Oleh:
INGENTA NANDI KHALILLAH
NIM : 160070501011033
Mahasiswa
Perceptor Akademik,
Program Profesi S1 Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Perceptor Lahan
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan Asuhan Kebidanan pada
ibu nifas normal.
1.2.2. Tujuan Khusus
1) Mampu melakukan pengumpulan data subyektif dan obyektif pada ibu nifas
fisiologis.
2) Mampu menegakkan diagnosa dan masalah pada ibu nifas fisiologis.
3) Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial pada kasus nifas
fisiologis.
4) Mampu mengidentifikasi kebutuhan segera yang dibutuhkan pada nifas
fisiologis.
5) Mampu menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis.
6) Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis.
7) Mampu mengevaluasi tindakan pada ibu nifas fisiologis
1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi Penulis
Merupakan pengalaman belajar dalam melaksanakan praktik kebidanan
khususnya asuhan kebidanan pada ibu dengan nifas normal.
Pada pasal 15 ayat (4) juga dijelaskan pelayanan kesehatan ibu pasca persalinan
meliputi:
a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu
b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri
c. Pemeriksaan lokhia dan perdarahan
d. Pemeriksaan jalan lahir
e. Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI eksklusif
f. Pemberian kapsul vitamin A
g. Pelayanan kontrasepsi pascapersalinan
h. Konseling; dan
i. Penanganan resiko tinggi dan komplikasi nifas. (Menkes RI, 2014)
Tonus otot
Ibu pasif &
Involusi dan Peregangan kulit usus ↓ Adaptasi Mampu
Penurunan Estrogen ↓ tergantung
kontraksi uterus akibat kehamilan perubahan menjadi orang
volume darah
peran tua
Produksi prolaktin
Pelepasan Perubahan Striae Sistem
jaringan perfusi jaringan gravidarum muskuloskeletal Kurang penge- Perubahan
endometrium
tahuan tentang menjadi
Produksi ASI orang tua
perawatan bayi
Kurangnya Perubahan Ketegangan
pengetahuan ttg body image postural akibat
Pelepasan lochea
manajemen laktasi posisi persalinan
Ansietas
Salah satu peran dan tanggung jawab bidan pada saat persalinan adalah melakukan
manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa,
rencana tindakan serta melaksanakan sesuai dengan wewenangnya. Pengkajian data dasar
dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi, mencegah, mendeteksi dan menangani
masalah-masalah yang terjadi. Proses manajemen kebidanan terdiri atas langkah-langkah
berikut (Pitriani, 2014)
Tanggal :Melalui pengkajian tanggal periksa, bidan dapat merencanakan
penatalaksanaan yang tepat dan berkelanjutan untuk
menghitung usia kehamilan berdasarkan Hari pertama Haid
Tarakhir (Wiknjosastro, 2006).
Tempat :Tempat pemeriksaan menentukan tindakan dan wewenang
bidan untuk melakukan penatalaksanaan (Marmi, 2015)
Pukul :Waktu menunjukkan kapan pasien masuk di Rumah sakit dan
tindakan apa yang telah dilakukan pada waktu tersebut (Varney,
2007)
Pengkaji :Identitas pengkaji menentukan siapa yang telah melakukan
tindakan sesuai dengan wewenangnya(Marmi, 2015)
No.Register :No dipergunakan dalam memperjelas identitas pasien dan
memudahkan suatu instansiuntuk mendaftar pasiennya, pada
kasus ini No Register harus dicantumpak mengingat penilaian
dilakukan pada institusi kesehatan yakni puskesmas
(Marmi,2015).
1. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
a. Nama ibu
Pengkajian nama ibu bertujuan untuk mengetahui identitas agar tidak terjadi
kekeliruan antar klien dalam penanganan.
b. Umur ibu
Pengkajian umur ibu bertujuan untuk mengetahui faktor resiko terjadinya
suatu masalah.
c. Agama
Pengkajian agama berhubungan dengan aturan-aturan agama yang dianut dan
kondisi psikis dalam menghadapi masa nifas.
d. Suku Bangsa
Pengkajian suku bangsa bertujuan untuk mengetahui adanya adat dan
kebiasaan tertentu dalam kehidupan sehari-harinya yang dapat mempengaruhi
masa nifas.
e. Pendidikan
Pengkajian pendidikan bertujuan untuk mempermudah dalam memberikan
asuhan sesuai dengan tingkat pendidikan,agar klien dapat memahaminya.
f. Pekerjaan
Pengkajian pekerjaan bertujuan untuk mengetahui kecukupan ekonomi pada
keluarga klien deteksi dini adanya kemungkinan komplikasi yang dapat
membahayakan ibu.
g. Alamat
Pengkajian bertujuan untuk mengetahui tempat tinggal agar jika terjadi suatu
kegawatdaruratan dapat cepat dalam menghubungi keluarga.
(Sebelum bidan memulai kunjungan, bidan meninjau setiap bagian perawatan
kelahiran dan antepartum yang belum diketahuinya sehingga ia dapat memiliki
pengetahuan ketika berbicara dengan ibu baru tersebut. (Varney, 2008).
B. DATA SUBJEKTIF
1. Alasan datang
Bertujuan untuk mengetahui alasan atau keluhan klien datang ke pelayanan kesehatan
agar penatalaksanaan yang dapat dilakukan dapat efektif, tepat dan komprehensif.
2. Keluhan utama
Agar dapat memberikan penatalaksanaan yang tepat efektif dan komprehensif sesuai
keluhan yang sedang dialami.
3. Riwayat persalinan
Tanggal/jam, tempat, jenis dan komplikasi dicantumkan, untuk menngetahui ada atau
tidaknya masalah dalam proses persalinan yang bisa saja berpengaruh terhadap
periode nifas ibu.
Tanggal/jam :
Tempat persalinan : Rumah sakit Oleh : Dokter
BPS Bidan
Puskesmas Lainnya...
Komplikasi :
Pantangan : Pantangan :
Keluhan : Keluhan :
(Pola nutrisi perlu dikaji. Karena adanya inaktivitas motilitas usus yang
disebabkan oleh hormon progesteron maka makanan yang dicerna akan tersimpan
lebih lama di dalam abdomen sehingga memproduksi gas. (Duthie, 2004) Oleh
karena itu, ibu akan merasa tidak nyaman pada perutnya sehingga memicu ibu
untuk malas makan jika terjadi hal ini maka asupan nutrisi ibu akan kurang.
b. Eliminasi
BAB BAK
Frekuensi : 1x/hari Frekuensi : 4-5x/hari
Warna : Kuning khas feses Jenis : Kuning jernih
Konsistensi : Lembek Porsi : Cair
Keluhan : Tidak ada Keluhan : Tidak ada
(Pola eliminasi perlu dikaji. Penurunan hormon progesteron sehingga
menyebabkan nyeri uluhati (heartburn) dan konstipasi, terutama dalam beberapa
hari pertama. Hal ini terjadi karena inaktivitas motilitas usus akibat kurangnya
keseimbangan cairan selama persalinan. Selain itu juga terjadi hambatan refleks
defekasi karena adanya rasa nyeri pada perineum akibat luka episiotomi
(Bahiyatun, 2009). Perkemihan ibu juga perlu dikontrol untuk pemulihan
uterusnya (proses involusi). Awal postpartum kandung kemih mengalami edema,
kingesti dan hipotonik, hal ini disebabkan oleh adanya overdistensi pada saar kala
dua persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya trauma pada saat
persalinan berlangsung trauma ini dapat berkurang 24 jam postpartum
(Bahiyatun, 2009).
c. Istirahat
Tidur siang : Tidur malam :
Lama : Lama :
Keluhan : Keluhan :
Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal: mengurangi jumlah
ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi dan memperbanyak
perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri (Prawirohardjo, 2009).
d. Pola aktivitas (terkait kegiatan fisik, perawatan bayi dan diri)
6. Riwayat menyusui
a. sebelumnya
Ibu belum memiliki pengalaman menyusui
Ibu sudah pernah menyusui dan mengerti teknik menyusui
Ibu sudah pernah menyusui namun belum mengerti teknik menyusui
Lainnya
Cara menyusui
Asi ekskusif Tidak Eksklusif
Masalah
Tidak Ada Ada, sebutkan…..
Kebiasaan menyusui
Posisi
duduk
berbaring berdiri
tidak dilakukan
menggunakan air bersih
menggunaka baby oil
lainnya
Kebiasan menyusui perlu dikaji. Posisi yang nyaman untuk menyusui sangat
penting. Lecet pada puting susu dan payudara merupakan kondisi tidak normal
dalam menyusui; tetapi, penyebab lecet yang paling umum adalah posisi dan
perlekatan yang tidak benar pada payudara (Varney, 2008).
b. Saat ini
Frek. menyusu :
C. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum :
Pemeriksaan berat badan :
Wanita mengalami penurunan berat badan rata-rata 4,5 kg pada waktu melahirkan.
Penurunan ini mewakili gabungan berat bayi, placenta, dan cairan amnion. Wanita
juga dapat mengalami penurunan berat badan sebanyak 2 kg selama minggu pertama
pascapartum karena kehilangan cairan. Penentu utama penurunan berat badan
pascapartum adalah peningkatan berat badan pada saat hamil. (Varney, 2007).
Kesadaran :
Composmentis Sopor Somnolen
Koma Lainnya
2. Pemeriksaan Fisik
a. Muka : Perdarahan yang jelas (dari perdarahan per vaginam,
. epistaksis dan sebagainya) berakibat pada pasokan
darah ke jaringan-jaringan berkurang sehingga wajah
dapat terlihat pucat karena sedikitnya darah yang
mengalir. (Schade, 2006). Esterogen yang menurun
menyebabkan penurunan Melanosit stimulating
hormone yang membuat aktifitas melanin menurun,
hal ini mengakibatkanchloasma yang sebelumnya
mengalami hiperpigmentasi menjadi normal dan
kembali seperti saat sebelum hamil (Cunningham,
2014).
b.. Mata : Perdarahan yang jelas (dari perdarahan per vaginam,
epistaksis dan sebagainya) menjadi suatu keterangan
yang nyata untuk anemia. Anemia dapat dilihat dari
conjungtiva. Jika conjungtiva putih berarti ibu
mengalami anemia (Schade, 2006).
c. Hidung : Tidak ada gerak cuping hidung pada saat
bernafas.Tachypnea, suara napas yang abnormal,
sesak napas, nyeri dada, gelisah adalah temuan
abnormal yang harus segera dilaporkan pasca
melahirkan (Ward, 2015).
d. Mulut : Perdarahan yang jelas (dari perdarahan per vaginam,
epistaksis dan sebagainya) berakibat pada pasokan
darah ke jaringan-jaringan berkurang sehingga wajah
dapat terlihat pucat karena sedikitnya darah yang
mengalir (Schade, 2006).
e. Leher : (Pada saat persalinan, menyebabkan banyak
perubahan pada sistem kardiovaskuler ibu. Oleh
karena itu, dibutuhkan evaluasi kardiovaskuler untuk
mengetahui ada atau tidaknyadampak akibat
perubahan tersebut pada ibu.Konfirmasi JVP (tekanan
vena jugularis) rendah dapat diketahui dengan
memberikan tekanan secukupnya pada pangkal leher
pasien dengan menggunakan bagian ujung ulnar dari
tangan pemeriksaan (Gray, 2013).
h. Dada : Pemriksaan dada diperlukan karena retraksi dinding
dada dapat dikarenakan adanya obstruksi jalan napas
dan suara wheezing jika terjadi setelah umur 2 tahun
sebagian besar disebabkan oleh asma (WHO, 2013).
i. Payudara : Pemeriksaan ASI (colostrums) pada Payudara ibu
untuk kesiapan proses laktasi. Proses laktasi
dipengaruhi oleh peningkatan hormone prolaktin dan
hisapan bayi. Sekresi hormone prolaktin dipengaruhi
oleh hipofise anterior dalam memproduksi ASI. Hal
ini diperiksa dengan tujuan laktasi berjalan lancar.
(Cunningham, 2014).
j. Abdomen : Inspeksi :
Esterogen yang menurun menyebabkan
penurunan Melanosit stimulating hormone yang
membuat aktifitas melanin menurun, hal ini
mengakibatkan linea nigrayang sebelumnya
mengalami hiperpigmentasi menjadi normal dan
kembali seperti saat sebelum hamil. Oleh karena
itu pemeriksaan fisik terfokus tersebut perlu
dilakukan pada ibu postpartum. Striae abdomen
tidak dapat dihilangkan secara sempurna tetapi
dapat berubah menjadi garis keperak-perakkan
yang halus setelah periode beberapa bulan. Ibu
memiliki tingkat diastasis sehingga terjadi
pemisahan muskulus rektus abdominis.
Pengembalian tonus otot dari diastasis yang
lebarnya lima jari membutuhkan waktu yang
lebih lama dari diastasis yang lebarnya dua jari
(Cunningham, 2013).
Auskultasi
Pada abdomen yang tersimpan banyak gas karena
penumpukan hasil pencernaan maka gas yang
terdapat dalam intestin itu akan bergerak ke
belakang dan dan depan disebabkan karena
motilitas usus yang akan menimbulkan bunyi
pada abdomen “bowel sound’, hal ini bisa
didengar menggunakan stetoskop (Barret, 2013).
Palpasi
Segera setelah lahirnya bayi, plasenta dan selaput
janin, beratnya berat uterus sekitar 1000 gram.
Berat uterus menurun sekitar 500 g pada akhir
minggu pertama pascapartum dan kembali pada
berat saat tidak hamil yaitu 70 g pada minggu
kedelapan pascapartum. Penurunan uterus yang
cepat ini direfleksikan dengan perubahan lokasi
uterus yaitu uterus turun dari abdomen dan
kembali pada organ panggul. Segera setelah
pelahiran, tinggi fundus uteri (TFU) terletak
sekitar dua per tiga hingga tiga per empat bagian
atas antara simfisis pubis dan umbilikus. Letak
TFU kemudian naik, sejajar dengan umbilikus
dalam beberapa jam. TFU tetap terletak kira-kira
sejajar (atau satu ruas jari di bawah) umbilikus
selama satu atau dua hari dan secara bertahap
turun ke dalam rongga panggul sehingga tidak
dapat dipalpasi lagi diatas simfisis pubis setelah
hari kesepuluh pascapartum (Varney, 2008).
Ukuran uterus dilihat atau dimasase untuk
mengetahui apakah terjadi proses involusi uterus
secara baik atau tidak (Prawirohardjo, 2009).
Kontraksi uterus, hormon oksitosin yang dilepas
dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah
dan membantu proses homeostatis. Kontraksi dan
retraksi otot uteri akan mengurangi suplai darah
ke uterus (Sulistyawati, 2009).
a. Urine : test
PP Protein Glukosa Lainnya
Tanggal : Hasil:
(Fisiologi kapasitas kandung kemih (vesica urinaria) normal adalah 350 - 400
ml. Saat kandung kemih terisi oleh urin, otot detrusor mengalami relaksasi
untuk memungkinkan peningkatan volume tanpa meningkatkan tekanan
(plastisitas).
Pengisian kandung kemih setelah pelahiran dapat bervariasi. Volume urin
yang keluar sedikit demi sedikit merupakan indikasi adanya retensi urin yang
harus diperhatikan jika terjadi lebih dari 4 jam postpartum (Grace, 2006).
V. PERENCANAAN
Tujuan: setelah dilakukan asuhan selama 6 jam, ibu dalam kondisi baik dan tidak
mengalami komplikasi.
Kriteria Hasil:
Tanda-tanda vital ibu dalam batas normal
Tekanan darah : ± 120/80 mmHg
Nadi : 60 – 100 kali/menit
Suhu : 36,5 – 37,50C
Pernapasan : 16 – 24 kali/menit
Ibu sudah dapat melakukan mobilisasi
Ibu sudah dapat berkemih
Uterus berkontraksi dengan baik.
Jumlah perdarahan total setelah bayi lahir tidak lebih dari 500 cc.
Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi.
Intervensi:
1) Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.
R/ mengetahui hasil pemeriksaan merupakan hak pasien dan juga merupakan dasar
pemberian terapi pada pasien.
2) Menganjurkan ibu untuk berlatih sedikit demi sedikit melakukan mobilisasi.
R/ mobilisasi dini dianjurkan pada masa postpartum untuk segera memulihkan fungsi
tubuh ibu pascapersalinan.
3) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum serta istirahat untuk memulihkan energi.
R/ persalinan membutuhkan energi besar. Pada masa nifas, dibutuhkan penambahan
asupan cairan dan nutrisi untuk memulihkan energi dan memenuhi kebutuhan ibu
menyusui.
4) Menganjurkan ibu untuk tidak menahan buang air kecil dan buang air besar.
R/ kandung kemih yang penuh dapat menghambat proses involusi uteri.
5) Mengajarkan ibu dan keluarga untuk melakukan masase uteri untuk mencegah
perdarahan.
R/ masase uteri dapat dilakukan untuk memudahkan proses involusi uteri dan
mencegah perdarahan.
6) Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar.
R/ menyusui efektif dapat meningkatkan produksi ASI dan mencegah terjadinya lecet
pada payudara.
7) Memberikan KIE kebutuhan minum bayi dan komposisi ASI.
R/ edukasi mengenai kebutuhan minum bayi serta komposisi ASI dapat meningkatkan
pengetahuan ibu dan keluarga sehingga dapat memberikan ASI dalam jumlah yang
tepat.
8) Memberikan KIE tanda bahaya nifas.
R/ ibu nifas harus tetap waspada mengenai tanda bahaya nifas sebagai upaya deteksi
dini komplikasi masa nifas.
VI. PELAKSANAAN
Tempat : Tanggal : Jam : Oleh : ……
Pelaksanaan merupakan dokumentasi tindakan yang dilakukan pada ibu, pada
tindakan ini perlu dicantumkan tanggal, jam dan petugas kesehatan yang
melaksanakan untuk mempermudah petugas ketehatan lain dalam mengetahui kapan,
dimana dan siapa yang melakukan tindakan pada pasien jika ditemukan kejadian
yang tidak diinginkan (Marmi, 2011)).
VII. EVALUASI
Tanggal : Jam :
Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif dalam
pelaksanaannya. Meliputi evaluasi tindakan yang dilakukan segera dan evaluasi asuhan
kebidanan yang meliputi catatan perkembangan.
Untuk pencatatan asuhan dapat diterapkan dalam bentuk SOAP.
S : Data Subyektif
Data ini diperoleh melalui anamnesa.
O : Data Obyektif
Hasil pemeriksaan klien dan pemeriksaan pendukung lainnya.
A : Assessment
Interpretasi berdasarkan data yang terkumpul dibuat kesimpulan.
P : Penatalaksanaan
Merupakan tindakan dari diagnosa yang telah dibuat.