Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala limpahan rahmat, nikmat serta
karunia-Nya yang tak ternilai dan tak dapat dihitung sehingga kami bisa menyusun dan
menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul “Teori Tentang Perbedaan Individu dari C.G Jung
dan Edwart Spranger” ini disusun untuk memenuhi tugas Psikologi Pendidikan.

Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami
menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Kamu pun
berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan sarannya kepada kami agar di
kemudian hari kami bisa membuat makalah yang lebih sempurna lagi.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada segala pihak yang tidak bisa disebutkan satu-
persatu atas bantuannya dalam penyusunan makalah ini.

Yogyakarta, 29 Maret 2018

Tim Penyusun

1|KELOMPOK 12
DAFTAR ISI
Daftar isi..................................................................................................1
Kata Pengantar......................................................................................... Error! Bookmark not defined.
Bab I ........................................................................................................................................................ 3
Pendahuluan ........................................................................................................................................... 3
Latar Belakang..................................................................................................................................... 3
Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 3
Tujuan ................................................................................................................................................. 3
Bab II ....................................................................................................................................................... 4
Pembahasan............................................................................................................................................ 4
Teori Tentang Perbedaan Individu Dari Carl Gustav Jung (1875-1961) .............................................. 4
Sejarah Carl Gustav Jung (1875-1961) ............................................................................................ 4
Konsep Dasar Teori Psikoanalisa Jung ............................................................................................ 5
Struktur Kepribadian ....................................................................................................................... 7
Dinamika Kepribadian ................................................................................................................... 12
Perkembangan Kepribadian .......................................................................................................... 13
Kritik Terhadap Pendekatan Jung ................................................................................................. 15
Teori Tentang Perbedaan Individu Dari Edwart Spranger(1882-1963) ............................................ 17
Biografi Singkat Eduart Spranger .................................................................................................. 17
Pokok Pokok Teori Spranger ......................................................................................................... 17
Tipologi Spranger .......................................................................................................................... 19
Arti Teori Spranger ........................................................................................................................ 24
Bab III .................................................................................................................................................... 25
Penutup................................................................................................................................................. 25
Kesimpulan........................................................................................................................................ 25
Daftar Pustaka................................................................................................................................... 26

2|KELOMPOK 12
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kepribadian merupakan keseluruhan cara seseorang, di mana seorang individu
bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam
istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Berbagai penelitian awal
mengenai struktur kepribadian berkisar di seputar upaya untuk mengidentifikasikan dan
menamai karakteristik permanen yang menjelaskan perilaku individu seseorang. Karakteristik
yang umumnya melekat dalam diri seorang individu adalah malu, agresif, patuh, malas,
ambisius, setia, dan takut. Karakteristik-karakteristik tersebut jika ditunjukkan dalam berbagai
situasi, disebut sifat-sifat kepribadian.
Berpangkal pada kenyataan bahwa kepribadian manusia itu sangat bermacam-macam
sekali, mungkin sama banyaknya dengan banyaknya orang, segolongan ahli berusaha
menggolong-golongkan manusia ke dalam tipe-tipe tertentu, karena mereka berpendapat
bahwa cara itulah paling efektif untuk mengenal sesama manusia dengan baik. Pada sisi lain,
sekelompok ahli berpendapat, bahwa cara bekerja seperti dikemukakan di atas itu tidak
memenuhi tujuan psikologi kepribadian, yaitu mengenal sesama manusia menurut apa
adanya, menurut sifat-sifatnya yang khas, karena dengan penggolongan ke dalam tipe-tipe
itu orang justru menyembunyikan kekhususan sifat-sifat seseorang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Teori tentang Perbedaan Individu dari C.G Jung
2. Teori tentang Perbedaan Individu dari Edwart Spranger

1.3 Tujuan
Mengetahui lebih dalam mengenai teori tentang perbedaan individu dari C.G Jung
dan Edwart Spranger.

3|KELOMPOK 12
BAB II

Pembahasan

A.Teori tentang Perbedaan Individu dari


Carl Gustav Jung (1875-1961)
I. Sejarah Carl Gustav Jung (1875-1961)
Jung dilahirkan pada tanggal 26 Juli 1875 di
Kesswil dan meninggal pada tanggal 6 Juni 1961
diKusnach, Swiss. Ia lahir di tengah keluarga yang
cukup berpendidikan, ayahnya bernama Paul Jung
seorang pendeta desa dan ibunya bernama Emilie
preiswerk Jung. Ayahnya mulai mengajari jung
bahasa latin sejak umur 6 tahun, dan inilah yang
menjadi awal minatnya pada bahasa dan sastra.
Namun akhirnya dia memilih fakultas kedokteran di University of Basel dan
kemudian bekerja di Burgoeltzli Mental Hospital.

Pada tahun1923 ia berhenti menjadi dosen untuk mengkhususkan


dirinya dalam riset-riset. Sejak 1906 ia mulai tulis menulis surat kepada Sigmund
Freud yang baru dijumpainya pertama kali setahun kemudian yakni tahun 1907.
Pertemuan yang terjadi di Wina tersebut sangat mengesankan kedua belah
pihak, sehingga terjadi tali persahabatan antara mereka. Freud begitu menaruh
kepercayaan kepada Jung, sehingga Jung dianggap sebagai orang yang patut
menggantikan Freud di kemudian hari.

Jung biasanya dipandang sebagai seorang murid, dan dimata pengikut


dari Sekolah Freud (Freudian School), Jung dianggap sebagai murid yang telah
mengingkari agama. Akan tetapi ini sama sekali tidak benar. Bahkan walaupun
Jung menyokong ide-ide dan metoda-metoda Freud dalam tahun-tahun kerja
sama mereka yang membangkitkan semangat dan membawa hasil, namun
banyak konsep fundamental dari ajarannya sendiri dapat ditemuinya beberapa

4|KELOMPOK 12
tahun sebelum bertemu dengan Freud. Terlebih lagi periode kerja sama mereka
berlangsung hanya dari tahun 1907-1913. Perbedaan-perbedaan dalam titik
tolak psikologis dan seluruh pandangan dunia segera menjadi jelas. Jung dua
puluh tahun lebih muda dari Freud, karena kepribadian Jung yang kuat dan
mempunyai kehendak sendiri, akhirnya hubungan bapak-anak tidak dapat
bertahan lama. Jung sendiri juga tidak dapat menganut banyak doktrin Freud
seperti teori tentang pemenuhan keinginan atau seksualitas infantile. Terutama
sekali Jung menentang prinsip-prinsip analitis Freud yang dalam pandangannya
terlalu berat sebelah, terlalu konkret, dan personalistis. Jung juga membantah
pandangan Freud tentang karakter anak yang bersifat polymorphous-
perverse (yang belum mempunyai satu bentuk tertentu dan bersikap tidak
wajar) sambil mengemukakan konsepnya sendiri tentang suatu disposisi
yang polyvalent. Disposisi polyvalent ini tidak didominir oleh prinsip
kenikmatan (lust-prinzip) dan juga tidak didominir oleh suatu keinginan untuk
diterima, melainkan lebih memperlihatkan kecenderungan khusus fantasi anak
untuk membuat suatu “interpretasi simbolis lebih daripada satu tafsiran ilmiah
rasional”; fantasi simbolis anak adalah aktivitas natural dan spontan yang
menurut Jung bukan merupakan hasil dari penekanan saja (repression).

II. Konsep Dasar Teori Psikoanalisa Jung

Sebelum Jung bertemu dengan Freud, Jung telah mempunyai teori


psikoanalisis dan metode terapinya sendiri yang kemudian terkenal dengan
nama psikoanalitik, dan secara konsisten dikembangkannya selama ia bersatu
dengan Freud (Jung, 1913). Dasar – dasar teori psikoanalitik Jung antara lain :

1. Teorinya disebut psikoanalitik, karena mendasarkan ketidak


sadaran jiwa, tetapi mempunyai banyak perbedaan dengan teori
Freud.
2. Jung memandang manusia dengan menghubungkan teleologi
(tujuan) dan kausalitas (sebab – akibat).

5|KELOMPOK 12
3. Bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh sejarahindividu da
n rasnya (kausalitas), dan tujuan – tujuandan aspirasi (teleologi).
Jadi faktor - faktor masa lalu dan masa yang akan datang berpeg
aruh pada tingkah laku manusia.
4. Bahwa tingkah laku manusia dibimbing baik olehmasa lalu seba
gai aktualitas dan masa yang akandatang sebagai potensialitas.
5. Kepribadian manusia dipandang sebagai prospektif,
dalam arti bahwa Jung melihat kedepan kearah garisperkemba
dan retrospektif dalam arti dia mempertahankan masa lampau.
Dalam hal ini Jung menyatakan bahwa: “Orang hidup dibimbing
oleh tujuan – tujuan maupun sebab – sebab”.
6. Penekanan Jung pada masa depan, menyebabkan teorinya
berbeda dengan teori Freud, yang menekankan pada masa
lampau dan motif–motif atau insting sebagai sebab–sebab
utama tingkah laku manusia.
7. Jung menganggap, bahwa ada perkembangan yang konstan dan
seringkali kreatif, pencapaian kearah kesempurnaan dan
kepenuhan serta kerinduan lahir kembali.
8. Teori kepribadian Jung berbeda dengan teori–teori lainya karena
ia menekankan pada dasar – dasar ras, dan filogenetik
kepribadian.
9. Dengan dasar–dasar diatas Jung berpendapat bahwa
kepribadian individu adalah produk dan wadah sejarah
leluhurnya.
10. Jadi, dasar – dasar kepribadian bersifat arkais, primitif, bawaan,
tidak sadar dan mungkin universal.

Lain halnya dengan Freud, yang menyatakan bahwa: asal– usul


kepribadian manusia berasal dari masa kanak – kanak ; kerangka
kepribadian dasar telah terbentuk pada umur lima tahun. Sedangkan menurut
Jung asal – usul kepribadian adalah ras, yang secara turun–temurun berasal dari
leluhur manusia. Bayi lahir di dunia telah mewarisi kecenderungan–

6|KELOMPOK 12
kecenderungan dari leluhurnya, dan kecenderungan– kecenderungan ini
membimbing tingkah lakunya, dan sebagian menentukan apa yang disadarinya,
dan diresponnya di dalam dunia pengalaman ini. Jung menyebutkan adanya
kepribadian kolektif yang di bentuk sebelumya oleh dasar ras dan secara selektif
menjangkau dunia pengalaman dan diubah serta diperkaya oleh pengalaman–
pengalaman yang diterimanya. Jadi, kepribadian individu itu merupakan hasil
daya–daya batin yang mengenai dan dikenai daya – daya dari luar.

III. Struktur Kepribadian

a. Ego
Ego adalah jiwa sadar yang terdiri dari persepsi-persepsi, ingatan-
ingatan, pikiran-pikiran sadar. Ego melahirkan perasaan identitas dan
kontinuitas seseorang, dan berada pada kesadaran.
b. Ketidaksadaran pribadi
Berdekatan dengan ego, yang terdiri dari pengalaman-pengalaman
yang pernah sadar tetapi kemudian direpresikan, disupresikan, dilupakan
atau diabaikan karena terlalu lemah untuk menciptakan kesan. Dalam
ketidaksadaran pribadi terdapat kompleks-kompleks yang merupakan
kelompok pikiran-pikiran, persepsi-persepsi, ingatan-ingatan.
c. Ketidaksadaran kolektif
Merupakan gudang bekas-bekas ingatan laten yang diwariskan dari
masa lampau leluhur seseorang, masa lampau tidak hanya meliputi sejarah
ras manusia namun juga leluhur pramanusiawi atau nenek moyang
binatangnya. Ketidaksadaran kolektif hampir sepenuhnya terlepas dari
segala segi pribadi individu. Semua manusia memiliki keidaksadaran
kolektif yang hampir sama. Jung menghubungkan sifat universal
ketidaksadaran kolektif itu dengan struktur otak pada semua ras manusia
dan disebabkan oleh evolusi umum.
Ketidaksadaran kolektif merupakan pondasi ras yang diwariskan
dalam keseluruhan struktur kepribadian. Di atasnya dibangun aku,

7|KELOMPOK 12
ketidaksadaran pribadi, dan semua hal lain yang diperoleh individu.
Apa yang dipelajari seseorang sebagai hasil dari pengalaman secara
substansial dipengeruhi oleh ketidaksadaran kolektif yang melakukan
peran mengarahkan atau menyeleksi tingkah laku sejak awal kehidupan.
Ketidaksadaran memiliki kemungkinan-kemungkinan yang
dipisahkan dari alam sadar, karena dengan dipisahkan itu ia mendapatkan
semua materi yang bersifat subliminial yaitu semua hal yang sudah
dilupakan, maupun kearifan dan pengalaman selama berabad yang tak
terhitung jumlahnya tertanam dalam organ-organ arkhetipenya.
Apabila kebijaksanaan dari ketidaksadaran itu diabaikan oleh ego,
maka akan mengganggu proses rasional sadar dengan menguasainya
danmembelokkannya Ke dalam bentuk yang menyimpang. Simtom-
simtom, fobia, delusion, irrasionalitas lain berasal dari proses-proses
ketidaksadaran yang diabaikan itu.
d. Arkhetipe
Arkhetipe adalah suatu bentuk pikiran (ide) universal yang
mengandung unsur emosi yang besar. Bentuk pikiran ini menciptakan
gambaran atau visi yang dalam kehidupan normal berkaitan dengan aspek
tertentu dari situasi. Asal usul arkhetipe merupakan suatu deposit
permanen dalam jiwa dari suatu pengalaman yang secara konstan terulang
selama banyak generasi. Misalnya banyak generasi yang telah melihat
matahari terbit setiap hari. Pengalaman berulang yang mengesankan ini
akhirnya tertanam dalam ketidaksadara kolektif dalam suatu bentuk
arkhetipe dewa matahari, badan angkasa yang kuat, berkuasa dan pemberi
cahaya.
Mitos, mimpi, penglihatan-penglihatan, upacara agama, simtom
neurotic dan psikotik serta karya seni merupakan sumber pengetahuan
paling baik tentang arkhetipe. Diasumsikan terdapat banyak arkhetipe
dalam ketidaksadaran kolektif. Beberapa diantaranya yang sudah berhasil
diidentifikasikan adalah arkhetipe kelahiran, kelahiran kembali, kematian,
kekuasaan, sihir, kesatuan, pahlawan, anak, Tuhan, setan, laki-laki tua
yang bijaksana, ibu pertiwi, binatang.

8|KELOMPOK 12
e. Persona
Persona adalah topeng yang dipakai pribadi sebagai respon
terhadap tuntutan-tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat, serta
tuntutan tentang arkhetipenya sendiri. Ia merupakan peranan yang
diberikan masyarakat kepada seseorang yang diharapkan dimainkan dalam
hidupnya. Tujuannya adalah untuk menciptakan kesan tertentu pada
orang lain dan sering kali ia melupakan hakikat kepribadian sesungguhnya.
Apabila ego mengidentifikasikan diri dengan persona, maka
individu menjadi lebih sadar akan bagian yang dimainkannya dari pada
perasaan sesungguhnya. Ia menjadi terasing dari dirinya, dan seluruh
kepribadiannya menjadi rata atau berdimensi dua. Ia menjadi manusia
tiruan belaka, sekedara pantulan masyarakat, bukan seorang manusia
otonom.
f. Anima dan Animus
Jung mengaitkan sisi feminis kepribadian pria dan sisi maskulin
kepribadian wanita dengan arkhetipe-arkhetipe. Arkhetipe feminine pada
pria disebut anima, arkhetipe maskulin pada wanita disebut animus.
Erkhetipe ini ditentukan oleh kelenjar-kelenjar seks dan kromosom namun
juga ditentukan pengalaman dimana pria dan wanita hidup berdampingan
selama berabad lamanya.
Arkhetipe tidak hanya menyebabkan masing-masing jenis
menunjukkan ciri-ciri lawan jenisnya tetapi mereka juga dapat tertarik
pada lawan jenisnya. Pria memahami kodrat wanita berdasarkan
animanya, wanita memahami kodrat pria berdasarkan animusnya.
g. Bayang-bayang
Bayang-bayang mencerminkan sisi binatang pada kodrat manusia.
Arkhetipe bayang-bayang mengakibatkan munculnya perasaan, tindakan
yang tidak menyenangakan dan patut dicela masyrakat dalam kehidupan
dan tingkah laku. Selanjutnya semua ini bisa disembunyikan dari
pandangan publik oleh persona atau direpresikan kedalam ketidaksadaran
pribadi.
h. Diri (self)

9|KELOMPOK 12
Arkhetipe ini mengungkapkan diri sebagai lambang, dan lambang
utamanya adalah mandala atau lingkaran magis.
Diri adalah tujuan hidup, suatu tujuan yang terus menerus
diperjuangkan orang tetapi yang jarang tercapai. Ia memotivasikan tingkah
laku manusia dn mencari kebulatan, khususnya melalui cara-cara yang
disediakan oleh agama. Pengalaman religius sejati merupakan bentuk
pengalaman yang paling dekat dengan ke diri (self-hood) yang mampu
dicapai oleh kebanyakan manusia. Jung menemukan diri dalam penelitian-
penelitian dan observasinya tentang agama Timur, dimana perjuangan
kearah kesatuan dan persatuan dunia melalui praktik ritual keagamaan
seperti Yoga yang jauh lebih maju dari pada agama di kalangan Barat.
i. Sikap
Jung membedakan dua sikap atau orientasi utama kepribadian,
yakni sikap ekstraversi dan sikap introversi.
Ekstrovert adalah kecenderungan yang mengarahkan kepribadian
lebih banyak keluar dari pada ke dalam diri sendiri. Seorang ekstrovert
memiliki sifat sosial, lebih banyak berbuat daripada merenung dan
berpikir. Ia juga adalah orang yang penuh motif-motif yang dikoordinasi
oleh kejadian-kejadian eksternal. Jung percaya bahwa perbedaan tipe
kepribadian manusia dimulai sejak kecil. Jung mengtakan bahwa tanda
awal dari perilaku ekstrovert seorang anak adalah kecepatannya dalam
beradaptasi dengan lingkungan dan perhatian yang luar biasa, yang
diperankan pada objek-objek, khususnya pada efek yang diperoleh dari
objek-objek itu. Ketakutannya pada objek-objek sangat kecil. Ia hidup dan
berpindah antara objek-objek itu dengan penuh percaya diri. Karena itu ia
bebas bermain dengan mereka dan belajar dari mereka. Ia sangat berani.
Kadang ia mengarah pada sikap ekstrem sampai pada tahap risiko. Segala
sesuatu yang tidak diketahuinya selalu memikat perhatiannya. Bentuk
neurotic yang sering diderita orang ekstrovert adalah hysteria. Hysteria
akan semakin besar dan panjang untuk menarik perhatian orang lain dan
untuk menimbulkan kesan yang baik bagi orang lain. Mereka adalah orang

10 | K E L O M P O K 1 2
yang suka diperhatikan, suka menganjurkan, berlebihan dipengaruhi orang
lain, suka bercerita, yang kadang mengaburkan kebenaran.
Introvert adalah suatu orientasi kedalam diri sendiri. Secara singkat
seorang introvert adalah orang yang cenderung menarik diri dari kontak
social. Minat dan perhatiannya lebih terfokus pada pikiran dn
pengalamannya sendiri. Seorang introvert cenderung merasa mampu
dalam upaya mencukupi dirinya sendiri, sebaliknya orang ekstrover
membutuhkan orang lain. Jung menguraikan perilaku introvert sebagai
orang pendiam, menjauhkan diri dari kejadian-kejadian luar, tidak mau
terlibat dengan dunia objektif, tidak senang berada di tengah orang
banyak, merasa kesepian dan kehilangan di tengah orang banyak. Ia
melakukan sesuatu menurut caranya sendiri, menutup diri terhadap
pengaruh dunia luar. Ia oran gyang tidak mudah percaya, kadang
menderita perasaan rendah diri, karena itu ia gampang cemburu dan iri
hati. Ia mengahadapi dunia luar dengan suatu system pertahanan diri yang
sistematis dan teliti, tamak sebagai ilmuan, cermat, berhati-hati, menurut
kata hati, sopan santun, dan penuh curiga. Dalam kondisi kurang normal ia
menjadi orang yang pesimis dan cemas, karena dunia dan manusia
sekitarnya siap menghancurkannya. Dunianya adalah suatu pelabuhan
yang aman. Tempat tinggalnya (rumah) adalah yang teraman. Teman
pribadinya yang terbaik. Karena itu tidak mengherankan orang-orang
introvert sering tampak sebagai orang yang cinta diri tinggi, egois, bahkan
menderita patologis. Salah satu tanda introvert pada diri seorang
anak adalah reflektif, bijaksana, tenggang rasa, pemalu, bahkan takut
pada objek baru. Sedangkan ciri introvert pada orang dewasa adalah
kecenderungan menilai rendah hal-hal atau orang lain.
j. Fungsi Psikologis Kepribadian
Perasaan adalah fungsi evaluasi, ia adalah nilai benda-benda yang
bersifat positif maupun neatif bagi subjek. Fungsi perasaan memberikan
kepada manusia pengalaman-pengalaman subjektifnya tentang
kenikmatan dan rasa sakit, amarah, ketakutan, kesedihan, kegembiraan
dan cinta.

11 | K E L O M P O K 1 2
Penginderaan adalah fungsi perseptual atau fungsi kenyataan. Ia
menghasilkan fakta-fakta konkret atau bentuk representasi dunia.
Intuisi adalah persepsi melalui proses-proses tak sadar dan isi di
bawah ambang kesadaran. Orang-orang yang intuitif melampaui fakta-
fakta, perasaan-perasaan dan ide-ide dalam mencari hakikat kebenaran.
Berpikir melibatkan ide-ide dan intelek. Dengan berpikir manusia
berusaha memahami hakikat dunia dan dirinya sendiri.
Pikiran dan perasaan disebut fungsi rasio karena mereka memakai
akal, penilaian, abstraksi dan generalisasi. Mereka memungkinkan
manusia menemukan hukum-hukum dalam alam semesta. Pendriaan dan
intuisi dipandang sebagai fungsi irasional karena mereka didasarkan pada
persepsi tentang hal yang konkret,khusus, dan aksidental.

IV. DINAMIKA KEPRIBADIAN


Dinamika kepribadian bersifat rentan terhadap pengaruh-pengaruh dan
modifikasi dari luar, ia tidak akan mencapai keadaan stabil yang sempurna,
hanya bisa bersifat stabil relatif.
a. Energi Psikis
Energi psikis merupakan manifestasi kehidupan, yakni energi
organisme sebagai sistem biologis. Energi psikis lahir seperti semua
energi vital lain, yakni dari proses metabolik tubuh. Energi psikis tidak
dapat diukur atau dirasakan, namun terungkap dalam bentuk daya-daya
aktual atau potensial. Keinginan, kemauan, perasaan, perhatian,dan
perjuangan adalah contoh-contoh dari daya aktual dalam kepribadian;
disposisi, bakat, kecenderungan, kehendak hati, dan sikap adalah
contoh daya potensial.
b. Prinsip Ekuivalensi
Prinsip ekuivalensi menyatakan bahwa jika energi dikeluarkan
untuk menghasilkan suatu kondisi tertentu, maka jumlah yang akan
dikeluarkan itu akan muncul di salah satu tempat lain dalam sistem.

12 | K E L O M P O K 1 2
Prinsip ekuivalensi menyatakan bahwa jika energi dikeluarkan
dari salah satu sistem, misalnya ego, maka energi itu akan muncul pada
suatu sistem yang lain, mungkin persona, atau jika makin banyak nilai
direpresikan ke dalam sisi bayang-bayang kepribadian, maka nilai itu
akan tumbuh kuat dengan mengorbankan stuktur lain dalam
kepribadian.
c. Prinsip Entropi
Prinsip entropi menyatakan bahwa jika dua benda yang berbeda
suhunya bersentuhan maka panas akan mengalir dari benda yang
suhunya lebih panas ke benda yang suhunya leih dingin. Prinsip entropi
yang digunakan Jung untuk menerangkan dinamika kepribadian
menyatakan bahwa distribusi energi dalam psikhe mencari
keseimbangan. Misalnya orang yang terlalu ekstrovert terpaksa
mengembangkan bagian introvert dari kodratnya. Kaidah umum dalam
psikologi Jung adalah setiap perkembangan yang berat sebelah akan
menimbulkan konflik, tegangan, tekanan, sedangkan perkembangan
yang seimbang dari semua unsur kepribadian akan menghasilkan
keharmonisan, relaksasi dan kepuasan.
d. Penggunaan Energi
Seluruh energi psikis digunakan untuk keperluan kehidupannya,
dan untuk pembiakan spesies. Ini merupakan fungsi instingtif yang
dibawa sejak lahir seperti lapar dan seks.

V. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

Jung yakin bahwa manusia tetap berkembang atau berusaha


berkembang dari tahap perkembangan yang kurang sempurna ke tahap
perkembangan yang lebih sempurna.

13 | K E L O M P O K 1 2
a. Kausalitas versus Teleologi
Menurut pandangan ini, kepribadian manusia dipahami
menurut ke mana ia pergi bukan di mana ia telah berada. Sebaliknya
masa sekarang dapat dijelaskan oleh masa lampau, peristiwa sekarang
adalah hasil akibat atau pengaruh dari keadaan sebelumnya. Masa
sekarang tidak hanya ditentukan oleh masa lampau (kausalitas) tetapi
ditentukan juga oleh masa depan (teologi).

b. Sinkronisitas
Prinsip itu diterapkan pada peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
saat yang sama, tetapi peristiwa itu tidak disebabkan oleh peristiwa
yang lain. Misalnya orang berpikir tentang seseorang lalu orang itu
muncul, atau orang bermimpi tentang sakit atau kematian sanak
keluarganya, kemudian ia mendengar peristiwa itu terjadi bersamaan
dengan mimipinya itu. Jung menunjuk banyak literature tentang telepati
jiwa, kewaskitaan, dan tipe-tipe lain sebagai bukti prinsip sinkronisitas.
c. Hereditas
Bagi Jung insting alamiah manusia diwariskan oleh para
leluhurnya berkali-kali dan telah melewati berbagai generasi. Potensi
yang diwariskan ini memiliki ragam penglaman yang sama seperti
leluhur dalam bentuk arkhetipe-arkhetipe.
d. Tahap-tahap perkembangan
Dalam tahun-tahun paling awal, libido disalurkan dalam
kegiatan-kegiatan yang diperlukan supaya tetap hidup. Sebelum usia
lima tahun, nilai-nilai seksual mulai tampak dan mencapai puncakanya
selama masa adolesen. Dalam masa muda seseorang dan awal-awal
tahun dewasa, insting kehidupan dasar dan proses vital meningkat.
Orang muda adalah penuh semangat, giat, impulsive, penuh gairah, dan
masih banyak tergantung pada orang lain. Inilah periode kehidupan
dimana orang belajar bekerja, kawin dan mempunyai anak-anak dan
menjadi mapan dalam kehidupan masyarakat.

14 | K E L O M P O K 1 2
Ketika individu mencapai usia akhir 30-an atau awal 40-an terjadi
perubahan nilai yang radikal. Minat-minat dan segala sesuatu yang
dikejar pada masa muda kehilangan nilainya dan diganti oleh minat-
minat baru yang lebih berbudaya dan kurang biologis. Orang yang
berusia setengah baya menjadi lebih introvert dan kurang impulsive.
Kebijaksanaan dan kecerdasan menggantikan gairah fisik dan kejiwaan.
Nilai-nilai individu diterapkan dalam kegiatan social, agama,
kenegarawan, filosofis. Orang menjadi lebih spiritual.

VI. Kritik Terhadap Pendekatan Jung


Jung telah diserang oleh para psikoanalisis beraliran Freudian, mulai
dengan Freud sendiri. Ernest Jones (1959) berpendapat bahwa sesudah Jung
melakukan “penelitian-penelitian besarnya tentang asosiasi dan dementina
praecox, maka ia jatuh ke dalam filsafat semu, dari mana ia tidak pernah keluar
lagi” (hlm. 165) Glover (1950, psikoanalisis dari Inggris, melontarkan serangan
yang mungkin paling menyeluruh terhadap psikologi analitik. Ia menertawakan
konsep arkhetipe-arkhetipe sebagai bersifat metafisik dan tidak dapat
dibuktikan. Ia yakinbahwa arkhetipe-arkhetipe dapat di terangkan semata-mata
berdasarkan pengalaman, dan bahwa mempostulasikan pewarisan ras adalah
absurd. Glover berkata bahwa Jung tidak memiliki konsep-konsep
perkembangan yang menerangkan pertumbuhan jiwa. Akan tetapi, kritik
terpenting dari Glover dan merupakan salah satu kritik yang di tegaskannya
berkali-kali ialah bahwa psikologi Jung mundur kembali kepada psikologi
kesadaran yang ketinggalan zaman. Ia menuduh Jung mematahkan konsep
Freud tentang ketidaksadaran dan menggantikannya dengan menciptakan ego
sadar. Glover tidak berpura-pura netral ataau tidak memihak dalam evaluasinya
terhadap pskologi Jung. (untuk perbandingan lain antara pandangan Freud dan
Jung, lihat Gray, 1949; juga Dry 1961). Selesnick (1963) menyatakan bahwa Jung
selama bersatu dengan Freud, telah mempengaruhi pemikiran Freud dalam
beberapa hal yang penting.

Teori Jung banyak menyentuh dunia religious, baik memakai


pandangan agama untuk memahami kehidupan jiwa manusia, atau sebaliknya

15 | K E L O M P O K 1 2
memakai pendekatan fenomenologik daripsikologi untuk memahami agama.
Teori Jung masih bersifat konsep-konsep yang membutuhkan banyak hipotesa
dan uji eksperiman. Fikiran-fikiran dan konsep-konsep Jung yang orisinil dan
berani dalam mengungkap isi-isi jiwa manusia, setara dengan karya Freud.

Jung di kritik dalam pemakaian metoda riset komparatif, pengabaian


kontrol dalam eksperimen, dan konsepnya mengenai taksadar kolektif, bersifat
spekulatif. Teorinya dikembangkan dari pengalaman-pengelaman pribadi,
seperti halusinasi, depresi – keinginan bunuh diri, dan agresi, sukar di buktikan
secara ilmiah. Ketertarikan/keterlibatannya dengan okultisme, agama dan
mintologi, membuat semakin jauh dari analisis ilmiah.

16 | K E L O M P O K 1 2
A.Teori tentang Perbedaan Individu dari
Edwart Spranger(1882-1963)
I. Biografi singkat Eduart Spranger

Edward Spranger adalah tokoh


utama aliran psikologi dan oleh banyak
ahli dianggap sebagai juru bicara aliran
kerohanian. Edward Spranger adalah
guru besar Ilmu filsafat dan ilmu
pendidikan di universitas-universitas :
Leipzig, Berlin, Tubingen. Spranger
lahir di Berlin pada tanggal 27 Juni
1882 dan meninggal di Tubingen pada
tanggal 17 September 1963. Beliau
adalah seorang mahasiswa dari
Wilhelm Dilthey dan juga seorang tokoh utama aliran psikologi yang berdasarkan
pada ilmu pengetahuan kerohanian (Geisteswissenschaftliche Psychologie). Karya
utamanya yang mempersoalkan kepribadianmanusia ini adalah : Lebensformen,
Geistewissensehaftliehe Psychologic und Ethik der Pcrsonlichkeit.

II. Pokok pokok teori Spranger


Pokok-pokok pikiran spranger mengenai kepribadian manusia adalah
sebagai yang dikemukakan berikut ini:
1. Dua Macam Roh (Gest)
Spinger membedakan adanya dua macam roh (Gaits) yaitu:
a) Roh subjektif atau roh individual (subjektive geits,
individualis gaits) yaitu roh yang terdapat pada manusia
masing-masing (individual). Roh ini merupakan struktur
yang bertujuan.
 Roh individual itu merupakan struktur, karena
roh individual itu harus dapat dipahami kalau

17 | K E L O M P O K 1 2
dapat ditinjau sebagai anggota dari pada struktur
yang lebih tinggi, yaitu kebudayaan.
 Roh individual itu bertujuan, yaitu mencapai atau
menjelmakan nilai tertentu, dan karena itu juga
hanya dapat dipahami dengan jalan memahami
sistem nilai-nilai tertentu, struktur nilai yang
lebih tinggi adalah roh subjektif.
b) Roh objektif atau roh supra-individual, atau kebudayaan
(objective Geist, Ubar indivisdualle Geits, kultur) yaitu
roh seluruh umat manusia, yang dalam concreto-nya
merupakan kebudayaan yang telah terjelma dalam
berkembang selama berabad-abad bersama-sama
manusia-manusia individual.
2. Hubungan antara Roh Subjektif dan Roh Objektif
Roh sebjektif dan roh objektif sangat berhubungan secara timbal
balik. Roh subjektif atau roh individual, yang mengandung nilai-nilai
yang terdapat pada masing-masing individu, dibentuk dan dipupuk
dengan acuan roh objektif. Individu tidak dapat mengelak atau
melepaskan diri dari pengaruh roh objektif, dalam roh objektif juga tidak
dapat dipisahkan dari roh subjektif atau roh individual. Sebab individu-
individulah yang dari abab keabad menciptakan nilai budaya itu. Nilai-
nilai budaya akan lenyap jika sekiranya manusia-manusia sebagai
individu tidak mendukungnya serta menghayatinya, karena itu
bagaimanapun juga dalam saling hubungan antara roh subjektif dan roh
objektif tetap primer dan, dan roh objektif tetap sekunder. Manusia
menerima kebudayaan yang telah ada dan mengembangkan
kebudayaan itu dengan penciptaan-penciptaan baru. Jadi manusia
sebagai pendukung roh subjektif dalam hubunganya dengan
kebudayaan tempat dia ada.
3. Lapangan – Lapangan Hidup
Kebudayaan (Kultur) oleh Spranger dipandang sebagai
system nilai-nilai, karena kebudayaan itu tidak lain adalah kumpulan

18 | K E L O M P O K 1 2
nilai-nilai kebudayaan yang tersusun atau diatur menurut struktur
tertentu. Kebudayaan sebagai sistem atau struktur nilai-nilai ini oleh
Spranger digolong-golongkan menjadi enam lapangan nilai
(Wertegebieten). Keenam lapangan ini atau lapangan kehidupan itu
masih dikelompok-kelompokkan lagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Lapangan-lapangan nilai yang bersangkutan dengan manusia
sebagai individu, yang meliputi empat lapangan nilai, yaitu :
1. lapangan pengetahuan (ilmu, teori),
2. lapangan ekonomi,
3. Lapangan kesenian,
4. Lapangan keagamaan
b. Nilai yang bersangkutan dengan manusia sebagai anggota
masyarakat. Lapangan nilai ini mengangkut manusia dengan
kekuatan cinta (macht der leabe) dan cinta akan kekuasaan (liabe
zur macht). Kelompok ini mencakup dua nilai yaitu:
1. Lapangan kemasyarakatan
2. Lapangan politik.
Jadi menurut Spranger dalam kebudayaan itu
terdapat adanya enam macam lapangan nilai atau yang
disebutbentuk kehidupan (Labensformen).

III. Tipologi Spranger


1) Enam Tipe manusia
Roh subjektif pada masing masing individu terbentuk dan
berkembang oleh pengaruh pengaruh dasar, pendidikan dan lingkungan
dengan berpedoman pada roh objektif sebagai cita cita yang harus
dicapai. Walaupun roh subjektif mengandung keenam nilai kebudayaan,
tetapi sering kali hanya ada salah satu nilai saja yang dominan. Nilai yang
dominan inilah yang akhirnya memberi corak pada kepribadiannya.
Spranger kemudian menggolongkan manusia menjadi enam
golongan atau enam tipe. Tipe tipe manusia menurut Spranger itu
secara singkat sebagai berikut :

19 | K E L O M P O K 1 2
No Nilai kebudayaan Tipe Tingkah laku dasar
yang dominan
1 Ilmu pengetahuan Manusia Teori Berpikir
2 Ekonomi Manusia ekonomi Bekerja
3 Kesenian Manusia estetis Menikmati keindahan
4 Keagamaan Manusia Agama Memuja/beribadah
5 Kemasyarakatan Manusia Sosial Berbakti/Berkorban
6 Politik/Kenegeraan Manusia Kuasa Ingin berkuasa memerintah

2) Pencandraan tipe-tipe
Dalam bukunya Lebensformen Spranger memberikan
pencandraan (deskripsi) masing-masing tipe itu secara luas. Akan
tetapi kiranya akan terlalu jauhlah kalau di sini disajikan uraian
Spranger tersebut sampai mengunsur.

Secara garis besar dapatlah dikemukakan hal yang berikut ini.


Seseorang itu corak sikap hidupnya ditentukan oleh nilai kebudayaan
mana yang dominan, yaitu nilai kebudayaan mana yang olehnya
dipandang sebagai nilai yang tertinggi (nilai yang paling bernilai).

Ia akan memandang segala sesuatu, jadi juga nilai-nilai


kebudayaan yang lain, dengan kacamata nilai yang dihargainya paling
tinggi itu, yaitu dari kacamata nilai-nilai dominan itu, sehingga nilai-
nilai kebudayaan yang lain itu akan diwarnai juga oleh nilai yang
dominan. Di bawah ini diberikan secara singkat pencandraan tipe-tipe
tersebut.

1) Manusia teori
Tipe manusia ini merupakan intelektual sejati, manusia
ilmu, dan tujuan perbuatannya ingin mencapai kebenaran dan
hakekat dari benda-benda. Manusia tipe ini menempatkan
peranan dominan dari kognisi/berpikir sebagai dasar dalam
melakukan aktivitasnya. Manusia teori adalah manusia yang

20 | K E L O M P O K 1 2
mendasarkan tindakannya atas dasar nilai–nilai teoritis atau ilmu
pengetahuan. Banyak motif hanya semata–mata untuk ilmu
pengetahuan tersebut tanpa mempersoalkan faedah atau
hasilnya. Bagi orang – orang tipe teori berlaku semboyan : La
science pour la science.
Tujuan yang dikejar hanya ilmu pengetahuan yang
bersifat objektif, sedangkan segi lain seperti keindahan dan
moral diabaikan. Contoh dalam kehidupan sehari – hari misalnya
jika ada seorang ayah yang termasuk tipe manusia teori maka dia
akan menganggap bercanda dengan anak – anaknya adalah
suatu perbuatan yang membuang waktu dan menghambat
studinya.
Beberapa ciri manusia berdasrkan tipe ini pendiriannya
yang relative objektif terhadap segala sesuatu, gandrung
mempelajari ilmu pengetahuan, logis, dan selalu mencari
kebenaran, memiliki pengertian yang jelas, serta membenci
sebagai bentuk kekaburan, kurang memperhatiakn segi estetik,
kurang menghargai materi sebagai kenyataan. Perhatian
terhadap kehidupan sosial tidak besar, kurang memiliki
dorongan untk berkuasa. Orang dengan tipe ini tidak mudah
memancing kecemburuan sosial karena tidak mementingkan
materi dalam hidup. Apabila orang dengan tipe ini menjadi ahli
dalam ilmu sosial, maka padangannya lebih objektif dan tidak
memihak meskipun terhadap golongan sendiri.
2) Manusia ekonomi
Manusia ekonomi adalah manusia yang aktifitasnya atas
dasar nilai – nilai ekonomi, yaitu prinsip untung rugi. Mereka
selalu kaya akan gagasan – gagasan yang praktis dan kurang
memperhatikan bentuk tindakan yang dilakukannya karena
perhatian utamanya tertuju pada hasil dari tindakan tersebut.
Sikap jiwanya yang praktis itu memungkinkan dia dapat
mencapai banyak hal dalam hidupnya.

21 | K E L O M P O K 1 2
Ciri – ciri manusia ekonomi :
a. Melihat segala sesuatu dari manfaatnya
b. Senang bekerja.
c. Senang mengumpulkan harta.
d. Agak kikir.
e. Bangga dengan hartanya
f. Bersikap egosentris, lebih mementingkan kepentingan
diri sendiri
g. Mengejar kekayaan untuk mencapai tujuannya

3) Manusia estetik

Manusia tipe ini menghayati kehidupan seakan-akan


tidak sebagai pemain tetapi sebagai penonton. Orang dengan
tipe ini menghayati dengan dua cara yaitu impresiomatik yang
pasif danekspresiomatik yang aktif mewarnai kesan yang
diterima dengan subjek aktivitasnya.

Manusia tipe ini mempunyai kecenderungan


indvidualisme. Manusia tipe ini kurang bisa menghadapi
tuntutan praktis dalam kehidupannya dan lebih mementingkan
keindahan.

4) Manusia agama

Nilai yang paling tinggi pada manusia tipe ini adalah


pencarian terhadap nilai tertinggi daripada kebendaan hidup
didunia. Pandangan mereka bahwa dirinya hanyalah bagian kecil
dari suatu totalitas yang lebih besar.

Pencarian keselarahan bagi kehidupan rohaniah antara


pengalaman batin dengan arti hidup dan mencari kausa prima
adalah dasar perilakunya.

22 | K E L O M P O K 1 2
5) Manusia Sosial

Hal yang menonjol pada manusia tipe ini adalah besarnya


kebutuhan akan resonansi dari sesama manusia untuk hidup
bersama dengan orang lain dan mengabdikan diri untuk
kepentingan bersama.

Cinta terhadap sesame baik secara individu maupun


secara sosial, inilah nilai tertinggi yang mendasari
pandangannya.

6) Manusia Politik

Dorongan yang ada pada orang dalam tipe ini adalah


mengejar kekuasaan dan berkuasa atas manusia lainnya. Orang
lain bagi manusia tipe ini hanyalah sebagai objek kekuasaan.

Perwujudan dari sikap politik ini bisa berupa keinginan


untuk lepas dari kekuasaan orang lain, bebas dari paksaan dan
tuntutan otoritas. Seringkali bisa terjadi manipulasi keadaan
demi suatu tujuan politik yang terselubung. Hal ini sering
menyulitkan untuk membedakan suatu tingkah laku apakah
didasari oleh nilai sosial atau nilai politik.

3) Diferensiasi tipe – tipe


Keenam tipe diatas adakah tipe – tipe pokok (Grundtypen).
Spranger tidak hanya berhenti dengan mengemukakan tipe – tipe pokok
saja, tetapi dia masih mengemukakan diferensiasi tipe – tipe dan
kombinasi tipe – tipe tersebut.
1. Diferensiasi tipe – tipe
Pada setiap tipe masih dapat dikemukakan adanya
variasi lain, yaitu berdasarkan komponen yang paling
menentukan dalam tipe tersebut. Misalnya pada manusia teori
masih dapat dibedakan menjadi tiga variasi, yaitu :

23 | K E L O M P O K 1 2
a. Manusia teori empiris
b. Manusia teori sebagai rasionalis
c. Manusia teori sebagai kritisis
2. Kombinasi tipe – tipe
Keenam tipe yang telah disebutkan di atas adanya hanya
di dalam teori dan tidak akan kita jumpai dalam kehidupan
nyata. Karena dalam kehidupan nyata, yang biasa kita jumpai
justru kombinasi dari tipe – tipe tersebut. Misalnya manusia
yang memiliki kombinasi tipe teori dan tipe keagamaan atau
manusia yang memiliki kombinasi tipe teori dan tipe ekonomi.
Tetapi ada juga yang memiliki kombinasi lebih dari dua tipe.

IV. Arti teori Spranger


1. Teori Spranger walaupun memiliki banyak kelemahan, tetapi pada
kenyataannya memiliki pengaruh yang besar. Banyak ahli yang mengambil
konsep Spranger sebgai bahan penyusun konsepsinya. Pengaruh itu tidak
hanya dalam lapangan psikologi kepribadian saja, tetapi juga meluas ke
lapangan psikologi lain, spertu lapangan psikologi pendidikan dan
lapangan psikologi pemuda.

2. Kelemahan – kelemahan dari teori Spranger


 Tipologi Spranger disusun secara dedukatif. Hasil pemikiran
dedukatif itu baik sekali, tetapi sebaiknya deduksi tersebut
diverifikasi secara induktif dengan data empiris. Hal tersebut
yang tidak dilakukan oleh Spranger.
 Deduksi Spranger mengenai Lebensformed itu didasarkan pada
kegiatan rohani (Geistakt), akan tetapi hasil konsepsinya
Lebensformed ternyata bertinjauan statis. Dengan demikian
Lebensformed itu sulit digunakan dalam kehidupan praktis, yang
mempunyai dasar statis.

24 | K E L O M P O K 1 2
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Setelah kita pelajari sekilas kehidupan Carl Gustav Jung dan Edward Spranger
tentang teori-teori yang dicetuskan mereka.

Mulai dari Carl Gustav Jung yang awalnya dia ingin belajar arkeologi, namun
sebuah mimpi telah memotivasinya untuk belajar kedokteran. Meski ketika pertama
kali Jung bertemu dengan Freud, bahkan mereka menjadi teman dekat. Namun
perbedaan teoretis mereka pada akhirnya memisahkan hubungan dekat itu, suatu
ketidak-sepakatan diantara keduanya terkait dengan hakikat libido. Freud melihatnya
sebagai energi seksual, tetapi Jung melihatnya sebagai energi umum. Menurut Jung,
psikhe mengandung sebuah ego(mirip konsep Freud tentang ego), sebuah bawah-
sadar pribadi yang terdiri atas utamanya pengalaman-pengalamannya yang terepresi
dari hidupnya. Bawah-sadar pribadi, mengandung sejumlah kluster pikiran-pikiran
saling-berkaitan yang disebut kompleks-kompleks. Bawah-sadar kolektif, dibentuk dari
arketipe-arketipe yang merupakan watak-watak bawaan untuk merespons secara
emosi kategori-kategori pengalaman-pengalaman tertentu.

Dan juga Edwart Spranger yang adalah guru besar Ilmu filsafat dan ilmu
pendidikan di universitas-universitas : Leipzig, Berlin, Tubingen. Spranger lahir di Berlin
pada tanggal 27 Juni 1882 dan meninggal di Tubingen pada tanggal 17 September 1963.
Beliau adalah seorang mahasiswa dari Wilhelm Dilthey. Pokok teori Spranger adalah
Roh subjektif dan Roh obyektif. Tipologi Eduart Spranger 1. Manusia teori 2. Manusia
ekonomi 3. Manusia estetis 4. Manusia agama 5. Manusia sosial 6. Manusia
politik. Tipologi Spranger memiliki kelemahan – kelemahan, diantaranya tipologi
Spranger disusun secara dedukatif dan Lebensformen itu didasarkan pada kegiatan
rohani. Akan tetapi walaupun memiliki kelemahan, banyak ahli yang kemudian
memakai konsep Spranger untuk bahan konsepsinya.

25 | K E L O M P O K 1 2
DAFTAR PUSTAKA

https://ulfiyanahnurul.wordpress.com/2015/07/02/makalah-teori-
kepribadian/

https://www.scribd.com/doc/30768968/Karakteristik-Dan-
Perbedaan-Individu

https://edoc.site/makalah-kepribadian-pdf-free.html

26 | K E L O M P O K 1 2

Anda mungkin juga menyukai