Anda di halaman 1dari 7

PRE EKLAMSI DAN EKLAMSI

PREEKLAMSI DAN EKLAMSI

1. Pengertian
a. Pre eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibatkehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan/atau koma yang timbul bukan
akibat kelainan neurologi. (6)
b. Pre ekalmpsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuri dan edema
akibatkehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera
setelahpersalinan. Eklampsia adalah preeklamsi yang disertai kejang dan/koma yang
timbul bukan akibat kelainan neurology (7)
c. Menurut kamus saku kedokteran Dorland, preeclampsia adalah toksemia
padakehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi,edema, dan proteinuria. Eklampsia
adalah konvulsi dan koma, jarang koma saja, yang terjadi pada wanita hamil atau dalam
masa nifas dengan disertai hipertensi, edema dan atau proteinuria.
2. Etiologi
Penyebab eklampsi dan pre eklampsi sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada
teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab eklampsi dan pre eklampsi yaitu :
1) Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan
mola hidatidosa.
2) Sebab bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan
3) Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus
4) Sebab jarangnya terjadi eklampsi pada kehamilan – kehamilan berikutnya
5) Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma
3. Manifestasi klinik
Diagnosis preeklampsia ditegakan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala,
yaitu pemambahan berat badan yang berlebihan,edema, hipertensi, dan
proteinuri.Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg
seminggu beberapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat
badan,pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka.Tekanan darah > 140/90 mmHg
atau tekenen sistolik meningkat > 30 mmHg atau tekanan diastolik > 15 mmHg
yang di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolik pada
trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakat
preeklampsia. Proteinuria apabila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air
kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukan +1 atau 2 ;atau kadar
protein> 1g /l dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau porsi tengah,
diambil minimal 2 x dengan jarak waktu 6 jam.
Disebut preeklampsia berat bila ditemukan gejaka berikut
1. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 110 mmHg
2. Proteinuria +> 5 g/24 jam atau > 3 pada tes celup
3. sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan
4. Nyeri epigastrium dan ikterus
5. Edema paru atau sianosis
6. Trombositopenia
7. Pertumbuhan janin terhambat
Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gajala preeklampsia disertai
kejang atau koma. Sedangkan, bila terdapat gejala preeklampsia berat dusertai
salah satu atau beberapa gejala dari nyeri kepala hebat , gangguan visus, muntah-
muntah, nyeri epigastrium dan keneikan tekanan darah yang progresif, dikatakan
pasien tersebut menderita impending preeklampsia. Impending preeklampsia
ditangani dengan kasus eklampsia.

4. Patofisiologi
Patofisiologi preeklampsia-eklampsia setidaknya berkaitan dengan perubahan
fisiologi kehamilan. Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan meliputi
peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskular
sistemik systemic vascular resistance (SVR), peningkatan curah jantung, dan
penurunan tekanan osmotik koloid Pada preeklampsia, volume plasma yang
beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit
maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ maternal menurun, termasuk
perfusi ke unit janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan
perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas
oksigen maternal menurun. Vasopasme merupakan sebagian mekanisme dasar
tanda dan gejala yang menyertai preeklampsia. Vasopasme merupakan akibat
peningkatan sensitivitas terhadap tekanan darah, seperti angiotensin II dan
kemungkinan suatu ketidakseimbangan antara prostasiklin prostagladin dan
tromboksan A2. Peneliti telah menguji kemampuan aspirin (suatu inhibitor
prostagladin) untuk mengubah patofisiologi preeklampsia dengan mengganggu
produksi tromboksan. Investigasi pemakaian aspirin sebagai suatu pengobatan
profilaksis dalam mencegah preeklampsia dan rasio untung-rugi pada ibu dan
janin.
Selain kerusakan endotelil, vasospsme arterial turut menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut
menurunkan volume intravaskular, mempredisposisi pasien yang mengalami
preeklampsia mudah menderita edema paru. Preeklampsia ialah suatu keadaan
hiperdinamik dimana temuan khas hipertensi dan proteinurea merupakan akibat
hiperfungsi ginjal. Untuk mengendalikan sejumlah besar darah yang berfungsi di
ginjal, timbul reaksi vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme protektif, tetapi
hal ini akhirnya akan mengakibatkan proteinuria dan hipertensi yang khas untuk
preeklampsia. Hubungan sistem imun dengan preeklampsia menunjukkan bahwa
faktor-faktor imunologi memainkan peran penting dalam perkembangan
preeklampsia. keberadaan protein asing, plasenta atau janin bisa membangkitkan
respons imunologis lanjut.

5. Klasifikasi Pre eklampsia


Pre eklampsia digolongkan ke dalam Pre eklampsia ringan dan Pre eklampsia berat
dengan gejala dan tanda sebagai berikut:
a. Pre eklampsia Ringan
1) Tekanan darah sistole 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pmeriksaan 6
jam
2) Tekanan darah diastole 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pmeriksaan 6
jam
3) Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu. Edema umum, kaki, jari
tangan dan muka.
4) Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1 sampai 2 pada urin kateter
atau urin aliran pertengahan.
b. Pre eklampsia Berat
Diagnosa PEB ditegakkan apabila pada kehamilan >20 minggu didapatkan
satu/lebih gejala/tanda di bawah ini:
1) Tekanan darah 160/110 mmHg
a. Ibu hamil dalam keadaan relaksasi (pengukuran tekanan darah minimal setelah
istirahat 10 menit)
b. Ibu hamil tidak dalam keadaan his.
 Oigouria, urin kurang dari 500 cc/24 jam.
 Poteinuria 5 gr/liter atau lebih atau 4+ pada pemeriksaan secara kuantitatif.
 Terdapat edema paru dan sianosis.
 Gangguan visus dan serebral.
 Keluhan subjektif
c. Nyeri epigastrium
d. Gangguan penglihatan
e. Nyeri kepala
f. Gangguan pertumbuhan janin intrauteri.
g. Pemeriksaan trombosit (Manuaba, 1998)

6. Pencegahan kejadian Pre eklampsia dan eklampsia


Pre eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan ynag berkelanjutan
dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini
dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk
mencegah kejadian Pre eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan
berkaitan dengan:
Diet-makanan
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak.
Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi
pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein dengan
tambahan satu butir telur setiap hari.
Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada saat hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya
disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring kearah kiri
sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
Pengawasan antenatal (hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke
tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:
1) Uji kemungkinan Pre eklampsia:
a) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri
c) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
d) Pemeriksaan protein dalam urin
e) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah
umum dan pemeriksaan retina mata.
2) Penilaian kondisi janin dalam rahim.
a) Pemantauan tinggi fundus uteri
b) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan
air ketuban
7. Penanganan Pre eklampsia
a. Penanganan Pre eklampsia Ringan
Penanganan Pre eklampsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi
eklampsia dan pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadaan
optimal dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal. Jika pre-eklamsinya
bersifat ringan, penderita cukup menjalani tirah baring di rumah, tetapi harus
memeriksakan diri ke dokter setiap 2 hari. Jika perbaikan tidak segera terjadi,
biasanya penderita harus dirawat dan jika kelainan ini terus berlanjut,
maka persalinan dilakukan sesegera mungkin.
Pada Pre eklampsia ringan penanganan simptomatis dan berobat jalan dengan
memberikan
1. Sedativa ringan
2. Obat penunjang
3. Nasehat
i. Lebih banyak istirahat baring penderita juga dianjurkan untuk berbaring miring
ke kiri sehingga tekanan terhadap vena besar di dalam perut yang membawa darah
ke jantung berkurang dan aliran darah menjadi lebih lancar.
ii. Segera datang memeriksakan diri, bila tedapat gejala sakit kepala, mata kabur,
edema mendadak atau berat badan naik. Pernafasan emakin sesak, nyeri ulu hati,
kesadaran makin berkurang, gerak janin berkurang, pengeluaran urin berkurang.
4. Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat.
Petunjuk untuk segera memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk
penderita
a. Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
b. Protein dalam urin 1 plus atau lebih
c. Kenaikan berat badan ½ kg atau lebih dalam seminggu
d. Edema bertambah dengan mendadak
e. Terdapat gejala dan keluhan subjektif.
Bila keadaan ibu membaik dan tekanan darah dapat dipertahankan 140-150/90-100
mmHg, tunggu persalinan sampai aterm sehingga ibu dapat berobat jalan dan
anjurkan memeriksakan diri tiap minggu. Kurangi dosis obat hingga tercapai dosis
optimal. Bila tekanan darah sukar dikendalikan, berikan kombinasi obat. Tekanan
darah tidak boleh lebih dari 120/80 mmHg. Tunggu pengakhiran kehamilan sampai
40 minggu, kecuali terdapat pertumbuhan terhambat, kelainan fungsi hepar/ginjal,
dan peningkatan proteinuria. Pada kehamilan >37 minggu dengan serviks matang,
lakukan induksi persalinan. Persalinan dapat dilakukan spontan atau dipercepat
dengan ekstraksi.
b. Penanganan Pre eklampsia Berat
Penderita diusahakan agar:
1) Terisolasi sehingga tidak mendapat rangsangan suara ataupun sinar.
2) Dipasang infus glukosa 5%
3) Dilakukan pemeriksaan:
 Pemeriksaan umum: pemeriksaan TTV tiap jam
 Pemeriksaan kebidanan: pemeriksaan denyut jantung janin tiap 30 menit,
pemeriksaan dalam (evaluasi pembukaan dan keadaan janin dalam rahim).
 Pemasangan dower kateter
 Evaluasi keseimbangan cairan
 Pemberian MgsO4 dosis awal 4 gr IV selama 4 menit
4) Setelah keadaan Pre eklampsia berat dapat diatasi, pertimbangan
mengakhiri kehamilan berdasarkan:
a. Kehamilan cukup bulan
b. Mempertahankan kehamilan sampai mendekati cukup bulan
c. Kegagalan pengobatan, kehamilan diakhiri tanpa memandang umur.
d. Merujuk penderita ke rumah sakit untuk pengobatan yang adekuat.
Mengakhiri kehamilan merupakan pengobatan utama untuk memutuskan
kelanjutan Pre eklampsia menjadi eklampsia.
8. Diet Komplikasi Kehamilan Pre Eklampsia dan Eklamsia
a. Tujuan Diet
1) Mencapai dan mempertahankan status gizi normal
2) Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
3) Mencapai keseimbangan nitrogen
4) Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
5) Mengurangi/mencegah timbulnya penyulit baru saat khamilan /setelah melahirkan
b. Syarat Diet
1) Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara
berangsur-angsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan.
Penambahan energi tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet sebelum
hamil.
2) Garam diberikan rendah sesuai dengan berat-ringannya retensi garam atau air.
Penambahan berat badan diusahakan < 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
3) Protein tinggi (1 ½ g/kg berat badan)
4) Lemak sedang, sebagian berupa lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh
ganda
5) Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi
6) Mineral cukup terutama kalsium dan kalium
7) Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
8) Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan
disesuaikan dengan cara yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan
pernafasan.

DAFTAR PUSTAKA

1) Brudenell, Michael. 1996. Diabetes pada Kehamilan. Jakarta : EGC


2) Cunningham, F. Gary [et.al..]. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
3) Gray, Huon H [et.al..]. 2009. Kardiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga
4) Harrison . 1999. Prinsip – Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
5) Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP
6) Mansjoer A,et al. 2001. Kapita Selekta. Jakarta : Penerbit Media Aesculapius FKUI
7) Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
8) Norwitz, Errol dan John O Schorge. 2008. At A Glance Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
9) Gasong MS, Hartono E, Moerniaeni N. Penatalaksanaan Perdarahan Antepartum. Bagian Obstetri
dan Ginekologi FK UNHAS; 1997. 3-8.
10) Pritchard JA, MacDonald PC, Gant NF. Williams Obstetrics, 20th ed. R Hariadi, R Prajitno
Prabowo, Soedarto, penerjemah. Obstetri Williams. Edisi
20.Surabaya: Airlangga University Press, 2001; 456-70.
11) Moechtar R. Pedarahan Antepartum. Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan
Obstetri Patologis, Edisi II. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998; 279
12) Chalik TMH. Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika, 1997; 109-26.
13) WHO. Managing Complications in Pregnancy and Childbirth. Geneva: WHO, 2003. 518-20.
19) Suryani E. Solusio Plasenta di RSUP. Dr.M.Djamil padang selama 2 tahun (1 Januari 2002-
31 Desember 2004). Skipsi. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, 2004; 1-40.
21) Blumenfelt M, Gabbe S. Placental Abruption. In: Sciarra Gynecology and Obstetrics;
Revised Ed, 1997. Philadelphia: Lippincott Raven Publ, 1997; 1-17.
22) K. Bertens, Aborsi sebagai Masalah Etika PT. Gramedia, Jakarta : 2003
23) Varney, helen. 2006. Buku ajar asuhan kebidanan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai