Anda di halaman 1dari 14

A.

Dasar teori
1. Gizi dan Status gizi
a. Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat sisa yang tidak dibutuhkan
oleh tubuh untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal
dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa dkk, 2002).
Gizi dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses yang terlibat dengan
asupan dan penanggulangan bahan-bahan makanan. Gizi yang cukup
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perbaikan dan perawatan aktivitas-aktivitas
dalam tubuh (Rospond, 2008).
Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi
ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan
adanya seluruh zat gizi yang diperlukan oleh tubuh di dalam susunan hidangan
dan perbandingannya antara satu dan yang lainnya. Kuantitas menunjukkan
jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Jika susunan
hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari sudut pandang kualitas maupun
kuantitasnya, maka tubuh akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang sebaik-
baiknya. Konsumsi yang menghasilkan kesehatan gizi yang baik disebut
konsumsi adekuat. Jika konsumsi baik kualitas maupun kuantitas melebihi
kebutuhan tubuh, dinamakan konsumsi berlebih yang pada akhirnya akan terjadi
suatu keadaan gizi lebih. Sebaliknya, konsumsi yang kurang baik kualitas maupun
kuantitas akan menghasilkan kondisi kesehatan gizi kurang (Sediaoetama,
2010).
Zat-zat gizi adalah ikatatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan,
serta mengatur proses proses kehidupan (Almatsier, 2003).
b. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dibedakan antara status gizi buruk, kurang,
baik, dan lebih. Ada istilah yang disebut sebagai gizi salah atau biasa kita sebut
malnutrisi. Malnutrisi atau gizi salah adalah satu keadaan patologis akibat
kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat
gizi (Almatsier, 2003; Supariasa dkk, 2002).
Konsumsi makanan sangat berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status
gizi baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat- zat gizi yang digunakan secara
efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,
kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.
Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat
gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam
jumlah berlebihan. Baik status gizi kurang maupun status gizi lebih merupakan
suatu gangguan gizi (Almatsier, 2003).
Kebutuhan nutrisi pada saat menyusui jauh lebih besar dibandingkan
pada saat kehamilan. Pada 4-6 bulan pertama melahirkan, berat seorang bayi
menjadi dua kali lipat dibandingkan pada saat umur sembilan bulan di dalam
kandungan. Susu yang dihasilkan selama 4 bulan mengandung energi yang
ekuivalen dengan energi total pada waktu kehamilan. Tetapi, meskipun
demikian sejumlah energi dan banyak dari nutrien yang dimakan selama
kehamilan dipergunakan untuk mendukung produksi dari ASI. Jumlah ASI yang
diproduksi pada masa menyusui, energi dan kandungan dari nutrisi, jumlah
energi yang dibutuhkan ibu serta nutrisi yang tersedia. Kebutuhan nutrisi pada
masa menyusui meningkat hingga 500 kal/hari yang disertai dengan
peningkatan kebutuhan protein, vitamin dan mineral. Masa menyusui yang
cukup lama merupakan masa drainase zat-zat makanan bagi ibu, karena melalui
ASI, sang ibu memberikan kepada bayinya zat-zat gizi yang cukup untuk
pertumbuhan bayi normal. Oleh karena itu ibu menyusui memerlukan
sejumlah zat-zat gizi yang lebih banyak dari ibu yang sedang hamil, apalagi bila
ibu itu tetap bekerja secara aktif di rumah atau di luar rumah. Bila ibu tidak
mendapat tambahan gizi yang cukup, maka ibu akan menjadi kurus dan
mudah letih, karena zat-zat makanan yang diperlukan untuk ASI diambil dari
jaringan tubuh ibu. Oleh karena itu selama masa ASI ekslusif atau sebelum bayi
mendapatkan makanan pendamping, tidak dianjurkan untuk melakukan diet
penurunan berat badan.

Proses menyusui dapat dikatakan berhasil jika bayi berkembang dengan


baik dan status biokimia yang normal. Jumlah ASI yang dikonsumsi bayi dan
komposisi nutrisi dari ASI biasa digunakan sebagai dasar untuk melihat
adekuatnya nutrisi dari ibu pada masa menyusui (As’ad 2002).

2. Penilaian Status Gizi


Menurut Nyoman et al. (2001) penilaian status gizi dapat diukur secara
langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dilakukan dengan cara :
a. Anthropometri yaitu diartikan secara umum ukuran tubuh manusia. Ditinjau
dari sudut pandang gizi, anthropometri gizi berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi. Penggunaan anthropometri ini secara umum digunakan
untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Sedangkan
menurut Jelliffe (1989) anthropometri merupakan metode pengukuran secara
langsung dan yang paling umum digunakan untuk menilai dua masalah gizi
utama yaitu masalah gizi kurang (terutama pada anak-anak dan wanita hamil)
dan masalah gizi lebih pada semua kelompok umur. Menurut suhardjo dan
Riyadi (1990) pengukuran status gizi dengan menggunakan anthropometri
dapat memberikan gambaran tentang status konsumsi energi dan protein
seseorang. Oleh karena itu, anthropometri sering digunakan sebagai indikator
status gizi yang berkaitan dengan masalah kurang energi-protein. Indikator
anthropometri yang sering dipakai ada tiga macam yaitu : berat badan untuk
mengetahui massa tubuh, tinggi badan untuk mengetahui dimensi linear.
Berat badan mencerminkan masa tubuh, seperti otot dan lemak yang
peka terhadap perubahan sesaat karena adanya kekurangan gizi dan penyakit.
Oleh karena itu, indeks BB/U menggambarkan keadaan gizi saat ini. Tinggi
badan menggambarkan skeletal yang bertambah sesuai dengan bertambahnya
umur dan tidak begitu peka terhadap perubahan sesaat. Oleh karena itu indeks
TB/U lebih banyak menggambarkan keadaan gizi seseorang pada masa lalu.
Indeks BB/TB mencerminkan perkembangan massa tubuh dan pertumbuhan
skeletal yang menggambarkan keadaan gizi saat itu. Indeks BB/TB sangat
berguna apabila umur yang diukur sulit diketahui. lingkar lengan atas
memberi gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah
kulit. Seperti halnya dengan berat badan, indikator LLA dapat naik dan
turun dengan cepat, oleh karenanya LLA/U merupakan indikator status gizi saat
ini. Diantara indikator-indikator anthropometri yang telah disebutkan,
indeks BB/U merupakan pilihan yang tepat untuk dipergunakan dalam rangka
pemantauan status gizi sebab sensitif terhadap perubahan mendadak dan dapat
menggambarkan keadaan gizi saat ini (Khumaidi 1997). Penilaian status gizi
berdasarkan indikator BB/U, Untuk orang dewasa yang berusia 20 tahun keatas,
IMT diinterpretasi menggunakan kategori status berat badan standard yang sama
untuk semua umur bagi pria dan wanita. Untuk anak-anak dan remaja, intrepretasi
IMT adalah spesifik mengikut usia dan jenis kelamin (CDC, 2009).
Secara umum, IMT 25 ke atas membawa arti pada obesitas. Standar baru
untuk IMT telah dipublikasikan pada tahun 1998 mengklasifikasikan BMI di
bawah 18,5 sebagai sangat kurus atauunderweight, IMT melebihi 23 sebagai berat
badan lebih atau overweight, dan IMT melebihi 25 sebagai obesitas. IMT yang
ideal bagi orang dewasa adalah diantara 18,5 sehingga 22,9. Obesitas
dikategorikan pada tiga tingkat: tingkat I (25-29,9), tingkat II (30-40), dan tingkat
III (>40) (CDC, 2002).
b. Pemeriksaan secara klinis yaitu metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat
pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut
dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh
seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya digunakan untuk
survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk
mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu
atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status
gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan
gejala (symptom) atau riwayat penyakit
c. Biokimia yaitu penilaian status gizi dengan melakukan pemeriksaan specimen
yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan
tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga
beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode biokimia digunakan
untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi
yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka
penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan
kekurangan gizi yang spesifik.
d. Penilaian status gizi secara biofisik yaitu merupakan metode penentuan status
gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan struktur dari jaringan. Metode ini digunakan dalam situasi tertentu
seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang
digunakan adalah tes adaptasi gelap.

Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dilakukan dengan cara :

1. Survei konsumsi makanan yaitu metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran
tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu.
Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi
2. Statistik Vital yaitu pengukuran status gizi dengan menganalisis data
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur,
angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data
lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya
dipertimbangkan sebagai dari indikator tidak langsung pengukuran status
gizi masyarakat.
3. Faktor Ekologi, malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil
interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah
makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti
iklim, tanah, irigasi dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang
sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu
masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.
B. Table VIM

No Variabel Indikator Metode Referensi


1. Status Gizi 1. IMT (indeks masa tubuh) Antropometri Supariasa, 2002
Ibu Menyusui 2. Pengukuran LILA
(Lingkar lengan atas)

C. Cara penyajian data


a. Cara Pengumpulan Data
1. Data yang diambil dengan wawancara secara langsung dari responden dengan
menggunakan kuesioner yang sudah tersusun dengan baik , sudah matang,dimana
reponden tinggal memberikan jawabanyan yang berisi identitas responden,
2. Data antropometri IMT (indeks masa tubuh) di peroleh dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan dan Data antropometri (LILA) di peroleh melalui
pengukuran LILA dengan menggunakan pita LILA dengan ketelitian 0,1 cm (SOP
pengukuran LILA terlampir)
D. Cara pengolahan data dan analisis data
a. Pengolahan data
1. Status gizi ibu menyusui
Data tersebut didapatkan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan
lalu dihitung dengan rumus berat badan (kg/tinggi badan2 (m2). Data tersebut
dikategorikan menjadi :
a. Kurang , jika IMT ≤ 18,49 kg/m2
b. Tidak kurang , jika IMT ≥18,5 kg/m2

Kemudian menggunakan pengukuran LILA dan dibandingkan dengan nilai


standar untuk :

a. KEK : jika ukuran LILA < 23,5 cm


b. Tidak KEK : jika ukuran LILA ≥ 23,5 cm
2. Analisis Data
Analisa yang digunakan merupakan Analisa Univariat yaitu menganalisis
variabel-variabel yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi
frekuensi dan proporsinya. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
sebagai acuan yang menjelaskan variabel-variabel yang meliputi status gizi ibu
menyusui.
E. Penyajian data
Penyajian data dilakukan setelah data diolah, dan dianalisis. Data tersebut yang
dimasukkan data kategorinya kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi yang
disertai narasi.
DAFTAR PUSTAKA

Supariasa, dkk. 2002. Antropometri Gizi. In: Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta. pp. 27-87.
Supariasa, dkk. 2002. Konsep Dasar Timbulnya Masalah Gizi. In:Penilaian Status Gizi. EGC.
Jakarta. pp. 1-16.
Supariasa, dkk. 2002. Metode Penilaian Status Gizi. In: Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta. pp.
17-26.
Sunita Almatsier. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakart
Proses menyusui dapat dikatakan berhasil jika bayi berkembang dengan
baik dan status biokimia yang normal. Jumlah ASI yang dikonsumsi bayi dan
komposisi nutrisi dari ASI biasa digunakan sebagai dasar untuk melihat
adekuatnya nutrisi dari ibu pada masa menyusui (As’ad 2002).

3. Penilaian Status Gizi


Menurut Nyoman et al. (2001) penilaian status gizi dapat diukur secara
langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dilakukan dengan cara :
e. Anthropometri yaitu diartikan secara umum ukuran tubuh manusia. Ditinjau
dari sudut pandang gizi, anthropometri gizi berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi. Penggunaan anthropometri ini secara umum digunakan
untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Sedangkan
menurut Jelliffe (1989) anthropometri merupakan metode pengukuran secara
langsung dan yang paling umum digunakan untuk menilai dua masalah gizi
utama yaitu masalah gizi kurang (terutama pada anak-anak dan wanita hamil)
dan masalah gizi lebih pada semua kelompok umur. Menurut suhardjo dan
Riyadi (1990) pengukuran status gizi dengan menggunakan anthropometri
dapat memberikan gambaran tentang status konsumsi energi dan protein
seseorang. Oleh karena itu, anthropometri sering digunakan sebagai indikator
status gizi yang berkaitan dengan masalah kurang energi-protein. Indikator
anthropometri yang sering dipakai ada tiga macam yaitu : berat badan untuk
mengetahui massa tubuh, tinggi badan untuk mengetahui dimensi linear.
Berat badan mencerminkan masa tubuh, seperti otot dan lemak yang
peka terhadap perubahan sesaat karena adanya kekurangan gizi dan penyakit.
Oleh karena itu, indeks BB/U menggambarkan keadaan gizi saat ini. Tinggi
badan menggambarkan skeletal yang bertambah sesuai dengan bertambahnya
umur dan tidak begitu peka terhadap perubahan sesaat. Oleh karena itu indeks
TB/U lebih banyak menggambarkan keadaan gizi seseorang pada masa lalu.
Indeks BB/TB mencerminkan perkembangan massa tubuh dan pertumbuhan
skeletal yang menggambarkan keadaan gizi saat itu. Indeks BB/TB sangat
berguna apabila umur yang diukur sulit diketahui. lingkar lengan atas
memberi gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah
kulit. Seperti halnya dengan berat badan, indikator LLA dapat naik dan
turun dengan cepat, oleh karenanya LLA/U merupakan indikator status gizi saat
ini. Diantara indikator-indikator anthropometri yang telah disebutkan,
indeks BB/U merupakan pilihan yang tepat untuk dipergunakan dalam rangka
pemantauan status gizi sebab sensitif terhadap perubahan mendadak dan dapat
menggambarkan keadaan gizi saat ini (Khumaidi 1997). Penilaian status gizi
berdasarkan indikator BB/U, Untuk orang dewasa yang berusia 20 tahun keatas,
IMT diinterpretasi menggunakan kategori status berat badan standard yang sama
untuk semua umur bagi pria dan wanita. Untuk anak-anak dan remaja, intrepretasi
IMT adalah spesifik mengikut usia dan jenis kelamin (CDC, 2009).
Secara umum, IMT 25 ke atas membawa arti pada obesitas. Standar baru
untuk IMT telah dipublikasikan pada tahun 1998 mengklasifikasikan BMI di
bawah 18,5 sebagai sangat kurus atauunderweight, IMT melebihi 23 sebagai berat
badan lebih atau overweight, dan IMT melebihi 25 sebagai obesitas. IMT yang
ideal bagi orang dewasa adalah diantara 18,5 sehingga 22,9. Obesitas
dikategorikan pada tiga tingkat: tingkat I (25-29,9), tingkat II (30-40), dan tingkat
III (>40) (CDC, 2002).
f. Pemeriksaan secara klinis yaitu metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat
pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut
dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh
seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya digunakan untuk
survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk
mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu
atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status
gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan
gejala (symptom) atau riwayat penyakit
g. Biokimia yaitu penilaian status gizi dengan melakukan pemeriksaan specimen
yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan
tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga
beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode biokimia digunakan
untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi
yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka
penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan
kekurangan gizi yang spesifik.
h. Penilaian status gizi secara biofisik yaitu merupakan metode penentuan status
gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan struktur dari jaringan. Metode ini digunakan dalam situasi tertentu
seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang
digunakan adalah tes adaptasi gelap.

Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dilakukan dengan cara :

4. Survei konsumsi makanan yaitu metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran
tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu.
Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi
5. Statistik Vital yaitu pengukuran status gizi dengan menganalisis data
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur,
angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data
lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya
dipertimbangkan sebagai dari indikator tidak langsung pengukuran status
gizi masyarakat.
6. Faktor Ekologi, malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil
interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah
makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti
iklim, tanah, irigasi dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang
sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu
masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.
F. Table VIM

No Variabel Indikator Metode Referensi


1. Status Gizi 3. IMT (indeks masa tubuh) Antropometri Supariasa, 2002
Ibu Menyusui 4. Pengukuran LILA
(Lingkar lengan atas)

G. Cara penyajian data


b. Cara Pengumpulan Data
3. Data yang diambil dengan wawancara secara langsung dari responden dengan
menggunakan kuesioner yang sudah tersusun dengan baik , sudah matang,dimana
reponden tinggal memberikan jawabanyan yang berisi identitas responden,
4. Data antropometri IMT (indeks masa tubuh) di peroleh dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan dan Data antropometri (LILA) di peroleh melalui
pengukuran LILA dengan menggunakan pita LILA dengan ketelitian 0,1 cm (SOP
pengukuran LILA terlampir)
H. Cara pengolahan data dan analisis data
b. Pengolahan data
3. Status gizi ibu menyusui
Data tersebut didapatkan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan
lalu dihitung dengan rumus berat badan (kg/tinggi badan2 (m2). Data tersebut
dikategorikan menjadi :
c. Kurang , jika IMT ≤ 18,49 kg/m2
d. Tidak kurang , jika IMT ≥18,5 kg/m2

Kemudian menggunakan pengukuran LILA dan dibandingkan dengan nilai


standar untuk :

c. KEK : jika ukuran LILA < 23,5 cm


d. Tidak KEK : jika ukuran LILA ≥ 23,5 cm
4. Analisis Data
Analisa yang digunakan merupakan Analisa Univariat yaitu menganalisis
variabel-variabel yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi
frekuensi dan proporsinya. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
sebagai acuan yang menjelaskan variabel-variabel yang meliputi status gizi ibu
menyusui.
I. Penyajian data
Penyajian data dilakukan setelah data diolah, dan dianalisis. Data tersebut yang
dimasukkan data kategorinya kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi yang
disertai narasi.
DAFTAR PUSTAKA

Supariasa, dkk. 2002. Antropometri Gizi. In: Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta. pp. 27-
87.
Supariasa, dkk. 2002. Konsep Dasar Timbulnya Masalah Gizi. In:Penilaian Status Gizi.
EGC. Jakarta. pp. 1-16.
Supariasa, dkk. 2002. Metode Penilaian Status Gizi. In: Penilaian Status Gizi. EGC.
Jakarta. pp. 17-26.
Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta : 56 – 57.
Sediaoetama, 2010, Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi. Jakarta, Dian Rakjat
Khumaidi, N,. 1997. Gizi Masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB.

Suhardjo & H. Riyadi. 1990. Penilaian Keadaan Gizi Masyarakat PAU Pangan dan
Gizi, IPB, Bogor

Anda mungkin juga menyukai