Anda di halaman 1dari 18

PERCOBAAN I

PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN DENGAN METODE


SUBLIMASI DAN FILTRASI

TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari dan memahami teknik-teknik pemisahan suatu
komponen dari campurannya

BAHAN
Natrium Klorida, Ammonium Klorida, Silikon Dioksida, kertas saring,
akuades

ALAT
Cawan penguapan, beaker glass, pengaduk gelas, labu ukur, neraca
analitik, kompor listrik, corong, tanur, gelas ukur, oven, desikator

DASAR TEORI
Apabila ada dua zat atau lebih didalam campuran yang tidak
mengalami reaksi kimia, maka hasil komponen campuran tersebut
memiliki sifat-sifat yang tetap. Campuran yang mempunyai sifat-sifat
yang tetap ini dapat dipisahkan dengan cara fisika, yaitu pemisahan
berdasarkan sifat-sifat yang tampak, antara lain berdasarkan titik
didihnya, densitas, dan daya serapnya. Setiap unsur atau senyawa yang
merupakan komponen penyusun campuran dalam keadaan temperatur
dan keadaan yang sama mempunyai sifat-sifat dasar yang identik
dengan zat murni. Teknik-teknik pemisahan campuran banyak
macamnya antara lain destilasi, ekstraksi, filtrasi, sublimasi dan
sentrifugasi.
Filtrasi adalah proses pemisahan partikel padat yang tersuspensi
kedalam cairan dengan menggunakan kertas saring sebagai filter.
Didalam proses filtrasi zat yang telah disaring dengan kertas saring
dinamakan filtrat, sedangkan zat yang tersisa pada kertas saring

1
dinamakan residu. Di dalam filtrasi vakum cairan ditarik melalui filter
dengan menggunakan pompa vakum.
Sublimasi adalah proses perubahan fase padat ke fase gas dan
sebaliknya secara langsung tanpa melalui fase cair. Proses penyubliman
hanya dilakukan oleh padatan tertentu, dimana padatan tersebut akan
dapat menyublim hanya pada temperature dan tekanan yang normal.
Zat yang dapat menyublim antara lain Iodin, Naftalen, dan Ammonium
Klorida.

PROSEDUR PERCOBAAN
Cawan porselin ditimbang, campuran natrium klorida, ammonium
klorida, dan silicon dioksida dimasukkan, kemudian ditimbang lagi
sebelum dipanaskan pada suhu 350°C dalam tanur selama 25 menit.
Bahan dan cawan yang sudah dipanaskan selanjutnya didinginkan pada
suhu kamar, setelah dingin ditimbang dan dicatat massa yang hilang. Air
sebanyak 15 ml dimasukkan dan diaduk selama 5 menit. Larutan yang
terbentuk disaring dengan kertas saring yang sudah ditimbang. Filtrat
diuapkan pada suhu 100ºC, didinginkan dan ditimbang. Endapan
ditempatkan pada gelas arloji, dikeringkan pada 100ºC, didinginkan dan
ditimbang massa yang terbentuk.

2
PERCOBAAN II
EKSTRAKSI ASAM BASA

TUJUAN PERCOBAAN
Mempraktekkan metode ekstraksi asam-basa dan memahami prinsip
dasar dari metode ekstraksi asam-basa

BAHAN
Larutan asam benzoate dalam toluene, larutan HCl 10%, larutan
NaOH 10%, akuades

ALAT
Gelas ukur, corong pisah, Erlenmeyer, corong buchner, kertas PH

DASAR TEORI
Ekstraksi merupakan metode pemisahan yang menyangkut
perpindahan zat dari satu fasa ke fasa yang lain. Jika kedua fasa
merupakan cairan yang tidak saling bercampur, disebut metode
ekstraksi cair-cair. Pada ekstraksi cair-cair suatu senyawa dipartisikan
diantara 2 pelarut/fasa.
Dasar dari metode ekstraksi adalah distribusi atau partisi senyawa
antara 2 fasa pada kesetimbangannya. Kesetimbangan partisi
tergantung pada kelarutan senyawa pada masing-masing fasa. Sebagai
contoh adalah asam benzoate larut 0,34 g/100 ml air pada suhu 25ºC.
sedangkan pada toluene, asam benzoate larut 11 g/100 ml toluene pada
suhu yang sama. Jika 5 gram asam benzoate yang dilarutkan dalam 50
ml toluene ditambah 100 ml air dikocok dan didiamkan akan
menghasilkan 2 fasa, maka asam benzoate akan terdistribusi antara 2
fasa menurut persamaan berikut:
[asam benzoat]toluene ↔[asam benzoat]air
Sehingga: [asam benzoat]air
K = -----------------------------

3
[asam benzoat]toluene
Kelarutan asam benzoate adalah jumlah asam benzoate yang
terpartisi, yaitu perbandingan kelarutan asam benzoate dalam air dan
toluene:

0,34 g/100 ml air


K = ------------------------------
11 g/ml 100 ml toluene
K= 0,031
Dengan menggunakan harga tersebut bila menghitung jumlah asam
benzoate yang terpartisi dalam 100 ml air (x g/100 ml) dari asam
benzoate mula-mula 5 gram yang dilarutkan dalam 50 ml toluene [(5-x)
g/50 ml]
x g/100 ml
K = ----------------- = 0,031
(5-x)g/50 ml
X= 0,29 gram
Untuk dapat mengekstrak asam benzoat dari toluene dengan air
diperlukan metode ekstraksi asam basa. Dengan metode ini asam
benzoate diubah menjadi garam natrium benzoate yang larut dalam air
dan tidak larut dalam toluene. Fasa toluene dapat dipisahkan dari air
yang mengandung natrium benzoate.
Asam benzoate dapat diperoleh kembali dengan pengasaman atau
penambahan larutan HCl sampai PH ± 2. karena asam benzoate tidak
larut atau sedikit larut dalam air maka akan membentuk endapan putih
dari asam benzoate yang dapat dipisahkan dengan penyaringan.

PROSEDUR PERCOBAAN
Ambil 30 ml asam benzoate dalam toluene dan dimasukkan dalam
corong pisah. Tambahkan 15 ml larutan NaOH 10% dikocok 5 menit,
didiamkan sampai terbentuk lapisan dengan jelas. Lapisan air dipisahkan
dan masukkan kedalam Erlenmeyer dengan menyisakan sedikit lapisan

4
toluene. Lapisan toluene diekstrak sekali lagi dengan 15 ml larutan NaOH
10%. Lapisan air digabung dan diasamkan dengan larutan HCl 10%
sampai PH<2, sehingga timbul endapan. Endapan disaring dengan
penyaring vakum, dikeringkan, ditimbang dan diamati sifat fisiknya.

5
PERCOBAAN III
EKSTRAKSI PELARUT

1. Tujuan
 Memisahkan logam Ni dari campuran dengan Ekstraksi Pelarut
 Menentukan kadar Ni dalam sampel

2. Latar Belakang Teori


Dalam percobaan ini sejumlah kecil Ni dipisahkan dari
campurannya dengan Cu dengan teknik ekstraksi pelarut, yaitu
mengekstrak Ni dalam bentuk Nikel Dimetilglioksin Ni(DMG) 2- dari air
(fasa air) ke dalam kloroform (fasa organik). Walaupun dengan ekstraksi
tunggal belum tentu dapat memisahkan nikel secara kuantitatif, namun
dengan menggunakan larutan standar nikel yang diperlakukan sama
dengan sampel akan diperileh hasil dengan kualitas yang baik.
Tiosulfat ditambahkan sebelum ekstraksi untuk membentuk
kompleks anionik Cu(S2O3)2- yang tidak terekstrak ke dalam kloroform.
Tartrat juga perlu ditambahkan untuk membentuk kompleks dengan
Fe(III) yang ada dalam campuran. Penambahan hidroksilamin
hidroklorida berfungsi untuk mencegah oksidasi Ni(DMG)2 menjadi
kompleks Ni(V) dengan dimetilgliohsin yang berbeda spektrum
absorpsinya.
Penentuan kadar nikel selanjutnya ditentukan dengan metoda
spektrometri, dimana diketahui bahwa kompleks bewarna Ni(DMG)2
dalam kloroform mengikuti hukum Lambert-Beer dalam range
konsentrasi yang lebar. Sebagaimana diketahui warna adalah salah satu
kriteria untuk mengidentifikasi suatu objek. Pada analisis spektrokimia
spektrum radiasi elektromegnetik untuk digunakan untuk menganalisis
spesies kimia dan menelaah interaksinya dengan radiasi elektromegnetik
Suatu berkas radiasi bila dilewatkan melalui sampel kimia,
sebagian akan terabsorpsi. Energi elektromagnetik ditransfer ke atom
atau molekul dalam sampel yang menyebabkab partikel dipromosikan

6
dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi yaitu
tereksitasi
Hubungan besarnya energi cahaya yang diserap oleh suatu
medium dirumuskan oleh Lambert (Bouguer) dan Beer sehingga sering
disebut sebagai hukum Beer-Lambert.

Io Ia

Gambar Serapan cahaya oleh sampel

Keterangan : Io = sinar yang datang


Ia = sinar yang diserap
It = sinar yang diteruskan
Menurut Lambert (Bouger) hubungan antara ketebalan medium
penyerap dengan besarnya penyerapan energi cahaya adalah sebagai
berikut :
Io
Log It = k1 b
sedangkan Beer menemukan hubungan antara konsentrasi materi
dengan besarnya penyerapan yaitu :
Io
Log It = k2c
k1 dan k2 = tetapan, b = tebal medium, c = konsentrasi materi
Gabungan kedua hukum ini akan menghasilkan :
Io
Log It = Kbc

7
Istilah log (Io/It) dikenal sebagai absorbans dan sering disimbolkan
sebagai A, sedangkan b adalah panjang jalan (tebal) medium penyerap
yang dilalui cahaya dan dapat dinyatakan dalam centimeter, kemudian
c menyatakan knsentrasi solut yang menyerap cahaya dan dinyatakan
dalam mol/L atau g/L. Sehingga harga K tergantung dari satuan b dan
yang digunakan apabila c dinyatakan g/L, maka tetapan K disebut
sebagai absortivitas dengan simbol a, sedangkan jika c dinyatakan mol/L,
maka tetapan tersebut biasa disebut absortivitas molar dengan simbol Є.
Pengukuran cahaya secara langsung cukup sulit, sehingga cahaya
yang diserap dapat diukur berdasarkan cahaya yang diteruskan oleh
sampel dan dinyatakan sebagai Transmitant (T), dimana T = It/Io.
Besaran transmitant ini sering diukur sebagai persen Transmitant
sehingga % t = It/Io x 100 . Selanjutnya hubungan antara Tranmsitant
dengan Absorbans dapat diketahui :
A = log (Io/It)
T = It/Io
Maka, A = log (I/T)
Dalam praktek gelombang cahaya yang diserap atau yang
ditransmisikan oleh suatu media diukur dengan alat yang dapat berupa
kolorimeter yang sederhana atau dengan suatu spektrofotometer.

2. Alat dan Bahan


 Larutan HNO3 6M  Labu ukr 100 mL
 Larutan NaOH 2,5 M  Neraca Analisis
 Larutan Asam Asetat 6 M  Buret 50 mL
 Buffer Asetat  Spektronik + kuvet
 Na Tiosulfat  Tabung reaksi 10 bh
 Na Tartrat  Corong + kertas saring
 Hidroksilamin Hidroklorida (dlm air)  Pipet tetes
10%
 Dimetilglioksin (dlm air) 1%  Pipet mohr 10 mL
 Kloroform  Gelas ukur 25 mL
 Hot plate

3. Prosedur Percobaan

8
Pembuatan Larutan Standar
 Timbanglah dengan teliti logam Ni untuk membuat larutan standar
0,04 M sebanyak 100 mL, masukkan ke dalam labu ukur 100 mL
 Tambahkan 15 mL HNO3 6M dan panaskan pada hotplate sampai
terlarut semua (jangan menutup labu !!!)
 Netralkan dengan NaOH 2,5 M NaOH sampai terbentuk endapan
nikel hidroksida yang pertama kali muncul. Tambahkan asam asetat
6 M setetes demi setetes, aduk tiap penambahan sampai endapan
tersebut terlarut semua.
 Encerkan hingga tanda batas dan aduk hingga tercampur sempurna.
 Pipetlah 10 mL larutan standar tersebut dan encerkan dalam labu
250 mL, hingga diperoleh larutan Ni dengan konsentrasi 100 ppm.

Preparasi Sampel
 Jika sampel berupa alloy, timbang kira-kira 5-10 mg sampel
 Larutkan sampel, netralkan dengan NaOH dan asam asetat dan
perlakukan seperti larutan sampel
 Jika sampel berupa garam, timbanglah dalam sejumlah berat
tertentu, masukkan dalam labu ukur 100 mL, netralkan dengan
NaOH dan asam asetat. Selanjutnya kerjakan seperti perlakuan
larutan standar. Encerkan sampai tanda batas (Perkirakan sehingga
sampel tersebut mengandung 1-4 mL/100 mL)

Pembuatan Larutan Buffer


 Encerkan 8,7 mL asam asetat 6M menjadi 100 mL
 Kemudian tambahkan 10 mL larutan encer tersebut ke dalam 40
mL air yang mengandung 15 g natrium asetat.

Ekstraksi
 Sediakan 9 bh tabung reaksi (25 x 150 mm). Ke dalam 5 tabung
pertama masukkan masing-masing 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 mL
larutan standar Ni 100 ppm dengan menggunakan buret.

9
 Dengan menggunakan pipet mohr 10 mL, masukkan sejumlah
volume akuades ke dalam 5 tabung di atas sehingga total volume
larutan untuk tiap tabung menjadi 5  0,1 mL.
 Ke dalam setiap tabung tambahkan secara berurutan masing-
masing 0,25 g natrium tartrat, 2,5 mL buffer, 1,25 g natrium
tiosulfat, 0,5 mL, Hidroksilamin Hidroklorida (dlm air) 10% dan 1 mL
Dimetilglioksin (dlm air) 1%. Kocoklah tabung setiap penambahan
satu reagen tersebut.
 Dengan menggunakan pipet tambahkan 10 mL kloroform ke
dalam setiap tabung, kemudian lakukan pengocokan selama 3 menit
untuk setiap tabung (tutplah tabung dengan penutupnya kalau
memungkinkan) sehingga terjadi pendistribusian nikel ke dalam 2
fasa yang ada. Kemudian biarkan campuran untuk beberapa saat
agar kedua fasa terpisah sempurna.
 Pipetlah 5-6 mL lapisan kloroform, sering dengan kertas filter dan
tampung filtratnya ke dalam kuvet spektronik. Untuk mengurangi
penguapan, tambahkan 5 mm lapisan air ke dalam kuvet.

Pengukuran Dengan Spektrofotometer


 Ukur absorban setiap larutan yang diperoleh dari ekstraksi pada
panjang gelombang 420 nm. Set absorban pada nol dengan
menggunakan larutan blank.
 Buatlah kurva kalibrasi dari absorban larutan standar yang diplot
lawat konsentrasinya. Tentukan persamaan regresi, koefisien
kolerasinya dan tentukan konsentrasi sampel berdasar kurva yang
diperoleh.

10
PERCOBAAN IV
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Tujuan
 Mempelajari metode pemisahan menggunakan Kromatografi
Kertas dan Lapis Tipis
 Memisahkan beberapa logam (Nikel, Mangan, Kobal dan Zink) dari
sample
 Penetapan nilai Rf.

Dasar Teori
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) atau Thin Layer Chromatography
(TLC) termasuk dalam kategori kromatografi planar yang temasuk di
dalamnya adalah kromatografi kertas dan elektroforesis. Berbeda
dengan kromatografi kolom yang yang fasa diamnya diisikan atau
terpaking dalam kolom, kromatografi planar ini fasa diamnya merupakan
lapisan uniform bidang datar yang didukung oleh pelat kaca, aluminium
atau pelat selulosa dalam kromatografi kertas, sedangkan fasa gerak
yang sering juga disebut sebagai pelarut pengembang akan bergerak
sepanjang fasa diam di bawah pengaruh kapiler (ascending), pengaruh
grafitasi (desending) atau pengaruh potensial listrik. Dibanding dengan
jenis lain kromatografi planar ini lebih mudah pelaksanaannya dan lebih
murah.
Dalam KLT pemisahan komponen-komponen yang dianalisis terjadi
atas dasar perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fasa diam di bawah
gerakan pelarut pengembang. Pemilihan pelarut sangat dipengaruhi oleh
macam dan polaritas analit yang dipisahkan.
Kromatogram dalam KLT merupakan noda-noda yang terpisah
setelah visualisasi dengan secara fisika atau kimia. Dalam cara fisika
noda kromatogram dilihat dengan menggunakan sinar UV, dimana
terjadi proses adsorpsi radiasi oleh noda atau fluoresensi, sedangkan

11
dalam cara kimia yang dilakukan adalah mereaksikan noda kromatogram
dengan pereaksi tertentu yang memberikan warna yang spesifik.
Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah pada lapisan tipis
lebih baik dikerjakan dengan pereaksi kimia dan reaksi-reaksi warna,
tetapi umumnya identifikasi digunakan harga Rf, meskipun harga-harga
Rf dalam kromatografi lapis tipis kurang tepat bila dibandingkan dengan
kromatografi kertas.
Harga Rf didefinisikan sebagai berikut :

Harga Rf = Jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik awal


Jarak yang ditempuh oleh fasa gerak dari titik asal

Harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat dibandingkan dengan


harga-harga standar. Perlu diperhatikan bahwa harga Rf yang diperoleh
hanya berlaku untuk campuran tertentu dari pelarut dan penyerap yang
digunakan, meskipun demikian daftar dariharga-harga Rf untuk berbagai
campurandari pelarut dan penyerap dapat diperoleh.
Pengukuran lain yang sering dipakai adalah menggunakan
pengertian Rx dan Rstd yang didefinisikan sebagai berikut :

Jarak yang ditempuh oleh senyawa yang tidak diketahui


Harga Rx atau Rst
Jarak yang ditempuh oleh senyawa yang diketahui

Senyawa standar biasanya memiliki sifat-sifat kimia yang mirip degan


senyawa yang dipisahkan pada kromatogram.
Eksperimen ini melukiskan melukiskan pemisahan logam (Ni,
Mn, Co, dan Zn) dari sample yang mengandung keempat logam di atas
dengan menggunakan kromatografi kertas danlapis tipis. Sedikit contoh
larutan yang diukur (pipa kapiler atau mikro pipet) ditaruh di dekat salah
satu ujung lempeng lapisan tipis atau potongan kertas dan kromatogram
dikembangkan dengan menggunakan pelarut campuran aseton-asam

12
klorida. Setelah garis depan pelarut bergerak pada jarak yang cocok
depan pelarut ditandailempeng ataau potongan kertas itu diambil dari
bejana, setelah garis depan pelarut ditandai pelarut diuapkan dan ion-ion
logam dibuat nampak dalaam pita atau bercak bewarna dengan
menyemprotnya dengan reagensia yang sesuai. Eksperimen ini
memungkinkan penetapan nilai-nilai Rf yang kira-kira adalah Ni 0,1; Mn
0,25; Co 0,55; Zn 0,9. Untuk pekerjaan kuantitatif pita-pita dapat
dipotong dari dalam potongan kertas, logamnya diekstrak dan
ditetapkan.

Bahan Dan Alat


 NiSO4. 6H2O
 MnSO4.4H2O
 CoCl2.6H2O
 ZnSO4.7H2O
 Aseton dan metanol
 HCl
 Natrium nitroprusida
 Ammonia pa,
 Asam rubeanat
 Kertas whatman no 1
 Pelat silica gel
 Beaker gelas dan penutup
 Spray
 Oven

Preparasi
1. Larutan ion Mn, Ni, Co dan Zn.

13
Disiapkan dari senyawa di atas dengan tepat dalam asam klorida

2M untuk menghasilkan larutan yang masing-masing berisi 10 µg

dari Ni2+, Co2+, Mn2+ dan Zn2+ dalam larutaan 0,01 cm3.
2. Pelarut aseton-HCl.
Campurkan 43,5 mL aseton AR, 4 mL HCl pekat (bj 1,18) dan 2,5
mL air.
3. Reagensia semprot PACF/R (trinatrium pentasianoaminaferrat/asam
rubeanat).
Larutkan 0.7 gram trinatrium pentasianoaminaferrat dalam 20 mL
air dan tuang larutan larutah yang dihasilkan ke dalam larutan
0,25 gram asam rubeanat dalam 10 mL etanol. Kocok larutan
tersebut selama 15 menit dan saring. Larutan siaap digunakan dan
hendaknya disiapkan pada hari reagensia itu digunakan.
4. Penyediaan PACF (trinatrium pentasianoaminaferrat)
Timbang 10 gram natrium prussida yang dibubuk halus ke dalam
Erlenmeyer kecil, dan tambahkan 24 mL larutan ammonia pekat
(bj. 0,88). Kocok baik-baik dan longgarkan sumbat agar gas dapat
lolos, ketika semua zat padat telah terlarut dan pembebasaas gas
telah mulai, taruh labu dalam lemari es pada –7oC selama 48 jam.
Hangatkan ke temperatur ruang, tambahkan lagi sedikit larutan
ammonia pekat bj. 0,88, saring dengan pengisapan pompa, buang
zat cair sebanyak mungkin dan kemudian cuci endapan dengan
sedikit methanol. Buang methanol secepat mungkin dengan
pengisapan, pindaahkan produk ke pinggaan dalam desikator yang
berisi kalsium klorida dan simpan dalam gelap. Rendemen adalah
5,4 gram.
5. Asam asetat 0,2 M
Encerkan 11 mL asam asetat ke dalam 1 liter air.

Bahan Alternatif :
 Propil alkohol – air (7 : 3 v/v atau

14
 Butil alkohol – asam asetat – air (80:20:20 v/v)
 Asam amino standar
 Larutan ninhidrin 0,3% (dalam butil alkohol dengan 3% asam
asetat glasial

Prosedur Kerja
1. Suntikkan kira-kira 1 L larutan standar dan sampel pada kertas
atau pelat kromatogram kira-kira 1 cm dari dasar pelat secara
berderet horizontal. Tandai setiap komposisi komponen.
2. Celupkan pelat atau kertas tersebut pada larutan pengembang
sedemikian rupa sehingga noda-noda sampel dan standar tidak
terendam dalam larutan. Tutup rapat-rapat dan biarkan
berlangsung beberapa lama semapai elusi larutan pengembang
mencapai 0,5-1 cm di bawah tepi atas pelat.
3. Angkat dan keringkan kira-kira 15-20 menit untuk menjamin
penguapan talah sempurna.
4. Setelah kering semprot dengan larutan pewarna (ninhidrin/PACF)
dan keringkan atau panaskan selama beberapa menit sampai
noda-noda kompone jelas terlihat.
5. Ukur jarak yang ditempuh setiap noda dan jarak yang ditempuh
pelarut.
6. Tetapkan nilai Rf atau tentukan jenis sampel.

15
PERCOBAAN V
PEMISAHAN ASAM LEMAK DALAM MINYAK KELAPA
MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI KOLOM

TUJUAN PERCOBAAN
Mempraktekkan metode pemisahan dengan kromatografi kolom dan
memahami prinsip dasar dari kromatografi kolom

BAHAN
 Minyak kelapa,
 silica gel 60,
 kloroform,
 asam asetat,
 akuades,
 kapas,
 NaOH 0.1N
 indikator pp,
 campuran alkohol: benzena 7:3

ALAT
 Kolom kromatografi,
 beaker glass,
 pengaduk gelas,
 neraca analitik

DASAR TEORI
Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan
diletakkan pada bagian atas kolom penyerap yang berada dalam tabung
kaca, tabung logam atau bahkan tabung plastic. Pelarut (fasa gerak)
dibiarkan mengalir melalui kolom karena aliran yang disebabkan oleh
gaya berat atau didorong dengan tekanan. Senyawa linarut akan
bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, kemudian akan

16
memisah dan dikumpulkan dalam bentuk fraksi ketika keluar dari alas
kolom.
Kromatografi lipid dengan menggunakan kolom gelas yang diisi
dengan bahan sesuai merupakan metode yang umum dan bermanfaat.

PROSEDUR PERCOBAAN
a. Penyiapan kolom
Sebanyak 5 gram silica gel 60 disuspensikan dalam 30 ml kloroform-
asam asetat (100:1). Kemudian dengan bantuan pengaduk gelas,
suspensi tersebut dimasukkan dalam kolom gelas dengan diameter 2,2
cm dan tinggi 30 cm yang pada bagian dasarnya telah diberi kapas.
Suspensi tersebut kemudian didiamkan selama 24 jam untuk
mendapatkan distribusi adsorben yang seragam (tinggi adsorben 5 cm).

b. Pemisahan dengan kromatografi kolom


Sample dimasukkan sebanyak 10-20 mg per gram adsorben pada
kolom dan dielusi dengan kloroform-asetat 100:1 dengan kecepatan alir
1 mL/menit. Kemudian eluat yang didapat ditampung 2 ml per fraksi.

c. Identifikasi asam lemak


Eluat yang dihasilkan selanjutnya ditambah dengan larutan alcohol-
benzena dengan perbandingan 7:3 dan dipanaskan diatas penangas
sambil diaduk selama 10 menit. Campuran yang sudah homogen
selanjutnya di beri 3 tetes indicator pp, dan dititrasi larutan NaOH 0,1 N.
Volume NaOH yang diperlukan dicatat untuk menentukan jumlah asam
lemak bebas. Perlakuan secara duplo.

17
DAFTAR PUSTAKA

Day, R. A, and Underwood, A. L., Analisis Kimia Kuantitatif, edisi ke 5,


1999, Penerbit Erlangga, Jakarta
Departement of Physical Chemistry., 1980, Laboratory Manual:
Chemistry IE and A, Melbourne State College
Karger, B. E, and Snyder, L. R., 1973, An Introduction to Separation
Science, John Willey and Sons, New York
Octavianto,I, 2005, Analisa Asam Laurat Dalam Minyak Kelapa
Dengan Metode Kromatografi Kolom, Skripsi, jurusan Kimia
FMIPA Unibraw,Malang
Robert, R. M., 1980, Modern Experimental Organic Chemistry, 4th ed,
Saunders College Publishing, Japan
Seagal, B. E., 1989, Chemistry Eksperiment and Theory, John Willey
and Sons, New York.

18

Anda mungkin juga menyukai