Anda di halaman 1dari 13

SOFT DRINK SEBAGAI BAGIAN GAYA

HIDUP REMAJA
Disusun Oleh :
NOVIANA ANJAR HASTUTI
=================================================================

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit degeneratif merupakan penyakit menurun yang menjadi salah satu
penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut World Health Organization (WHO),
terdapat sekitar 17 juta orang meninggal dunia akibat penyakit degeneratif setiap
tahun (Anonim, 2011). Penyakit ini muncul akibat perilaku makan yang tidak baik,
khusunya pada kalangan remaja yang menjadi sasaran utama karena banyak
ditemuinya masalah tingkat kesehatan dan status gizi pada kalangan remaja. Selain
itu, menurut Dyah Arofah (2006) meningkatnya prevalensi obesitas pada remaja juga
menimbulkan kekhawatiran. Obesitas pun banyak disebabkan oleh pola makan yang
tidak baik, kurang olahraga, dan faktor lingkungan.
Penyakit degeneratif maupun obesitas salah satunya disebabkan karena pola
makan yang tidak baik, misalnya konsumsi beberapa jenis mineral seperti besi,
kalsium, dan beberapa vitamin yang ternyata masih kurang pada remaja walaupun
asupan kalori dan protein sudah tercukupi (Arisman dalam Anonim, 2011). Konsumsi
makanan siap saji (junk food) dan minuman ringan (softdrink) menjadi salah satu
bentuk pola makan remaja saat ini. Minuman ringan (soft drink) menjadi salah satu
bagian gaya hidup remaja kota-kota besar, karena penyajian kemasan yang menarik,
serta iklan-iklan minuman ringan yang dikemas dengan nuansa remaja, dan juga
slogan-slogan yang mempengaruhi pandangan tentang produk itu sendiri. Soft drinks
are one of the most recognized parts of Western culture. Beginning as tonics for
fatigue and anything else that might be the matter with a patient, they have evolved
into sweet bubbly accompaniments to hamburgers and french fries and other widely
recognized parts of Western culture.
Wardlaw menegaskan bahwa kalangan remaja cenderung mengkonsumsi
minuman berupa soft drink. Yule menambahkan bahwa jumlah konsumsi harian
softdrink mengalami peningkatan sebesar 74% pada remaja putra dan 64% pada
remaja putri dari tahun 1979 sampai dengan tahun 197 (Anonim, 2011).
Soft drink merupakan minuman berkarbonasi yang diberi tambahan berupa
bahan perasa dan pemanis seperti gula. Soft drink terdiri dari sugar-sweetened soft
drink dan non-sugar soft drink. Sugar-sweetened soft drink merupakan soft drink
dengan zat pemanis yang berasal dari gula, sedangkan non-sugar soft drink
merupakan soft drink dengan zat pemanis yang berasal dari pemanis buatan
(Australian Beverages Council, 2004).
Rasa softdrink yang manis dan menyegarkan memang menjadi candu
tersendiri bagi para penikmatnya. Terlepas dari rasanya, banyak penelitian yang
menemukan efek negatif dari kebiasaan minum soda. Mulai dari obesitas, hingga
ancaman penyakit jantung. Pemanis yang terdapat dalam soft drink berjumlah besar
yaitu setara dengan 10 sendok teh gula dalam kemasan 12 oz, satu oz setara dengan 30
ml (American Academy of Pediatrics, 2004). Konsumsi soft drink memiliki dampak
buruk terhadap kesehatan seperti karies gigi. Konsumsi soft drink juga dapat
dihubungkan terhadap insidensi terjadinya osteoporosis dan fraktur tulang (Jacobson
dalam Anonim, 2011). Sebuah situs kesehatan Global Healing Center (2013)
menyatakan bahwa disaat para remaja terekspose dengan iklan dan slogan-slogan soft
drink, banyak bukti yang menemukan bahwa minuman ini sangat berbahaya. The
most commonly associated health risks are obesity, diabetes and other blood sugar
disorders, tooth decay, osteoporosis and bone fractures, nutritional deficiencies,
heart disease, food addictions and eating disorders, neurotransmitter dysfunction
from chemical sweeteners, and neurological and adrenal disorders from excessive
caffeine.
Dengan banyaknya penelitian yang telah membuktikan hbahwa soft drink
berbahaya bagi kesehatan, sudah semestinya pengkonsumsian soft drink menjadi
salah satu bagian penelitian kesehatan karena target sasaran konsumen mereka adalah
remaja dan softdrink telah menjadi salah satu bagian gaya hidup remaja. Dengan
demikian, makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi
mengenai soft drink serta bahayanya terhadap kesehatan. Sehingga dengan
diketahuinya informasi mengenai soft drink ini nantinya dapat dibuat perubahan
keputusan-keputusan yang terkait gaya hidup sehat dan terkait dengan kesehatan
remaja.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan
masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kandungan dari minuman ringan (soft drink)?
2. Bagaimana dampak konsumsi soft drink bagi kesehatan?
3. Bagaimana bentuk pengaturan pengkonsumsian soft drink agar tidak berdampak
negatif bagi kesehatan?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Kandungan dari minuman ringan (soft drink)
2. Dampak konsumsi soft drink bagi kesehatan
3. Bentuk pengaturan pengkonsumsian soft drink agar tidak berdampak negatif bagi
kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN

Belum lama ini, masyarakat di AS dan Eropa kembali diingatkan mengenai bahaya yang
tersimpan dalam satu kaleng soda. Temuan dari badan kesehatan di AS menemukan bahwa
salah satu zat pewarna yang digunakan dalam produk soda buatan Coca-cola dan Pepsi
ditenggarai mampu memicu penyakit kanker. Parahnya, studi lain yang dilakukan oleh
beberapa pakar kesehatan dari Centre for Science in the Public Interest menemukan bahwa
satu kaleng soda ternyata mengandung zat pewarna yang cukup tinggi.

A. Kandungan Minuman Ringan (Soft Drink)


Bila kita melihat detail komposisi secara umum yang terdapat dalam soda
memang banyak. Eko Prayitno (2011) memaparkan beberapa saja dari komposisi
tersebut, yaitu air Berkarbonasi (Air CO2), Natrium Benzoat, Kafein, dan pewarna
makanan.
1. Air Berkarbonasi (Air CO2)
Minuman berkarbonasi adalah minuman yang tidak memiliki kandungan
alkohol. Di seluruh belahan bumi, minuman berkarbonasi memiliki beberapa nama
populer yang berbeda-beda. Sebagai contoh, di Amerika Serikat, dikenal dengan
nama soda, soda pop, pop atau tonik, di Inggris dikenal dengan fizzy drinks, di
Canada dikenal dengan Soda atau Pop saja. Sedangkan di daerah Ireland, mereka
menyebutnya Minerals. Pada 1770-an, seorang ilmuwan berhasil menciptakan suatu
proses untuk menghasilkan air mineral berkarbonasi. Adalah seorang berkebangsaan
Inggris bernama Joseph Priestley yang berhasil memproses air hasil destilasi dan
mencampurnya dengan CO2. Ilmuwan Inggris yang lain John Mervin Nooth, berhasil
memperbaiki hasil penemuan Priestley dan menjualnya secara komersial alat untuk
memproduksi air soda yang pertama untuk digunakan di bidang farmasi.
Karbonasi terjadi ketika gas CO2 terlarut secara sempurna dalam air. Proses
ini akan menghasilkan sensasi karbonasi "Fizz" pada air berkarbonasi dan sparkling
mineral water. Hal tersebut diikuti dengan reaksi keluarnya buih pada minuman soda
yang tidak lain adalah proses pelepasan kandungan CO2 terlarut di dalam air. CO2
digunakan untuk menambahkan rasa menggelitik di rongga mulut saat mengkonsumsi
soda. Reaksi CO2 menimbulkan rasa asam.
2. Pengawet Natrium Benzoat
Benzoat (acidum benzoicum atau flores benzoes atau benzoic acid). Benzoat
yang biasa diperdagangkan adalah garam natrium benzoate. Ciri-ciri berbentuk serbuk
atau kristal putih, halus, sedikit berbau, berasa payau, dan pada pemanasan yang
tinggi akan meleleh lalu terbakar. Natrium benzoat merupakan zat tambahan
(eksipien) yang digunakan sebagai pengawet. Natrium benzoat memiliki ambang
batas penggunaan 600 mg/l. (Dyah Arofah, 2006).
Natrium benzoat digunakan secara luas dalam industri minuman. Di Inggris
natrium benzoat digunakan oleh minuman bermerek Britvic, termasuk Britvic 55 rasa
apel dan jeruk, Pennine Spring, dan Shandy Bass. Belum diketahui apakah produk-
produk ini juga merupakan produk yang dites.Manfaat lain dari Natrium Benzoat
adalah sebagai bahan pengawet agar tidak berbau tengik, tidak cepat rusak, menjaga
rasa makanan, dan sebagainya.
3. Kafein
Kafein adalah zat kimia yang berasal dari tanaman yang dapat menstimulasi
otak dan sistem saraf. Kafein tergolong jenis alkaloid yang juga dikenal sebagai
trimetilsantin. Selain pada kopi, kafein juga banyak ditemukan dalam minuman teh,
soda, cokelat, minuman berenergi maupun obat-obatan. Bagi orang yang sering
mengonsumsi soda, kadar gula dan kafein akan tinggi diikuti jumlah kalori
berlebihan. Namun, banyak penikmat soda yang belum menyadarinya.
4. Pewarna Makanan
Secara umum bahan pewarna yang sering digunakan dalam makanan olahan
terbagi atas pewarna natural (alami) dan pewarna sintetis (buatan).
a) Pewarna Makanan Alami
Pewarna alami merupakan pewarna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
atau hewan yang lebih aman untuk dikonsumsi. Contohnya karotenoid adalah
kelompok zat warna yang meliputi warna kuning, oranye, dan merah. Biasanya
terdapat pada tomat, wortel, cabai merah, dan jeruk. Sedangkan dari hewan
terdapat dalam lobster dan kulit udang.
b) Pewarna Sintesis
Pewarna sintetis pada umumnya terbuat dari bahan-bahan kimia. Misalnya
tartrazin untuk warna kuning, allura red untuk warna merah, dan seterusnya.
Kadang-kadang pengusaha yang nakal juga menggunakan pewarna bukan
makanan untuk memberikan warna pada makanan. Pewarna buatan/sintetis adalah
pewarna yang biasanya dibuat di pabrik-pabrik dan berasal dari suatu zat kimia.
Pewarna ini digolongkan kepada zat berbahaya apabila dicampurkan ke dalam
makanan. Pewarna sintetis dapat menyebabkan gangguan kesehatan terutama pada
fungsi hati dalam tubuh. Jenis pewarna yang masuk dalam komposisi soda
sebagaimana yang sudah geDoor Lab lihat adalah pewarna Kuning FCF 15985,
Karmoisin CI 14720, Karamel, dan Allura. Sesuai izin dari Kementerian
Kesehatan, pewarna yang diperbolehkan adalah pewarna alami seperti Anato CI
75120, Beta Apo-8, Karotenal CI 80820, Kanta santin CI 40850, Karmin CI
75470, Beta Karoten CI 75130, Karamel, dan lain sebagainya.

Berikut gambar kandungan salah satu soft drink yang sering dikonsumsi:

\
Gambar 2. Komposisi soft drink yang Sering Dikonsumsi

Jenis-jenis kandungan yang terdapat dalam soft drink menurut Australian Beverages
Council (2004), meliputi antara lain:
1. Carbonated water (air soda)
Air soda merupakan kandungan utama yang terdapat dalam soft drink yaitu
sekitar 86%. Air soda berperan sebagai salah satu sumber air pada tubuh manusia.
Di dalam air soda, terdapat kandungan gas berupa karbon dioksida (CO2).
2. Bahan pemanis
Rasa manis yang terdapat dalam soft drink dapat berasal dari sukrosa atau
pemanis buatan. Sukrosa merupakan perpaduan antara fruktosa dan glukosa yang
termasuk dalam karbohidrat. Jumlah sukrosa yang terdapat dalam soft drink
sekitar 10%. Pemanis buatan yang sering dipakai dalam soft drink ialah aspartam.
Aspartam dibentuk dari perpaduan asam aspartat dengan fenilalanin dan bersifat
200 kali lebih manis dari gula sehingga hanya sedikit jumlah aspartam yang
terkandung dalam soft drink.
3. Bahan perasa
Bahan perasa terdiri dari bahan perasa alami dan bahan perasa buatan.
Bahan perasa alami berasal dari buah-buahan, sayuran, kacang, daun, tanaman
herbal, dan bahan alami lainnya. Bahan perasa buatan digunakan agar soft drink
memberi rasa yang lebih baik.
4. Asam
Asam berperan dalam menambah kesegaran dan kualitas pada soft drink.
Asam yang dipergunakan yaitu asam sitrat dan asam fosfor.
5. Kafein
Kafein berperan dalam meningkatkan rasa yang terkandung dalam soft
drink. Kafein yang terkandung dalam soft drink berjumlah ¼ sampai ⅓ dari
jumlah kafein yang terkandung dalam kopi.
6. Pewarna
Pewarna bersamaan dengan gas CO2 merupakan bagian dari karakteristik
soft drink. Pewarna terdiri dari pewarna alami dan pewarna buatan yang dapat
digunakan. Warna yang ada dalam minuman seperti Coca-cola, Pepsi atau
minuman sejenis lainnya berasal dari zat yang disebut dengan methylimidazole (4-
MI).
(Anonim, 2011)
B. Dampak Konsumsi Soft Drink Terhadap Kesehatan
Beberapa kandungan zat kimia yang terdapat pada softdrink tersebut tentu
membawa dampak sendiri bagi kesehatan tubuh.
1. Air soda yang mengandung CO2 menimbulkan reaksi asam, tingkat keasaman dan
kandungan gula pada soft drink akan memicu terjadinya kerusakan gigi. Minuman
soda mengandung CO2 sebagai penyebab lambung tidak bisa menghasilkan enzim
yang sangat penting bagi proses pencernaan. Hal ini terjadi jika
mengkonsumsinya bersamaan saat makan maupun sesudah makan. Menurut para
peneliti dari rumah sakit Universitas Kopenhagen, Denmark pria yang minum
seliter air bersoda atau lebih setiap hari, memiliki jumlah sperma lebih sedikit dari
mereka yang tidak minum air bersoda. Hasil penelitian itu dipublikasikan dalam
"American Journal of Epidemiology". (Eko Prayitno, 2011)
2. Natrium benzoat sebagai bahan pengawet pada soft drink, telah teridentifikasi
dapat menyebabkan kerusakan pada DNA dan hiperaktif. Jika dikonsumsi dalam
waktu panjang dapat menyebabkan penyakit kanker. (Wikipedia, 2013)
3. Kafein, jika dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan masalah bagi
kesehatan, diantaranya warna gigi berubah, bau mulut, meningkatkan stres,
serangan jantung, kemandulan pada pria, gangguan pencernaan, kecanduan dan
bahkan penuaan dini. Kafein juga merupakan salah satu penyebab utama sakit
kepala. (Eko Prayitno, 2011)
4. Zat pewarna, yang banyak ditemukan pada soft drink adalah methylimidazole (4-
MI). Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di California, konsumsi zat 4-MI
secara berlebihan dan terus menerus dapat memicu kanker. Bahayanya, teryata
dalam satu kaleng soda terkandung hampir 140 mcg zat 4-MI
(www.jurukunci.net, 2012)
5. Tingkat kandungan fosfat yang tinggi dalam soft drink dapat menghancurkan
mineral penting dalam tubuh. Kekurangan mineral yang serius dapat
menyebabkan penyakit jantung (kekurangan magnesium), osteoporosis
(kekurangan kalsium) dan banyak lagi. Sebagian besar vitamin tidak berfungsi di
dalam tubuh tanpa adanya mineral.
6. Jumlah gula yang tinggi dalam soft drinks menyebabkan pankreas memproduksi
insulin dalam jumlah besar, yang mengakibatkan “benturan gula”, kelebihan dan
kekurangan gula dalam insulin dapat menyebabkan diabetes dan penyakit yang
terkait dengan ketidakseimbangan dalam tubuh. Keadaan ini dapat mengganggu
pertumbuhan anak sehingga dapat menyebabkan masalah kesehatan seumur
hidup.
Secara umum dijelaskan bahwa pengkonsumsian soft drink memiliki dampak
bagi kesehatan tubuh manusia, antara lain (Anonim, 2011) :
a. Kelebihan Berat Badan (Overweight) dan Obesitas
Overweight merupakan keadaan gizi lebih, dinyatakan dengan Indeks
Massa Tubuh (IMT) lebih besar dari 23 di daerah Asia Pasifik. Suatu keadaan
yang melebihi overweight dinamakan obesitas. Obesitas ialah peningkatan berat
badan sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh yang melebihi
batas kebutuhan skeletal dan fisik. Pada anak-anak dan remaja, obesitas berkaitan
dengan intoleransi glukosa, hipertensi, dan dislipidemia. Konsumsi sugar-
sweetened soft drink dapat menjadi faktor penting terhadap kejadian obesitas
remaja. He et al (2010) melakukan studi intervensi berupa pengurangan 1,5
kaleng konsumsi soft drink setiap minggu selama satu tahun dan didapati hasil
bahwa anak mengalami penurunan terhadap berat badan dan obesitas sekitar
7,7%.
b. Karies Gigi
Konsumsi soft drink memiliki banyak potensi untuk masalah kesehatan.
Kandungan asam dan gula dalam soft drink memiliki potensi untuk menimbulkan
karies gigi dan erosi lapisan enamel. Karies gigi ialah suatu penyakit dari jaringan
kapur atau kalsium pada gigi yang ditandai adanya kerusakan jaringan gigi. Asam
terutama asam fosfor sebagai penyebab kehilangan total enamel gigi. Asam fosfor
menurunkan pH saliva dari 7,4 menjadi suasana asam. Agar dapat meningkatkan
level pH kembali di atas 7, tubuh akan berusaha menarik ion kalsium dari gigi
sehingga lapisan enamel gigi menjadi sangat berkurang, ditandai dengan gigi
yang terlihat berwarna kekuningan.
c. Diabetes
Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung fruktosa memiliki
sejumlah kecil insulin dibandingkan dengan asupan karbohidrat. Pada penelitian
hewan, konsumsi fruktosa dapat menimbulkan resistensi insulin, impaired
glucose tolerance, hiperinsulinemia, hipertriasilgliserolemia, dan hipertensi.
Keadaan-keadaan ini dapat menyebabkan timbulnya diabetes. Diabetes ialah
suatu sindrom kronik terjadinya gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein akibat ketidakcukupan sekresi insulin atau resistensi insulin pada jaringan
yang dituju.
Dalam suatu studi yang melibatkan 91249 wanita dan dilakukan selama
delapan tahun, terjadi peningkatan dua kali lipat penyakit diabetes pada mereka
yang mengonsumsi satu atau lebih soft drink per hari dibandingkan dengan yang
mengonsumsi kurang dari satu soft drink per bulan.
d. Osteoporosis dan Fraktur Tulang
Konsumsi soft drink telah menggantikan konsumsi susu, dengan jumlah
konsumsi susu menjadi 1½ gelas susu per hari pada remaja putra dan kurang dari
satu gelas per hari pada remaja putri. Akibatnya, konsumsi soft drink meningkat
yang diikuti dengan penurunan konsumsi susu menyebabkan seseorang dapat
mengalami penurunan asupan kalsium. Hal ini meningkatkan resiko terjadinya
osteoporosis, terutama perempuan dan mengarah pada kejadian fraktur tulang.
Jacobson (2008) menjelaskan bahwa ada suatu penelitian yang menyatakan
konsumsi soft drink dapat menyebabkan kejadian fraktur tulang pada anak. Studi
yang dilakukan pada anak berusia 3 sampai 15 tahun dengan fraktur tulang hebat
memiliki tingkat kepadatan tulang yang rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh
asupan kalsium yang rendah.

C. Bentuk pengaturan pengkonsumsian soft drink agar tidak berdampak negatif


bagi kesehatan
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahayanya soft drink
bagi kesehatan tubuh manusia. Penelitian Diya Arofah (2006) mengenai konsumsi
soft drink sebagai faktor resiko terjadinya obesitas pada remaja 15-17 tahun
menunjukkan bahwa konsumsi soft drink dalam batas-batas tertentu tidak
memberikan faktor resiko terjadinya obesitas. Saran yang kemudian diberikan dalam
penelitian tersebut adalah:
1. Perlu dilakukan upaya penyuluhan kepada siswa-siswi SMU mengenai masalah
gizi, khususnya mengenai obesitas yang berhubungan dengan konsumsi minuman
ringan yang berlebihan.
2. Bagi remaja perlu meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari dengan kegiatan rutin
seperti berolahraga agar mengurangi faktor risiko terjadinya obesitas
Selain itu, hal yang mungkin bisa dilakukan adalah tidak membeiasakan
minum softdrink dari kecil, membiasakan anak-anak untuk mengkonsumsi makanan
dan minuman yang lebih sehat, serta tidak menyediakan/menyimpan junk food
ataupun softdrink di rumah. Beberapa negara di Amerika dan Eropa sendiri telah lebih
banyak melakukan penelitian mengenai efek softdrink terhadap kesehatan, sehingga
mereka kemudian lebih peduli untuk bersama menanggulangi efek negatif
pengkonsumsian soft drink oleh remaja, dengan cara sebagai berikut:
a. Peraturan hukum di negara bagian Maryland menonaktifkan mesin penjual
softdrink pada hari sekolah. Serta senator Patrick Leahy melarang pemberian soda
dan junk food sebelum makan siang
b. Philipina menerapkan “junk food diet” dengan memberi pajak pada setiap botol
kecil minuman ringan berkabonasi yang dijual
c. Aliansi generasi yang lebih sehat, Cadburry Schweppes, Coca-cola, PepsiCo, dan
asosiasi minuman Amerika mengumumkan pedoman minuman sekolah yang
secara sukarela memindahkan soft drink yang tinggi kalori dari semua sekolah di
Amerika
d. Sekretaris Pendidikan British, Alan Johnson mengumumkan standar minimum
nutrisi pada makanan sekolah. Dari september 2006, makan siang sekolah harus
bebas dari minuman berkarbonasi. Sekolah juga membatasi penjualan junk food
(termasuk minuman berkarbonasi) pada mesin penjual otomatis dan toko truk.
Beberapa langkah nyata untuk meminimalisir dampak negatif softdrink telah
dilakukan, agar didapat hidup yang lebih sehat
BAB III
SIMPULAN

Berdasarkan penjelasan yang telah dilakukan di atas, didapatkan kesimpulan bahwa:


1. Komposisi utama dari soft drink antara lain air soda, bahan perasa, bahan pemanis,
kafein, asam, dan pewarna
2. Dampak pengkonsumsian soft drink terhadap kesehatan antara lain dapat
menyebabkan: kelebihan Berat Badan (Overweight) dan Obesitas; karies gigi;
diabetes; osteoporosis dan fraktura tulang
3. Beberapa langkah yang dilakukan untuk meminimalisir efek negatif pengkonsumsian
soft drink pada remaja antara lain: menetapkan peraturan untuk menonaktifkan mesin
penjual soft drink; mengenai pajak untuk setiap botol kecil soft drink yang dijual;
memindahkan soft drink yang tinggi kalori dari semua sekolah; membatasi penjualan
softdrink di sekolah
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Tinjauan Pustaka. Diambil pada tanggal 12 April 2013 dari
www.repository.usu.ac.id

Australian Beverages Council. 2004. Soft Drink. Diambil pada tanggal 12 April 2013 dari
www.google.com

Dyah Arofah. 2006. Konsumsi Soft Drink Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Obesitas pada
remaja Usia 15-17 Tahun. Daimbil pada tanggal 12 April 2013 dari
www.eprints.undip.ac.id

Eko Prayitno. 2011. Analisis Minuman Bersoda. Diambil pada tanggal 12 April 2013 dari
www.gedoor.com

Global Healing Center. 2013. Soft Drinks-America. Diambil pada tanggal 12 April 2013 dari
www.globalhealingcenter.com

Wikipedia. 2013. Soft Drinks. Diambil pada tanggal 12 April 2013 dari www.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai