Anda di halaman 1dari 52

WRAP UP SKENARIO 1

BLOK NEOPLASIA
BENJOLAN DI PAYUDARA

Kelompok : A-5
Ketua : Fatimah Salma 1102015077
Sekretaris : Kendra Nugraha 1102015112
Anggota : Adinda Amalia Sholeha 1102013007
Arly Fadhillah Arief 1102014039
Elvira Sari 1102014084
Husna Maulidia Sugiratna 1102014123
Amalia Maulida 1102015019
Anisa Ayuningtyas 1102015027
Anisa Carina 1102015028
Ayu Suci Nurmalasari 1102015041

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
Jalan Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp.62.21.4244574 Fax. 62.21. 424457
SKENARIO

Seorang perempuan berumur 55 tahun, ibu rumah tangga, datang ke poliklinik bedah
karena adanya benjolan di payudara sebelah kanan sudah setahun ini. Mula-mula sebesar biji
rambutan, kemudian sekarang sebesar bola tenis. Tidak terasa sakit, hanya kadang terasa pegal.
Pasien merasa berat badannya menurun drastis dalam empat bulan terakhir ini. Pada keluarga
terdapat riwayat penderita tumor ganas payudara, yaitu bibi pasien (adik kandung dari ibu
pasien). Bibi pasien meninggal karena penyakitnya ini. Pasien tidak mempunyai anak. Sebulan
ini timbul luka koreng berbau di kulit di atas benjolan payudara. Pasien juga merasa sesak
sebulan terakhir yang bertambah dengan aktifitas tapi tidak berkurang dengan istirahat.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, BB 40 kg, vital sign lain dalam
batas normal. Status lokalis pada payudara kanan didapatkan massa oval lebih kurang
8x7x7cm3 di kwadran medial atas, keras, berbenjol, melekat ke dinding dada, peau de orange,
ulkus, retraksi papilla mammae, dan nipple discharge. Teraba limfonodi aksilla 2 buah, ukuran
1cm, saling melekat satu dengan yang lain. Pada pemeriksaan Rontgen thoraks didapatkan coin
lesion di lobus superior paru kanan disertai efusi pleura. USG abdomen tidak didapatkan nodul.
Biopsi insisi memastikan pasien menderita kanker payudara (stadium terminal) kemudian
menjalani operasi simple mastectomy dilanjutkan kemoterapi dan radioterapi. Bagaimanakah
seharusnya pasien menghadapi penyakit berat dan terminal yang dideritanya dari sisi agama
Islam?
KATA SULIT

1. Peau de orange
Gambaran seperti kulit jeruk sebagai tanda metastasis
2. Nipple discharge
Keluarnya cairan dari papila mammae baik spontan maupun oleh rangsangan
3. Retraksi papilla mammae
Otot tertarik ke belakang
4. Coin Lesion
Densitas pada lapang paru biasanya berbentuk bulat dengan diameter 3 cm
5. Simple mastectomy
Pengangkatan yang terbatas pada jaringan payudara dan putting susu serta sebagaian
kecil kulit yang menutupinya

PERTANYAAN

1. Mengapa terjadi penurunan berat badan?


2. Mengapa bisa timbul koreng berbau di atas benjolan payudara?
3. Mengapa terdapat keluhan sesak napas?
4. Mengapa pada payudara ditemuan ulkus, peau de orange, dan retraksi papilla
mammae?
5. Mengapa terjadi nipple discharge?
6. Mengapa pasien disarankan simple mastectomy dan adakah cara lain?
7. Apa saja faktor risikonya?
8. Kenapa benjolan tidak terasa sakit dan merasa pegal?
9. Adakah hubungan pasien tidak mempunyai anak dengan gejala yang timbul?
10. Apa pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakan diagnosis?
11. Apa hubungan ditemukan coin lesion dan efusi pleura dengaan keluhan pasien?
12. Apakah terdapat hubungan konsistensi keras dengan penyakit ini?
13. Apakah ada indikasi dilakukan mastectomy dan pada stadium ini perlukah dilakukan
mastectomy?
14. Bagaimana cara menghadapi penyakit berat dan terminal dalam pandangan islam?
JAWAB

1. Karena tumor membutuhkan energi jadi sel-sel tumor mengambil energi dari pasien
dan pasien mengalami penurunan berat badan
2. Benjolan menekan pembuluh darah menyebabkan aliran darah tidak ada sehingga sel-
sel sekitar menjadi nekrosis dan timbul ulkus (koreng) yang berbau
3. Karena kanker sudah menyebar sehingga massa mengakibatkan sesak napas
4. Timbul ulkus karena benjolan menekan pembuluh darah menyebabkan aliran darah
tidak ada sehingga sel-sel sekitar menjadi nekrosis, peau de orange disebabkan karena
penyumbatan aliran limfe mengakibatkan kulit menjadi lembab dan menebal sehingga
pori-pori kulit menjadi melebar seperti kulit jeruk, dan retraksi papilla mammae karena
benjolan menahan ligamentum cooper
5. Terjadi hiperplasia asinus pada payudara yang terdiri dari glandula (yang tersusun dari
asinus) sehingga pengeluaran sekret berlebih dari sel-sel asinus
6. Boleh dilakukan namun ditambah dengan kemoterapi atau radioterapi
7. Genetik, gaya hidup (konsumsi lemak jenuh, berat badan berlebih, alkohol), hormonal,
penggunaan alat kontrasepsi oral, lingkungan (paparan radiasi), usia
8. Karena massa yang tumbuh di daerah parenkim tidak sampai menekan saraf sehingga
tidak merasa sakit
9. Ya ada, karena tidak punya anak pasien tidak menyusui anak dan dapat meningkatkan
faktor risiko terkena kanker payudara
10. Ya, karena ciri-ciri tumor ganas yaitu keras, terfiksir, dan batas tidak tegas karena tidak
berkapsul
11. Karena terjadi reaksi inflamasi timbul efusi pleura
12. Ya, karena ciri-ciri tumor ganas yaitu keras, terfiksir, dan batas tidak tegas karena tidak
berkapsul
13. Ya ada indikasi yaitu tumor bersifat jinak dan ada ciri-ciri malignant, belum ada
metastasis, stadium tumor nol
14. Tawakkal, taubat, ikhlas, ikhtiar, tabah, dan tidak berputus asa
HIPOTESIS

Peau de orange, retraksi papila mammae, nipple discharge, dan penurunan berat badan
merupakan gejala kanker payudara. Dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakan
diagnosis dengan mammografi, CT scan, foto rontgen thoraks, dan pemeriksaan laboratorium.
Faktor risiko kanker payudara yaitu genetik, gaya hidup, hormon, dan penggunaan kontrasepsi.
Dokter meganjurkan pasien untuk kemoterapi dan radioterapi. Sebagai seorang muslim dalam
menghadapi penyakit berat dan terminal pasien harus tawakkal, bertaubat, sabar, dan ikhlas.

SASARAN BELAJAR

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Kanker Payudara

1.1. Definisi
1.2. Epidemiologi
1.3. Etiologi
1.4. Klasifikasi
1.5. Patofisiologi
1.6. Manifestasi Klinis
1.7. Diagnosis & Diagnosis Banding
1.8. Tatalaksana
1.9. Pencegahan
1.10. Komplikasi
1.11. Prognosis

L1 2. Memahami dan Menjalskan Cara Menghadapi Penyakit Berat dan Terminal dari
Segi Agama Islam
LI 1. MM Kanker Payudara

1.1. Definisi
Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara.
Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya yang tumbuh
infiltratif, destruktif, serta dapat bermetastase (Suryana, 2008)

1.2. Epidemiologi
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013
Secara nasional prevalensi penyakit kanker di Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4
per 1000 penduduk, yakni diperkirakan sekitar 347.792 orang. Kanker payudara
merupakan kanker yang diderita wanita tertinggi kedua di Indonesia dengan
jumlah penderita sebanyak 61.682 orang. Pada tahun 2013 jumlah penderita
kanker payudara paling banyak ditemukan di Jawa Tengah yakni sebanyak
11.511 orang. (Kemenkes, 2015)
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens
relatif tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan (Tjahjadi, 1995). Dari 600.000
kasus kanker payudara baru yang yang didiagnosis setiap tahunnya, sebanyak
350.000 di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara
yang sedang berkembang (Moningkey, 2000). Di Amerika Serikat, kira-kira
175.000 wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari
semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000
penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di
antaranya meninggal setiap tahunnya (Oemiati, 1999). American Cancer
Society memperkirakan kanker payudara di Amerika akan mencapai 2 juta dan
460.000 di antaranya meninggal antara 1990-2000 (Moningkey, 2000).
Kanker payudara merupakan kanker kedua terbanyak sesudah kanker
leher rahim di Indonesia (Tjindarbumi, 1995). Sejak 1988 sampai 1992,
keganasan tersering di Indonesia tidak banyak berubah. Kanker leher rahim dan
kanker payudara tetap menduduki tempat teratas. Selain jumlah kasus yang
banyak, lebih dari 70% penderita kanker payudara ditemukan pada stadium
lanjut (Moningkey, 2000). Data dari Direktorat Jenderal Pelayanan Medik
Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR) akibat
kanker payudara menurut golongan penyebab penyakit menunjukkan
peningkatan dari tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8.

1.3. Etiologi

Penyebab pasti kanker payudara tidak diketahui. Meskipun demikian,


pada penelitian mengidentifikasi sejumlah faktor yang dapat meningkatkan
risiko pada individu tertentu, yang meliputi:

1. Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena dibandingkan laki-laki. Di Amerika
serikat, kanker payudara berjumlah 30% dari semua kanker invansive
pada wanita dan kurang dari 1% dari kanker yang ditemukan pada pria.
2. Usia
Sebagian besar kanker mammae ditemukan pada wanita berusia
40 tahun keatas, namun lebih banyak ditemukan pada wanita setelah
berusia 50 tahun.
3. Riwayat kanker sebelumnya, terutama kanker payudara atau tumor
payudara
Wanita yang mempunyai tumor payudara yang disertai
perubahan epitel proliferatif mempunyai resiko dua kali lipat untuk
mengalami kanker payudara.Sedangkan pada wanita mempunyai
riwayat kanker mammae beresiko terjadi kanker mammae pada
payudara di sebelahnya sebanyak 2 kali-4 kali kemungkinan terkena
kanker.
4. Riwayat keluarga dengan kanker mammae dan genetik
Risiko meningkat 2 kali- 4 kali. Jika salah satu anggota keluarga
dekat kanker. Resiko akan meningkat > 4 kali jika ada 2 orang anggota
keluarga dekat yang mengidap kanker.
5. Riwayat menstruasi
Risiko payudara meningkat pada wanita yang mengalami
menarche sebelum usia 12 tahun dan mengalami menopause setelah 50
tahun.Hal ini dapat dikarenakan total waktu dimana seseorang
terekspose estrogen dan progesteron pada payudaranya disertai dengan
perkembangan sel dan perubahan jaringan payudara pada setiap siklus
ovulasi.
6. Riwayat reproduksi
Keaadaan dimana anak pertama lahir setelah ibu berusia 30
tahun dapat menjadi faktor resiko terjadi kanker payudara. Beberapa
studi juga menyebutkan bahwa lamanya ibu memberikan ASI pada
anaknya dapat menurunkan resiko kanker payudara. Wanita yang tidak
mempunyai anak juga beresiko untuk terkena kanker payudara
(Nulliparity). Tidak pernah melahirkan anak, berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan oleh para ahli, wanita nulipara (tidak pernah
melahirkan) memiliki kadar estrogen lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita yang sering melahirkan (multipara). Hal tersebut tentunya
meningkatkan proliferasi dari sel-sel epitel pada payudara, yang dapat
mengakibatkan meningkatknya insiden carcinoma mamae itu sendiri
7. Obesitas dan diet tinggi lemak
Obesitas juga menunjukan peningkatan resiko kanker payudara
pada wanita post menopause. Diperkirakan wanita dengan obesitas
mengalami peningkatan sirkulasi estrogen yang dapat mengakibatkan
sel kanker mengalami ketergantungan hormon.Selain itu, obesitas dapat
menghambat diagnosa dari penyakit kanker payudara sehingga diagnosa
pada wanita dengan obesitas cenderung lebih lambat.
8. Paparan radiasi
Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah pubertas dan
sebelum usia 30 tahun beresiko meningkatkan kemungkinan terkena
kanker payudara sampai 2 kali lipat. Pada saat berusia 10-14 tahun,
jaringan-jaringan pada payudara sangat sensitif sehinga efek
pengrusakan dari radiasi meningkat.
9. Penggunaan hormon dari luar tubuh
Hal ini meliputi penggunaan kontrasepsi oral maupun
penggunaan therapi pengganti hormon estrogen. Hal ini turut di
pengaruhi oleh usia saat mulai menggunakan therapi, lama penggunaan
dan dosis yang digunakan. Beberapa studi menunjukan bahwa ada
peningkatan resiko terhadap kanker payudara saat hormon progestin
diberi tambahan hormon estrogen maupun saat seseorang menggunakan
therapi jangkan panjang (lebih dari 5 tahun)

Beberapa faktor resiko lainnya dari insiden Carcinoma mammae :


 Tinggi melebihi 170 cm
Wanita dengan tinggi lebih dari 170 cm, memiliki resiko terkena
carcinoma mamae. Hal tersebut karena pertumbuhan lebih cepat saat
usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur genetik
(DNA), pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arahh sel ganas.
Berhubungan dengan tingginya kadar growth hormone.
 Pemakaian kontrasepsi oral
 Alkohol.
 DES (dietilstilbestrol)
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah abortus memiliki
resiko terkena carcinoma mamae.
 Stress hebat
(Erik T, 2005; Rini Indriati dkk., 2005)

1.4. Klasifikasi

Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker


payudara diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Non-invasif karsinoma
a. Non-invasif duktal karsinoma
b. Lobular karsinoma in situ
2. Invasif karsinoma
a. Invasif duktal karsinoma
 Papilobular karsinoma
 Solid-tubular karsinoma
 Scirrhous karsinoma
 Special types
 Mucinous karsinoma
 Medulare karsinoma
b. Invasif lobular karsinoma
 Adenoid cystic karsinoma
 karsinoma sel squamous
 karsinoma sel spindle
 Apocrin karsinoma
 Karsinoma dengan metaplasia kartilago atau osseus
metaplasia
 Tubular karsinoma
 Sekretori karsinoma

Selain klasifikasi WHO, kanker payudara bisa diklasifikasikan menurut


stadium. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada
pada tumor jinak. Menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan
klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya
yaitu histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila memungkinkan
dengan CT scan, scintigrafi. Sistem TNM merupakan singkatan dari T
yaitu tumor size atau ukuran tumor , N yaitu node atau kelenjar getah bening
regional dan M yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan
M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi
dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara, penilaian
TNM sebagai berikut:

Keterangan

TX Tumor primer tidak dapat ditentukan.

T0 Tidak terdapat tumor primer.

Tis Karsinoma in situ.


Tis Karsinoma duktal in situ.
(DCIS)
Tis Karsinoma lobular in situ.
(LCIS)
Tis Penyakit Paget pada puting tanpa adanya tumor.
(Paget)
T1 Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya 2 cm atau kurang.
TI mic Adanya mikroinvasi ukuran 0.1 cm atau kurang.
T1a Tumor dengan ukuran lebih dari 0.1 sampai 0.5 cm.
T1b Tumor dengan ukuran lebih dari 0.5 cm sampai 1 cm.
T1c Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm.

T2 Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 2 sampai 5 cm.

T3 Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 5 cm.

T4 Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada atau


kulit.
Catatan:
Dinding dada adalah termasuk iga, otot interkostalis, dan serratus
T4a anterior tapi tidak termasuk otot pektoralis.
T4b Ekstensi ke dinding dada (tidak termasuk otot pektoralis).
Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara, atau nodul
T4c satelit pada kulit yang terbatas pada 1 payudara.
T4d Mencakup kedua hal di atas (terdapat T4a dan T4b).
Mastitis karsinomatosa.

N = kelenjar getah bening (kgb) regional secara klinis


Yang dimaksud dengan terdeteksi secara klinis adalah terdeteksi dengan pemeriksaan
fisik atau secara pencitraan (di luar limfoskintigrafi).
NX Kgb regional tidak dapat dinilai (telah diangkat sebelumnya).

N0 Tidak terdapat metastasis kgb.

N1 Metastasis ke kgb aksila ipsilateral yang mobil.

N2 Metastasis ke kgb aksila ipsilateral terfiksir, berkonglomerasi, atau


adanya pembesaran kgb mamaria interna ipsilateral (secara klinis) yang
jelas, tanpa adanya metastasis ke kgb aksila.
N2a Metastasis pada kgb aksila ipsilateral yang terfiksir atau
berkonglomerasi atau melekat ke struktur lain.
N2b Metastasis hanya pada kgb mamaria interna ipsilateral secara klinis dan
tidak terdapat metastasis ke kgb aksila.

N3 Metastasis pada kgb infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa


metastasis kgb aksila, atau secara klinis terdapat metastasis pada kgb
mamaria interna ipsilateral klinis dan metastasis pada kgb aksila; atau
metastasis pada kgb supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa
metastasis pada kgb aksila atau mamaria interna.
N3a Metastasis ke kgb infraklavikular ipsilateral.
N3b Metastasis ke kgb mamaria interna ipsilateral dan kgb aksila.
N3c Metastasis ke kgb supraklavikula ipsilateral.

pN = Penilaian kgb secara patologi


Klasifikasi ini berdasarkan diseksi kgb aksila dengan atau tanpa pemeriksaan sentinel
node. Klasifikasi berdasarkan hanya pada diseksi sentinel node tanpa diseksi kgb aksila
ditandai dengan (sn) untuk sentinel node, contohnya: pNO(i+) (sn).
Pnx Kgb regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya atau tidak
diangkat).

pN0 Tidak terdapat metastasis ke kgb secara patologi, tanpa pemeriksaan


tambahan untuk ”isolated tumor cell” (ITC).
Catatan:
ITC adalah sel tumor tunggal atau kelompok sel kecil dengan ukuran
tidak lebih dari 0.2 mm, yang biasanya hanya terdeteksi dengan
pewarnaan imunohistokimia (IHC) atau metode molekuler lainnya tapi
masih dalam pewarnaan H&E. ITC tidak selalu menunjukkan adanya
pN0 (i -) aktifitas keganasan seperti proliferasi atau reaksi stromal.
pN0 (i +) Tidak terdapat metastasis kgb secara histologis, IHC negatif.
Tidak terdapat metastasis kgb secara histologis, IHC positif, tidak
terdapat kelompok IHC yang lebih dari 0.2 mm.
pN0 (mol -)
Tidak terdapat metastasis kgb secara histologis, pemeriksaan
molekuler negatif (RT-PCR).
Tidak terdapat metastasis kgb secara histologis, pemeriksaan
molekuler positif (RT-PCR).
pN0 (mol +)
Catatan:
RT-PCR: reverse transcriptase / polymerase chain reaction.

pN1 Metastasis pada 1-3 kgb aksila dan atau kgb mamaria interna (klinis
negatif*) secara mikroskopis yang terdeteksi dengan diseksi sentinel
node.
pN1mic Mikrometastasis (lebih dari 0.2 mm sampai 2.0 mm).
pN1a Metastasis pada kgb aksila 1-3 buah.
pN1b Metastasis pada kgb mamaria interna (klinis negatif*) secara
mikroskopis terdeteksi melalui diseksi sentinel node.
pN1c Metastasis pada 1-3 kgb aksila dan kgb mamaria interna secara
mikroskopis melalui diseksi sentinel node dan secara klinis negatif
(jika terdapat lebih dari 3 buah kgb aksila yang positif, maka kgb
mamaria interna diklasifikasikan sebagai pN3b untuk menunjukkan
peningkatan besarnya tumor)

pN2 Metastasis pada 4-9 kgb aksila atau secara klinis terdapat pembesaran
kgb mamaria interna tanpa adanya metastasis kgb aksila.
pN2a Metastasis pada 4-9 kgb aksila (sedikitnya terdapat 1 deposit tumor
lebih dari 2.0 mm).
pN2b Metastasis pada kgb mamaria interna secara klinis tanpa metastasis
kgb aksila.

pN3 Metastasis pada 10 atau lebih kgb aksila; atau infraklavikula atau
metastasis kgb mamaria interna (klinis) pada 1 atau lebih kgb aksila
yang positif; atau pada metastasis kgb aksila yang positif lebih dari 3
dengan metastasis mikroskopis kgb mamaria interna negatif; atau pada
pN3a kgb supraklavikula.
Metastasis pada 10 atau lebih kgb aksila (sedikitnya terdapat 1 deposit
pN3b tumor lebih dari 2.0 mm), atau metastasis pada kgb infraklavikula.
Metastasis kgb mamaria interna ipsilateral (klinis) dan metastasis pada
kgb aksila 1 atau lebih; atau metastasis pada kgb aksila 3 buah dengan
pN3c terdapat metastasis mikroskopis pada kgb mamaria interna yang
terdeteksi dengan diseksi sentinel node yang secara klinis negatif.
Metastasis pada kgb supraklavikula ipsilateral.

Catatan: * Yang dimaksud dengan tidak terdeteksi secara klinis atau klinis negatif
adalah tidak terdeteksi dengan pencitraan (kecuali limfoskintigrafi) atau dengan
pemeriksaan fisik.

M = metastasis jauh

Metastase Interpretasi
Mx Metastase jauh belum dapat dinilai
M0 Tidak ada metastase ke organ yang jauh
M1 Metastase ke organ jauh

Pengelompokan Stadium TNM


Pengelompokan Stadium TNM

Stadium 0 Tis N0 M0

Stadium 1 T1* N0 M0

Stadium IIA T0 N1 M0
T1* N1 M0
T2 N0 M0

Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0

Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stadium IIIB T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0

Stadium IIIC Tiap T N3 M0

Stadium IV Tiap T Tiap N M1

Perkembangan Kanker

Stadium I (Stadium Dini)


Besarnya tumor tidak lebih dari 2-2,25 cm, dan tidak terdapat
penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I ini,
kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70 %. Untuk memeriksa
ada atau tidak metastase ke bagian tubuh yang lain, harus diperiksa di
laboratorium.

Stadium II
Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase pada
kelenjar getah bening di ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan untuk sembuh
hanya 30-40 % tergantung dari luasnya penyebaran sel kanker. Pada stadium I
dan II biasanya dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada
pada seluruh bagian penyebaran, dan setelah operasi dilakukan penyinaran
untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal.

Stadium III
Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh,
dan kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan payudara sudah
tidak ada artinya lagi. Biasanya pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan
chemotherapie(pemberian obat yang dapat membunuh sel kanker). Kadang-
kadang juga dilakukan operasi untuk mengangkat bagian payudara yang sudah
parah. Usaha ini hanya untuk menghambat proses perkembangan sel kanker
dalam tubuh serta untuk meringankan penderitaan penderita semaksimal
mungkin.
Stadium IV
Sudah mengalami metastase jauh, seperti paru, tulang, hati ataupun otak.

1.5. Patofisiologi
Transformasi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
1. Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik
sel yang memancing sel menjadi ganas.Perubahan dalam bahan genetik
sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa
berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari.
Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu
karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut
promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu
karsinogen.Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel
menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
2. Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan
berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak
akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor
untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu
karsinogen).
3. Fase metastasis

Metastasis menuju ke tulang merupakan hal yang kerap terjadi


pada kanker payudara, beberapa diantaranya disertai komplikasi lain
seperti simtomahiperkalsemia, pathological fractures atau spinal cord
compression. Metastasis demikian bersifat osteolitik, yang berarti
bahwa osteoklas hasil induksi sel kanker merupakan mediator osteolisis
dan mempengaruhi diferensiasi dan aktivitas osteoblas serta osteoklas
lain hingga meningkatkan resorpsi tulang. Tulang merupakan jaringan
unik yang terbuat dari matriks protein yang mengandung kalsium
dengan kristalhydroxyappatite sehingga mekanisme yang biasa
digunakan oleh sel kanker untuk membuat ruang pada matriks
ekstraselular dengan penggunaan enzimmetaloproteinase matriks
tidaklah efektif. Oleh sebab itu, resorpsi tulang yang memungkinkan
invasi neoplastik terjadi akibat interaksi antara sel kanker payudara
dengan sel endotelial yang dimediasi oleh ekspresiVEGF. VEGF
merupakan mitogen angiogenik positif yang bereaksi dengan sel
endotelial. Tanpa faktor angiogenik negatif seperti angiostatin, sel
endotelial yang berinteraksi dengan VEGF sel kanker melalui pencerap
VEGFR-1 dan VEGFR-2, akan meluruhkan matriks ekstraselular,
bermigrasi dan membentuk tubulus.

Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah


dengan ciri-ciri proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang
tidak mengikuti pengaruh struktur jaringan sekitarnya.

Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang


menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi
jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara
menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel
tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya.
Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi
transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di
antar sel-sel normal.

Patofisiologi

Tumor atau neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan


ciri-ciri proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti
pengaruh struktur jaringan sekitarnya.

Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan


proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal
dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar
ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara
biokimia terutama dalam intinya.Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu
sel di mana telah terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok
sel-sel ganas di antar sel-sel normal.

Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi
pada sistem duktal.Mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan
perkembangan sel – sel atipik. Sel – sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma
insitu dan menginvasi stroma.

Karsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel


tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira
berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira – kira seperempat dari carsinoma
mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis dengan
penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan
aliran darah.
Pada keluarga dengan riwayat kanker payudara yang kuat, banyak
perempuan memiliki mutasi dalam gen kanker payudara, yang disebut BRCA-
1 (di kromosom 17q21.3).Pola keturunan adalah dominan autosomal dan dapat
diturunkan melalui garis maternal maupun paternal. Sindrom kanker payudara
familial lainnya berkaitan dengan gen pada kromosom 13, yang disebut BRCA-
2 (di kromosom 13q12-13). Kedua gen ini diperkirakan berperan penting dalam
perbaikan DNA. Keduanya bekerja sebagai gen penekan tumor, karena kanker
muncul jika kedua alel inaktif atau cacat – pertama disebabkan oleh mutasi sel
germinativum dan kedua oleh sel somatik berikutnya.

Kanker payudara dibagi menjadi kanker yang belum menembus


membran basal (noninvasif) dan kanker yang sudah menembus membran basal
(invasif).

Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:


1. Fase Induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi
bourgeois lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam
terjadinya kanker pada manusia. Kontak dengan karsinogen
membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa merubah jaringan
displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah, dan
konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen,
lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain,
kerentanan jaringan dan individu.
2. Fase in situ: 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-
cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-
paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di
payudara.
3. Fase Invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi
meleui membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta
limfe. Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa
minggu sampai beberapa tahun.
4. Fase Diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke
tempat-tempat lain bertambah. Metastasis di parenkim paru pada
rontgenologis memperlihatkan gambaran coin lesion yang multiple
dengan ukuran yang bermacam-macam. Metastasis ini seperti pula
mengenai pleura yang dapat mengakibatkan pleural effusion. Metastasis
ke tulang vertebra akan terlihat pada gambaran rontgen sebagai
gambaran osteolitik atau destruksi yang dapat pula menimbulkan fraktur
patologis berupa fraktur kompresi.

Metastasis tumor ganas payudara dapat terjadi melalui dua jalan :


A. Metastasis melalui sistem vena
Metastasis tumor ganas payudara melalui sistem vena akan
menyebabkan terjadinya metastasis ke paru-paru dan organ-organ lain.
Akan tetapi dapat pula terjadi metastasis ke vertebra secara langsung
melalui vena-vena kecil yang bermuara ke v. Interkostalis dimana v.
Interkostalis ini akan bermuara ke dalam v. Vertebralis. V. Mammaria
interna merupakan jalan utama metastasis tumor ganas payudara ke
paru-paru melalui sistem vena,
B. Metastasis melalui sistem limfe
Metastasis tumor ganas payudara melalui sistem limfe adalah ke
kelenjar getah bening aksila. Pada stadium tertentu, biasanya hanya
kelenjar aksila inilah yang terkena.
 Metastasis ke kelenjar getah bening sentral. Kelenjar getah
bening sentral ini merupakan kelenjar getah bening yang
tersering terkena metastasis. Menurut beberapa penyelidikan
hampir 90% metastasis ke kelenjar aksila adalah ke kelenjar
getah bening sentral.
 Metastasis ke kelenjar getah bening interpektoral.
 Metastasis ke kelenjar getah bening subklavicula.
 Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria eksterna.
Metastasis ini adalah paling jarang terjadi dibanding dengan
kelenjar-kelenjar getah bening aksila lainnya.
 Metastasis ke kelenjar getah bening aksila kontralateral. Jalan
metastase ke kelenjar getah bening kontralateral sampai saat ini
masih belum jelas. Bila metastase tersebut melalui saluran limfe
kulit, sebelum sampai ke aksila akan mengenai payudara
kontralateral terlebih dahulu. Padahal pernah ditemukan kasus
dengan metastasis ke kelenjar getah bening aksila kontralateral
tanpa metastasis ke payudara kontralateral. Diduga jalan
metastasis tersebut melalui deep lymphatic fascial plexus di
bawah payudara kontralateral melalui kolateral limfatik.
 Metastasis ke kelenjar getah bening supraklavicula. Bila
metastasis karsinoma mammae telah sampai ke kelnjar getah
bening subklavicula, ini berarti bahw metastasis tinggal 3-4 cm
dari grand central limfatik terminus yang terletak dekat
pertemuan v. Subklavicula dan v. Jugularis interna. Bila sentinel
nodes yang terletak di sekitar grand central limfatik terminus
telah terkena metastasis, dapat terjadi stasis aliran limfe.
Sehingga bisa terjadi aliran membalik, menuju ke kelenjar getah
bening supraklavicula dan terjadi metastasis ke kelenjar tersebut.
Penyebaran ini disebut sebagai penyebaran tidak langsung.
Dapat pula terjadi penyebaran ke kelanjar supraklavicula secara
langsung dari kelenjar subklavicula tanpa melalui sentinel nodes.
 Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria interna ternyata
lebih sering dari yang diduga. Biasanya terjadi pada karsinoma
mamma di sentral dan kuadran medial. Dan biasanya terjadi
setelah metastasis ke aksila.
 Metastasis ke hepar. Selain melalui sistem vena, ternyata dapat
terjadi metastasis karsinoma mammae ke hepar melalui sistem
limfe. Keadaan ini terjadi bila tumor primer terletak di tepi
medial bagian bawah payudara. Metastasis melalui sistem limfe
yang jalan bersama-sama vasa epigastrika superior. Bila terjadi
metastasis ke kelenjar preperikardial akan terjadi stasis aliran
limfe dan bisa terjadi aliran balik limfe ke hepar dan terjadi
metastasis hepar.
 Metastasis ke tulang belakang. Jika metastase tulang yaitu ke
tulang belakang mungkin terjadi kompresi medula spinalis,
metastase otak, limfedema kronis jika tumor kambuh lagi pada
aksila.
 Metastasis ke otak. Metastasis jenis ini mempunyai gejala yaitu,
nyeri kepala dan tidak ditemukan adanya rasa mual.

Sel, gen-gen atau produk-produk yang berperan dalam pertumbuhan tumor pada
carsinoma mamme diantaranya (Brashers, 2008) :
1. Lob 1
 Lob 1 mengandung banyak ssel tidak berdiferensiasi dengan
tingkat proliferasi tinggi dan sangat sensitif terhadap karsinogen.
 Kehamilan dan menyusui mengurangi jumlah Lob 1 di payudara
2. BRCA 1
 Normalnya gen BRCA1 menghasilkan produk sebagai inhibitor
pertumbuhan yang mengontrol proliferasi sel payudara
 Produk gen ini hilang ketika gen mengalami mutasi, lokasi
mutasi biasanya pada kromosom 17 lengan panjmutasi pada gen
ini menyebabkan kanker payudara pada 54% wanita usia
60tahun
3. Mutasi p53
 Normalnya, gen ini merupakan regulator transkripsi, penstabil
genom, berperan dalam repair DNA dan fasilitatorapoptosis sel
yang rusak
 Mutasi sel ini sering menyebabkan ca mammae
4. Reseptor estrogen (ER)
 Normalnya, ER terdapat dalam nukleus sel payudara normal,
diperlukan dalam fungsi sel payudara normal
 Penurunan estrogen pada orang menopause misalnya dapat
mengakibatkan apoptosis sel payudara
 Pada sel neoplastik, stimulasi ER menyebabkan over ekspresi
produksi faktor pertumbuhan dan ataureseptor mengakibatkan
proliferasi sel tidak terkontrol
 60% tumor primer dianggap ER positif
 Tumor ER negatif terjadi akibat metilasi (penambahan radikal
metil) DNA (secara ekperimental penghambatan metilasi DNA
dapat mengembalikan reseptor ER) dan mampu menstimulasi
autokrin estrogen secara mandiri, sehingga resisten terhadap
terapi endokrin dan cenderung menjadi tumr yang lebih agresif
5. Faktor pertumbuhan epidermal membuat peningkatan mitposis dan
resistensi terhadap tamoksifen
6. Molekul adhesi
 Sel tumor melepaskan diri dari molekul adhesi di membran basal
sel normal sehingga dapat menginvasi
 Untuk di payudara molekul adhesi yang penting adalah E-
cadherin yang diatur secara lambat di dalam kanker payudara
7. Gen resistensi obat ganda / multidrug resistance gene, MDR1
menurunkan konsentrasi agen anti kanker intrasel
8. Metaloproteinase matriks dan cathepsin  kanker payudara
mengandung proteinase ekstra sel yang mengatur interaksi membran
basal sel dan dapat menghancurkan membran sehingga memungkinkan
invasi dan metastasis.
1.6. Manifestasi Klinis
Jika pasien tidak mengetahui adanya benjolan, maka tanda dan gejala
yang mungkin pada Ca mamae adalah:
 Perubahan ukuran atau bentuk payudara
 Skin dimpling atau perubahan warna (menebal, membengkak atau
kemerahan)
 Inversi atau perubahan kulit atau abnormalitas lainnya pada nipple
(ulserasi, retraksi atau discharge darah spontan)
 Nipple discharge, sebagian mengeluarkan darah
 Benjolan pada axilla

Untuk mendeteksi perubahan kontur payudara dan kulit, pemeriksaan


harus dilakukan dengan pasien mengangkat lengan. Hasil yang dapat
ditemukan adalah:
 Benjolan atau perubahan kontur
 Skin tethering
 Inversi nipple
 Dilatasi vena
 Ulserasi
 Mammary paget disease
 Edema atau peau d’orange

Benjolan yang dapat diraba biasanya seulit untuk diperiksa, tetapi


perlu diperhatikan :
 Konsistensi
 Iregularitas
 Nodul fikal
 Asimetri dengan payudara lainnya
 Fiksasi ke kulit atau otot
1.7. Diagnosis & Diagnosis Banding
1. Anamnesis
 Benjolan. Terdapat keluhan diketiak atau payudara berupa
benjolan merupakan hal yang sering dikeluhkan oleh pasien.
Tanyakan sudah berapa lama benjolan. Gejala nyeri juga bisa
terjadi. Perubahan ukuran massa juga mengambil peran yang
penting dalam mendiagnosis kanker payudara. Benjolan yang
cenderung membesar dan meluas dalam jangka waktu yang
cepat cenderung kearah ganas jika dibandingkan dengan lesi
yang cenderung membesar seiring dengan waktu haid.
 Riwayat nipple discharge (ND). Lebih signifikan lagi jika ND
muncul tanpa harus dipijat, yaitu spontan. ND juga menjadi
menunjang kearah ganas jika terjadi unilateral, terlokalisir pada
salah satu duktus dan terjadi pada pasien yang sudah tua. ND
yang terkait dengan keganasan bisa jernih, darah atau serous. ND
yang mengarah ke jinak biasanya bilateral, berasal dari
multiduktus dan biasanya menyerupai susu, kehijauan atau hijau
kebiruan. Lagi, jika ND terjadi dikaitkan dengan orang dengan
massa curiga ganas maka 11% dari pasien ND yang terbukti
ganas. Sementara itu, ND tidak dikaitkan dengan massa maka
hanya dibawah 1 % yang terdiagnosis sebagai kanker payudara.
 Riwayat kanker payudara pada lapis pertama dalam keluarga
(ibu, anak atau tante dari ibu) meningkatkan risiko tiga kali lipat
, namun ada juga yang berkata sampai 5 kali lipat. Jika dari lapis
pertama terdapat kanker payudara yang mengenai kedua
payudara dan sebelum masa menopause akan meningkatkan
risiko sebesar 6 sampai 7 kali lipat, melakukan profilaksis
mastektomi bisa dipertimbangkan pada orang tersebut. Adanya
riwayat terkena kanker payudara harus membuat para wanita
menyadari bahwa kemungkinan terjadi kanker payudara
berikutnya di payudara yang tersisa. Lebih kurang 15% pada
populasi yang terkena kanker payudara unilateral akan
berkembang menjadi kanker yang mengenai payudara yang
tersisa. Dan jika terjadinya kanker payudara pada usia yang lebih
muda maka persentasenya bisa lebih tinggi sehingga
membutuhkan pengawasan yang lebih intens
 Untuk penggunaan HRT dan exogen esterogen telah dijelaskan
di tajuk factor risiko. Selain riwayat HRT, riwayat
mengkonsumsi minuman berakohol juga bisa memicu terjadinya
kanker payudara. Dengan mengkonsumsi minimal 3-9 gelas
perminggu, insidens terjadinya kanker payudara pernah
dilaporkan meningkat 1,3 kali dari rata-rata normal. Konsumsi
alcohol lebih dari 15 g per hari bisa meningkatkan risiko mejadi
1,6 kali.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan status lokalis,
regionalis, dan sistemik.Biasanya pemeriksaan fisik dimulai dengan
menilai status generalis (tanda vital-pemeriksaan menyeluruh tubuh)
untuk mencari kemungkinan adanya metastase dan atau kelainan medis
sekunder. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk menilai status
lokalis dan regionalis. Pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis,
inspeksi dan palpasi.
Inspeksi dilakukan dengan pasien duduk, pakaian atas dan bra
dilepas dan posisi lengan di samping, di atas kepala dan bertolak
pinggang.Inspeksi pada kedua payudara, aksila dan sekitar klavikula
yang bertujuan untuk mengidentifikasi tanda tumor primer dan
kemungkinan metastasis ke kelenjar getah bening.
Palpasi payudara dilakukan pada pasien dalam posisi terlentang
(supine), lengan ipsilateral di atas kepala dan punggung diganjal bantal.
Kedua payudara dipalpasi secara sistematis, dan menyeluruh baik secara
sirkular ataupun radial. Palpasi aksila dilakukan dilakukan dalam posisi
pasien duduk dengan lengan pemeriksa menopang lengan pasien.
Palpasi juga dilakukan pada infra dan supraklavikula. Kemudian
dilakukan pencatatan hasil pemeriksaan fisik berupa:
1. Status generalis (Karnofsky Performance Score)
Skala Karnofsky
Kategori Umum Indeks Kriteria Spesifik
Dapat melakukan 100 Normal, tanpa keluhan
aktivitas normal, bukti penyakit
tanpa memerlukan 90 Dapat melakukan
perawatan khusus aktivitas normal, tanda
atau keluhan minor
penyakit
80 Melakukan aktivias
normal dengan usaha,
beberapa tanda dan
keluhan penyakit
Tidak dapat bekerja, 70 Merawat diri sendiri,
mampu tinggal di tidak dapat melakukan
rumah dan aktivitas normal atau
membutuhkan melakukan pekerjaan
perawatan untuk 60 Kadang-kadang
sebagian besar memerlukan bantuan dari
kebutuhan pribadi orang lain, tetapi dapat
memerlukan bantuan merawat keperluan
dalam kadar yang sehari-hari
bervariasi 50 Memerlukan bantuan
yang cukup besar dari
orang lain dan seringkali
memerlukan perawatan
medis
Tidakdapat merawat 40 Tidak mampu,
diri sendiri, memerlukan perawatan
membutuhkan dan bantuan khusus
perawatan institusi 30 Sangant tidak mapu,
rumah sakit atau dianjurkan dirawat di
sejenisnya penyakit rumah sakit, kematian
mungkin tidak mengancam.
berkembang dengan 20 Sangat sakit perlu
pesat perawatan di RS;
memerlukan perawatan
suportif aktif
10 Sekarat
0 Meninggal

3. Status lokalis :
 Payudara kanan atau kiri atau bilateral
 Massa tumor
- Lokasi
- Ukuran
- Konsistensi
- Bentuk dan batas tumor
- Terfiksasi atau tidak ke kulit, m.pectoral atau
dinding dada
- Perubahan kulit
o Kemerahan, dimpling, edema/nodul
satelit
o Peau de orange, ulserasi o
- Perubahan puting susu/nipple
o Tertarik
o Erosi
o Krusta
o Discharge
 Status kelenjar getah bening
- Kgb aksila: Jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir
terhadap sesama atau jaringan sekitar
- Kgb infraklavikula: idem
- Kgb supraklavikula: idem
 Pemeriksaan pada daerah metastasis
- Lokasi : tulang, hati, paru, otak
- Bentuk
- Keluhan
3. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy dan sitologi.
Dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologik curiga
ganas. Catatan: belum merupakan Gold Standard. Bila mampu,
dianjurkan untuk diperiksa triple diagnostic.
B. Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic).
Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan potong beku dan
atau parafin. Bahan pemeriksaan hitopatologi diambil melalui:
 Core biopsi
 Biopsi eksisional untuk tumor ukuran <3 cm
 Biopsi insisional untuk tumor:
- operabel ukuran >3 sebelum operasi definif
- Inoperabel
 Spesimen masektomi disertai dengan pemeriksaan KGB
 Pemeriksaan imunohistokimia : ER, PR, c-erb-2 (HER-
2 neu /human epidermal growth factor receptor-2 ),
cathepsin-D, p53 (situasional)
 Biopsi aspirasi.
 True-cut (pengambilan jaringan dengan jarum ukuran
besar).
 Biopsi terbuka merupakan prosedur pengambilan
jaringan dengan operasi kecil, eksisi maupun insisi yang
dilakukan sebagai diagnosis pre operatif ataupun
durante operationam.
C. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin dan pemeriksaan darah sesuai
dengan perkiraan metastasis.
D. Pemeriksaan mammografi.
Foto payudara dengan alat khusus.
 Wanita di atas 35-50 tahun dianjurkan melakukan
pemeriksaan ini setiap 2 tahun
 Pada wanita di atas 50 tahun setiap 1 tahun
Catatan: Pada daerah yang tidak ada mammografi/USG untuk
deteksi dini dilakukan dengan SADARI dan pemeriksaan fisik
saja.
Diagnosis pasti
1. Eksisional biopsi .Untuk stadium dini. Dilakukan pemeriksaan PA.
Keakuratan 97,65% (Muchlis, 2002). Tidak ada false positive
2. Insisional biopsi  untuk stadium ganas atau lanjut
3. FNAB
4. Needle core biposy pada Jarum Silevermann.

Bila pada pemeriksaan klinis maupun penunjang tidak ada kelainan di


payudara dianjurkan untuk mengadakan pemeriksaan ulang 1 tahun lagi. bila
hanya termogram dan USG yang mencurigakan, lakukan pemeriksaan ulang 6
bulan lagi

Metode Deteksi Dini :


Pendektesian kanker payudara sedini mungkin merupakan faktor
penting dalammenanggulangi kanker payudara.Oleh karena kanker payudara
merupakan jenis kanker yang mudah dideteksi. Untuk menemukan kanker pada
stadium awal dilakukan dengan pemeriksaan medis antara lain :
a. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Dilaksanakan pada
wanita mulai usia subur, setiap 1 minggu setelah hari pertama
menstruasi terakhir
b. Pemeriksaan payudara secara klinis (SARARI)
Diagnosis Banding
Diagnosis Banding Kelainan-kelainan Payudara (Michaelson, 2003)
a. Fibroadenoma mamae (FAM)
 Pada usia 15—30 tahun
 Padat kenyal, mobile, bulet lonjong, berbatas tegas
 Pertumbuhan lambat,tidak nyeri
 Tidak ada perubahan kulit
 Pengobatan eksisi tumor
b. Fibrokista
 Gejala nyeri timbul menjelang haid
 Ukurannya dipengaruhi pada saat menstruasi
 Ditemukan pada usia pertengahan usia
c. Kistasarkoma filoides
 Tidak bermetastase
 Bentuk haid lonjong permukaan berbenjol
 Batas tegas, ukuran 20-30 cm
 Pengobatan simple mastektomi
d. Galactocele
 Bukan neoplasia, tapi massa berisi asi mengental yang terjadi
karena adanya sumbatan duktus laktiferus
 Biasanya terjadi pada ibu yang sedang / baru selesai masa laktasi
e. Mastitis  infeksi kelenjar payudara biasanya pada ibu menyusui
f. Nekrosis lemak, berbatas tegas, keras, kadang disertai dengan penarikan
kulit.
g. Lipoma, merupakan tumor pada jaringan lemak dengan batas tegas,
lunak, tidak nyeri tekan, dan dapat digerakkan.
h. Mastitis, yaitu infeksi pada payudara dengan tanda radang lengkap,
bahkan dapat berkembang menjadi abses, biasanya terdapat pada ibu
yang menyusui.
1.8. Tatalaksana
Terapi
Pengobatan stadium dini akan memberikan harapan kesembuhan dan
harapan hidup yang baik. Secara umum, pengobatan pada penderita kanker
meliputi 2 tujuan, yaitu :
a. Terapi Kuratif
Terapi kuratif adalah tujuan utama terapi pada pasien
kanker untuk menghilangkan kanker tersebut. Dalam
pelaksanaannya, terapi pada pasien kanker tidak dapat
mempertahankan asas primum non nocere karena dalam
pemberian terapi kuratif, akan diberikan sejumlah terrtentu zat
kemoterapi atau radiasi yang bersifat toksik terhadap bagian
tubuh lain yang tidak terkena kanker. Terapi kuratif dapat berupa
bedah radikal, kemoterapi, radiasi, imunoterapi atau kombinasi
dari keempat modalitas tersebut.
b. Terapi Paliatif
Terapi paliatif diberikan jika tujuan utama terapi kuratif
tidak tercapai, Tujuan terapi paliatif adalah untuk mengurangi
gejala, dan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan kanker
pada pasien yang tidak mungkin sembuh. Ketika tujuan terapi
adalah sebagai paliatif, maka efek toksisitas kemoterapi atau
radiasi harus diminimalisir.

Terapi pada kanker payudara tergantung dari stadiumnya. Adapun jenis-jenis


terapinya adalah:

1. Pembedahan
Pada stadium I, II dan III terapi bersifat kuratif. Semakin dini
terapi dimulai, semakin tinggi akurasinya. Pengobatan pada stadium I,
II, dan III adalah operasi primer, sedangkan terapi lain bersifat adjuvant.
Untuk stadium I dan II, pengobatan adalah radikal mastektomi
atau radikal mastektomi modifikasi dengan atau tanpa radiasi dan
sitostatika adjuvant. Terapi radiasi dan sitostatika adjuvant diberikan
jika kelenjar getah bening aksila mengandung metastasis.
 Mastektomi Radikal
Pengangkatan puting dan areola, serta kulit diatas
tumor dan 2 cm di sekitarnya, glandula mammae (seluruh
payudara), fasia M. pectoralis mayor, M. pectoralis
mayor, M. pectoralis minor disertai dengan diseksi
aksila. Diseksi aksila adalah pengangkatan semua isi
rongga aksila kecuali arteri, vena dan saraf yang
bermakna. Teknik operasi ini dapat pula di modifikasi
menjadi mastektomi radikal modifikasi Madden, dimana
M. pektoralis mayor tidak diangkat.
Operasi ini bersifat kuratif dan dilakukan untuk
tumor yang berada pada stadium operable yaitu stadium
I, II dan III awal. Mastektomi radikal dapat diikuti
dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika adjuvant
tergantung dari keadaan KGB aksila (berdasarkan
protokol di RSCM atau FKUI)
 Mastektomi radikal modifikasi
Lingkup reseksi sama dengan teknik radikal, tapi
mempertahankan m. Pektoralis mayor dan minor (model
Auchincloss) atau mempertahankan m. Pektoralis mayor,
mereseksi m. Pektoralis minor (model Patey). Pola
operasi ini mempunyai kelebihan antara lain memacu
pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit membersihkan
kelenjar limfe aksilar superior.
 Mastektomi Sederhana atau Simple Mastectomy
Pengangkatan puting dan areola, serta kulit di
atas tumor dan 2 cm di sekitarnya, dan glandula
mammae. Pada stadium IIIa, operasi berupa mastektomi
sederhana. Teknik operasi ini hampir sama dengan teknik
pada operasi mastektomi radikal, namun pada teknik ini
tidak dilakukan diseksi aksila. Setiap mastektomi
sederhana harus diikuti oleh radiasi (radioterapi) untuk
mengatasi mikrometastasis atau metastasis ke kelenjar
getah bening. Kombinasi mastektomi sederhana dengan
radiasi mempunyai efektivitas yang sama dengan
mastektomi radikal.
 Lumpectomy atau sayatan lebar
Merupakan pembedahan untuk mengangkat
tumor payudara dan sedikit jaringan normal di
sekitarnya. Lumpektomi (lumpectomy) hanya
mengangkat tumor dan sedikit area bebas kanker di
jaringan payudara di sekitar tumor. Jika sel kanker
ditemukan di kemudian hari, dokter akan mengangkat
lebih banyak jaringan. Prosedur ini disebuat re-excision
(terjemahan : pengirisan/penyayatan kembali).
 Quandrantectomy
Tipe lain dari mastektomi parsial disebut
quadrantectomy. Pada prosedur ini, dokter akan
mengangkat tumor dan lebih banyak jaringan payudara
dibandingkan dengan lumpektomi.
Mastektomi tipe ini akan mengangkat seperempat
bagian payudara, termasuk kulit dan jaringan konektif
(breast fascia). Dokter juga akan melakukan prosedur
terpisah untuk mengangkat beberapa atau seluruh simpul
limfe, dengan axillary node dissection atau sentinel node
biopsy.
2. Breast Conservating Treatment
Yaitu pengangkatan tumor dengan batas sayatan bebas
(tumorektomi, segmentektomi, atau kwadrantektomi) dan diseksi aksila
diikuti dengan radiasi kuratif. Operasi ini dilakukan untuk tumor
stadium dini yaitu stadium I dan II dengan ukuran tumor 3 cm; untuk
yang lebih besar belum dikerjakan dan mempunyai prognosis lebih
buruk dari terapi radikal.
3. Kemoterapi
Terapi ini bersifat sistemik dan bekerja pada tingkat sel.
Terutama diberikan pada kanker payudara yang sudah lanjut, bersifat
paliatif, tapi dapat pula diberikan pada kanker payudara yang sudah
dilakukan operasi mastektomi, yang bersifat adjuvant.
Kanker payudara stadium IV, pengobatan yang primer adalah
bersifat sistemik. Terapi ini berupa kemoterapi dan terapi hormonal.
Radiasi kadang diperlukan untuk paliatif pada daerah-daerah tulang
yang mengandung metastasis.
Pilihan terapi sistemik dipengaruhi pula oleh terapi lokal yang
dapat dilakukan, keadaan umum pasien, reseptor hormon dan penilaian
klinis. Karena terapi sistemik bersifat paliatif, maka harus dipikirkan
toksisitas yang potensial terjadi.
Kanker payudara dapat berespons terhadap agen kemoterapi,
antara lain anthrasikin, agen alkilasi, taxane, dan antimetabolit.
Kombinasi dari agen tersebut dapat memperbaiki respon namun hanya
memilki efek yang sedikit untuk meningkatkan survival rate. Pemilihan
kombinasi agen kemoterapi tergantung pada kemoterapi adjuvant yang
telah diberikan dan jenisnya. Jika pasien telah mendapat kemoterapi
adjuvant dengan agen Cyclophosphamide, Methotrexat dan 5-
Fluorouracil (CMF), maka pasien ini tidak mendapat agen yang sama
dengan yang didapat sebelumnya.
Untuk pasien dengan kanker payudara dapat diberikan
kemoterapi intravena (IV). Cara pemberian kemoterapi IV bervariasi,
tergantung pada jenis obat. Adapun jenis-jenis kombinasi kemoterapi
yang diberikan adalah :
 FEC (Fluorourasil, Eprubisin, Cyclophosphamide)
 Indikasi
- Terapi adjuvant, neoadjuvant maupun pada
kanker payudara yang sudah metastasis.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan :
- Pasien dengan usia di atas 60 tahun atau ada
riwayat penyakit jantung, sebelum kemoterapi
harus dilakukan pemeriksaan echocardiogram
atau multiple gated acquisition test of cardiac
output (MUGA) untuk menjamin bahwa fungsi
ventrikel kiri masih baik.
- Periksa fungsi hati. Jika ada insufisiensi hati,
maka dosis 5-FU di kurangi.
- Periksa fungsi ginjal. Jika ada insufisiensi ginjal,
dosis epirubisin dikurangi.
- Periksa darah rutin lengkap. Jika netrofil <
1500/mm3, atau AT < 100.000/mm3, maka
kemoterapi ditunda.
- Berikan antiemetik yang kuat sebelum
kemoterapi.
- Kontrol dosis epirubisin, untuk menghindari
kardiotoksisitas bila dosis kumulatif epirubisin
>900 mg/m2
- Beritahu pasien tentang kemungkinan rambut
dapat rontok akibat kemoterapi.
 Dosis
- 5-FU 500 mg/m2 pada hari 1
- Epirubisin 60 mg/m2 pada hari 1
- Siklofosfamid 500 mg/m2
 Cara Pemberia
 5-FU dan siklofosfamid disuntikan secara IV pelan-
pelan atau dilarutkan dalam NaCl 0,9% 100 ml dan
diinfuskan dalam 10-20 menit.
- Epirubisin disuntikan lewat selang infus salin.
 Siklus dan Jumlah siklus
- Lama siklus 21 hari
- Jumlah siklus 6
 Efek Samping
- Mielosupresi
- Alopesia
- Mual dan muntah
- Mukositis
- Kardiomiopati
- Sistitis hemoragik, bila dosis siklofosfamid
tinggi

4. Radiasi
Merupakan terapi utama untuk kanker payudara stadium IIIb
(locally advanced),dan dapat diikuti oleh modalitas lain yaitu terapi
hormonal dan kemoterapi. Radiasi terkadang diperlukan untuk paliasi di
daerah tulang weight bearing yang mengandung metastase atau pada
tumor bed yang berdarah difus dan berbau yang mengganggu sekitarnya.
Prinsip dasar radiasi adalah memberikan stress fisik pada sel
kanker yang berada pada keadaan membelah sehingga terjadi kerusakan
DNA dan menyebabkan terbentuknya radikal bebas dari air yang dapat
merusak membran, protein, dan organel sel. Tingkat keparahan radiasi
tergantung pada oksigen. Sel yang hipoksia akan lebih resisten terhadap
radiasi dibandingkan dengan sel yang tidak hipoksia. Hal ini terjadi
karena radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel berasal
dari oksigen. Oleh karena itu, pemberian oksigen dapat meningkatkan
sensitivitas radiasi. Radioterapi dapat diberikan dengan tiga cara, yaitu :
a. Teleteraphy
Teknik ini berupa pemberian sinar radiasi yang memiliki
jarak yang cukup jauh dari tumor. Teknik ini dapat digunakan
sendirian atau kombinasi dengan kemoterapi untuk memberikan
kesembuhan terhadap tumor atau kanker yang lokal dan
mengkontrol tumor primer. Teleterapi paling sering digunakan
dalam radioterapi.
b. Bachytherapy
Teknik ini berupa implantasi sumber radiasi ke dalam
jaringan kanker atau jaringan disekitarnya.
c. Systemic therapy
Teknik ini berupa pemberian radionuklida ke dalam
masa tumor atau kanker.
5. Terapi hormonal
Terapi hormonal diberikan pada kanker payudara stadium IV.
Prinsip terapi ini berdasarkan adanya reseptor hormon yang menjadi
target dari agen terapi kanker. Ketika berikatan dengan ligand, reseptor
ini mengurangi transkripsi gen dan menginduksi apoptosis.
Jaringan payudara mengandung reseptor estrogen. Kanker
payudara primer atau metastasis juga mengandung reseptor tersebut.
Tumor dengan reseptor estrogen tanpa ada reseptor progesteron
memiliki respon sebesar 30%, sedangkan jika memiliki reseptor
estrogen dan progesteron, respon terapi dapat mencapai 70%.
Pemilihan terapi endokrin atau hormonal berdasarkan toksisitas
dan ketersediaan. Pada banyak pasien, terapi endokrin inisial berupa
inhibitor aromatase. Untuk wanita dengan reseptor estrogen yang
positif, respon terhadap inhibitor aromatase lebih besar dibandingkan
dengan tamoxifen.
Tamoxifen paling sering digunakan sebagai terapi adjuvant pada
perempuan dengan kanker payudara yang telah di reseksi. Penggunaan
tamoxifen harus diteruskan selama 5 tahun. Pada pasien dengan kanker
payudara yang telah metastasis, lebih sering digunakan inhibitor
aromatase. Namun, bagi pasien yang yang memburuk setelah mendapat
inhibitor aromatase, tamoxifen dapat memberikanmanfaat. Selain itu,
tamoxifen juga bermanfaat sebagai kemopreventif kanker payudara.
Dosis standard tamoxifen adalah 20 mg, dengan pemberian 1
kali sehari karena waktu paruh yang panjang. Efek samping yang dapat
ditimbulkan antara lain hot flushes, kelainan sekresi cairan vagina dan
toksisitas retina, walaupun tidak mengancam penglihatan. Efek samping
yang harus diperhatikan adalah bahwa tamoxifen dapat menyebabkan
penurunan densitas tulang pada wanita premenopause dan kanker
endometrium. Pemberian terapi hormonal dibedakan tiga golongan
penderita menurut status menstruasi:
 Premenopause
Terapi hormonal yang diberikan berupa ablasi yaitu
bilateral oopharektomi.
 Postmenopause
Terapi hormonal yang diberikan berupa pemberian obat
anti estrogen.
 1-5 Tahun Menopause
Jenis terapi hormonal tergantung dari aktifitas efek
estrogen. Efek estrogen positif dilakukan terapi ablasi, jika efek
estrogen negatif maka dilakukan pemberian obat-obatan anti
estrogen.

1.9. Pencegahan
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga
kelompok besar, yaitu pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan
milestone. Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling
efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan
deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan
antara lain berupa:
Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk
promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya
menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan
melaksanakan pola hidup sehat. Pencagahan primer ini juga bisa berupa
pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara
rutin sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara.
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko
untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus
haid normal merupakan populasiat risk dari kanker payudara. Pencegahan
sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi
dini terus mengalami perkembangan. Skrining melaluimammografi diklaim
memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi
keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu,
skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa
pertimbangan antara lain:
 Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan
cancer risk assessement survey.
 Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan
mammografi setiap tahun.
 Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai
mencapai usia 50 tahun.

Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker


payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI
(Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun
sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila
dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini
menjadi 75%

Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara
sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan
memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk
meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan
meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun
tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker
telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika.
Pada stadium tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik
dan dianjurkan untuk mencari pengobatan alternative.

1.10. Komplikasi
Adanya metastase ke jaringan sekitar secara limfogen dan hematogen
merupakan komplikasi pada carcinoma mamae. Metastase secara limfogen
menyebar sampai ke paru, pelura, hati dan tulang. Sedangkan metastase secara
hematogen menyebar sampai ke otak.
1.11. Prognosis
Prognosis kanker payudara ditentukan oleh :
1. Stadium Kanker
Semakin dini semakin baik prognosisnya.
5-years survival rate

Stadium Survival rate (%)

0 99

I 98

II a 82

II b 65

III a 47

III b 44

IV 14

2. Tipe Histopatologi
CIS (Carsinoma In Situ) mempunyai prognosis yang lebih baik
dibandingkan invasif.
3. Reseptor Hormon
Kanker yang mempunyai reseptor (+) dengan hormon memiliki
prognosis lebih baik.

L1 2. MM Cara Menghadapi Penyakit Berat dan Terminal dari Segi Agama Islam

Keutamaan Taubat
Setiap manusia pasti tidak luput dari dosa dan kesalahan, baik yang
disengaja maupun tidak. Karena itulah kita disyariatkan untuk selalu memohon
ampunan kepada Allah, dan segera bertobat bila melakukan kesalahan. Allah
Subhaanahu wa Ta’Ala berfirman :
‫ط َّه ْرنَ فَأْتُوه َُّن ِم ْن‬ ْ ‫ى َي‬
َ َ ‫ط ُه ْرنَ فَإِذَا ت‬ َ َّ ‫يض َوالَ ت َ ْق َربُوه َُّن َحت‬ ِ ‫ساء فِي ْال َم ِح‬ ِ ‫َو َي ْسأَلُونَكَ َع ِن ْال َم ِح‬
َ ِ‫يض قُ ْل ه َُو أَذًى فَا ْعت َِزلُواْ الن‬
2:22﴿ َ‫ط ِه ِرين‬ َ َ‫ْث أ َ َم َر ُك ُم ّللاُ ِإ َّن ّللاَ ي ُِحبُّ الت َّ َّوا ِبينَ َوي ُِحبُّ ْال ُمت‬
ُ ‫ َحي‬2﴾
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai
orang-orang yang menyucikan diri“(QS.Al-Baqarah:222)

“Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,


janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni semua dosa. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang” (QS. Az-Zumar:53)
Demikianlah, Allah Subhaanahu wa Ta’Ala membukakan pintu
ampunan dengan seluas-luasnya bagi seluruh orang yang berdosa dan
melakukan kesalahan. Meskipun dosa mereka setinggi langit sekalipun.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shollallahu ‘alayhi wa Sallam :
“Jika kalian melakukan kesalahan-kesalahan(dosa) hingga kesalahan kalian
itu sampai ke langit, kemudian kalian bertobat, niscaya Allah akan memberikan
tobat pada kalian.“(Riwayat Ibnu Majah).

Diantara keutamaan orang-orang yang bertobat adalah Allah


Subhaanahu wa Ta’Ala menugaskan para malaikat muqarrabin untuk
beristigfar bagi mereka serta berdoa kepada Allah Subhaanahu wa Ta’Ala agar
Dia menyelamatkan mereka dari azab neraka dan memasukkan mereka ke
dalam surga, serta menyelamatkan mereka dari keburukan. Allah Subhaanahu
wa Ta’Ala berfirman,

“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘arsy dan malaikat yang berada di


sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya,
serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya
mengucapkan), “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala
sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan
mengikuti jalan-Mu dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-
nyala. Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang
telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang shalih diantara
bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua.
Sesungguhnya Engkau-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan
peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau
pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah
Engkau anugerahkan rahmat kepadanya, dan itulah kemenangan yang besar ”
(QS.Ghafir:7-9)

Makna Dan Hakekat Tawakal


Dari segi bahasa, tawakal berasal dari kata ‘tawakala’ yang memiliki
arti; menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan. (Munawir, 1984 : 1687).
Seseorang yang bertawakal adalah seseorang yang menyerahkan,
mempercayakan dan mewakilkan segala urusannya hanya kepada Allah SWT.
Sebagian ulama salafuna shaleh lainnya memberikan komentar beragam
mengenai pernak pernik tawakal, diantaranya adalah ungkapan : Jika dikatakan
bahwa Dinul Islam secara umum meliputi dua aspek; yaitu al-isti’anah
(meminta pertolongan Allah) dan al-inabah (taubat kepada Allah), maka
tawakal merupakan setengah dari komponen Dinul Islam. Karena tawakal
merupakan repleksi dari al-isti’anah (meminta pertolongan hanya kepada Allah
SWT) : Seseorang yang hanya meminta pertolongan dan perlindungan kepada
Allah, menyandarkan dirinya hanya kepada-Nya, maka pada hakekatnya ia
bertawakal kepada Allah.

1. Tawakal merupakan perintah Allah SWT.


Allah berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 8 : 61)

‫ّللاِ ِإنَّهُ ه َُو الس َِّمي ُع ْال َع ِلي ُم‬


َّ ‫َوت ََو َّك ْل َعلَى‬
“Dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

2. Larangan bertawakal selain kepada Allah (menjadikan selain Allah


sebagai penolong) Allah berfirman (QS. 17:2)

‫َاب َو َجعَ ْلنَاهُ ُهدًى ِلبَنِي ِإس َْرائِي َل أَالَّ تَت َّ ِخذُوا ِم ْن د ُونِي‬
َ ‫سى ْال ِكت‬
َ ‫َو ِكيلً َوآت َ ْينَا ُمو‬
Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab
Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamu
mengambil penolong selain Aku,

3. Orang yang beriman; hanya kepada Allah lah ia bertawakal. Allah


berfirman (QS. 3 : 122) :

َ‫ّللاِ فَ ْليَت ََو َّك ِل ْال ُمؤْ ِمنُون‬


َّ ‫َو َعلَى‬
Dan hanya kepada Allahlah, hendaknya orang-orang mu’min
bertawakal.

4. Tawakal harus senantiasa mengiringi suatu azam (baca; keingingan/


ambisi positif yang kuat). Allah berfirman (QS. 3 : 159)

َ‫ّللاَ ي ُِحبُّ ْال ُمت ََو ِكلِين‬ َّ ‫فَإِذَا َعزَ ْمتَ فَت ََو َّك ْل َعلَى‬
َّ ‫ّللاِ ِإ َّن‬
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakkal kepada-Nya.

5. Allah sebaik-baik tempat untuk menggantungkan tawakal (pelindung).


Allah berfirman (QS. 3: 173)

‫ّللاُ َو ِن ْع َم ْال َو ِكي ُل‬


َّ ‫َوقَالُوا َح ْسبُنَا‬
“Dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan
Allah adalah sebaik-baik Pelindung."

6. Akan mendapatkan perlindungan, pertolongan dan anugrah dari Allah.


Allah berfirman (QS. 8 : 49):

ٌ ‫ّللاَ َع ِز‬
‫يز َح ِكي ٌم‬ َّ ‫َو َم ْن يَت ََو َّك ْل َعلَى‬
َّ ‫ّللاِ فَإِ َّن‬
"Barangsiapa yang tawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".

7. Mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat (surga). Allah berfirman


(QS. 16: 41-42):

‫اآلخ َرةِ أ َ ْكبَ ُر لَ ْو كَانُوا‬


ِ ‫سنَةً َوألَجْ ُر‬ َّ ‫َوالَّذِينَ هَا َج ُروا فِي‬
ُ ‫ّللاِ ِم ْن بَ ْع ِد َما‬
َ ‫ظ ِل ُموا لَنُبَ ِوئَنَّ ُه ْم فِي الدُّ ْنيَا َح‬
َ‫*يَ ْعلَ ُمون‬
َ‫صبَ ُروا َو َعلَى َر ِب ِه ْم يَت ََو َّكلُون‬َ َ‫ا َّلذِين‬
Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya,
pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di
dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau
mereka mengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada
Tuhan saja mereka bertawakkal.

8. Allah akan mencukupkan orang yang bertawakal kepada-Nya. Allah


berfirman (QS. 65:3):

َّ ‫ّللاَ َبا ِل ُغ أَ ْم ِر ِه َق ْد َج َع َل‬


ُ‫ّللا‬ ُ ‫َو َي ْر ُز ْقهُ ِم ْن َحي‬
ِ َّ ‫ْث الَ َيحْ تَسِبُ َو َم ْن َيت ََو َّك ْل َعلَى‬
َّ ‫ّللا فَ ُه َو َح ْسبُهُ ِإ َّن‬
‫قَد ًْرا‬ ٍ‫ش ْيء‬
َ ‫ِل ُك ِل‬
Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Farmakologi FKUI, 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta:FKUI

http://www.eramuslim.com/syariah/

Kapita Selekta Kedokteran 2000. edisi 3. Jilid II, Jakarta: Media Aesculapius FKUI

Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit
Edisi 6. Jakarta : EGC

Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7 Volume 2. Jakarta : EGC

Sjamsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.Jakarta : EGC

Tim Penanggulangan & Pelayanan Kanker Payudara Terpadu Paripurna R.S Kanker
Dharmais 2003. Penatalaksanaan Kanker Payudara Terkini , edisi 1, Pustaka Obor,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai