Abstract
Number of case TB Indonesia approximately 5.8% total TB in world, was ranked fourth
with prevalence rate 281/100,000 population. Anti-tuberculosis drug resistant become
problem prevention and eradication TB programmes, because treatment for longer,
expensive, and greater side effects. The purpose this study was analysis causes Anti-
tuberculosis drug resistant. This research was conducted at 2013 with design using case
control. Cases which TB patients drug resistance, control which patients were cured TB
each one as 26 people. Data obtained from the results laboratory and medical records in
hospital Dr. HA. Rotinsulu Bandung. Statictic analyzed using chi-square test and risk factor
from OR. Results showed 80.8% MDR-TB and 19.2% XDR-TB. TB patients who experience
side effects 42.3%, inadequate treatment 96.2%, 30.8% close contact, not implementing
DOTS 15.4%. The causes anti-tuberculosis drug resistance inadequate treatment (P value=
0.001; OR= 40.00, 95%CI: 4.66-343.14). Prevention of anti-tuberculosis drug resistance
by comprehensive TB management, implementing DOTS program that uninterrupted and
continuous treatment.
Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Jl. Terusan Jenderal Sudirman Cimahi, 40533, Indonesia
E-mail : dyankunthi@yahoo.co.id
Phone : 081573124330
KEMAS 11 (1) (2015) 8-15
9
Diyan Kunthi Nugrahaeni & Upep Saiful Malik / Analisis Penyebab Resistensi Obat Anti Tuberkulosis
timbul efek samping baik ringan, sedang dengan rentang umur antara 15-65 tahun yang
maupun berat. Bila muncul efek samping berobat di RS Paru Dr. HA. Rotinsulu dengan
pengobatan, kemungkinan pasien akan jumlah sampel sebanyak 26 kasus. Kelompok
menghentikan pengobatan secara sepihak kontrol diambil dari penderita TB yang telah
tanpa memberitahukannya cukup besar. menyelesaikan pengobatan di RS Paru Dr. HA.
Resistensi OAT secara mikrobiologi Rotinsulu dan dinyatakan sembuh dengan
disebabkan oleh mutasi genetik dan hal ini jumlah sampel sebanyak 26 responden.
membuat obat tidak efektif melawan basil Teknik pengambilan sampel kasus
mutan, mutasi terjadi spontan dan berdiri adalah dari total penderita TB yang dinyatakan
sendiri menghasilkan resistensi OAT (Sarathy, mengalami resistensi OAT, sedangkan
2012). Resisten lebih dari satu OAT jarang pengambilan sampel kontrol menggunakan
disebabkan genetik dan biasanya merupakan purposive sampling, sesuai dengan kriteria yaitu
hasil penggunaan obat yang tidak adekuat, memiliki data yang lengkap dan matching umur
dan sewaktu penggunaan OAT sebelumnya (umur yang sama dengan kelompok kasus).
(Louw GE, 2009), serta individu yang telah Variabel terikat dalam penelitian ini
terinfeksi dalam jumlah besar populasi kuman yaitu kejadian resistensi Obat Anti Tuberkulosis
Mycobacterium tuberculosis resisten obat. (OAT) dan variabel bebas diantaranya adalah
Terapi TB yang tidak adekuat menyebabkan riwayat efek samping OAT, pengobatan TB
proliferasi dan meningkatkan populasi kuman sebelumnya tidak adekuat, adanya kontak
resisten obat. Kemoterapi jangka pendek erat dan tempat pengobatan TB sebelumnya
pasien resistensi obat menyebabkan kuman tidak menerapkan DOTS dan. Data resistensi
lebih resisten terhadap obat yang digunakan OAT (MDR-TB dan XDR-TB) dan penderita
atau sebagai efek penguat resistensi. Penularan TB yang dinyatakan sembuh diperoleh hasil
kuman resisten obat pada populasi juga pemeriksaan laboratorium yang tercantum
merupakan sumber kasus resistensi obat baru. pada catatan medis penderita TB, data riwayat
Masalah resistensi OAT pada pengobatan efek samping OAT, riwayat pengobatan
TB perlu segera ditanggulangi karena TB sebelumnya, kontak erat dan tempat
angka kejadian resistensi selalu mengalami pengobatan TB sebelumnya tidak menerapkan
peningkatan dari waktu ke waktu. Hasil survei DOTS diperoleh dari catatan medis penderita
secara global menemukan bahwa OAT yang TB di Rumah Sakit Paru Dr. HA. Rotinsulu
resisten terhadap Mycobacterium tuberculosis Kota Bandung tahun 2013.
sudah menyebar dan mengancam kegiatan Data diolah dengan bantuan perangkat
program pemberantasan dan penanggulangan lunak aplikasi pengolahan data dan dianalisis
tuberkulosis di berbagai negara di seluruh secara univariat untuk menggambarkan
dunia (Ducati, 2006). karakteristik responden (jenis kelamin dan
Tujuan penelitian ini adalah untuk pendidikan) dan mengetahui distribusi
menganalisis penyebab kejadian resistensi frekuensi setiap variabel, dan analisis bivariat
OAT yang meliputi karakteristik (jenis kelamin untuk mengetahui hubungan antar variabel
dan pendidikan), riwayat efek samping OAT, dengan menggunakan uji chi square. Uji
pengobatan TB sebelumnya tidak adekuat, kemaknaan menggunakan p value dengan
adanya kontak erat dan tempat pengobatan Confidence Interval 95%. Besarnya faktor risiko
TB sebelumnya tidak menerapkan DOTS pada terjadinya resistensi OAT dilihat berdasarkan
pasien resistensi OAT di Rumah Sakit Paru Dr. besarnya nilai Odd Ratio (OR).
HA. Rotinsulu Kota Bandung pada tahun 2013.
Hasil dan Pembahasan
Metode Hasil penelitian didapatkan dari 26
Penelitian ini merupakan penelitian responden yang resisten OAT sebanyak
analitik dan rancangan yang digunakan 10 orang (38,5%) mengalami resisten obat
adalah studi kasus kontrol (case-control study). kombinasi R, H (Rifampisin dan Isoniazid),
Kelompok kasus adalah semua penderita resisten kombinasi R, H, E, dan S (Rifampisin,
penyakit TB yang mengalami resistensi OAT Isoniazid, Ethambutol, Streptomisin) sebanyak
10
KEMAS 11 (1) (2015) 8-15
11
Diyan Kunthi Nugrahaeni & Upep Saiful Malik / Analisis Penyebab Resistensi Obat Anti Tuberkulosis
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Resistensi OAT menurut Karakteristik dan Faktor Penyebab
Resistensi OAT
Resistensi OAT
OR
Variabel Kasus Kontrol Jumlah P value
(95% CI)
n % n % n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 9 34,6 16 61,5 25 48,1 - -
Perempuan 17 65,4 10 38,5 27 51,9
Pendidikan
Rendah 19 73,1 11 42,3 30 57,7 - -
Tinggi 7 26,9 15 57,7 22 42,3
Riwayat efek
3,08
samping OAT
(0,885 - 0,133
Ya 11 42,3 5 19,2 16 30,8
10,725)
Tidak 15 57,7 21 80,8 36 69,2
Pengobatan
sebelumnya tidak 40,0
adekuat 25 96,2 6 23,1 31 59,6 (4,66 - 0,001
Ya 343,14)
Tidak 1 3,8 20 76,9 21 40,4
Adanya kontak
2,44
erat 8 30,8 4 15,4 12 23,1
(0,632 - 0,323
Ada
9,45)
Tidak ada 18 69,2 22 84,6 40 76,9
Tempat
pengobatan 0,606
sebelumnya 4 15,4 6 23,1 10 19,2 (0,149- 0,725
Tidak DOTS 2,46)
DOTS 22 84,6 20 76,9 42 80,8
Jumlah 26 100 26 100 52 100
Sumber: Rekam medis penderita TB resisten obat di RS DR. HA. Rotinsulu, Bandung
bahwa tempat pengobatan sebelumnya tidak efektif untuk melawan dan mengeliminasi
menerapkan DOTS bukan sebagai penyebab Mycobacterium tuberculosis, sehingga obat
terjadinya resistensi obat anti tuberkulosis. tersebut sering digunakan sebagai monoterapi
Resistansi kuman Mycobacterium (pemberian obat hanya satu jenis OAT) dan
tuberculosis (MTB) terhadap OAT adalah terapi singkat. Resisten Rifampisin terjadi pada
keadaan dimana kuman tidak dapat lagi diobati pasien TB yang mendapatkan monoterapi,
dengan OAT yang efektif mengeliminasi MTB dimana rendahnya jumlah Rifampisin
(Syahrini, 2008). Jenis resisten TB diantaranya pada Mycobacterium tuberculosis dapat
adalah: monoresisten, poliresisten, MDR-TB, mempengaruhi permeabilitas membran sel
XDR-TB, dan total drug resisten (Sharma, bakteri dan berhubungan dengan mekanisme
2013). Pada penelitian ini didapatkan responden pompa efluks yaitu pengeluaran obat dari sel
yang mengalami MDR-TB sebanyak 80,8%. bakteri (Goldstein, 2014). Resistensi Isoniazid
MDR-TB yaitu TB resisten minimal terhadap (INH) pada M. tuberculosis disebabkan adanya
Rifampisin dan Isoniazid, dengan atau tanpa mutasi gen yang berperan mengatur atau
OAT lini pertama lainnya seperti Ethambutol, memodulasi mekanisme efluks bakteri (Louw
Streptomisin dan Pirazinamid (Martin, 2009). GE, 2009).
Resisten terhadap Rifampisin dan Isoniazid Penderita TB yang mendapat pengobatan
paling banyak ditemukan, dikarenakan jangka pendek dengan monoterapi menjadi
kedua obat ini merupakan obat yang paling salah satu celah terjadinya TB resisten OAT
12
KEMAS 11 (1) (2015) 8-15
dan bertambah banyak OAT yang resisten diterima dari pasien tidak sesuai dengan kondisi
atau disebut sebagai The amplifier effect atau kenyataan yang sebenarnya seperti pasien
(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Hal ini tidak tahu tentang riwayat pernah minum OAT,
berisiko terjadinya XDR-TB yaitu MDR-TB apakah pernah mengalami efek samping obat
disertai resistansi terhadap salah satu obat (Munir, 2010).
golongan fluorokuinolon dan salah satu OAT OAT yang digunakan dalam
injeksi lini kedua seperti Kapreomisin (Ca), pengobatan TB mempunyai kemungkinan
Kanamisin (K) dan Amikasin (Am) (Martin untuk menimbulkan efek samping baik
et al, 2009). Pada penelitian ini didapatkan ringan, sedang maupun berat. Efek samping
responden yang mengalami XDR-TB sebanyak berat atau serius pasien harus menghentikan
19,2%. semua obat, segera dirujuk dengan didampingi
Secara epidemiologi dibuktikan terdapat ke rumah sakit (RS) rujukan MDR TB,
perbedaan antara laki-laki dan perempuan contohnya adalah: kulit dan mata pasien
dalam hal risiko terjangkit penyakit infeksi, nampak kuning, pendengaran berkurang (tuli)
progresivitas penyakit, insidensi dan kematian atau telinga berdengung, mendengar suara-
akibat TB, dimana pada penelitian ini, suara, halusinasi, delusi/waham, bingung,
sebagian besar penderita resistensi AOT adalah reaksi alergi berat yaitu syok anafilaktik dan
perempuan (65,4%). Perkembangan penyakit angionerotik edema. Efek samping ringan
berbeda antara laki-laki dan perempuan, dan sedang penatalaksanaannya oleh dokter
dimana perempuan sering terlambat datang UPK (Unit Pelayanan Kesehatan) satelit tanpa
ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan harus menghentikan pengobatan, contohnya
laki-laki dan pada saat datang ke rumah kemerahan (rash) ringan, kesemutan atau rasa
sakit didiagnosis menderita penyakit dengan panas pada kulit kaki (neuropati perifer), mual
kondisi lebih berat dibandingkan laki-laki. Hal dan muntah, diare, sakit kepala, gangguan tidur,
ini berhubungan dengan aib dan rasa malu tidak ada nafsu makan (anoreksia), bingung
lebih dirasakan pada perempuan dibanding dan depresi (Kementerian Kesehatan, 2013).
laki-laki, perempuan lebih sering mengalami Resistensi obat dapat disebabkan oleh
kekhawatiran akan dikucilkan dari keluarga ketidakpatuhan pasien untuk mengikuti
dan lingkungan akibat penyakitnya. Hambatan petunjuk pengobatan yang justru dapat
ekonomi dan faktor sosial ekonomi kultural menyebabkan efek samping obat TB itu sendiri.
turut berperan termasuk pemahaman tentang Penderita TB yang mengalami efek samping
penyakit paru. Pada perempuan ditemukan pengobatan, kemungkinan besar pasien akan
diagnosis yang terlambat sedangkan pada laki- menghentikan pengobatan secara sepihak
laki cenderung pergi ke pelayanan kesehatan tanpa memberitahukan kepada petugas
ketika mereka mengetahui pengobatan TB kesehatan, kondisi tersebut yang berkontribusi
gratis, sedangkan perempuan tidak (Munir, menyebabkan terjadinya resistensi OAT.
2010). Pada penelitian ini responden yang memiliki
Pendidikan merupakan salah satu riwayat efek samping dan mengalami resistensi
indikator yang menentukan keberhasilan sebanyak 42,3%, sebagian besar mengalami
pengobatan MDR-TB. Penderita dengan gangguan di hepar dengan keluhan mual,
pendidikan rendah akan sulit menerima muntah dan hasil laboratorium fungsi hati
pengobatan MDR TB, dimana pengobatan menunjukan adanya kenaikan angka SGOT
MDR-TB memerlukan waktu yang lama yaitu (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase)
antara 18 – 24 bulan, dengan obat yang lebih dan SGPT (Serum Glutamic Pyruvic
toksik, lebih mahal dengan efek sangat yang Transaminase), peningkatan asam urat dengan
sangat besar (WHO, 2013; Munir, 2010). keluhan nyeri sendi dan diare. Responden yang
Penderita dengan pendidikan yang rendah, tidak mengalami efek samping tapi mengalami
sulit mengetahui data yang sebenarnya resistensi sebanyak 57,7%, ini bisa dipahami,
tentang MDR-TB, mungkin saja saat pasien walaupun tidak ada efek samping tetapi apabila
dianamnesis pasien kurang komunikatif pengobatan tidak adekuat, dan tidak patuh
tentang penyakitnya sehingga keterangan yang dalam menjalani pengobatan, responden dapat
13
Diyan Kunthi Nugrahaeni & Upep Saiful Malik / Analisis Penyebab Resistensi Obat Anti Tuberkulosis
14
KEMAS 11 (1) (2015) 8-15
efek samping pengobatan kemungkinan besar Louw, G.E., Warren, R.M., Pittius, G. et.al. 2009.
akan menghentikan pengobatan secara sepihak Minireview: a Balancing Act: Efllux/
sehingga pengobatan menjadi tidak adekuat, hal Influx in Mycobacterial Drug Resisteance,
inilah yang akan berkontribusi menyebabkan Antimicrobial Agent dan Chemoteraphy.
American Society for Microbiology, Agust
terjadinya resistensi OAT.
2009, 53 (8): 3181-3189.
Martin, M., Viveiros, M., Couto, I., Amaral, L. 2009.
Penutup Targeting human macrophages for enhanced
Resistensi OAT di RS Paru Dr. HA. killing of intracellular XDR-TB and MDR-
Rotinsulu terdiri dari resisten MDR-TB dan TB. International Journal Tuberculosis Lung
XDR-TB. Penderita resistensi OAT sebagian Disease, 13 (5): 569–573.
besar berjenis kelamin perempuan dan Munir, S., Nawas, A., Soetoyo, D. 2010. Pengamatan
Pasien Tuberkulosis Paru dengan Multidrug
berpendidikan rendah. Terdapat penderita TB
Resistant (TB-MDR) di Poliklinik Paru RSUP
yang tidak mengalami efek samping pengobatan Persahabatan. Jakarta: Jurnal Respiratory
TB, tidak memiliki kontak erat dengan Indonesia, 30 (2): 92-104.
penderita MDR-TB dan tempat pengobatan Nawas, A. 2010. Penatalaksanaan TB MDR Dan
sebelumnya yang tidak menerapkan DOTS Strategi DOTS Plus. Jurnal Tuberkulosis
juga berisiko mengalami MDR-TB. Hal tersebut Indonesia, 7 (10): 1-7.
dapat terjadi karena terjadinya resistensi Sakamoto, K. 2012. The Pathology of Mycobacterium
OAT sebagian besar disebabkan karena tuberculosis Infection. Journal of Veterinary
pengobatan sebelumnya yang tidak adekuat, Pathology, 49 (3): 423, diunduh 18
seperti diagnosis tidak tepat, pengobatan tidak Januari 2014, http://vet.sagepub.com/
content/49/3/423
menggunakan paduan yang tepat, dosis, jenis,
Sarathy, J.P., Dartois, V., Lee E.J.D. 2012. The Role
jumlah obat dan jangka waktu pengobatan of Transport Mechanisms in Mycobacterium
tidak adekuat, tidak teratur menelan obat anti Tuberculosis Drug Resistance and Tolerance.
tuberkulosis, dan, menghentikan pengobatan Journal of Pharmaceutical, (5): 1210-1235.
secara sepihak sebelum waktunya. Sarwani, D. Nurlaela S. Zahrotul I. 2012. Faktor
Risiko Multidrug Resistant Tuberculosis
Daftar Pustaka (MDR-TB). Jurnal Kesehatan Masyarakat,
Burhan, E. 2010. Peran ISTC Dalam Pencegahan 8(1): 60-66.
MDR. Jurnal Tuberkulosis Indonesia, (7): 12- Ti, T. et.al. 2002. National Anti-tuberculosis Drug
15. Resistance Survey, 2002, in Myanmar.
Ducati, R.G., Netto A.R., Basso L.A. 2006. The International Journal Tuberculosis Lung
resumption of consumption ñ A review on Disease, 10 (10): 1111-6.
tuberculosis. Mem Inst Oswaldo Cruz, Rio de Tuberculosis Indonesia. 2013. Multiple Drug
Janeiro, 101 (7): 697-714. Resisten Tuberculosis (MDR-TB). Tersedia:
Goldstein, B.P. 2014, Resistance to rifampicin: a http://www.tbindonesia.or.id/tb-mdr,
review. The Journal of Antibiotic, japan diperoleh tanggal 01 Desember 2014.
Antibiotoc Reseach Association, (67): 625- WHO. 2013. Global Tuberculosis Report 2012.
630. Switzerland.
15