Anda di halaman 1dari 3

5.

TEORI KEPEMIMPINAN

a. Teori great Man theory (Bolman and Deal)


Teori ini mengatakan bahwa pemimpin besar (great leader) dilahirkan, bukan
dibuat (leader are born, not made). dan dilandasi oleh keyakinan bahwa pemimpin
merupakan orang yang memiliki sifat-sifat luar biasa dan dilahirkan dengan kualitas
istimewa yang dibawa sejak lahir dan ditakdirkan menjadi seorang pemimpin di
berbagai macam organisasi. Orang yang memiliki kualitas dapat dikatakan orang yang
sukses dan disegani oleh bawahannya serta menjadi pemimpin besar. Senada dengan
hal tersebut, Kartini Kartono dalam bukunya membagi definisi teori ini dalam dua
poin, yaitu seorang pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi terlahir menjadi pemimpin
oleh bakat-bakat alami yang luar biasa sejak lahirnya dan yang kedua dia ditakdirkan
lahir menjadi seorang pemimpin dalam situasi kondisi yang bagaimanpun juga. James
(1980), menyatakan bahwa setiap jaman memiliki pemimpin besar. Perubahan sosial
terjadi karena para pemimpin besar memulai dan memimpin perubahan serta
menghalangi orang lain yang berusaha membawa masyarakat kearah yang
berlawanan.
Menurut teori kepemimpinan ini seorang pemimpin besar terlahir sebagai
pemimpinyang yang memiliki ciri-ciri yang istimewa yang mencakup :
 Karisma
 Kecerdasan
 Kebijaksanaan
 Memberikan dampak besar
Karisma sendiri menunjukkan kepribadian seseorang yang dicirikan oleh
pesona pribadi, daya tarik, yang disertai dengan kemampuan komunikasi
interpersonal dan persuasi yang luar biasa. Karisma inilah yang dapat memberikan
dampak besar kepada lingkungan sosial sekitarnya. Perubahan sosial terjadi karena
para pemimpin besar memulai dan memimpin perubahan serta menghalangi orang
lain yang berusaha membawa masyarakatkearah yang berlawanan.
Teori kepemimpinan ini dikembangkan dari penelitian awal yang mencangkup
studi pemimpin besar. Para pemimpin berasal dari kelas yang istimewa dan
memegang gelar turun-temurun. Sangat sedikit orang dari kelas bawah memiliki
kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin. Teori great man didasarkan pada
gagasan bahwa setiap kali ada kebutuhan kepemimpinan, maka munculah seorang
manusia yang luar biasa dan memecahkan masalah. Ketika teori great man diusulkan,
sebagian besar pemimpin adalah orang laki-laki dan hal itu tidak bisa ditawar. Bahkan
para peneliti adalah orang laki-laki juga, yang menjadi alasan untuk nama teori
tersebut “great man”. Konsep kepemimpinan pada teori ini yang disebut orang besar
adalah atibut tertentu yang melekat pada diri pemimpin atau sifat personal, yang
membedakan antara pemimpin dan pengikutnya.
Teori ini secara garis besar merupakan penjelasan tentang orang besar dengan
pengaruh individualnya berupa karisma, intelegensi, kebijaksanaan atau dalam bidang
politik tentang pengaruh kekuasaannya yang berdampak terhadap sejarah. Pada teori
ini sabagian besar bersandar pada pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh Thomas
Charly di abad 19 yang penah menyatakan bahwa sejarah dunia tidak melainkan
sejarah hidup orang-orang besar. Menurutnya, seorang pemimpin besar akan lahir saat
dibutuhkan sehingga para pemimpin ini tidak bisa diciptakan.

b. Teori perilaku Lewin, White & Lippit


a. Otokratik : Pada gaya otokratik pemimpin melakukan kontrol maksimal terhadap
staf, membuat keputusan sendiri dalam menentukan tujuan kelompok. Lebih
menekankan pada penyelesaian tugas dari pada hubungan interpersonal. Gaya ini
cenderung menyebabkan permusuhan dan agresif atau apatis sampai menurunnya
inisiatif. Contoh Kepala Ruang menetapkan jadwal dinas, sanksi sesuai aturan,
tanpa mempertimbangkan alasan staf perawat yang mengajukan ijin
b. Demokratik : Pemimpin mengikutsertakan bawahan dalam proses pengambilan
keputusan. Lebih menekankan pada hubungan interpersonal dan kerja kelompok.
Pemimpin menggunakan posisinya untuk mendapatkan pandangan dan pemikiran
bawahan serta memotivasi mereka untuk menentukan tujuan dan mengembangkan
rencana. Hal ini cenderung meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.
Contoh Kepala Bidang Keperawatan selalu meminta Kepala Ruang memberikan
masukan untuk sebuah perubahan kebijakan
c. Partisipasif : Gaya kepemimpinan partisipatif lebih menekankan pada tingginya
dukungan dalam pembuatan keputusan dan kebijakan tetapi sedikit pengarahan.
Gaya pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan dirujuk sebagai
“partisipatif” karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan
keputusan dipegang secara bergantian. Dengan penggunaan gaya partisipatif ini,
pemimpin dan bawahan saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan
pembuatan keputusan. Dalam aktivitas menjalankan organisasi, pemimpin yang
menerapkan gaya ini cenderung berorientasi kepada bawahan dengan mencoba
untuk lebih memotivasi bawahan dibandingkan mengawasi mereka dengan ketat.
Mereka mendorong para anggota untuk melaksanakan tugas-tugas dengan
memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-hubungan saling
mempercayai dan menghormati dengan para anggota kelompok.
d. Laissez Fair : Pemimpin memberikan kebebasan bertindak, menyerahkan
perannya sebagai pemimpin kepada bawahan tanpa diberi petunjuk atau
bimbingan serta pengawasan. Pemimpin sangat sedikit merencanakan dan
membuat keputusan. Gaya kepemimpinan ini efektif bila bawahan mempunyai
kemampuan dan tanggung jawab yang tinggi. Bila kemampuan dan tanggung
jawab bawahan kurang cenderung menimbulkan keresahan dan frustasi. Contoh
Kepala Ruang tidak pernah mau tahu apa yang sedang terjadi di ruangan, staf
perawat yang tidak disiplin tidak mendapat teguran yang penting aman.
Daftar Pustaka

Mugianti Sri. (2016). Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Soekarso, Putong Iskandar. (2015). KEPEMIMPINAN : Kajian dan Teoritis. Ebook :


https://books.google.co.id/books?id=g6hxBgAAQBAJ&lpg=PA8&dq=teori
%20kepemimpinan%20great%20man%20theory
%20pdf&hl=id&pg=PA2#v=onepage&q&f=false

Anda mungkin juga menyukai