Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA (BI-2105)

SIKLUS HIDUP LALAT BUAH (Drosophila melanogaster)

Tanggal Praktikum: 2 September 2016


Tanggal Pengumpulan: 23 September 2016

disusun oleh:
Sigit Nur Pratama
10615023
Kelompok 4

Asisten:
Meilisa
10614046

PROGRAM STUDI BIOLOGI


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2016
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lalat buah (Drosophila melanogaster) merupakan organisme yang paling
pertama dimanfaatkan oleh manusia untuk mempelajari analisis genetika dan kini
termasuk eukariot yang paling dikenal dan digunakan secara luas (Pierce, 2008).
Analisis tersebut digunakan untuk memahami transkripsi dan replikasi. Ada
seorang ahli yang mempelajari lalat buah bersama dengan murid-muridnya yaitu
Thomas. Thomas Hunt Morgan melakukan percobaan terhadap lalat buah di Fly
Room Lab, Universitas Kolumbia pada tahun 1910 dan mendapati banyak prinsip
hereditas seperti pautan seks, epistasis, multialel dan pemetaan gen (Pierce, 2008).
Drosophila melanogaster banyak digunakan sebagai hewan pada percobaan
genetika karena beberapa alasan. Menurut James (2001), lalat buah hanya
memerlukan peralatan sederhana dan murah, mudah perawatannya, tidak
berbahaya, siklus hidup yang pendek, jantan dan betina mudah dibedakan, imago
memiliki kromosom raksasa (polytene) di kelenjar saliva, betinanya mampu
menghasilkan 500 telur, memiliki 3 pasang autosom dan sepasang gonosom, dan
variasi mutan banyak. Sekuens genom lalat buah telah selesai dan dipublikasikan
pada tahun 2000 (Adams, 2000).
Dalam menggunakan organisme sebagai percobaan, siklus hidup
merupakan hal yang tak boleh diabaikan. Siklus hidup lalat buat penting untuk
dipelajari untuk memudahkan percobaan genetika, pengamatan perkembangan tiap
waktu, lalat virgin, reproduksi, breeding, dan karena merupakan hewan model
(Nasa, 2006). Menurut Johnstone (1998), pembelajaran siklus hidup organisme
bertujuan agar dapat didapatkan informasi prediksi pathogenik, parasit, dan kontrol
program. Pada lalat buah siklus hidupnya perlu dipelajari untuk memahami life
extension, yaitu bagaimana memperpanjang usia hidup bila terjadi mutasi (Carnes,
2015).
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum genetika modul ini adalah:
a. Menentukan tahapan siklus hidup Drosophila melanogaster.
b. Menentukan karakter morfologis dan waktu tiap tahapan dari siklus hidup
Drosophila melanogaster.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Lalat Buah


Menurut Meigen (1830), Drosophila melanogaster memiliki klasifikasi
berupa takson-takson yang tersaji dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1 Klasifikasi Drosophila melanogaster
Kingdom Animalia
Phylum Arthropoda
Class Insecta
Order Diptera
Family Drosophilidae
Genus Drosophila
Subgenus Sophophora
Species group melanogaster group
Species subgroup melanogaster subgroup
Species complex melanogaster complex
Species D. melanogaster

2.2 Ciri – Ciri Morfologi Lalat Buah dan Perbedaan Jantan dan Betina
Menurut Ashburner dan Thompson (1978), lalat buah wild type memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Warna tubuhnya kuning kecoklatan dan memiliki cincin berwarna hitam di
tubuh bagian abdomen.
b. Ukurannya relatif kecil (kurang lebih 3 sampai 5 milimeter).
c. Urat tepi sayap mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan
tubuhnya.
d. Memiliki arista/sungut yang pada umumnya berupa bulu dan memiliki 7-12
percabangan.
e. Crossvein posterior umumnya lurus dan tidak melengkung.
f. Mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwana merah.
g. Terdapat mata oseli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil
dibanding mata majemuk.
h. Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih sedangkan abdomen bersegmen
lima dan bergaris hitam.
i. Sayap panjang melebihi abdomen dengan warna transparan dan posisi bermula
dari thorax.
j. Terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil
dibanding mata majemuk.
k. Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen
bersegmen lima dan bergaris hitam.
l. Sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thorax.
Menurut Flymove (2016), terdapat perbedaan ciri pada lalat buah jantan
dan betina yaitu:
a. Ukuran jantan lebih kecil dan betinanya lebih besar.
b. Jantan memiliki 5 segmen abdomen dan 7 segmen abdomen dimiliki oleh
betina.
c. Ujung abdomen jantan berwarna kehitaman dan betinanya lebih putih dan
terang.
d. Terdapat struktur unik pada foreleg jantan yaitu sexcomb dan tidak pada betina.
e. Ukuran sayap jantannya lebih pendek dan betina relatif lebih panjang.
f. Betina memiliki spermateka.
2.3 Siklus Hidup Lalat Buah
Menurut Ashburner dan Thompson (1978), Drosophila melanogaster siklus
hidup terpendek lalat buah berlangsung selama 7 hari yaitu pada suhu 28 °C. Pada
suhu 30 °C (panas) umur lalat yaitu 11. Dibawah kondisi suhu 25 °C
perkembangannya 8,5 hari, dibawah 18 °C perkembangan lalat memakan waktu 19
hari, dan dibawah 12 °C mencapai 50 hari.
Lalat buah betina mampu melakukan kopulasi setelah 8 jam menetas dari
fase larva instar tiga (Pitnick, 1996). Fase hidup lalat buah diawali dari telur yang
dihasilkan dari kopulasi jantan dan betina. Telur berbentuk oval, rata dibagian
lateral, ukurannya 0,5 mm (Ashburner dan Thompson, 1978). Fase telur
berlangsung selama satu hari.
Lalat buah mengalami fase larva yang terbagi menjadi instar I, instar II, dan
instar III. Menurut Ashburner dan Thompson (1978), larva instar I (1 mm) memiliki
3 segmen thoraks dan delapan segmen abdomen, berlangsung selama 24 jam, dan
dapat berlangsung 15 jam pada suhu kamar. Larva instar II (2-3 mm) berlangsung
selama kurang lebih 24 jam dan kemudian berubah menjadi larva instar III (3-5
mm) yang berlangsung 24 jam pula. Tingkat motilitas larva instar naik dari I, II,
dan III.
Setelah berubah menjadi prepupa warna yang semula putih berubah menjadi
coklat muda, bersifat tak motil, dan menyukai tempat yang kering. Prepupa berubah
menjadi pupa yang warnanya lebih gelap. Tahap tersebut berlangsung berturut-turut
24 jam. Kemudian 2-3 hari setelahnya pupa menetas menjadi lalat dewasa atau
imago yang motil dan dapat terbang setelah beberapa jam (Ashburner dan
Thompson, 1978).

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Siklus Hidup Lalat Buah


Menurut Bonilla et al., (2002), faktor yang mempengaruhi siklus hidup
Drosophila melanogaster adalah melatonin. Melatonin merupakan suatu hormon
pengatur metabolisme dan jam biologis. Pada lalat buah terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi siklus hidup antara lain:
a. Suhu
Suhu ideal yang diperlukan oleh lalat buah adalah suhu kamar
(25-28 °C). Jika suhu melebihi 30 °C maka lalat bisa stress, steril, atau mati. Suhu
yang rendah menyebabkan umurnya panjang (Ashburner dan Thompson, 1978).
b. Nutrisi
Setiap organisme memerlukan nutrisi yang cukup. Lalat buah mendapatkan
nutrisinya dari buah yang sudah tidak segar (membusuk) seperti pisang. Medium
harus diatur kandungan airnya dan betina yang kekurangan nutrisi hanya mampu
menghasilkan sedikit telur (Ashburner dan Thompson, 1978).
c. Intensitas cahaya
Intensitas cahaya yang ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan lalat buah
yaitu cahay yang remang-remang (Ashburner dan Thompson, 1978). Cahaya tidak
boleh berupa cahaya matahari secara langsung. Dampak cahaya terhadap siklus
hidup lalat buah mirip dengan dampak suhu. Jika terlalu terang maka betina
terlambat bertelur.
d. Densitas medium
Kepadatan dalam medium mempengaruhi siklus hidup lalat karena berkaitan
dengan ketersediaan ruang dan makanan. Medium yang bagus hendaknya tidak
terlalu sesak. Hal tersebut harus mempertimbangkan jumlah lalat per luasan atau
volume (James, 2001).
e. Medium
Medium tempat tumbuh lalat harus steril dari kontaminan seperti jamur dan
bakteri. Keberadaan jamur dapat mengganggu pertumbuhan lalat bahkan
mematikan. Medium biasanya terdiri dari buah-buahan seperti pepaya, pisang, dan
sejumlah bahan lain (Ashburner dan Thompson, 1978).
BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan praktikum siklus hidup Drosophila melanogaster tersaji
dalam tabel 3.1.
Tabel 3.1 Alat dan bahan
Alat Bahan
Botol berisi media dan sumbat busa Pisang
Kantong plastik Ragi
Botol dengan mulut sebesar botol media Gula Aren
Termometer Agar – agar
Nipagin atau antibiotik lain
Sorbic acid
Akuades
Kertas Saring

3.2 Metode Kerja


Media dari pisang dibuat dengan dihaluskan. Pisang yang dihaluskan diberi
campuran gula, ragi, antibiotik, dan asam sorbat. Lalat ditangkap dengan dengan
pilihan cara seperti menariknya di botol media terbuka, diumpan dengan botol lain,
dan ditangkap langsung dengan plastik. Penangkapan dengan plastik dipilih untuk
menjaga kesterilan dan dilakukan di Pasar Simpang Dago. Lalat kemudian
dipindahkan ke botol medium dan ditutup dengan sumbat busa. Selanjutnya,
dimasukkan tissue yang telah dilipat. Lalat ditunggu sampai bertelur. Setelah
bertelur atau dapat teramati larva instar I, lalat parental dikeluarkan dari botol
medium. Dimulai pengamatan terhadap siklus hidup lalat dengan pencatatan dan
dokumentasi. Diamati apakah terdapat jamur berwarna hitam dan dijaga dari
kontaminan. Botol media diletakkan di tempat teduh, suhu kamar, dan disediakan
termometer.
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pengamatan


Hasil pengamatan praktikum siklus hidup Drosophila melanogaster tersaji
dalam tabel 4.1. Parental dimasukkan tanggal 4 September 2016 dan dikeluarkan
tanggal 6 September 2016.
Tabel 4.1 Pengamatan siklus hidup Drosophila melanogaster
Tanggal Umur (Sejak
Pertama Ukuran dan
dan jam parental Foto pengamatan
muncul keterangan
teramati dimasukkan)
Telur Ukuran 0,5 4 10 jam
mm, putih, September
dan 2016, pukul
menempel 19.00 WIB. Telur

pada dinding
botol Gambar 5.1 Telur
(Dokumentasi pribadi, 2016)
Larva 1,2 mm, 5 1 hari, 10
instar I mulai aktif September jam
bergerak 2016, pukul Larva
instar I
walau masih 19.00 WIB
lambat Gambar 5.2 Larva Instar I
(Dokumentasi pribadi, 2016)
Larva 3 mm, lebih 6 2 hari, 11
instar II aktif dari September jam
instar I. 2016, pukul
20.00 WIB
Larva Instar II

Gambar 5.3 Larva Instar II


(Dokumentasi pribadi, 2016)
Larva 5 mm, 7 3 hari, 10
instar III terdapat September jam
bagian hitam 2016, 19.00
di mulut, WIB
warna lebih
gelap dari Larva Instar
instar II, III
Gambar 5.4 Larva Instar III (Dokumentasi
tampak pribadi, 2016)
segmentasi
Prepupa 3 mm, 8 4 hari, 10
warnanya September jam
coklat muda, 2016, 19.00
ukuran lebih WIB
pendek dari Prepupa
instar III dan
Gambar 5.5 Prepupa
segmen lebih (Dokumentasi pribadi, 2016)
jelas, tak
motil
Pupa 4 mm, 9 5 hari, 10
menempel di September jam
busa, dinding, 2016, 19.00
dan tissue, WIB Pupa
warna coklat
Gambar 5.6 Pupa
lebih gelap
(Dokumentasi pribadi, 2016)
dari prepupa,
segmen lebih
tegas, tak
motil, ada
struktur hitam
mirip sayap
Imago Belum terlalu 11 7 hari,
aktif terbang, September
relatif kecil 2016, 09.00
ada yang 3 WIB
mm dan 4 Imago

mm,
Gambar 5.7 Imago
menyukai (Dokumentasi pribadi, 2016)
daerah dekat
busa

5.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat dibandingkan antara
hasil yang didapatkan dengan literatur. Telur yang teramati sesuai dengan literatur
dimana ukurannya 0,5 mm dan menempel di dinding botol media (Ashburner dan
Thompson, 1978). Waktu sampai lalat bertelur tidak dapat ditentukan karena telur
teramati 10 jam sejak peletakkan dan dimungkinkan lalat telah berkopulasi sebelum
ditangkap. Pada fase larva untuk instar I, II, dan III waktunya sesuai dengan literatur
yaitu berselang sekitar 24 jam. Sama halnya dengan morfologi yang tidak berbeda
jauh dengan literatur. Berdasarkan percobaan, termometer yang disimpan
disamping botol media menunjukkan suhu rata-rata 25 derajat C (paling tinggi 26
derajat dan paling rendah tercatat 24 derajat) dan ditempat yang intensitas
cahayanya remang-remang. Hanya saja segmen tidak terlalu jelas terlihat karena
tidak ada alat seperti kaca pembesar maupun mikroskop.
Pengamatan pada fase prepupa dari segi waktu yang berselang 24 jam
menjadi pupa, dan dibutuhkan waktu 2 hari untuk menjadi imago, bentuk, dan
warna sesuai dengan literatur. Transformasi menjadi imago yang membutuhkan
waktu dua hari memang lebih cepat satu hari dari biasanya namun masih kategori
normal (Ashburner dan Thompson, 1978). Total life span siklus memakan waktu 7
hari cukup optimal karena faktor cahaya yang redup dan pada suhu kamar.
Motilitas pada telur bisa dikatakan nol. Sementara itu, larva instar I mulai
motil dengan gerak yang masih lamban (cenderung di lapisan media), larva instar
II (mulai naik ke dinding) lebih motil dari instar I. Larva instar III (naik ke dinding
botol bahkan ke busa untuk mencari tempat yang kerin) lebih motil dari instar II
(James, 2001). Pada imago yang baru menetas gerak dan terbang aktif namun belum
seaktif seperti parental saat dimasukkan ke botol media. Imago lebih suka terbang
dan hinggap di busa atau tissue.
Ada beberapa reagen yang penting dalam pengamatan siklus hidup lalat
buah. Pada percobaan sempat muncul bintik-bintik putih berupa jamur. Jamur
tersebut merupakan ragi yang muncul dan memfermentasikan pisang. Agar pada
media berfungsi untuk mengurangi keenceran media pisang. Gula merupakan
molekul yang akan difermentasi untuk menghasilkan alkohol sebagai antiseptik.
Kemudian terdapat nipagin/tegosept dll untuk membasmi dan mencegah biotik
seperti bakteri yang mengganggu. Kertas saring atau tissue yang diletakkan di atas
media berfungsi untuk menyerap air dan alkohol berlebih.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan pengamatan siklus hidup lalat buah yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan:
 Siklus hidup lalat buah yaitu telur (0,5 mm, putih, sesil), larva instar I (1
mm, mulai bergerak, putih terang), larva instar II (lebih motil dari instar I,
warna lebih gelap sedikit, 3 mm), larva instar III (5 mm, terdapat warna
hitam dimulut, segmen terlihat), prepupa (3 mm, warnanya mulai
kecoklatan, tidak motil), pupa (kecoklatan dan hitam, 4 mm, tidak motil,
menempel di daerah yang kering), dan imago (bisa terbang dan dapat
dibedakan gendernya).
 Telur dihasilkan 8-12 jam setelah imago bertransformasi, larva instar I (24
jam), larva instar II (24 jam), larva instar III (24 jam), prepupa (24 jam),
pupa (2-3 hari), lalu menjadi imago dan siklus berlangsung kembali.

5.2 Saran
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan saran yang
harus diperhatikan dalam melakukan pengamatan siklus hidup lalat buah yaitu:
 Kesterilan media perlu dijaga dari kontaminan dan jika perlu diberi
nipagin.
 Simpan botol media pada suhu kamar dan cahaya yang remang-remang.
 Pilihlah pisang yang benar-benar matang agar memudahkan pembuatan
media dan penangkapan lalat buah.
DAFTAR PUSTAKA

Adams, M.D. 2000. The genome sequence of Drosophila melanogaster. Science.


doi:10.1126/science.287.5461.2185. PMID 10731132.
Ashburner, M. dan Thompson, J.N. 1978. The laboratory culture of Drosophila -
The genetics and biology of Drosophila. 2A. Academic Press.
Bonilla, E., Medina-Leendertz, S. and Dı́az, S. 2002. Extension of life span and
stress resistance of Drosophila melanogaster by long-term supplementation
with melatonin. Experimental Gerontology. 37(5), pp. 629–638. doi:
10.1016/s0531-5565(01)00229-7.
Carnes, M.U. 2015. The genomic basis of postponed senescence in Drosophila
melanogaster. PLOS ONE. 10 (9): e0138569.
doi:10.1371/journal.pone.0138569.
James, H.S. 2001. Drosophila melanogaster: The Fruit Fly. USA: Fitzroy Dearborn
Publishers.
Johnstone, C. 1998. Importance of life cycles - epidemiology.
http://cal.vet.upenn.edu/projects/merial/introduction/intro_5.htm. Diakses
22 September 2016.
Meigen, J.W. 1830. Systematische Beschreibung der bekannten europäischen
zweiflügeligen Insekten. Volume 6. Schulz-Wundermann.
Nasa. 2006. Flies in space - Drosophila: Life cycle.
http://quest.nasa.gov/projects/flies/lifeCycle.html. Diakses 22 September
2016.
Pierce, B.A. 2008. Genetics: A conceptual approach. 2nd edn. New York: Freeman,
W. H. & Company.
Pitnick, S. 1996. Investment in testes and the cost of making long sperm in
Drosophila. American Naturalist. 148: 57–80. doi:10.1086/285911

Anda mungkin juga menyukai