Anda di halaman 1dari 41

0

SKENARIO 4

BISIKAN GAIB
Laki-laki 25 tahun, dibawa ke IGD RSJ karena memukul ibunya dan
memecahkan kaca jendela. Alasannya ada bisikan bisikan gaib didekat telinganya
yang memerintahkannya melakukan tindakan tersebut. Sudah dua pekan ini pasien
mengalami insomnia dan menarik diri, kadang bicara sendiri yang bila ditegur marah
(iritabel). Pasien pernah mengalami gejala seperti ini satu tahun yang lalu, setelah
dirawat di RSJ seminggu pasien dibolehkan pulang, tapi tak mau berobat jalan dan
jadi pemalas. Pada pemeriksaan psikiatrik; kesadaran compos mentis; kontak psikik
tidak wajar; sikap kurang kooperatif; afek tumpul tidak serasi; fungsi kognitif seperti
atensi; konsentrasi , orientasi dan memori tidak terganggu; terdapat waham kejar dan
halusinasi auditorik. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan peninggian metabolit
dopamin pada urine. Dokter menduga pasien menderita gangguan Skizofrenia sebagai
bentuk gangguan psikotik yang disertai proses kemunduran (deteriosasi). Akhirnya
dokter memberikan injeksi psikotropika yang akan dilanjutkan dengan program
psikoterapi, sosioterapi dan rehabilitasi. Dokter menanyakan apakah sebagai muslim
pasiem masih bisa melaksanakan ibadah mahdhoh.

1
KATA SULIT
1. Skizofrenia : Gangguan mental yang ditandai dengan gangguan proses
berfikir dan tanggapan emosi yang lemah.
2. Halusinasi auditorik : Gangguan pada pendengaran, penderita mendengar
suara – suara tertentu.
3. Waham kejar : keayakinan bahwa ada sekelompok tertentu yang akan
mengancam jiwa pasien.
4. Ibadah Mahdhoh : Hubungan manusia dengan Tuhannya secara langsung.
Contohnya solat, puasa, dan lainnya.
5. Afek tumpul : Berkurangnya perasaan penderita yang dapat dilihat oleh orang
lain juga.
6. Gangguan psikotik: gangguan mental yang ditandai dengan halusinasi,
delusi, dsb

2
PERTANYAAN
1. Apa hubungan Insomnia dengan bisikan gaib ?
Karena adanya bisikan gaib yang dapat menggangu pola tidurnya.
2. Mengapa ditemukan dopamine pada urine ?
Karena produksi dopamine meningkat dalam tubuh.
3. Apakah kandungan dari injeksi psikotropika ?
Amitriptilin, diazepam, fenobarbital, klorpomazin, dll.
4. Apa penyebab skizofrenia bias kambuh lagi ?
Karena pengobatannya yang tidak adekuat. Penyebabnya >>> Genetik,
malnutrisi, Autoantibodi, virus
5. Apa saja ciri – ciri dari gangguan skizofrenia ?
Delusi, Halusinasi, Gaduh glisah, apatis, gejala sudah berlangsung 1 bulan
atau lebih
6. Bagaimana terjadinya waham & halusinasi ?
Karena ada gangguan pada system limbic yang merupakan pusat emosi.
7. Apa saja jenis – jenis waham ?
Waham curiga, waham kejar, waham paranoid, waham somatik, dll.
8. Apakah skizofrenia dapat disembuhkan ?
Tidak bias sembuh total, tetapi bias di kontrol.
9. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk skizofrenia ?
Pemerikasaan urin, darah. CT scan.
10. Apakah skizofrenia diturunkan ?
Iya, bisa.

3
HIPOTESIS

Genetik, malnutrisi, autoantibodi, virus, dan sosial budaya menyebabkan


gangguan pada sistem saraf limbik sebagai pusat emosi sehingga produksi dopamine
meningkat, delusi, halusinasi, gaduh gelisah, dan apatis yang merupakan gejala dari
gangguan skizofrenia, dapat dilakukan pemerikasaan urin darah, dan ct-scan serta
pemberian amitriptilin, diazepam, fenobarbital, klorpomazim dalam bentuk injeksi
namun gangguan tersebut tidak dapat sembuh total tetapi bisa dikontrol dengan
psikoterapi, sosioterapi dan rehabilitasi.

4
SASARAN BELAJAR

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi dan Fisiologi Sisitem Limbik

2. Memahami dan Menjelaskan Psikopatologi Gangguan Psikotik


2.1. Memahami dan menjelaskan tentang definisi gangguan psikotik
2.2. Memahami dan menjelaskan tentang etiologi gangguan psikotik
2.3. Memahami dan menjelaskan tentang klasifikasi gangguan psikotik

3. Memahami dan Menjelaskan Skizofrenia


3.1. Memahami dan menjelaskan tentang definisi skizofrenia
3.2. Memahami dan menjelaskan tentang etiologi skizofrenia
3.3. Memahami dan menjelaskan tentang epidemiologi skizofrenia
3.4. Memahami dan menjelaskan tentang klasifikasi skizofrenia
3.5. Memahami dan menjelaskan tentang psikopatologi skizofrenia
3.6. Memahami dan menjelaskan tentang manifestasi klinik skizofrenia
3.7. Memahami dan menjelaskan tentang diagnosis dan diagnosis banding
skizofrenia
3.8. Memahami dan menjelaskan tentang penatalaksaan skizofrenia
3.9. Memahami dan menjelaskan tentang komplikasi skizofrenia
3.10. Memahami dan menjelaskan tentang pencegahan skizofrenia
3.11. Memahami dan menjelaskan tentang prognosis skizofrenia

4. Memahami dan Menjelaskan Ibadah Mahdhoh dalam Hukum Islam

5
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi dan Fisiologi Sistem
Limbik
SISTEM LIMBIK (LIMBIC SYSTEM)

Pengertian : Yang termasuk ke dalam system limbic ialah semua bangunan berikut:

 Lobus limbic (Broca)


 Formatio hippocampi
 Nucleus amygdaloideus
 Hypothalamus
 Nucleus anterior thalami
 Nucleus medio dorsalis thalami
 Area septi
Beserta penghubungnya:
 Alveus
 Fimbra
 Fornix
 Tractus mammilothalamicus
 Stria terminalis
 Stria medullaris
Dari bangunan-bangunan tersebut terlihat bahwa sistem limbik melibatkan:
 Tal-encephalon
 Di-encephalon

LOBUS LIMBIK (BROCA)

Pengertian: Lobus limbik merupakan bangunan berbentuk huruf C pada dataran


medial haemispherum yang melingkari corpus callosum dan mempunyai kesatuan
fungsi yang meliputi:
 Gyrus subcallosum s. Subiculum: Terltak di depan lamina terminalis dan
rostrum corpus collosum, jalan melingkari corppus callosum sampai splenium
corporis calloni.
 Gyrus cinguli: Terletak tepat di atas corpus callosum.
 Gyrus parahippocampi: Terletak antara fissura hippocampi dan sulcus
collateralis kedepan dia lanjut menjadi uncus.

FORMATIO HIPPOCAMPI

Pengertian: Merupakan bangunan yang mempunyai satu kesatuan fungsi yang


meliputi:

1. HIPOCAMPUS (cornu Ammonis)


Merupakan substansia grisea yang melengkung ke atas sepanjang dasar cornu
inferior ventriculus lateralis.
Ujung depannya melebar membentuk : PES HIPPOCAMPI.
Pada penampang frontal, hippocampus berbentuk seperti HURUF C.
Permukaan dalam ventrikulus yang melengkung dilapisi oleh EPENDYM.
Dibawahnya terdapat selapis tipis substantia alba disebut sebagai : ALVEUS yang
terdiri dari serabut saraf yang berasal dari hippocampus yang kemudian

6
melengkung ke medial membentuk FIMBRIA. Fimbria sendiri meninggalkan
ujung belakang hippocampus sebagai crus fornix. Crus fornix dari setiap sisi
membelok ke belakang dan atas di bawah splenium corpus callosi dan
mengelilingi dataran belakang thalamus. Kedua crus fornix tersebut kemudian
menyatu membentuk Corpus Fornix yang terletak sangat dekat dengan dataran
bawah corpus callosum.
Pada waktu kedua crura saling mendekat, dia dihubungkan dengan serabut
saraf yang jalan melintang: Commissura fornices yang akan saling bersilangan
kiri dengan yang kanan dan akhirnya bergambung dengan hippocampus pada sisi
yang sama.
Fungsi hippocampus: berperan dalam proses belajar dan ingatan sekarang

2. GYRUS DENTATUS
Pengertian : Merupakan seberkas substantia grissea yang terletak antara Fimbria
Hippocampi dan Gyrus Hippocampi.
Struktur : Kebelakang Gyrus dentatus berjalan mendampingi fimbria sampai
kedekat Splenium Corporis callosi dimana dia lanjut menjadi:
Induseum griseum. Induseum griseum sendiri merupakan seberkas
tipis substantia grissea yang menutupi dataran atas corpus callosum.
Pada dataran atas Induseum griseum terdapat dua berkas serabut
saraf: Stria longitudinalis mediale dan stria longitudinalis laterale.
Kedua stria ini Merupakan sisa ( substantia alba ): Induseum grisea
vestigii
Gyrus dentatus dan hippocampus sama - sama berbentuk huruf C dan
kedua huruf Tersebut saling mengunci satu dengan lainnya.

3. SUBICULUM s.GYRUS SUBCALLOSUM


Merupakan bangunan yang terletak antara hypocampus dengan gyrus
parahippocampus. Keseluruhan formatio hippocampi mempunyai panjang 5
cm mulai dari depan ( pada amygdala ) kebelakang mencapai spelenium
corporis callosi.

NUCLEUS AMYGDALOIDEUS ( amigdala )

Bentuk : Seperti buah almond


Merupakan massa nuclei yang terletak pada lobus temporalis di daerah
transisi dengan dataran postero inferor lobus frontalis. Menerima aferen dari:
- Lobus olfactorius anterior
- Cortex piriformis, temporalis, pre frontalis
- Hypothalamus
- Nucleus medio dorsalis thalami
- Tegmentum
Mengirim eferen ke:
- Area preopticum mediale
- Nucleus area septi
- Hypothalamus
- Nucleus amygdaloideus sisi lain
- Nucleus medio doralis thalami

7
- Cortex prefrontalis
- Tegmentum
Letak : Sebagian didepan dan sebagian lagi daatas puncak cornu inferior ventriculus
lateralis.
Dia berhubungan dengan ujung ekor nucleus caudatus yang berjalan kedepan
pada atap inferior ventriculus lateralis.
Stria terminalis muncul dari daratan belakangnya.
Fungsi amigdala:
1. kalau dipacu, terjadi perubahan suasana hati ( mood )
2. kalau dirusak, terjadi sikap agresif
3. melalui hypothalamus, dia mempercepat aktifitas endokrin, sex dan
reproduksi
AREA SEPTI :
- merupakan bagian dari nuclei tel – encephalon
- dibentuk oleh : - cortex area septi
- gyrus para terminalis
- gyrus ( area ) subcallosum
- Letak : antara septum pellucidum dengan comminssura anterior
- Hubungan timbale balik dengan formatio hippocampi via formix
- Hubungan timbale balik dengan hypothalamus
- berhubungan dengan habenula melalui stria medallarais thalami
HYPOTHALAMUS
Pengertian: merupakan bagian paling depan dari di-encephalon  satu-satunya
bagian di-encep

halon yang tidak ditutupi oleh hemisphaerum cerebri  dapat dilihat langsung pada
dataran bawah otak

Letak: mulai dari chiasma optici kebelakang mencapai lamina terminale dan
commissura anterior daerah yang ditempati hypothalamus sering juga disebut
sebagai: area pre-opticum

Bangunan pembentuk hypothalamus:


a) chiasma opticum
b) tuber cinereum
c) infundibulum
d) corpus mammilare
Struktur: nucleinya dibedakan: kel. Medial dan kel. Lateralpembatas: fornix dan
tractus mammilothalamicus
Berhubungan erat dgn HYPOPHYSIS AXIS HYPOTHALAMUS-HYPOPHYSIS

THALAMUS
Pembentuk utama di-encephalon  subs.grissea
T.d beberapa kelompok nuclei:
1) Kel. Nuclei anterior thalami
2) Kel. Nuclei intermedia thalami (nuclei of midline)
3) Kel. Nuclei medialis thalami
4) Kel. Nuclei lateralis thalami
5) Kel. Nuclei posterior thalami

8
Masing-masing kelompok biasanya dibagi lagi atas beberapa sub-kelompok nuclei
Hubungan : menerima sensasi sensorik dari seluruh tubuh, kecuali :
N.OLFACTORIUS (penciuman)
Secara mandiri thalamus berfungsi:

• Menerima segala sensasi sensorik kecuali penciuman
• Karena hubungannya yang luas dgn cortex lobus frontalis dan hypothalamus,
maka diduga dia juga berfungsi sebagai pusat perasaan subjektif dan
kepribadian seseorang

SERABUT PENGHUBUNG LOBUS LIMBIK :


1. Alveus ( sudah diterangkan )
2. Fimbria ( sudah diterangkan )
3. Fornix ( sudah diterangkan )
4. Tractus mammillothalamicus ( sudah diterangkan )
5. Stria terminalis ( sudah diterangkan )
6. Stria medullaris ( sudah diterangkan )
7. Commissura anterior ( sudah diterangkan )

FUNGSI SISTEM LIMBIK

1. Berkaitan erat dengan keadaan emosi dan perilaku, terutama: reaksi


takut, marah dan libido
2. khusus hippocampus mempunyai fungsi:
 Pembelajaran
 Ingatan sekarang ( hal – hal baru )
3. Berkaitan erat dengan fungsi penciuman, walau tak cukup bukti
4. Berkaitan erat dengan respons homeostatik terhadap perubahan
lingkungan
5. Berkaitan erat dengan perubahan emosi sehingga melibatkan aktivitas
lokomotorik, saraf otonom dan kelenjar endokrin
6. Berkaitan erat dengan:
- Perasaan
- Makan
- Berkelahi
- Melarikan diri
- Mencari pasangan

Fisiologi Sistim Limbik

Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat
kerah baju.limbik secara harfiah diartikan sebagai perbatasan. Sistem limbik itu
sendiri diartikan keseluruhan lintasan neuronal yang mengatur tingkah laku emosional
dan dorongan motivasional. Bagian utama sistem limbik adalah hipothalamus dan
struktur-strukturnya yang berkaitan. Bagian otak ini sama dengan yang dimiliki
hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia.

9
Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus
dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi mengendalikan emosi, mengendalikan
hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, seksualitas, pusat rasa
senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang.

Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera.
Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi. Carl Gustav Jung menyebutnya
sebagai Alam Bawah Sadar atau ketaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam
perilaku baik seperti menolong orang, dan perilaku tulus lainnya. LeDoux
mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat duduk bagi semua nafsu manusia,
tempat bermuaranya cinta, respek dan kejujuran.

Sistem Limbik yang terdiri dari Amigdala, Thalamus dan Hipothalamus ini
berperanan sangat penting dan berhubungan langsung dengan sistem otonom maupun
bagian otak penting lainnya. Karena hubungan langsung sistem Limbik dengan
sistem otonom, jadinya bila ada stimulus emosi negatif yang langsung masuk dan
diterima oleh sistem Limbik dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti :
gangguan jantung , hipertensi maupun gangguan saluran cerna. Tidak heran saat
seseorang marah , maka jantung akan berdetak lebih cepat dan lebih
keras dan tekanan darah dapat meninggi.

Stimulus emosi dari luar ini dapat langsung potong jalur masuk ke sistem
Limbik tanpa dikontrol oleh bagian otak yang mengatur fungsi intelektual yang
mampu melihat stimulus tadi secara lebih obyektif dan rasional. Hal ini menjelaskan
kenapa seseorang yang sedang mengalami emosi kadang perilakunya tidak
rasional. Permasalahan lain adalah pada beberapa keadaan seringkali emosi negatif
seperti cemas dan depresi timbul secara perlahan tanpa disadari dan individu tersebut
baru menyadari saat setelah timbul gejala fisik , seperti misalnya hipertensi.

Peran dopamine

Fungsi Dopamin sebagai neururotransmiter kerja cepat disekresikan oleh


neuron-neuron yang berasal dari substansia nigra, neuron-neuron ini terutama
berakhir pada regio striata ganglia basalis. Pengaruh dopamin biasanya sebagai
inhibisi. Dopamin bersifat inhibisi pada beberapa area tapi juga eksitasi pada
beberapa area. Sistem norepinefrin yang bersifat eksitasi menyebar ke setiap area
otak, sementara serotonin dan dopamin terutama ke regio ganglia basalis dan sistem
serotonin ke struktur garis tengah (midline).
Dopamin telah diduga kemungkinan penyebab skizofrenia secara tidak
langsung karena banyak pasien parkison yang mengalami gejala skizofrenia ketika
diobati dengan obat yang disebut L-DOPA. Obat ini melepaskan dopamin dalam otak,
yang sangat bermanfaat dalam mengobati parkinson, tetapi dalam waktu bersaman
obat ini menekan berbagai bagian lobus prefrontalis dan area yang berkaitan dengan
lainnya. Telah diduga bahwa pada skizofrenia terjadi kelebihan dopamin yang
disekresikan oleh sekelompok neuron yang mensekresikan dopamin yang badan
selnya terletak tegmentum ventral dari mesensefalon, disebelah medial dan anterior
dari sistem limbik, khususnya hipokampus, amigdala, nukleus kaudatus anterior dan
sebagian lobus frefrontalis ini semua pusat- pusat pengatur tingkah laku yang sangat
kuat.

10
Suatu alasan yang sangat kuat. Suatu alasan yang lebih meyakinkan untuk
mempercayai skizofrenia mungkin disebabkan produksi dopamin yang berlebihan
ialah bahwa obat-obat yang bersifat efektif mengobati skizofrenia seperti
klorpromazin, haloperidol, dan tiotiksen semuanya menurunkan sekresi dopamin
pada ujung-ujung syaraf dopaminergik atau menurunkan efek dopamin pada neuron
yang selanjutnya.

Fisiologi neurotransmiter dopamin

Dopamin merupakan kelompok neurotransmiter katekholamin. Jumlah total


neuron dopaminergik di otak manusia, tidak termasuk di retina dan bulbus olfaktorius
diperkirakan berjumlah antara 300.000 sampai dengan 400.000. Nukleus
dopaminergik yang utama dijumpai pada substansia nigra pars compacta, daerah
tegmental sentral, dan nukleus arcuatus

Dari substansia nigra dan daerah tegmental sentral neuron tersebut akan
berproyeksi ke daerah mesolimbik, mesokortikal, dan daerah striatum. Dopamin
disintesis dari tyrosine dibagian terminal presinaps untuk kemudian dilepaskan ke
celah sinaps.

Langkah pertama sintesis dopamin adalah proses uptake asam amino L-


tyrosine dari aliran darah. Tyrosine akan dikonversi menjadi 3-4-
dihidroxyphenylalanine (L-DOPA) oleh enzim tyrosine hydroxylase, dan kemudian
L-DOPA dikonversi menjadi dopamin oleh enzim dopa decarboxylase. Dopamin
disimpan dalam granula-granula di ujung presinaptik saraf, dan akan dilepaskan
apabila ada rangsangan. Dopamin yang dilepaskan ke celah sinaps dapat mengalami
satu atau lebih keadaan berikut:
- mengalami pemecahan oleh enzim COMT/ Catechol-O-Methyl-
Transferase atau enzim MAO/ Monoamine Oxidase
- mengalami difusi dari celah sinaps
- mengaktivasi reseptor pre sinaptik
- mengaktivasi reseptor post sinaptik, dan
- mengalami ambilan kembali (reuptake) ke terminal pre sinaptik.

Reseptor dopamin memiliki 2 sub tipe utama yaitu reseptor seperti D1 (D1dan
D5) dan reseptor seperti D2 (D2, D3, dan D4) . Variasi tipe reseptor ditentukan oleh
urutan asam amino DNA. Reseptor D2 memiliki 2 bentuk isoform yaitu D2 short dan
D2long.

Tabel dibawah menunjukkan reseptor dopamin, lokasi, agonis, dan


antagonisnya. Perangsangan reseptor D2 post sinaps akan merangsang proses
interseluler. Secara fungsional tidak ada perbedaan antara kedua bentuk reseptor
D2yang isoform tersebut. Pemahaman akan fungsi masing-masing reseptor akan
berguna dalam aplikasi klinik terapi. Reseptor dopaminergik D2 dapat berperan
sebagai autoreseptor. Reseptor dopaminergik D2 terletak di pre sinaps maupun post
sinaps. Dopamin yang dilepaskan dari terminal saraf dapat mengaktivasi reseptor D2
pada terminal presinaptik yang sama, dan akan mengurangi sintesis atau pelepasan
dopamin yang terlalu berlebihan, sehingga reseptor D2 akan berperan sebagai
mekanisme umpan balik (feedback) negatif yang dapat memodulasi atau
menghentikan pelepasan dopamin pada sinaps tertentu.

11
Pada otak manusia terdapat 3 nukleus dopaminergik yang utama yaitu: (1)
substansia nigra pars compacta yang berproyeksi ke striatum, (2) area tegmental
ventral yang berproyeksi ke nukleus accumbens dan korteks serebri, dan (3) nukleus
arcuatus hipotalamus yang berproyeksi ke area tuberoinfundibular dan hipofisis.

Reseptor Dopamin dan obat-obat yang berperan

Reseptor Agonis Antagonis Lokasi


D1 - Haloperidol Neostriatum, korteks serebri,
tuberkel olfaktorius, n.
accumbens
D2 Bromocriptine Haloperidol, Neostriatum, tuberkel
Raclopride, olfaktorius, n. accumbens
Sulpride
D3 - Quinpirole Accumbens
Raclopride Nucleus
D4 Clozapine Amygdala
D5 - - Hipokampus dan Hipotalamus

Hubungan antara dopamin dan perilaku

Dopamin bekerja menghambat pelepasan prolaktin dari lobus interior


pituitary. Sebagai pusat reward reinforcement dan motivasi perilaku. Para
neurophysiologist, computer scientist, psychologist dan economist yang berkolaborasi
dalam studi interdisiplin di jurnal Nature vol. 9, Agustus 2006, mengemukakan
hipotesa mengenai sel saraf dopamin otak tengah sebagai pengkode dalam
menentukan pengambilan keputusan.

Tingginya kadar dopamin diasosiasikan dengan meningkatnya perhatian,


hiperaktivitas, keresahan dan perilaku goal-oriented. Ketidakseimbangan kadar
dopamin dalam otak juga diduga mempunyai korelasi dengan penyakit skizofrenia,
Parkinson, Attention-Deficit/Hyperactivity Disorders (ADHD) dan autisme, dimana
keduanya memberikan gejala abnormalitas pada perilaku pasien.

LI 2. Memahami dan Menjelaskan Psikopatologi Gangguan Psikotik


2.1 Definisi Gangguan Psikotik

Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan


individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham, atau
perilaku kacau atau aneh.

Gangguan psikotik adalah gangguan mental yang ditandai dengan kerusakan


menyeluruh dalam uji realitas seperti yang ditandai dengan delusi, halusinasi, bicara
inkoheren yang jelas, atau perilaku yang tidak teratur atau mengacau, biasanya tanpa
ada kewaspadaan pasien terhadap inkomprehensibilitas dalam tingkah lakunya.

12
Gejala – gejala gangguan jiwa pada umumnya dapat dipahami dari dua segi, yaitu :
1. Deskriptif, hanya melukiskan bagaimana gejala itu terjadi tanpa menerangkan
makna dan dinamikanya. Misal : terjadi halusinasi berulang – ulang atau pada
saat-saat tertentu (pagi hari) tanpa menerangkan halusinasi apa dan sebagainya.
2. Psikodinamik, tidak hanya menerangkan tentang bagaimana gejala itu terjadi
tetapi juga dinamikanya. Misal : kapankah terjadinya, tentang apa gangguannya,
bagaimana prosesnya, reaksi psikologis yang ditampilkan kemudian, dan
sebagainya.

2.2 Etiologi Gangguan Psikotik

Faktor psikodinamik yang harus diperhatikan di dalam kelompok gangguan


psikotik ini adalah stresor pencetus dan lingkungan interpersonal. Di dalam
mengambil riwayat penyakit dan memeriksa pasien, klinisi harus memperhatikan tiap
perubahan atau stres pada lingkungan interpersonal pasien. Pasien rentan terhadap
kebutuhan psikosis untuk mempertahankan jarak interpersonal tertentu; seringkali,
pelanggaran batas pasien oleh orang lain dapat menciptakan stres yang melanda yang
menyebabkan dekompensasi. Demikian juga, tiap keberhasilan atau kehilangan
mungkin merupakan stresor yang penting dalam kasus tertentu.

Pemeriksaan pasien psikotik harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa


gejala psikotik adalah disebabkan oleh kondisi medis umum (sebagai contohnya,
suatu tumor otak) atau ingesti zat (sebagai contohnya, phencyclidine).
Kondisi fisik seperti neoplasma serebral, khususnya di daerah oksipitalis dan
temporalis dapat menyebabkan halusinasi. Pemutusan sensorik, seperti yang terjadi
pada orang buta dan tuli, juga dapat menyebabkan pengalaman halusinasi dan waham.
Lesi yang mengenai lobus temporalis dan daerah otak lainnya, khususnya di hemisfer
kanan dan lobus parietalis, adalah disertai dengan waham.

Zat psikoaktif adalah penyebab yang umum dari sindroma psikotik. Zat yang
paling sering terlibat adalah alkohol, halusinogen indol sebagai contohnya, lysergic
acid diethylamid (LSD) – amfetamin, kokain. Mescalin, phencyclidine (PCP), dan
ketamin. Banyak zat lain, termasuk steroid dan thyroxine, dapat disertai dengan
halusinasi akibat zat.2 Beberapa obat-obatan seperti fenilpropanolamin bromocriptine
dan juga dapat menyebabkan atau memperburuk gejala-gejala psikotik.5

2.3 Klasifikasi gangguan psikotik

1.) Gangguan psikotik singkat :

Simptom psikotik singkat : 1 hari – 1 bulan. Kemudian dapat berfungsi secara


normal (waktu terbatas). Ada stressor yang diketahui ada yang tidak. Di DSM IV ada
yang disebut gangguan reaktif singkat yang kejadiannya setelah melahirkan.
Perlakuan gangguan psikotik : kombinasi pengobatan dan psikoterapi.

Kriteria diagnostik untuk gangguan psikotik singkat


 Adanya satu atau lebih gejala berikut
o Waham
o Halusinasi

13
o Bicara terdisorganisasi
o Perilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik
 Lamanya suatu episode gangguan adalah sekurangnya satu hari tetapi
kurang dari satu bulan, akhirnya kembali penuh pada tingkat fungsi
premorbid.
Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu gangguan mood dengan ciri
psikotik, gangguan skizoafektif atau skizofrenia dan bukan karena efek fisiologis
langsung dari suatu zat atau kondisi umum medis.

2.) Gangguan schizofreniform

Ada simptom psikotik, tetapi lama dan keparahannya kurang daripada pada
psikosis reaktif yang singkat (1-6 bulan, kalau lebih dari 6 bulan, harus di diagnosis
schizophrenia) Simptom psikoafektif :

• Apabila ada simptom-simptom yang sifatnya schizofrenik dan afektif.


• DSM IV: ada simptom depresi mayor atau periode manik dan simptom delusi dan
halusinasi.

3.) Gangguan delusional


Penderita dapat berfungsi normal. Hanya ada satu gejala yaitu delusi.
Ada 5 subtipe :
a) Erotomania: delusi bahwa orang lain biasanya orang penting sangat
mencintai dirinya. Disamping itu biasanya ada simptom depresi atau
mania.
b) Gangguan delusi kebesaran : merasa bahwa dirinya orang yang sangat
penting (merasa dirinya ratu adil).
c) Gangguan delusi iri : ada delusi bahwa pasangannya tidak setia.
d) Gangguan delusi persekutori : merasa bahwa dirinya akan dianiaya,
merasa dirinya akan dibunuh.
e) Gangguan delusi somatic : merasa bahwa dirinya mempunyai penyakit
yang membahayakan atau bahwa akan mati. Kepercayaan ini ekstrim
dan tidak dapat diubah.

4.) Gangguan psikotik bersama


Bila seorang atau lebih banyak orang mengembangkan sistem
delusional sebagai akibat hubungan yang dekat dengan orang yang delusional.
Kalau dua orang disebut folie a deux. Sering terjadi tiga orang atau lebih, atau
seluruh keluarga . jadi seakan-akan orang terjangkit karena dekat, kalau pisah
yang terjangkit dapat kembali normal.

LI 3. Memahami dan Menjelaskan Skizofrenia

3.1 Menjelaskan definisi skizofrenia

Skizofrenia adalah suatu kumpulan gangguan kepribadian yang


terbelah dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar,
waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan suasana perasaan (afek
tumpul, datar, atau tidak serasi), gangguan tingkah laku (bizarre, tidak bertujuan,
stereotipi atau inaktivitas) serta gangguan pengertian diri dan hubungan dengan

14
dunia luar (kehilangan batas ego, pikiran dereistik, dan penarikan autistik).
Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap dipertahankan
walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian

3.2 Menjelaskan Etiologi Skizofrenia

a. Keterlibatan faktor keturunan


Secara umum dapat dikatakan semakin dekat hubungan genetiknya
dengan pasien, maka semakin besar pula kemungkinannya untuk menderita
gangguan tersebut. Hal ini sering disebut concordant, yaitu anak kembar dari
satu telur mempunyai kemungkinan tiga sampai enam kali lebih besar untuk
sama-sama menderita gangguan skizofrenia dibandingkan dengan anak
kembar dari dua telur.

b. Faktor lingkungan
Penelitian menyatakan bahwa ibu yang terlalu melindungi, hubungan
perkawinan orang tua yang kurang sehat, kesalahan dalam pola komunikasi
diantara anggota keluarga dapat menimbulkan skizofrenia. Skizofrenia tidak
diduga sebagai suatu penyakit tunggal tetapi sebagai sekelompok penyakit
dengan ciri-ciri klinik umum. Banyak teori penting telah diajukan mengenai
etiologi dan ekspresi gangguan ini, salah satunya yang diungkapkan oleh
Residen Bagian Psikiatri UCLA.

c. Teori biologik dan genetik


Penelitian keluarga (termasuk penelitian kembar dan adopsi) sangat
mendukung teori bahwa faktor genetik sangat penting dalam transmisi
mendukung skizofrenia atau paling tidak memberi suatu sifat kerawanan dan
juga dapat menjadi penyebab peningkatan insiden dari sindrom, yang mirip
dengan skizofrenia (gangguan kepribadian skizoafektif, skizotipik dan
lainnya) yang terjadi dalam keluarga.

d. Hipotesis neurotransmitter
Penelitian terakhir memperlihatkan adanya kelebihan reseptor
dopaminergik dalam susunan syaraf pusat (SSP) penderita skizofrenik. Pada
hakekatnya neuroleptik diduga efektif karena kemampuannya memblokir
reseptor dopaminergik. Penelitian mengenai skizofrenik yang tidak di obati
juga mengungkapkan suatu kelebihan dari reseptor dopaminergik yang secara
langsung berlawanan dengan teori bahwa temuan ini berhubungan dengan
pemberian neuroleptik.

e. Pencetus psikososial
Stressor sosio lingkungan sering menyebabkan timbulnya serangan
awal dan kekambuhan skizofrenia serta dapat diduga sebagai suatu terobosan
kekuatan protektif dengan tetap mempertahankan kerawanan secara psiko
biologik dalam pengendalian. Tiga tindakan emosi yang dinyatakan di
lingkungan rumah : komentar kritis, permusuhan dan keterlibatan emosional
yang berlebihan terbukti menyebabkan peningkatan angka kekambuhan
skizofrenia.

15
3.3 Menjelaskan Epidemiologi Skizofrenia

Sekitar satu persen penduduk dunia akan mengidap skizofrenia pada suatu
waktu dalam hidupnya. Di Indonesia diperkirakan satu sampai dua persen penduduk
atau sekitar dua sampai empat juta jiwa akan terkena penyakit ini. Bahkan sekitar
sepertiga dari sekitar satu sampai dua juta yang terjangkit penyakit skizofrenia ini
atau sekitar 700 ribu hingga 1,4 juta jiwa kini sedang mengidap skizofrenia. Perkiraan
angka ini disampaikan Dr LS Chandra, SpKJ dari Sanatorium Dharmawangsa Jakarta
Selatan.
Tiga per empat dari jumlah pasien skizofrenia umumnya dimulai pada usia 16
sampai 25 tahun pada laki-laki. Pada kaum perempuan, skizofrenia biasanya mulai
diidap pada usia 25 hingga 30 tahun. Penyakit yang satu ini cenderung menyebar di
antara anggota keluarga sedarah
Prevalensi skizofrenia di Amerika Serikat dilaporkan bervariasi terentang dari
1 sampai 1,5 persen dengan angka insidens 1 per 10.000 orang per
tahun. Berdasarkan jenis kelamin prevalensi skizofrenia adalah sama, perbedaannya
terlihat dalam onset dan perjalanan penyakit. Onset untuk laki laki 15 sampai 25
tahun sedangkan wanita 25-35 tahun. Prognosisnya adalah lebih buruk pada laki laki
dibandingkan wanita.

3.4 Menjelaskan Klasifikasi Skizofrenia

Dalam PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yan
mempunyai spesifikasi masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-hal
sebagai berikut:

1. Skizofrenia Paranoid
- Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia
- Sebagai tambahan :
Halusinasi dan atau waham harus menonjol :
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit,
mendengung, atau bunyi tawa.
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol.
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau
“Passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang
beraneka ragam, adalah yang paling khas.
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata / menonjol.

16
Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada
pasien skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami
episode pertama penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30
tahunan biasanya mencapai kehidupan social yang dapat membantu mereka
melewati penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderung lebih besar dari
pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid
menunjukkan regresi yang lambat dari kemampuanmentalnya, respon
emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.
Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-
hati, dan tak ramah. Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif.
Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka
secara adekuat didalam situasi social. Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi
oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.

2. Skizofrenia Hebefrenik
- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
- Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia
remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).
- Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang
menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan
diagnosis.
- Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan
pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan
bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :

 Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan,


serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri
(solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa
perasaan;

 Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate),


sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri
(self-satisfied), senyum sendirir (self-absorbed smiling), atau oleh
sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces),
mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan
hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated
phrases);

 Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak


menentu (rambling) serta inkoheren.
- Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir
umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya
tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations).
Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang
serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan

17
ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty
of purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-
buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin
mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.
- Menurut DSM-IV skizofrenia disebut sebagai skizofrenia tipe
terdisorganisasi.

3. Skizofrenia Katatonik
- Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.
- Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran
klinisnya :
a. Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan
dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara):
b. Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang
tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
c. Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan
mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);
d. Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap
semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan
kearah yang berlawanan);
e. Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan
upaya menggerakkan dirinya);
f. Fleksibilitas cerea/”waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak
dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan
g. Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara
otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-
kalimat.
- Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari
gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai
diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain.
- Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk
diagnostik untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh
penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta
dapat juga terjadi pada gangguan afektif.
Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik
memerlukan pengawasan yang ketat untuk menghindari pasien melukai
dirinya sendiri atau orang lain. Perawatan medis mungkin ddiperlukan karena
adanya malnutrisi, kelelahan, hiperpireksia, atau cedera yang disebabkan oleh
dirinya sendiri.

18
4. Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated).
Seringkali pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah
dimasukkan kedalam salah satu tipe. PPDGJ mengklasifikasikan pasien
tersebut sebagai tipe tidak terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III
yaitu:
- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
- Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik,
atau katatonik.
- Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca
skizofrenia.

5. Depresi Pasca-Skizofrenia

 Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :


a. Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis
umum skizzofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;
b. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi
mendominasi gambaran klinisnya); dan
c. Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling
sedikit kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun
waktu paling sedikit 2 minggu.

 Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi


episode depresif. Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol,
diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai.

6. Skizofrenia Residual
Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus
dipenuhi semua :
a) Gejala “negative” dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan
psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan
ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan,
komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak
mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial
yang buruk;
b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau
yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia;
c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat
berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom “negative” dari skizofrenia;
d) Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain,
depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas
negative tersebut.

19
Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus
menerus adanya gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala
aktif atau gejala yang cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia.
Penumpulan emosional, penarikan social, perilaku eksentrik, pikiran yang
tidak logis, dan pengenduran asosiasi ringan adalah sering ditemukan pada
tipe residual. Jika waham atau halusinasi ditemukan maka hal tersebut tidak
menonjol dan tidak disertai afek yang kuat.

7. Skizofrenia Simpleks

 Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena


tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan
progresif dari :
 gejala “negative” yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului
riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik,
dan
 disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna,
bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat
sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial.

 Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe


skizofrenia lainnya.
Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas.
Gejala utama pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran
kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan
halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali.
Pada permulaan mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya
atau mulai menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam
pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak
ada orang yang menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis, pelacur,
atau penjahat.

8. Skizofrenia lainnya

9. Skizofrenia YTT
Selain beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya
(yang tidak berdasarkan DSM IV TR), antara lain :

 Bouffe delirante (psikosis delusional akut).


Konsep diagnostik Perancis dibedakan dari skizofrenia terutama atas dasar
lama gejala yang kurang dari tiga bulan. Diagnosis adalah mirip dengan
diagnosis gangguan skizofreniform didalam DSM-IV. Klinisi Perancis
melaporkan bahwa kira-kira empat puluh persen diagnosis delirante
berkembang dalam penyakitnya dan akhirnya diklasifikasikan sebagai
media skizofrenia.

20
 Skizofrenia laten.
Konsep skizofrenia laten dikembangkan selama suatu waktu saat terdapat
konseptualisasi diagnostic skizofrenia yang luas. Sekarang, pasien harus
sangat sakit mental untuk mendapatkan diagnosis skizofrenia; tetapi pada
konseptualisasi diagnostik skizofrenia yang luas, pasien yang sekarang ini
tidak terlihat sakit berat dapat mendapatkan diagnosis skizofrenia. Sebagai
contohnya, skizofrenia laten sering merupakan diagnosis yang digunakan
gangguan kepribadian schizoid dan skizotipal. Pasien tersebut mungkin
kadang-kadang menunjukkan perilaku aneh atau gangguan pikiran tetapi
tidak terus menerus memanifestasikan gejala psikotik. Sindroma juga
dinamakan skizofrenia ambang (borderline schizophrenia) di masa lalu.

 Oneiroid.
Keadaan oneiroid adalah suatu keadaan mirip mimpi dimana pasien
mungkin pasien sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi
terhadap waktu dan tempat. Istilah “skizofrenik oneiroid” telah digunakan
bagipasien skizofrenik yang khususnya terlibat didalam pengalaman
halusinasinya untuk mengeluarkan keterlibatan didalam dunia nyata. Jika
terdapat keadaan oneiroid, klinisi harus berhati-hati dalam memeriksa
pasien untuk adanya suatu penyebab medis atau neurologist dari gejala
tersebut.

 Parafrenia.
Istilah ini seringkali digunakan sebagai sinonim untuk “skizofrenia
paranoid”. Dalam pemakaian lain istilah digunakan untuk perjalanan
penyakit yang memburuk secara progresif atau adanya system waham
yang tersusun baik. Arti ganda dari istilah ini menyebabkannya tidak
sangat berguna dalam mengkomunikasikan informasi.

 Pseudoneurotik.
Kadang-kadang, pasien yang awalnya menunjukkan gejala tertentu seperti
kecemasan, fobia, obsesi, dan kompulsi selanjutnya menunjukkan gejala
gangguan pikiran dan psikosis. Pasien tersebut ditandai oleh gejala
panansietas, panfobia, panambivalensi dan kadang-kadang seksualitas
yang kacau. Tidak seperti pasien yang menderita gangguan kecemasan,
mereka mengalami kecemasan yang mengalir bebas (free-floating) dan
yang sering sulit menghilang. Didalam penjelasan klinis pasien, mereka
jarang menjadi psikotik secara jelas dan parah.

 Skizofrenia Tipe I.
Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom
positif yaitu asosiasi longgar, halusinasi, perilaku aneh, dan bertambah
banyaknya pembicaraan. Disertai dengan struktur otak yang normal pada
CT dan respon yang relatif baik terhadap pengobatan.

21
 Skizofrenia tipe II.
Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom
negative yaitu pendataran atau penumpulan afek, kemiskinan pembicaraan
atau isi pembicaraan, penghambatan (blocking), dandanan yang buruk,
tidak adanya motivasi, anhedonia, penarikan sosial, defek kognitif, dan
defisit perhatian. Disertai dengan kelainan otak struktural pada
pemeriksaan CT dan respon buruk terhadap pengobatan.

3.5 Menjelaskan Patofisiologi Skizofrenia

a. Faktor Biologi

- Komplikasi kelahiran
Bayi laki laki yang mengalami komplikasi saat dilahirkan sering
mengalami skizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan
seseorang terhadap skizofrenia.
- Infeksi
Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus
pernah dilaporkan pada orang orang dengan skizofrenia. Penelitian
mengatakan bahwa terpapar infeksi virus pada trimester kedua kehamilan
akan meningkatkan seseorang menjadi skizofrenia.
- Hipotesis Dopamin
Dopamin merupakan neurotransmiter pertama yang berkontribusi
terhadap gejala skizofrenia. Hampir semua obat antipsikotik baik tipikal
maupun antipikal menyekat reseptor dopamin D2, dengan terhalangnya
transmisi sinyal di sistem dopaminergik maka gejala psikotik diredakan.1°
Berdasarkan pengamatan diatas dikemukakan bahwa gejala gejala
skizofrenia disebabkan oleh hiperaktivitas sistem dopaminergik.5’7
- Hipotesis Serotonin
Gaddum, wooley dan show tahun 1954 mengobservasi efek
lysergic acid diethylamide (LSD) yaitu suatu zat yang bersifat campuran
agonis/antagonis reseptor 5-HT. Temyata zatini menyebabkan keadaan
psikosis berat pada orang normal. Kemungkinan serotonin berperan pada
skizofrenia kembali mengemuka karena penetitian obat antipsikotik
atipikal clozapine yang temyata mempunyai afinitas terhadap reseptor
serotonin 5-HT~ lebih tinggi dibandingkan reseptordopamin D2.57
- Struktur Otak
Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah sistem
limbik dan ganglia basalis. Otak pada pendenta skizofrenia terlihat sedikit
berbeda dengan orang normal, ventrikel teilihat melebar, penurunan massa
abu abu dan beberapa area terjadi peningkatan maupun penurunan aktifitas
metabolik. Pemenksaaninikroskopis dan jaringan otak ditemukan sedikit
perubahan dalam distnbusi sel otak yang timbul pada masa prenatal karena
tidak ditemukannya sel glia, biasa timbul pada trauma otak setelah lahir.

22
b. Genetika

Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan,


1% dari populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai
hubungan derajat pertama seperti orang tua, kakak laki laki ataupun
perempuan dengan skizofrenia. Masyarakat yang mempunyai hubungan
derajat ke dua seperti paman, bibi, kakek / nenek dan sepupu dikatakan lebih
sering dibandingkan populasi umum. Kembar identik 40% sampai 65%
berpeluang menderita skizofrenia sedangkan kembar dizigotik 12%. Anak dan
kedua orang tua yang skizofrenia berpeluang 40%, satu orang tua 12%.

c. Psikodinamik
Menggunakan rumus I+S R
I: individu, yaitu sesorang yang sudah mempunyai bakat-bakat tertentu,
kepribadian yang rentan (vulnerable personality) ataupun factor genetic yang
kesemuanya itu merupakan factor predisposisi yaitu kecenderungan untuk
menadi sakit
S: situasi, yaitu suatu kondisi yang menjadi tekanan mental bagi individu yang
bersangkutan misalnya stressor psikososial
R: Reaksi,yaitu respons dari individu yang benrsangkutan setelah mengalami
situasi yang tidak mengenakan sehingga ia mengalami frustasi yang nantinya
mengalami jatuh sakit

d. Psikososial
Stressor sikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu
terpaksa mengadakan penyesuaian diri untuk menanggulangi stressor yang
timbul.
Jenis-jenis stressor psikoosial yang dimaksud digolongkan sebagai berikut :
a. Perkawinan dengan berbagai masalah perkawinan misalnya pertengkaran,
perpisahan, perceraian, kematian salah satu pasangan.
b. Problem orangtua permasalahan yang dihadapi orangtuamisal tidak punya
anak, kebanyakan anak, kenakalan anak, anak sakit , dan hubungannya
tidak baik.
c. Hubungan interpersonal gangguan ini dapat berupa hubungan dengan
kawan dekat yang mengalami konflik.
d. Pekerjaan misalnya kehilangan pekerjaan, pekerjaan terlalu banyak,
pensiun, mutasi jabatan dll.
e. Lingkungan hidup, keuangan, hokum, dan perkembangan fisik atau
mental, penyakit fisik, faktor keluarga lain-lain.

23
3.6 Manifestasi Klinik Skizofrenia

Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase


prodromal, fase aktif dan fase residual.
- Fase prodromal
Biasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya bisa minggu,
bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas.
Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi
penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan perubahan ini
akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka
akan mengatakan “orang ini tidak seperti yang dulu”. Semakin lama fase
prodromal semakin buruk prognosisnya.
- Fase aktif
Gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik,
inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua
individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala
gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau
terus bertahan.
- Fase residual
Fase aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama
dengan fase prodromal tetapi gejala positif / psikotiknya sudah berkurang.
Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas, pendenta
skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara
spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi,
konsentrasi, hubungan sosial)

 Gejala positive skizofrenia


a) Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional
b) Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus).
Misalnya penderita mendengar suara/bisikan di telinganya padalah tidak ada
sumber dari suara/bisikan tersebut
c) Kekacauan alam piker yang dapat dilihat dari isi pembicaraanya
d) Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, agresif, bicara dengan semangat dan
gembira berlebihan.
e) Merasa dirinya “Orang Besar” merasa serba mampu, serba hebat dan
sejenisnya
f) Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap
dirinya
g) Menyimpan rasa permusuhan.

 Gejala negative skizofrenia


a) Alam perasaan (affect) “tumpul” dan “mendatar” dapat terlhat dari wajahnya
yang tanpa ekspresi
b) Menarik diri atau mengasingkan diri, tidak mau bergaul atau kontak dengan
orang lain
c) Kontak emosional amat “miskin” sukar diajak bicara, pendiam
d) Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan social
e) Sulit dalam berpikiran abstrak
f) Pola piker stereotip

24
g) Tidak ada/kehilangan dorongan kehendak (avolition) dan tidak ada inisiatif,
tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serba malas

3.7 Menjelaskan Diagnosis dan diagnosis banding Skizofrenia

Pedoman Diagnostik berdasarkan PPDGJ III:


 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk
ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- “thought broadcasting”= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya;
- “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara
jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran,
tindakan, atau penginderaan khusus);
- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar,
yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau
mukjizat;
b. Halusinasi auditorik:
 suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien, atau
 mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang berbicara), atau
 jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian
tubuh.
c. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)
 Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari
selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;

25
b. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
c. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor;
d. gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal)
 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.

Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan untuk menyingkirkan Diagnosis Banding. Skizofrenia tidak terkait
dengan hasil laboratorium karakteristik. Tes darah berikut ini harus dilakukan pada
semua pasien, baik pada awal penyakit dan berkala sesudahnya:
- Tes darah lengkap (CBC)
- Hati, tiroid, dan tes fungsi ginjal
- Elektrolit, glukosa, vitamin B12, asam methylmalonic serum, folat, dan
tingkat kalsium
- Dexamethasone Supression tes dan hormon adrenokortikotropik (ACTH)
stimulasi tes untuk hypercortisolism dan hypocortisolism, masing-masing
- Electroencephalography (EEG)

Diagnosis Banding Skizofrenia


Lesi Anatomi
Dalam kasus yang jarang terjadi, tumor otak mungkin sulit dibedakan dengan
penyakit psikotik. Karena tumor otak yang berpotensi mematikan, namun dapat
diobati, penting untuk mempertimbangkan studi pencitraan otak untuk setiap orang
dengan onset baru penyakit psikotik atau, barangkali, perubahan yang nyata pada
gejala.
Subdural hematoma dapat bermanifestasi sebagai perubahan status mental.
Perdarahan intrakranial harus dipertimbangkan pada pasien yang melaporkan trauma
kepala, untuk alasan apa pun, tidak dapat memberikan riwayat yang jelas. Pencitraan
otak mungkin tepat dalam kasus ini.

26
Kalsifikasi idiopatik dari ganglia basal adalah gangguan langka yang
cenderung hadir sebagai psikosis pada pasien yang menunjukkan gejala awal masa
dewasa, di kemudian hari biasanya hadir dengan demensia dan gangguan sistem
motorik. Gejala Schizophrenialike mungkin mendahului timbulnya kerusakan
intelektual dan gangguan motorik ekstrapiramidal
Penyakit Metabolik
 Penyakit Wilson, juga dikenal sebagai degenerasi hepatolenticular, adalah
gangguan metabolisme tembaga. Ini adalah penyakit resesif autosomal, gen
yang telah ditemukan pada kromosom 13. Gejala pertama sering perubahan
jelas dalam perilaku selama masa remaja, yang diikuti dengan munculnya
gerakan-gerakan aneh.
 Porfiria adalah gangguan biosintesis heme yang dapat hadir sebagai gejala
kejiwaan. Pasien mungkin memiliki riwayat keluarga psikosis. Gejala-
gejala kejiwaan mungkin berhubungan dengan perubahan elektrolit,
neuropati perifer, dan nyeri perut yang parah episodik. Abnormal tingkat
tinggi porfirin dalam koleksi urin 24 jam mengkonfirmasikan diagnosis.
 Pasien dengan gangguan hipoksemia atau elektrolit dapat hadir dengan
kebingungan dan gejala psikotik. Hipoglikemia dapat menghasilkan
kebingungan dan mudah marah dan mungkin keliru untuk psikosis.
 Delirium karena sebab apapun (misalnya, gangguan metabolik atau
endokrin) adalah kondisi yang penting untuk dipertimbangkan, terutama
pada pasien lanjut usia atau dirawat di rumah sakit. Walaupun pasien
dengan delirium mungkin memiliki berbagai kelainan neuropsikiatri,
keunggulan klinis penurunan rentang perhatian dan jenis waxing-dan
kebingungan.
Gangguan endokrin
 Hipotiroidisme parah atau hipertiroidisme dapat dikaitkan dengan gejala
psikotik. Hypothyroidism biasanya dikaitkan dengan depresi, yang jika
parah dapat disertai dengan gejala psikotik. Seseorang hipertiroid biasanya
depresi, cemas, dan mudah tersinggung.
 Kedua insufisiensi adrenokortikal (Addison penyakit) dan
hypercortisolism (sindrom Cushing) dapat mengakibatkan perubahan
status mental. Namun, kedua gangguan juga memproduksi tanda-tanda
fisik dan gejala yang dapat menyarankan diagnosis. Selain itu, sebagian
besar pasien dengan sindrom Cushing akan memiliki sejarah jangka
panjang terapi steroid untuk penyakit medis.
Penyakit Infeksi
 Penyakit menular, seperti influenza, penyakit Lyme, hepatitis C, dan salah
satu encephalitides (terutama yang disebabkan oleh virus herpes), dapat
menyebabkan perubahan status mental seperti depresi, kecemasan, mudah
tersinggung, atau psikosis. Orang tua dengan pneumonia atau infeksi
saluran kemih dapat menjadi bingung atau terus terang psikotik.

27
 Penyakit kelamin Laboratorium Penelitian VDRLRPR,tes nontreponemal
yang menggunakan antigen untuk mendeteksi antibodi terhadap
Treponema pallidum. Antibodi menurun selama penyakit, sehingga tes ini
memiliki tingkat negatif palsu yang tinggi. Jika neurosifilis diduga kuat,
tes treponemal lebih spesifik, seperti tes neon-treponemal antibodi
penyerapan (FTA-ABS), dapat berguna.
 HIV menembus penghalang darah-otak di awal perjalanan infeksi dan
dengan demikian dapat menyebabkan sejumlah perubahan status mental,
terutama demensia atau gangguan neuropsikologi lainnya. Selain itu,
pasien dengan HIV berada pada risiko untuk infeksi oportunistik, seperti
neurosifilis, toksoplasmosis, meningitis kriptokokal, PML, ensefalopati
cytomegalovirus, dan meningitis TB, yang semuanya dapat menyebabkan
perubahan status mental.
Orang terinfeksi HIV juga berisiko untuk limfoma sistem saraf pusat
primer dan memiliki gejala-gejala yang samar-samar, seperti kebingungan
dan kehilangan memori. Banyak obat yang digunakan untuk mengobati
HIV dapat menyebabkan perubahan status mental. Akhirnya, orang-orang
yang terinfeksi HIV beresiko untuk kekurangan gizi yang juga
berkontribusi terhadap perubahan status mental.
Cerebral Abses
Pasien dengan abses otak jarang memiliki gejala psikotik, tetapi pencitraan
otak harus dipertimbangkan untuk menyingkirkan kemungkinan ini dapat diobati.
Orang imunosupresi dan orang-orang yang tinggal di atau melakukan perjalanan di
negara-negara terbelakang sangat beresiko.
Creutzfeldt-Jakob
Prion menyebabkan CJD yang langka, salah satu encephalopathies spongiform
menular. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang yang lebih tua dari 50 tahun dan
ditandai dengan penurunan yang cepat, demensia, kompleks elektroensefalografik
normal, dan tersentak myoclonic.
Kekurangan Vitamin
Kekurangan tiamin bisa terjadi pada orang yang bergantung pada alkohol
untuk kalori atau pasien dengan keganasan lanjut atau sindrom malabsorpsi. Deplesi
tiamin akut dan berat dapat menyebabkan ensefalopati Wernicke, ditandai dengan
gangguan oculomotor, ataksia, dan konfabulasi. Jika kondisi ini tidak diobati, psikosis
Korsakoff dapat berkembang. Encephalopathy Wernicke adalah penyebab umum dan
terdiagnosis gangguan kognitif kronis pada orang dengan alkoholisme [56].
Kekurangan vitamin B-12, folat, atau keduanya dapat menghasilkan depresi
atau demensia. Sangat jarang, kekurangan-kekurangan ini dapat menghasilkan
pemikiran delusi.

28
3.8 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Skizofrenia

1. Terapi Somatik (Medikamentosa)


Pemakaian antipsikotik pada skizofrenia harus mengikuti lima prinsip utama.
1. Klinisi harus cermat menentukan gejala yang akan diobati.
2. Antipsikotik yang memberikan efek yang baik pada pasien di masa lalu harus
digunakan lagi.
3. Lama minimal percobaan antipsikotik empat sampai enam minggu dengan
dosis yang adekuat. Jika tidak berhasil, dapat diganti dengan antipsikotik jenis
lain.
4. Jarang diindikasikan penggunaan lebih dari antipsikotik sekaligus.
5. Pasien harus dipertahankan dalam dosis efektif minimal.

Berdasarkan afinitas terhadap reseptor dopamin tipe 2 (D2) dan efek samping
yang ditimbulkannya, obat ini dibagi ke dalam dua kelompok yakni antipsikotik
generasi pertama (tipikal) dan antipsikotik generasi kedua (atipikal).

Antipsikotik Generasi Pertama Antipsikotik Generasi Kedua


(Tipikal) (Atipikal)
a. High Potency - Aripiprazol
- Haloperidol - Clozapine
- Flupenazin - Olanzapin
- Pimozid - Paliperidon
b. Low Potency - Risperidon
- Klorpromazin (CBZ/ Largactil) - Ziprasidon
- Proclorperazin - Quatiapine
- Tioridazin

Antipsikotik Tipikal
- Berikatan kuat dengan reseptor dopamine tipe 2.
- Diberikan saat pasien mengalami gejala positif.
- Efek antipsikotik terlihat beberapa hari atau minggu setelah mengkonsumsi obat.
Perbaikan gejala didapat setelah obat menduduki reseptor dopamine di
mesolimbik.
- Lebih sering menyebabkan gejala ekstrapiramidal.

Antipsikotik Atipikal
- Bekerja pada reseptor dopamine dan serotonin.
- Diberikan saat pasien mengalami gejala negatif.
- Efek samping tersering gejala ekstrapiramidal yang lebih ringan dan penambahan
berat badan.

29
(Sumber: Lippincott’s Illustrated Reviews: Pharnacology, 4th Edition.)

Antipsikotik
Antipsikotik termasuk tiga kelas obat yang utama, yaitu:
1. Antagonis reseptor dopamine
2. Risperidone ( ris perdal )
3. Clozapine ( clozaril )

Pemilihan Obat
1. Antagonis Reseptor Dopamin
Adalah obat antipsikotik yang klasik dan efektif dalam pengobatan skizofrenia.
Obat ini memiliki dua kekurangan utama, yaitu:
a. Hanya sejumlah kecil pasien, cukup tertolong untuk mendapatkan kembali
jumlah fungsi mental yang cukup normal.
b. Disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Efek mengganggu
yang paling utama adalah akatisia dan gejala mirip parkinsonisme berupa
rigiditas dan tremor. Efek serius yang potensial adalah tardive dyskinesia dan
sindroma neuroleptik malignan.
“Remoxipride “ adalah antagonis reseptor dopamin dari kelas yang berbeda dari
pada antagonis reseptor dopamin yang sekarang ini tersedia. Awalnya obat ini
disertai efek samping neurologist yang bermakna, tetapi akhirnya remoxipride
disertai dengan anemia aplastik, jadi membatasi nilai klinisnya.

2. Risperidone
Adalah suatu obat antispikotik dengan aktivitas antagonis yang bermakna
pada reseptor serotonin tipe 2 ( 5-HT2 ) dan pada reseptor dopamine tipe 2 ( d2 ).
Risperidone menjadi obat lini pertama dalam pengobatan skizofrenia karena
kemungkinan obat ini adalah lebih efektif dan lebih aman daripada antagonis
reseptor dopaminergik yang tipikal.

3. Clozapine
Adalah suatu obat antipsikotik yang efektif. Mekanisme kerjanya belum
diketahui secara pasti. Clozapine adalah suatu antagonis lemah terhadap reseptor
D2 tetapi merupakan antagonis yang kuat terhadap reseptor D4 dan mempunyai
aktivitas antagonistic pada reseptor serotogenik. Agranulositosis merupakan
suatu efek samping yang mengharuskan monitoring setiap minggu pada indeks-
indeks darah. Obat ini merupakan lini kedua, diindikasikan pada pasien dengan

30
tardive dyskinesia karena data yang tersedia menyatakan bahwa clozapine tidak
disertai dengan perkembangan atau eksaserbasi gangguan tersebut.

Efek Terapetik lainnya


1. Antiemetik
2. Sedasi
3. Menghilangkan cegukan
4. Pengobatan bipolar disorder (acute mania)

Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran


No. Nama Generik Sediaan Dosis
1. Klorpromazin Tablet 25 dan 100 mg, 150 - 600 mg/hari
injeksi 25 mg/ml
2. Haloperidol Tablet 0,5 mg, 1,5 mg, 5 - 15 mg/hari
5 mg
Injeksi 5 mg/ml
3. Perfenazin Tablet 2, 4, 8 mg 12 - 24 mg/hari
4. Flufenazin Tablet 2,5 mg, 5 mg 10 - 15 mg/hari
5. Flufenazin Inj 25 mg/ml 25 mg/2-4 minggu
dekanoat
6. Levomeprazin Tablet 25 mg 25 - 50 mg/hari
Injeksi 25 mg/ml
7. Trifluperazin Tablet 1 mg dan 5 mg 10 - 15 mg/hari
8. Tioridazin Tablet 50 dan 100 mg 150 - 600 mg/hari
9. Sulpirid Tablet 200 mg 300 - 600 mg/hari
Injeksi 50 mg/ml
10. Pimozid Tablet 1 dan 4 mg 1 - 4 mg/hari
11. Risperidon Tablet 1, 2, 3 mg 2 - 6 mg/hari

Cara penggunaan
- Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klnis)
yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek samping
sekunder.
- Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang
dominan dan efek samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis
ekivalen.
- Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis
yang sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan
obat psikosis lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis
ekivalennya dimana profil efek samping belum tentu sama.
- Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya jenis obat
antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek
sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang
- Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
 Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
 Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
 Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)

31
 Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek
samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu
mengganggu kualitas hidup pasien

Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama


Newer atypical antipsycoic merupakn terapi pilihan untuk penderita Skizofrenia
episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan resiko untuk
terkena tardive dyskinesia lebih rendah.
Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai
bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat
lain, para ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali
lebih lama pada Clozaril)

Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)


Biasanya timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting
untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat. Terkadang
penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat
tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis menambah obat untuk
efek sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya lebih
rendah.
Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat
mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4
minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya. Terkadang
pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal ini
merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan yang lain,
misalnya antipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer atipycal antipsycotic
atau newer atipycal antipsycotic diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya.
Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan
diatas gagal.

Pengobatan Selama fase Penyembuhan


Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun setelah
sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang behenti minum obat
setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan
pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat obat antipskotik selama
12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya. Pasien yang mendertia
Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh total pada episode pertama
membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa penghentian
pengobatan merupakan penyebab tersering kekambuhan dan makin beratnya penyakit.

Efek Samping Antipsikotik

1. Gejala ekstrapiramidal
Gejala ekstrapiramidal timbul akibat blokade reseptor dopamine 2 di basal
ganglia (putamen, nukleus kaudatus, substansia nigra, nukleus subthalamikus, dan
globus palidus). Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan mekanisme dopaminergik dan
kolinergik sehingga sistem ekstrapiramidal terganggu. Paling sering disebabkan
antipsikotik tipikal potensi tinggi. Gejala ini dibagi dalam beberapa kategori, yaitu:
a. Reaksi Distonia Akut (ADR)

32
Terjadi spasme atau kontraksi involunter akut dari satu atau lebih kelompok otot
skelet. Kelompok otot yang paling sering terlibat adalah otot wajah, leher, lidah atau
otot ekstraokuler, bermanifestasi sebagai tortikolis, disastria bicara, krisis okulogirik
dan sikap badan yang tidak biasa. Reaksi distonia akut sering sekali terjadi dalam satu
atau dua hari setelah pengobatan antipsikosis dimulai, tetapi dapat terjadi kapan saja.
Keadaan ini terjadi pada kira-kira 10% pasien, lebih lazim pada pria muda, dan lebih
sering dengan neuroleptik dosis tinggi yang berpotensi tinggi, seperti haloperidol dan
flufenazine. Reaksi distonia akut dapat menjadi penyebab utama dari ketidakpatuhan
pemakaian obat.
b. Akatisia
Akatisia merupakan gejala ekstrapiramidal yang paling sering terjadi akibat
antipsikotik. Kemungkinan terjadi pada sebagian besar pasien terutama pada populasi
pasien lebih muda. Terdiri dari perasaan dalam yang gelisah, gugup, keinginan untuk
tetap bergerak dan sulit tidur. Akatisia dapat menyebabkan eksaserbasi gejala psikotik
akibat perasaan tidak nyaman yang ekstrim. Hal ini menjadi salah satu penyebab
ketidakpatuhan pengobatan.
c. Sindrom Parkinson
Merupakan gejala ekstrapiramidal yang dapat dimulai berjam-jam setelah dosis
pertama antipsikosi atau dimulai secara berangsur-angsur setelah pengobatan
bertahun-tahun. Manifestasinya meliputi gaya berjalan membungkuk, hilangnya
ayunan lengan, akinesia, tremor dan rigiditas. Akinesia menyebabkan penurunan
spontanitas, apati dan kesukaran untuk memulai aktifitas normal. Terkadang, gejala
ini dikelirukan dengan gejala negatif skizofrenia.
d. Tardive Diskinesia
Manifestasi gejala ini berupa gerakan dalam bentuk koreoatetoid abnormal,
gerakan otot abnormal, involunter, mioklonus, balistik, atau seperti tik. Ini merupakan
efek yang tidak dikehendaki dari obat antipsikotik. Hal ini disebabkan defisiensi
kolinergik yang relatif akibat supersensitif reseptor dopamine di puntamen kaudatus.
Prevalensi tardive diskinesia diperkirakan terjadi 20-40% pada pasien yang berobat
lama. Sebagian kasus sangat ringan dan hanya sekitar 5% pasien memperlihatkan
gerakan berat nyata. Faktor predisposisi meliputi umur lanjut, jenis kelamin wanita,
dan pengobatan berdosis tinggi atau jangka panjang.

2. Neuroleptic Malignant
Neuroleptic malignant adalah suatu sindrom yang terjadi akibat komplikasi
serius dari penggunaan obat antipsikotik. Sindrom ini merupakan reaksi idiosinkratik
yang tidak tergantung pada kadar awal obat dalam darah. Sindrom tersebut dapat
terjadi pada dosis tunggal antipsikotik (phenotiazine, thioxanthene, atau neuroleptikal
atipikal). Biasanya berkembang dalam 4 minggu pertama setelah dimulainya
pengobatan. SNM sebagian besar berkembang dalam 24-72 jam setelah pemberian
antipsikotik atau perubahan dosis (biasanya karena peningkatan). Sindroma
neuroleptik maligna dapat menunjukkan gambaran klinis yang luas dari ringan sampai
dengan berat. Gejala disregulasi otonom mencakup demam, diaphoresis, tachipnea,
takikardi dan tekanan darah meningkat atau labil. Gejala ek,d strapiramidal meliputi
rigiditas, disfagia, tremor pada waktu tidur, distonia dan diskinesia. Tremor dan
aktivitas motorik berlebihan dapat mencerminkan agitasi psikomotorik. Konfusi,
koma, mutisme, inkotinensia dan delirium mencerminkan terjadinya perubahan
tingkat kesadaran.

33
a) Peningkatan berat badan
Paling sering karena pengobatan antipsikotik atipikal. Nafsu makan yang
meningkat erat kaitannya dengan blokade reseptor alpha1- adrenergic dan
Histaminergic.
b) Peningkatan prolactin
Blokade reseptor dopamine 2 di hipotalamus menyebabkan berkurangnya
pembentukan prolactin release factor. Akibatnya, faktor inhibitor prolaktin ke
hipofisis berkurang sehingga terjadi peningkatan kadar prolaktin. Pada perempuan
didapati sekresi payudara, sedangkan pada pria didapati ginekomasti.
c) Efek blokade reseptor kolinergik
- Pandangan kabur
- Mulut kering (kecuali klozapin yang meningkatkan salvasi)
- Penurunan kontraksi smooth muscle sehingga terjadi konstipasi dan retensi urin.
d) Efek blokade reseptor adrenergik : hipotensi ortostatik

2. Terapi Psikososial
a. Terapi perilaku
Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial
untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan
praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian
atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa
dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau
menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur
tubuh aneh dapat diturunkan.

b. Terapi berorientasi-keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam
keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali seringkali
mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari).
Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi
keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali,
anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena
skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu
optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari
penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.----
Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa
menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi
keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol,
penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga
sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.

c. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah,
dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara
perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi
kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan
meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan

34
cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi
pasien skizofrenia.

d. Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan
skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi alah membantu dan menambah efek
terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien
skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien
sebagai aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi,
jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang
diinterpretasikan oleh pasien.
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam
pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan;
pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan
kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika
seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah
sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah
lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama
yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah
tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau
eksploitasi.

3. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)


Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,
menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh,
prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan
efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian
yang dilakukan pada perawatan rumahsakit harus direncanakan. Dokter harus juga
mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia.----
Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka
menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari
keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana
pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah
kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan
di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan
termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang
membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.----
Selain anti psikosis, terapi psikososial ada juga terapi lainnya yang dilakukan di
rumah sakit yaitu Elektro Konvulsif Terapi (ECT). Terapi ini diperkenalkan oleh Ugo
cerleti(1887-1963). Mekanisme penyembuhan penderita dengan terapi ini belum
diketahui secara pasti. Alat yang digunakan adalah alat yang mengeluarkan aliran
listrik sinusoid sehingga penderita menerima aliran listrik yang terputus putus.
Tegangan yang digunakan 100-150 Volt dan waktu yang digunakan 2-3 detik.

35
3.9 Menjelaskan Komplikasi Skizofrenia

Beberapa penelitian menemukan bahwa 80% semua pasien skizofrenia menderita


penyakit fisik dan 50% nya tidak terdiagnosis. Bunuh diri adalah penyebab umum
kematian diantara penderita skizofrenia, 50% penderita skizofrenia pernah mencoba
bunuh diri 1 kali seumur hidupnya dan 10% berhasil melakukannya. Faktor risiko
bunuh diri adalah adanya gejala depresif, usia muda dan tingkat fungsi premorbid
yang tinggi.

Komorbiditas Skizofrenia dengan penyalahgunaan alkohol kira kina 30% sampai


50%, kanabis 15% sampal 25% dan kokain 5%-10%. Sebagian besar penelitian
menghubungkan hal ini sebagai suatu indikator prognosis yang buruk karena
penyalahgunaan zat menurunkan efektivitas dan kepatuhan pengobatan. Hal yang
biasa kita temukan pada penderita skizofrenia adalah adiksi nikotin, dikatakan 3 kali
populasi umum (75%-90% vs 25%-30%). Penderita skizofrenia yang merokok
membutuhkan anti psikotik dosis tinggi karena rokok meningkatkan kecepatan
metabolisme obat tetapi juga menurunkan parkinsonisme. Beberapa laporan
mengatakan skizofrenia lebih banyak dijumpai pada orang orang yang tidak menikah
tetapi penelitian tidak dapat membuktikan bahwa menikah memberikan proteksi
terhadap Skizofrenia

3.10 Menjelaskan Pencegahan Skizofrenia

Terdapat tiga bentuk pencegahan primer. Pertama, pencegahan universal,


ditujukan kepada populasi umum agar tidak terjadi faktor risiko. Caranya adalah
mencegah komplikasi kehamilan dan persalinan. Kedua, pencegahan selektif,
ditujukan kepada kelompok yang mempunyai risiko tinggi dengan cara, orang tua
menciptakan keluarga yang harmonis, hangat, dan stabil. Ketiga, pencegahan
terindikasi, yaitu mencegah mereka yang baru memperlihatkan tanda-tanda fase
prodromal tidak menjadi skizofrenia yang nyata, dengan cara memberikan obat
antipsikotik dan suasana keluarga yang kondusif.
Skizofrenia sendiri merupakan gangguan jiwa yang paling berat, menyerang
bagian yang sangat inti dari manusia yaitu persepsi, pikiran, emosi dan perilaku,
sehingga gejalanya sangat kompleks dan bercampur baur. Pada penderita skizofrenia
yang terganggu adalah sirkuit saraf otaknya, sehingga kadang-kadang disebut
misconnection syndrome. Kemampuan berpikir dan merasakan yang tidak
terorganisasi, tidak berkaitan atau salah mengaitkan, terjadi karena adanya gangguan
pada sirkuit saraf pada iregion-regio otak terkait untuk mengirimkan dan menerima
pesan secara efisien dan tepat

3.11 Menjelaskan Prognosis Skizofrenia

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa lebih dari periode 5 sampai 10


tahun setelah perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena skiofrenia,
hanya kira-kira 10-20 % pasien dapat digambarkan memliki hasil yang baik.Lebih
dari 50% pasien dapat digambarkan memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan di
rumah sakit yang berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan mood berat, dan
usaha bunuh diri. Walaupun angka-angka yang kurang bagus tersebut, skizofrenia
memang tidak selalu memiliki perjalanan penyakit yang buruk, dan sejumlah faktor
telah dihubungkan dengan prognosis yang baik.

36
Rentang angka pemulihan yang dilaporkan didialam literatur adalah dari 10-60%
dan perkiraan yang beralasan adalah bahwa 20-30% dari semua pasien skizofrenia
mampu untuk menjalani kehidupan yang agak normal. Kira-kira 20-30% dari pasien
terus mengalami gejala yang sedang,dan 40-60% dari pasien terus terganggu scara
bermakna oleh gangguannya selama seluruh hidupnya.

Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada:


1. Usia pertama kali timbul ( onset): makin muda makin buruk.
2. Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik.
3. Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik.
4. Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat.
5. Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik.
6. Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek.
7. Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introvred lebih jelek.
8. Keadaan sosial ekonomi: bila rendah lebih jelek.

Prognosis Baik Prognosis Buruk


1. Onset lambat 1. Onset muda
2. Faktor pencetus jelas 2. Tidak ada faktor pencetus
3. Onset akut 3. Onset tidak jelas
4. Riwayat seksual, sosial, dan 4. Riwayat sksual, sosial dan perkerjaan
pekerjaan pramorbid yang baik. pramorbid yang buruk.
5. Gejala gangguan mood 5. Perilaku menarik diri dan autistic
(terutama gangguan depresif 6. Sistem pendukung yang buruk
6. Menikah 7. Gejala negatif
7. Riwayat keluarga gangguan 8. Tanda dan gejala neurologis
mood 9. Riwayat trauma perinatal
8. Sistem pendukung yang baik 10. Tidak ada remisi dalam tiga tahun
9. Gejala positif 11. Sering relaps

LI 5. Memahami dan Menjelaskan Ibadah Mahdhoh Menurut Hukum Islam

Pengertian Ibadah
Secara etomologis diambil dari kata ‘ abada, ya’budu, ‘abdan, fahuwa
‘aabidun. ‘Abid, berarti hamba atau budak, yakni seseorang yang tidak memiliki
apa-apa, hatta dirinya sendiri milik tuannya, sehingga karenanya seluruh aktifitas
hidup hamba hanya untuk memperoleh keridhaan tuannya dan menghindarkan
murkanya.
Manusia adalah hamba Allah “‘Ibaadullaah” jiwa raga haya milik Allah, hidup
matinya di tangan Allah, rizki miskin kayanya ketentuan Allah, dan diciptakan
hanya untuk ibadah atau menghamba kepada-Nya:

‫ الذريات ليعبدون اال واالنس الجن خلقت وما‬56

Tidak Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu
(QS. 51(al-Dzariyat ): 56).

37
Prinsip dasar dalam ibadat mahdhah ialah: Tidak boleh dikerjakan kecuali yang
diperintahkan Allah SWT dan Rasul SAW Ibadah mahdhah merupakan pelatihan
(diklat) pengabdian kepada Allah dalam bentuk yang terbatas untuk diaplikasikan
dalam kehidupan yang tidak terbatas sehingga segenap kehidupan itu mempunyai
nilai ibadah yang diredhai Allah swt.

Jenis ‘Ibadah
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan
bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya;
1. Ibadah Ghairu Mahdhah
2. ‘Ibadah Mahdhah, artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubung
an antara hamba dengan Allah secara langsung. ‘Ibadah bentuk ini memiliki 4
prinsip:
a) Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-
Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh
ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.
b) Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan
diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:
‫ النسآء … هللا باذن ليطاع اال رسول من وماارسلنا‬64
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin
Allah…(QS. 4: 64).

‫ الحشر…فانتهوا عنه نهاكم وما فخذوه الرسول آتاكم وما‬7


Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa
yang dilarang, maka tinggalkanlah…( QS. 59: 7).
Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:
‫ اصلى رايتمونى كما صلوا‬.‫ البخاري رواه‬. ‫ مناسككم عنى خذوا‬.
Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku
tatacara haji kamu

Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai
dengan praktek Rasul saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur”
perkara meng-ada-ada, yang populer disebut bid’ah: Sabda Nabi saw.:
‫ رد فهو منه ليس ما هذا امرنا فى احدث من‬. ‫ عليه متفق‬. ‫الراشدين الخلفآء وسنة بسنتى عليكم‬
‫ بعدى من المهديين‬، ‫ بالنواجذ بها وعضوا بها تمسكوا‬، ‫االمور ومحدثات واياكم‬، ‫محدثة كل فان‬
‫بدعة‬، ‫ ضاللة بدعة وكل‬. ‫ ماجه وابن والترمذي وابوداود احمد رواه‬، ‫بعد اما‬، ‫الحديث خير فان‬
‫ هللا كتاب‬، ‫ص محمد هدي الهدي وخير‬. ‫بدعة وكل بدعة محدثة وكل محدثاتها االمور وشر‬
‫ ضاللة‬. ‫مسلم رواه‬

Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum


Muhammad saw. adalah karena kebanyakan kaumnya bertanya dan
menyalahi perintah Rasul-rasul mereka.

c) Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini
bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah
wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut
hikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah

38
lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak,
melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak.
Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d) Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini
adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang
diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan
kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus
Rasul adalah untuk dipatuhi.
Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
1. Wudhu,
2. Tayammum
3. Mandi hadats
4. Adzan
5. Iqamat
6. Shalat
7. Membaca al-Quran
8. I’tikaf
9. Shiyam ( Puasa )
10. Haji
11. Umrah
12. Tajhiz al- Janazah

39
Daftar pustaka
Ganong, William F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 20.
Jakarta:EGC

Hawari, Dadang. 2006. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa.


Jakarta:FKUI

Kaplan, Sadock, Grebb. 1997. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku


Psikiatri Klinis Jilid Satu. Jakarta: Binarupa Aksara.

Maslim, Rusdi. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ III.
Jakarta:Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.

Uddin, Jurnalis. 2007. Anatomi Susunan Saraf Manusia. Jakarta: Universitas


Yarsi.

http://umayonline.wordpress.com/2008/09/15/ibadah-mahdhah-ghairu-mhadhah/

http://makalahpsikologi.blogspot.com/2010/01/gangguan-psikotik-dan-skizofrenia.html

40

Anda mungkin juga menyukai