Tugas Akbar Lupus

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 31

1

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan

karuniaNYa sehingga kami dapat menyeklesaikan tugas kelompok mata kuliah Ilmu Dasar

Keperawatan IV (Patofisiologi). Pada makalah ini kami akan membahas tentang SLE atau

Lupus Eritomatosus Sistemik.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari

berbagai sumber yang berkaitan dengan sle atau Lupus Eritomatosus Sistemik, tak lupa

penyusun ucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah membantu atas bimbingan dan

arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah

mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.

Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,

dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai anastesi lokal dan umum yang

ditinjau dari aspek keperawatan, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh

dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan

menuju arah yang lebih baik.

Gorontalo,26 April.2017
Penulis
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 3

1. Latar Belakang ......................................................................................................... 3

BAB II TINJAUN TEORITIS ............................................................................................ 5

BAB III ASKEP TORITIS ................................................................................................. 19

BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 31

KESIMPULAN ............................................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 32


3

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin berkembangnya zaman maka semakin berkembang segala aspek bidang


khususnya bidang kesehatan dan keperawatan memuat makin meningkatnya masalh
kesehatanyang perlu diatasai dan harus mendapatkan perhatian yang besar dalam
mencapai tujuantercapainya Indonesia sehat 2011.oleh karena itu,peranan perawat dalam
menjalankantugasnya sebagai perawat harus diwujudkan dalam pengetahuan,sikap serta
keterampilanyang sangat diperlukan oleh banyak masyarakat.
Systemic lupus erytematosus (SLE) atau lupus eritematosus sistemik (LES) adalah
penyakit radang atau inflamasi multisistem yang penyebabnya diduga karena adanya
perubahan sistem imun (Albar, 2003).
Berbeda dengan HIV/AIDS, SLE adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
peningkatan sistem kekebalan tubuh sehingga antibodi yang seharusnya ditujukan untuk
melawan bakteri maupun virus yang masuk ke dalam tubuh berbalik merusak organ tubuh
itu sendiri seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit. Karena
organ tubuh yang diserang bisa berbeda antara penderita satu dengan lainnya, maka gejala
yang tampak sering berbeda, misalnya akibat kerusakan di ginjal terjadi bengkak pada
kaki dan perut, anemia berat, dan jumlah trombosit yang sangat rendah (Sukmana, 2004).
Penderita SLE diperkirakan mencapai 5 juta orang di seluruh dunia (Yayasan Lupus
Indonesia). Prevalensi pada berbagai populasi berbeda-beda bervariasi antara 3 – 400
orang per 100.000 penduduk (Albar, 2003). SLE lebih sering ditemukan pada ras-ras
tertentu seperti bangsa Afrika – Amerika, Cina, dan mungkin juga Filipina. Di Amerika,
prevalensi SLE kira-kira 1 kasus per 2000 populasi dan insiden berkisar 1 kasus per
10.000 populasi (Bartels, 2006). Prevalensi penderita SLE di Cina adalah 1 :1000
(Isenberg and Horsfall,1998). Meskipun bangsa Afrika yang hidup di Amerika
mempunyai prevalensi yang tinggi terhadap SLE, penyakit ini ternyata sangat jarang
ditemukan pada orang kulit hitam yang hidup di Afrika. Di Inggris, SLE mempunyai
prevalensi 12 kasus per 100.000 populasi, sedangkan di Swedia 39 kasus per 100.000
populasi. Di New Zealand, prevalensi penyakit ini pada Polynesian sebanyak 50 kasus per
100.000 populasi dan hanya 14,6 kasus per 100.000 populasi pada orang kulit putih
(Bartels, 2006). Di Indonesia sendiri jumlah penderita SLE secara tepat belum diketahui
tetapi diperkirakan sama dengan jumlah penderita SLE di Amerika yaitu 1.500.000 orang
(Yayasan Lupus Indonesia). Berdasarkan hasil survey, data morbilitas penderita SLE di
4

RSU Dr. Soetomo Surabaya selama tahun 2005 sebanyak 81 orang dan prevalensi
penyakit ini menempati urutan keempat setelah osteoartritis, reumatoid artritis, dan low
back pain. Di RSU Dr. Saiful Anwar Malang, penderita SLE pada bulan Januari sampai
dengan Agustus 2006 ada 14 orang dengan 1 orang meninggal dunia.

1.2 Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum


Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien demgam Systemic lupus
erytematosus (SLE)
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsep dasar teoritis penyakit Systemic lupus erytematosus
(SLE)
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan klien dengan SLE yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan dan intervensi.
1.3 Manfaat
1. Diharapkan makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan SLE
2. Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan bagi semua pembaca dan
mahasiswa tentang asuhan keperawatan dengan SLE
1.4 Manfaat
3. Diharapkan makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan SLE
4. Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan bagi semua pembaca dan
mahasiswa tentang asuhan keperawatan dengan SLE

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi Kulit
5

Kulit mempunyai tiga lapisan utama : Epidermis , Dermis dan Jaringan sub
kutis. Epidermis ( lapisan luar ) tersusun dari beberapa lapisan tipis yang mengalami
tahap diferensiasi pematangan.
Kulit ini melapisi dan melindungi organ di bawahnya terhadap kehilangan air ,
cedera mekanik atau kimia dan mencegah masuknya mikroorganisme penyebab
penyakit. Lapisan paling dalam epidermis membentuk sel – sel baru yang bermigrasi
kearah permukaan luar kulit. Epidermis terdalam juga menutup luka dan
mengembalikan integritas kulit sel – sel khusus yang disebut melanosit dapat
ditemukan dalam epidermis. Mereka memproduksi melanin , pigmen gelap kulit.
Orang berkulit lebih gelap mempunyai lebih banyak melanosit aktif.

Epidermis terdiri dari 5 lapisan yaitu :


a. Stratum Korneum
Selnya sudah mati , tidak mempunyai intisel , intiselnya sudah mati dan
mengandung zat keratin.
b. Stratum lusidum
Selnya pipih , bedanya dengan stratum granulosum ialah sel – sel sudah
banyak yang kehilangan inti dan butir – butir sel telah menjadi jernih sekali
dan tembus sinar.
Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki.
c. Stratum Granulosum
Stratum ini terdiri dari sel – sel pipih. Dalam sitoplasma terdapat butir-butir
yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin.\
d. Stratum Spinosum / Stratum Akantosum
Lapisan yang paling tebal.

e. Stratum Basal / Germinativum


Stratum germinativum menggantikan sel – sel yang diatasnya dan merupakan
sel – sel induk.
Dermis terdiri dari 2 lapisan :
o Bagian atas , papilaris ( stratum papilaris )
o Bagian bawah , retikularis ( stratum retikularis )
Kedua jaringan tersebut terdiri dari jaringan ikat longgar yang
tersusun dari serabut – serabut kolagen , serabut elastis dan serabut
6

retikulus. Serabut kolagen untuk memberikan kekuatan pada kulit.


Serabut elastis memberikan kelenturan pada kulit.
Retikulus terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel
rambut dan memberikan kekuatan pada alat tersebut.
Subkutis
Terdiri dari kumpulan – kumpulan sel – sel lemak dan diantara
gerombolan ini berjalan serabut – serabut jaringan ikat dermis.

Fungsi kulit :
- Proteksi – Pengatur suhu
- Absorbsi – Pembentukan pigmen
- Eksresi – Keratinisasi
- Sensasi – Pembentukan vit D
( Syaifuddin , 1997 : 141 – 142 )

B. Defenisi Sistemik Lupus Eritematosis (SLE)


7

SLE (Sistemisc lupus erythematosus) adalah penyakti radang multisistem yang


sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan
fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam
autoantibodi dalam tubuh.

Penyakit Lupus merupakan penyakit kelebihan kekebalan tubuh. Penyakit


lupus terjadi akibat antibody berlebihan, sehingga tidak berfungsi menyerang virus,
kuman atau bakteri yang ada di tubuh, melainkan justru menyerang system kekebalan
sel dan jaringan tubuh sendiri.

SLE merupakkan suatu penyakit radang atau inflamasi multi system yang
disebabkan oleh banyak faktor ( inserbg and horsfall ) dan karakteristik oleh adanya
gangguan gangguan disgerulasi sistem imun berupa pengangkatan sistem imun dan
produksi auto anti body yang berlebihan ( albar,2003).

Lupus merupakan penyakit yang menyerang perubahan system kekebalan


perorangan, yang sampai kini belum diketahui penyebabnya. Penyakit ini muncul
akibat kelainan fungsi system kekebalan tubuh.

Penyakit lupus yang dalam bahasa kedokterannya dikenal sebagai systemic


lupus erithematosus (SLE) adalah penyakit radang yang menyerang banyak system
dalam tubuh, dengan perjalanan penyakit biasa akut atau kronis, dan disertai adanya
antibody yang menyerang tubuhnya sendiri.

C. Epidemiologi
8

Dalam 30 tahun terakhir, SLE menjadi salah satu penyakit reumatik utama di
dunia. Prevalensi pada berbagai populasi yang berbeda – beda berpariasi antara
2.9/100 000 sampai 400/100 000. SLE ditemukan pada berbagai usia, tetapi paling
banyak ditemukan pada 15 – 40 tahun. ( Masa Reproduksi ) Kejadian kasus pada
wanita lebih besar dibandingkan pada Pria berkisar antara 9 : 1.

D. Klasifikasi
Penyakit Lupus yang diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu :
1. Dicoid Lupuslesi berbentuk lingkaran atau cakram dan ditandai oleh batas
erithemayang meninggi, skuama, sumbatan falikuler dan telangiektasia. Lesi
initimbul dikulit kepala, telinga, wajah, lengan, punggung dan dada.
Penyakitini menimbulkan kecacatan karena lesi ini memperlihatkan jaringan
parut.
2. Sistemik lupus erythematous SLE merupakan penyakit radang atau inflamasi
multisistem yangdisebabkan oleh banyak faktor dan karekteristik oleh adanya
gangguandisgerulasi sistem imun berupa peningkatan sistem imun dan
produksi.Autoantibody yang berlebihan terbentuknya auto antibodi
terhadapdSDNA, berbagai macam ribonuklea protein intraseluler, sel-sel darah
danfosfolipid dan dapat menyebabkan jaringan melalui mekanisme pengaktifan
komplemen
3. Lupus Yang diinduksikan oleh obatLupus yang disebabkan oleh induksi
tertentu khususnya pada asetilator lambat yang mempunyai gen HLA DP-4
menyebabkan asetilatasi akanmenjadi lambat. Obat banyak terakumulasi
ditubuh sehinggan memberikankesempatan obat untuk berikatan dengan
protein tubuh. Hal ini direspon benda asing oleh tubuh sehingga tubuh manusia
membentuk kompleksantibody antinuklir ( ANA ) untuk menyerang benda
asing tersebut.

E. Etiologi

Dalam keadaan normal, sistem kekebalan berfungsi mengendalikan pertahanan


tubuh dalam melawan infeksi.
Pada lupus dan penyakit autoimun lainnya, sistem pertahanan tubuh ini berbalik melawan
tubuh, dimana antibodi yang dihasilkan menyerang sel tubuhnya sendiri. Antibodi ini
menyerang sel darah, organ dan jaringan tubuh, sehingga terjadi penyakit menahun.
Mekanisme maupun penyebab dari penyakit autoimun ini belum sepenuhnya dimengerti.
9

Penyebab dari lupus tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor lingkungan dan
keturunan ( genetic ).
Beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu timbulnya lupus:
· Infeksi
· Antibiotik (terutama golongan sulfa dan penisilin)
· Sinar ultraviolet
· Stres yang berlebihan
· Obat-obatan tertentu
· Hormon.

Meskipun lupus diketahui merupakan penyakit keturunan, tetapi gen penyebabnya tidak
diketahui. Penemuan terakhir menyebutkan tentang gen dari kromosom 1.
Hanya 10% dari penderita yang memiliki kerabat (orang tua maupun saudara kandung) yang
telah maupun akan menderita lupus.
Statistik menunjukkan bahwa hanya sekitar 5% anak dari penderita lupus yang akan
menderita penyakit ini.
Lupus seringkali disebut sebagai penyakit wanita walaupun juga bisa diderita oleh pria.
Lupus bisa menyerang usia berapapun, baik pada pria maupun wanita, meskipun 10-15 kali
lebih sering ditemukan pada wanita.
Faktor hormonal mungkin bisa menjelaskan mengapa lupus lebih sering menyerang
wanita. Meningkatnya gejala penyakit ini pada masa sebelum menstruasi dan/atau selama
kehamilan mendukung keyakinan bahwa hormon (terutama estrogen) mungkin berperan
dalam timbulnya penyakit ini.
Meskipun demikian, penyebab yang pasti dari lebih tingginya angka kejadian pada wanita
dan pada masa pra-menstruasi, masih belum diketahui.
Kadang-kadang obat jantung tertentu (hidralazin, prokainamid dan beta-bloker) dapat
menyebabkan sindroma mirip lupus, yang akan menghilang bila pemakaian obat dihentikan.
Lupus yang diinduksi oleh obat
Lupus yang disebabkan oleh induksi obat tertentu khususnya pada asetilator lambat
yang mempunyai gen HLA DR-4 menyebabkan asetilasi obat menjadi lambat, obat banyak
terakumulasi di tubuh sehingga memberikan kesempatan obat untuk berikatan dengan protein
tubuh. Hal ini direspon sebagai benda asing oleh tubuh sehingga tubuh membentuk kompleks
antibodi antinuklear (ANA) untuk menyerang benda asing tersebut (Herfindal et al., 2000).
10

Tabel II.1 Obat yang menginduksi SLE (Herfindal et al.,2000).


Definitely Possible Unlikely
Hidralazin Antikonvulsan Propitiourasil Griseofulvin
Prokainamid Fenitol Metimazol Penisilin
Isoniazid Karbamazepin Penisilinamin Garam emas
Klorpromazin
Metildopa Asam valproat Sulfasalazin
Etosuksimid Sulfonamid
β-bloker Nitrofurantoin
Propranolol Levodopa
Metoprolol Litium
Labetalol Simetidin
Acebutolol Takrolimus
Kaptropil
Lisinopril
Enalapril
Kontrasepsi oral
Ket : definitely : tinggi, possible : sedang, unlikely : rendah
11

F. Manifestasi klinik
Jumlah dan jenis antibodi pada lupus, lebih besar dibandingkan dengan pada
penyakit lain, dan antibodi ini (bersama dengan faktor lainnya yang tidak diketahui)
menentukan gejala mana yang akan berkembang. Karena itu, gejala dan beratnya
penyakit, bervariasi pada setiap penderita.
Perjalanan penyakit ini bervariasi, mulai dari penyakit yang ringan sampai
penyakit yang berat. Gejala pada setiap penderita berlainan, serta ditandai oleh masa
bebas gejala (remisi) dan masa kekambuhan (eksaserbasi).
Pada awal penyakit, lupus hanya menyerang satu organ, tetapi di kemudian hari akan
melibatkan organ lainnya.
 Otot dan kerangka tubuh
Hampir semua penderita lupus mengalami nyeri persendian dan
kebanyakan menderita artritis. Persendian yang sering terkena adalah
persendian pada jari tangan, tangan, pergelangan tangan dan lutut. Kematian
jaringan pada tulang panggul dan bahu sering merupakan penyebab dari
nyeri di daerah tersebut.
 Kulit
Pada 50% penderita ditemukan ruam kupu-kupu pada tulang pipi dan
pangkal hidung. Ruam ini biasanya akan semakin memburuk jika terkena
sinar matahari. Ruam yang lebih tersebar bisa timbul di bagian tubuh lain
yang terpapar oleh sinar matahari.
 Ginjal
Sebagian besar penderita menunjukkan adanya penimbunan protein di
dalam sel-sel ginjal, tetapi hanya 50% yang menderita nefritis lupus
(peradangan ginjal yang menetap). Pada akhirnya bisa terjadi gagal ginjal
sehingga penderita perlu menjalani dialisa atau pencangkokkan ginjal.
 Sistem saraf
Kelainan saraf ditemukan pada 25% penderita lupus. Yang paling
sering ditemukan adalah disfungsi mental yang sifatnya ringan, tetapi
kelainan bisa terjadi pada bagian manapun dari otak, korda spinalis maupun
sistem saraf. Kejang, psikosa, sindroma otak organik dan sakit kepala
merupakan beberapa kelainan sistem saraf yang bisa terjadi.
 Darah ( hematologi )
Kelainan darah bisa ditemukan pada 85% penderita lupus. Bisa
terbentuk bekuan darah di dalam vena maupun arteri, yang bisa
menyebabkan stroke dan emboli paru. Jumlah trombosit berkurang dan
tubuh membentuk antibodi yang melawan faktor pembekuan darah, yang
12

bisa menyebabkan perdarahan yang berarti. Seringkali terjadi anemia akibat


penyakit menahun.
 Jantung
Peradangan berbagai bagian jantung bisa terjadi, seperti perikarditis,
endokarditis maupun miokarditis. Nyeri dada dan aritmia bisa terjadi sebagai
akibat dari keadaan tersebut.
 Paru-paru
Pada lupus bisa terjadi pleuritis (peradangan selaput paru) dan efusi
pleura (penimbunan cairan antara paru dan pembungkusnya). Akibat dari
keadaan tersebut sering timbul nyeri dada dan sesak nafas.

 Gejala dari penyakit lupus:


- demam
- lelah
- merasa tidak enak badan
- penurunan berat badan
- ruam kulit
- ruam kupu-kupu
- ruam kulit yang diperburuk oleh sinar matahari
- sensitif terhadap sinar matahari
- pembengkakan dan nyeri persendian
- pembengkakan kelenjar
- nyeri otot
- mual dan muntah
- nyeri dada pleuritik
- kejang
- psikosa.

 Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:


- hematuria (air kemih mengandung darah)
- batuk darah
- mimisan
- gangguan menelan
- bercak kulit
- bintik merah di kulit
- perubahan warna jari tangan bila ditekan
- mati rasa dan kesemutan
- luka di mulut
- kerontokan rambut
- nyeri perut
- gangguan penglihatan.

G. Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang
menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini
ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal ( sebagaimana
13

terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan
lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti
hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan
di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE-
akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat
fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun
dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya
serangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.

H. Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan darah/ hematologi


Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi antinuklear, yang terdapat
pada hampir semua penderita lupus. Tetapi antibodi ini juga bisa ditemukan pada
penyakit lain. Karena itu jika menemukan antibodi antinuklear, harus dilakukan
juga pemeriksaan untuk antibodi terhadap DNA rantai ganda. Kadar yang tinggi
dari kedua antibodi ini hampir spesifik untuk lupus, tapi tidak semua penderita
lupus memiliki antibodi ini.
 Pemeriksaan serum : anemia sedang hingga berat, trombositopenia,
leukositosis atau leukopenia
 Tes antibody / Te s imunologi
 Ruam kulit atau lesi yang khas
 CBC
 Hb atau platelet
 X- Ray Dada menunjukkan pleuritis atau pericarditis dan pemeriksaan dada
dengan bantuan stetoskop menunjukkan adanya gesekan pleura atau jantung
 Tes Urine Analisa air kemih menunjukkan adanya darah atau protein
 Hitung jenis darah menunjukkan adanya penurunan beberapa jenis sel darah
 Biopsi ginjal
 Pemeriksaan saraf.

I. Penatalaksanaan
 Penatalaksanaan Keperawatan
 Terapi terdiri dari terapi suportif yaitu diit tinggi kalori tinggi protein dan
pemberian vitamin
14

Beberapa prinsip dasar tindakan pencegahan eksaserbasi pada SLE,yaitu:


 Monitoring teratur
 Penghematan energi dengan istirahat terjadwal dan tidur cukup
 Fotoproteksi dengan menghindari kontak sinar matahari atau dengan
pemberian sun screen lotion untuk mengurangi kontak dengan sinar
matahari
 Atasi infeksi dengan terapi pencegahan pemberian vaksin dan antibiotik
yang adekuat.
 Diet
Restriksi diet ditemukan terapi yang d berikan. Sebagian besar pasien
memerlukan kortikosteroid, dan saat itu diet yang di perbolehka adalah yang
mengandung cukup kalsium, rendah lemak dan rendah garam. Pasien di sarankan
berhati-hati dengan suplemen makanaan dan obat tradisional.
 Aktivitas
Pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal. Olaharaga di perlukan untuk
mempertahankan densitas tulang dan BB normal. Tetapi tidak boleh berlebihan
karna lelah dan stressering di hubungkan dengan ke kambuhan. Psien disarankan
untuk menghindari sinar matahari, bila terpaksa harus terpapar matahari harus
menggunakan crim pelindung matahari setiap 2 jam. Lampu fluoresscence juga
dapat meningkatkan timbulnya lesi kulit pada pasien SLE.

 Penatalaksanaan Medis
a. Tes Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium mencakup pemeriksaan:
• Hematologi: ditemukan anemia, leukopenia, trombositopenia
• kelainan imunologis: ditemukan sel LE, antibodi antinuklear, komplemen
serum menurun trioglobulin, faktor reumatoid dan uji terhadap lues yang
positif (semu).
Pemeriksaan khusus :
• Biopsi ginjal
• Biopsi kulit
• Pemeriksaan imunofluoresensi direk menunjukan deposit IgG granular pada
dermaepidermal junction, baik pada lesi kulit yang aktif (90%) maupun pada
kulit yang tidak terkena (70%).
b. Terapi
1) Obat-obatan non-steroidal anti inflammatory, seperti ibuprofen (advil &
motrin), naproxen, naprosyn (aleve), clinoril, feldene, voltaren membantu
15

mengurangi peradangan dan sakit pada otot-otot, sendi-sendi, dan


jaringan-jaringan lain
2) Obat-obatan corticosteroid, seperti prednison, prednisolone, medrol,
deltasone, cortison. dapat mengurangi peradangan dan memugarkan
kembali fungsi ketika penyakit aktif. Corticosteroids terutama berguna
ketika organ-organ internal terlibat. Corticosteroids dapat diberikan secara
oral, disuntikkan langsung kedalam sendi-sendi dan jaringan-jaringan lain,
atau dimasukkan melalui urat nadi (intravenously). Sayangnya,
corticosteroids mempunyai efek-efek sampingan yang serius jika diberikan
dalam dosis tinggi untuk periode-periode waktu yang panjang, termasuk
penambahan berat badan, penipisan dari tulang-tulang dan kulit, infeksi,
diabetes, muka yang bengkak, katarak, dan kematian (necrosis) dari sendi-
sendi besar.
3) Obat-obatan anti malaria sangat efektif untuk persendian yang sakit, luka
kulit dan borok di dalam hidung atau mulut, dan gejala kutaneus,
muskuloskeletal dan sistemik ringan. Obat anti malaria yang sering
diberikan adalah plaquonil (hydroxichloroquine). Efek-efek sampingannya
meliputi diare, gangguan perut, dan perubahan-perubahan pigmen mata.
Perubahan-perubahan pigmen mata adalah jarang, namun memerlukan
pengawasan (monitoring), dan mengurangi secara signifikan frekuensi dari
gumpalan-gumpalan darah abnormal pada pasien-pasien dengan SLE
sistemik.
4) Immunosuppressants/ chemotherapy. Obat ini untuk menyetop over
aktifitas sistem kekebalan dan juga membantu membatasi kerusakan yang
terjadi dan mengembalikan fungsi organ. (lupus bukan sejenis cancer)
disebut obat-obat cytotoxic. Obat-obat peneken imunitas digunakan untuk
merawat pasien-pasien dengan manisfestasi-manifestasi yang lebih berat
dari SLE dengan kerusakan pada organ-organ internal. Contoh-contoh dari
obat-obat peneken kekebalan termasuk methotrexate (Rheumatrex,
Trexall), azathioprine (Imuran), cyclophosphamide (Cytoxan),
chlorambucil (Leukeran), dan cyclosporine (Sandimmune). Semua obat-
obat peneken kekebalan dapat menekan secara serius jumlah sel darah dan
meningkatkan risiko infeksi dan perdarahan. Efek-efek sampingan lainnya
adalah khas untuk setiap obat. Contohnya, Rheumatrex dapat
16

menyebabkan keracunan hati, sedangkan Sandimmune dapat menggangu


fungsi ginjal.
5) Penelitian baru-baru ini mengindikasikan keuntungan-keuntungan dari
rituximab (Rituxan) dalam merawat lupus. Rituximab adalah suatu
antibodi yang diinfus melalui urat nadi yang menekan suatu sel darah putih
yang tertentu, sel B, dengan mengurangi jumlahnya didalam sirkulasi. Sel-
sel B telah ditemukan memainkan suatu peran pusat pada aktivitas lupus,
dan ketika mereka ditekan, penyakitnya cenderung menuju remisi.
Pada pertemuan National Rheumatology tahun 2007, ada suatu
makalah yang disajikan menyarankan bahwa tambahan makanan dari
minyak ikan omega-3 dalam dosis rendah dapat membantu pasien-pasien
lupus dengan mengurangi aktivitas penyakit dan kemungkinan mengurangi
risiko penyakit jantung.

J. Komplikasi

o Vaskulitis (radang pembuluh)


o Pericarditis
o Myocarditis
o Anemia hemolitik
o Intravaskular thrombosis
o Glukokortikoid disebut juga sebagai salah satu pilihan obat untuk pasien SLE.
Namun, obat ini bisa juga memperburuk kondisi SLE jika diberikan dengan
dosis yang tinggi.

K. Pencegahan

Penderita SLE sebenarnya bisa hidup dengan normal asalkan mampu mencegah atau
melindungi diri dari penyebab atau pemicu SLE. Hal-hal yang bisa dilakukan antara
lain:

a) Hindari sinar matahari berlebih. Jika keluar rumah pada siang hari biasakan
untuk pakai payung atau topi. Pakaian yang dianjurkan adalah pakaian lengan
panjang. Bagi anda yang pekerja kantor hindari sinar matahari dari jendela
b) Cukup istirahat dan hindari kegiatan yang terlalu sibuk juga bermanfaat.
c) Makan makanan sehat dan berolahraga secara teratur.
17

d) Hindari infeksi misalnya infeksi dari tato atau infeksi lainnya. Karena
sebagian besar obat untuk SLE menekan sistem imun, sehingga sangat
diharapkan agar penderita SLE untuk menghindari infeksi.
e) Bagi remaja perempuan sangat dianjurkan untuk tidak mengonsumsi obat-
obatan yang mengandung hormon estrogen.

L. Pengobatan

Sampai sekaramg, SLE memang belum dapat disembuhkan secara sempurna.


Meskipun demikian, pengobatan yang tepat dapat menekan gejala klinis dan
komplikasi yang mungkin terjadi. Program pengobatan yang tepat bersifat sangat
individual tergantung gambaran klinis dan perjalanan penyakitnya. Pada umumnya,
penderita SLE yang tidak mengancam nyawa dan tidak berhubungan dengan
kerusakan organ vital dapat diterapi secara konservatif.

Terapi konservatif biasanya menggunakan anti- inflamasi non- steroid


9indometasin, asetaminofen, ibuprofen), salisilat, kortikosteroid dosis rendah dan
antimalaria. Sedangkan terapi agresif menggunakan kortikosteroid dosis tinggi dan
imunosupresif.
18

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN LUPUS

1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur jenis kelamin, agama alamat,tanggal masuk, tanggal
pengkajian, nama penanggung jawab.
b. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang dirasakan klien atau alasan sehingga klien dirawat
klien mengeluh nyeri, demam, lelah, merasa tidak enak badan , penurunan berat
badan, ruam kulit, mual dan muntah, sensitive terhadap sinar matahari sehingga
kulit ruam.
c. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang

Apakah keluhan klien pada saat melakukan pengkajian, biasa berupa tanda
dan gejala dari penyakit SLE seperti demam, lelah, merasa tidak enak
badan ,penurunan berat badan, nyeri pada dada, ruam kulit, mual dan
muntah ( anoreksia ), pembengkakan dan nyeri persendian, kaku, nyeri
otot dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.

 Riwayat kesehatan dahulu

Apakah klien mempunyai riwayat menderita penyakit infeksi, riwayat


pemakaian antibiotic (terutama golongan sulfa dan penisilin), riwayat
19

pemakaian lama obat ( hidralazin, prokainamid dan beta-bloker ) dan


riwayat stres yang berlebihan.

 Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit infeksi menular,


dan penyakit keturunan, penyakit kelainan darah dan penyakit seperti yg di
alami klien.

d. Riwayat psikososial
o Kondisi psikologis pasien
o Kecemasan
o Respon pasien terhadap penyakit yang dialaminya

e. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum :

Bagaimana keadaan klien, biasanya pada klien dengan SLE mengalami


demam, lelah dan letih, suhu umumnya terjadi peningkatan suhu tubuh,
Tekanan Darah akan meningkat terutama bila terdapat masalah pada ginjal.

b. Sistem Persyarafan
Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea
ataupun manifestasi SSP lainnya.

c. Sistem Kardiovaskuler

Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura.


Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan
gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan
permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tanga.

d. Sistem Pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura
e. Sistem Musculoskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku
pada pagi hari
20

f. Sistem Vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler,
eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan
ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.

g. Sistem Integument
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang
melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa
pipi atau palatum durum. Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit
kepala, muka atau leher.

h. Sistem Sensori
Pada mata, konjungtiva anemis
i. Sistem Perkemihan
Edema dan hematuria

f. Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan darah/ hematologi
 Pemeriksaan serum : anemia sedang hingga berat,
trombositopenia, l e u k o s i t o s i s a t a u l e u k o p e n i a
 Tes antibody / Te s imunologi
 X- Ray Dada
 Tes Urine Analisa

ANALISA DATA
No Data- data Masalah Keperawatan Etiologi
1 Data Subjektif Nyeri Inflamasi dan
- Klien mengatakan dada terasa kerusakan jaringan
nyeri.
- Klien mengatakan nyeri pada
persendian
- Klien mengatakan nyeri otot
Data Objetif
- Nyeri dada
- Wajah meringis kesakitan.
- Gelisah.
- Perubahan nadi dan TD.
2. Data Subjektif Intoleransi aktivitas Penurunan rentang
- Klien mengatakan badan terasa gerak, kelemahan otot,
21

letih dan lelah rasa nyeri pada saat


- Klien mengatakan nyeri pada otot,
bergerak, keterbatasan
persendian dan rasa kaku pada
daya tahan fisik
pagi hari
- Klien mengatakan terasa nyeri
ketika bergerak
- Klien mengatakan dada terasa
nyeri.
Data Objektif
- Terdapat pembengkakan sendi
- Perubahan nadi dan TD.
- Nyeri dada
- Konjungtiva anemis
- Aktivitas klien di bantu
3. Data Subjektif Gangguan Integritas Perubahan fungsi
- Klien mengatakan kulit (leher, kulit barier kulit, perubahan
hidung dan pipi/ muka) memerah/ dan ketergantungan
ruam kupu-kupu fisik serta psikologis
- Klien mengatakan bila terkena
yang diakibatkan
matahari lansung kulit jadi/ mudah
penyakit kronik.
memerah

Data Objektif
- Terdapat ruam pada kulit (leher,
hidung dan pipi/ muka)
- Terdapat lesi akut berupa ruam
eritematous, plak eritematous pada
kulit kepala, muka atau leher.
- Kulit sensitive terhadap sinar
matahari
- Perubahan barier kulit

Data Subjektif
- Klien mengatakan malu dengan
4. Perubahan dan
keadaanya
- Klien mengatakan wajah tampak Gangguan citra tubuh ketergantungan fisik
jelek ( ruam dan plak pada pipi ) ( body image ) serta psikologis yang
Data Objektif diakibatkan penyakit
22

- Terdapat lesi akut berupa ruam kronik


eritematous, plak eritematous pada
kulit kepala, muka atau leher
- Klien kurang percaya diri

Data Subjektif
- Klien mengeluhkan mual muntah
- Klien mengatakan merasa tidak
Anoreksia ( mual
enak badan
5. - Klien mengeluh letih Resti Nutrisi kurang muntah )
Data Objektif dari kebutuhan tubuh
 Penurunan BB
23

2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman ; nyeri berhubungan dengan imflamasi dan kerusakan
jaringan
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Penurunan rentang gerak, kelemahan
otot, rasa nyeri pada saat bergerak, keterbatasan daya tahan fisik
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Perubahan fungsi barier kulit
4. Gangguan citra tubuh ( body image ) berhubungan dengan perubahan dan
ketergantungan fisik serta psikologis yang diakibatkan penyakit kronik
5. Resti nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Anoreksia ( mual muntah
)

3. Rencana Asuhan Keperawatan/ intervensi


NOC
N Dx. ( Tujuan dan Intervensi Aktivitas Implementasi
o Keperawatan Kriteria Hasil )
1 Gangguan rasa Tujuan :  Manaje - Lakukan  Melakukan
nyaman ; nyeri  Nyeri dapat men nyeri penilaian nyeri Manajemen

berkurang secara Nyeri

Defenisi : komprehensif
Sensori yang Kriteria Hasil : dimulai dari lokasi
tidak  Kontrol nyeri - Kaji
menyenangkan  Tingkat kenyamanan
dan kenyamanan secara nonverbal
pengalaman  Tingkatan - Pastikan
emosional nyeri klien mendapatkan
yang muncul perawatan dengan
24

secara actual analgesik


atau potensial, - Gunakan
kerusakan komunikasi yang
jaringan atau teraupetik agar
menggambarka klien dapat
n adanya menyatakan
kerusakan pengalamannya
jaringan. terhadap nyeri
- Pertimbangk
an pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
- Tentukan
dampak nyeri
terhadap
kehidupan sehari-
hari
- Menyediaka
n informasi
tentang nyeri
 Pemberi - Mendorong
an analgesic klien dalam
meminitor  Mem

nyerinya sendiri berikan


Analgesic
 Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
hebatnya nyeri
sebelum mengobati
pasien
 Cek order medis
mengenai obat,
dosis, dan frekuensi
analgesik yang
25

diberikan
 Cek riwayat alergi
obat
 Evaluasi
kemampuan pasien
untuk berpartisipasi
dalam pemilihan
analgesik
 Pilih analgesik yang
tepat
 Tentukan pilihan
analgesik
 Pilih rute IV
daripada IM untuk
nyeri
 Monitor tanda-
2 Intoleransi Tujuan :
 Manaje tanda vital sebelum
. aktivitas  Energy
man Energi dan sesudah  Mela
conservation
Defenisi : pemberian obat kukan
 Self Care :
Ketidakcukupa analgesic Manajeman
n energu secara ADLs
 Observasi adanya Energi
fisiologis Kriteria Hasil : pembatasan klien
maupun
 Berpartisipasi dalam melakukan
psikologis
aktivitas
untuk dalam aktivitas
meneruskan  Dorong anak
atau fisik tanpa
untuk
menyelesaikan disertai mengungkapkan
aktifitas yang perasaan terhadap
diminta atau peningkatan
keterbatasan
aktifitas sehari tekanan darah,
hari.  Kaji adanya
nadi dan RR
bourgeois yang
 Mampu
menyebabkan
melakukan kelelahan
aktivitas sehari  Monitor nutrisi
hari (ADLs) dan sumber energi
tangadekuat
secara mandiri
 Monitor pasien
akan adanya
kelelahan fisik
26

dan emosi secara


berlebihan
 Therapy
 Monitor respon
kardivaskuler
terhadap aktivitas  Mem
berikan
 Monitor pola
tidur dan lamanya terapi
tidur/istirahat
pasien

o Kolaborasikan
dengan Tenaga
Rehabilitasi
Medik
dalammerencana
kan progran
terapi yang tepat.
o Bantu klien
untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu
dilakukan
o Bantu untuk
memilih aktivitas
konsisten
yangsesuai
dengan
kemampuan
fisik, psikologi
dan social
o Bantu untuk
mengidentifikasi
dan mendapatkan
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
o Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi
roda, krek
27

o Bantu untu
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
o Bantu klien
untuk membuat
jadwal latihan
diwaktu luang
o Bantu
pasien/keluarga
3 Tujuan : untuk
mengidentifikasi
.  Dapat kekurangan
menyembuhka  Manajemen dalam
Gangguan
beraktivitas
integritas kulit n jaringan Obat
o Sediakan
Defenisi : penguatan positif
Kriteria Hasil :
Kerusakan bagi yang aktif  Mela
 Integritas beraktivitas
Epidermis dan kukan
jaringan :
o Bantu pasien manajemen
dermis lapisan membran kulit untuk
kulit dan mokosa mengembangkan obat
motivasi diri dan
 Penyembuhan
penguatan
luka : tujuan
o Monitor respon
primer
fisik, emosi,
 Penyembuhan social dan
luka : tujuan spiritual
sekunder

 Pengaturan  Kaji obat- obat yang

posisi dibutuhkan dan


berikan sesuai resep
 Kaji kemampuan
pasien dalam
 Melakukan
melaksanakan
pengaturan
pengobatan
posisi
 Monitor keefektifan
pemberian obat
 Monitor efek
28

teraupetik
pengobatan obat
 Monitor efek buruk
obat

o Tempatkan
pasien pada tempat
 Perawatan
tidur yang sesuai
luka
o Gunakan pada
posisi tidur yang
kuat dan kokoh
o Posisi  Mela
kesejajaran tubuh kukan
yang baik perawatan
o Memperbaiki luka
o Perawatan bagian tubuh yang
terkena, sesuai
kulit :
kebutuhan
pengobatan
o Immobilisasi
topical
atau sokong bagian
tubuh yang terkena,
o Melakukan
sesuai kebutuhan
perawatan
kulit :
 Catat karakteristik pengobatan
4 luka topical
. Tujuan :  Bersihkan area yang
 Dapat rusak pada air
 Pengontrolan
menerima diri mengalir
Gangguan citra dorongan
apa adanya  Perawatan luka
tubuh ( body
 Gunakan salep kulit
image )
Kriteria Hasil : yang tepat
Defenisi :
 Menerima
Kebingungan pengungkapan  Moti
 Hindari penggunaan
tentang penerimaa diri vasi klien/
alas kasur yang
gambaran kasar berikan
mental fisik
29

pribadi  Bersihkan dengan dorongan


sabun anti bakteri positif
 Gunakan pakaian
yang longgar
 Gunakan antibiotic
topical
 Dokumentasikan
karusakan jaringan

- Bantu klien untuk


mengidentifikasi
masalah
- Bantu klien klien
memberikan
dorongan
- Berikan
reinforcement
positif
- Dorong klien untuk
menhargai diri
sendiri
- Bantu klien untuk
memilih tindakan
yang paling
menguntungkan
- Gunakan rencana
modifikasi tingkah
laku yang
disarankan
30

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Lupus merupakan suatu kondisi inflamasi kronik yang disebabkan


oleh penyakit autoimun. Ia muncul karena adanya aktivitas sistem kekebalan
tubuh (zat anti-bodi) yang berlebihan. Anti-bodi yang sebenarnya adalah
benteng pertahanan terhadap berbagai gangguan penyakit, pada lupus justru
bertingkah “aneh”. Salah satu faktor di bagian kulit adalah pengaruh cahaya
sinar matahahari.

Tahap awal gejala yang ditimbulkan mirip gejala penyakit pada


umumnya, misalkan demam tinggi, peradangan pada kulit, sariawan, radang
sendi atau radang pada sendi dan otot. Tidak heran jika banyak orang yang
menduga bahwa dirinya hanya sekedar mengalami gangguan kesehatan
biasa, seperti rematik, tifus atau gejala penyakit lain. Oleh karena itu, lupus
kerap dijuluki sebagai “si peniru ulung”.

Menghadapi kasus lupus diperlukan banyak penanganan berbeda.


Namun yang terpenting, jika seseorang diketahui telah menemukan empat
dari sebelas kriteria lupus diatas, hendaknya segera memeriksakan diri secara
seksama ke dokter untuk mendapat perawatan intensif serta pengobatan yang
cepat dan tepat guna.
31

DAFTAR PUSTAKA

1. Doenger,Maylih .E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC:Jakarta.
2. Betz,Cecily L.2002.Buku Saku Keperawatan Pediatric e/3.EGC:Jakarta.

3. Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta : FKUI

4. Price, Sylvia. A dan Wilson, lorraince. M. 2004. Patofisiologi. Edisi 4. Volume 2. Jakarta:
EGC

5. Price, Sylvia. A dan Wilson, lorraince. M. 2006. Patofisiologi Edisi 6. Volume 2 Jakarta :
EGC

6. Albar, Zuljasri. 2004. Ilmu Penyakit dalam. Edisi 3. Jakarta : FKUI

7. Dongoes, Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku

Anda mungkin juga menyukai