Anda di halaman 1dari 7

Kontroversi Bisphenol A

BISPHENOL-A

A. Pendahuluan
Bisphenol A (2,2-bis(4-hydroxyphenyl)propane) atau yang biasa dikenal dengan BPA
merupakan salah satu senyawa kimia yang diproduksi dalam skala besar diseluruh dunia dan
memiliki pasar di berbagai produk. Di Negara-negara Eropa produksi BPA sudah melebihi
500,000 ton, sedangkan didunia telah mencapai lebih dari 1 juta ton.

Gambar 1. Struktur kimia Bisphenol A

Pada tahun 1936, para ilmuwan menemukan bahwa bisphenol A(BPA) dapat digunakan
sebagai hormon buatan yang menyerupai estrogen, yang dapat digunakan dalam mengatasi
kesulitan kehamilan. Kemudian bisphenol A diketahui memiliki persamaan dengan senyawa
kimia yang disebut diethyl sylbestral (DES). Hingga akhirnya diketahui berbahaya setelah
diketahui DES dapat menyebabkan kanker dan masalah terkait reproduksi (Colborn et
al.1997)Sekitar tahun 1950 para ahli kimia menemukan bahwa BPA dapat dipolimerisasi
menjadi bahan plastik. Saat ini BPA digunakan untuk membuat plastik polikarbonat, suatu
bahan plastik yang bening dan kuat yang banyak digunakan dalam pembuatan botol bayi
merk-merk terkenal. Penggunaan bisphenol sudah cukup luas, bukan hanya untuk kemasan
pangan juga dapat digunakan sebagai bahan penambal gigi.
Sebagian besar BPA digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastik polikarbonat (PC) dan
epoxy resin. Plastik Polycarbonat yang diproduksi dengan menggunakan BPA memiliki
beberapa keunggulan, diantaranya memiliki tingkat kecerahan plastik yang baik, lebih kuat,
dan tahan terhadap benturan, serta mudah dibentuk pada suhu ruang. Hal ini membuat
penggunaan plastik polikarbonat lebih disukai untuk diaplikasikan pada berbagai produk
plastik seperti kemasan makanan, botol susu, botol air, bahkan pipa-pipa saluran air.
Sedangkan epoxy resin sering digunakan sebagai bahan pelapis logam seperti kaleng
makanan dan saluran air (Aschberger, 2010).
Pada kemasan pangan, plastik polikarbonat ditandai dengan angka 7 di dalam segitiga daur
ulang yang biasanya terdapat di bagian bawah botol, atau ditandai dengan huruf ‘PC’ dekat
segitiga daur ulang. Tidak hanya pada botol bayi, BPA juga biasa digunakan sebagai
kemasan makanan dan minuman dan botol air, bahkan dapat juga digunakan dalam
pembuatan kepingan CD/DVD atau kacamata dan penambal gigi.

B. Migrasi Komponen Bisphenol-A


Dalam strukur molekulnya, ikatan kimia antar monomer BPA pada polimer plastik tidak
stabil, seiring dengan waktu dan juga penggunaan, BPA dapat lepas dari struktur polimer
plastik ke makanan yang kontak dengannya. Pemanasan botol, kondisi makanan yang panas
dalam botol, atau keberadaan makanan/minuman asam, serta pencucian yang berulang pada
botol polikarbonate dapat meningkatkan lepasnya monomer BPA dari botol. Beberapa
penelitian mulai dilakukan terkait keberadaan BPA pada kemasan makanan. Pada maret 2007
hasil pengujian beberapa laboratorium menemukan adanya monomer BPA pada makanan
yang berasal dari 97% kaleng buah, sayur, soda, dan makanan kaleng lainnya (Gibson, 2007).
Hasil penelitian ini didukung dari penemuan Environmental Working Group pada agustus
2007 terkait adanya monomer BPA yang lepas dari sebuah kaleng susu formula dengan
merek terkenal (Environmental Working Group, 2007).
Berdasarkan data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), terdapat 95
%warga amerika positif mengandung BPA dalam tubuhnya (Calafat 2005). Pada tahun 2008
hasilpenelitian menunjukan tingkatan BPA berbeda pada beberapa generasi, yaitu level
rendah pada orang dewasa, level menengah pada remaja, dan level tinggi pada anak-anak
(Calafat, 2008).
Konsumen dapat terpapar BPA melalui migrasi pada makanan yang kontak langsung dengan
kemasan yang mengandung BPA. Jumlah paparan pada manusia sangat berbeda-beda
tergantung kandungannya pada makanan yang dikonsumsinya. Dugaan terbesar terkait
paparan BPA pada suatu populasi dicerminkan dalam berat badan bayi atau anak kecil
melalui makanan yang kontak dengan botol bayi dari bahan PC. Berdasarkan pengkajian
yang dilakukan Eropa terhadap kandungan BPA, sekitar 0,2 µg/kg berat badan ditemukan
pada bayi yang masih disusui, 2,3 µg/kg berat badan pada bayi yang diberi susu formula
dalam botol non-PC, sedangkan pada bayi yang diberi susu formula dalam botol PC
ditemukan sebesar 11 µg/kg dan pada orang dewasa hanya 1,5 µg/kg berat badan. Pengujian
terhadap paparan BPA dilakukan melalui populasi umum dengan mengukur kandungan BPA
dalam urin.
BPA dapat migrasi pada makanan melalui dua cara yang berbeda, yaitu diffusi dari sisa BPA
yang dihasilkan setelah proses manufacturing dan hidrolisis dari polimer akibat adanya
hydroxide (OH–) yang kontak dengan makanan cair dan “simulant” (Ehlert et al., 2008;
Mercea, 2009). Migrasi BPA dari kemasan polikarbonat tergantung dari waktu kontak, suhu,
dan jenis makanan. Menurut Biles et al. (1997), konsentrasi terbesar migrasi BPA dari
kemasan polikarbonate dalam air deionisasi dan air ledeng adalah sebesar 1 mg/l pada suhu
65°C selama 10 hari. Berdasarkan hasil penelitian Biedermann-Brem and Grob, (2009) yang
mempelajari pengaruh suhu terhadap migrasi BPA dalam air ledeng, menunjukan bahwa
konsentrasi BPA dalam air ledeng meningkat dari <0.0001 mg/l pada 50°C menjadi 0.0006
mg/l ketika air mendidih. Sedangkan konsentrasi BPA dalam air pada pH 9.5 meningkat dari
<0.002 mg/l pada suhu 50°C menjadi 0.033 mg/l ketika air mendidih.
Sebagai pengganggu hormon, bisphenol A dapat menyebabkan respon yang sama pada sel
akibat pengaruh estradiol (hormon estrogen). Bisphenol A berikatan dengan reseptor
estrogen, tapi tidak menggantikan aktifitas dari estrogen tersebut. Akibatnya, bisphenol A
memberikan pengaruh yang salah pada tubuh, padahal keseimbangan hormon dibutuhkan
untuk perkembangan. Penelitian pada hewan percobaan dengan dosis yang sangat rendah
memberikan masalah terkait kesehatan seperti kanker prostat dan payudara, maturasi yang
lebih cepat, obesitas, hyperactivity, mengurangi jumlah sperma, diabetes, dan penyakit sistem
imun lainnya.

C. Kontroversi BPA
Pada awal tahun 2007, melaui data dari European Food Safety Authority (EFSA) dapat
disimpulkan bahwa BPA memiliki NOAEL sebesar 5 mg /kg bb/hari yang diperoleh dari
penelitian terhadap tiga generasi tikus. Melalui penelitian tersebut ditentukan TDI dari BPA
sebesar 0,05 mg BPA/kg bb. EFSA juga meyakinkan bahwa jumlah paparan pada konsumen
di negaranya, termasuk didalamnya bayi pengguna botol PC, tidak akan terpapar dalam
jumlah yang membahayakan, yaitu kurang dari 30% TDI. Pada bayi, BPA diperkirakan
berasal dari susu formula, yakni dari migrasi botol susu, sedangkan untuk orang dewasa dapat
berasal dari makanan kaleng. Sedangkan di Amerika, melalui hasil penelitian yang dilakukan
FDA diperoleh data paparan BPA pada bayi sebesar 2,42 μg/kg bb/hari, sedangkan pada
orang dewasa sebesar 0,185 μg/kg bb/hari.
Penelitian terkait BPA telah dilakukan lebih dari 10 tahun oleh beberapa lembaga
pemerintahan terkait kesehatan yang berbeda di Eropa, Kanada, USA dan Jepang. Pengujian
dilakukan berdasarkan penelitian yang telah sesuai dengan international guidelines dan Good
Laboratory Practices, menggunakan pengujian secara oral, serta dilakukan pada berbagai
jenis hewan dengan range dosis yang berbeda. Berdasarkan data dari EFSA (2008), ECB
(2008), Food and Drug Administration of the United States of America (US-FDA; 2008) dan
the Japanese National Institute of Advanced Industrial Science and Technology (AIST, 2007)
tidak ditemukan kondisi yang dapat membahayakan manusia.
Sebaliknya, kepedulian terhadap efek dosis rendah ini diungkapkan oleh para ahli dari
pertemuan Chapel Hill pada “Bisphenol A: An Examination of the Relevance of Ecological,
In vitro and Laboratory Animal Studies for Assessing Risks to Human Health” (Vom Saal et
al., 2007), the US National Toxicology Program (Chapin et al., 2008), the Scientific
Committee of the US FDA (2008), beberapa anggota the European Union, dan Kanada
(2008). Keprihatinan ini terutama diungkapkan dalam kaitannya dengan efek neurobehavioral
pada dosis rendah BPA. Oleh karena itu, beberapa negara mempertimbangkan atau melarang
penggunaan BPA terutama dalam kontainer untuk botol bayi dan makanan bayi, seperti
Kanada, Perancis, Denmark dan beberapa dari Amerika Serikat.
Saat ini banyak organisasi melihat potensi resiko kesehatan yang disebakan oleh BPA. Pusat
Riset Toksikologi Nasional FDA saat ini melakukan kajian yang mendalam dalam kerjasama
dengan National Toxicology Program (NTP), untuk mengklarifikasi dugaan tersebut.
Sementara itu, US-FDA mengambil langkah-langkah pencegahan untuk mengurangi paparan
BPA dalam penyediaan makanan dengan misalnya mendorong industri untuk berhenti
memproduksi botol bayi yang mengandung BPA dan cangkir pemberian makan bayi untuk
pasar AS, memfasilitasi pengembangan alternatif untuk BPA dan mendukung upaya untuk
mengganti atau meminimalkan tingkat BPA dalam pelapis kaleng makanan.
Pada January 2010, the French Food Safety Agency (AFSSA, 2010), menyatakan
pendapatnya yang dilanjutkan dengan rekomendasi terkait BPA, yaitu "gejala yang
membahayakan akibat pengaruh BPA dapat diamati melalui pengujian secara in-vitro dan in-
vivo dengan dosis yang lebih kecil dari NOAEL sebesar 5 mg/kg bb/hari dengan kondisi
kesehatan yang telah ditentukan. Kemungkinan ditemukann sumber bisphenol A yang lain
dari material yang kontak langsung dengan makanan. Hal ini dapat memberikan dampak
yang berarti pada penggunaan polikarbonate sebagai bahan pembuat botol bayi serta produk
lainnya di USA dan juga di Eropa. Material ini sepertipolyether sulphone (PES),
polypropylene (PP), pure silicone, polyamide dan co-polyester polymer yang baru.

D. Penelitian oleh FDA


FDA mendukung studi tambahan, baik oleh badan pemerintah dan non-pemerintah, untuk
memberikan informasi tambahan dan ketidakpastian tentang keamanan BPA (FDA,
2010).FDANational Center for Toxicological Researchsedang mengejar satu set penelitian
tentang keamanan dosis rendah BPA, termasuk penilaian terhadap end point yang telah
diajukan.
1. Studi pemodelan farmakokinetik berbasis fisiologis di kedua tikus dan primata bukan
manusia berada di bawah cara untuk memprediksi paparan internal BPA baik dalam bentuk
bebas dan terkonjugasi, dan untuk menyediakan data tentang besarnya perbedaan antar-
individu. Data ini akan memudahkan perbandingan pemaparan di semua tahap pembangunan
dan pengembangan hubungan antara hasil penelitian hewan pengerat dan bukan manusia
makan primata, dan akan memungkinkan perbandingan dosis internal BPA ketika diberikan
melalui rute oral dan intravena. Data ini juga akan memungkinkan untuk menilai besarnya
paparan diferensial potensial (dan resiko) untuk bayi.
2. Studi subkronik pada rodensia sedang berlangsung untuk mengkarakterisasi efek potensial,
hubungan dosis-respon dalam kelenjar prostat dan susu untuk BPA oral. Selain itu, penelitian
ini akan menggali isu-isu lain termasuk efek potensial dari BPA pada perubahan metabolik
dan titik akhir kardiovaskular.
3. Studi perilaku rodensia/ neuroanatomical juga sudah berlangsung sebagai bagian dari studi
sub-kronis untuk menandai tingkat dosis di mana perilaku, neuroanatomical, neurokimia dan
titik akhir hormonal dapat dipengaruhi oleh perkembangan paparan BPA.

E. Regulasi Bisphenol-A
Regulasi tentang batas paparan maksimal bisphenol-A pada beberapa negara dapat dilihat
pada tabel berikut.

Sumber: USEPA (2010)

Daftar Pustaka

Biedermann-Brem S, Grob K, 2009. Release of bisphenol A from polycarbonate baby bottles:


water hardness as the most relevant factor. European Food Research and Technology 228
679-684.
Biles JE, McNeal TP, Begley TH, Hollifield HC, 1997. Determination of Bisphenol-A in
Reusable Polycarbonate Food-Contact Plastics and Migration to Food-Simulating Liquids,
Journal of Agricultural and Food Chemistry 45 3541-3544.
Calafat, A.M. 2005. Urinary Concentrations of Bisphenol A and 4-Nonylphenol in a Human
Reference Population. Environmental Health Perspectives 113:391-395.
Calafat, A.M. 2008. Environmental Health Perspectives. Vol. 116, pp. 39–44.
Colborn, T., Dumanoski, D., and Myers, J.P. 1997.Our Stolen Future. p. 52..
Ehlert K.A., Beumer C.W.E., Groot M.C.E., 2008. Migration of bisphenol A into water from
polycarbonate baby bottles during microwave heating. Food Additives and Contaminants
25(7) 904–910.
Environmental Working Group. 2007. EWG’s guide to infant formula. Retrieved January 30,
2008 from http://www.ewg.org/reports/infantformula.
E

BPA and testosterone levels: First evidence for small changes in men
Date:

August 26, 2010

Source:

The Peninsula College of Medicine and Dentistry

Summary:

Researchers have for the first time identified changes in sex hormones associated with bisphenol A
exposure in men, in a large population study. BPA is a chemical commonly used in food and drink
containers.

Share:

AddThis Sharing Buttons

Share to FacebookShare to TwitterShare to Google+Share to LinkedInMore AddThis Share


optionsShare to Email

FULL STORY

An international group of researchers led by the Peninsula Medical School and the University of
Exeter have for the first time identified changes in sex hormones associated with exposure to
bisphenol A (BPA) in men, in a large population study.

The study results are published in the latest issue of Environmental Health Perspectives.

Researchers analysed data from the InCHIANTI study, an Italian population sample. The team
measured the amount of BPA excreted per day in urine samples. 715 adults aged between 20 and 74
years were studied. The study aimed to measure the daily BPA loads excreted by adults, and to
examine statistical associations between the amount of BPA exposure and serum estrogen and
testosterone concentrations.

The average BPA daily exposure level in this European study population (over 5 micrograms per day)
was slightly higher than recent comparable estimates for the USA population. The study found that
higher BPA exposure was statistically associated with endocrine changes in men, specifically small
increases in levels of testosterone in the blood.

BPA has a similar molecular structure to estrogen and does cause some disruption of sex hormone
signalling in laboratory animals, but this is the first large human study to suggest that it may have
similar effects in adults at 'background' exposure levels.

Professor David Melzer, Professor of Epidemiology and Public Health at the Peninsula Medical
School (Exeter, UK), commented: "This is the first big study of BPA from a European country and
confirms that 'routine' exposures in the population are not negligible. It also shows that higher
exposure to BPA is statistically associated with modest changes in levels of testosterone in men. This
finding is consistent with the evidence from laboratory experiments. However, this is just the first
step in proving that at 'ordinary' exposure levels, BPA might be active in the human body. This new
evidence does justify proper human safety studies to clarify the effects of BPA in people."
BPA is a controversial chemical commonly used in food and drink containers. It has previously
caused concerns over health risks to babies, as it is present in some baby's bottles. Several nations
have moved to ban BPA from the manufacture of baby's bottles and other feeding equipment. The
US Food and Drug administration has committed itself to reducing BPA residues in food. BPA has
never undergone formal human safety studies: nearly all the safety experiments have been on
laboratory mice or rats, and these may be misleading as BPA is metabolised differently in the human
body.

The main source of BPA in people is thought to be from residues in food, leaching out of certain
types of polycarbonate and resin packaging. The new study therefore used statistical models
adjusted for factors including measures of obesity, to exclude misleading associations in people who
consume more food.

BPA has also been associated with thyroid hormone disruption, altered pancreatic beta-cell function,
cardiovascular disease and obesity.

BPA is used in polycarbonate plastic products such as refillable drinks containers, some plastic eating
utensils and many other products in everyday use. It is one of the world's highest production volume
chemicals, with over 2.2 million tonnes (6.4 billion pounds) produced annually. It is detectable in the
bodies of more than 90% of the population.

Story Source:

The above post is reprinted from materials provided by The Peninsula College of Medicine and
Dentistry. Note: Content may be edited for style and length.

Journal Reference:

1. Tamara Galloway, Riccardo Cipelli, Jack Guralnick, Luigi Ferrucci, Stefania Bandinelli, Anna
Maria Corsi, Cathryn Money, Paul McCormack, David Melzer. Daily Bisphenol A Excretion
and Associations with Sex Hormone Concentrations: Results from the InCHIANTI Adult
Population Study. Environmental Health Perspectives, 2010; DOI: 10.1289/ehp.1002367

Cite This Page:

 MLA

 APA

 Chicago

The Peninsula College of Medicine and Dentistry. "BPA and testosterone levels: First evidence for
small changes in men." ScienceDaily. ScienceDaily, 26 August 2010.
<www.sciencedaily.com/releases/2010/08/100825191654.htm>.
eview

In vivo effects of bisphenol A in laboratory rodent studies ☆

 Catherine A. Richtera, , , Linda S. Birnbaumb, Francesca Farabollinic,

 Retha R. Newboldd, Beverly S. Rubine, Chris E. Talsnessf, John G. Vandenberghg,

 Debby R. Walser-Kuntzh, Frederick S. vom Saali

Abstract

Concern is mounting regarding the human health and environmental effects of bisphenol A (BPA), a
high-production-volume chemical used in synthesis of plastics. We have reviewed the growing
literature on effects of low doses of BPA, below 50 mg/(kg day), in laboratory exposures with
mammalian model organisms. Many, but not all, effects of BPA are similar to effects seen in
response to the model estrogens diethylstilbestrol and ethinylestradiol. For most effects, the
potency of BPA is approximately 10–1000-fold less than that of diethylstilbestrol or ethinylestradiol.
Based on our review of the literature, a consensus was reached regarding our level of confidence
that particular outcomes occur in response to low dose BPA exposure. We are confident that adult
exposure to BPA affects the male reproductive tract, and that long lasting, organizational effects in
response to developmental exposure to BPA occur in the brain, the male reproductive system, and
metabolic processes. We consider it likely, but requiring further confirmation, that adult exposure to
BPA affects the brain, the female reproductive system, and the immune system, and that
developmental effects occur in the female reproductive system.

The information in this document has been subjected to review by the National Health and
Environmental Effects Research Laboratory, U.S. Environmental Protection Agency, and approved for
publication. Approval does not signify that the contents reflect the views of the Agency, nor does
mention of trade names or commercial products constitute endorsement or recommendation for
use.

Corresponding author at: 4200 New Haven Road, Columbia Environmental Research Center, USGS,
Columbia, MO 65201, United States. Tel.: +1 573 876 1841; fax: +1 573 876 1896.

Copyright © 2007 Elsevier Inc. All rights reserved.

Anda mungkin juga menyukai