Lo Nabila
Lo Nabila
TUTORIAL 1
UNIVERSITAS TADULAKO
2016
Learning Objective
SUMBER :
Ilyas,S.Yulianti,SR.2015.Ilmu Penyakit Mata.Edisi Kelima.BPFKUI ; Jakarta
Klasifikasi Glaukoma
A. Glaukoma Primer
a. Glaukoma Sudut Terbuka Primer
Glaukoma sudut terbuka primer terdapat kecenderungan familial
yang kuat. Gambaran patologi utama berupa proses degeneratif
trabekular meshwork sehingga dapat mengakibatkan penurunan
drainase humor aquos yang menyebabkan peningkatan takanan
intraokuler. Pada 99% penderita glaukoma primer sudut terbuka
terdapat hambatan pengeluaran humor aquos pada sistem trabekulum
dan kanalis schlemm.
B. Glaukoma Sekunder
Peningkatan tekanan intraokuler pada glaukoma sekunder merupakan
manifestasi dari penyakit lain dapat berupa peradangan, trauma bola mata
dan paling sering disebabkan oleh uveitis
C. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital biasanya sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat
gangguan perkembangan pada saluran humor aquos. Glaukoma kongenital
seringkali diturunkan. Pada glaukoma kongenital sering dijumpai adanya
epifora dapat juga berupa fotofobia serta peningkatan tekanan intraokuler.
Glaukoma kongenital terbagi atas glaukoma kongenital primer (kelainan
pada sudut kamera okuli anterior), anomali perkembangan segmen
anterior, dan kelainan lain (dapat berupa aniridia, sindrom Lowe, sindom
Sturge-Weber dan rubela kongenital)
Penilaian Glaukoma
Tonometri merupakan suatu pengukuran tekanan intraokuler yang
menggunakan alat berupa tonometer Goldman. Faktor yang dapat
mempengaruhi biasnya penilaian tergantung pada ketebalan kornea masing-
masing individu. Semakin tebal kornea pasien maka tekanan intraokuler yang
di hasilkan cenderung tinggi, begitu pula sebaliknya, semakin tipis kornea
pasien tekanan intraokuler bola mata juga rendah.
Terapi medikamentosa
A. Supresi Pembentukan Humor Aqueus
a. Golongan β-adrenergik Bloker
Obat golongan ini dapat digunakan sebagai monoterapi atau dengan
kombinasi dengan obat yang lain. Contoh obat golongan β-adrenergic
bloker misalnya timolol maleat 0,25% dan 0.5%, betaxolol 0,25% dan
0,5%, levobunolol dan lain-lain.
Timolol maleat merupakan β-adrenergik non selektif baik β1 atau β2.
Timolol tidak memiliki aktivitas simpatomimetik, sehingga apabila
diteteskan pada mata dapat mengurangi tekanan intraokuler. Timolol dapat
menurunkan tekanan intraokuler sekitar 20-30%.15,16 Reseptor β-
adrenergik terletak pada epitel siliaris, jika reseptornya terangsang
aktifitas sekresinya akan meningkatkan inflow humor aquos melalui proses
komplek enzim adenyl cyclase-reseptor sehingga menurunkan produksi
humor aquos.
Farmakodinamik golongan β-adrenergic bloker dengan cara menekan
pembentukan humor aquos sehingga tekanan intraokuler dapat turun.
Sedangkan farmakokinetiknya sebagian besar diserap dengan baik oleh
usus secara peroral sehingga bioavaibilitas rendah , dan memiliki kadar
puncak dalam plasma mencapai 1 sampa 3 jam. Kebanyakan golongan β-
adrenergic bloker memiliki waktu paruh antara 3 sampai 10 jam. Waktu
ekskresi yang dibutuhkan ginjal untuk mengeluarkan obat golongan ini
dapat diperpanjang apabila terdapat hambatan aliran darah yang menuju
ke hati atau hambatan enzim hati.
Penggunaan obat golongan ini dalam jangka lama dapat
mengakibatkan kontraindikasi berupa obstruksi jalan napas kronik.
Indikasi pemakaian diberikan pada pasien glaukoma sudut terbuka sebagai
terapi inisial baik secara tunggal atau kombinasi terapi dengan miotik.
Indikasi lainnya dapat diberikan pada glaukoma inflamasi, hipertensi
okuler dan glaukoma kongenital.
SUMBER :
SUMBER :
Faradilla,N.2009.Glaukoma dan Katarak Senilis.Pekanbaru University : RIAU
4. Anatomi dan fisiologi mata :
c. Anatomi Konjugtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak
bagian belakang. Bermaca-macam obat mata dapat diserap melalui
konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang di hasilkan
oleh sel Goblet.
Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Konjungtiva terdiri
atas tiga bagian, yaitu :
a. Konjungtiva tarsal yang menututpi tarsus, konjungtiva tarsal sukar di
gerakkan dari tasus.
b. Konjungtiva bulbi menututpi sklera dan mudah di gerakkan dari sklera
di bawahnya.
c. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat
peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.
Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar
dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis
membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan
pada saraf optik dan diteruskan ke otak.
Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin dan
hanya menempel papil saraf optik, makula dan pars plana. Bila terdapat
jaringan ikat didalam badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka
akan robek dan terjadi ablasi retina.
Lensa terletak dibelakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya
pada badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peran dan
akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah
makula lutea.
E. Badan Kaca
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang
terletak antara lensa dan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam
bola mata. Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi
menyerap air.
F. Lensa Mata
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa
di dalam mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di
belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti
cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya
akomodasi.Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :
a. Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam
akomodasi untuk menjadi cembung.
b. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan.
c. Terletak di tempatnya.
G. Retina
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima rangsangan cahaya (Ilyas, 2010).
Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri
atas lapisan :
1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel
batang yang mempunyai bentuk ramping dan sel kerucut.
2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
3. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapisan nukleus sel kerucut
dan batang. Ketiga lapis diatas avaskular dan mendapat metabolisme
dari kapiler koroid.
4. Lapis fleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat
asinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan
sel muller lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.
6. Lapis fleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat
sinaps bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron
kedua.
8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju saraf
optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh
darah retina.
9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina
dan badan kaca.
Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri oftalmika,
arteri retina sentral masuk retina melalui papil saraf optik yang akan
memberikan nutrisi pada retina dalam.
Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dan
koroid. Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan
subyektif retina seperti : tajam penglihatan, penglihatan warna, dan
lapangan pandang.
Pemeriksaan obyektif adalah elektroretinografi (ERG),
elektrookulografi (EOG), dan visual evoked respons (VER).
H. Saraf Optik
Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2
jenis serabut saraf, yaitu : saraf penglihat dan serabut pupilomotor.
Kelainan saraf optik menggambarkan gangguan yang diakibatkan tekanan
langsung atau tidak langsung terhadap saraf optik ataupun perbuatan
toksik dan anoksik yang mempengaruhi penyaluran aliran listrik.
I. Sklera
Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea
merupakan pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari
papil saraf optik sampai kornea.
J. Rongga Orbita
Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7
tulang yang membentuk dinding orbita yaitu : lakrimal, etmoid,
sfenoid, frontal, dan dasar orbita yang terutama terdiri atas tulang
maksila, bersama-sama tulang palatinum dan zigomatikus.
Rongga orbita yang berbentuk pyramid ini terletak pada kedua sisi
rongga hidung. Dinding lateral orbita membentuki sudut 45 derajat
dengan dinding medialnya.
Dinding orbita terdiri atas tulang :
1. Atap atau superior : os.frontal
2. Lateral : os.frontal, os. zigomatik, ala magna os sfenoid
3. Inferior : os. zigomatik, os. maksila, os. palatin
4. Nasal : os. maksila, os. lakrimal, os. etmoid
Foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh saraf
optik, arteri, vena, dan saraf simpatik yang berasal dari pleksus karotid.
Fisura orbita superior di sudut orbita atas temporal dilalui oleh saraf
lakrimal (V), saraf frontal (V), saraf troklear (IV), saraf okulomotor (III),
saraf nasosiliar (V), abdusen (VI), dan arteri vena oftalmik.
FISIOLOGI MATA
Gambaran jaras penglihatan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat dilihat pada
gambar berikut.
SUMBER :
Elvioza. 2010. Pemeriksaan Mata Dasar. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta
SUMBER :
6. Penyakit pada mata yang menyangkut akomodasi dan retraksi & cara koreksinya :
Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata.
Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab
kelainan mata yang mengakibatkan turunannya tajam penglihatan. Tajam
penglihatan perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata.
Untuk mengetahui tajam penglihatan seseorang dapat dilakukan dengan kartu
Snellen dan bila penglihatan kurang maka tajam penglihatan diukur dengan
menentukan kemampuan melihat jumlah jari (hitung jari), ataupun proyeksi
sinar. Untuk besarnya kemampuan mata membedakan bentuk dan rincian benda
ditentukan dengan kemampuan melihat benda terkecil yang masih dapat dilihat
pada jarak tertentu.
Biasanya pemeriksaan tajam penglihatan ditentukan dengan melihat
kemampuan membaca huruf-huruf berbagai ukuran pada jarak baku untuk kartu.
Pasiennya dinyatakan dengan angka pecahan seperti 20/20 untuk penglihatan
normal. Pada keadaan ini, mata dapat melihat huruf pada jarak 20 kaki yang
seharusnya dapat dilihat pada jarak tersebut. Tajam penglihatan normal rata-rata
bervariasi antara 6/4 hingga 6/6 atau 20/15 (atau 20/20 kaki). Tajam penglihatan
maksimum berada di daerah fovea, sedangkan beberapa faktor seperti
penerangan umum, kontras, waktu papar, dan kelainan refraksi mata dapat
merubah tajam penglihatan mata.
A. Hyperopia (Rabun Jauh) Kadang-kadang disebut juga bola mata yang pendek
yang mengacu pada kondisi mata ketika fokus cahaya berada di belakang retina
yang menyebabkan buramnya penglihatan dalam jarak dekat.
Gejala
1. mata berair
2. pusing
3. sensitif terhadap cahaya
4. kelelahan umum
Implikasinya
Mekanismme akomodasi pada mata bisa mengatasi rabun jauh yang
tingkatnya masih rendah sehingga bisa tidak terdeteksi selama bertahun-tahun.
karena adanya ketidakmampuan membedakan objek dari jarak dekat, maka anak
yang rabun jauh sering mengalami kesulitan belajar.
Koreksi (Pembetulannya)
1. Diagnosis yang akurat dan pengukuran koreksi (Ophtamologist,
Optmetrist)
2. Koreksinya bisa dibuat dengan menggunakan lensa positif yang
ditempatkan didekat retina (depan)
B. Myopia (Rabun Dekat) Kadang-kadang disebut juga bola mata yang panjang yang
mengacu pada kondisi mata ketika bayangan jatuh didepan retina yang
mengakibatkan buramnya penglihatan ketika melihat objek jarak jauh (jaraknya
berbeda bagi setiap orang).
Gejala
1. Juling
2. Mendingakkan kepala ketika melihat jarak jauh
3. Sering memilih kegiatan yang hanya bisa dilakuakn dengnan jarak panjang
tangannya, karena penglihatan terbaiknya adalah jarak dekat.
4. Sering ingin duduk didepan kelasnya, sering nonton TV jarak dekat, dsb
Impilikasi
1. Bisa tidak terdeteksi karena kemampuan anak dalam posisi ini sering
diangggap sedang berakomodasi.
2. Jarang diasosiasikan dengan ketidakmampuan membaca meskipun banyak
yang suka kelelahan
Koreksi
1. Diagnosis yang akurat dan pengobatan untuk myopia (Ophtamologist,
Optmetrist)
2. Koreksinya bisa dibuat denngan menggunakan lensa negatif yang
ditempatkan didekat retina (depan)
3. Anak yang myopia biasanya akan sangat memerlukan pencahayaan untuk
tugas-tugas yang memerlukan deskriminasi visual
C. Astigmatism
Mengacu pada kondisi mata yang disebabkan oleh ketidakteraturan lengkung pada
kornea yang mengakibatkan dari manapun cahaya yang datang tidak akan jatuh
tepat pada retina.
Gejala
1. Penglihatan buram
2. Stress dan lelah yang disebabkan oleh juling dan refokusing.
3. Pusing
Implikasinya
Karena ketidakmampuannya membetulkan penglihatannya yang kabur
melalui otot matanya
Koreksi (Pembetulannya)
1. Diagnosis yang akurat dan pengukuran koreksi (Ophtamologist, Optmetrist)
2. Kebanyakan astigmatism biasanya kurang lebih koreksinya bisa dibuat
dengan menggunakan lensa silinder
D. Prebyopia
Mengacu pada kemampuan lensa mata dalam berakomodasi dalam jarak dekat yang
terbatas karena faktor usia. Akomodasi yang cukup pada jarak baca yang normal
akan dialami oleh setiap orang yang yang bukan rabun dekat pada usia 40-45 tahun.
Gejala
1. Menjauhkan bahan bacaannya dari mata untuk memperoleh jarak gambaran
yang lebih jelas.
2. Kelelahan biasa –“ tangan lelah karena merenggangkan tangannya”
Implikasinya
1. Kesulitan menyesuaikan bahan bacaan, tulisan atau menjahit
2. Melihat jauh bukan masalah
Koreksi (Pembetulannya)
1. Diagnosis yang akurat (Optmetrist)
2. Koreksinya bisa dibuat dengan menggunakan lensa cembung-plus apabila
tidak ada kesalahan refraksi harus diberikan setengah kaca mata kalau tidak
bisa dengan kaca mata bifocal atau dua kaca mata (yang satu untuk baca dan
satunya lagi untuk melihat jarak jauh) mungkin bisa menjadi pilihan
SUMBER :
SUMBER :
Neuritis Optik
Neuritis Intraokular atau Papilitis
Neuritis Retrobulbar
Iskemik Optik Neuropati Akut
Ablasi Retina
Pterigium
Pinguekula dan Pinguekula Iritans
Hematoma Subkonjungtiva
Episkleritis – Skleritis
Mata Kotor atau Sekret
Konjungtivitis
Konjungtivitis Bakteri Akut
Konjungtivitis Gonore
Konjungtivitis Virus Akut
Herpetik
Konjungtivitis Alergika
Trakoma
Konjungtivitis Dry Eyes (Mata Kering)
Defisiensi Vitamin A
SUMBER :
Bagian IP Mata.2009.Diagnosa Banding Mata Merah dan Mata Putih.Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Sumber :
Ilyas, Sidarta, 2013, Ilmu Penyakit Mata Edisi KeEmpat, BadanPenerbit FK UI,
Jakarta.
Nashar, F., Ghofir A., dkk. 2013. The Disease. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press
Teknis
1. Menggunakan kartu Snellen dan penerangan cukup.
2. Pasien didudukkan jarak 6 meter, paling sedikit jarak 5 meter dari kartu Snellen.
3. Kartu Snellen di digantungkan sejajar setinggi / lebih tinggi dari mata pasien.
4. Pemeriksaan dimulai pada mata kanan terlebih dahulu, mata kiri ditutup. Pasien
disuruh membaca huruf SNELLEN dari baris paling atas ke bawah. Hasil
pemeriksaan dicatat, kemudian diulangi untuk mata sebelahnya.
Hasil dapat sebagai berikut misal :
VOD 6/6
V OS 6/6
6/6 pasien dapat membaca seluruh huruf dideretan 6/6 pada snellen chart
6/12 pasien bisa membaca sampai baris 6/12 pada snellen chart
6/30 pasien bisa membaca sampai baris 6/30 pada snellen chart
6/60 pasien bisa membaca barisan huruf 6/60 biasanya huruf yang paling atas.
Visus yang tidak 5/5 atau yang tidak 6/6 dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan
memakai try lens
Apabila tidak bisa membaca huruf Snellen pasien diminta menghitung jari
pemeriksa.
5/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 5 meter
1/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 1 meter.
Apabila pasien tidak bisa juga hitung jari, maka dilakukan pemeriksaan
selanjutnya dg menilai gerakkan tangan didepan pasien dengan latar belakang
terang. Jika pasien dapat menentukan arah gerakan tangan pada jarak 1 m, maka
tajam penglihatan dicatat.
VISUS 1/300 (Hand Movement/HM) kadang kala sdh perlu menentukan arah
proyeksinya.
B. Refleks Pupil
Pupil merupakan tempat masuknya cahaya ke dalam bola mata
Jalur refleks cahaya
Rangsangan yang di terima oleh neuron afferent sel ganglion retina diteruskan
ke area pretektal, nukleus Edinger – Westphal. Saraf Parasimpatis keluar
bersama dengan nervus okulomotorius menuju ganglion siliaris dan terus ke m.spinter
pupil.
CARA PEMERIKSAAN :
Mata pasien fiksasi pada jarak tertentu
Berikan objek yang bisa di lihat dan dikenali ( Gambar atau benda )
Sumber cahaya haruslah terang dan mudah di manipulasi
Observasi general pupil : bentuk, ukuran, lokasi, warna iris, kelainan bawaan ,
dan kelainan lain.
Rangsangan cahaya diberikan 2-5 detik.
C. Pemeriksaan Funduskopi
Periksa oftalmoskop terlebih dahulu, sesuaikan dengan kelainan refraksi
pemeriksan dengan kekuatan dioptri pada oftalmoskop
- Berdiri dengan sopan disamping pasien, beritahu apa yang akan dikerjakan
- Mata kanan pasien diperiksa dengan mata kanan pemeriksa
- Teliti segmen posterior yang diperiksa
SUMBER :
Sutoyo.2012.Gangguan Indra Khusus (Mata, Kulit dan THT) Edisi Ke –1.Fakultas
Kedokteran.Universitas Andalas