Anda di halaman 1dari 16

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan

Keperawatan
“Gagal Jantung”
Di Ruang ICCU RSD dr. Soebandi Jember

Oleh :
Agus Sugiono
14401.14.15002

AKADEMI KEPERAWATAN HAFSHAWATY


ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
“Gagal Jantung”

I. Anatomi dan Fisiologi

A. Anatomi Jantung
Jantung berbentuk seperti pir/kerucut seperti piramida terbalik dengan apeks
(superior-posterior:C-II) berada di bawah dan basis ( anterior-inferior ICS – V)
berada di atas. Pada basis jantung terdapat aorta, batang nadi paru, pembuluh balik
atas dan bawah dan pembuluh balik. Jantung sebagai pusat sistem kardiovaskuler
terletak di sebelah rongga dada (cavum thoraks) sebelah kiri yang terlindung oleh
costae tepatnya pada mediastinum. Untuk mengetahui denyutan jantung, kita
dapat memeriksa dibawah papilla mamae 2 jari setelahnya. Berat pada orang
dewasa sekitar 250-350 gram. Hubungan jantung dengan alat sekitarnya yaitu:
a) Dinding depan berhubungan dengan sternum dan kartilago kostalis setinggi
kosta III-I.
b) Samping berhubungan dengan paru dan fasies mediastilais.
c) Atas setinggi torakal IV dan servikal II berhubungan dengan aorta pulmonalis,
brongkus dekstra dan bronkus sinistra.
d) Belakang alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta desendes, vena
azigos, dan kolumna vetebrata torakalis.
e) Bagian bawah berhubungan dengan diafragma.
Jantung difiksasi pada tempatnya agar tidak mudah berpindah tempat.
Penyokong jantung utama adalah paru yang menekan jantung dari samping,
diafragma menyokong dari bawah, pembuluh darah yang keluar masuk dari
jantung sehingga jantung tidak mudah berpindah. Factor yang mempengaruhi
kedudukan jantung adalah:

a. Umur: Pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga toraks termasuk jantung agak
turun kebawah
b. Bentuk rongga dada: Perubahan bentuk tora yang menetap (TBC) menahun
batas jantung menurun sehingga pada asma toraks melebar dan membulat
c. Letak diafragma: Jika terjadi penekanan diafragma keatas akan mendorong
bagian bawah jantung ke atas
d. Perubahan posisi tubuh: proyeksi jantung normal di pengaruhi oleh posisi
tubuh.

B. Fisiologi Jantung
a. Fungsi umum otot jantung yaitu:
1. Sifat ritmisitas/otomatis: secara potensial berkontraksi tanpa adanya rangsangan
dari luar.
2. Mengikuti hukum gagal atau tuntas: impuls dilepas mencapai ambang rangsang
otot jantung maka seluruh jantung akan berkontraksi maksimal.
3. Tidak dapat berkontraksi tetanik.
4. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot.
b. Sistem Konduksi Jantung
Sistem konduksi jantung meliputi:
1. SA node: Tumpukan jaringan neuromuscular yang kecil berada di dalam
dinding atrium kanan di ujung Krista terminalis.
2. AV node: Susunannya sama dengan SA node berada di dalam septum atrium
dekat muara sinus koronari.
3. Bundle atrioventrikuler: dari bundle AV berjalan ke arah depan pada tepi
posterior dan tepi bawah pars membranasea septum interventrikulare.
4. Serabut penghubung terminal(purkinje): Anyaman yang berada pada
endokardium menyebar pada kedua ventrikel.
c. Fungsi jantung sebagai pompa
Lima fungsi jantung sebagai pompa yaitu:
1. Fungsi atrium sebagai pompa
2. Fungsi ventrikel sebagai pompa
3. Periode ejeksi
4. Diastole
5. Periode relaksasi isometric
Dua cara dasar pengaturan kerja pemompaan jantung
1. Autoregulasi intrinsic pemompaan akibat perubahan volume darah yang
mengalir ke jantung.
2. Reflex mengawasi kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung melalui saraf
otonom
II. Definisi

Gagal jantung adalah kondisi dimana jantung tidak lagi dapat


memompakan cukup darah ke jaringan tubuh.

Gagal jantung adalah dapat didefinisikan sebagai kelainan struktur atau


fungsi jantung yang menyebabkan kegagalan jantung untuk memberikan
suplai darah untuk memenuhi kebutuhan metabolism jaringan.

III. Etiologi
a. Hipertensi
b. Alcohol
c. Emboli paru
d. Infeksi
e. Infark miokard
f. Iskemia miokard
g. Regurgitasi mitral
h. Stenosis aorta

IV. Klasifikasi
Ada berbagai klasifikasi untuk gagal jantung, diantaranya berdasarkan
abnormalitas struktur jantung yang disusun oleh American Heart
Association /American College of Cardiology (AHA/ACC) atau berdasarkan
gejala berkaitan dengan kapasitas fungsional yang diterbitkan oleh New York
Heart Association (NYHA).

Tingkat keparahan gagal jantung


Klasifikasi menurut ACC/AHA Klasifikasi menurut NYHA
Stadium A Kelas I
Memiliki resiko tinggi untuk Pasien dengan penyakit jantung
berkembang menjadi gagal jantung. tetapi tidak ada pembatasan aktifitas
Tidak terdapat gangguan structural atau fisik. Aktifitas fisik biasa tidak
fungsional jantung. menyebabkan kelelahan berlebihan,
palpitasi, dsypneu atau nyeri angina.
Stadium B Kelas II
Telah terbentuk penyakit struktur Pasien dengan penyakit jantung
jantung yang berhubungan dengan dengan sedikit pembatasan aktifitas
perkembangan gagal jantung, tidak fisik. Merasa nyaman saat istirahat.
terdapat tanda dan gejala. Hasil aktifitas normal fisik
kelelahan, palpitasi, dsypneu atau
nyeri angina.
Stadium C Kelas III
Gagal jantung yang simpatomatis Pasien dengan penyakit jantung
berhubungan dengan penyakit yang terdapat pembatasan aktifitas
structural jantung yang mendasari. fisik. Merasa nyaman saat istirahat.
Aktifitas fisik ringan menyebabkan
kelelahan, palpitasi, dsypneu atau
nyeri angina

Stadium D Kelas IV
Penyakit structural jantung yang lanjut Pasien dengan penyakit jantung
serta gejala gagal jantung yang sangat yang mengakibatkan
bermakna saat istirahat walaupun telah ketidakmampuan untuk melakukan
mendapat terapi. aktifitas fisik apapun tanpa
ketidaknyamanan. Gejala gagal
jantung dapat bahkan pada saat
istirahat. Keluhan meningkat saat
melakukan aktifitas.

V. Manifestasi klinis
1. Di dada terasa adanya tekanan mendadak, terasa penuh atau amat sakit
di bagian tengahnya, yang berlangsung beberapa menit. Kadang-
kadang perasaan tersebut berulang kembali.
2. Sakit yang bermula dari bagian tengah dada, kemudian menyebar ke
pundak, leher dan lengan
3. Rasa tidak enak di dada, diikuti pusing, berkeringat dingin, mau
muntah dan nafas pendek.
4. Sakit di dada pada waktu melakukan aktivitas atau sedang emosi yang
biasanya segera hilang bila istirahat atau relaks
5. Detak jantung tiba-tiba amat cepat atau iramanya tidak normal
6. Rasa pusing yang amat berat yang sebabnya tidak jelas
7. Kelemahan mendadak pada lengan, kaki atau setengah bagian tubuh.
Tidak dapat bicara dan sulit berkomunikasi.
VII. Pemeriksaan penunjang.
a. Pada pemeriksaan foto thorax seringkali menunjukkan
kardiomegali(rasio kardiotorasik (CTR) > 50 % ), terutama bila gagal
jantung sudah kronis
b. Elektrokardiografi memperlihatkan beberapa abnormalitas pada
sebagain besar pasien (80-90%), termasuk gelombang Q, termasuk ST –
T, hipertropi LV, gangguan konduksi, aritmia.
c. Ekokardiografi harus dilakukan pada semua pasien dengan dugaan
klinis gagal jantung. Dimensi ruang jantung, fungsi ventrikel (sitolik
dan diastolic), dan abnormlaitas gerakan dinding dapat dinilai dan
penyakit katup jantung dapat disinggirkan.
d. Tes darah direkomendasikan untuk menyinggirkan anemia dan menilai
fungsi ginjal sebelum terapi di mulai. Disfungsi tiroid dapat
menyebabkan gagal jantung sehingga pemeriksaan fungsi tiroid harus
selalu dilakukan

VIII. Penatalaksanaan

1. Terapi umum dan factor gaya hidup


a. Aktifitas harus disesuaikan dengan tingkat gejala. Aktifitas yang sesuai
menurunkan tonus simpatik, mendorong penurunan berat badan, dan
memperbaiki gejala dan toleransi aktivitas pada gagal jantung
terkompensasi dan stabil.
b. Oksigen merupakan vasorelaksan paru, merupakan afterload RV, dan
memperbaiki aliran darah paru
c. Merokok cenderung menurunkan curah jantung, meningkatkan denyut
jantung, dan meningkatkan resistensi vascular dan pulmonal dan harus
dihentikan
d. Konsumsi alcohol merubah keseimbangan cairan, inotropik negative,
dan dapat memperburuk hipertensi. Penghentian konsumsi alcohol
memperlihatkan perbaikan gejala dan hemodinamik bermakna.

2. Terapi obat-obatan
a. Diuretic digunakan pada semua keadaan dimana dikehendaki
peningkatan pengeluaran air, khususnya pada hipertensi dan gagal
jantung.
b. Digoksin meningkatkan kontraksi miokard yang menghasilkan
inotropisme positif yaitu memperkuat kontraksi jantung, hingga
volume pukulan, volume menit, dan dieresis diperbesar serta jantung
yang membesar menjadi mengecil.
c. Vasodilator dapat menurunkan afterload jantung dan tegangan dinding
ventrikel, yang merupakan determinan utama kebutuhan oksigen
miokard, menurunkan konsumsi oksigen miokard dan meningkatkan
curah jantung
d. Beta bloker (carvedilol, bisoprolol, metoprolol). Penyekat beta
adrenoreseptor biasanya dihindari pada gagal jantung karena kerja
inotropik negatifnya. Namun, stimulasi simpatik jangka panjang yang
terjadi pada gagal jantung menyebabkan regulasi turun pada resptor
beta jantung. Dengan memblok paling tidak beberapa aktivitas
simpatik, penyekat beta dapat meningkatkan densitas reseptor beta dan
menghasilkan sensitivitas jantung yang lebih tinggi terhadap simulasi
inotropik katekolamin dalam sirkulasi.
e. Antiaritmia dapat mencegah atau meniadakan gangguan tersebut
dengan jalan menormalisasi frekuensi dan ritme pukulan jantung
kerjanya berdasarkan penurunan frekuensi jantung. Obat aritmia
mempertahankan irama sinus pada gagal jantung memberikan
keuntungan simtomatik, dan amiodaron merupakan obat yang paling
efektif dalam mencegah AF dan memperbaiki kesempatan keberhasilan
kardioversi bila tetap ada.
Asuhan keperawatan secara teori

PENGKAJIAN
e. Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di
dapatkan Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat
beraktivitas).
f. Sirkulasi
1. Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan
darah tinggi, diabetes melitus.Tekanan darah mungkin normal atau
meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary refill
time, disritmia.
2. Suara jantung , suara jantung tambahan S atau S mungkin
3 4

mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan


kontraktilitasnya.
3. Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau
muskulus papilaris yang tidak berfungsi.
4. Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy
atau bradi cardia).
5. Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal.
6. Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles
mungkin juga timbul dengan gagal jantung.
7. Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
g. Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
h. Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat
banyak, muntah dan perubahan berat badan.
i. Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan
aktivitas.
j. Neuro sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
k. Kenyamanan
1. Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan
beristirahat atau dengan nitrogliserin.
2. Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin
menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah.
3. Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat
yang pernah di alami.
4. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang
menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak
mata, perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan
warna kulit serta tingkat kesadaran.
l. Respirasi
1. Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat
perokok dengan penyakit pernafasan kronis.
2. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi,
pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga
vesikuler.
3. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
m. Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak
terkontrol.
n. Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung,
diabetes, stroke, hipertensi, perokok.
o. Studi diagnostic
1. ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri
iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda
dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.
2. Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-
12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT
dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
3. Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya
penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo
atau hiperkalemia.
4. Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari
setelah serangan.
5. Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses
penyakit paru yang kronis atau akut.
6. Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang
mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
7. Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau
aneurisma ventrikuler.
8. Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan
fungsi atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
9. Exercise stress test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi
terhadap suatu stress/ aktivitas.
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA TINDAKAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan
jantung
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasiendi harapkan
mampu menunjukan adanya penurunan rasa nyeri dada, menunjukan
adanya penuruna tekanan dan cara berelaksasi.
Rencana:
 Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri.
 Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi,
kesadaran).
 Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri
dada.
 Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman.
 Ajarkan dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tehnik
relaksasi.
 Kolaborasi dalam:
 Pemberian oksigen.
 Obat-obatan (beta blocker, anti angina, analgesic)
 Ukur tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan pengobatan
dengan narkosa.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi
pada miokard.
Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan pasienmenunnjukan
peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah,
nadi, irama dalam batas normal) tidak adanya angina.
Rencana:
 Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan
sesudah melakukan aktivitas.
 Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih
dahulu.
 Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air
besar.
 Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh
dilakukan oleh pasien.
 Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisiki bahwa aktivitas
melebihi batas.
3. Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan
perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunya preload
atau peningkatan SVR, miocardial infark.
Tujuan: tidak terjadi penurunan cardiac output selama di lakukan
tindakan keperawatan.
Rencana:
 Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan
pada posisi berdiri, duduk dan tiduran jika memungkinkan).
 Kaji kualitas nadi.
 Catat perkembangan dari adanya S dan S
3 4.

 Auskultasi suara nafas.


 Dampingi pasien pada saat melakukan aktivitas.
 Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi
kafeine.
 Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian
obat-obatan anti disritmia.
4. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan
penurunan tekanan darah, hipovolemia.
Tujuan: selama dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi
penurunan perfusi jaringan.
Rencana:
o Kaji adanya perubahan kesadaran.
o Inspeksi adanya pucat, cyanosis, kulit yang dingin dan penurunan
kualitas nadi perifer.
o Kaji adanya tanda Homans (pain in calf on dorsoflextion),
erythema, edema.
o Kaji respirasi (irama, kedalam dan usaha pernafasan).
o Kaji fungsi gastrointestinal (bising usus, abdominal distensi,
constipasi).
o Monitor intake dan out put.
o Kolaborasi dalam: Pemeriksaan ABG, BUN, Serum ceratinin dan
elektrolit.
5. Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan excess berhubungan
dengan penurunan perfusi organ (renal), peningkatan retensi natrium,
penurunan plasma protein.
Tujuan: tidak terjadi kelebihan cairan di dalam tubuh pasienselama
dalam perawatan.
Rencana:
o Auskultasi suar nafas (kaji adanya crackless).
o Kaji adanya jugular vein distension, peningkatan terjadinya edema.
o Ukur intake dan output (balance cairan).
o Kaji berat badan setiap hari.
o Najurkan pada pasien untuk mengkonsumsi total cairan maksimal
2000 cc/24 jam.
o Sajikan makan dengan diet rendah garam.
o Kolaborasi dalam pemberian deuritika.
IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien.
EVALUASI
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.
DAFTAR PUSTAKA

Santoso. A, Erwinanto, Munawar M. Diagnosis dan Tatalaksana Praktis Gagal


Jantung Akut. 2007
Barbara C long. (1996). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran Bandung.
Carpenito J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC. Jakarta.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. (1993). Proses Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Sistem Krdiovaskuler. Departemen Kesehatan.
Jakarta.
https://mulyanipharmaco.files.wordpress.com/.../anatomi-fisiologi
-kardiovaskular-2015

Anda mungkin juga menyukai