GROUP : 2K3
2018
PENGARUH SUHU PADA PROSES PENCELUPAN KAPAS DENGAN ZAT
WARNA DIREK SOLOPHENYL BLUE FGLE 220% METODE EXHAUST
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh variabel suhu terhadap pencelupan kapas dengan
zat warna direk Solophenyl Blue FGLE 220% metode exhaust.
Serat kapas merupakan serat alam yang termasuk kelompok selulosa. Selulosa
adalah molekul yang terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen, dan ditemukan dalam
struktur selular hampir semua materi tanaman. Selulosa adalah polimer alam yang
berupa rantai panjang molekul gula yang dihubungkan satu sama lain dengan cara yang
persis sama. Rantai molekul polimer selulosa dapat dilihat pada Gambar 1.
H OH CH 2 OH H OH CH 2 OH
HO H H O H O
OH H O OH H OH
H H H
H H H O H
O OH H OH
H H H
O O
CH 2 OH H OH CH 2 OH H OH
Selain ikatan hydrogen sebagai ikatan yang utama, kekuatan ikatan zat warna
direk dengan serat juga ditunjang dengan ikatan dari gaya Van der Waals. Kekuatan
ikatan dari gaya Van der Waals relatif sangat lemah, namun cukup berpengaruh bila
ukuran partikel zat warna direknya semakin besar. Prinsip tersebut digunakan dalam
proses iring dengan zat pemiksasi kationik, dimana dalam proses tersebut zat warna
direk dalam serat berikatan dengan zat pemiksasi sehingga ukurannya menjadi besar,
akibatnya tahan luntur hasil celupannya menjadi lebih baik.
Substantifitas zat warna direk bervariasi tergantung tipe zat warnanya. Untuk
memperbesar penyerapan zat warna direk selama pencelupan dapat dilakukan beberapa
usaha, antara lain dengan menurunkan vlot, menambahkan garam, serta menurunkan
suhu dan pH larutan pencelupan.
Mekanisme pencelupan terdiri dari tahap difusi zat warna dari fasa ruah larutan
zat warna ke dekat permukaan serat, kemudian tahap adsoprsi zat warna ke permukaan
serat, lalu tahap difusi zat warna ke dalam serat, dan fiksasi zat warna. Tahap yang
paling lambat dan menentukan laju pencelupan adalah tahap difusi zat warna ke dalam
serat yang sangat tergantung pada kerapatan struktur serat dan ukuran partikel zat warna.
Semakin tinggi suhu pencelupan maka semakin cepat laju pencelupan, tetapi afinitas
zat warna akan turun karena reaksi fiksasi zat warna dengan serat bersifat eksoterm.
Oleh karena itu pada akhir proses pencelupan dengan zat warna direk, penurunan suhu
pencelupan sebaiknya diturunkan agak perlahan guna menambah penyerapan zat warna
direk.
2.4. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Hasil Pencelupan dengan Zat Warna
Direk
1. Elektrolit
Elektrolit berfungsi untuk menambahkan penyerapan zat warna. Selulosa
bermuatan negatif tapi disisi lain zat warna direk cenderung bermuatan negative
juga sehingga terjadi tolak menolak. Elektrolit akan mengion dalam air dan ion
positifnya akan menetralkan selulosa sehingga zat warna terserap.
2. Temperatur
Pemanasan dilakukan hanya untuk tahapan difusi, untuk tahapan fiksasi
suhunya harus rendah. Oleh karena itulah pencelupan selulosa dengan zat warna
direk bersifat eksotermis. Pencelupan kapas dengan zat warna direk dilakukan pada
suhu paling tinggi 100o C karena jika suhu yang digunakan terlalu tinggi ikatan
hidrogen akan mudah putus.
3. Liquor Ratio (Vlot)
Pada pencelupan kapas dengan zat warna direk, vlot sangat berpengaruh. Zat
warna direk molekulnya sangat besar sehingga sukar berdifusi dan membutuhkan
medium air. Dengan penggunaan liquor ratio yang rendah maka dapat membantu
penghematan zat warna. Pada liquor ratio rendah didapatkan konsentrasi yang
tinggi sehingga penyerapan zat warna semakin tinggi.
4. pH larutan
Zat warna direk umumnya digunakan pada pH netral. Penambahan alkali lemah
seperti Na2CO3 akan menghambat penyerapan. Soda ash juga berfungsi untuk
mengurangi kesadahan dan menambah kelarutan..
III. Percobaan
3.1. Alat dan Bahan
a) Alat
Gelas piala 500 ml Termometer
Gelas piala 100 ml Kompor gas
Gelas ukur 100 ml Pengaduk
Pipet ukur 10 ml Neraca digital
Pipet ukur 1 ml Kasa asbes
b) Bahan
Zat warna direk Solophenyl Blue Asam asetat
FGLE 220% Zat pembantu
Kain kapas Pembasah
Sabun NaCl
CFA (Cationic Fixing Agent) Na2CO3
3.2. Diagram Alir
Cuci sabun
Bilas + keringkan
Evaluasi
3.3. Resep
1) Resep Pencelupan
Zat Warna Direk (Solophenyl blue FGLE 220%) = 2% owf
Pembasah (Teepol) = 1 ml/L
Na2CO3 = 2 g/L
NaCl = 30 g/L
Vlot = 1 : 30
Suhu = 40OC ; 60OC ; 80OC ; 100OC
Waktu = 45 menit
2) Resep Iring
CFA = 2 ml/L
Asam Asetat = 2 ml/L
Suhu = 60OC
Waktu = 10 menit
Vlot = 1 : 30
Diketahui:
Berat kain A = 5,08 g
Berat kain B = 5,22 g
Berat kain C = 5,16 g
Berat kain D = 5,04 g
1) Resep pencelupan
Vlot = 1 : 30
Vlot A = 5,08 x 30 = 152,4 ml
Vlot B = 5,22 x 30 = 156,6 ml
Vlot C = 5,16 x 30 = 154,8 ml
Vlot D = 5,04 x 30 = 151,2 ml
a. Zat warna
Membuat larutan induk 1 gram dalam 100 ml air
2 100
Zat Warna A = 100 x 5,08 x 1
2 100
Zat warna B = 100 x 5,22 x 1
2 100
Zat warna C = 100 x 5,16 x 1
2 100
Zat warna D = 100 x 5,04 x 1
b. Pembasah (1 ml/L)
1
Pembasah A = 1000 x vlot
1
Pembasah A = 1000 x 152,4 = 0,1524 ml
1
Pembasah B = 1000 x vlot
1
Pembasah B = 1000 x 156,6 = 0,1566 ml
1
Pembasah C = 1000 x vlot
1
Pembasah C = 1000 x 154,8 = 0,1548 ml
1
Pembasah D = 1000 x vlot
1
Pembasah D = 1000 x 151,2 = 0,1512 ml
c. Na2CO3 (2 g/L)
2
Na2CO3 A= 1000 x vlot
2
Na2CO3 A= 1000 x 152,4 = 0,3048 g
2
Na2CO3 B = 1000 x vlot
2
Na2CO3 B = 1000 x 156,6 = 0,3132 g
2
Na2CO3 C = 1000 x vlot
2
Na2CO3 C = 1000 x 154,8 = 0,3096 g
2
Na2CO3 D = 1000 x vlot
2
Na2CO3 D = 1000 x 151,2 = 0,0,3024 g
30
NaCl B = 1000 x vlot
30
NaCl B = 1000 x 156,6 = 4,698 g
30
NaCl C = 1000 x vlot
30
NaCl C = 1000 x 154,8 = 4,644 g
30
NaCl D = 1000 x vlot
30
NaCl D = 1000 x 151,2= 4,536 g
2) Resep iring
Kain dibagi 2 karena 1 kain tidak dilakukan proses iring.
Berat kain A = 5,08 g : 2 = 2,54 g
Berat kain B = 5,22 g : 2 = 2,61 g
Berat kain C = 5,16 g : 2 = 2,58 g
Berat kain D = 5,04 g : 2 = 2,52 g
CFA = 2 ml/L
2
CFA A = 1000 x vlot
2
CFA A = 1000 x 76,2 = 0,1524 ml
2
CFA B = 1000 x vlot
2
CFA B = 1000 x 78,3 = 0,1566 ml
2
CFA C = 1000 x vlot
2
CFA C = 1000 x 77,4 = 0,1548 ml
2
CFA D = 1000 x vlot
2
CFA D = 1000 x 75,6 = 0,1512 ml
2
Asam Asetat B = 1000 x vlot
2
Asam Asetat B = 1000 x 78,3 = 0,1566 ml
2
Asam Asetat C = 1000 x vlot
2
Asam Asetat C = 1000 x 77,4 = 0,1548 ml
2
Asam Asetat D = 1000 x vlot
2
Asam Asetat D = 1000 x 75,6 = 0,1512 ml
2
Sabun B = 1000 x vlot
2
Sabun B = 1000 x 156,6 = 0,3132 ml
2
Sabun C = 1000 x vlot
2
Sabun C = 1000 x 154,8 = 0,3096 ml
2
Sabun D = 1000 x vlot
2
Sabun D = 1000 x 151,2 = 0,0,3024 ml
3.6. Skema Proses
Proses Pencelupan
Zat warna direk 80°C
Pembasah
Na2CO3
Suhu (°C) NaCl 60°C
0 10 20 65 80
Waktu (menit)
Proses Iring
60°C
Zat pemiksasi kationik
CH3COOH 30%
Suhu (°C) 30°C
0 10 20 30 45
Waktu (menit)
Proses Pencucian
60°C
Sabun
Na2CO3
Suhu (°C) 30°C
0 10 20 30 45
Waktu (menit)
3.7. Cara Kerja
1) Proses Pencelupan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Menyiapkan kain
3. Membuat larutan pencelupan untuk kapas
4. Merendam kain kedalam larutan celup selama 10 menit
5. Memasukkan garam (NaCl) kedalam larutan celup
6. Memanaskan kain pada larutan celup diatas pembakar bunsen pada suhu stabil
selama 45 menit
7. Menurunkan suhu sampai suhu 60°C
8. Memeras kain
2) Proses Iring
1. Menyiapkan larutan untuk proses iring
2. Memasukkan kain ke dalam larutan dan dipanaskan diatas bunsen dengan suhu
stabil selama 10 menit
3. Memeras kain
3) Proses Pencucian
1. Menyiapkan larutan untuk proses pencucian
2. Memasukkan kain kedalam larutan dan dipanaskan diatas bunsen dengan suhu
stabil 60°C selama 10 menit
3. Mencuci kain dengan air dingin
4. Mengeringkan kain
5. Lakukan evaluasi kain
4) Cara Evaluasi
Pengujian pengamatan visual ini dilakukan oleh empat orang pengamat. Pengamat
melukan pengamatannya tanpa tekanan atau bujukan dari pihak lain, kecuali penjelasan
arti dari penulis. Dengan menggunakan metode perangkingan terhadap kain contoh uji
didapatkan kain dengan hasil yang optimum.
1. Contoh uji disiapkan berukuran 10x15 cm dan diberi label huruf secara acak tanpa
diketahui oleh calon pengamat.
2. Pengamat berjumlah empat orang dan melakukan pengamatan secara perorangan
dan terpisah.
3. Pengamat melakukan pengamatan terhadap warna dari kain kapas dan menentukan
rangking.
Nilai hasil pengamatan visual dari empat orang pengamat dijumlahkan dan dirangking
secara ulang sesuai dengan variasi. Hasil nilai dijumlahkan sehingga diperoleh hasil akhir.
Jumlah nilai yang paling besar merupakan ketuaan warna dan kerataan yang optimum dan
paling baik.
Rangking untuk ketuaan adalah 1-10, dengan nilai 10 untuk ketuaan warna yang paling
baik dan nilai 1 untuk ketuaan warna yang kurang baik.
IV. Data Percobaan
40°C 30 40 30 20 120 30
60°C 50 50 50 50 200 50
80°C 90 90 90 90 360 90
100°C 70 80 70 80 300 75
60°C 60 60 60 60 240 60
80°C 80 80 80 80 320 80
60°C 30 30 30 30 120 30
40°C 50 50 60 60 220 55
40°C
60°C
80°C
100°C
4.4. Tabel Hasil Pencelupan Kerataan Warna
40°C
60°C
80°C
100°C
4.5. Grafik Ketuaan Warna
100
Rata-rata Nilai
80
60
40
20
0
40 60 80 100
Suhu (°C)
Non-Iring Iring
100
Rata-rata Nilai
80
60
40
20
0
40 60 80 100
Suhu (°C)
V. Diskusi
Dari hasil pencelupan kapas dengan zat warna direk metode exhaust dengan
variasi suhu 40°C, 60°C, 80°C, 100°C secara umum menunjukkan hasil bahwa semakin
tinggi suhu pencelupan, ketuaan warnanya semakin tinggi.
Kain dengan suhu pencelupan 40°C memiliki warna yang paling muda daripada
kain yang dicelup pada suhu 60°C, 80°C, dan 100°C. Pada umumnya dalam pencelupan
memerlukan pemanasan untuk mempercepat reaksi. Apabila suhu dinaikkan maka
jumlah zat warna yang terserap pada waktu singkat akan besar sehingga mencapai harga
tertentu, kemudian berkurang kembali. Jika ditinjau dari ketuaan warna, kain yang
diproses iring memiliki warna yang lebih tua dibandingkan kain non-iring pada masing-
masing variasi suhu pencelupan yang dilakukan. Hal ini disebabkan karena proses iring
berfungsi untuk memperbesar ukuran molekul zat warna sehingga dapat memperbaiki
ketuaan dan tahan lutur warna.
Berdasarkan hasil pengamatan kerataan, kain yang warnanya paling rata adalah
kain yang dicelup pada suhu 80°C, sedangkan kain yang kerataannya paling jelek
adalah kain yang dicelup pada suhu 60°C non-iring dan kain suhu pencelupan 40°C
yang dilakukan proses iring.
1. Kain dengan ketuaan yang sangat baik adalah kain dengan menggunakan suhu
80°C yang tidak melalui proses iring. Sedangkan pada proses iring, kain dengan
menggunakan suhu 100°C yang paling bagus
2. Kerataan yang sangat baik didapatkan pada kain yang dicelup pada suhu 80°C baik
menggunakan proses iring maupun tidak menggunakan proses iring.
VII. Daftar Pustaka
Karyana, Dede dan Elly K. 2005. Bahan Ajar Praktikum Pencelupan I (Pencelupan
Serat Kapas, Wol, dan Sutra). Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil