Anda di halaman 1dari 11

KONSEP DASAR

TONSILITIS

1. Pengertian
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering
ditemukan, terutama pada anak-anak atau inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi.
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta
hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus
dan Tonsilitis kronik merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut yang berulang (Mansjoer, A.
2000).
2. Etiologi
Penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi
membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap
infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang,
menyebabkan tonsillitis.
3. Patofisiologi
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial
mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear.
Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus.
Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut
dengan detritus disebut tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka
terjadi tonsillitis lakonaris.
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu
(Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka
epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid
diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar
(kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya
timbul perlengkapan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan
pembesaran kelenjar limfe submandibula.

4. Manifestasi Kinik
Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali
dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama), gejala lain
:
a. Demam, Sakit kepala
b. Muntah, Menurut Mans :
1. Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan, Tenggorokan terasa kering
2. Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan terisi
detritus
3. Tidak nafsu makan, Mudah lelah, Nyeri abdomen, Pucat, Nyeri kepala, Disfagia (sakit saat
menelan), Mual dan muntah
5. Pemeriksaan Penunjang :
 Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh pasien
merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai dengan demam renmatik, glomerulnefritis, dan
demam jengkering.
 Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
 Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik, dan obat kumur yang
mengandung desinfektan.
6. Komplikasi
Komplikasi tonsilitis akut dan kronik:
a. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi beberapa hari
setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group
b. Otitis media akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat
mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga.
c. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel mastoid.
d. Laringitis, Sinusitis, Rhinitis
8. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
 Penatalaksanaan tonsilitis akut:
a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat isap dengan
desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klindomisin.
b. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi
edema pada laring dan obat simptomatik.
c. Pemberian antipiretik.

 Penatalaksanaan tonsilitis kronik:


1. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
2. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif tidak
berhasil. Tonsilektomi menurut Firman S (2006).
 Perawatan Prabedah:
Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan, membebaskan
anak dari infeksi pernafasan bagian atas.
 Teknik Pembedahan:
Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan, pasien diposisikan terlentang
dengan kepala sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan ekstensi mulut ditahan terbuka dengan
suatu penutup dan lidah didorong keluar dari jalan. Penyedotan harus dapat diperoleh untuk
mencegah inflamasi dari darah. Tonsil diangkat dengan diseksi / quillotine.
Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara lengkap.
Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke dalam ruang post nasal yang harus
diangkat setelah pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat ditangani dengan mengadakan
ligasi pembuluh darah pada dasar tonsil.
 Penatalaksaaan Keperawatan
 Memantau tanda-tanda perdarahan
 Memberikan cairan bila muntah telah reda
 Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih nyaman dari ada kepingan
kecil).
 Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan).
 Menawarkan makanan: Es cream, crustard dingin, sup krim, dan jus.
 Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati pada pagi hari setelah
perdarahan.
 Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau banyak bumbu selama 1 minggu.
 Menggunakan ice color (kompres es) bila mau
 Memberikan analgesik
 Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.
 Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.
 Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung segera selama 1-2 minggu.
9. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Focus pengkajian:
 Wawancara
1. Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsillitis)
2. Apakah pengobatan adekuat
3. Kapan gejala itu muncul
4. Apakah mempunyai kebiasaan merokok
5. Bagaimana pola makannya
6. Apakah rutin / rajin membersihkan mulut
 Pengkajian system : Tonsilitis akan berdampak terhadap sistem tubuh lainnya dan kebutuhan dasar
manusia (Nurbaiti, 2001) meliputi :
a. Sistem Gastrointestinal
Klien sering merasa mual dan muntah, nyeri pada tenggorokan sulit untuk menelan sehingga klien
susah untuk makan dan sulit untuk tidur
b. Sistem Pulmoner
Klien sering mengalami sesak nafas karena adanya pembengkakan pada tonsil dan faring, klien
sering batuk
c. Sistem Imun
Tonsil terlihat bengkak dan kemerahan, daya tahan tubuh klien menurun, klien mudah terserang
demam
d. Sistem Muskuloskeletal
Klien mengalami kelemahan pada otot, otot terasa nyeri keterbatasan gerak, klien susah untuk
melakukan aktivitas sehari-hari
e. Sistem Endokrin
Adanya pembengkakan kelenjar getah bening, adanya pembesaran kelenjar tiroid
f. Sistem Gastointestinal
1. Nyeri pada tenggorokan, adanya virus dan bakteri
2. Nyeri saat menelan, adanya pembengkakan pada tonsil
3. Anoreksia : mual dan muntah
4. Mulut berbau
5. Bibir kering
6. Nafsu makan berkurang

g. Sistem Pernafasan
1. Sesak nafas karena adanya pembesaran pada tonsil
2. Faring hiperimisis : terdapat detritus
3. Pernafasn bising
4. Edema faring
5. Batuk
h. Sistem Imun
1. Pembengkakan kelenjar limpah leher
2. Pembesaran tonsil
3. Tonsil
4. Hiperemia
5. Demam atau peningkatan seluruh tubuh
i. Sistem Muskuloskeletal
1. Kelemahan pada otot
2. Letargi
3. Nyeri pada otot
4. Malaise
b. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan usap tenggorok:
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sebelum memberikan pengobatan, terutama bila
keadaan memungkinkan. Dengan melakukan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui kuman
penyebab dan obat yang masih sensitif terhadapnya. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan
hasil pemeriksaan fisik.
c. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
3. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan obstruksi pada tuba eustaki

10. Nursing Care Planing (NCP)


NO DX KEP NOC NIC
1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan tindakan 1.Kaji nyeri
pembengkakan keperawatan selama… R/Mengetahui daerah nyeri,
jaringan tonsil Diharapkan nyeri berkurang atau factor pencetus, berat ringan
hilang nyeri yang dirasakan
INDIKATOR IR ER 2.Ajarkan teknik relaksasi
 Mampu R/Mengajarkan apabila nyeri
mengontrol nyeri timbul
 Melaporkan nyeri 3.Obs TTV

berkurang R/Untuk mengetahui KU klien

 Mampu mengenali 4.Berikan analgetik sesuai

nyeri program

 Menyatakan rasa R/Untuk mengurangi rasa nyeri


5. Jelaskan pada pasien tentang
nyaman
sebab-sebab timbulnya nyeri
 TTV DBN
Keterangan : R/ Pemahaman pasien tentang
1. Kuat penyebab nyeri yang terjadi
2. Berat akan mengurangi ketegangan
3. Sedang 6. Atur posisi pasien senyaman
4. Ringan mungkin sesuai keinginan
5. Tidak ada pasien
R/ Posisi yang nyaman akan
membantu memberikan
kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin
7. Bantu pasien dalam identifikasi
faktor pencetus
R/ nyeri dipengaruhi oleh;
kecemasan, ketegangan, suhu,
distensi kandung kemih dan
berbaring lama
1. Kaji nutrisi klien
R/Untuk mengetahui kebutuhan
nutrisi klien
2 Ketidakseimba 2. Jelaskan pada klien tentang
ngan nutrisi pentingnya nutrisi tubuh
kurang dari Setelah dilakukan tindakan R/Menembah pengetahuan klien
kebutuhan keperawatan selama… tantang nutrisi
tubuh b/d Diharapkan nutrisi terpenuhi 3. Anjurkan makan sedikit tapi
pembengkakan INDIKATOR IR ER sering
pada tonsil  Intake makanan dan R/Meningkatkan intake nutrisi
cairan klien
 Energi 4. Anjurkan makan selagi hangat

 Berat badan R/Meningkatkan nafsu makan

Keterangan : klien
5. Anjurkan hygiene mulut
1. Keluhan ekstrim R/Meningkatkan nafsu makan
2. Keluhan berat klien
3. Keluhan sedang 6. Kolaborasi dengan ahli gizi
4. Keluhan ringan R/Untuk mengetahui gizi yang
5. Tidak ada keluhan seimbang

1. Kaji factor penyebab hipertermi


R/untuk mengetahui penyebab
2. Obs. TTV
3 R/Dapat menentukan
perkembangan perawatan
Hipertermi 3. Pertahankan suhu tubuh normal
berhubungan Setelah dilakukan tindakan R/Dapat dipengaruhi suhu
dengan proses keperawatan selama… lingkungan, aktivitas
penyakit Diharapkan suhu tubuh DBN 4. Beri kompres hangat
INDIKATOR IR ER R/Perpindahan panas secara
 Intake makanan dan konduktif
cairan 5. Berikan pakaian yang tipis yang

 Energi menyerap keringat

 Berat badan R/Proses konveksi akan

 Suhu tubuh DBN terhalang pakaian yang ketat.


6. Kolaboraso dalam pemberian
Keterangan :
antipiretik
1. Kuat
R/Menurunkan panas pada pusat
2. Berat
hipotalamus
3. Sedang
4. Ringan
1. Monitor keterbatasan aktivitas
5. Tidak ada
R/Merencanakan intervensi
dengan tepat
2. Bantu klien dalam aktivitas
sendiri
R/Klien dapat memilih dan
merencanakan nya sendiri
3. Catat tanda vital
4 R/Mengkaji sejauh mana
perubahan selama aktivitas
Intoleransi 4. Menentukan penyebab
aktivitas Setelah dilakukan tindakan intoleransi aktivitas
berhubungan keperawatan selama… R/Menentukan intervensi
dengan Diharapkan klien toleransi 5. Monitor intake output
kelemahan terhadap aktivitas R/Sumber energy klien
fisik INDIKATOR IR ER 6. Kaji tingkat intoleransi klien
 TTV DBN R/ Untuk mengetahui tingkat
 Langkah berjalan aktivitas klien guna intervensi

 Jarak jalan selanjutnya

 Kuat 7. Anjurkan klien untuk


melakukan aktivitas yang ringan
Keterangan :
R/Aktivitas yang ringan dapat
1. Keluhan ekstrim
membantu mengurangi energy
2. Keluhan berat
yang keluar
3. Keluhan sedang
8. Ajurkan klien untuk istirahat
4. Keluhan ringan
yang cukup
5. Tidak ada keluhan
R/Istirahat yang cukup dapat
mebantu meminimalkan
pengeluaran energy

1. Orientasi dengan kenyataan


R/Menimbulkan mental klien
yang positif
2. Memberikan dukungan secara
emosional
R/Meyakinkan klien bahwa
klien tidak sendiri dan ada yang
memperhatikan nya
3. Ajarkan klien perawatan telinga
sesuai indikasi
R/Agar tidak memperparah
penurunan pendengaran
4. Memperbaiki cara komunikasi
5 dengan biacar pelan didekat
klien dan tidak berteriak
R/Kebisingan dapat
mempengaruhi pendengaran
Gangguan 5. Berikan posisi yang nyaman dan
persepsi Setelah dilakukan tindakan tidak bising
sensori : keperawatan selama… R/ Agar telinga klien tidak
pendengaran Diharapkan klien toleransi tambah sakit karena kebisingan
b/d obstruksi terhadap aktivitas dapat menjadi faktor pencetus
pada tuba INDIKATOR IR ER nyeri telinga dan penurunan
eustaki  Tidak ada distorsi pendengaran
pendengaran 6. Observasi ketajaman
 Komunikasi yang pendengaran, catat apakah

dilakukan dapat kedua telinga terlibat

diterima R/ Mengetahui tingkat

Keterangan : ketajaman pendengaran pasien

1. Keluhan ekstrim dan untuk menentukan

2. Keluhan berat intervensi selanjutnya

3. Keluhan sedang 7. Anjurkan pasien dan

4. Keluhan ringan keluarganya untuk mematuhi

5. Tidak ada keluhan program terapi yang diberikan


R/ Mematuhi program terapi
akan mempercepat proses
penyembuhan

Anda mungkin juga menyukai