Sejak Negara Republik Indonesia diproklamirkan, para pendiri negara (the founding
fathers) berkeinginan bahwa negara Indonesia ini merupakan Negara Kesatuan. Hal ini dapat
dilihat dalam Konstitusi negara ini (UUD 1945) Pasal 1 ayat (1) yang menyebutkan:
Pasal ini, sejak Konstitusi Indonesia ditetapkan sampai terjadinya amandemen pasal-
pasal dalam Konsitusi RI (UUD 1945), ternyata tidak termasuk ke dalam pasal yang di
amandemen. Hal ini membuktikan bahwa sejak di proklamasikannya negara ini hingga
sekarang, Indonesia tetap berprinsip pada bentuk negaranya sebagai Negara Kesatuan.
Bahkan, hasil amandemen UUD 1945 menetapkan bahwa khusus mengenai bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan.
Ciri yang melekat dari negara kesatuan, yaitu adanya Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah yang keduanya saling berhubungan erat dan saling menentukan. Artinya,
Pemerintah Pusat tidak akan mampu menjalankan tugas dan kewajiban dalam organisasi
kekuasaan negara yang sangat luas tanpa Pemerintah Daerah. Pada sisi lain, Pemerintah
Daerah tidak akan mendapat kekuasaan (power) yang berbentuk kewenangan (authority)
untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya apabila tidak diberi wewenang oleh
Pemerintah Pusat yang diatur melalui peraturan perundang-undangan. Dengan demikian,
hubungan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah di negara kesatuan sangat
menentukan dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan.
“Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah
Provinsi itu dibagi atas Kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap Provinsi, Kabupaten dan Kota
mempunyai Pemerintah Daerah, yang diatur dengan Undang-undang.”
Daerah yang ada di Indonesia ini bukan merupakan suatu negara (staats), melainkan
hanya merupakan daerah provinsi. Daerah provinsi di bagi lagi dalam daerah yang lebih kecil
lagi, yaitu kabupaten dan kota. Oleh karena itu, terdapat hubungan yang erat antara
Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat
(4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang menyebutkan, “Pemerintan daerah dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan dengan pemerintah dan dengan
pemerintah daerah lainnya.”
2. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh aparat
pengawas intern Pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan.
Sementara itu, hubungan dalam bidang keuangan antarpemerintah daerah meliputi sebagai
berikut.
1. Bagi hasil pajak dan non pajak antara pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
daerah Kabupaten/Kota.
2. Pendanaan urusan pemerintahan yang menjadi tanggungjawab bersama.
3. Pembiayaan bersama atas kerja sama antardaerah.
4. Pinjaman dan/atau hibah antarpemerintah daerah.