Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menulis adalah sebuah keterampilan. Sebuah keterampilan tidak akan terwujud tanpa adanya pelatihan.
Penting bagi kita membentuk diri supaya memiliki keterampilan yang baik yaitu dengan terus menerus
berlatih menulis dengan cara yang benar. Jika kebiasaan itu telah dimiliki, langkah selanjutnya adalah
memoles agar tulisan tersebut komunikatif dan benar sesuai dengan kaidah yang berlaku.

Kaidah atau ketentuan menjadi penting artinya karena salah satu ukuran untuk menilai apakah tulisan
itu dapat disebut karya ilmiah atau bukan berwujud tata tulis. Karya ilmiah adalah karya tulis yang
substansinya bersifat ilmiah, tata tulisnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan sikap ilmiah
penulisnya mewarnai seluruh karya tersebut. Maka, dalam makalah ini akan dibahas mengenai
karakteristik penulisan karya ilmiah mengenai hakikat, karakteristik isi, unsure kebahasaan, serta ciri-ciri
struktur karya ilmiah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan permasalahan:

1. Apakah hakikat karya ilmiah?

2. Apa sajakah karakteristik berdasarkan isi penulisan karya ilmiah?

3. Apa sajakah karakteristik berdasarkan teknik penulisan karya ilmiah?

4. Apa sajakah unsur kebahasaan dalam karya ilmiah?

5. Apa sajakah ciri-ciri struktur karya ilmiah?

C. Tujuan Penulisan

Terdapat beberapa tujuan penulisan makalah ini, antara lain :

1. Mendeskripsikan dan menganalisis hakikat karya ilmiah

2. Mendeskripsikan dan menganalisis karakteristik berdasarkan isi penulisan karya ilmiah

3. Mendeskripsikan dan menganalisis karakteristik berdasarkan teknik penulisan karya ilmiah

4. Mendeskripsikan dan menganalisis unsur kebahasaan dalam karya ilmiah


5. Mendeskripsikan dan menganalisis ciri-ciri struktur karya ilmiah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Karya Ilmiah

Jones (Brotowidjoyo 1993:3) membagi karangan ilmu pengetahuan menjadi dua macam, yaitu karangan
ilmiah dan karangan nonilmiah. Penggolongan karya ilmu pengetahuan ke dalam kedua golongan
tersebut didasarkan pada sifat fakta yang disajikan dan cara penulisannya. Karya ilmiah menyajikan fakta
umum, yaitu fakta yang dapat dibuktikan benar tidaknya dan ditulis dengan cara penulisan yang
standar. Sedangkan karya nonilmiah menyajikan fakta pribadi, yaitu fakta yang ada pada diri seseorang
atau yang ada dalam batin seseorang yang bersifat subjektif dan ditulis dengan cara penulisan yang
(mungkin) tidak standar.

Dari pandangan tersebut kita dapat melihat bahwa sebuah karangan dikatakan ilmiah apabila memiliki
dua ciri utama, yaitu berisi fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya dan ditulis dengan cara penulisan
yang baku. Fakta yang disajikan dalam karangan ilmiah adalah fakta umum, yaitu fakta yang dapat
dibuktikan kebenarannya secara ilmiah oleh siapa saja dengan prosedur yang konsisten. Fakta tersebut
selain dapat dibuktikan kebenarannya juga dapat dijadikan dasar penyusunan simpulan. Fakta umum
yang tidak dapat digunakan untuk merumuskan simpulan tidak digunakan dalam karangan ilmiah.
Berikut merupakan contoh fakta yang bersifat ilmiah :

1. Setetes air terdiri atas molekul-molekul air, yang tiap molekul terdiri atas dua atom hidrogen dan
satu atom oksigen.

2. Asap yang keluar dari knalpot kendaraan sebagian besar berupa gas karbon monoksida yang
membahayakan kesehatan.

3. Jumlah sudut segitiga sama dengan dua sudut siku-siku.

4. Panas matahari dapat diubah menjadi listrik.

Fakta-fakta tersebut dapat dibuktikan kebenarannya oleh orang lain dengan prosedur yang telah
ditentukan. Oleh karena itu, fakta tersebut disebut fakta yang bersifat ilmiah. Hal tersebut berbeda
dengan fakta-fakta pribadi berikut, yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya oleh semua orang.
1. Hulu sungai Brantas mengalir melalui perkebunan yang indah.

2. Udara pagi ini sejuk sekali.

3. Orang Batak lebih ulet daripada orang Jawa.

4. Pacarku lebih cantik daripada pacarnya.

Fakta-fakta tersebut tidak dapat dijadikan landasan karangan ilmiah karena keluar dari pendapat dan
penilaian pribadi yang belum tentu sama dengan penilaian orang lain.

Karangan ilmiah selain berdasarkan atas fakta umum juga disajikan dengan mengikuti kaidah,
prosedur,dan metodologi penulisan yang baik dan benar. Kaidah penulisan karya ilmiah, baik kaidah
umum yang mencakupi penggunaan bahasa dan ejaan juga harus mempertimbangkan kaidah khusus
yang disesuaikan dengan jenis karya ilmiah. Prosedur penulisan karya ilmiah bersifat sistematis, yaitu
mengikuti langkah-langkah atau urutan yang telah ditentukan. Adapun metodologi penulisan karya
ilmiah mencakupi cara mendapatkan fakta dan cara penyajiannya. Karangan yang hanya menyajikan
fakta umum tanpa menggunakan prosedur penyajian yang baik dan benar tidak digolongkan dalam
karya ilmiah.

Berdasarkan paparan tersebut dapat di tarik simpulan bahwa karangan ilmiah adalah karangan ilmu
pengetahuan yang menyajikan fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya, disajikan menurut
metodologi penulisan yang baik dan benar, serta menggunakan bahasa ragam ilmiah.

B. Karakteristik Berdasarkan Isi Penulisan Karya Ilmiah

Dilihat dari substansi atau isinya ciri karya ilmiah antara lain sebagai berikut.

1. Berisi fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya.

Fakta yang dapat kita angkat dalam karya ilmiah haruslah fakta yang bersifat objektif, dalam arti dapat
dibuktikan kebenarannya. Karena itulah dalam karya ilmiah kita tidak dapat mendasarkan tulisan pada
imajinasi atau dugaan semata.

2. Didukung oleh teori yang ada.

Sebagai bukti keilmiahannya, sebuah karya ilmiah selalu didasarkan pada teori yang telah ada. Fungsi
teori itu bermacam-macam, antara lain sebagai acuan atau pedoman dalam penulisan karya ilmiah dan
sebagai pijakan awal untuk menulis. Wujud pemanfaatan teori juga bermacam-macam, antara lain teori
yang telah ada kita uji kembali, kita kembangkan, atau kita pakai untuk menemukan teori yang lain.
3. Tidak bersifat emosional.

Yang berbicara dalam karya ilmiah adalah fakta. Dipercaya atau tidak isi karya ilmiah oleh pembaca
sangat ditentukan oleh fakta yang kita sajikan. Karena itulah kita tidak perlu menulis karya ilmiah secara
persuasif dengan mempengaruhi orang banyak untuk percaya pada pendapat kita. Kita juga tidak perlu
menggunakan kata-kata yang sugestif atau “menekan” pembaca untuk mengikuti pendapat kita.

C. Karakteristik Berdasarkan Teknik Penulisan Karya Ilmiah

Berdasarkan teknik penulisannya karakteristik karya ilmiah antara lain sebagai berikut.

1. Menggunakan ragam bahasa ilmiah

Ragam bahasa ilmiah dalam bahasa Indonesia disebut ragam baku. Sampai saat ini Pasat Bahasa sudah
mengeluarkan Ejaan yang Disempurnakan ( EYD ), Pedoman Umum Tata Bentukan Istilah, Pedoman
Pemenggalan Kata, Pedoman Pengindonesiaan Istilah Asing, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, dan
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pedoman-pedoman tersebut merupakan panduan untuk menggunakan
bahasa Indonesia yang benar, yaitu bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah yang telah dibakukan.
Dengan demikian, dalam ragam ilmiah penggunaan bahasa harus mengacu pada pedoman-pedoman
tersebut, yang meliputi aspek ejaan, diksi, kalimat, paragraf, sampai dengan penulisan hal-hal teknik
seperti kutipan dan daftar pustaka.

2. Mengikuti sistematika yang sudah ditentukan

Sistematika masing-masing bentuk karya ilmiah sudah baku. Secara umum karya ilmiah terbagi menjadi
tiga bagian, yaitu bagian pengenalan, bagian isi dan bagian penutup. Rincian masing-masing bagian
tersebut disesuaikan dengan bentuk atau jenis karya ilmiah. Dengan konsistensi seperti inilah kita akan
dengan mudah membedakan mana artikel ilmiah konseptual, mana makalah, dan mana laporan
penelitian.

3. Bersifat proporsional

Bersifat proporsional artinya besaran bagian yang satu dan yang lain harus sesuai dengan ketentuan.
Orang sering mengibaratkan karya ilmiah itu sebagai tubuh manusia yang terdiri atas bagian kepala,
tubuh, dan kaki. Tentu orang akan dengan mudah mengatakan tidak proporsional apabila kepala yang
kita miliki ternyata lebih besar daripada badan kita. Demikian halnya dengan karya ilmiah.

4. Memiliki acuan yang jelas

Salah satu perbedaan konkret antara karya ilmiah dan karya nonilmiah adalah adanya acuan yang jelas.
Acuan ini pada akhirnya dituliskan dalam bentuk kutipan dan daftar pustaka. Dengan demikian, semakin
baru dan semakin tinggi bobot pustaka yang kita acu, akan semakin berbobot pula tulisan yang kita buat.

5. Bersifat konsisten
Sistematika karya ilmiah ada beberapa macam. Kita boleh memilih salah satunya dengan alasan
tertentu, misalnya gaya selingkung. Namun, ketika kita sudah menetapkan satu bentuk sistematika, kita
harus konsisten sampai akhir tulisan. Demikian juga dengan istilah-istilah khusus. Kalau dalam tulisan
yang kita buat kita menyebut diri sebagai penulis, sampai akhir tulisan kita tetap menjadi penulis, bukan
peneliti, apalagi penyusun. Inilah disebut dengan konsisten.

D. Unsur Kebahasaan Dalam Karya Ilmiah

1. Diksi

Diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam menulis atau
berbicara. Penulis atau pembicara memiliki ribuan kata dan istilah sebagai kekeyaan bahasa. Semakin
tinggi tingkat pendidikan, semakin luas lingkungan pergaulan, dan semakin banyak pengalaman hidup,
semakin banyak pula kekayaan kosakatanya. Agar komunikasi itu efektif dan efisien, maka seorang
penulis perlu berhat-hati dalam memilih kata, sehingga pembaca mampu mencerna kata atau rangkaian
kata yang digunakan penulis untuk mengungkapkan gagasannya. Dalam memilih kata ini, seorang
penulis harus memperhatikan hal-hal yang menjadi syarat dari diksi, syarat-syarat itu ialah :

a. Ketepatan

Ketepatan dimaksudkan sebagai pemilihan kata yang dapat mewakili gagasan penulis dengan benar,
sehingga tidak terjadi perbedaan tafsir antara penulis dengan pembaca.

b. Kesesuaian

Kesesuain diartikan sebagai pilihan kata yang cocok dengan konteks, seperti situasi pemakaian, sasaran
penulis, dan lain-lain.

Contoh :

Kata Kamu, Anda,dan Saudara, merupakan kata-kata yang bersinonim, yaitu kata yang digunakan untuk
menyebut lawan bicara, tetapi bukanlah sinonim mutlak. Nilai-nilai sosial menjadikan ketiga kata itu
memiliki nuansa yang berbeda.

Seperti :

Saya sama besar dengan kamu

Saya sama besar dengan anda

Saya sama besar dengan saudara


2. Kalimat Efektif

Menurut Razak, kalimat efektif adalah kalimat yang mampu mengekspresikan kejiwaan dengan manusia
lainnya, dan hanya kalimat yang berdaya gunalah yang diklasifikasikan kepada kalimat efektif.
Sedangkan menurut Zulfahmi, kalimat efektif adalah kalimat yang mampu mengantarkan isi dan tujuan
komunikasi dengan baik. Untuk mengungkapkan atau mengkomunikasikan gagasan pengarang maka
diperlukan kalimat yang baik. Pernyataan diatas mengisyaratkan bahwa kalimat merupakan media yang
menampung gagasan pengarang. Dalam formulasi lain, kalimat dapat didefenisikan sebagai wujud dari
perasaan, sikap, dan pikiran si pengarang yang akan dikomunikasikan dalam bentuk bahasa tulis.

Sehubungan dengan itu, Keraf menegaskan bahwa seorang pengarang perlu menguasai beberapa aspek
bahasa, antara lain :

a. Kosa kata yang digunakan

b. Kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu secara aktif

c. Gaya penyampaian

d. Penalaran

Penguasaan terhadap keempat aspek tersebutlah yang memungkinkan seorang pengarang mampu
menuangkan ide kedalam bentuk kalimat yang dapat mewakili gagasannya dengan tepat dan mampu
menarik perhatian pembaca. Kalimat yang seperti itulah yang dapat diklasifikasikan kepada kalimat yang
efektif.

3. Paragraf

a. Pengertian

Paragraf disebut juga alenia. Diserap dari bahasa Inggris paragraph,sedangkan alenia diserap dari bahasa
Belanda yang berarti mulai dari baris baru. Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan
suatu gagasan atau topik. Paragraf merupakan perpaduan kalimat-kalimat yang memperlihatkan
kesatuan pikiran atau kalimat-kalimat yang berkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut.

b. Syarat paragraf yang baik

1) Kesatuan

Kalimat-kalimat yang membentuk paragaraf perlu ditata secara cermat agar tidak ada kalimat yang
menyimpang dari pokok pikiran.

2) Kepaduan

Kepaduan paragraf dapat dilihat dari penyusunan kalimat secara logis dan ungkapan-ungkapan pengait
dalam kalimat.
3) Isi yang memadai

Sebuah paragraf dikatakan memiliki isi yang baik jika memiliki sejumlah rincian yang terpilih sebagai
pendukung pokok pikiran paragraf.

E. Ciri-Ciri Struktur Karya Ilmiah

Struktur karangan merupakan bagian-bagian karangan, bentuk bentuk karangan, atau ourganisasi
karangan. Struktur karya ilmiah terdiri dari tiga bagian yakni bagian pendahulu, isi karangan , bagian
penutup (Syafi’ie,1988). Sejalan dengan pendapat ini diungkapkan pula oleh Warriner (1958:225) bahwa
bagian-bagian karya adalah bagian pendahuluan, isi dan penutup. Selain bagian-bagian tersebut,
Weaver (1968:281-286) menyatakan terdapat pula bagian referensial, direct quotation, bagian
footnote, dan bibliografi sebagai ciri-ciri karya ilmuah. Bagian ini merupakan bagian yang tidak
terpisahkan sebagai orgenisasi karya ilmiah.

1. Bagian Pendahuluan Karya Ilmiah

Bagian pendahulu menyajikan latar belakang masalah penulisan atau kajian, diikuti oleh oleh bagian
permasalahan atau rumusan masalah, dan menyajikan maksud dan tujuan kajian atau penulisan. Bagian
pendahuluan merupakan bagian yang menjadi entry point bagi pembaca karya ilmiah sehingga harus
disajikan secara baik untuk memikat pembaca dalam memahami kedudukan gagasan yang diusung
dalam karya ilmiah. Warriner (1958:226) menyatakan bahwa bagian pendahuluan seharusnya dibuat
menarik dan menyatakan maksud menulis. Hal ini berarti bahwa pada bagian awal perlu diungkapkan
permasalahan dan latar belakang masalah dari suatu pemikiran yang diungkapkan dalam karya
ilmiah.Sejalan dengan Warriner, Syafi’ie (1988:87) juga menyatakan bahwa bagian pendahuluan juga
mengungkapkan pokok permasalahan yang disajikan, pengetahuan dan sikap penulis terhadap pokok
karya ilmiah serta pemasalahan yang diungkapkan didalamnya. Bagian pendahuluan ini mempunyai
fungsi sebagai bagian untuk mempersiapkan pembaca dalam memahami isi karya ilmiah.

2. Bagian Isi Karya Ilmiah

Bagian isi karya Ilmiah merupakan pernyataan dan pengembangan gagasan utama (Warriner, 1958:227).
Bagian ini merupakan bagian karya ilmiah yang sesungguhnya karena selain berisi uraian pengembangan
gagasan utama, juga berisi pemecahan masalah yang diungkapkan pada bagian pendahuluan karya
ilmiah. Bagian isi karya ilmiah menurut Syafi’ie (1988:88) merupakan bagian pembahasan tentang
perihal pokok karya ilmiah dan permasalahannya dengan sistematika yang didasarkan pada
kompleksitas suatu masalah yang disajikan.

Bagian isi karangan biasanya berupa uraian pengambangan gagasan utama atau uraian masalah, sajian
pengertian atau definisi, sajian fakta sebagai titik tolak pembahasan, teori-teori yang berkaitan sebagai
rujukan, pembahasan masalah dengan teori dan fakta, serta berupa pemecahan masalah. Oleh karena
itu, bagian isi karya ilmiah biasanya lebih banyak daripada bagian lainnya, karena membahas
permasalahan yang dihubungkan dengan fakta, teori, dan pembahasan sebagai konfimasi yang
dilakukan oleh penulis. Pembahasan permasalahan dapat dilakukan dengan menetapkan batasan-
batasan atas pengertian atau definisi kemudian mengaitkan antara teori dan fakta dengan masalah,
sehingga diperlukan bagian bagian yang mengupas persoalan tersebut sebelum dilakukan pembahasan
masalah.

3. Bagian Penutup Karya Ilmiah

Bagian akhir atau penutup merupakan bagian simpulan yang memagut gagasan utama yang dituangkan
dalam isi karangan (Warriner,1958). Bagian penutup disebut sebagai simpulan, sehingga bagian ini
tertuang simpul argumen yang disajikan penulis karya ilmiah. lebih jauh Warriner menyatakan bahwa
bagian simpulan dapat pula berupa ringkasan dari solusi yang diuraikan dalam bagian isi karangan.
Bagian penutup merupakan bagian simpulan atau jawaban atas masalah yang disertai saran atau
rekomendasi dari hasil pembahasan. Bagian simpulan bukanlah bagian yang mengungkapkan peraturan-
peraturan atau kaidah-kaidah, melainkan merupakan bentuk ringkas dari bagian utama argumen karya
ilmiah yang menghubungkan masalah dan pemecahannya, sehingga terjalin tautan antara argumen yang
disajikan teori atau fakta sebagai suatu temuan atau solusi dari permasalahan.

4. Stuktur Pelengkap Karya Ilmiah

Selain struktur utama karya ilmiah sebgaimana yang telah diungkapkan di atas, terdapat pula bagian
pelengkap karya ilmiah, misalnya referensi. Bagian ini merupakan bagian yang mengungkapkan
keterhubungan antara argumen yang disajikan dengan argumen llain sebagai dasar bagi penguatan
argumen yang diusung penulis dalam karya ilmiah. Bagian pelengkap memilki peranan sebagai penguat
gagasan yang disajikan penulis. Pendapat lain megungkapkan bahwa unsur-unsur atau bagian pelengkap
karya tulis terdiri atas: judul dan halaman judul, daftar isi, pendahuluan umum, tubuh uraian, ucapan
terima kasih, pengakuan meminjam material, daftar pustaka, dan lampiran (Brotowidjojo,1993:99-120).

a. Bagian Rujukan dalam Karya Tulis

Bagian ini merupakan indikator kekuatan pengarang dalam menguasai pokok permasalahan
dihubungkan dengan teori atau konsep yang dijadikan rujukan. Bagian ini sebagai penguat argumen
yang disajikan penulis dalam karya ilmiah. Penggunaan bagian referensi ini disajikan sesuai dengan
ketentuan sikap ilmiah seorang penulis karya ilmiah yang disajikannya. Penggunaan bagian rujukan ini
dilakukan dengan menggunakan acuan kepustakaan (rujukan kepustakaan) atau yang sering
disebut Harvard System yang artinya setiap menggunakan rujukan bagi penguat argumen keilmuan
dicantumkan nama akhir pengarang disertai dengan tahun penerbitan dan halaman yang dirujuk.

Secara umum penulisan rujukan dalam karya ilmiah dapat dilakukan dengan cara mengutip atau
mengacu pada suatu referensi. Penyajian rujukan yang dilakukan dengan cara mengutip jika kata-kata
atau kalimat yang digunakan sebagai rujukan merupakan pernyataan yang terdapat dalam sumber
rujukan, sekalipun telah dialihbahasakan. Penyajian rujukan dengan cara mengacu jika sumber kutipan
tersebut dijadikan sebagai acuan bagi rangkaian argumen dalam karya ilmiah, sehingga penulis dapat
mengolah rujukan tersebut dengan menggunakan bahasa penulis dan dapat menderetkan beberapa
sumber rujukan yang memiliki konsep atau teori yang sejalan.
Pola kedua jenis rujukan ini mempunyai perbedaan dalam cara penulisan :

1) Penyajian rujukan dengan cara mengutip (kutipan langsung)

Kutipan kurang dari empat baris ditulis diantara tanda petik (“...”) sebagai baguan terpadu dalam teks
utama, dan disertai nama pengarang, tahun dan nomor halaman. Nama pengarang dapat ditulis secara
terpadu dalam teks atau menjadi satu dengan thun dan nomor halaman di dalam kurung. Jika ada tanda
petik dalam kutipan, digunakan tanda petik tunggal (‘...’).

Contoh :

Soebronto (1990:123) menyimpulkan “ada hubungan erat antara faktor sosial ekonomi dan kemajuan
belajar”. (Nama pengarang disebut dalam teks secara terpadu)

Simpulan dalam penelitian tersebut adalah “ada hubungan erat antara faktor sosial ekonomi dan
kemajuan belajar” (Soebronto 1990:123). (Nama pengarang disebut bersama dengan tahun penerbitan
dan nomor halaman)

Simpulan dari penelitian tersebut adalah “terdapat kecenderungan semakin banyak ‘campur tangan’
pimpinan perusahaan semakin rendah tingkat partisipasi karya ilmiahwan di daerah perkotaan”
(Soewignyo 1991:101).

Kutipan lebih dari empat baris ditulis tanpa tanda petik pada baris baru, terpish dari teks yang
mendahului, dimulai pada karakter keenam dari garis tepi kiri, dan diketik dengan spasi tunggal. Jika
dalam kutipan terdapat paragraf baru, garis barunya dimulai dengan mengosongkan lima karakter lagi
dari tepi garis teks kutipan.

Contoh :

Suyatno (1998:202) menyimpulkan

Alih latihan memungkinkan mahasiswa memanfaatkan apa yang didapatkan dalam PBM untuk
memecahkan persoalan nyata dalam kehidupan. Kemampuan tranfer telah dimiliki oleh mahasiswa jika
mahasiswa itu mampu menerapkan pengetahuan, keterampilan, informasi, dan sebagainya sebagai hasil
belajar pada latar yang berbeda (kelas, labotarium, simulasi, dan sejenisnya) ke latar nyata yaitu
kehidupan nyata dalam masyarakat. Jika kemampuan ini dapat dibekalkan kepada mahasiswa, mereka
akan memilki wawasan pencipta kerja setelah lulus dari perguruan tinggi.

Apabila dalam mengutip langsung ada kata-kata dan kalimat yang dibuang, kata-kata yang dibuang
diganti dengan tiga titik, jika kalimat yang dibuang diganti dengan empat titik.

Contoh :

“Semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah ... diharapkan sudah melaksanakan
kurikulum baru” (Manan 1995:278). (Dalam kutipan ada kata-kata yang dibuang)
“Gerak manipulatif adalah keterampilan yang memerlukan koordinasi antara lain mata, tangan, atau
bagian tubuh lain .... Yang termasuk gerak manipulatif antara lain menangkap bola, menendang bola,
dan menggambar” (Asim 1995:315). (Dalam kutipan ada kalimat yang dibuang)

2) Penyajian rujukan dengan cara mengacu (kutipan tidak langsung)

Penyajian rujukan dengan cara mengacu ditulis tanpa tanda petik dan terpadu dalam teks. Nama
pengarang bahan kutipan dapat disebut terpadu dalam teks atau disebut dalam tanda kurung bersama
tahun penerbitannya. Jika rujukan bagian tertentu, nomor halaman disebutkan. Jika buku dirujuk secara
keseluruhan atau yang dirujuk terlalu banyak atau meloncat-loncat, nomor halaman boleh tidak
dicantumkan.

Contoh :

Salimin (1990:13) tidak menduga bahwa mahasiswa tahun ketiga lebih daripada mahasiswa tahun
keempat. (Nama pengarang disebut terpadu dalam teks dengan pencantuman nomor halaman.)

Dalam buku tata bahasa lama, seperti buku Prijohoetomo (1937) belum dikenal istilah transposisi.
(Nama pengarang disebut terpadu dalam teks tanpa pencantuman nomor halaman)

b. Bagian Daftar Pustaka

Daftar pustaka merupakan daftar sumber informasi, baik berupa sumber yang dikutip, diacu, atau
sumber-sumber yang memilki relevansi dengan poko pembahasan karangan ilmiah. Pencantuman
sumber rujukan dalam karya ilmiah merupakan suatu ketentuan umum dalam karya ilmiah sebagai
suatu etika kepenulisan. Ketentuan penulisan daftar pustaka merupakan konvensi keilmuan dalam
menunjukan sikap ilmiah. Ketentuan tersebut sebagai berikut:

1) Penempatan daftar pustaka adalah bagian akhir karya ilmiah, setelah bagian simpulan atau
penutup karya ilmiah, tetapi sebelum bagian lampiran;

2) Diurutkan secara alfabetis, dari susunan nama pengarang yang telah disusun sesuai ketentuan the
last name first . Namun, jika penulis sumber kepustakaan tersebut dua orang, maka nama orang kedua
yang dihubungkan dengan kata sambung “dan” tidak perlu mengikuti ketentuan penulisan nama.

3) Penulisan satu sumber kepustakaan menggunakan satu spasi, sedangkan jarak spasi antara satu
sumber pustaka dengan pustaka lainnya adalah dua spasi.

4) Penulisan sumber rujukan bercetak miring atau digarisbawahi (jika menulis menggunakan mesin
tik) hanya untuk judul buku, nama jurnal, majalah,surat kabar

5) Jika sumber kepustakaan tidak diketahui penulisnya, maka susunan pertama pencantuman pustaka
tersebut adalah institusi yang bertanggung jawab terhadap penerbitan tersebut atau nama penerbit,
kemudian diikuti dengan susunan lainnya.

Contoh penulisan daftar pustaka sebagai berikut :


1) Rujukan dari buku

Dekker, N. 1992.Pancasila sebagai Ideologi Bangsa:Dari Pilihan Satu-satunya ke Satu-satunya


Asas.Malang:FPIPS IKIP Malang.

2) Rujukan dari beberapa buku dengan pengarang yang sama

Effendi, Oesmn. 1957a. Tanja Djawab tentang Kalimat-Kalimat Indonesia. Djakarta:Pustaka Rakyat.

---- 1957b. Tanja Djawab tentang Kata-Kata Indonesia. Djakarta:Pustaka Rakyat.

3) Rujukan dari buku berisi kumpulan karya ilmiah karya ilmiah yang ada editor

Dardjowodjojo, Soenjono. (Ed.) 1988. PELLBA 1:Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya
Pertama.Jakarta:Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya.

4) Rujukan dari karya ilmiah pada kumpulan karya ilmiah yang ada editor

Hasan, M.Z. 1990. Karakteristik Penelitian Kualitatif. Dalam Aminuddin (Ed.). Pengembangan Penelitian
Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra.Hlm.12-25. Malang:HISKI Komisariat Malang dan YA3.

5) Rujukan dari karya ilmiah jurnal

Hanafi, A.1989. Partisipasi dalam Siaran Pedesaan dan Pengadopsian Inovasi. Forun Penelitian I. 1:3-47.

6) Rujukan dari koran tanpa nama pengarang

Jawa Pos.1995.Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri.IV.2.22 Juni.Hlm.3.

7) Rujukan dokumen pemerintah yang diterbitkan oleh suatu penerbit tanpa pengarang dan tanpa
lembaga

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990.
Jakarta:Diperbanyak oleh PT. Armas Duta Jaya.

8) Rujukan dari lembaga atas nama lembaga

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penilisan Laporan


Penelitian. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

9) Rujukan buku terjemahan

Robins, R.H. 1995. Sejarah Singkat Linguistik. Edisi ke-3. Terjemahan Asril Marjohan. Bandung: Penerbit
ITB.
10) Rujukan skripsi, tesis, desertasi, laporan penelitian

Pangaribuan, T. 1992. Perkembangan Kompetensi Kewacanaan Pembelajaran Bahasa Inggris di


LPTK.Disertasi IKIP Malang.

11) Rujukan makalah

Huda, N.1991. Penulisan Laporan Penelitian untuk Jurnal. Makalah disajikan dalam Lokakarya Ilmiah
Penelitian Tingkat Dasar bagi Dosen PTN dan PTS di Malanng Angkatan XIV, Pusat Penelitian IKIP
Malang, Malang,12 Juli.

12) Rujukan dari media elektronik

Davis, Phil.1996. Informasi Literacy: From Theory and Research to Developing an Instructional
Model. [On-Line].Tersedia: http://www.mannlib.cornell.edu/~pmd8/ literacy/assembly.html.[4 Februari
2001]

BAB III

PENUTUP

Simpulan

1. Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum yang dapat
dibuktikan kebenarannya, disajikan menurut metodologi penulisan yang baik dan benar, serta
menggunakan bahasa ragam ilmiah.

2. Karakteristik Berdasarkan Isi Penulisan Karya Ilmiah

a. Berisi fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya.

b. Didukung oleh teori yang ada.

c. Tidak bersifat emosional.

3. Karakteristik Berdasarkan Teknik Penulisan Karya Ilmiah


a. Menggunakan ragam bahasa ilmiah

b. Mengikuti sistematika yang sudah ditentukan

c. Bersifat proporsional

d. Memiliki acuan yang jelas

e. Bersifat konsisten

4. Unsur Kebahasaan Dalam Karya Ilmiah

a. Diksi

b. Kalimat Efektif

c. Paragraf

5. Ciri-Ciri Struktur Karya Ilmiah

a. Bagian Pendahuluan Karya Ilmiah

b. Bagian Isi Karya Ilmiah

c. Bagian Penutup Karya Ilmiah

d. Stuktur Pelengkap Karya Ilmiah

1) Bagian Rujukan dalam Karya Tulis

2) Bagian Daftar Pustaka

B. Saran

1. Karya ilmiah sebaiknya juga ditulis secara jujur, berdasarkan fakta dan temuan ilmiah bukan
berdasarkan dugaan maupun karangan semata yang mengandung tujuan membujuk atau menekan
orang lain untuk mempercayai suatu teori.

2. Dalam menulis karya ilmiah, sebaiknya mengikuti kaidah baku yang berlaku baik dari segiam isi
maupun sistematika penulisan sehingga kualitas keilmiahan suatu karya terjin.

3. Karya ilmiah memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan karya nonilmiah. Oleh
karena itu, sebaiknya gunakan pedoman berdasarkan karakteristik tersebut ketika hendak membuat
karya ilmiah maupun untuk membedakan karya ilmiah dengan nonilmiah.
DAFTAR PUSTAKA

Doyin, Mukh dan Wagiran. 2009. Bahasa Indonesia Pengantar Penulisan Karya Ilmiah. Semarang : Pusat
Pengembangan MKU/MKDK-LP3 UNNES.

Kusmana, Suherli. 2009. Merancang Karya tulis Ilmiah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Wardhani, I.G.A.K., dkk. 2011. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Universitas Terbuka

Prima, Husnal. 2011. Diksi dan Penggunaan Bahasa Efektif dalam Karya

Ilmiah.[tersedia] http://rangkumanpembelajaran.blogspot.com/ (9 Maret

2014)

Anda mungkin juga menyukai