Anda di halaman 1dari 16

Kerusakan pada Ligamentum Cruciatum Anterior Akibat

Olahraga

Kelompok F4

Eirene Megahwati Paembonan 102012082

Tari Erasti 102013279

Cornelia Tabita Santika 102014004

Rendy Cendranata 102014017

Fanny Mariska Sima 102014045

Minati Puspawardani 102014149

Julio Ludji Pau 102014183

Nur Ayuni Syahira Bt Rosli 102014238

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021)563-
1731

1
Abstrak

Anterior cruciatum ligament merupakan suatu ligament yang berada di region poplitea atau di
lutut.Ligamentum ini berperan dalam pergerakan tungkai bawah terutamanya pada sendi
lutut.Kecederaan atau ruptur pada ligamentum ini yang biasa berlaku pada atlit menghambat
pergerakan normal tubuh. Tujuan tinjauan pustaka ini adalah untuk memberikan informasi
tentang anterior cruciatum ligament dan strukturnya yang biasa terlibat dalam kecederaan
sukan.peninjauan sistematis literatur telah dilakukan dengan menggunakan kata-kata berikut:
Anterior cruciatum ligament, ruptur dan kecederaan sukan dan lutut. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ruptur ACL akibat bermain sepak bola berlaku pada pasien.

Kata kunci: Anterior cruciatum ligament, rupture, kecederaan sukan dan lutut

Abstract

Anterior cruciatum ligament is a ligament located in popliteal region or at the knee. This
ligament plays a major role in lower extremities especially movement of the knee joints. Injuries
or rupture of this ligament which is common among athletes can limit normal body movement. A
systematic review of the literature performed by using the following words: Anterior cruciatum
ligament, rupture, knee and sports injuries. The results showed that ACL rupture due to playing
football happened to the patient.

Key word: Anterior cruciatum ligament, rupture, knee and sports injuries.

Pendahuluan

Cedera atau luka adalah suatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang
dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi. Cedera sering dialami oleh
seorang atlit, seperti cedera goresan, robek pada ligamen, atau patah tulang karena terjatuh.
Cedera tersebut biasanya memerlukan pertolongan yang profesional dengan segera. Cara yang
lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami beberapa jenis cedera dan
mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon terhadap cedera tersebut. Saat cedera,
tubuh kita dapat memahami dan mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi suatu cedera agar tidak terjadi parah, bagaimana

2
mengobatinya dan kapan meminta pengobatan secara profesional. Antara kecederaan yang biasa
dialami oleh para atlit adalah cedera ACL (anterior cruciate ligament) atau ACL rupture dimana
ini adalah robekan di salah satu ligamen lutut yang menghubungkan tulang kaki atas dengan
tulang kaki bagian bawah. ACL juga berfungsi untuk menjaga kestabilan lutut.

Anamnesis

Anamnesis adalah tanya jawab kepada pasien mengenai keluhan sakit pasien. Anamnesis
adalah suatu teknik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara seorang dokter
dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui tentang kondisi
pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya. Ada 3 macam
anamnesis yaitu:1

a. Autoanamnesis yaitu tanya jawab yang dilakukan langsung kepada pasien.


b. Alloanamnesis yaitu tanya jawab yang dilakukan kepada keluarga pasien.
c. Mixedanamnesis yaitu campuran antara autoanamnesis dengan heteroanamnesis.

Anamnesis kepada pasien meliputi keluhan utama yaitu keluhan yang dirasakan oleh
pasien sehingga datang ke fisioterapi, riwayat penyakit sekarang yaitu perjalanan penyakit pasien
yang sedang dirasakan sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit penyerta, riwayat
penyakit keluarga dan riwayat pribadi yaitu mengenai kebiasaan dan hobi pasien yang dapat
mempengaruhi penyakit sekarang.

Berdasarkan kasus, perkara yang perlu ditanyakan adalah riwayat penyakit sekarang
tentang keluhan nyeri dan bengkak sendi dimana perlu dipastikan tentang lokasinya, onset,
durasi serta faktor yang memperberat misalnya seperti kecelakaan, jatuh, trauma atau olahraga
berat dan sebagainya. Selain itu, penting juga untuk ditanyakan tentang keluhan lainnya seperti
demam, batuk, adanya pus dan lain-lain. Penting juga untuk ditanyakan tentang riwayat penyakit
dahulu apakah pasien sudah pernah mengalami keluhan yang sama dan juga tentang sosialitas
pasien dalam seharian misalnya pekerjaan, diet dan kondisi tempat tinggal.

Pemeriksaan Fisik[1,2]

3
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat
dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan
diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara
sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak yaitu kaki. Pemeriksaan
secara sistematis tersebut disebut teknik Head to Toe. Setelah pemeriksaan organ utama
diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin
diperlukan seperti testneurologi.Dalam pemeriksaan fisik daerah abdomen pemeriksaan
dilakukan dengan sistematis yaitu inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.

1. Inspeksi (LOOK)

Yaitu melihat pasien dari ekspresi muka, cara berjalan, ada atau tidaknya bengkak (oedem), dan
lain-lain. Inspeksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a. Inspeksi statis
Yaitu melihat pasien dengan posisi pasien diam seperti melihat tinggi antara kedua
bahu atau panggul, saat dia berdiri dan juga berbaring. Di samping itu, penting untuk
melihat apakah ada perubahan warna kulit,vaskuarisasi, pembengkakan serta adanya
massa, luka, fistel atau ulkus.
b. Inspeksi dinamis
Yaitu melihat pasien dengan posisi pasien bergerak seperti menggerakkan kedua
tangan, berjalan dan lain-lain. Misalnya ketika berjalan, apakah seluruh tumit dan
permukaan kaki pasien menyentuh lantai serta apakah postur tubuh pasien normal
saat ia berjalan dan lain-lain.

2. Palpasi (FEEL)

Yaitu memegang, meraba bagian tubuh pasien yang sakit untuk menemukan ada atau
tidaknya bengkak (oedem), spasme otot dan kontraktur. Disamping itu, perlu juga untuk meraba
posisi patella untuk mendeteksi adanya dislokasi atau tidak.

3. Pergerakan (MOVE)

4
Yaitu memeriksa gerakan tulang, sendi dan otot pasien dengan cara aktif dan pasif
dimana sekiranya pergerakan aktif, pasien bisa melakukan segala arahan yang diberi dokter
misalnya melakukan fleksi tungkai dan ekstensi tungkai. Pergerakan pasif disusuli sekiranya
pasien gagal melakukan pergerakan aktif dimana dokter yang akan menggerakkan sendiri bagian
tubuh pasien misalnya mengangkat tangan pasien untuk posisi abduksi dan adduksi sehinggalah
pergerakan dihambat atas dasar nyeri, kaku dan sebagainya.

a. Gerak aktif
Yaitu pasien menggerakkan sendiri tubuh atau bagian tubuhnya dengan full ROM
dan dapat melawan gravitasi. Fungsinya untuk mengetahui nilai kekuatan ototnya.

Nilai kekuatan otot :

i. Nilai 0 : tidak ada kontraksi otot.


ii. Nilai 1 : ada kontraksi otot tapi tidak ada pergerakkan sendi.
iii. Nilai 2 : ada kontraksi otot, ada pergerakkan sendi tapi tidak mampu
melawan gravitasi dan tidak penuh ROM.
iv. Nilai 3 :ada kontraksi otot, ada pergerakan sendi, mampu melawan
gravitasi dan full ROM.
v. Nilai 4 : ada kontraksi otot, ada pergerakan sendi, mampu melawan
gravitasi, full ROM, dan mampu melawan tahanan minimal.
vi. Nilai 5 : ada kontraksi otot, ada pergerakan sendi, mampu melawan
gravitasi, full ROM, dan mampu melawan tahanan maksimal.
b. Gerak pasif
Yaitu terapis menggerakkan tubuh atau bagian tubuh pasien untuk mengetahui end
feel (rasa di akhir gerakkan).

4. Pemeriksaan spesifik
1. Tes Apley
Dilakukan dengan posisi pasien pronelying (tengkurap) dengan flexi knee 90° dan
posisi terapis berdiri disamping pasien. Terapis memutar tungkai bawah pasien dan
menekan kaki ke bawah ke arah bawah lutut (kompresi), kemudian memutar kaki

5
sekaligus menariknya menjauh dari lutut. Sakit saat kompresi dan rotasi
menunjukkan cedera lutut meniscal; sakit saat gangguan dan rotasi menunjukkan
cedera lutut ligamen atau kapsul sendi.

Gambar 1. Test Apley.3

2. Tes Lachman
Lachman tes adalah tes fisik yang paling sensitif untuk ligamentum cruciatum
anterior. Dilakukan dengan posisi pasien supinelying (terlentang) dengan fleksi knee
20° - 30° dan terapis berada di samping pasien. Terapis melakukan fiksasi pada femur
dan di belakang tibia pasien dengan ibu jari diletakkan pada tuberositas tibia. Terapis
menarik pada bagian depan tibia pasien kemudian menggerakkan tibia ke arah
femur. Apabila tibia dapat bergerak maju ke arah femur maka ligamen cruciatum
anterior mengalami kerobekan.

Gambar 2: Gambaran Tes Lachman3

6
3. Pivot shift test
Tes lain untuk cedera ACL adalah pivot shift test. Pada tes ini pasien pada posisi
supine, lutut difleksi 5 derajat dan valgus stres diberikan sambil memberi gaya
internal rotasi pada tibia, lutut kemudian difleksi 30-40 derajat, tes positif jika lutut
tereduksi ke posterior. Jika acl robek, tibia akan mulai maju ketika lutut sepenuhnya
lurus dan kemudian akan bergeser kembali ke posisi yang benar dalam hubungannya
dengan tulang paha ketika lutut dibengkokkan lebih 30 derajat.

Gambar 3: Cara Melakukan Pivor Shift Test3

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan rontgen dengan posisi anteroposterior (AP) dan lateral sangat bermanfaat
untuk mengetahui adanya fraktur tulang pada atlet berusia muda. Gambaran rontgen lateral
biasanya dapat memberikan gambaran fraktur eminantia intercondylaris tibia dibanding rontgen
posisi AP. Pemeriksaan penunjang Magnetic Resonance Imaging (MRI) bisa memberikan
gambaran yang jelas untuk mengetahui cedera jaringan lunak (ligamen, tendon dan bantal sendi).
MRI memiliki sensitivitas sebesar 95 % dan spesitivitas sebesar 88 % dalam penegakan
diagnosis robekan ACL pada atlet berusia muda.

Working Diagnosis

Pada kasus ini, berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, diduga pasien
mengalami ruptur anterior cruciatum ligament.

7
Differential Diagnosis

Differential diagnosis adalah kemungkinan-kemungkinan lain bagi simptom-simptom


yang dirasakan pasien. Pada kasus ini, differential diagnosisnya berkisar di sekitar lutut. Jadi,
Antara kasus-kasus lain yang mempunyai simptom-simptom yang hampir sama adalah robekan
meniscus sendi lutut di bagian medial atau lateral. Antara kecederaan lain yang menjadi
differential diagnosis bagi kasus ini adalah cedera pada lateral collateral ligament (LCL) medial
dan lateral dan juga cedera pada posterior collateral ligament (PCL).

Anatomi dan Fisiologi4

Knee joint adalah salah satu sendi kompleks dalam tubuh manusia.Femur, tibia, fibula,
dan patella disatukan menjadi satu kelompok yang kompleks oleh ligament.Sendi merupakan
pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari kerangka.Terdapat tiga jenis utama berdasarkan
kemungkinan gerakannya yaitu sendi fibrus, sendi tulang rawan dan sendi sinovial.

Sendi lutut dibentuk oleh epiphysis distalis tulang femur, epiphysis proksimalis, tulang
tibia dan tulang patella, serta mempunyai beberapa sendi yang terbentuk dari tulang yang
berhubungan, yaitu antar tulang femur dan patella disebut articulatio patella femoral, antara
tulang tibia dengan tulang femur disebut articulatio tibio femoral dan antara tulang tibia
dengan tulang fibula proximal disebut articulatio tibio fibular proxsimal. Sendi lutut
merupakan suatu sendi yang disusun oleh beberapa tulang , ligamen beserta otot, sehingga dapat
membentuk suatu kesatuan yang disebut dengan sendi lutut atau knee joint. Anatomi sendi lutut
terdiri dari:

1. Tulang pembentuk sendi lutut antara lain:


a. Tulang Femur
Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar di dalam tulang kerangka pada bagian
pangkal yang berhubungan dengan acetabulum membentuk kepala sendi yang
disebut caput femoris. Di sebelah atas dan bawah dari columna femoris terdapat taju
yang disebut trochantor mayor dan trochantor minor, di bagian ujung membentuk
persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan yang disebut condylus medialis dan

8
condylus lateralis, di antara kedua condylus ini terdapat lekukan tempat letaknya
tulang tempurung lutut (patella) yang disebut dengan fosa condylus.
b. Tulang Tibia
Tulang tibia bentuknya besar pada bagian pangkal melekat pada os fibula, pada
bagian ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju
yang disebut os maleolus medialis.
c. Tulang Fibula
Merupakan tulang pipa yang kecil sesudah tulang paha yang membentuk persendian
lutut dengan os femur pada bagian ujungnya. Terdapat tonjolan yang disebut os
maleolus lateralis atau mata kaki luar.(Syaifuddin, 1997).
d. Tulang Patella
Pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada tulang femur. Jarak
patella dengan tibia saat terjadi gerakan adalah tetap dan yang berubah hanya jarak
patella dengan femur. Fungsi patella di samping sebagai perekatan otot-otot atau
tendon adalah sebagai pengungkit sendi lutut. Pada posisi flexi lutut 90 derajat,
kedudukan patella di antara kedua condylus femur dan saat extensi maka patella
terletak pada permukaan anterior femur.

Gambar 4: Tulang, Otot dan Tendon yang Membentuk Sendi Lutut4

2. Ligamentum pembentuk sendi lutut


Stabilitas sendi lutut yang lain adalah ligamentum. Ada beberapa ligamentum yang
terdapat pada sendi lutut antara lain :

9
a. Ligamentum crutiatum anterior, yang berjalan dari depan eminentia intercondyloidea
tibia, ke permukaan medial condylus lateralis femur, fungsi menahan hiperekstensi
dan menahan bergesernya tibia ke depan.
b. Ligamentum crutiatum posterior, berjalan dari facies lateralis condylus medialis
femoris, menuju fossa intercondyloidea tibia, berfungsi menahan bergesernya tibia,
ke arah belakang.
c. Ligamentum collateral lateralle yang berjalan dari epicondylus lateralis ke capitulum
fibulla, yang berfungsi menahan gerakan varus atau samping luar.
d. Ligamentum collateral mediale tibia (epicondylus medialis tibia), yang berfungsi
menahan gerakan valgus atau samping dalam dan eksorotasi, dan secara bersamaan
ligament collateral juga berfungsi menahan bergesernya ke depan pada posisi lutut
fleksi 90 derajat.
e. Ligamentum popliteum abligum, berasal dari condylus lateralis femoris menuju ke
insertio musculus semi membranosus melekat pada fascia musculus popliteum.
f. Ligamentum transversum genu, membentang pada permukaan anterior meniscus
medialis dan lateralis. Semua ligament tersebut berfungsi sebagai fiksator dan
stabilisator sendi lutut. Tranversum genu di samping ligament ada juga bursa pada
sendi lutut. Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan
terjadinya gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membran synovial.

Gambar 5: Ligamen di Sendi Lutut4

10
Patofisiologi6

ligamen lutut, cruciates adalah yang paling penting dalam menyediakan pengekangan pasif
untuk anterior / posterior gerakan lutut. Jika salah satu atau kedua cruciates terganggu,
biomekanik selama kegiatan jalan mungkin terganggu. ACL, sama seperti semua ligamen lain,
terdiri dari tipe I kolagen. Ultrastruktur ligament sangat mirip dengan tendon, tetapi serat
didalam ligamen lebih bervariasi dan memiliki isi elastin yang lebih tinggi. Ligamen menerima
suplai darah dari lokasi insersinya. Vaskularisasi dalam ligamen adalah seragam, dan ligamen
masing-masing berisi mechanoreceptors dan ujung saraf bebas yang diduga membantu dalam
menstabilkan sendi. Ruptur ACL yang paling umum, adalah ruptur midsubstan. Jenis ruptur ini
terjadi terutama sewaktu ligamentum ditranseksi oleh condillus femoral lateral yang berputar.
ACL menerima suplai darah kaya, terutamanya dari arteri geniculate medial, sewaktu ACL
pecah, haemarthrosis biasanya berkembang dengan cepat.

Etiologi[5,6,7]

Diperkirakan bahwa 70% dari cedera acl terjadi melalui mekanisme non kontak
sementara 30% adalah hasil dari kontak langsung dengan pemain lain atau objek. Mekanisme
cedera sering dikaitkan dengan perlambatan diikuti dengan pemotongan, berputar atau “side
stepping manuver”, pendaratan canggung atau “out of control play”.

11
Gambar 6: Keadaan yang Menjadi Faktor Kerusakan pada ACL7

Beberapa studi telah menunjukkan bahwa atlet wanita memiliki insiden yang lebih tinggi
cedera ACL dari atlet laki-laki di olahraga tertentu, telah diusulkan bahwa ini adalah karena
perbedaan kondisi fisik, kekuatan otot, dan control neuromuskular. 3 penyebab lain dari hipotesis
ini adalah perbedaan kelamin yang berkaitan dengan tingkat cedera ACL yang termasuk
keselarasan pelvis dan ekstremitas bawah, peningkatan kelemahan ligamen, dan efek estrogen
pada sifat ligamen. Beberapa faktor sebagai penyebab kecederaan ACL:

a. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan
jaringan. Misalnya pada umur tiga puluh sampai empat puluh tahun kekuatan otot
akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligamen menurun pada usia tiga puluh
tahun.
b. Terjatuh atau kecelakan
Sprain knee dapat terjadi apabila terjadi kecelakan atau terjatuh sehingga lutut
mengalami sprain.
c. Pukulan
Sprain knee dapat terjadi apabila mendapat pukulan pada bagian lututnya dan
menyebabkan sprain.
d. Tidak melakukan pemanasan
Pada atlet olahraga sering terjadi sprain knee karena kurangnya pemanasan.

Epidemiologi

Prevalensi kejadian cedera ACL yang lebih besar ditemukan pada wanita dibandingkan
dengan laki-laki. Sekitar 50% pasien dengan cedera ACL juga didapati ruptur pada meniskus.
Pada cedera ACL akut, meniscus lateralis lebih sering robek pada ACL kronis, meniscus medial
lebih sering robek pada penelitian prevalensi mengenai cedera ACL pada populasi umum,
didapati bahwa 1 kasus dijumpai dalam 3500 orang, memperkirakan 95.000 ruptur ACL per
tahun.Sekitar 100.000 ACL terkait cedera terjadi setiap tahun di Amerika Serikat,
dengan sekitar 95.000 ruptur ACL. Sekitar 100.000 ACL rekonstruksi dilakukan setiap
tahun.Insiden cedera ACL lebih tinggi pada orang yang berpartisipasi dalam

12
olahraga yang berisiko tinggi seperti basket, bola sepak, atau ski. Pada tanggapan
frekuensi partisipasi, prevalensi cedera ACL yang lebih tinggi diamati lebih pada wanita dari
laki-laki, pada tingkat 2,4 kali lebih besar pada wanita5,6

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan bagi kecederaan ACL tergantung kepada tahap kecederaan yang


dialami. Tingkat keparahan cedera ligament dinilai menurut grade atau tahapan8;

GRADE I- Sebuah hamparan ringan, dengan nyeri ringan dan bengkak tetapi tidak
ada perpanjangan permanen atau kerusakan pada ligamen.

GRADE II- Ligamentum tertarik keluar (seperti gula-gula) dan diperpanjang. Ada rasa
sakit umumnya lebih dan bengkak, dan sering memar. Ligamen biasanya akan sembuh
tanpa operasi. ligamen akan memiliki beberapa kelemahan (yaitu "memberi" atau
"membuka") dibandingkan dengan normal, tetapi sendi akan sembuh dan biasanya
dapat berfungsi hampir normal dengan sedikit ketidakstabilan.

GRADE III- Ligamentum tertarik jauh sehingga robek menjadi dua. Sering kali ada
rasa sakit yang relatif sedikit. Namun, sendi sangat tidak stabil, dan menampung
beban sering kali sangat sulit bahkan dengan tongkat. Lutut akan terlepas atau
“buckle”. Sering memar di sekitar lutut. Operasi sering kali diperlukan untuk
perbaikan.

Terapi tanpa operasi


ACL yang robek tidak akan sembuh sendiri dan harus dioperasi. Namun terapi tanpa
operasi efektif kepada pasien yang sudah tua dengan aktivitas kehidupan yang sederhana. Jika
stabilitas pada lutut intak, indikasinya adalah tanpa operasi.9
Bracing. Alat ini dapat memproteksi lutut dari ketidakstabilan. Selanjutnya bisa
diteruskan dengan pemakaian tongkat yang dapat mengurangi beban pada kaki.
Terapi Fisikal. Apabila oedem berkurang, rehabilitasi akan bermula. Olahraga yang
spesifik dapat restorasi fungsi pada lutut dan menguatkan otot kaki yang memberi sokongan
padanya. Terapi fisikal atau fisioterapi ini lebih menargetkan quadriceps.8

13
Terapi Operasi
Kebanyakan ACL yang robek tidak boleh di jahit dan disambung semula. Untuk
membolehkan reparasi dari ACL untuk restorasi stabilitas lutut adalah rekonstruksi dari ligament
tersebut. Ligament tersebut akan di ganti dengan graft jaringan ligament. Graft tersebut akan
menjadi dasar untuk ligament yang baru untuk tumbuh.10
Pembedahan rekonstruksi ACL harus hanya dilakukan pada pasien yang mempunyai
ROM lutut penuh dan otot quadriceps yang baik jika tidak maka hasil pembedahannya tidak
baik.11
Graft untuk pembedahan tersebut diambil dari beberapa sumber. Selalunya dari tendon
patella, yang merupakan sambungan ‘kneecap’ dan ‘shinbone’.10,11 Tendon hamstring pada
posterior pada juga sering digunakan. Kadang tendon kuadrisep yang insersinya dari ‘kneecap’’
ke paha dapat digunakan. Graft dari kadever (allograft) juga dapat digunakan.
Tindakan.Operasi untuk rekonstruktif ACL dapat digunakan dengan artroscopi dengan
insisi yang kecil. Opperasi artroskopi kurang invasive. Kelebihan dari artroskopi adalah kerana
kurang invasive,kurang nyeri, masa rawat inap lebih pendek dan penyembuhan lebih cepat.11
Selain rekonstruktif ACL adalah terapi yang dikombinasi untuk kerusakan ligament,
selalunya tidak dilakukan segera. Keterlambatan ini memberi waktu proses inflamasi untuk
berjalan, dan memberi kelonggaran bagi pergerakan untuk belaku sebelum operasi. Rekonstruktif
ACL terlalu awal dapat meningkatkan resiko artofibrosis atau parut terjadi pada sendi dan bisa
meningkatkan resiko kehilangan pergerakan.10,12
Komplikasi daripada pembedahan rekonstruksi ACL ini biasanya adalah hasil dari
kesalahan penempatan terowongan (incorrect tunnel placement) yaitu terowongan femoral yang
terlalu ke anterior membatasi fleksi lutut (femoral tunnel too anterior limits knee flexion).10

Prognosis

Prognosis bagi kasus ruptur ACL ini kebiasaannya baik jika tindakan penanganan yang
lengkap telah dilakukan sepenuhnya. 90-95% pasien biasanya akan dapat menjalankan aktivitas
berolahraga semula selepas 6 bulan beristirahat.

Kesimpulan

14
Hasil dari tinjauan pustaka berkenaan cedera Anterior Cruciatum Ligament, diketahui
bahwa cedera lutut ini adalah antara paling sering pada olahragawan. Kecederaan ini juga bukan
hanya bisa terjadi pada kasus kontak langsung tetapi juga, malah lebih sering pada kasus non-
kontak yang mayoritasnya melibatkan perubahan posisi tubuh secara tiba-tiba dan ekstrim.
Proses penyembuhan kecederaan ini pula tergantung kepada tahap keseriusan cederanya. Banyak
pada kasus ligamentum terputus, dilakukan penbedahan arthoscopy yang mana ligamentum itu
diganti. Proses rehabilitasi dari pada kecederaan ini bisa mngambil waktu sehingga berbulan-
bulan.

Daftar Pustaka

1. Gleadle J. At a glance: Anamnesis dan pemeriksaan. Jakarta: Erlangga Medical Series;


2005. h. 10-21.
2. Jonathan G. History and examination at a glance. UK: Blackwell Science Ltd; 2003.p.
12-3.
3. Muttaqin, Arif. Buku Ajar Asuhan Kesehatan Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.EGC, 2008
4. Netter FH. Atlas of human anatomy. 3rd edition. United States: Icon Learning Systems;
2004.p.498-503.
5. Nicholas JW, Joel GB. Harrison’s principles of internal medicine. 17th ed. USA: The
McGraw-Hill Companies; 2008.p.1280-93.
6. Emmerson BT. The management of Joint Injury: Hochberg MC, Silman AJ, Smolen JS,
Weinblatt ME, Weisman MH, Editors. Rheumatology. 3rded. Edinburgh: Elsevier;
2003.p.1925-36
7. Centres for Disease Control and Prevention. Facts about ligament defect.
http://www.cdc.gov/ncbddd/jointdefects/ligamentumdefect.html Diakses pada 24 Maret
2015.
8. Kjaer M, Krogsgaard M, Magnusson P. Textbook of sports medicine: basic science and
clinical aspects of sports injury and physical activity. Malden, Mass. [u.a.]: Blackwell
Science Ltd; 2002

15
9. Perter RS, Kaplan JL. The merck manual of diagnosis and therapy. 9thed. New Jersey:
MSD; 2011.
10. Burnand KG, Black J, Thomas WEG. Browse’s Introduction to the Symptoms & Signs of
Surgical Disease, Fifth Edition. United Kingdom: Hodder Arnold; 2014.
11. Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Sabiston textbook of surgery:
the biological basis of modern surgical practice. 19thed. Philadelphia: Elsevier; 2012.
12. Sujana S, Kosasih R, Kurnia Y, Yuliani IW, Phiharto K, Kertadjaja W, et al.
Muskuloskeletal-2. Jakarta: UKRIDA; 2015.

16

Anda mungkin juga menyukai