Disusun oleh:
125090707111001
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
Mengetahui,
Ketua Jurusan Fisika Direktur PT. Hamparan Alam
FMIPA Universitas Brawijaya Nusantara
i
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga terselesaikannya Laporan Kuliah Kerja Lapang yang berjudul
Penyelidikan Mangaan (Mn) secara geofisika serta pemetaan geologi permukaan,
sumur uji pada blok Naip dan hidrogeologi pada lapangan PT. Hamparan Alam
Nusantara. Terwujudnya laporan ini tak lepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan beberapa
pihak yang telah membantu, maka penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat dan karunia sehingga dapat
menyelesaikan laporan ini
2. Keluarga penulis, Bapak, Ibu dan Adik di rumah. Dimana peran dan pengorbanan
yang dilakukan mereka sangat besar dalam mendukung pelaksanaan beserta
penyusunan laporan KKL ini.
3. PT. Hamparan Alam Nusantara, sebagai institusi yang telah memberikan
kesempatan untuk melakukan Kuliah Kerja Lapangan.
4. Bapak Kosmas D. Boymau, S.Pd, SH, MM selaku pembimbing Kuliah Kerja
Lapang dan kerjasama yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk
melakukan KKL di PT. Hamparan Alam Nusantara.
5. Bapak Drs. Hartono Wandy selaku pemilik perusahaan, yang mengizinkan kita
untuk melakukan Kuliah Kerja Lapang di PT. Hamparan Alam Nusantara.
6. Bapak Dr. Sukir Maryanto, S.Si., MSi., Ph. D., selaku ketua Jurusan Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya.
7. Bapak Dr. Sunaryo, S.Si.,Msi., selaku ketua Program Studi Geofisika, Jurusan
Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya.
8. Bapak Adi Susilo, Ph. D., selaku sebagai dosen pembimbing KKL di kampus
Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya.
9. Keluarga Besar Tapatfeto yang telah membantu dalam tempat tinggal, akomodasi,
pengurusan izin ke kesbangpol, dan izin masuk ke perusahaan, dll.
10. Bapak Sammy yang telah menjadi driver selama kami berada di Kabupaten Timor
Tengah Selatan.
ii
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
11. Chusnul Fuad, Ailen M. Tapatfeto, dan Jordi Mahardika Puntu yang telah
mendukung, saling mengingatkan, saling membantu, dan saling kerjasama dalam
terlaksananya KKL.
12. Teman-teman geofisika angkatan 2012. Semoga kita semua sukses bersama.
Penyusunan Laporan Kuliah Kerja Lapang ini mungkin masih jauh dari sempurna.
Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun pihak lain yang membutuhkan. Aamiin.
Malang, 2015
iii
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
DAFTAR ISI
iv
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
v
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Peta lokasi Izin Usaha Penambangan Eksplorasi PT. Hamparan Alam Nusantara
(PT. HAN). ............................................................................................................................................. 8
Gambar 4. 1 Peta Geologi Daerah Kupang-Atambua ..................................................................... 14
Gambar 4. 2 Kompas Geologi ............................................................................................................ 14
Gambar 4. 3 Alat Tulis ....................................................................................................................... 15
Gambar 4. 4 GPS ................................................................................................................................ 15
Gambar 4. 5 HCL ............................................................................................................................... 16
Gambar 4. 6 Blok Naip, Desa Naip, Kecamatan Noebeba, Kabupaten Timor Tengah Selatan,
NTT (daerah Kuliah Kerja Lapang) menggunakan citraan dari google earth............................. 16
Gambar 5. 1 Blok Naip, Desa Naip, Kecamatan Noebeba, Kabupaten Timor Tengah Selatan,
NTT (daerah Kuliah Kerja Lapang) menggunakan citraan dari google earth............................. 23
Gambar 5. 2 Bongkahan Rijang Mangaan ....................................................................................... 24
Gambar 5. 3 Rijang mangaan diameter > 2 cm ............................................................................... 24
vi
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
DAFTAR TABEL
vii
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
BAB I
PENDAHULUAN
Geofisika terapan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan, telah banyak
digunakan untuk mengeksplorasi bahan-bahan tambang yang terdapat dalam bumi yang
bernilai ekonomis. Metoda geofisika secara teknis dapat dilakukan dengan mengukur
besaran fisis dipermukaan bumi untuk menghasilkan data-data besaran fisis yang terdapat di
dalam bumi.
Dalam dunia pertambangan langkah awal ialah dilakukannya pemetaan secara geologi
dan kemudian eksplorasi geofisika pada tahapan proses selanjutnya. Bahkan eksplorasi
geofisika befungsi pula sebagai proses pengembangan usaha pertambangan selanjutnya
mengingat mineral-mineral bijih adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui,
sehingga eksplorasi geofisika menjadi penting dalam upaya mencari daerah-daerah cebakan
mineral baru yang bernilai ekonomis.
1
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
2
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
dilakukan selama program Kuliah Kerja Lapangan dapat menjadi masukan dan bahan
evaluasi bagi instansi dalam menentukan kebijakan di masa yang akan datang, serta
mempersiapkan sumber daya manusia yang dapat dibutuhkan instansi.
ataupun potensi diri dalam kerjasama tim, bersosialisasi, dan beradaptasi untuk dapat
terjun kedalam lingkungan kerja.
3
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Jabatan : Direktur
Alamat : Jl. Wiyung Indah Blok I-13, RT 002/ RW 006, Kelurahan Jajar
Tunggal, Kecamatan Wiyung, Kota Surabaya.
Jabatan : Komisaris
Alamat : Jl. Wiyung Indah Blok I-13, RT 002/ RW 006, Kelurahan Jajar
Tunggal, Kecamatan Wiyung, Kota Surabaya.
NPWP : 02.685.844.9-922.000
Klasifikasi tingkat
4
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
Gangguan : Rendah
Batas Lokasi
Perusahaan :
1. Perdagangan,
2. Perindustrian,
3. Pertambangan,
4. Pengangkutan darat,
5. Pertanian.
Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut Perusahaan dapat melaksanakan kegiatan
usaha sebagai berikut:
5
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
tanggungan sendiri maupun untuk perhitungan orang atau badan hukum lain atas
dasar komisi atau secara amanat dan bertindak sebagai supplier, leveransir, grosir,
distributor, komisioner, perwakilan, atau peragenan baik dalam negeri maupun luar
negeri;
b. Pertambangan nikel;
c. Pertambangan batubara, penggalian gambut, gasifiaksi batubara dam pembuatan
briket batubara;
d. Pertambangan timah dan logam yang tidak mengandung bijih besi, emas, dan perak
seperti pertambangan bijih timah, bauskit, tembaga, nikel, mangan, termasuk kegiatan
pembersihan dan pemurnian;
e. Transportasi pengangkutan meliputi pengangkutan barang, container, traking trailer,
peri-kemas termasuk jasa pengepakan barang yang akan dikirim/bawa dan kegiatan
usaha terkait;
Adapun tujuan dan manfaat dari Perusahaan ini dalam bidang pertambangan adalah sebagai
berikut
Tujuan:
Manfaat:
a. Memanfaatkan Sumber Daya Alam mineral logam yang ada sehingga berhasil guna
dan berdaya guna.
b. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
kesempatan kerja.
c. Meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah/PAD, sehingga perekonomian
Kabupatan Timor Tengah Selatan dapat dipacu.
6
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
Koordinat
Titik Bujur timur Lintang Selatan
(BT) (LS)
1 124°21'30" 09°59'30"
2 124°21'30" 10°03'45"
3 124°18'00" 10°03'45"
4 124°18'00" 10°02'25"
5 124°18'25" 10°02'25"
6 124°18'25" 10°02'00"
7 124°20'30" 10°02'00"
7
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
8 124°20'30" 10°01'45"
9 124°20'37" 10°01'45"
10 124°20'37" 10°01'00"
11 124°20'45" 10°01'00"
12 124°20'45" 10°00'30"
13 124°21'00" 10°00'30"
14 124°21'00" 09°59'35"
15 124°21'10" 09°59'35"
16 124°21'10" 09°59'30"
17 124°20'37" 09°59'30"
18 124°20'37" 09°57'00"
19 124°23'30" 09°57'00"
20 124°23'30" 09°57'15"
21 124°24'00" 09°57'15"
22 124°24'00" 09°58'30"
23 124°22'48" 09°58'30"
24 124°22'48" 09°59'30"
Kesampaian daerah penyelidikan desa oebaki, fatutnana, oepliki, Naip kecamatan
Noebeba dilakukan melalui perjalanan darat menggunakan kendaraan roda empat atau
kendaraan roda dua dari kota Soe, ibukota Kabupaten Timor Tengah selatan, ke arah seltan
melewati desa Oebaki, berjarak krang lebih 25km ditempuh selama kurang lebih 45 menit.
Sedangkan daerah penelitian desa Noemuke, kiubaat dan oekiu kecamatan Amanuban
Selatan, dapat dicapai dengan perjalanana darat menggunakan kendaraan roda empat atau
kendaraan roda dua, dari kota Soe, ibukota Kabupaten Timor Tengah selatan, ke arah barat
kemudian berbelok kearah timur di daerah Batuputih menuju daerah IUP, berjarak kurang
lebih 60 km ditempuh selama kurang lebih 1 jam dan 30 menit. Peta indeks daerah eksplorasi
ditunjukan pada gambar 1 dibawah ini:
Gambar 2. 1 Peta lokasi Izin Usaha Penambangan Eksplorasi PT. Hamparan Alam
Nusantara (PT. HAN).
8
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu metode yang tepat untuk mendeteksi keberadaan endapan mangan di bawah
permukaan adalah dengan menggunakan metode geolistrik. Metode geolistrik sendiri
didefinisikan sebagai suatu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam
bumi dan bagaimana mendeteksinya di permukaan bumi. Salah satu metode geolistrik yang
baik digunakan untuk eksplorasi mineral logam adalah metode induksi polarisasi atau
metode polarisasi terimbas, prinsip kerja dari metode induksi polarisasi ini adalah untuk
mendeteksi terjadinya polarisasi listrik pada permukaan mineral-mineral logam di bawah
permukaan bumi.
Berdasarkan asal sumber arus listrik yang digunakan, metode resistivitas dapat
dikelompokan ke dalam dua kelompok yaitu (Prasetiawati, 2004):
1. Metode pasif
Metode ini menggunakan arus listrik alami yang terjadi di dalam tanah (batuan) yang
timbul akibat adanya aktivitas elektrokimia dan elektromekanik dalam materi-materi
penyusun batuan. Metode yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya Potensial
Diri/Self Potensial (SP) dan Magneto Teluric (MT).
9
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
2. Metode aktif
Yaitu bila arus listrik yang diinjeksikan (dialirkan) didalam batuan, kemudian efek
potensial yang ditimbulkan arus buatan tersebut diukur di permukaan. Metode yang
termasuk kedalam kelompok ini diantaranya metode resistivity dan Induced Polarization
(IP).
Resistivitas atau tahanan jenis merupakan parameter sifat fisis yang menunjukan
daya hambat suatu medium (batuan) dalam mengalirkan arus listrik. Jika bumi diasumsikan
homogen, isotropis, dimana resistivitas yang terukur merupakan resistivitas sebenarnya (true
resistivity) dan tidak tergantung pada spasi (jarak) antar elektroda. Bumi terdiri dari lapisan-
lapisan (heterogen) dengan yang berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur
merupakan potensial dari pengaruh lapisan-lapisan tersebut. Harga resistivitas yang terukur
merupakan resistivitas gabungan dari beberapa lapisan tanah yang dianggap sebagai satu
lapisan (apparent resistivity) dan besar nilai tergantung oleh faktor geometri susunan
elektrodanya (Coruh, 1988).
10
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
Dalam hal ini penyebaran urat kuarsa dan mineral sulfide merupakan sasaran utama
eksplorasi dimana mangan biasanya berasosiasi/berada pada urat kuarsa dan mineral sulfida.
Metode Induced Polarization (IP) memanfaatkan sifat kelistrikan batuan, dalam hal ini
resistivitas dan polarisasi. Dalam metode IP arus listrik diinjeksikan transmitter ke tanah
melalui dua buah elektroda arus dan perbedaan tegangan/beda potensial diukur diantara
elektroda potensial. Dalam medium batuan yang tidak mengandung mineral jika aliran arus
diputus maka tegangan antara elektroda potensial dengan segera turun menjadi nol. Akan
tetapi jika batuan mengandung sejumlah mineral tertentu misal mineral sulfida maka
tegangan yang diperoleh tidak langsung nol tetapi turun perlahan-lahan secara eksponensial
menuju nol setelah beberapa waktu tertentu (detik atau sampai menit), efek inilah yang
disebut dengan polarisasi terinduksi dan batuannya disebut sebagai batuan polarisabel
(Reynold, 1997).
1. Metode Schlumberger
2. Metode Wenner
3. Metode Dipole-Dipole
5. Metode Pole-Pole
Gejala adanya induced polarization (IP) dapat diamati dan diukur dengan cara
mengalirkan arus listrik terkontrol ke dalam bumi, untuk selanjutnya diukur respon IP-
nya dalam bentuk: kawasan frekuensi, kawasan waktu, atau pengukuran sudut fase.
Untuk alasan teknis, penelitian ini dilakukan pada kawasan frekuensi (frequency domain)
(Sunaryo.2011).
11
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
Ketika arus tunak dialirkan ke medium dapat dihitung arus efektifnya. Namun ketika
arus dimatikan, maka arus yang terukur, tidak langsung seketika menjadi = 0. Efek ini
disebut potensial polarisasi (efek IP) yang dianalisis dalam metode IP.
12
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
a. Peta Geologi
13
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
Peta geologi ini berfungsi untuk mengetahui litologi daerah yang digunakan pada saat
Kuliah Kerja Lapang (KKL).
b. Kompas Geologi
14
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
Kompas digunakan untuk menunjukkan arah mata angin, khususnya untuk menentukan
arah strike dan dip.
c. Alat Tulis
Alat tulis ini digunakan untuk mencatat apa saja yang ada di lapangan, kondisi
dilapangan, dll.
d. GPS
GPS ini digunakan untuk mengetahui kordinat titik-titik yang dilakukan pada saat dilapangan.
e. Perlengkapan Lapangan
Perlengkapan lapangan digunakan untuk melindungi tubuh kita dari batu ataupun
Gambar 4. 4 GPS
15
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
Gambar 4. 5 HCL
f. HCL
Hcl merupakan cairan kimia yang digunakan untuk menentukan batuan tersebut
menentukan basa atau asam dari batu tersebut.
Gambar 4. 6 Blok Naip, Desa Naip, Kecamatan Noebeba, Kabupaten Timor Tengah
Gambar 4. 5(daerah
Blok Naip, DesaKerja
Naip, Lapang)
Kecamatan Noebeba, Kabupaten Timor Tengah
Selatan, NTT Kuliah menggunakan citraan dari google earth
Selatan, NTT (daerah Kuliah Kerja Lapang) menggunakan citraan dari google earth
16
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
17
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
Bagian bawah terdiri dari endapan laut dalam berupa kalsilutit yang berwarna merah
jambu hingga coklat kemerah-merahan, napal dan serpih, dengan sisipan radiolaria, yang
berwarna kekuning-kuningan. Rijang bermacam-macam warna (merah coklat, jingga dan
kuning kehijau-hijauan), sering dijumpai di dalam kalsilutit. Bagian atas terdiri dari napal
putih, batugamping di daerah penelitian didominasi oleh batugamping kalsilutit.
Batugamping kalsilutit berwana putih kekuning-kuningan, kemerah-merahan; pada bagian
tertentu dijumpai rijang. Formasi Ofu telah mengalami deformasi lanjut dan imbrikasi.
Struktur dalam berupa rekahan dan belahan (fracture and cleavage) dan stilotit berkembang
baik dalam kalsilutit. Singkapan yang baik dapat diamati di Siu dan Tuke dekat Desa Ofu.
Fosil-fosil yang terdapat di dalam formasi ini adalah Hedgerbellae dari tipe planispira, dll.
3) Formasi Batuputih (Tmpb)
Di daerah Terban Tengah bagian bawahnya terdiri dari kalsilutit, tufa, sedikit napal
dan batugamping arenit, sedangkan bagian atasnya terdiri dari napal, kalkarenit, batupasir,
batupasir napalan, napal lanauan dan sedikit konglomerat. Kalsilutit berwarna putih pejal,
banyak mengandung Foraminifera dan kadang-kadang juga pecahan cangkang
Lamelibrachia. Tufanya adalah tufa gelas yang ketebalannya mencapai 12 m, di daerah
setempat menunjukkan perlapisan bertahap dan konvolut. Kalkarenit berbutir kasar, berwarna
kelabu menunjukkan struktur-struktur bioturbasi (bioturbation), silang siur serta mendatar.
Batupasir berbutir kasar dan berwarna kelabu. Konglomerat mengandung pelet-pelet lempung
(clay pellets). Di daerah Terban Tengah, di daerah setempat ditemukan hubungan (kontak)
yang tidak selaras antara bagian atas formasi ini dengan formasi Noele yang menutupinya. Di
daerah Kolbano, batuannya terdiri dari kalsilutit, kalsilutit lempungan, kalsilutit glaukonitan,
kalkarenit dan batu gamping rijangan yang kesemuanya berselang-seling dengan lapisan
napal dan serpih. Kalsilutit berwarna putih, kadang-kadang agak kuning dan pejal. Kalkarenit
menunjukkan perlapisan bertahap dan perlapisan silang siur. Serpih umumnya berwarna
kuning kecoklatan. Batugamping rijangan umunya berwarna kuning muda. Di lokasi tipenya
formasi ini mencapai ketebalan sekitar 448 m (Kenyon, 1974). Sedangkan di daerah Kolbano
singkapan setebal lebih kurang 1100 m, bisa diamati di sungai Sinual. Formasi ini berumur
Miosen Akhir – Psiosen (N12-N21).
4) Satuan Endapan Aluvial (Qa)
Endapan aluvial terdiri dari komponen-komponen batu dan pasir yang berupa bahan-
bahan lepas yang berukuranlempung hingga bongkah. Bongkah yang besar mencapai
diameter 80 cm. komposisi batu lebih mendominasi daripada pasir. Komponen-komponen
sirtu ini berbentuk membundar tanggung hingga manyudut tanggung memanjang, lonjong
18
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
dan pipih dengan perbandingan panjang dan lebar yang bervariasi. Umumnya komponen-
komponen batuan tersebut merupakan batuan sedimen yang terdiri kalsilutit berwarna putih
dan merah, kalkarenit, rijang dan beberapa lokasi dijumpai mangaan, besi mangaan,
batupasir, batu lempung, batu lanau dan kuarsit. Warna sirtu (endapan aluvial) bervariasi
putih, putih abu-abu, abu-abu kecoklat-coklatan, abu-abu kehitam-hitaman, hitam, kuning
kemerah-merahan, coklat dan lain-lain.
Satuan Alokton Batuan Sedimen dan Vulkanik
1. Kompleks Bobonaro (Tmb)
Secara litologi satuan batuan ini terdiri dari dua kelompok, yaitu: lempung bersisik dan
bongkah-bongkah asing yang terdiri dari berbagai ukuran. Lempung bersisik mempunyai
sifat yang seragam, yaitu: menunjukkan cermin sesar lunak, berwarna aneka ragam, merah
tua, kehijauan, hijau keabu-abuan, merah kecoklat-coklatan, abu-abu kebiru-biruan dan
merah jambu. Terlihat adanya garis-garis alir pendaunan lemah, terutama apabila matriks
lempung ini terdapat di sekitar batuan yang kompeten. Lempung ini merupakan matriks dari
bongkah-bongkah asing yang terdiri antara lain dari batu pasir bermika dari formasi Bisane.
Batu gamping dari formasi Cablac, rijang, batuan ultrabasa, lava bantal dan batu gamping
krinoida dari formasi Maubisse, batuan dari kompleks Mutis, formasi Ofu, formasi Nakfunu
(yang mengandung mangaan dan besi mangaan) dari formasi-formasi yang lainnya. Orientasi
bongkah-bongkah asing agak teratur, yaitu sejajar daengan poros pulau dan kadang-kadang
menunjukkan boudinase seperti terdapat di barat Camplong. Di dalam lempung bersisik
terdapat fosil-fosil Foraminifera yang menunjukkan umur Mesozoikum hingga Pliosen.
5.3 Geologi Lokal dan Sumberdaya Mineral
Berdasarkan uraian geologi regional, keterdapatan mangaan dan besi mangaan
berasosiasi dengan formasi Nakfunu. Menurut Rosidi dkk, 1979: formasi Nakfunu terdiri dari
endapan laut dalam yang meliputi batu lanau rijangan mengandung radiolaria berlapis tipis,
sedangkan batuan lainnya lebih tebal perlapisannya (5-10 cm). Batuan yang mengandung
mangaan dan besi mangaan ditemukan juga. Batu lanau rijangan yang mengandung
radiolaria, dan serpih serta napal lanauan berwarna terang (kuning pucat, kelabu muda atau
coklat muda) sedangkan batu rijangnya bermacam-macam warnanya (merah tua, kehijau-
hijauan, kuning pucat dan kecoklat-coklatan).
Kalsilutit dan rijang gampingan berwarna semu merah jambu sampai merah muda.
Disebabkan oleh struktur lipatannya yang rumit, serta zona sesar dan juga struktur
sedimennya susah dikenali maka kedudukan lapisannya, maka kedudukan lapisannya tidak
19
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
jelas. Radiolaria sangat umum dijumpai disamping Dictiomitra sp, spyrocystis sp, yang
menunjukkan umum kapur awal. Tebal formasi ini diperkirakan 600 meter.
Selain formasi Nakfunu, sumber daya mineral mangaan juga terdapat di dalam
formasi Ofu dan kompleks Bobonaro. Pada formasi Ofu mangaan berasosiasi dengan
endapan lanau, sedangkan di dalam lempung kompleks Bobonaro. Lempung kompleks
Bobonaro ini merupakan matriks dari bongkah-bongkah asing yang terdiri antara lain dari
batupasir bermika dari formasi Bisane, batu gamping dari formasi Cablac, rijang, batuan
ultrabasa, lava bantal dan batu gamping krinoida dari foramsi Maubisse, batuan dari
kompleks Mutis, formasi Ofu, formasi Nakfunu (yang mengandung mangaan dan besi
mangaan) dan formasi-formasi yang lainnya.
Mangaan juga terdapat di dalam endapan aluvial yang terdiri dari komponen-
komponen batu pasir yang berupa bahan-bahan lepas yang berukuran lempung hingga
bongkah. Bongkaj yang besar mencapai diameter 80 cm. komposisi batu lebih mendominasi
daripada pasir. Komponen-komponen sirtu ini berbentuk membundar tanggung hingga
menyudut tanggung memanjang, lonjong dan pipih dengan perbandingan panjang dan lebar
yang bervariasi. Umumnya komponen-komponen batuan tersebut merupakan batuan sedimen
yang terdiri kalsilutit berwarna putih dan merah, kalkarenit, rijang dan beberapa lokasi
dijumpai mangaan, besi mangaan, batupasir, lempung, batu lanau dan kuarsit. Warna sirtu
(endapan aluvial) bervariasi: putih, putih abu-abu, abu-abu kecoklat-coklatan, abu-abu
kehitam-hitaman, hitam, kuning kemerah-merahan, cokalt dan lain-lain.
5.4 Pemetaan Geologi
Pemetaan geologi adalah suatu usaha bersistem dengan menggunakan peralatan dan
hukum dasar geologi untuk mengetahui kondisi geologi suatu daerah. Pemetaan geologi
merupakan suatu pekerjaan penelitian yang bersifat penelitian survei. Untuk menentukan
peluang bagaimana suatu bahan galian atau obyek geologi lainnya dari berbagai besaran
(cadangan) di suatu daerah tertentu, kajian aspek geologi merupakan otak atau tulang
punggung yang mendasari konsep strategi perencanaan selanjutnya. Disini ilmu pengetahuan
geologi diaplikasikan dengan pemilihan model geologi yang sesuai dengan obyek geologi
yang dicari serta menetukan gejala-gejala geologi yang mengendalikannya, serta sifat-sifat
geologi, fisik dan kimia dari petunjuk geologi yang dapat dilacak di permukaan bumi.
Pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengamatan di lapangan yaitu proses
pekerjaan dilihat secara seksama, teliti, menyeluruh dari gejala geologi di lapangan. Gejala
geologi ini berupa singkapan mineral logam mangaan, batuan, kenampakan bentang alam
dilihat dari suatu titik ketinggian, erosi dari kaki bukit, pembentukan endapan pada sungai
20
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
dan lain sebagainya. Dalam pengamatan lapangan beberapa hal yang diingat dan dicari
jawabannya adalah: Dimana (lokasi singkapan dimana); Apa (singkapan yang diamati);
Dalam keadaan bagaimana obyek yang diamati (jenis mineral dan batuan, masih segar atau
sudah lapuk, warna mineral dan batuan, warna hasil lapukan, sesar, kekar, kemiringan lapisan
batuan, bentuk bukit dan sebagainya; Tersusun oleh apa obyek tersebut (menyangkut segi
kualitatif komponen batuan); Seberapa (menyangkut segi kuantitatif komponen batuan
misalnya: kuarsa 75% dan plagioklas 25%, lebar singkapan 60 m, tebal singkapan 30 meter).
Selain hal-hal di atas, beberapa hal yang harus direkam dalam pengamatan lapangan sebagai
berikut:
Pengambilan jenis mineral logam mangaan dan batas-batas sebaran mineral
logam mangaan,
Pengambilan contoh mineral logam mangaan untuk analisis laboratorium,
Pengamatan singkapan batuan pada tebing-tebing singai, tepi jalam yang dapat
dianggap sebagai model parit uji untuk mengetahui penyebaran horizontal dan
vertical mineral logam mangaan,
Pengamatan lingkungan dan pengambilan logam mangaan,
Pengambilan gambar di lapangan berupa foto-foto dan sketsa.
Struktur geologi daerah IUP PT. Hamparan Alam Nusantara (HAN) teridir dari:
a) Sesar naik Putan, sesar naik ini berarah N 47°E, sesar naik ini menyebabkan
munculnya formasi Nakfunu (Kna) yang disusun oleh endapan-endapan laut dalam
yang meliputi batulanau rijangan, mengandung radiolaria, napal lanauan, rijang
radiolaria dan kalsilutit. Batuan yang mengandung radiolaria berlapis tipis, sedangkan
batuan lainnya lebih tebal perlapisannya (5 sampai 10 cm). batuan yang mengandung
mangaan dan besi mangaan serta berlapis baik juga ditemukan.
b) Sesar naik Tanbenu, sesar naik ini berarah N 22°E, sesar ini menyebabkan munculnya
formasi Ofu (Tko) yang disusun oleh: endapan laut dalam berupa kalsilutit yang
berwarna merah jambu, hingga coklat kemerah-merahan, napal dan serpih, dengan
sisipan radiolaria, yang berwarna kekuning-kuningan. Rijang bermacam-macam
warna (merah coklat, jingga dan kuning kehijau-hijauan), sering dijumpai di dalam
kalsitutit.
c) Sesar geser kanan Fatutnana berarah N 12°E, sesar ini memanjang dari utara hingga
selatan daerah IUP PT. Hamparan Alam Nusantara.
d) Sesar geser kanan Oeminbesi berarah N 17°E, sesar ini yang membatasi penyebaran
formasi batuputih yang disusun oleh kalsilutit, tufa, sedikit napal dan batugamping
21
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
arenit, sedangkan bagian atasnya terdiri dari napal, kalkarenit, batu pasir, batupasir
napalan, napal lanauan dan sedikit konglomerat.
e) Selain struktur sesar diatas, terdapat pula kelurusan-kelurusan yang merupakan
indikator struktur sesar yang tidak tersingkap di permukaan. Kontak litologi di daerah
IUP umumnya adalah kontak struktur. Jurus dan kemiringan batuan di daerah IUP
berkisar N 220°E/30°-N245°E/70°.
5.5 Metode Geofisika
Metode penyelidikan geofisika merupakan metode pengambilan data geofisika (data
acquisition) pada umumnya bersifat survey, berdasarkan lintasan-lintasan yang pada umunya
berupa kisi. Metode geofisika kadangkala disebut pula metode prospeksi geofisika
(geophysical prospecting). Peneyelidikan setempat (probing) dilakukan hanya dalam keadaan
khusus saja. Secara umum survei geofisika meliputi: survei geofisika dari udara (airborne
surveys), survei geofisika di laut/danau/sungai dan survei geofisika di darat. Survei dari udara
(airborne surveys), menggunakan metode survei magnetik (aeromagnetic), survei gravity
(airbornegravity) dll. Sedangkan survei geofisika darat meliputi: survei seismik, survei
gravitasi, survei magnetik, survei geolistrik (SP, IP, Resistivity, dan EM) dan pen-log-an
sumur (listrik, radioaktivitas). Pada penelitian didaerah ini survei geofisika yang digunakan
hanyalah dengan menggunakan geolistrik. Namun pada sumur uji daerah lain tidak
menggunakan survei geofisika. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan pola sebaran
mangaan yang sporadis dan tipisnya lapisan mangaan, serta penyebarannya berupa lensa-
lensa serta juga boulder-boulder.
5.6 Pemboran serta sumur uji blok Naip
Alat pemboran (yang disebut drilling-rig) dinilai dari kemampuannya untuk mencapai
kedalaman, kemampuan pengambilan contoh batuan dan kemampuan menentukan arah.
Berdasarkan kemampuannya, mesin bor terdiri dari: mesin bor ringan (portable drilling rig),
mesin bor inti (diamond drilling rig), mesin bor rotary (rotary drilling rig), dan mesin bor alir
balik (counterflush drilling rig). Mesin bor inti (diamond drilling rig), adalah alat stndar dan
paling populer untuk eksplorasi cebakan mineral. Nama diamaond drilling rig ini digunakan
karena alat ini paling banyak digunakan untuk pengintian (coring) yang menggunakan mata
bor dari intan. Kelemahan alat bor ini adalah berkecepatan rendah, terutama sewaktu operasi
pengambilan inti (coring operations). Pemilihan mesin bor tergantung pada:
Ukuran material (fragmentasi) yang diharapkan dan dapat ditangani oelh alat
Loading dan alat Hauling
Tingkat produksi
22
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
Kekerasan batuan
Kedalaman lubang
Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau
pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini dilakukan
hingga kedalaman lebih (>2,5m). Pada umumnya suatu deretan (series) sumur uji dibuat
searah jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal.
Pada umunya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 3-5 meter dengan kedalaman
bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji. Pada endapan lateritik atau residual,
kedalaman sumur uji dapat mencapai 30 m atau sampai menembus batuan dasar.
Secara teori biasanya bulat atau persegi, memnajang dalam arah vertikal, dapat lebih
dari sepuluh meter. Sumuran digali secara manual dengan menggunakan linggis, timba dan
alat bor. Dapat mencapai kedalaman 20 meter atau 30 meter. Tujuan sumuran sebagai
pengganti ketidakhadiran singkapan terutama untuk mendapatkan ketebalan atau urutan
stratigrafi dari cebakan mineral yang posisinya relatif datar. Sumuran juga memeberikan
kesempatan untuk mendapatkan contoh besar (bulk sample) dari cebakan yang diselidiki.
Keterdapatan mangan di daerah IUP PT. Hamparan Alam Nusantara yang sporadis dan tidak
terpolakan, menyebabkan sumur uji dilakukan secara random pada daerah-daerah
mineralisasi mangaan. Paling tidak terdapat 25 sumur uji yang diamati pada daerah prospek
Gambar 5. 1 Blok Naip, Desa Naip, Kecamatan Noebeba, Kabupaten Timor Tengah
Selatan, NTT (daerah Kuliah Kerja Lapang) menggunakan citraan dari google earth
di daerah IUP PT. Hamparan Alam Nusantara.
Hasil pemetaan geologi permukaan dan sumur uji pada blok Naip (Blok prospek IV
dan V) ditunjukkan pada gambar berikut:
23
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
Dari gambar diatas menunjukkan bongkahan rijang mangaan pada badan sungai/Noe
Kibaki. Mangaan di daerah ini selalu berasosiasi dengan bongkahan-bongkaha rijang
tersebut. Mangaan yang digali dari lokasi ini berbentuk boulder-boulder tidak beraturan.
Bongkahan rijang mangaan tersebut merupakan salah satu fragmen di dalam kompleks
Bobonaro.
Pada singkapan rijang mangaan juga dijumpai pada tebing alur sungai Noe Ana.
Bongkahan rijang mangaan ini berdiameter > 2 cm.
24
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
80 cm. Mangaan pada blok ini telah ditambang selama + 2 tahun dan mangaan yang telah
dijual berkisar antara 35-40 ton. Bongkahan rijang mangaan yang tersingkap pada alur sungai
diatas. Berdiameter bongkahan berkisar antara 10-60 cm. batuan permukaan terdiri dari
rijang, batugamping kalkarenit, lempung dan terdapat pula batuan beku.
Mangaan bongkahan yang berasosiasi dengan bongkahan rijang mangaan berdiameter
10 > 1 meter, terseber disepanjang alur sungai dan di kebun masyarakat. Mangaan
layering/berlapis, melensa di antara lapisan serpih rijangan, hanya tersingkap di daerah
Oeana, penyebaran terbatas. Hasil dari test pit ini menunjukkan bahwa mangaan pada blok ini
tidak menerus, hanya melensa dengan presentasi kelimpahan mangaan berkisar 5-25%. Tebal
tanah penutup berkisar antara 0-100 cm. tebal overburden berkisar antara 30-200cm. Batuan
permukaan terdiri dari batugamping kalsilutit, batugamping kalkarenit, rijang, rijang
mangaan, batupasir mikaan, tersebar secara acak di dalam matrik lempung komplek
Bobonaro. Dimana singkapan mangaan di blok ini tersebar secara sporadis, tidak berbentuk,
hal ini menyulitkan dalam perhitungan cadangan. Di daerah ini juga belum dilakukan
pemetaan detektif seperti geolistrik, geoscan dan penelitian sejenis lainnya untuk mendeteksi
mangaan di bawah permukaan. Lokasi ini dianggap prospek dan layak ditambang yaitu
singkapan mangaan di Oeana, Oenapas dan Kiubaki dan Nifunono Desa Naip Kecamatan
Noebeba, Kabupaten Timor Tengah Selatan.
5.7 Hidrogeologi
5.7.1 Kajian Akuifer
Kajian akuifer dilakukan untuk mengetahui jenis dan kondisi akuifer di daerah Izin
Usaha Pertambangan (IUP) PT. Hamparan Alam Nusantara (HAN). Jenis akuifer di daerah
IUP secara umum ada tiga jenis akuifer, yaitu:
a) Akuifer air tanah langka, sebaran akuifer meliputi daerah-daerah yang secara geologi
disusun oleh formasi Nakfunu dan komplek Bobonaro.
b) Akuifer produktivitas rendah, setempat berarti (umumnya keterusan rendah, setempat
air tanah dangkal dalam jumlah terbatas dapat diperoleh di daerah-daerah zona
pelapukan, sebaran akuifer ini meliputi:
Formasi Ofu dan Formasi Batuputih.
c) Setempat akuifer dengan produktivitas sedang (akuifer tidak menerus, tipis dan
rendah keterusannya, muka air tanah umumnya dangkal, debit sumur umumnya
kurang lebih 5 liter/detik). Jenis akuifer ini meliputi daerah-daerah yang secara
geologi disusun oleh aluvial.
25
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
Formasi Nakfunu terdiri dari: Endapan laut dalam yang meliputi batu lanau
rijangan, mengandung radiolaria, napal lanauan, rijang radiolaria dan
kalsitutit. Batuan yang mengandung radiolaria berlapis tipis, sedangkan batuan
lainnya lebih tebal perlapisannya (5-10 cm).
Kompleks Bobonaro, terdiri dari: Secara litologi satuan batuan ini terdiri dari
dua kelompok, yaitu: lempung bersisik dan bongkah-bongkah asing yang
terdiri dari berbagai ukuran. Lempung bersisik mempunyai sifat yang
seragam, yaitu menunjukkan cermin sesar lunak, berwarna aneka ragam,
merah tua, kehijauan, hijau keabu-abuan, merah kecoklat-cokaltan, abu-abu
kebiru-biruan dan merah jambu. Terlihat adanya garis-garis alir pendaunan
lemah, terutama apabila matriks lempung ini terdapat di sekitar batuan yang
kompeten.
Formasi Ofu: Bagian bawah terdiri dari endapan laut dalam berupa kalsilutit
yang berwarna merah jambu, hingga coklat kemerah-merahan, napal dan
serpih dengan sisipan radiolaria, yang berwarna kekuning-kuningan.
Formasi Batuputih: Di daerah Terban Tengah bagian bawahnya terdirir dari
kalsilutit, tufa, sedikit napal dan batugamping arenit, sedangkan bagian
atasnya terdiri dari napal, kalkarenit, batupasir, batupasir napalan, napal
lanauan dan sedikit konglomerat.
Aluvial: Terdiri dari komponen-komponen batu dan pasir yang berupa bahan-
bahan lepas yang berukuran lempung hingga bongkah.
5.8 Hidrologi
5.8.1 Kuantitas Air
Sumber air di daerah penyelidikan umumnya bersumber dari mata air yang terdapat
pada lerang Tubu Buniun, terdapat pula danau (Nifu Papan) yang juga merupakan salah satu
sumber air bagi flora dan fauna di sekitarnya. Sumber air bagi masyarakat pada saat ini masih
realtif cukup baik dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat untuk hidup. Noe Oebaki, Noe
Muke, Noe Metan dan beberapa anak sungai, merupakan sumber air bagi penduduk di
sekitarnya.
Analisis kondisi air tanah di daerah penyelidikan didasarkan pada pengamatan
langsung di lapangan dan peta hidrogeologi. Berdasarkan data yang ada diketahui daerah
penyelidikan termasuk wilayah potensi air tanah rendah dan penyebarannya tidak merata
(setempat-tempat). Pada lapisan tanah penutup potensi air tanah relatif lebih besar
dibandingkan dengan lapisan lainnya. Pada lapisan ini air tanah dianggap jenuh pada musim
26
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
hujan. Air tanah di derah IUP hanya pada formasi aluvial potensi air tanahnya relatif lebih
besar dari pada formasi-formasi lainnya. Pada formasi ini air tanah dapat ditemukan pada
lapisan pasir, kerikil dan kerakal yang bercampur lempung. Pada endapan aluvial aliran air
tanah merupakan aliran melalui rongga antar butir (aliran laminer), misal aliran yang terjadi
pada lapisan pasir, kerikil dan kerakal bercampur lempung.
Pada lapisan tanah penutup aliran air tanah merupakan aliran melalui rongga antar
butir misal aliran yang terjadi pada lapisan tanah penutup dan overburden. Secara umum arah
dan pola aliran air tanah di daerah IUP kerena muka air tanah bebas cenderung mengikuti
keadaan permukaan. Pola dan arah aliran air tanah bebas dan air limpasan di daerah IUP,
dapat dicermati pada peta Topografi dan arah aliran air.
5.8.2 Kualitas Air
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan
fungsinya tidak dapat digantikan dengan senyawa lainnya. Hampir semua aktivitas yang
dilakukan membutuhkan air. Mulai dari membersihkan diri, ruangan tempat tinggal,
menyiapkan makanan dan minuman dan aktivitas lainnya. Kaitannya dengan rencana
kegiatan pertambangan, air sangat diperlukan untuk kebutuhan karyawan dan juga dalam
kegiatan pembersihan mangaan. Akan tetapi jika air limbah hasil pencucian mangaan tidak
ditangani dengan baik, maka akan terjadi perubahan terhadap sumber-sumber air, baik mata
air (air tanah) maupun air permukaan. Oleh karena itu, aktivitas yang potensi menimbulkan
dampak negatif terhadap sumber-sumber air, oleh karena itu, harus memperhatikan hal-hal
atau uapaya-upaya pencegahan, pengendalian, dan penanggulangan secara berkelanjutan.
Lokasi rencana pertambangan mangaan dengan topografi yang relatif berbukit dengan
kemiringan yang cukup tajam serta berada di sempadan sungai, sehingga ketika aktivitas
pertambangan dilakukan pada musim hujan, akan menimbulkan kekeruhan yang sangat
tinggi, akibatnya ketersediaan air bersih sebagai air minum bagi masyarakat di desa Oebaki,
Fatutnana, Oepliki, Naip Kecamatan Noebeba dan Desa Noemuke, Kiubaat, Oekiu
Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan tidak terpenuhi. Untuk
memenuhi kebutuhan akan air minum terutama bagi masyarakat dan karyawan, maka upaya-
upaya yang perlu dilakukan adalah membuat sumur sementara di sempadan sungai. Hasil
analisis laboratorium menunjukkan bahwa air sungai dan sumber mata air lainnya
mengandung salinitas yang cukup tinggi, namun dalam baku mutu air kelas tiga tidak tertera
berapa ambang batas salinitas untuk air yang peruntukannya bagi pertanian (PP No. 82 tahun
2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air). Namun sebagai
acuan dalam melakukan kontrol pengawasan terhadap kualitas sumber air lainnya
27
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
28
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
29
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
30
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
Metode Rasional berasumsi bahwa intensitas curah hujan merata di seluruh Daerah
Aliran Sungai (DAS) dengan lama hujan (durasi) sama dengan waktu konsentrasi (Tc). waktu
konsentrasi adalah waktu perjalanan yang diperlukan oleh air dari tempat yang paling jauh
(hulu DAS) sampai ke titik pengamatan aliran air larian. Rumus yang umum dipakai untuk
menghitung Tc adalah persamaan Kirpich, 1940 yaitu:
S: beda ketinggian antara titik pengamatan dengan lokasi terjauh pada DAS dibagi
panjang maksimum aliran
Koefisien air limpasan (run off) adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan
antara air limpasan dengan jumlah air hujan. Sedangkan Koefisien Regim Sungai (KRS)
merupakan koefisien perbandingan antara debit harian rata-rata maksimum dengan debit
harian rata-rata minimum. Makin kecil harga koefisien ini, semakin baik kondisi hodrologi
dari suatu wilayah DAS. Secara makro evaluasi terhadap DAS dapat juga dilakukan dengan
menghitung nisbah (ratio) debit maksimum-minimum dari tahun ke tahun.
Kandungan padatan (Cs) air sungai umumnya dinyatakan dalam mg/lt air. Parameter
ini secara konvensional dapat dipakai untuk mengevaluasi secara cepat kondisi suatu DAS,
yaitu dengan cara melihat kecenderungan (trend) nilai kandungan padatan dalam air sungai
tersebut (Winarno, 1993). Dari aspek hidrologi kandungan padatan umumnya dikaitkan
dengan debit air sungai, yaitu membuat sebuah kurva hubungan antara kandungan padatan
(Cs) dengan debit sungai (Q).
31
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
Oleh karena itu, setiap daerah biasanya setiap daerah mempunyai koefisien limpasan
yang berbeda-beda.
32
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dengan dilakukannya penelitian di daerah eksplorasi mangaan PT. Hamparan Alam
Nusantara (HAN) dimana blok yang begitu prospek ialah didaerah dilakukannya penelitian
yaitu di blok prospek IV dan V didaerah desa Naip. Pada blok ini meliputi daerah Oenana,
Oenapas, Kiubaki, dan Naip. Daerah tersebut terdapat didaerah desa Naip, Kecamatan
Noebeba, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT. Pada daerah penelitian ini juga terlihat
singkapan bongkahan batugamping kalsitutit yang terlipat kuat, dengan sisipan urat mangaan,
dimana merupakan indikator lain geologi permukaan daerah yang mengandung mangaan.
Metode penyelidikan geofisika merupakan metode pengambilan data geofisika (data
acquisition) pada umumnya bersifat survey. Pada penelitian didaerah ini survei geofisika
yang digunakan hanyalah dengan menggunakan geolistrik. Namun pada sumur uji daerah lain
tidak menggunakan survei geofisika. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan pola sebaran
mangaan yang sporadis dan tipisnya lapisan mangaan, serta penyebarannya berupa lensa-
lensa serta juga boulder-boulder. Singkapan mangaan yang berada di IUP PT. Hamparan
Alam Nusantara terdapat di daerah yang secara geologi disusun di dalam komplek Bobonaro
dan formasi Nakfunu. Luas keseluruhan daerah prospek adalah 494,66 Ha, dengan total
cadangan yang terukur 1.186.975,74 metrik ton, dan even stripping ratio 6,25:1. Di daerah
penelitian maupun IUP PT. Hamparan Alam Nusantara (HAN) sulit untuk menerapkan
formula yang sesuai dalam perhitungan cadangan dikarenakan persebaran mangaan yang
tersebar secara sporadis dan tidak terbentuk. Gejala geologi yang berupa singkapan mineral
logam mangaan, batuan, kenampakan bentang alam dilihat dari suatu titik ketinggian, erosi
dari kaki bukit, pembentukan endapan pada sungai dan lain sebagainya. Sumber air di daerah
penyelidikan umumnya bersumber dari mata air yang terdapat pada lerang Tubu Buniun,
terdapat pula danau (Nifu Papan) yang juga merupakan salah satu sumber air bagi flora dan
fauna di sekitarnya. Sumber air bagi masyarakat pada saat ini masih realtif cukup baik dan
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat untuk hidup. Noe Oebaki, Noe Muke, Noe Metan
dan beberapa anak sungai, merupakan sumber air bagi penduduk di sekitarnya. Analisis
kondisi air tanah di daerah penyelidikan didasarkan pada pengamatan langsung di lapangan
dan peta hidrogeologi. Berdasarkan data yang ada diketahui daerah penyelidikan termasuk
wilayah potensi air tanah rendah dan penyebarannya tidak merata (setempat-tempat). Pada
33
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
lapisan tanah penutup potensi air tanah relatif lebih besar dibandingkan dengan lapisan
lainnya. Pada lapisan ini air tanah dianggap jenuh pada musim hujan.
6.2 Saran
Untuk kegiatan penambangan yang paling penting ialah pada tahap perencanaan awal
serta reinkarnasi lahan. Reinkarnasi lahan dimaksudkan untuk mencegah terjadi longsor
ataupun bencana yang lain jika suatu saat terjadi, dengan dilakukannya reinkarnasi
mengurangi dari dampak untuk akan terjadinya bencana alam tersebut. Dilihat dari
karakteristik persebaran mangaan yang ada di daerah IUP PT. Hamparan Alam Nusantara,
maka perlu dilakukan penelitian detektif seperti georadar untuk mendeteksi keberadaan
mangan di bawah permukaan.
34
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
DAFTAR PUSTAKA
Coruh, Robinson. 1988. Basics Exploration Geophysics. John Willey and Son Inc.,
Canada.
Keenan, Kleinifelter, Wood. 1992. Kimia Untuk Universitas. Jilid 2. Edisi keenam.
Erlangga. Jakarta.
Petrucci, Ralph H, 1967, Ahmadi, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Jilid
3, Penerbit Erlangga : Jakarta.
Pettjohn, F.J. 1975. Sedimentary Rock 3nd Edition III. Harper & Row, Pub. Inc:
Singapore.
S.Svehia, G. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT. Kalman
Media Pustaka. Jakarta.
35
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
Vogel, 1994. Buku Teks Kimia Analisis Kuantitatif. Edisi ke-4. PT.Kalman Media
Pusaka, Jakarta.
36
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
LAMPIRAN
37
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
38
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
4. Proses Smelter
39
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG