Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM PENCELUPAN 1

PENGARUH SUHU PADA PROSES PENCELUPAN KAPAS DENGAN ZAT


WARNA DIREK SOLOPHENYL BLUE FGLE 220% METODE EXHAUST

NAMA : - RD. KURNIANTI (15020051)

- NADA ZAKIYYA ZAHRA (16020069)

- MOCH IKLIL HAMDANI (16020082)

- NOVIA NURFAJRIANTY (16020089)

GROUP : 2K3

DOSEN : IKHWANUL MUSLIM, S.ST., M.T.

ASISTEN : 1. YAYU E. Y., S.ST.

2. SAMUEL M., S.ST.

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2018
PENGARUH SUHU PADA PROSES PENCELUPAN KAPAS DENGAN ZAT
WARNA DIREK SOLOPHENYL BLUE FGLE 220% METODE EXHAUST

I. Maksud dan Tujuan


1.1. Maksud
 Memahami perencanaan dan melakukan proses pencelupan kapas dengan zat
warna direk
 Menganalisa dan mengevaluasi hasil proses perwarnaan

1.2. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh variabel suhu terhadap pencelupan kapas dengan
zat warna direk Solophenyl Blue FGLE 220% metode exhaust.

II. Dasar Teori


2.1. Serat Kapas

Serat kapas merupakan serat alam yang termasuk kelompok selulosa. Selulosa
adalah molekul yang terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen, dan ditemukan dalam
struktur selular hampir semua materi tanaman. Selulosa adalah polimer alam yang
berupa rantai panjang molekul gula yang dihubungkan satu sama lain dengan cara yang
persis sama. Rantai molekul polimer selulosa dapat dilihat pada Gambar 1.

H OH CH 2 OH H OH CH 2 OH
HO H H O H O
OH H O OH H OH
H H H

H H H O H
O OH H OH
H H H
O O
CH 2 OH H OH CH 2 OH H OH

Gambar 1 (Rantai Molekul Polimer Selulosa)


Sifat Kimia Serat Kapas

a) Selulosa terhidrolisis dalam asam kuat.


b) Oksiselulosa dapat disebabkan oleh oksidator, reduktor, dan alkali.
c) Alkali kuat pada suhu rendah akan menggelembungkan serat kapas seperti yang
terjadi pada proses merserisasi, sedangkan pada suhu didih air dan dengan
adanya oksigen dalam udara akan menyebabkan terjadinya oksiselulosa.

2.2. Zat Warna Direk


Zat warna direk umumnya adalah senyawa azo yang disufonasi. Zat warna ini
merupakan garam natrium dari asam sulfonat dan hampir seluruhnya merupakan
senyawa-senyawa azo. Zat warna ini disebut juga zat warna substantif karena
mempunyai afinitas yang besar terhadap selulosa sehingga memiliki daya tembus
langsung terhadap serat selulosa.
Beberapa zat warna direk dapat mencelup serat binatang berdasarkan ikatan
hidrogen. Zat warna direk umunya mempunyai ketahanan terhadap sinar cukup, tidak
tahan terhadap oksidasi dan rusak oleh zat pereduksi. Zat warna direk dapat berupa
senyawa mono-azo, di-azo, tri-azo atau tetraktis-azo.

Contoh zat warna direk

2.3. Teori Pencelupan dengan Zat Warna Direk

Gugus hidroksil dalam molekul selulosa memegang peranan penting pada


pencelupan dengan zat warna direk. Zat warna direk dapat dipakai mencelup serat
selulosa karena dapat berikatan hidrogen dengan gugus hidroksil. Kekuatan ikatan
hydrogen umumnya tidak terlalu kuat dan dapat putus dalam suhu tinggi. Oleh karena
itu tahan luntur hasil pencelupan zat warna direk sangat rendah terutama dalam
pencucian panas.

Selain ikatan hydrogen sebagai ikatan yang utama, kekuatan ikatan zat warna
direk dengan serat juga ditunjang dengan ikatan dari gaya Van der Waals. Kekuatan
ikatan dari gaya Van der Waals relatif sangat lemah, namun cukup berpengaruh bila
ukuran partikel zat warna direknya semakin besar. Prinsip tersebut digunakan dalam
proses iring dengan zat pemiksasi kationik, dimana dalam proses tersebut zat warna
direk dalam serat berikatan dengan zat pemiksasi sehingga ukurannya menjadi besar,
akibatnya tahan luntur hasil celupannya menjadi lebih baik.

Substantifitas zat warna direk bervariasi tergantung tipe zat warnanya. Untuk
memperbesar penyerapan zat warna direk selama pencelupan dapat dilakukan beberapa
usaha, antara lain dengan menurunkan vlot, menambahkan garam, serta menurunkan
suhu dan pH larutan pencelupan.

Mekanisme pencelupan terdiri dari tahap difusi zat warna dari fasa ruah larutan
zat warna ke dekat permukaan serat, kemudian tahap adsoprsi zat warna ke permukaan
serat, lalu tahap difusi zat warna ke dalam serat, dan fiksasi zat warna. Tahap yang
paling lambat dan menentukan laju pencelupan adalah tahap difusi zat warna ke dalam
serat yang sangat tergantung pada kerapatan struktur serat dan ukuran partikel zat warna.
Semakin tinggi suhu pencelupan maka semakin cepat laju pencelupan, tetapi afinitas
zat warna akan turun karena reaksi fiksasi zat warna dengan serat bersifat eksoterm.
Oleh karena itu pada akhir proses pencelupan dengan zat warna direk, penurunan suhu
pencelupan sebaiknya diturunkan agak perlahan guna menambah penyerapan zat warna
direk.

2.4. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Hasil Pencelupan dengan Zat Warna
Direk
1. Elektrolit
Elektrolit berfungsi untuk menambahkan penyerapan zat warna. Selulosa
bermuatan negatif tapi disisi lain zat warna direk cenderung bermuatan negative
juga sehingga terjadi tolak menolak. Elektrolit akan mengion dalam air dan ion
positifnya akan menetralkan selulosa sehingga zat warna terserap.
2. Temperatur
Pemanasan dilakukan hanya untuk tahapan difusi, untuk tahapan fiksasi
suhunya harus rendah. Oleh karena itulah pencelupan selulosa dengan zat warna
direk bersifat eksotermis. Pencelupan kapas dengan zat warna direk dilakukan pada
suhu paling tinggi 100o C karena jika suhu yang digunakan terlalu tinggi ikatan
hidrogen akan mudah putus.
3. Liquor Ratio (Vlot)
Pada pencelupan kapas dengan zat warna direk, vlot sangat berpengaruh. Zat
warna direk molekulnya sangat besar sehingga sukar berdifusi dan membutuhkan
medium air. Dengan penggunaan liquor ratio yang rendah maka dapat membantu
penghematan zat warna. Pada liquor ratio rendah didapatkan konsentrasi yang
tinggi sehingga penyerapan zat warna semakin tinggi.
4. pH larutan
Zat warna direk umumnya digunakan pada pH netral. Penambahan alkali lemah
seperti Na2CO3 akan menghambat penyerapan. Soda ash juga berfungsi untuk
mengurangi kesadahan dan menambah kelarutan..

III. Percobaan
3.1. Alat dan Bahan
a) Alat
 Gelas piala 500 ml  Termometer
 Gelas piala 100 ml  Kompor gas
 Gelas ukur 100 ml  Pengaduk
 Pipet ukur 10 ml  Neraca digital
 Pipet ukur 1 ml  Kasa asbes

b) Bahan
 Zat warna direk Solophenyl Blue  Asam asetat
FGLE 220%  Zat pembantu
 Kain kapas  Pembasah
 Sabun  NaCl
 CFA (Cationic Fixing Agent)  Na2CO3
3.2. Diagram Alir

Persiapan alat dan bahan

Pencelupan Proses Iring

Cuci sabun

Bilas + keringkan

Evaluasi

3.3. Resep
1) Resep Pencelupan
Zat Warna Direk (Solophenyl blue FGLE 220%) = 2% owf
Pembasah (Teepol) = 1 ml/L
Na2CO3 = 2 g/L
NaCl = 30 g/L
Vlot = 1 : 30
Suhu = 40OC ; 60OC ; 80OC ; 100OC
Waktu = 45 menit

2) Resep Iring
CFA = 2 ml/L
Asam Asetat = 2 ml/L
Suhu = 60OC
Waktu = 10 menit
Vlot = 1 : 30

3) Resep Cuci Sabun


Sabun = 2 ml/L
Vlot = 1 : 30
Suhu = 60OC
Waktu = 10 menit
3.4. Fungsi Zat
a) Zat pada proses pencelupan:
Zat warna direk = sebagai zat yang digunakan pada serat selulosa khususnya kapas,
serat kapas dapat terwarnai oleh zat wana ini dikarenakan adanya ikatan antara zat
warna dengan serat yaitu ikatan hidrogen.
Pembasah = untuk meratakan dan mempercepat proses pembasahan kain dengan cara
menurunkan tegangan permukaan kain.
Na2CO3 = Sebagai fiksasi zat warna, meningkatkan kelarutan zat warna. Mengaktifkan
kinerja zat warna direk yang bekerja dalam suasana alkali.
NaCl = sebagai pendorong penyerapan zat warna.

b) Zat pada proses pencucian:


Sabun = untuk proses pencucian setelah pencelupan.
Na2CO3 = untuk menyabunkan kotoran (zat warna yang masih menempel pada
permukaan kain dianggap sebagai kotoran), mengaktifkan kinerja sabun (bekerja dalam
suasana alkali). Agar proses safonifikasi lebih sempurna.

c) Zat pada proses iring


Zat pemiksasi kationik ( CFA) = untuk memperbaiki ketahanan luntur warna hasil
celup zat warna direk, untuk mendapatkan ketuaan warna yang baik. Dengan
memperbesar molekul zat warna tersebut, sehingga zat warna tidak dapat keluar masuk
sumbu serat.
Asam Asetat = untuk memperbaiki kelarutan zat pemiksasi kationik agar proses
iringnya merata.

3.5. Perhitungan Resep

Diketahui:
Berat kain A = 5,08 g
Berat kain B = 5,22 g
Berat kain C = 5,16 g
Berat kain D = 5,04 g
1) Resep pencelupan
Vlot = 1 : 30
Vlot A = 5,08 x 30 = 152,4 ml
Vlot B = 5,22 x 30 = 156,6 ml
Vlot C = 5,16 x 30 = 154,8 ml
Vlot D = 5,04 x 30 = 151,2 ml

a. Zat warna
Membuat larutan induk 1 gram dalam 100 ml air

Zat warna = 2 % owf


2 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Zat warna = 100 x berat bahan x 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

2 100
Zat Warna A = 100 x 5,08 x 1

Zat Warna A = 10,16 ml

2 100
Zat warna B = 100 x 5,22 x 1

Zat Warna B = 10,44 ml

2 100
Zat warna C = 100 x 5,16 x 1

Zat Warna C = 10,32 ml

2 100
Zat warna D = 100 x 5,04 x 1

Zat Warna D = 10,08 ml

b. Pembasah (1 ml/L)
1
Pembasah A = 1000 x vlot
1
Pembasah A = 1000 x 152,4 = 0,1524 ml

1
Pembasah B = 1000 x vlot
1
Pembasah B = 1000 x 156,6 = 0,1566 ml
1
Pembasah C = 1000 x vlot
1
Pembasah C = 1000 x 154,8 = 0,1548 ml

1
Pembasah D = 1000 x vlot
1
Pembasah D = 1000 x 151,2 = 0,1512 ml

c. Na2CO3 (2 g/L)
2
Na2CO3 A= 1000 x vlot
2
Na2CO3 A= 1000 x 152,4 = 0,3048 g

2
Na2CO3 B = 1000 x vlot
2
Na2CO3 B = 1000 x 156,6 = 0,3132 g

2
Na2CO3 C = 1000 x vlot
2
Na2CO3 C = 1000 x 154,8 = 0,3096 g

2
Na2CO3 D = 1000 x vlot
2
Na2CO3 D = 1000 x 151,2 = 0,0,3024 g

d. NaCl (30 g/L)


30
NaCl A = 1000 x vlot
30
NaCl A = 1000 x 152,4 = 4,572 g

30
NaCl B = 1000 x vlot
30
NaCl B = 1000 x 156,6 = 4,698 g
30
NaCl C = 1000 x vlot
30
NaCl C = 1000 x 154,8 = 4,644 g

30
NaCl D = 1000 x vlot
30
NaCl D = 1000 x 151,2= 4,536 g

2) Resep iring
Kain dibagi 2 karena 1 kain tidak dilakukan proses iring.
Berat kain A = 5,08 g : 2 = 2,54 g
Berat kain B = 5,22 g : 2 = 2,61 g
Berat kain C = 5,16 g : 2 = 2,58 g
Berat kain D = 5,04 g : 2 = 2,52 g

Vlot A = 2,54 x 30 = 76,2 ml


Vlot B = 2,61 x 30 = 78,3 ml
Vlot C = 2,58 x 30 = 77,4 ml
Vlot D = 2,52 x 30 = 75,6 ml

CFA = 2 ml/L
2
CFA A = 1000 x vlot
2
CFA A = 1000 x 76,2 = 0,1524 ml

2
CFA B = 1000 x vlot
2
CFA B = 1000 x 78,3 = 0,1566 ml

2
CFA C = 1000 x vlot
2
CFA C = 1000 x 77,4 = 0,1548 ml

2
CFA D = 1000 x vlot
2
CFA D = 1000 x 75,6 = 0,1512 ml

Asam Asetat = 2 ml/L


2
Asam Asetat A = 1000 x vlot
2
Asam Asetat A = 1000 x 76,2 = 0,1524 ml

2
Asam Asetat B = 1000 x vlot
2
Asam Asetat B = 1000 x 78,3 = 0,1566 ml

2
Asam Asetat C = 1000 x vlot
2
Asam Asetat C = 1000 x 77,4 = 0,1548 ml

2
Asam Asetat D = 1000 x vlot
2
Asam Asetat D = 1000 x 75,6 = 0,1512 ml

3) Resep cuci sabun


Kembali digunakan berat awal
Sabun = 2 ml/L
2
Sabun A= 1000 x vlot
2
Sabun A= 1000 x 152,4 = 0,3048 ml

2
Sabun B = 1000 x vlot
2
Sabun B = 1000 x 156,6 = 0,3132 ml

2
Sabun C = 1000 x vlot
2
Sabun C = 1000 x 154,8 = 0,3096 ml

2
Sabun D = 1000 x vlot
2
Sabun D = 1000 x 151,2 = 0,0,3024 ml
3.6. Skema Proses

Proses Pencelupan
Zat warna direk 80°C
Pembasah
Na2CO3
Suhu (°C) NaCl 60°C

0 10 20 65 80
Waktu (menit)

Proses Iring
60°C
Zat pemiksasi kationik
CH3COOH 30%
Suhu (°C) 30°C

0 10 20 30 45
Waktu (menit)
Proses Pencucian
60°C
Sabun
Na2CO3
Suhu (°C) 30°C

0 10 20 30 45
Waktu (menit)
3.7. Cara Kerja
1) Proses Pencelupan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Menyiapkan kain
3. Membuat larutan pencelupan untuk kapas
4. Merendam kain kedalam larutan celup selama 10 menit
5. Memasukkan garam (NaCl) kedalam larutan celup
6. Memanaskan kain pada larutan celup diatas pembakar bunsen pada suhu stabil
selama 45 menit
7. Menurunkan suhu sampai suhu 60°C
8. Memeras kain

2) Proses Iring
1. Menyiapkan larutan untuk proses iring
2. Memasukkan kain ke dalam larutan dan dipanaskan diatas bunsen dengan suhu
stabil selama 10 menit
3. Memeras kain

3) Proses Pencucian
1. Menyiapkan larutan untuk proses pencucian
2. Memasukkan kain kedalam larutan dan dipanaskan diatas bunsen dengan suhu
stabil 60°C selama 10 menit
3. Mencuci kain dengan air dingin
4. Mengeringkan kain
5. Lakukan evaluasi kain

4) Cara Evaluasi

Pengujian pengamatan visual ini dilakukan oleh empat orang pengamat. Pengamat
melukan pengamatannya tanpa tekanan atau bujukan dari pihak lain, kecuali penjelasan
arti dari penulis. Dengan menggunakan metode perangkingan terhadap kain contoh uji
didapatkan kain dengan hasil yang optimum.
1. Contoh uji disiapkan berukuran 10x15 cm dan diberi label huruf secara acak tanpa
diketahui oleh calon pengamat.
2. Pengamat berjumlah empat orang dan melakukan pengamatan secara perorangan
dan terpisah.
3. Pengamat melakukan pengamatan terhadap warna dari kain kapas dan menentukan
rangking.

Nilai hasil pengamatan visual dari empat orang pengamat dijumlahkan dan dirangking
secara ulang sesuai dengan variasi. Hasil nilai dijumlahkan sehingga diperoleh hasil akhir.
Jumlah nilai yang paling besar merupakan ketuaan warna dan kerataan yang optimum dan
paling baik.

Rangking untuk ketuaan adalah 1-10, dengan nilai 10 untuk ketuaan warna yang paling
baik dan nilai 1 untuk ketuaan warna yang kurang baik.
IV. Data Percobaan

4.1. Tabel Data Pengujian Evaluasi Ketuaan Warna

Resep Orang Orang Orang Orang Total


Rata-rata
Variasi Suhu ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 nilai

Kain Tanpa Melalui Proses Iring

40°C 30 40 30 20 120 30

60°C 50 50 50 50 200 50

80°C 90 90 90 90 360 90

100°C 70 80 70 80 300 75

Kain Melalui Proses Iring

40°C 50 50 40 50 190 47,5

60°C 60 60 60 60 240 60

80°C 80 80 80 80 320 80

100°C 100 100 100 100 400 100


4.2. Tabel Data Pengujian Evaluasi Kerataan Warna

Resep Orang Orang Orang Orang Total


Rata-rata
Variasi Suhu ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 nilai

Kain Tanpa Melalui Proses Iring

40°C 40 30 40 40 150 37,5

60°C 30 30 30 30 120 30

80°C 100 100 100 100 400 100

100°C 50 40 60 60 210 52,5

Kain Melalui Proses Iring

40°C 50 50 60 60 220 55

60°C 70 70 70 60 270 67,5

80°C 100 100 100 100 400 100

100°C 100 90 90 90 370 92,5


4.3. Tabel Hasil Pencelupan Ketuaan Warna

Kain Hasil Celup


Variasi
Non-Iring Iring

40°C

60°C

80°C

100°C
4.4. Tabel Hasil Pencelupan Kerataan Warna

Kain Hasil Celup


Variasi
Non-Iring Iring

40°C

60°C

80°C

100°C
4.5. Grafik Ketuaan Warna

Grafik Ketuaan Warna


120

100
Rata-rata Nilai

80

60

40

20

0
40 60 80 100
Suhu (°C)

Non-Iring Iring

4.6. Grafik Kerataan Warna

Grafik Kerataan Warna


120

100
Rata-rata Nilai

80

60

40

20

0
40 60 80 100
Suhu (°C)

Non Iring Iring

V. Diskusi

Dalam praktikum ini, dilakukan pencelupan kapas menggunakan zat warna


direk dengan variasi suhu pencelupan, yaitu suhu 40°C, 60°C, 80°C, dan 100°C. Di
akhir proses pencelupan, suhu larutan celup harus diturunkan terlebih dahulu agar zat
warna terfiksasi ke dalam kain secara sempurna. Setelah proses pencelupan selesai,
dilakukan proses iring yang bertujuan untuk memperbesar molekul zat warna direk
sehingga diperoleh tahan luntur yang lebih baik. Evaluasi hasil pencelupan dilakukan
dengan metode rangking secara pengamatan visual dari beberapa orang pengamat.

Dari hasil pencelupan kapas dengan zat warna direk metode exhaust dengan
variasi suhu 40°C, 60°C, 80°C, 100°C secara umum menunjukkan hasil bahwa semakin
tinggi suhu pencelupan, ketuaan warnanya semakin tinggi.

Kain dengan suhu pencelupan 40°C memiliki warna yang paling muda daripada
kain yang dicelup pada suhu 60°C, 80°C, dan 100°C. Pada umumnya dalam pencelupan
memerlukan pemanasan untuk mempercepat reaksi. Apabila suhu dinaikkan maka
jumlah zat warna yang terserap pada waktu singkat akan besar sehingga mencapai harga
tertentu, kemudian berkurang kembali. Jika ditinjau dari ketuaan warna, kain yang
diproses iring memiliki warna yang lebih tua dibandingkan kain non-iring pada masing-
masing variasi suhu pencelupan yang dilakukan. Hal ini disebabkan karena proses iring
berfungsi untuk memperbesar ukuran molekul zat warna sehingga dapat memperbaiki
ketuaan dan tahan lutur warna.

Berdasarkan hasil pengamatan kerataan, kain yang warnanya paling rata adalah
kain yang dicelup pada suhu 80°C, sedangkan kain yang kerataannya paling jelek
adalah kain yang dicelup pada suhu 60°C non-iring dan kain suhu pencelupan 40°C
yang dilakukan proses iring.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan warna tidak rata adalah pengadukan


pada saat proses pencelupan. Pengadukan yang dilakukan secara teratur dapat
meningkatkan kerataan warna yang masuk ke dalam kain. Selain itu, cara penambahan
NaCl dapat mempengaruhi kerataan penyerapan zat warna pada kain. Pada proses
pencelupan, penambahan NaCl tidak dilakukan di awal karena NaCl dapat menaikkan
tegangan permukaan dan menghambat kerja pembasah sebagai zat yang menurunkan
tegangan permukaan sehingga penyerapan zat warna menjadi tidak merata.
VI. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Kain dengan ketuaan yang sangat baik adalah kain dengan menggunakan suhu
80°C yang tidak melalui proses iring. Sedangkan pada proses iring, kain dengan
menggunakan suhu 100°C yang paling bagus
2. Kerataan yang sangat baik didapatkan pada kain yang dicelup pada suhu 80°C baik
menggunakan proses iring maupun tidak menggunakan proses iring.
VII. Daftar Pustaka

Karyana, Dede dan Elly K. 2005. Bahan Ajar Praktikum Pencelupan I (Pencelupan
Serat Kapas, Wol, dan Sutra). Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil

Rahayu, Hariyanti. 1993. Penuntun Praktikum Evaluasi Tekstil Kimia. Bandung:


Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

Anda mungkin juga menyukai