Anda di halaman 1dari 26

1. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi lesi berdasarkan letak/permukaannya!

2. Recurrent Apthous Stomatitis (RAS) :


a. Definisi RAS
b. Jelaskan urutan diagnosi RAS mulai dari anamnesis, gambaran klinis, dan pemeriksaan
penunjang
c. Sebutkan DD RAS, apa perbedaan dan persamaannya
d. Jelaskan prinsip terapi RAS, berikan contohnya masing-masing
3. Sebutkan dan jelaskan variasi normal yang anda ketahui dan apa pentingnya mengetahui
gambaran variasi normal tersebut!
4. Oral Candidiasis :
a. Sebutkan klasifikasi klinis oral candidiasis yang anda ketahui
b. Jelaskan urutan penegakkan diagnosis oral candidiasis mulai anamnesis, gambaran klinis,
dan pemeriksaan penunjangnya
c. Sebutkan DD oral candidiasis, apa perbedaan dan persamaannya masing-masing
5. Angular Cheilitis :
a. Sebutkan dan jelaskan beberapa factor penyebab angular cheilitis
b. Jelaskan urutan diagnosis angular cheilitis mulai dari anamnesis, gambaran klinis, dan
pemeriksaan penunjang
1. Lesi berdasarkan letak/permukaannya
a. Perluasan di bawah permukaan
- Ulser : Hilangnya lapisan epitel hingga meluas sampai lapisan sel basal
Contoh : Ulkus Traumatik

- Erosi : Hilangnya/rusaknya lapisan epitel yang dangkal diatas lapisan sel basal
Contoh : Pecahnya Vesikel, Licen Planus Erosive

- Fissure : Rusaknya jaringan memanjang dan dalam yang disertai rasa sakit
Contoh : Angular cheilitis, fissure tongue
b. Perluasan di atas permukaan
1. Papula : suatu massa yang menonjol pada kulit/mukosa, bulat/lonjong dengan
diameter < 1 cm. Contoh : Eritema multiformis, granula Fordyce

2. Plaque : suatu massa yang menonjol dengan atap yang rata, dengan permukaan yang
bias halus, kasar, atau pecah-pecah, ukuran lebih besar dari papula. Contoh :
Leukoplakia

3. Vesikel : benjolan bulat dan bening transparan berisi cairan limfe, darah, dan serum.
Ukuran < 1 cm. contoh : lesi herpetik, cacar air

4. Bulla : sama dengan vesikel, tetapi ukurannya lebih besar dari 1cm. contoh : Luka
bakar, pemphigus vulgaris
5. Pustula : sama dengan vesikel & bulla tetapi berisi cairan pus (purulent). Contoh :
acne vulgaris, penyakit impetigo (pada kulit berupa bisul-bisul kecil)

6. Nodul : suatu massa yang padat dan menonjol dengan dimensi perluasan ke bawah,
dengan ukuran < 1 cm. contoh : fibroma

7. Tumor : suatu massa padat yang menonjol bulat dengan perluasan ke bawah dengan
ukuran > 1 cm.
c. Datar
- Makula : suatu lesi datar, warna lebih gelap dari normal, berbatas jelas, ukurannya mulai
dari titik sampai bercak beberapa cm. Contoh : pigmentasi pada Addison’s disease.

- Patch : sama seperti macula tetapi ukurannya lebih luas. Contoh : vitiligo

- Petechiae : Lesi datar bercak warna merah atau keunguan. Berasal dari darah yg masuk
ke subkutan. Lesi ini jika ditekan tetap warna kemerahan. Contoh : Scurvy
- Echimosis : Merupakan ptekie yang luas. Contoh : Trobositopenia Purpura
2. Recurrent Apthous Stomatitis (RAS)
a. Definisi :
- Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS) merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
berulangnya ulser dan terbatas pada mukosa rongga mulut pasien tanpa adanya tanda-
tanda penyakit lainnya (Lynch et al., 1994).

Terdapat tiga bentuk recurrent apthosa stomatitis, antara lain :

 RAS minor, ditemukan pada 80% kasus yang ada. Diameternya <1 cm. Dapat sembuh
tanpa membentuk jaringan parut.
 RAS mayor, ditemukan pada 10% kasus yang ada. Diameternya >1cm. Periode
penyembuhannya lama (beberapa minggu) dan dapat disertai pembentukan jaringan
parut.
 RAS herpetiformis, ditemukan pada 10% kasus yang ada. Lesi bersifat multiple, hingga
100 lesi dapat muncul pada waktu bersamaan. Kecil, diameternya 1-2 mm.

Etiologi : Belum diketahui secara pasti penyebabnya (idiopatik).

Faktor Predisposisi :
 Defisiensi Nutrisi (Fe, asam folat, dan vitamin B12 )
 Faktor hormonal
 System imun
 Stress psikologis
 Genetik
 Mikrobial

a. Diagnosa :
Anamnesa (pemeriksaan subyektif)
Identitas pasien : Nama, alamat, nomor telepon, keluarga pasien, umur, jenis kelamin,
ras, pekerjaan.
 Keluhan utama (keadaan sakit yang diderita)
- Intensitas sakit
- Timbulnya sakit
- Pembengkakan
 Post medical history (PMH)
 Post dental history
 Riwayat penyakit keluarga

Pemeriksaan obyektif
a. Pemeriksaan ekstra oral : pembengkakan, kelenjar limfe, TMJ, dan kelainan-kelainan
ulkus pada wajah
b. Pemeriksaan Intra oral : jaringan lunak dalam rongga mulut (gingival, mukosa, lidah,
bibir), ada pigmentasi (lokasi dan spesifikasi), gigi geligi.

Gambaran Klinis :

RAS Minor :

 Lokasi : mukosa bukal, mukosa labial, dasar mulut, dan kadang dorsum lidah. Tidak
ditemukan di gingival ataupun mukosa palatum yang memiliki keratin.
 Jumlah ulserasi : bisa satu lesi atau dua hingga tiga lesi. Kadang-kadang multiple.
 Ukuran : diameternya biasanya 2-5 mm.
 Bentuk : bulat atau lonjong, dan dangkal.
 Dasar lesi : kekuningan.
 Tepi lesi : meradang disertai kelim merah.
 Infeksi sekunder jarang terjadi. Bila ada, akan menimbulkan limfadenopati.

RAS Mayor :

 Lokasi : secara prinsip ditemukan di bagian posterior mulut, termasuk daerah yang
memiliki keratinisasi.
 Meskipun demikian, seluruh daerah di rongga mulut, termasuk mukosa yang tidak
mengalami keratinisasi pada palatum molle dan daerah tonsil yang jarang terkena RAS
minor, dapat menjadi lokasi tempat RAS mayor ditemukan.
 Jumlah ulserasi : bisa soliter atau multiple.
 Ukuran : lebih besar dari 1 cm. Bisa juga mencapai 5 cm.
 Bentuk : bulat atau lonjong.
 Dasar lesi : kekuningan, keabuan.
 Tepi lesi : merah dan meradang. Bisa lebih menonjol dibandingkan jaringan sekitarnya.
 Jaringan dasar : tetap lunak, tidak mengalami indurasi.
 Ditemukan pada penderita infeksi HIV.

RAS Herpetiformis :
 Lebih banyak ditemukan pada wanita.
 Lokasi : lidah, dasar mulut, dan mukosa bukal.
 Jumlah lesi : multiple, bisa mencapai 100 lesi pada saat yang bersamaan. Beberapa lesi
dapat bergabung menjadi satu.
 Ukuran : kecil, berdiameter 1-3 mm.
 Bentuk : tidak beraturan.
 Dasar lesi : keabuan.
 Tepi lesi – tidak tegas.
 Ditemukan daerah kemerahan yang luas pada membran mukosa.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan tambahan (bila diperlukan)


 Pemeriksaan patologi klinik : darah, urine, cairan tubuh, dll.
 Pemeriksaan PA : Sitologi, kuretase, untuk identifikasi bakteri
 Pemeriksaan mikrobiologi : untuk mengidentifikasi bakteri

c. Diffrential diagnoses
 Behcet Disease
 Cancers of the Oral Mucosa
 Cicatricial Pemphigoid
 Contact Dermatitis, Allergic
 Contact Dermatitis, Irritant
 Contact Stomatitis
 Dermatologic Manifestations of Gastrointestinal Disease
 Dermatologic Manifestations of Hematologic Disease
 Drug-Induced Bullous Disorders
 Erythema Multiforme
 Hand-Foot-and-Mouth Disease
 Herpes Simplex
 Langerhans Cell Histiocytosis
 Lichen Planus
 Linear IgA Dermatosis
 Lupus Erythematosus, Acute
 Lupus Erythematosus, Drug-Induced
 Pemphigus Vulgaris
 Pemphigus, Drug-Induced
 Pemphigus, IgA
 Pemphigus, Paraneoplastic
 Reactive Arthritis

d. Prinsip terapi
Prinsip terapi RAS adalah perawatan paliatif yaitu perawatan kesehatan terpadu yang bersifat
aktif dan menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya untuk
mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya.
Hal ini dikarenakan RAS bersifat idiopatik, yaitu tidak diketahui secara pasti penyebabnya,
oleh karena itu prinsip terapi paliatif yang diterapkan.

Perawatan :

 Pemberian vitamin B12 , Fe, dan asam folat.


 Menjaga kebersihan rongga mulut (DHE)
 Pasien RAS yang berhubungan dengan stress psikologis, dapat dilakukan perawatan
dengan mengurangi tingkat stress, dengan cara konseling dan psikoterapi. Dukungan
sosial mempunyai efek pendukung sistem imun.

Resep :
 Metronidazole 500 mg setiap 8 jam
 Ciprofloxacin 500 sampai 750 mg setiap 12 jam

3. Variasi normal dalam rongga mulut


a. Fissure tongue (Scrotal tongue)
Merupakan variasi herediter, punggung lidah berfisur, dengan kedalaman antara 3-5 mm.
lidah yang berfisur tidak memperlihatkan adanya papilla-papila normal, kadang agak
perih.

b. Lidah geografik (Glossitis migration jinak)


Permukaan lidah berupa daerah berwarna kemerahan, tidak berpapila dengan penipian
dorsal lidah, biasanya dikelilingi zona sempit dari papilla yang bergenerasi, berwarna
lebih putih dari daerh sekitarnya.

c. Ankiloglosia
Merupakan kelainan kongenital, ditandai dengan pendeknya frenulum lingualis sehingga
mengganggu fungsi bicara / menelan.
d. Scalloped tongue (created tongue)
Keadaan ini ditandai dengan lekukan pada tepi lidah, biasanya bilateral tetapi dapat juga
unilateral atau terisolasi pada daerah dimana lidah berkontak erat dengan gigi-gigi.
Penyebabnya meliputi keadan-keadaan yang menyebabkan tekanan abnormal

pada lidah seperti gerakan gesek dari lidah terhadap gigi dan diastema, kebiasaan
menjlurkan lidah, menghisap lidah, clenching atau lidah yang membesar.

e. Varikositas
Varikositas tambak sebagai pertumbuhan noduler, fluktuasi, berwarna merah, biru sampai
ungu. Varikositas intraoral paling umum timbul superficial pada permukaan ventral dari
2/3 anterior lidah dan dapat meluas ke tepi lateralnya.

f. Granula Fordyce
Merupakan kelenjar sebasea ektopik dengan cirri khas tampak pada mukosa pipi sebagia
papula yang sedikit menimbul, berwarna putih, putih crem, atau kuning.

g. Linea alba
Merupakan suatu temuan intraoral umum yang tampak sebagai garis bergelombang
putih, menimbul, panjang bervariasi dan terletak pada garis oklusi di mukosa pipi.

h. Leukoedema
Merupakan suatu variasi mukosa yang menunjukangaris-garis putih halus, kerutan-
kerutan dan lipatan-lipatan jaringan yang menumpuk.

i. White sponge nevus (familial white folded dysplasia)


Merupakan kelainan yang relative tidak umum, yang biasanya dijumpai pada pada anak
waktu lahir atau pada anak kecil, tetapi menetap seumur hidup. Ditandai dengan lesi-lesi
mukosa yang tanpa gejala, putih, berkerut, dan seperti busa. Penyebabnya dihubungkan
dengan cacat pada kematangan epitel dan eksfoliasi.

j. Melanoplakia
Suatu pigmenasi gelap yang menyeluruh dan konstan pada mukosa mulut, umumnya
dijumpai pada orang-orang yang berkulit gelap (melanoderm). Keadaan tersebut
fisioogis, bukan patologis dan akibat dari bertambahnya melanin, suatu pigmen endogen
yang terdapat pada lapisan basal dari mukosa dan lamina propria.

k. Macroglossia
Macroglossia adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan lidah yang membesar
secara abnormal. Macroglosia merupakan kelainan kongenital atau acquired. Sehingga
kesulitan bicara, gigi-gigi yang bergeser, maloklusi atau scalloped tongue.

l. Microglossia
Merupakan suatu kelainan lidah yang menyebabkan mengecilnya lidah.

m. Cheek biting
Cheek biting adalah kebiasaan menggigit bagian dalam pipi secara spontan

4. Oral Candidiasis

Kandidiasis adalah infeksi primer atau sekunder dari genus Candida, terutama Candida
albicans (C.albicans). Manifestasi klinisnya sangat bervariasi dari akut, subakut dan kronis
ke episodik. Kelainan dapat lokal di mulut, tenggorokan, kulit, kepala, vagina, jari-jari
tangan, kuku, bronkhi, paru, atau saluran pencernaan makanan, atau menjadi sistemik
misalnya septikemia, endokarditis dan meningitis. Proses patologis yang timbul juga
bervariasi dari iritasi dan inflamasi sampai supurasi akut, kronis atau reaksi granulomatosis.
Karena C.albicans merupakan spesies endogen, maka penyakitnya merupakan infeksi
oportunistik.

Faktor-faktor predisposisi yang dihubungkan dengan meningkatnya insidens kolonisasi


dan infeksi kandida adalah :

o Faktor mekanis : trauma (luka bakar, abrasi), oklusi lokal, lembab dan atau maserasi, gigi
palsu, bebat tertutup atau pakaian, kegemukan
o Faktor nutrisi : avitaminosis, defisiensi besi (Kandidiasis mukokutaneus kronis),
defisiensi folat, Vit B12, malnutrisi generalis
o Perubahan fisiologis : umur ekstrim (sangat muda/sangat tua), kehamilan, KVV terjadi
pada 50% wanita hamil terutama pada trimester terakhir, menstruasi.
o Penyakit sistemik : Down’s Syndrome, Akrodermatitis enteropatika, penyakit endokrin
(Diabetes mellitus, penyakit Cushing, hipoadrenalisme, hipotiroidisme,
hipoparatiroidisme), uremia, keganasan terutama hematologi (leukemia akut,
agranulositosis13), timoma, Imunodefisiensi (Sindroma AID, Sindroma imunodefisiensi
kombinasi berat, defisiensi Myelo peroksidase, Sindroma Chediak – Higashi, Sindroma
Hiper immunoglobinemia E, penyakit granulomatosus kronis, Sindroma Di George,
Sindroma Nezelof),
o Penyebab iatrogenik : pemasangan kateter, dan pemberian IV, radiasi sinar-X
(Xerostomia), obat-obatan (oral – parenteral – topikal - aerosol), antara lain :
kortikosteroid dan imunosupresi lain, antibiotic spektrum luas, metronidazol,
trankuilaiser, kontrasepsi oral (estrogen), kolkhisin, fenilbutason, histamine 2-blocker.
Klasifikasi klinis oral candidiasis

- Akut : Akut Pseudomembranous Kandidiasis (Trush)


Akut Atrofik Kandidiasis
- Kronis : Kronis Atrofik Kandidiasis
Kronis Hiperplastik Kandidiasis

Diagnosa : Anamnesa, gambaran klinis, dan pemeriksaan penunjang

Anamnesa (pemeriksaan subyektif)

Identitas pasien : Nama, alamat, nomor telepon, keluarga pasien, umur, jenis kelamin, ras,
pekerjaan.

 Keluhan utama (keadaan sakit yang diderita)


- Intensitas sakit
- Timbulnya sakit
- Pembengkakan
 Post medical history (PMH)
 Post dental history
 Riwayat penyakit keluarga

Pemeriksaan obyektif
e. Pemeriksaan ekstra oral : pembengkakan, kelenjar limfe, TMJ, dan kelainan-kelainan
ulkus pada wajah
f. Pemeriksaan Intra oral : jaringan lunak dalam rongga mulut (gingival, mukosa, lidah,
bibir), ada pigmentasi (lokasi dan spesifikasi), gigi geligi.

- Gambaran klinis
a. Akut Pseudomembranous Kandidiasis
Disebut juga oral thrush, kandidiasis pseudomembran akut. Tampak
plak/pseudomembran, putih seperti sari susu, mengenai mukosa bukal, lidah dan
permukaan oral lainnya. Pseudomembran tersebut terdiri atas kumpulan hifa dan sel
ragi, sel radang, bakteri, sel epitel, debris makanan dan jaringan nekrolitik. Bila plak
diangkat tampak dasar mukosa eritematosa atau mungkin berdarah dan terasa nyeri
sekali.

b. Akut Atrofik Kandidiasis


Disebut juga midline glossitis, kandidiasis antibiotik, glossodynia, antibiotic tongue,
kandidosis eritematosa akut. Mungkin merupakan kelanjutan kandidiasis
pseudomembran akut akibat menumpuknya pseudomembran. Daerah yang terkena
tampak khas sebagai lesi eritematosa, simetris, tepi berbatas tidak teratur pada
permukaan dorsal tengah lidah, sering hilangnya papilla lidah dengan pembentukan
pseudomembran minimal dan ada rasa nyeri. Sering berhubungan dengan pemberian
antibiotic spektrum luas, kortikosteroid sistemik, inhalasi maupun topikal.

c. Kronis Atrofik Kandidiasis


Disebut juga denture stomatitis. denture-sore mouth. Bentuk tersering pada pemakai
gigi palsu (1 di antara 4 pemakai) dan 60% di atas usia 65 tahun, serta wanita lebih
sering terkena. Gambaran khas berupa eritema kronis dan edema di sebagian palatum
di bawah prostesa maksilaris. Ada 3 stadium yang berawal dari lesi bintik-bintik
(pinpoint) yang hiperemia, terbatas pada asal duktus kelenjar mukosa palatum.
Kemudian dapat meluas sampai hiperemia generalisata dan peradangan seluruh area
yang menggunakan gigi palsu. Bila tidak diobati pada tahap selanjutnya terjadi
hiperplasia papilar granularis. Kandidiasis atrofi kronis sering disertai kheilosis
kandida, tidak menunjukkan gejala atau hanya gejala ringan. C.albicans lebih sering
ditemukan pada permukaan gigi palsu daripada di permukaan mukosa. Bila ada
gejala, umumnya pada pasien dengan peradangan granular atau generalisata, keluhan
dapat berupa rasa terbakar, pruritus dan nyeri ringan sampai berat.

d. Kronis Hiperplastik Kandidiasis


Disebut juga leukoplakia kandida, Gejala bervariasi dari bercak putih, yang hampir
tidak teraba sampai plak kasar yang melekat erat pada lidah, palatum atau mukosa
bukal. Keluhan umumnya rasa kasar atau pedih di daerah yang terkena.

Tidak seperti pada kandidiasis pseudomembran, plak disini tidak dapat dikerok.
Harus dibedakan dengan leukoplakia oral oleh sebab lain yang sering dihubungkan
dengan rokok sigaret dan keganasan. Terbanyak pada pria, umumnya di atas usia 30
tahun dan perokok.
- Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan langsung dengan larutan KOH/ larutan Salin.
Tampak budding yeast cells dengan atau tanpa pseudohifa (gambaran seperti untaian
sosis) atau hifa. Bila ada hifa berarti infeksinya kronis. Hanya C. albicans dan C.
tropicalis yang dapat membentuk hifa sebenarnya selain budding yeast dan
pseudohifa.
b. Pengecatan Gram.
Jamur (budding yeast cell, blastospora, pseudohifa, hifa) tampak positif Gram dan
sporanya lebih besar dari bakteri. Pemeriksaan langsung KOH atau Gram harus
dilakukan pada kandidiasis mukosa dan apabila hasilnya positif, sudah dapat
menyokong diagnosis.
c. Kultur
Spesimen harus baru dan kultur dapat dilakukan dengan media :
- Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dengan antibiotik
- CHROMagar Candida
Pada CHROMagar Candida masing-masing koloni spesies Candida mempunyai
warna khas : C.albicans berwarna hijau apel, C.dubliniensis berwarna hijau tua,
C.glabrata berwarna merah muda (pink) sampai ungu,dan besar, C.tropicalis
berwarna biru tua kadangkadang merah muda dan semuanya membentuk halo ungu,
C.krusei berwarna merah muda pucat, besar, datar, dan permukaan kasar,
C.parapsilosis berwarna putih kotor (off white) sampai merah muda pucat, C.
guilliermondii berwarna merah muda sampai ungu, dan kecil.
Differential diagnoses
Difteria, leukoplakia karena sebab lain (merokok atau keganasan), kheilitis, likenplanus, infeksi
herpes, eritema multiforme, anemia pernisiosa.

5. Angular Cheilitis
Angular cheilitis atau perleche ialah reaksi inflamasi pada sudut bibir mulut yang sering
dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus dan berlanjut hingga ke kulit. Angular cheilitis
ini dikarakteristik oleh kemerahan yang menyebar, bentuknya seperti fisur- fisur, kulit yang
nampak terkikis, ulser yang permukaannya berlapis dan disertai dengan gejala yang subjektif
seperti rasa sakit, rasa terbakar, dan nyeri.
a. Factor penyebab Angular cheilitis
- Defisiensi Nutrisi
Kekurangan gizi merupakan penyebab terjadinya angular cheilitis. Kekurangan vitamin
B-2 (riboflavin), vitamin B-3 (niacin), Vitamin B-6 (pyridoxine), atau vitamin B-12
(cyanocobalamin) dan kekurangan zat besi dapat menyebabkan seorang anak mengalami
angular cheilitis. Penyebab angular cheilitis yang menonjol pada anak-anak adalah defisiensi nutrisi.
Defisiensi nutrisi yang dimaksud biasanya disebabkan kurangnya asupan vitamin B
kompleks (riboflavin), zat besi dan asam folat. Dalam menimbulkan angular cheilitis,
setiap faktor etiologi terutama defisiensi nutrisi berkorelasi dengan kondisi lingkungan,
pada anak sekolah yang paling berpengaruh adalah kondisi lingkungan dalam keluarga
dan di sekolah. Kondisi lingkungan yang dimaksud dapat berupa tingkat sosial ekonomi
keluarga, pengaruh adat dalam keluarga, kebiasaan atau pola makan anak dan pengetahuan
gizi.
Kekurangan gizi paska masa anak- anak selalu dihubungkan dengan vitamin dan
mineral yang spesifik, yang berhubungan dengan mikronutrien tertentu. Konsekuensi
defisiensi mikronutrien selama masa anak- anak sangat berbahaya.
- Mekanik
Pada pasien yang menggunakan gigi tiruan yang tidak pas. Biasanya sering terjadi pada
orang tua. Dapat pula terjadi pada pasien yang edentulous yang tidak memakai gigi tiruan
atau yang menggunakan gigi tiruan tapi tidak pas sehingga overhang pada bibir atas
bawah pada sudut mulut sehingga menghasilkan lipat lengkung miring pada sudut mulut,
lipatan yang dalam ini menyebabkan saliva mengalir keluar sehingga tercipta suatu
lingkungan yang basah terus menerus. Keadaan ini yang memungkinkan lingkungan yang
ideal bagi mikroorganisme untuk tumbuh berkembang. Selain pada orang tua, anak-anak
pun sering terjadi angular cheilitis disebabkan karena kebiasaan buruk seperti menjilat
sudut bibir, menghisap ibu jari dan menggunakan dot.

- Manifestasi penyakit sistemik


Banyak pasien yang menderita penyakit yang mempengaruhi seluruh tubuh dan
menunjukkan tanda-tanda dan gejala oral spesifik seperti:
1. Gangguan hematologis : anemia karena defisiensi zat besi
2. Gangguan endokrin : Diabetes mellitus
3. Infeksi virus : infeksi Human immunodeficiency virus

- Infeksi Bakteri
Agen infeksi merupakan penyebab utama dari lesi, dimana sebagian besar adalah candida
albican dan staphylococcus aureus. Candida diperkirakan sebagai factor utama terjadinya
angular cheilitis yang disebabkan oleh oral candidiasis. Selain

candida ada pula staphylococcus, streptococcus dan mikroorganisme lainnya yang dapat
menyebabkan terjadinya angular cheilitis. Infeksi bakteri dan faktor mekanikal sebagai
etiologi angular cheilitis sering terjadi pada anak yang mempunyai kebiasaan buruk seperti
menjilat sudut bibir dan menghisap jari. Hal tersebut menyebabkan saliva berkumpul pada
sudut mulut dan tanpa disadari turut menyediakan lingkungan yang sempurna untuk agen
infeksi dalam menyebabkan angular cheilitis.

b. Diagnosa :
Anamnesa (pemeriksaan subyektif)
Identitas pasien : Nama, alamat, nomor telepon, keluarga pasien, umur, jenis kelamin, ras,
pekerjaan.
 Keluhan utama (keadaan sakit yang diderita)
- Intensitas sakit
- Timbulnya sakit
- Pembengkakan
 Post medical history (PMH)
 Post dental history (PDH)
 Riwayat penyakit keluarga

Pemeriksaan obyektif
a. Pemeriksaan ekstra oral : pembengkakan, kelenjar limfe, TMJ, dan kelainan-kelainan
ulkus pada wajah
b. Pemeriksaan Intra oral : jaringan lunak dalam rongga mulut (gingival, mukosa, lidah,
bibir), ada pigmentasi (lokasi dan spesifikasi), gigi geligi.

Gambaran klinis

Secara umum angular cheilitis mempunyai simtom utama bibir kering, rasa tidak
nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur (celah) yang diikuti dengan rasa terbakar
pada sudut mulut. Yang paling sering sebagai daerah eritema dan udema yang berbentuk
segitiga pada kedua komisura atau dapat berupa atropi, eritema, ulser, krusta dan pelepasan
kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang. Reaksi jangka panjang, terjadi supurasi dan
jaringan granulasi. Gejala awal Angular cheilitis ialah rasa gatal pada sudut mulut dan
terlihat tampak kulit meradang dan bintik merah. Pada awalnya, hal ini tidak berbahaya,
tetapi akan terasa nyeri di sudut mulut dan mudah berdarah yang dikarenakan oleh gerakan
mulut seperti tertawa ataupun berbicara. Tingkat keparahan inflamasi ini ditandai dengan
retakan sudut mulut danbeberapa pendarahan saat mulut dibuka.

Pada angular cheilitis yang berhubungan dengan defisiensi nutrisi, dapat terlihat penipisan
papilla lidah (depapillated tongue) dikarenakan defisiensi zat besi. Lidah yang merah dan
berkilat (depapillated glossy red tongue) pada pasien dengan defisiensi asam folat, atau lidah
ungu kemerahan (reddish-purple depapillated tounge) pada defisiensi vitamin B. Angular
cheilitis yang disertai alopesia, diare dan ulserasi oral non-spesifik yang biasanya terdapat di
lidah dan mukosa bukal, dapat diduga dikarenakan defisiensi seng.
Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan tambahan (bila diperlukan)

 Pemeriksaan PA : Sitologi, kuretase, untuk identifikasi bakteri


 Pemeriksaan mikrobiologi : untuk mengidentifikasi bakteri

Anda mungkin juga menyukai