks ini. Pneumotoraks spontan primer ini bisa
lemahnya serat elastis dari paru-paru, serta banyak penyebab lain yang kiranya
yang disebabkan oleh infeksi virus HIV, serta banyak penyebab lainnya.
Pneumotoraks Trauma
90
Universitas Sumatera Utara
Pneumotoraks trauma adalah pneumotoraks yang disebabkan oleh trauma yang
secara langsung mengenai dinding dada, bisa disebabkan oleh benda tajam seperti
pisau atau pedang, dan juga bisa disebabkan oleh benda tumpul. Mekanisme
akibat kompresi yang ditimbulkan oleh trauma tumpul tersebut. Pecahnya alveolar
terus menerus akan menyebabkan pleura visceral ruptur atau robek sehingga
trauma tajam disebabkan oleh penetrasi benda tajam tersebut pada dinding dada
dan merobek pleura parietal dan udara masuk melalui luka tersebut ke dalam
Iatrogenik Pneumotoraks
Dilaporkan juga kanalisasi sentral dapat menjadi salah satu penyebabnya. Pada
dasarnya dikatakan ada dua hal yang menjadi faktor resiko yang menyebabkan
jarum pada saat memasukannya dan kedua ukuran jarum yang kecil. Menurut
pneumotoraks.
2.2.1.3 Penatalaksanaan
91
Universitas Sumatera Utara
Pada keadaan pneumothoraks dilakukan penatalaksanaan sebagai berikut:
- Pemasangan WSD
- Pemberian Oksigen
penyakit yang memberikan oleh adanya obstruksi saluran pernafasan yang tidak
reversibel. Sumbatan aliran udara ini umumnya bersifat progresif dan berkaitan
dengan respon inflamasi abnormal paru-paru terhadap partikel atau gas yang
berbahaya. Dua gangguan yang terjadi pada PPOK adalah bronkitis kronis atau
emfisema.
Perubahan patologi yang khas pada penderita PPOK nampak pada permukaan
epitel saluran napas besar berupa infiltrasi sel-sel radang sebagai fungsi
Inhalasi asap rokok dan partikel berbahaya lainnya menyebabkan inflamasi pada
di saluran napas kecil). Perubahan patologi ini akan menyebabkan air trapping
92
Universitas Sumatera Utara
dan hambatan aliran udara yang progresif. Inflamasi dan perubahan struktur pada
saluran napas ini akan berlanjut sesuai dengan derajat penyakit meskipun telah
Diagnosis Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanda dan gejala
ringan hingga berat. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan tetapi
ditinjau dari paru ditemukan inflasi paru. Diagnosis COPD dipertimbangkan bila
Gejala utama pasien PPOK adalah riwayat merokok atau bekas perokok
dengan atau tanpa gejala pernapasan, riwayat terpajan zat iritan yang bermakna
lingkungan asap rokok dan polusi udara, batuk berulang dengan atau tanpa dahak,
93
Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan radiologi seperti foto toraks dan lateral berguna untuk
94
Universitas Sumatera Utara
iii. Kortikosteroid inhalasi bila
memberikan respons klinis
atau eksaserbasi berulang
b. Rehabilitasi (edukasi, nutrisi,
rehabilitasi respirasi)
c. Terapi oksigen jangka panjang
bila gagal napas
d. Pertimbangan terapi
pembedahan
(Sumber : Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, 2010).
eksaserbasi.
mencegah kekambuhan.
2.3.1 Ceftriaxon
95
Universitas Sumatera Utara
Ceftriaxon adalah antibiotik sefalosporin generasi ketiga yang memiliki
aktivitas bakterisidal yang luas dengan cara menghambat sintesis dinding sel, dan
mempunyai masa kerja yang panjang. Secara in vitro memiliki aktivitas luas
terhadap bakteri gram positif dan gram negatif, memiliki stabilitas yang tinggi
bakteri gram positif dan gram negatif. Ceftriaxon diindikasikan untuk mengobati
infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif terhadap seftriaxon antara lain:
infeksi saluran pernafasan bawah (pneumonia), infeksi kulit dan struktur kulit,
infeksi tulang dan sendi, infeksi intraabdominal, infeksi saluran kemih dan
Ceftriaxon memiliki waktu paruh 7-8 jam dapat diinjeksikan sekali tiap 24
jam pada dosis 15-50 mg/kg/hari. Dosis harian tunggal 1 g ceftriaxon cukup untuk
mengatasi infeksi yang serius, dengan dosis 4 g sekali perhari dianjurkan untuk
sekitar 83-96%, waktu paruhnya sekitar 5.8–8.7 jam, diekskresikan sebesar 33–
67% melalui ginjal dan sebesar 35–45% melalui feses. Ceftriaxon dapat
menembus sawar darah otak sehingga dapat mencapai kadar obat yang cukup
Serbuk steril ceftriaxon dalam vial dapat disimpan pada suhu tidak kurang
300 C dan larutan ceftriaxon natrium disimpan pada suhu -200 C. Serbuk steril
untuk injeksi dan larutan ceftriaxon harus dikemas dalam wadah yang gelap dan
terhindar dari cahaya matahari. Larutan dapat tahan selama 24 jam jika disimpan
pada temperatur ruang dan 5 hari jika disimpan di lemari es suhu 50C dan 13
96
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 IVFD NaCl
terapi penggantian, NaCl berfungsi sebagai terapi yang penting untuk menjaga
2.3.3 Ketorolak
Ketorolak adalah salah satu dari obat anti inflamasi non steroid (AINS), yang
biasa digunakan untuk analgetik pada pengobatan nyeri ringan hingga berat.
Ketorolak memiliki efek analgetik yang sama dengan morfin dan petidin,
sehingga sangat efektif untuk mengurangi rasa nyeri paska operasi. Ketorolak
(Katzung, 2011).
100 %. Ketorolak dimetabolisme di hati dengan waktu paruh plasma 3.5-9.2 jam
pada dewasa muda dan 4,7-8,6 jam pada orang lanjut usia (usia 72 tahun). Kadar
plasma dicapai setelah diberikan dosis tiap 6 jam dalam sehari. Ketorolak
diekskresikan melalui ginjal rata-rata sebesar 91.4% dan sisanya rata-rata sebesar
2.3.4 Ranitidin
97
Universitas Sumatera Utara
ikatan histamin dengan reseptor H2, zat ini mengurangi konsentrasi intraseluler
Waktu paruhnya 2.5-3 jam pemberian oral. Ranitidin dan metabolitnya diekskresi
terutama melalui ginjal, sisanya melalui tinja. Sekitar 70% dari ranitidin yang
diberikan iv dan 30% yang diberikan secara oral diekskresi dalam urin dalam
Vitamin B kompleks merupakan vitamin yang larut dalam air dan tidak dapat
diproduksi oleh tubuh sehingga harus didapatkan dari asupan makanan yang
dikonsumsi untuk mencukupi kebutuhan tubuh terhadap vitamin ini. Selain itu
vitamin B kompleks juga tidak dapat disimpan secara baik didalam tubuh, maka
menjadi gejala dari banyak penyakit dan vitamin B kompleks dapat membantu
2.3.6 Ciprofloxacin
98
Universitas Sumatera Utara
efektif terhadap banyak infeksi sistemik. Siprofloxacin terutama berguna dalam
2.3.7 Combivent
pernapasan atau saluran udara yang membawa udara ke dan dari paru-paru. Ini
mulai bertindak cepat (15 menit) setelah digunakan dan biasanya berlangsung
selama 4-6 jam. Combivent mengandung dua bahan aktif: bromide ratropium dan
salbutamol sulfat. Obat-obat ini bertindak dengan cara yang berbeda. Ketika
2.3.8 Pulmicort
udara yang memadai dilengkapi dengan corong atau masker wajah yang sesuai.
(Astrazeneca, 2010).
BAB III
PENATALAKSANAAN UMUM
Nama : MN
99
Universitas Sumatera Utara
Nomor MR : 00.62.27.75
Umur : 46 tahun
Agama : Islam
Status : Kawin
Suku : Mandailing
Berat Badan : 49 kg
Pembayaran : Umum
Sesak nafas dialami pasien sekitar 3 minggu ini, riwayat nafas berbunyi (+), nyeri
100
Universitas Sumatera Utara
3.2.5 Riwayat Penggunaan Obat
Pasien tidak mempunyai riwayat minum OAT. Pasien juga memiliki riwayat
dalam keadaan sadar. Pasien sebelumnya telah berobat jalan di Rumah Sakit
Grand Medistra dan dilakukan foto thorax. Kemudian pasien dirujuk ke RSUP. H.
Adam Malik. Pasien masuk melalui IGD dengan keluhan lemas, sesak nafas, dan
Patologi Klinik. Selain itu pasien juga menjalani pemeriksaan radiologi seperti
foto thorax.
pemeriksaan fisik. Hasil pemeriksaan fisik ini dapat dilihat pada Tabel 3.1
dibawah ini.
101
Universitas Sumatera Utara
08/11/2014 CM 120/60 76 24 36.0 + +
09/11/2014 CM 120/80 80 24 36.2 - +
10/11/2014 CM 120/80 96 20 36.5 - +
11/11/2014 CM 110/80 76 20 36.2 - -
12/11/2014 CM 110/80 84 16 36.1 - -
13/11/2014 CM 110/70 78 20 38.0 - -
Keterangan: CM = compos mentis (sadar penuh), HR = heart rate, RR =
respiratory rate, T = temperature.
102
Universitas Sumatera Utara
Total CO2 mmol/L 20.4 19-25
Kelebihan basa mmol/L -3.8 (-2) – (+2)
(BE)
Saturasi O2 % 98.2 95-100
3.4 Terapi
obatan yang sesuai dengan daftar obat yang tercantum dalam formularium rumah
Tabel 3.3 Daftar obat-obatan yang digunakan Pasien di RSUP H. Adam Malik
Tanggal Jenis Obat Sediaan Dosis Sehari Rute
Bentuk Kekuatan
103
Universitas Sumatera Utara
7-11- 2014 IVFD NaCl 0,9% Infus 500 ml/ botol 20 gtt/ menit IV
Inj. Ceftriaxon Injeksi 1 g/vial 1 gr/ 12 jam IV
Inj. Ranitidin Injeksi 50 mg/ampul 50 mg/12 jam IV
Inj. Ketorolak Injeksi 30 mg/ampul 30 mg/ 8 jam IV
Nebule Combiven Nebuler 2,5 mg/vial 2,5 ml/4 jam Nasal
/hari
8-11-2014 IVFD NaCl 0,9% Infus 500 ml/ botol 20 gtt/ menit IV
Inj. Ceftriaxon Injeksi 1 g/ vial 1 gr/ 12 jam IV
Inj. Ranitidin Injeksi 50 mg/ampul 50 mg/ 12 jam IV
Inj. Ketorolak Injeksi 30 mg/ampul 30 mg/ 8 jam IV
Nebule Nebuler 2,5 mg/vial 2,5 ml/4 jam Nasal
combivent /hari
9-11-2014 IVFD NaCl 0,9% Infus 500 ml/ botol
20 gtt/ menit IV
Inj. Ceftriaxon Injeksi 1 g/ vial 1 gr/ 12 jam IV
Inj. Ranitidin Injeksi 50 mg/ampul50 mg/ 12 jam IV
Inj. Ketorolak Injeksi 30 mg/ampul30 mg/8 jam IV
Nebule Nebuler 2,5 mg/vial2,5 ml/4 jam Nasal
combivent /hari
10-11- IVFD NaCl 0,9% Infus 500 ml/ botol 20 gtt/ menit IV
2014 Inj. Ceftriaxon Injeksi 1 g/ vial 1 gr/ 12 jam IV
Inj. Ranitidin Injeksi 50 mg/ampul 50 mg/ 12 jam IV
Inj. Ciprofloxacin Injeksi 200 mg/vial 400 mg/ 12 IV
jam
Nebule Nebuler 2,5 mg/vial 2,5 ml/4 jam Nasal
combivent /hari
Nebule pulmicort Nebuler 0,5 mg/vial 1-2 mg /hari Nasal
11-11- IVFD NaCl 0,9% Infus 500 ml/ botol 20 gtt/ menit IV
2014 Inj. Ceftriaxon Injeksi 1 g/ vial 1 gr/ 12 jam IV
Inj. Ranitidin Injeksi 50 mg/ampul 50 mg/ 12 jam IV
Inj. Ciprofloxacin Injeksi 200 mg/vial 400 mg/12 IV
jam
Nebule Nebul 2,5 mg/vial 2,5 ml/4 jam Nasal
combivent /hari
Nebule pulmicort Nebul 0,5 mg/vial 1-2 mg /hari Nasal
12-11- IVFD NaCl 0,9% Infus 500 ml/ botol 20 gtt/ menit IV
2014 Inj. Ranitidin Injeksi 50 mg/ampul 50 mg/ 12 jam IV
Inj. Ciprofloxacin Injeksi 200 mg/vial 400 mg/ 12 IV
jam
Nebule Nebuler 2,5 mg/vial 2,5 ml/4 jam Nasal
combivent /hari
Nebule pulmicort Nebuler 0,5 mg/vial 1-2 mg /hari Nasal
104
Universitas Sumatera Utara
13-11- IVFD NaCl 0,9% Infus 500 ml/ botol 20 gtt/ menit IV
2014 Inj. Ceftriaxon Injeksi 1 g/ vial 2 gr/ 12 jam IV
Inj. Ranitidin Injeksi 50 mg/ampul 50 mg/ 12 jam IV
Inj.Ciprofloxacin Injeksi 200 mg/vial 400 mg/ 12 IV
jam
Nebule Nebuler 2,5 mg/vial 2,5 ml/4 jam Nasal
combivent /hari
Nebule pulmicort Nebuler 0,5 mg/vial 1-2 mg /hari Nasal
105
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
PEMBAHASAN
dalam keadaan sadar. Pasien sebelumnya telah berobat jalan di Rumah Sakit
Grand Medistra dan dilakukan foto thorax. Kemudian pasien dirujuk ke RSUP. H.
Adam Malik. Pasien masuk melalui IGD dengan keluhan lemas, sesak nafas, dan
informasi penting tentang obat disampaikan secara langsung kepada pasien atau
pengobatan terkait dengan penggunaan obat yang rasional mulai dari tanggal 07
dilakukan sesuai dengan obat yang diberikan untuk melihat apakah penggunaan
obat untuk terapi pasien diberikan secara rasional. Penyampaian informasi tentang
obat penting disampaikan secara langsung kepada pasien atau keluarganya untuk
lainnya (dokter dan perawat) terkait dengan efektivitas obat dan stabilitas obat
106
Universitas Sumatera Utara
4.1 Pembahasan tanggal 07, 08 dan 09 November 2014
Pemeriksaan dan pemberian terapi pada tanggal 07, 08, dan 09 November 2014:
Berdasarkan pengamatan, gelang yang dipakai pasien telah sesuai dengan nama,
tanggal lahir, serta no RM pasien. Obat yang diberikan kepada pasien juga sesuai
Hasil Pemeriksaan fisik sesak nafas, nyeri dada sehingga kesimpulan diagnosa
Pemberian infus NaCl 0.9% sudah tepat, dimana pemberian infus NaCl
0.9% untuk menjaga keseimbangan cairan elektrolit tubuh, dimana kondisi pasien
dalam keadaan lemas dengan nafsu makan yang kurang. Pasien kekurangan
107
Universitas Sumatera Utara
Ceftriaxon merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga
yang yang dapat mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan
gram negatif (Trissels, 2009). Maka penggunaan ceftriaxon sudah tepat indikasi.
berat (Trissels, 2009). Dari hasil pemeriksaan, diketahui bahwa pasien mengeluh
rasa sakit sehingga pemberian ketorolak ditujukan sebagai analgetik sudah tepat
indikasi.
Pemberian infus NaCl sudah tepat obat karena kondisi pasien dalam
keadaan lemah dan selera makan yang kurang. Cairan infus tersebut mengandung
108
Universitas Sumatera Utara
cairan dan elektrolit dan terapi pemulihan (untuk mengurangi jumlah cairan yang
Pemberian ceftriaxon tidak tepat obat karena tidak ada dilakukan uji sensitivitas
kultur kuman terlebih dahulu. Uji kultur harus dilakukan sebelum suatu antibiotik
diberikan, sebelum uji kultur dilakukan boleh diberikan antibiotik empirik, tetapi
selanjutnya harus mengikuti hasil uji kultur. Kelompok bakteri, meskipun berasal
cukup parah yang memerlukan analgesia pada tingkat opioid. Dari hasil
mengeluarkan banyak dahak, kombinasi kedua obat ini akan memperkuat efeknya
109
Universitas Sumatera Utara
4.1.4 Pengkajian Tepat Dosis
Tabel 4.1 Dosis obat-obatan yang digunakan pasien pada tanggal 07, 08 dan 09
November 2014
Jenis obat Sediaan Dosis Lazim Rute
Bentuk Kekuatan Pemberian
IVFD NaCl Infus 500 2,5 mL/kg BB/jam i.v
0,9% mL/botol
Ceftriaxon Injeksi 1000 mg Dosis lazim 1-2 g/ hari i.v
IVFD NaCl berbentuk infus dengan kekuatan sediaan 500 ml/botol. Dalam
hal ini, infus NaCl hanya digunakan sebagai pelengkap elektrolit pasien dan jalan
obat sehingga tidak diperlukan perhitungan dosis. Dosis yang diberikan dianggap
sudah tepat.
lazim untuk dewasa: 1000-2000 mg setiap 12 jam. Dosis pemberian pada pasien
1000 mg/12 jam. sudah tepat sesuai dengan dosis lazim pemakaian.
lazim untuk dewasa 10-30 mg setiap 4-6 jam maksimum 120 mg per hari
(Sweetman, 2007). Lama pemberian 2 hari dengan interval setiap 4-6 jam sesuai
kebutuhan (Sweetman, 2007). Dosis pemberian untuk pasien 30 mg/8 jam sudah
tepat dosis.
110
Universitas Sumatera Utara
minggu dengan interval setiap 12 jam (Anderson, et al., 2002; Mehta, 2006).
Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak
diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan interaksi
mengoptimalkan terapi pasien. Efek samping dan interaksi obat yang digunakan
Tabel 4.2 Efek samping dan interaksi obat tanggal 07, 08, dan 09 November
2014
Jenis Obat Efek Samping Interaksi Obat
IVFD NaCl Demam, infeksi pada tempat
0,9% penyuntikan. Pemberian dosis
tinggi dapat menyebabkan
akumulasi natrium, edema, dan
asidosis hiperkloremik.
Ceftriaxon Diare, mual dan muntah, sakit pada
tempat suntikan, rash dan pruritus.
111
Universitas Sumatera Utara
4.1.6 Kesimpulan
a. Rekomendasi Dokter
obat, tujuan pengobatan, status pasien saat ini. Pemberian ceftriaxon injeksi yang
diberikan belum diuji kultur, sehingga belum diketahui antibiotik ini sensitif atau
resisten terhadap pasien dan dilakukan uji kultur untuk menetapkan antibiotik
b. Rekomendasi Perawat
- Agar obat disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dan
kering.
112
Universitas Sumatera Utara
4.2 Pembahasan tanggal 10-11 November 2014
B complex 3 x 1
Berdasarkan pengamatan, gelang yang dipakai pasien telah sesuai dengan nama,
tanggal lahir, serta no RM pasien. Obat yang diberikan kepada pasien juga sesuai
Hasil Pemeriksaan fisik sesak nafas sehingga kesimpulan diagnosa dokter bahwa
Pemberian infus NaCl 0.9 % sudah tepat, dimana pemberian infus NaCl
0.9 % untuk menjaga keseimbangan cairan elektrolit tubuh, dimana kondisi pasien
dalam keadaan lemas dengan nafsu makan yang kurang. Pasien kekurangan
elektrolit, sehingga pemberian infus NaCl 0.9% sudah tepat indikasi obat.
113
Universitas Sumatera Utara
Ceftriaxon adalah antibiotik spektrum luas yang diindikasikan untuk
mengobati infeksi saluran nafas bawah (Depkes RI, 2007). Pemberian antibiotik
potensial, banyak digunakan untuk berbagai jenis infeksi seperti infeksi paru
kronis dan akut. Pemberian antibiotik ciprofloxacin dalam hal ini sudah tepat.
Pemberian infus NaCl sudah tepat obat karena kondisi pasien dalam
keadaan lemah dan selera makan yang kurang. Cairan infus tersebut mengandung
cairan dan elektrolit dan terapi pemulihan (untuk mengurangi jumlah cairan yang
114
Universitas Sumatera Utara
Pemberian ceftriaxon tidak tepat obat karena tidak ada dilakukan uji
sensitivitas kultur kuman terlebih dahulu. Uji kultur harus dilakukan sebelum
suatu antibiotik diberikan, sebelum uji kultur dilakukan boleh diberikan antibiotik
empirik, tetapi selanjutnya harus mengikuti hasil uji kultur. Kelompok bakteri,
meskipun berasal dari jenis yang sama, dapat bervariasi sensitifitasnya terhadap
menjadi sangat penting untuk seleksi obat yang tepat (Brunton, et al., 2006).
Pemberian Ciprofloxacin tidak tepat obat karena tidak ada dilakukan uji
sensitivitas kultur kuman terlebih dahulu. Uji kultur harus dilakukan sebelum
suatu antibiotik diberikan, sebelum uji kultur dilakukan boleh diberikan antibiotik
mengeluarkan banyak dahak, kombinasi kedua obat ini akan memperkuat efeknya
Tabel 4.4 Dosis obat-obatan yang digunakan pasien pada tanggal 10-11
November 2014
Jenis obat Sediaan Rejimen Dosis RutePemberia
Bentuk Kekuatan n
IVFD NaCl Infus 500 2,5 mL/kg BB/jam i.v
0,9% mL/botol
115
Universitas Sumatera Utara
Ceftriaxon Injeksi 1000 mg Dosis lazim 1-2 g/ hari i.v
IVFD NaCl berbentuk infus dengan kekuatan sediaan 500 ml/botol. Dalam
hal ini, infus NaCl hanya digunakan sebagai pelengkap elektrolit pasien dan jalan
obat sehingga tidak diperlukan perhitungan dosis. Dosis yang diberikan dianggap
sudah tepat.
lazim untuk dewasa: 1000-2000 mg setiap 12 jam. Dosis pemberian pada pasien
1000 mg/12 jam sudah tepat sesuai dengan dosis lazim pemakaian.
minggu dengan interval setiap 12 jam (Anderson, et al., 2002; Mehta, 2006).
Dosis lazim injeksi ciprofloxacin untuk infeksi saluran pernafasan adalah 400
mg/12 jam. Dosis injeksi ciprofloxacin yang diterima pasien adalah 400 mg/12
Dosis lazim combivent nebul adalah 2.5 mg-10 mg/hari, sedangkan dosis yang
diberikan pada pasien 2,5 mg tiap 8 jam, berarti sudah tepat dosis.
116
Universitas Sumatera Utara
Dosis lazim pulmicort nebul adalah 0,5-1 mg/hari, sedangkan dosis yang
diberikan pada pasien 0,5 mg tiap 12 jam, berarti sudah tepat dosis.
Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak
diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan interaksi
mengoptimalkan terapi pasien. Efek samping dan interaksi obat yang digunakan
Tabel 4.5 Efek samping dan interaksi obat tanggal 10-11 November 2014
Jenis Obat Efek Samping Interaksi Obat
IVFD NaCl 0,9 % Demam, infeksi pada tempat
penyuntikan. Pemberian dosis
tinggi dapat menyebabkan
akumulasi natrium, edema, dan
asidosis hiperkloremik.
117
Universitas Sumatera Utara
4.2.6 Kesimpulan
a. Rekomendasi Dokter
obat, tujuan pengobatan, status pasien saat ini. Pemberian Ceftriaxon injeksi dan
diketahui antibiotik ini sensitif atau resisten terhadap pasien dan dilakukan uji
b. Rekomendasi Perawat
- Agar obat disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dan
kering.
Tabel 4.6 Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien Tanggal 10- 11 November
2014
No Nama Obat PIO
1 IVFD NaCL Jika terjadi pembengkakan, gatal dan memerah pada tempat
pemberian cairan intra vena, segera hubungi dokter atau
perawat
2 Injeksi Merupakan obat antibiotik (anti kuman/anti bakteri)
Ceftriaxon Jika terjadi reaksi efek samping seperti diare, mual dan
muntah, sakit pada tempat suntikan, rash dan pruritus segera
hubungi dokter.
3 Injeksi Jika terjadi gangguan intestinal, sakit kepala, mual, agitasi,
Ciprofloxacin diare, reaksi ditempat pemberian IV, segera hubungi perawat.
5 Injeksi Merupakan obat untuk lambung atau antasida.
Ranitidin jika terjadi reaksi efek samping seperti nyeri otot, pusing, dan
reaksi kulit, segera hubungi dokter.
118
Universitas Sumatera Utara
4.3 Pembahasan tanggal 12 November 2014
Pemeriksaan dan pemberian terapi pada tanggal 12 November 2014 sama seperti
B complex 3 x 1
Berdasarkan pengamatan, gelang yang dipakai pasien telah sesuai dengan nama,
tanggal lahir, serta no RM pasien. Obat yang diberikan kepada pasien juga sesuai
Hasil Pemeriksaan fisik sesak nafas sehingga kesimpulan diagnosa dokter bahwa
119
Universitas Sumatera Utara
4.4.2 Pengkajian Tepat Indikasi
Pemberian infus NaCl 0.9 % sudah tepat, dimana pemberian infus NaCl
0.9 % untuk menjaga keseimbangan cairan elektrolit tubuh, dimana kondisi pasien
dalam keadaan lemas dengan nafsu makan yang kurang. Pasien kekurangan
elektrolit, sehingga pemberian infus NaCl 0.9% sudah tepat indikasi obat.
mengobati infeksi saluran nafas bawah (Depkes RI, 2007). Pemberian antibiotik
potensial, banyak digunakan untuk berbagai jenis infeksi seperti infeksi paru
kronis dan akut. Pemberian antibiotik siprofloksasin dalam hal ini sudah tepat
indikasi.
120
Universitas Sumatera Utara
4.4.3 Pengkajian Tepat Obat
Pemberian infus NaCl sudah tepat obat karena kondisi pasien dalam
keadaan lemah dan selera makan yang kurang. Cairan infus tersebut mengandung
cairan dan elektrolit. dan terapi pemulihan (untuk mengurangi jumlah cairan yang
Pemberian ceftriakson tidak tepat obat karena tidak ada dilakukan uji
sensitivitas kultur kuman terlebih dahulu. Uji kultur harus dilakukan sebelum
suatu antibiotik diberikan, sebelum uji kultur dilakukan boleh diberikan antibiotik
empirik, tetapi selanjutnya harus mengikuti hasil uji kultur. Kelompok bakteri,
meskipun berasal dari jenis yang sama, dapat bervariasi sensitifitasnya terhadap
menjadi sangat penting untuk seleksi obat yang tepat (Brunton, et al., 2006).
Pemberian ciprofloxacin tidak tepat obat karena tidak ada dilakukan uji
sensitivitas kultur kuman terlebih dahulu. Uji kultur harus dilakukan sebelum
suatu antibiotik diberikan, sebelum uji kultur dilakukan boleh diberikan antibiotik
mengeluarkan banyak dahak, kombinasi kedua obat ini akan memperkuat efeknya
121
Universitas Sumatera Utara
(Ganiswara, 1995), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan
Tabel 4.7 Dosis obat-obatan yang digunakan pasien pada tanggal 13 November
2014
Jenis obat Sediaan Rejimen Dosis Rute
Bentuk Kekuatan Pemberian
IVFD NaCl Infus 500 2,5 mL/kg BB/jam i.v
0,9% mL/botol
Ceftriaxon Injeksi 1000 Dosis lazim 1-2 g/ hari i.v
mg/vial
Ciprofloxacin Injeksi 200 Dosis lazim 400 mg/12 i.v
mg/vial jam
Ranitidin Injeksi 50 mg/ Dosis lazim untuk dewasa i.v
ampul 50 mg setiap 12 jam
IVFD NaCl berbentuk infus dengan kekuatan sediaan 500 ml/botol. Dalam
hal ini, infus NaCl hanya digunakan sebagai pelengkap elektrolit pasien dan jalan
obat sehingga tidak diperlukan perhitungan dosis. Dosis yang diberikan dianggap
sudah tepat.
lazim untuk dewasa: 1000-2000 mg setiap 12 jam. Dosis pemberian pada pasien
2000 mg/12 jam tidak tepat sesuai dengan dosis lazim pemakaian.
minggu dengan interval setiap 12 jam (Anderson, et al., 2002; Mehta, 2006).
122
Universitas Sumatera Utara
Dosis lazim injeksi ciprofloxacin untuk infeksi saluran pernafasan adalah 400
mg/12 jam. Dosis injeksi ciprofloxacin yang diterima pasien adalah 400 mg/12
Dosis lazim combivent nebul adalah 2.5 mg-10 mg/hari, sedangkan dosis yang
diberikan pada pasien 2,5 mg tiap 8 jam, berarti sudah tepat dosis.
Dosis lazim pulmicort nebul adalah 0,5-1 mg/hari, sedangkan dosis yang
diberikan pada pasien 0,5 mg tiap 12 jam, berarti sudah tepat dosis.
Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak
diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan interaksi
mengoptimalkan terapi pasien. Efek samping dan interaksi obat yang digunakan
Tabel 4.8 Efek samping dan interaksi obat tanggal 13 November 2014
Jenis Obat Efek Samping Interaksi Obat
IVFD NaCl 0,9 % Demam, infeksi pada tempat
penyuntikan. Pemberian dosis
tinggi dapat menyebabkan
akumulasi natrium, edema, dan
asidosis hiperkloremik
123
Universitas Sumatera Utara
agranulositosis.
4.4.6 Kesimpulan
a. Rekomendasi Dokter
belum diuji kultur, sehingga belum diketahui antibiotik ini sensitif atau
- Pemberian Ceftriaxon dengan dosis 2000 mg/12 jam pada pasien sudah
124
Universitas Sumatera Utara
a. Rekomendasi Perawat
- Agar obat disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dan
kering.
Tabel 4.9 Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien Tanggal 13 November 2014
No Nama Obat PIO
1 IVFD NaCL Jika terjadi pembengkakan, gatal dan memerah pada tempat
pemberian cairan intra vena, segera hubungi dokter atau
perawat
2 Injeksi Merupakan obat antibiotik (anti kuman/anti bakteri)
Ceftriaxon Jika terjadi reaksi efek samping seperti diare, mual dan
muntah, sakit pada tempat suntikan, rash dan pruritus segera
hubungi dokter.
3 Injeksi Jika terjadi gangguan intestinal, sakit kepala, mual, agitasi,
Ciprofloxacin diare, reaksi ditempat pemberian IV, segera hubungi perawat.
5 Injeksi Merupakan obat untuk lambung atau antasida.
Ranitidin jika terjadi reaksi efek samping seperti nyeri otot, pusing, dan
reaksi kulit, segera hubungi dokter.
125
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
pasien, tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis dan waspada efek samping pada
yang diperoleh terhadap studi kasus yang dilakukan RSUP H. Adam Malik
adalah:
secara empirik tanpa dilakukan uji kultur terlebih dahulu. Terapi antibotik
pasien untuk mematuhi terapi yang ditetapkan dokter, serta bekerja sama
bangsal pasien.
126
Universitas Sumatera Utara
5.2 Saran
adalah:
infeksi yang terjadi serta melihat antibiotik apa yang masih sensitif.
127
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, P.O., Knoben J.E., dan Troutman W.G. (2002). Handbook of Clinical
Drug. Edisi Kesepuluh New York: Mc Graw Hill. Halalaman 128-130.
Brunton, L.L., Lazo, J.S., dan Parker, K.L. (2006). Goodman and Gilman’s The
Pharmacological Basis of Therapeutics. 11th Edition. New York: Mc
Graw Hill.
Depkes RI. (2007). Pelayanan Informasi Obat. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik.
Depkes RI. (2009). Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Jakarta: Depkes RI.
Katzung, B.G., (2011). Farmakologi Dasar dan Klinik. Buku 2. Edisi 8. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika. Hal. 313-315, 575-584.
128
Universitas Sumatera Utara
Mubin, Halim. (2008). Ilmu Penyakit Dalam Edisi 2. Jakarta: EGC. Halaman 88-
91.
Pramudianto, A., dan Evaria. (2009). MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Edisi
9. Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer. Halaman 11, 26, 89, 132-136.
Rab, Tabrani. (2010). Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Media. Halaman
570-581.
RSUP HAM. (2011). Standar Pelayanan Medik. Buku 7. Rumah Sakit Umun
Pusat Haji Adam Malik. Hal. 13.
Tjay, Tan Hoan, dan Kirana Rahardja. (2007). Obat-Obat Penting. Edisi kelima,
Jakarta: PT Elex Media Komutindo. Hal. 52-112
129
Universitas Sumatera Utara