Anda di halaman 1dari 23

APLIKASI STATISTIK MAXWELL BOLTZMAN UNTUK

KAPASITAS PANAS SPESIFIK PADA GAS HIDROGEN

Abstrak

Dalam artikel ini telah dijelaskan tentang kapasitas panas Maxwell-


Bolzmann. Pertama, akan dijelaskan tentang pengertian kapasitas panas pada gas
Hidrogen (Diatomik). Selanjutnya, dibahas tentang kapasitas panas pada gas
Hidrogen (Diatomik).

Kata kunci: kapasitas panas Maxwell-Bolzmann, Gas Hidrogen (Diatomik).

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika Statistik berasal dari dua kata yakni fisika dan statistik. Dari
asal kata ini dapat kita ketahui, bahwa mempelajari fisika statistik berarti
kita mempelajari fisika dengan denggunakan metoda-metoda statistik.
Secara lebih lengkap fisika statistik merupakan cabang ilmu
fisika yang mempelajari sistem banyak partikel dari segi pandang statistik
pada besaran mikroskopik untuk menjelaskan besaran makroskopik
(khususnya energi) berdasarkan mekanika klasik dan kuantum.
Statistik yang digunakan dalam fisika statistik adalah statistik
Maxwell Boltzman, statistik Bose-einstein, dan statistik fermi Dirac.
Statistik-statistik ini dipelajari untuk menjelaskan berbagai fenomena yang
terjadi dalam kehidupan. Sebagai mahasiswa fisika, hendaklah kita
memahami aplikasi-aplikasi dari statistik-statistik ini. oleh karena itu,
penulis menyajikan makalah tentang aplikasi-aplikasi statistik sebagai salah
satu sarana untuk memahami konsep dari aplikasi statistik.
Makalah ini tentang kapasitas panas spesifik pada gas Hidrogen.
Statistika Maxwell Bolzman sering digambarkan sebagai statistika bagi
zarah klasik “ terbedakan”. Sistem zarah klasik terbedakan merupakan
system zarah yang konfigurasinya berbeda ketika dua atau lebih zarah
dipertukarkan. Dengan kata lain, konfigurasi zarah A di dalam keadaan 1
dan zarah B didalam keadaan 2 berbeda dengan konfigurasi ketika zarah B
berada dalam keadaan 1 sedangkan zarah A dalam keadaan 2.

Ketika gagasan diatas diimplementasikan akan dihasilkan distribusi


(Bolzmann) biasa bagi zarah dalam berbagai tingkat energy. Secara khusus,
statistika Maxwell Bolzmann berguna untuk mempelajari berbagai sifat gas
dalam zarah tersebut.

2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan kapasitas panas spesifik pada gas
Hidrogen?
2. Bagaimana cara menentukan kapasitas panas spesifik pada gas
Hidrogen?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Memahami konsep kapasitas panas spesifik pada gas Hidrogen
2. Menentukan kapasitas panas spesifik pada gas Hidrogen (diatomic)

3
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Kapasitas Panas Spesifik pada Gas Hidrogen

Hidrogen merupakan molekul yang hanya terdiri dari dua atom. Hidrogen
ialah unsur yang termasuk dalam bentuk molekul diatomik. Kedua atom tersebut
dapat berupa unsur yang sama maupun berbeda. Awalan di- pada kata diatomik
berasal dari bahasa Yunani yang artinya dua. Unsur- unsur yang ditemukan dalam
bentuk molekul diatomik selain Hidrogen (H2) ialah Nitrogen (N2), Oksigen(O2)
dan lainnya. Perlu diperhatikan pula bahwa terdapat pula molekul diatomik lainya
yang dapat terbentuk misalnya logam yang dipanaskan sampai menjadi gas. Selain
itu banyak molekul diatomik tidak stabil dan sangat reaktif, contohnya: Difosfor.
Adapun diatomik memiliki sifat yaitu ikatan ion terdiri dari dua atom, bentuk
struktur molekulnya seperti dumbell, dan mempunyai energi kinetik translasi, rotasi
dan vibrasi.

Kapasitas panas spesifik adalah jumlah panas/ kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu massa/unit dengan satu derajat (1oc) dengan satuan J/KgK.
Sehingga kapasitas panas spesifik dari gas Hidrogen (diatomic) adalah
menggambarkan molekul-molekul sebagai dumbell seperti struktur yang tersusun
atas dua atom yang mempunyai pemisahasan terbatas.

B. Kapasitas panas Spesifik dari gas hydrogen (diatomik)

Teori dari gas ideal monoatomik sebagaimana yang diberikan sebelumnya


memperlihatkan nilai dari 𝑐𝑣 adalah sama dengan 3𝑅⁄2 . Persetujuan ini sesuai
dengan eksperimen untuk gas-gas monoatomik yang melebihi luas rentangan dari
suhu. Selanjutnya, kita mempertimbangkan gas yang terdiri atas molekul-molekul
yang poliatomik. Jika energi dari molekul tidak tergantung pada ruang korordinat
x, y, dan z pada pusat masanya, dan jika tidak ada energi potensial bersama antara
molekul-molekul, fungsi partisi akan dibandingkan secara langsung untuk 𝑉

4
sebagaimana diberikan pada persamaan untuk gas monoatomik. Fungsi Helmholtz
𝐹 = −𝑁𝑘𝑇 ln 𝑍 , mempunyai ketergantungan yang sama pada 𝑉 sama seperti
halnya untuk sebuah gas monoatomik, dan gas memilki persamaan yang sama
untuk tingkatannya, 𝑝 = 𝑛𝑅𝑇⁄𝑉 .

Kapasitas panas spesifik, bagaimanapun akan berbeda dengan gas


monoatomik karena sebuah molekul poliatomik akan mempunyai “energi internal”
dari dirinya sendiri, membentuk energi rotasi, getaran, dan eksitasi elektronik.Teori
klasik dari kapasitas panas spesifik dari gas diatomik, menggambarkan molekul-
molekul sebagai dumbell seperti struktur yang tersusun atas dua atom yang
mempunyai pemisahasan terbatas. Masing-masing tiga derajat kebebasan translasi
1
dari pusat massa berarti energi 𝑘𝑇, ini hanya untuk gas monoatomik. Karena
2

energi kinetik dari rotasi bergantung pada kuadrat dari kecepatan sudut, prinsip dari
aplikasi partisi untuk rotasi , energi 𝑘𝑇 untuk setiap derajat kebebasan rotasi.
Pertimbangan molekul-molekul seperti osilator harmonik sederhana untuk energi
yang berkaitan dengan getaran adalah
1 1
𝑘𝑇 (2 𝑘𝑇 untuk energi kinetik , 2 𝑘𝑇 untuk energi potensial). Ini berarti bahwa
1
energi dari sebuah molekul adalah 2 𝑘𝑇 untuk translasi, kT untuk rotasi, dan kT

untuk getaran.

Dimana total energi internal , U dari N molekul adalah :

𝑈 = 𝑈𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 + 𝑈𝑟𝑜𝑡 + 𝑈𝑣𝑖𝑏

3
= 𝑁𝑘𝑇 + 𝑁𝑘𝑇 + 𝑁𝑘𝑇
2

3
𝑈= 𝑛𝑅𝑇 + 𝑛𝑅𝑇 + 𝑛𝑅𝑇
2

Energi internal spesifik molal, adalah :

𝑈 3
𝑢= = 𝑅𝑇 + 𝑅𝑇 + 𝑅𝑇
𝑛 2

5
Oleh sebab itu,

𝜕𝑢 3 7
𝑐𝑣 = ( ) = 𝑅 + 𝑅 + 𝑅 = 𝑅
𝜕𝑇 2 2

= (𝑐𝑣 )𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 + (𝑐𝑣 )𝑟𝑜𝑡 + (𝑐𝑣 )𝑣𝑖𝑏 (1)

Teori di atas tidak sesuai dengan persetujuan dan percobaan. Grafik 1 adalah nilai
𝐶𝑣
percobaan untuk hidrogen sebagai fungsi dari suhu. Pada suhu yang sangat
𝑅
𝐶𝑣 3
rendah, sama dengan 2 , nilai untuk gas monoatomik. Saat suhu dinaikkan 𝑐𝑣 naik
𝑅
𝑐
dan melebihi suhu kamar 𝑣⁄𝑅 yaitu sekitar 5⁄2. Hanya saat suhu pada keadaan
𝑐
yang sangat tinggi 𝑣⁄𝑅mendekati 7⁄2, nilainya diprediksi dari persamaan (1).

Gambar 1. nilai eksperimental dariCv/R untuk hidrogen sebagai


fungsi dari suhu yang diplot pada skala logaritmik

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, di dapatkan grafik yang


menunjukkan nilai dari hidrogen. Dalam rentangan dari 50 K sampai 250 K, suhu
T adalah urutan yang berjarak dari 6 dan tingkat rotasi dari energi tertinggi mulai
ditempati. Di atas kisaran 250 K , molekul berperilaku seperti rotator klasik dan
memberikan kontribusi R dengan kapasitas panas spesifik, yang dalam kisaran ini
sama dengan 5Rf 2. Mulai dari 500 K, beberapa molekul pindah ke tingkat energi
getaran yang lebih tinggi dan c. Mendekati nilai klasik membatasi dari 7R/2.

6
Penjelasan yang pertama kali mengenai variasi dari 𝑐𝑣 dengan suhu
dijelaskan oleh Einstein pada tahun 1907, dengan menggunakan konsep dari
kuantisasi energi yang telah diusulkan oleh Planck sebelumnya, untuk menghitung
distribusi energi dalam spektrum yang memancarkan radiasi dari benda hitam.
Prinsip dari mekanika kuantum membatasi energi rotasi atau vibrasi molekul ,
dalam aturan penempatan hanya satu dari nilai diskrit. Oleh karena itu , energi tidak
dapat diperlihatkan sebagai fungsi kontinu pada jarak koordinat tingkat molekul.
Berdasarkan mekanika kuantum, energi rotasi molekul hanya terdapat satu pada
sebuah keaadan dari nilai yang diberikan oleh :

ℎ2
ѡ𝑟𝑜𝑡 = 𝑛(𝑛 + 1) 8𝜋2 𝐼 (2)

Persamaan Schrodinger untuk osilator harmonik diuraikan sebagai berikut.

2 d 2
  V  E
2m dx 2
2 d 2 1
 2
 m 2 x 2  E
2m dx 2

Persamaan di atas kemudian diolah dengan kuantitas tak berdimensi

m
y x

2E

 dan

Sehingga persamaan Schrodinger untuk osilator harmonis adalah sebagai


berikut.

d 2
2
 
   y2   0
dy

7
Setelah persamaan tersebut diolah lebih lanjut, maka akan menghasilkan
 y2
 ( y )  Ae 2
dengan A konstan. Solusi persamaan ini dapat dituliskan dalam
y2

bentuk  ( y)  h( y)e
2
sehingga akan di dapatkan pola h(y) seperti berikut

dh
h'  2
h' '2 yh'(  1)h  0 dimana dy dan h' '  d h
dy 2

Dengan menggunakan metode deret ;


h( y )   a m y m
m 0

 
h' ( y )   mam y m 1   mam y m 1
m 1 m 0

 
h' ' ( y )   m(m  1)a m y m 1   (m  2)( m  2  1)a m  2 y m  2  2
m2 m 0


h' '   (m  2)( m  1)a m  2 y m
m 0

Substitusi kan persamaan diatas ke persamaan h'' - 2yh' + (𝜀 -1)h = 0

 m  2m  1a


m0
m 1  2m  1   a m y m  0

Persamaan mirip seperti ym memberikan hubungan perulangan

2m  1  
a m2  am
(m  2)( m  1)

Untuk m yang besar maka perulanganya akan berbentuk

2
a m2  am
m

8

a
m 0
m ym
Sehingga rasio perbandingan untuk deret h(y) = untuk m yang besar akan
berbentuk

m2
a m2 y 2m  1   2y2
 y
am y m (m  2)( m  1) m


h( y )   a m y m  e y
m 0
 y2 y2
  
 ( y )  h( y )e 2
   a m y m e 2

 m 0 
y2
 ( y)  e e y2 2

Untuk y 
  fungsi gelombang tidak ternormalisasi

a m 2  a n 2  0

Persamaan di atas digunakan bersama-sama dengan persamaan rekusi memberikan


hasil.

2m  1    2n  1    0
dengan
2E
  2n  1

atau

 1
wvib   n  
 2

1
ѡ𝑣𝑖𝑏 = (𝑛 + 2) ℎ𝑓 (3)

Pada persamaan ini, 𝑛 adalah sebuah bilangan bulat atau nol, ℎ adalah
konstanta yang disebut dengan konstanta Planck dan bernilai sama dengan
6.62377 x 10−34 Js, 𝐼 adalah momen inersia molekul sekitar pusat massanya, dan
𝑓 merupakan frekuensi getaran.

9
Untuk mendapatkan persamaan dimana molekul didistribusikan di antara
kemungkinan tingkat energi, terlebih dahulu kita harus mengevaluasi fungsi partisi
untuk rotasi dan juga getaran. Permasalahan ini sangat sederhana, sehingga kita
dapat menganggap bahwa :

ѡ𝑣𝑖𝑏
𝑍𝑣𝑖𝑏 = ∑ 𝑒𝑥𝑝 (− )
𝑘𝑇

1 𝜃𝑣𝑖𝑏
𝑍𝑣𝑖𝑏 = ∑𝑛=∞
𝑛=0 𝑒𝑥𝑝 − [(𝑛 + 2) ] (4)
𝑇

ℎ𝑓⁄
dimana 𝜃𝑣𝑖𝑏 adalah singkatan untuk 𝑘 dan memiliki dimensi dari suhu. Ini
disebut juga dengan karakteristik suhu untuk getaran. Frekuensi getaran 𝑓dari
molekul-molekul diatomik tidak berlaku pada daerah sinar infra red pada spektrum
elektromagnetik. Berikut ini adalah tabel dari karakteristik suhu untuk getaran dan
rotasi dari molekul-molekul diatomik.

Tabel 1. Karakteristik suhu untuk getaran dan rotasi dari molekul-molekul


diatomik

Substance  vib , 0 K  rot , 0 K


H2 6140 85.5
OH 5360 27.5
HCl 4300 15.3
CH 4100 20.7
CO 3120 2.77
NO 2740 2.47
O2 2260 2.09
Cl2 810 0.347
Br2 470 0.117
Na2 230 0.224
K2 140 0.081

10
Dengan mempelajari pemancaran atau penyerapan pada infra red maka dapat
menentukan 𝑓 dan karenanya karakteristik suhu 𝜃𝑣𝑖𝑏 , sebagian kecil di berikan
dalam tabel 1.

Disebabkan energi ѡ𝑣𝑖𝑏 bukanlah fungsi kontinue dari sebuah koordinat,


penjumlahan pada persamaan (4) dapat ditulis sebagai berikut :

𝜃𝑣𝑖𝑏 𝜃𝑣𝑖𝑏 2𝜃𝑣𝑖𝑏


𝑍 = 𝑒𝑥𝑝 (− ) [1 + exp (− ) + exp (− ) + ⋯]
2𝑇 𝑇 𝑇

𝜃𝑣𝑖𝑏 𝜃𝑣𝑖𝑏 𝜃𝑣𝑖𝑏 2


= 𝑒𝑥𝑝 (− ) [1 + exp (− ) + [𝑒𝑥𝑝 (− )] + ⋯]
2𝑇 𝑇 𝑇

tetapi

1
1 + 𝑥 + 𝑥2 + … =
1−𝑥

dan oleh sebab itu

𝜃𝑣𝑖𝑏
𝑒𝑥𝑝 (− )
2𝑇
𝑍𝑣𝑖𝑏 = 𝜃𝑣𝑖𝑏
1 − 𝑒𝑥𝑝 (− )
𝑇

Dari persamaan (14-22), jumlah dari partikel pada setiap tingkat energi adalah :

𝜃𝑣𝑖𝑏
1 − 𝑒𝑥𝑝 (− ) 1 𝜃𝑣𝑖𝑏
𝑇
𝑁𝑖 = 𝑁 𝜃𝑣𝑖𝑏
𝑒𝑥𝑝 [− (𝑛 + ) ]
𝑒𝑥𝑝 (− ) 2 𝑇
2𝑇

𝑛𝜃𝑣𝑖𝑏 𝜃𝑣𝑖𝑏
= 𝑁 exp (− ) [1 − 𝑒𝑥𝑝 (− )]
𝑇 𝑇

Untuk 𝑛 = 0, 1 , 2 , …. maka :

𝜃𝑣𝑖𝑏
𝑁0 = 𝑁 [1 − exp (− )]
𝑇

11
𝜃𝑣𝑖𝑏 𝜃𝑣𝑖𝑏
𝑁1 = 𝑁 𝑒𝑥𝑝 (− ) [1 − 𝑒𝑥𝑝 (− )]
𝑇 𝑇

  2 vib     
N 2  N exp  1  exp  vib  
 T   T 

Energi total pada saat suhu tertentu, diberikan oleh :

U   wi N i

Dengan menggunakan metode yang lain, kita bisa menentukan :

1 1 
U  Nk vib   
 2 exp( vib / T )  1 (5)

Energi ѡ̅ dari osilator tunggal yakni :

U 1 1 
w  k vib   
N  2 exp( vib / T )  1 (6)

T   vib
Saat suhu sangat rendah ketika , maka :

1
w  k vib / 2  hf
2

Saat suhu sangat tinggi dimana


T   vib , , maka :

exp( vib / T )  1  ( vib / T )


kemudian

1 T

exp  vib / T   1  vib

12
1
Oleh karena dari hipotesis ini adalah sangat luas, istilah 2 pada persamaan (6) dapat

diabaikan, dan :

w  kT

Dengan mengganti Nk dengan nR pada persamaan (5), maka kapasitas panas


spesifik dari getaran, adalah :

  exp  vib T 
2
 u 
cv vib     R vib 
 T  v  T  exp  vib / T   1
2
(7)

Saat 𝑇 ≪ 𝜃𝑣𝑖𝑏 mendekati nol, dan ketika T>> 𝜃𝑣𝑖𝑏 maka nilainya mendekati R,
nilai klasik.

Selanjutnya, pertimbangan mengenai rotasi dari molekul. Sebagai


alasannya bahwa banyak yang terlibat untuk mendeskripsikan secara detail,
mengevaluasi fungsi partisi untuk rotasi lebih lengkap secara matematika
dibandingkan dengan vibrasi.

Bagaimana pun kita bisa mengeluarkan aspek penting dari permasalahan. Bentuk
perumusan dari fungsi partisi, adalah :


exp  n(n  1)h 2 / 8 2 
 exp  n(n  1) rot / T  (8)

dimana karakteristik suhu untuk rotasi,


 rot , diberikan sebagai :

h2
 rot 
8 2 Ik

Bentuk kuantum klasik pada suhu besar dibandingkan dengan karakteristik suhu
digambarkan sebagai berikut.

13
Gambar 2. Energi vibrasi dan panas spesifik dari osilator harmonik

Banyak fitur penting dari teori umum yang telah terabaikan dari
penyelesaian masalah yang diberikan disini. Beberapa di antaranya, yaitu : (a)
perbedaan antara sifat dari molekul-molekul seperti 𝐻2 , yang atom-atomnya sama,
dan seperti NO yang tesusun tidak seperti atom, (b) degenerasi dari tingkat energi
rotasi sebagai hasil dari jarak dari kuantisasi, (c) energi yang berkaitan dengan
eksitasi elektronik pada suhu tinggi, (d) kopling antararotasi dan tingkat getaran,
faktanya bahwa getaran bukanlah harmonis sederhana. Bagaimana pun , teori yang
tepat tampaknya tak bisa dipungkiri rupanya bahwa kapasitas panas spesifik gas
dapat dihitung secara teoritis, dari optik pengukuran, lebih akurat dari pada yang
dapat diukur secara eksperimental dengan mengunakan teknik kalorimeter.

14
BAB III

PEMBAHASAN

Untuk memahami kapasitas panas gas hydrogen Maxwell-Bolzmann, perlu


dipahami terlebih dahulu tentang kapasitas panas. Kapasitas panas adalah sesuatu
yang mudah diukur secara langsung di laboratorium, dengan mempertimbangkan
semua derajat kebebasan partikel. kontribusi terhadap kapasitas panas masing-
masing derajat kebebasan pada partikel, dimulai dengan energi translasi. Yaitu

dengan: 3
C v( t )  Nk
2
Selanjutnya, dengan mempertimbangkan eksitasi elektron. Biasanya, keadaan
tereksitasi pertama akan memiliki energi yang berurutan 10 eV di atas keadaan
dasar. Populasi keadaan tereksitasi yang pertama, relatif terhadap keadaan dasar,
1
 1  0
e kT 
akan menjadi: 0
e kT

kT
e

dimana ε1 -ε0 ≈ 10 eV. Pada suhu kamar, T ≈ 300 K, dan kT ≈ 0,025 eV. Oleh
karena itu, keadaan tereksitasi pertama memiliki populasi sekitar e-400 ≈ 0 relatif
terhadap keadaan dasar.

untuk kontribusi vibrasi terhadap kapasitas panas dientukan dengan:


v
 v 
2

Nk   e T
C v(t )  T 
2
 Tv 
 e  1
 
 

Mempelajari perilaku kapasitas panas adalah salah satu cara untuk menentukan
nilai parameter θv untuk gas-gas tertentu. sangat jelas, ketika kita menghitung
kontribusi pada kapasitas panas dari berbagai tingkat kebebasan. Untuk saat ini,
nilai θv dari beberapa gas diatomic adalah lebih beberapa ribu kelvin, diantaranya:

Gas v
O2 2000 K
N2 3000 K
H2 6000 K

15
Ingatlah bahwa untuk T << v , tingkat energi tereksitasi pertama dari
osilator sangat signifikan di atas energi kT; Oleh karena itu, pada suhu kamar di
mana T  300 K, molekul gas diatomik paling banyak berada pada keadaan getaran
dasarnya. Pada suhu kamar, tingkat getaran kebebasan membuat sedikit kontribusi
terhadap kapasitas panas.

Untuk T >> v , kapasitas panas dari kumpulan osilator kuantum mendekati nilai
Nk. Namun, pada beberapa ribu kelvin, molekul banyak gas mulai terdisosiasi
menjadi atom individu. Ini berarti bahwa tingkat vibrasi kebebasan hanya memberi
kontribusi pada kapasitas panas pada rentang suhu yang relatif kecil.

Selanjutnya, mari kita pertimbangkan tingkat kebebasan rotasi. Dari teori kuantum,
kita mengetahui bahwa tingkat energi suatu sistem dengan momentum sudut orbital
diberikan oleh:

h2
  (  1)
2I

dimana  adalah bilangan bulat positif (  = 1,2,3 ...), dan I adalah momen inersia.

Kita juga tahu bahwa di dalam setiap tingkat energi, ada g = (2  + 1) keadaan yang
berbeda (dengan kata lain, tingkat energi memiliki degenerasi 2  + 1.) Dengan
demikian, fungsi partisi dapat ditulis
 r
   (  1)
Zr   ge kT
  (2  1)e T

 

dimana kita mendefinisikan parameter θr (dengan satuan suhu) sedemikian rupa


2
sehingga: kr 
2I

Seperti biasa, parameter θr mencirikan suhu di mana tingkat kebebasan mulai


memberi kontribusi pada kapasitas panas. Hal ini tergantung pada momen inersia
molekul. ini dapat diperkirakan dari model klasik, jika massa m1 dan m2 dan kuadrat
jarak r2 antara atom diketahui, maka:

m1m2 2
I r
m1  m2

16
Nilai θr untuk beberapa gas diatomic adalah:

Gas Θr
O2 2.1 K
N2 2.9 K
H2 85 K
HD 64 K

Nilai θr sangat rendah: biasanya (kecuali hidrogen) di bawah titik didih gas. Ini
adalah konsekuensi dari fakta bahwa energi rotasi cukup rendah, tentunya
dibandingkan dengan energi getaran. Biasanya, derajat kebebasan rotasi akan selalu
berkontribusi pada energi gas, dan karenanya kapasitas panasnya. Karena pada suhu
kamar, kebanyakan gas memiliki T>>θr, gas pada suhu kamar akan berada dalam
rezim klasik untuk energi rotasi, di mana perbedaan antara tingkat energi kecil
dibandingkan dengan energi rotasi khas molekul. Dengan kata lain, kita bisa
memperlakukan tingkat energi sebagai sebuah kontinum. Ini keuntungannya,
karena kalau tidak akan sangat sulit untuk melakukan penjumlahan dalam fungsi
partisi .

Membuat pendekatan klasik, kita dapat menulis fungsi partisi untuk derajat
kebebasan rotasi:
r  r
  (  1)   (  1)
Zr   (2  1)e
d
T
  (2  1)e T

 0

Bagian integral lebih mudah dari yang terlihat. Kami mendefinisikan sebuah
variabel baru y:

y  (  1)  dy  (2  1)d

Integralnya menjadi :
 r
y T
Zr   e T
dy 
0
r

Sekarang kita memiliki fungsi partisi (dalam batas klasik), kita dapat menemukan
total energi Ur yang terkait dengan tingkat kebebasan rotasi. Ini diberikan oleh:

d ln Zr 1
Ur  N ,  
d kT

17
T
Menggunakan Zr  kita dapatkan :
r

Ur  NkT

Sehingga kapasitas panas diberikan oleh:

Cv(t )  NkT

Penting untuk diingat bahwa ungkapan ini berlaku dalam batas klasik, T  r .
Untuk T  r derajat kebebasan rotasi tidak akan bersemangat, dan energi total
dan kapasitas panas akan menjadi nol.

Singkatnya, kami berharap kapasitas panas gas diatomik bervariasi dengan suhu
sebagai berikut:

T range C v(t ) Cv(r ) Cv(v ) Total Cv


  T  r 3 0 0 3
Nk Nk
2 2
r  T  v 3 Nk 0 5
Nk Nk
2 2
r  T 3 Nk Nk 7
Nk Nk
2 2
 2 2 2 
 ,r  ,v 
2 2 Ik k
2mkV
3

Untuk gas nyata, teori ini tampaknya berjalan cukup baik

18
dimana V adalah volume wadah; Imomen inersia molekul gas; dan ω frekuensi
getaran atom dalam molekul.

Melihat lebih dekat kapasitas panas hidrogen menunjukkan bahwa mungkin ada
masalah. Perhitungan yang cermat menunjukkan bahwa, untuk kapasitas panas
rotasi Cv(r ) , kita harus menemukan kurva A pada gambar di bawah ini; Sebenarnya,
eksperimen, kurva C ditemukan

Alasan ketidaksesuaian ini berkaitan dengan spin inti atom dalam molekul
hidrogen. Inti atom hidrogen adalah proton, yang memiliki spin-1 2. Untuk molekul
hidrogen, putaran dapat paralel, dalam hal ini jumlahnya adalah spin-1 (ortho-
hydrogen); atau spin bisa antiparalel, dalam hal ini jumlah mereka spin-0 (para-
hidrogen). Keadaan spin-1 memiliki degenerasi tiga kali lipat tambahan
dibandingkan dengan keadaan spin-0. Kita perlu mempertimbangkan hal ini saat
menemukan fungsi partisi

Pada molekul hidrogen, putaran total dan momentum sudut orbital pasangan proton
dengan cara yang menarik. Karena proton adalah fermion, fungsi gelombang sistem
harus antisimetris di bawah pertukaran koordinat dua proton, yaitu

ψ (x1, x2) = -ψ (x2, x1)

Suatu keadaan dengan momentum sudut orbital `simetris di bawah pertukaran


proton jika` genap, dan antisimetrik jika `ganjil. Keadaan dengan putaran-0
(putaran dua proton antiparalel) bersifat antisimetris; Sementara tiga negara bagian
dengan spin-1 (berputar sejajar) bersifat simetris. Dengan demikian, kemungkinan
kombinasi momentum sudut spin dan orbital adalah: •  Genap; spin-0 (keadaan
spin tunggal untuk masing-masing  );

•  Ganjil; spin-1 (keadaan tiga spin untuk masing-masing  ).

19
Dengan memperhitungkan degenerasi tambahan yang terkait dengan putaran inti
hidrogen, fungsi partisi untuk tingkat kebebasan rotasi seharusnya menjadi:
r r
  (  1)   (  1)
Zr  
genap
(2  1)e T
 3  (2  1)e
ganjil
T

Jika kita menghitung kapasitas panas rotasi menggunakan fungsi partisi baru ini,

kita mendapatkan kurva B di plot. Ada perbedaan yang sangat besar dengan hasil
eksperimen, kurva C!

Alasan perbedaannya adalah bahwa dalam gas hidrogen, probabilitas sebuah


molekul berubah dari hidrogen orto menjadi para-hidrogen (atau sebaliknya) dalam
tumbukan dengan molekul lain sangat rendah. Molekul cenderung bertahan di
keadaan bagian spin mereka. Jika kita memperhitungkannya, maka kita harus
memperlakukan kedua komponen tersebut sebagai gas yang berbeda, masing-
masing dengan kapasitas panas rotasi mereka sendiri, yang berasal dari dua
penjumlahan yang berbeda dalam fungsi partisi
r r
  (  1)   (  1)
Zr   (2  1)e
genap
T
 3  (2  1)e
ganjil
T
.

Jika orto-hidrogen memiliki konsentrasi tiga kali lebih besar dalam sampel
daripada para-hidrogen (seperti yang mungkin diasumsikan ada tiga kali lebih
banyak keadaan untuk energi rotasi tertentu), maka kapasitas panas totalnya adalah:

20
3 ) 1
Cv(t )  CV( r,ortho  CV( r, )para'
4 4

Kapasitas panas ini memberi kurva C pada gambar sebelumnya. Sesuai


dengan percobaan, akhirnya!

Akhirnya, kami menyebutkan bahwa jika pengukuran kapasitas panas dilakukan


secara perlahan, atau dengan adanya katalis yang meningkatkan laju konversi antara
ortho- dan parastates, maka kurva B pada gambar sebelumnya memang diperoleh
secara eksperimental. Ini karena sistem mampu mencapai keseimbangan antara
negara bagian, dalam hal ini asumsi yang mengarah pada fungsi partisi
r r
  (  1)   (  1)
Zr   (2  1)e
genap
T
 3  (2  1)e
ganjil
T
dipenuhi. Perlu dicatat bahwa

perilaku aneh dari kapasitas panas hidrogen benar-benar merupakan konsekuensi


dari fakta bahwa nuklei atom adalah fermion yang identik. Gas yang terdiri dari
molekul HD (atom hidrogen yang terikat pada atom deuterium) tidak menunjukkan
perilaku aneh H2; Variasi kapasitas panas HD dengan suhu sama dengan gas
diatomik lainnya.

21
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fisika statistik merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari sistem


banyak partikel dari segi pandang statistik pada besaran mikroskopik untuk
menjelaskan besaran makroskopik (khususnya energi) berdasarkan mekanika
klasik dan kuantum. Statistik yang digunakan adalah statistik Maxwell Boltzman,
statistik Bose-einstein, dan statistik Fermi Dirac. Salah satu contoh aplikasi dari
statistik Maxwell Boltzman adalah kapasitas panas spesifik pada gas Hidrogen.

Kapasitas panas spesifik dari gas Hidrogen (diatomic) adalah menggambarkan


molekul-molekul sebagai dumbell seperti struktur yang tersusun atas dua atom yang
mempunyai pemisahasan terbatas

B. Kritik Dan Saran


Dalam penyusunan makalah ini, tentunya penulis memiliki banyak kekurangan
dan kesalahan. Untuk itu penulis meminta kritik dan saran agar makalah ini menjadi
lebih baik dan dapat digunakan sebagaimana fungsinya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Gasiorowicz, Stephen. 1974. Quantum Physics.United State of America :John


Wiley & Sons, Inc.

Weston Sears, Francis. 1963.Thermodynamics, The Kinetic Theory of Gases and


Statistical Mechanics. Tokyo:Japan Publications Trading Company,LTD.

23

Anda mungkin juga menyukai