Anda di halaman 1dari 144

PERANCANGAN KEBUN WISATA ILMIAH II

BALAI PENELITIAN TANAMAN OBAT DAN AROMATIK


(BALITTRO)
CIMANGGU, BOGOR

IWAN KURNIAWAN
A34203055

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ PERANCANGAN


KEBUN WISATA ILMIAH II BALAI PENELITIAN TANAMAN OBAT DAN
AROMATIK (BALITTRO) CIMANGGU, BOGOR” adalah hasil karya sendiri
dan belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau
lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2008

Iwan Kurniawan
A34203055
PERANCANGAN KEBUN WISATA ILMIAH II
BALAI PENELITIAN TANAMAN OBAT DAN AROMATIK (BALITTRO)
CIMANGGU, BOGOR

Oleh :
IWAN KURNIAWAN
A34203055

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
Judul : Perancangan Kebun Wisata Ilmiah II
Balai Penelitian Tanaman Obat Dan Aromatik (Balittro)
Cimanggu, Bogor
Nama : Iwan Kurniawan
NRP : A34203055

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skripsi

Dr.Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr


NIP. 131578792

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr


NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus:
IWAN KURNIAWAN. Perancangan Kebun Wisata Ilmiah II Balai Penelitian
Tanaman Obat Dan Aromatik (Balittro) Cimanggu, Bogor. Dibimbing oleh
NIZAR NASRULLAH.

Pertumbuhan penduduk berpengaruh terhadap tersedianya ruang sehingga


diperlukan alternatif untuk tempat-tempat wisata. Kegiatan wisata dipadukan
dengan aspek pendidikan atau keilmuan diterapkan pada suatu area. Dengan
melakukan kegiatan wisata, para wisatawan tidak hanya melakukan kegiatan
rekreasi, tetapi juga memperoleh berbagai wawasan di bidang keilmuan.
Salah satu lokasi yang dapat dijadikan kawasan wisata ilmiah adalah
Kebun Wisata Ilmiah II yang merupakan bagian dari Balai Penelitian Tanaman
Obat dan Aromatik (Balittro) yang terletak di Cimanggu, Bogor. Balai ini
dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
06/Permentan/OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006 merupakan pemekaran dari
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
Tujuan penelitian ini adalah melakukan perancangan terhadap Kebun
Wisata Ilmiah II Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik di Cimanggu
Bogor, yang menampilkan koleksi tanaman, menyediakan sarana dan prasarana
wisata, ditata dalam suasana lanskap yang nyaman, indah dan memberi
pengajaran atau edukasi kepada pengunjung.
Penelitian dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik,
tepatnya di Kebun Wisata Ilmiah II yang terletak di Kawasan Kampus Penelitian
Pertanian Cimanggu, tepatnya di Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor. Kegiatan
perancangan ini dilakukan dalam dua tahap. Kegiatan lapang berupa inventarisasi,
dan dilanjutkan dengan kegiatan studio untuk pengolahan data dan pembuatan
gambar. Tahapan studi mengikuti prosedur perancangan menurut Gold (1980),
yang terdiri atas tahapan (1) Inventarisasi, (2) Analisis, (3) Sintesis/Konsep, (4)
Perencanaan/Perancangan. Data yang ada diperoleh melalui pengamatan langsung
di lapang dan data sekunder.
Kebun Wisata Ilmiah II beriklim tropis dengan curah hujan bulanan
berkisar antara 300 - 430 mm, suhu rata-rata 27°C, kecepatan angin rata-rata 2,1
km/jam dengan arah Timur Laut, kelembaban udara di atas 75% dan nilai THI
25,8. Lokasi berada pada ketinggian 220 – 234 m dpl dengan kategori kemiringan
lahan mayoritas pada tingkat 0 – 1%. Jenis tanah pada lokasi adalah latosol coklat
kemerahan. Potensi utama obyek wisata didapat dari beragam jenis tanaman obat
dan aromatik. Fasilitas yang ada meliputi rumah kaca, tanaman koleksi, dan jalan
setapak.
Konsep dasar Kebun Wisata Ilmiah II diarahkan untuk membentuk kebun
yang dapat digunakan untuk kegiatan penelitian sekaligus sebagai kebun wisata
yang menunjang aspek pendidikan, terutama pengenalan akan tanaman obat dan
aromatik.
Dalam perancangan, Kebun Wisata Ilmiah II dibagi menjadi 8 zona yaitu:
(1) Zona Penerimaan, (2) Zona Pelayanan, (3) Zona Koleksi, (4) Zona Penelitian,
(5) Zona Wisata Umum, (6) Zona Pembibitan, (7) Zona Display dan (8) Zona
Penyangga.
Tanaman yang dipilih dalam merencanakan dan merancang tapak berasal
dari jenis obat dan aromatik untuk memberikan kesatuan tema, sesuai dengan
tanaman koleksi yang berada pada tapak. Tanaman yang dipilih untuk tujuan
estetika diantaranya: Pinang Jambe (Areca sp.), Soka (Ixora javanicus), Bungur
(Lagerstromia speciosa), Melati (Jasminum sambac), Kembang Sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis), Kenanga (Cananga odorata), Tapak Dara (Catharantus roseus),
Nona Makan Sirih (Clerodendrum thomsonae) dan Cempaka Cina (Artabotrys
odoratissimus).
Tanaman yang digunakan untuk melengkapi koleksi diantaranya:
Saputangan (Maniltoa grandiflora), Kayu Putih (Maniltoa leucadendra), Buni
(Antodesma bunius), Kecubung (Datura suaveolens), Sukun (Artocarpus
communis), Dewandaru (Artocarpus camansi), Bratawali (Tinospora crispa),
Ceremai (Phyllanthus acidus), Pandan Besar (Pandanus tectorius), Girang (Leea
aquleata), Hahapaan (Fleminia strobilifera), Ketepeng Cina (Cassia alata),
Murbai (Morus alba), Daun Kupu Kupu (Bauhinia purpurea) dan Bungur
(Lagerstromia speciosa).
Fasilitas yang diadakan dalam Kebun Wisata Ilmiah II meliputi pintu
gerbang, loket, lapangan parkir sepeda motor (1060 m²), lapangan parkir mobil
pribadi (342 m²), lapangan parkir bis (288 m²), pendopo, mushola, toilet, menara
pandang (3 lantai, tinggi 12 meter), kolam dan tugu, kantin, kios cinderamata,
mess, gudang peralatan, bedengan ( 11 m x 6 m) 12 petak, gazebo, rumah kaca,
hamparan rumput (9322 m², jenis Axonopus compressus), bangunan display,
perpustakaan, tanaman koleksi dan bangunan pengelola sekaligus pusat informasi.
Penambahan fasilitas dan berbagai tanaman yang ada akan memaksimalkan
Kawasan Wisata Ilmiah II sebagai kawasan wisata berbasis pendidikan berbasis
koleksi tanaman obat dan aromatik.
UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur yang tak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugerah dan berkat

melimpah yang diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selain itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr.Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr sebagai pembimbing akdemik dan pembimbing skripsi

untuk semua bimbingan, masukan, saran dan kritik dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Dr.Ir. Andi Gunawan M.Sc selaku dosen penguji utama yang telah meluangkan waktunya

serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Fitriah Nurul HU, ST, MT selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan Program

Studi Arsitektur Lanskap atas segala kritik dan saran yang telah diberikan.

4. Kedua Orang tua yang terkasih, Bapak dan Mama atas segala tuntunan, doa, dan kasih

sayangnya yang tidak pernah dapat terbalaskan.

5. Kakak dan Adikku yang terkasih, Rini dan Cindy, terimakasih buat semangat, doa dan

candanya.

6. Yang tercinta Vera Nova, untuk setiap waktu yang disediakan, semangat, doa, saran-

saran dan seluruh perhatiannya selama ini.

7. Pak Cecep dan Pak A’ang dari Kebun Wisata Ilmiah II, atas kerjasama dan bantuannya

selama pengambilan data dan seluruh aktivitas di lokasi penelitian.

8. Teman-teman ARL, terutama angkatan 40 buat kenangan yang unik selama kuliah. Buat

Yudi, Piko, Endry, Gregorio, Sano, Dani Basyir, Rezki, Jabee, Budiman, Indra, Febby,

Anggi, Puji, Miftahul, terimakasih buat informasi dan bantuannya. Senang masih bisa

bertemu teman-teman seangkatan di saat-saat penyelesaian tugas akhir.

9. Dosen dan seluruh staf ARL, terimakasih atas bimbingan dan kerjasamanya selama ini.
10. Ocha, Junika, Besti, Jimi, Christ, Andri Parna, Andri 41, AKKku: Alfred dan Chrisman

buat doa dan segala dukungannya.

11. Para penghuni Gladyss, Prita, Didi, Eni, Yohana, Yeni, Fiona, Nova, Maria, Ester dan

Melisda untuk doa dan berbagai gurauan yang lucu.

12. Jay dan teman-teman kosan Batosai atas segala dukungannya selama ini

13. Tian Fahutan 40 dan Obed FPIK 41 atas bantuannya selama turun lapang dan informasi

tentang berbagai software yang ada.

14. Pak Yahya, atas bantuan dan keramahannya dalam melayani pencarian referensi skripsi

dan buku-buku di Perpustakaan ARL.

15. Terimakasih buat semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu untuk doa dan

dukungan kepada penulis selama studi dan selama mengerjakan penelitian ini.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sintang, Kalimantan Barat pada tanggal 27 Januari
1985. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Laman
Yoab dan Ibu Apong Sekarningsih.
Penulis lulus dari SD Panca Setya 1 Sintang pada tahun 1997. Pada tahun
yang sama penulis diterima di SLTP Panca Setya 1 Sintang. Pada tahun 2000,
penulis melanjutkan pendidikan di SLTA Negeri 1 Sintang dan pada tahun 2003
diterima sebagai mahasiswa Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas
Pertanian IPB melalui jalur SPMB.
Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif di UKM PMK IPB,
diantaranya sebagai asisten Pendidikan Agama Kristen Protestan pada tahun
2004/2005, Koordinator Komisi Pelayanan Anak periode 2005/2006 serta sebagai
sekretaris Tim Kelompok Kecil Pemuridan UKM PMK IPB periode 2006/2007.
Selain itu penulis pernah mengikuti seminar Kepemimpinan tahun 2005 dan
Koentjaraningrat Memorial Lecture IV pada tahun 2007.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala berkat
rahmat-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini berjudul “Perancangan
Kebun Wisata Ilmiah II Balai Penelitian Tanaman Obat Dan Aromatik (Balittro)
Cimanggu, Bogor. Penulis memilih aspek perancangan dalam penelitian ini
karena merupakan kesatuan dari berbagai proses dalam arsitektur lanskap,
mencakup kegiatan lapang hingga kegiatan studio. Hasil dari perancangan ini
diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna bagi pihak pengelola Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
pembimbing akademik, Dr.Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr, sekaligus sebagai
pembimbing skripsi atas kesabarannya dalam membantu dan memberikan
pengarahan selama pendidikan. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada
kedua orang tua dalam berbagai dukungan, serta kepada seluruh Mahasiswa
Departemen Arsitektur Lanskap IPB, khususnya angkatan 40.
Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk
penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi semua
pihak yang membacanya. Sekian dan terimakasih.

Bogor, Agustus 2008

Penulis
i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ......................................................................................... iv


DAFTAR GAMBAR..................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vii

PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
Manfaat Penelitian .................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan .............................................................................................. 3
Perancangan Lanskap ................................................................................ 4
Rekreasi dan Wisata .................................................................................. 6
Sumberdaya Kegiatan Wisata .................................................................... 6
Wisatawan ................................................................................................ 7
Pelayanan.................................................................................................. 7
Informasi .................................................................................................. 7
Promosi..................................................................................................... 7
Vegetasi .................................................................................................... 8
Aspek Lingkungan .............................................................................. 8
Aspek Arsitektural ............................................................................... 8
Aspek Visual Estetik ........................................................................... 10
Aspek Ilmiah atau Pendidikan ............................................................. 10

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu ..................................................................................... 11
Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 12
Inventarisasi ........................................................................................ 12
Analisis ............................................................................................... 12
Sintesis................................................................................................ 13
Konsep ................................................................................................ 13
Perencanaan ........................................................................................ 14
Perancangan ........................................................................................ 14

INVENTARISASI
Kondisi Umum.......................................................................................... 16
Iklim ......................................................................................................... 18
Batas Tapak .............................................................................................. 22
Tanah dan Topografi ................................................................................. 22
Vegetasi .................................................................................................... 27
Satwa ....................................................................................................... 30
Sirkulasi .................................................................................................... 30
Fasilitas..................................................................................................... 33
Akustik ..................................................................................................... 36
ii

Ekonomi ................................................................................................... 36
Sosial ........................................................................................................ 37

ANALISIS DAN SINTESIS


Kondisi Umum.......................................................................................... 39
Iklim ......................................................................................................... 39
Sirkulasi .................................................................................................... 41
Vegetasi .................................................................................................... 42
Satwa ........................................................................................................ 46
Tanah dan Air ........................................................................................... 46
Fasilitas ..................................................................................................... 48
Ekonomi.................................................................................................... 50
Sosial ........................................................................................................ 50

KONSEP
Konsep Dasar ............................................................................................ 53
Konsep Pengembangan ............................................................................. 54
Konsep Wisata ................................................................................... 54
Wisata Umum................................................................................. 55
Wisata Pendidikan/Ilmiah ............................................................... 55
Konsep Ruang .................................................................................... 55
Zona Penerimaan ............................................................................ 56
Zona Pelayanan .............................................................................. 56
Zona Koleksi .................................................................................. 56
Zona Penelitian............................................................................... 56
Zona Pembibitan ............................................................................ 56
Zona Wisata Umum ........................................................................ 56
Zona Display .................................................................................. 56
Zona Penyangga ............................................................................. 56
Konsep Sirkulasi ....................................................................................... 58
Konsep Visibilitas ..................................................................................... 58
Konsep Vegetasi ....................................................................................... 58
Vegetasi Estetika ........................................................................... 59
Vegetasi Ilmiah/Pendidikan ........................................................... 59
Vegetasi Arsitektural ..................................................................... 59
Vegetasi Konservasi ...................................................................... 60
Konsep Fasilitas ........................................................................................ 60
Alternatif Tata Ruang................................................................................ 60

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN


Zona Penerimaan ...................................................................................... 65
Zona Pelayanan ......................................................................................... 72
Zona Koleksi............................................................................................. 83
Zona Pembibitan ....................................................................................... 90
Zona Wisata Umum .................................................................................. 94
Zona Display............................................................................................. 99
Zona Penelitian ......................................................................................... 105
Zona Penyangga ........................................................................................ 110
iii

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ............................................................................................... 112
Saran......................................................................................................... 113

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 114


LAMPIRAN .................................................................................................. 115
iv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. Aspek, Jenis, Bentuk, Sumber dan Cara Pengambilan Data Umum ........ 13
2. Persen Kemiringan Dan Luasan Lahan ................................................... 27
3. Fasilitas Wisata Pada Tapak ................................................................... 33
4. Tipe Iklim Utama ................................................................................... 41
5. Subdivisi Iklim ....................................................................................... 41
6. Alternatif Tambahan Tanaman Koleksi .................................................. 45
7. Kesesuaian Lahan dan Akivitas Wisata .................................................. 52
8. Komposisi Zona ..................................................................................... 57
9. Kriteria Penilaian Peta Konsep ............................................................... 63
10. Luas Berbagai Zona Dalam KWI II ........................................................ 64
11. Rencana Detil Fasilitas Dan Site Furniture Pada Zona Penerimaan ........ 65
12. Rencana Vegetasi Zona Penerimaan ....................................................... 66
13. Rencana Detil Fasilitas Dan Site Furniture Pada Zona Pelayanan ........... 72
14. Rencana Vegetasi Zona Pelayanan ......................................................... 73
15. Rencana Detil Site Furniture dan Fasilitas Pada Zona Koleksi ............... 83
16. Rencana Tanaman Koleksi Tambahan Dan Pengganti ............................ 84
17. Rencana Detil Fasilitas Dan Site Furniture Pada Zona Pembibitan ......... 90
18. Rencana Detil Fasilitas dan Site Furniture Pada Zona Wisata Umum ..... 84
19. Rencana Detil Fasilitas dan Site Furniture Pada Zona Display ............... 99
20. Rencana Vegetasi Zona Display ............................................................. 99
21. Rencana Detil Fasilitas dan Site Furniture Pada Zona Penelitian ............ 106
22. Rencana Vegetasi Zona Penelitian.......................................................... 106
23. Rencana Vegetasi Zona Penyangga ........................................................ 110
v

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Vegetasi Pembentuk Ruang .................................................................... 9
2. Peta Lokasi Penelitian ............................................................................ 11
3. Bagan Perancangan Menurut Gold (1980) .............................................. 15
4. Grafik Total Curah Hujan Tahunan ........................................................ 18
5. Grafik Rataan Curah Hujan Berdasarkan Bulan ...................................... 19
6. Grafik Rata-rata Suhu Udara Maksimum ................................................ 19
7. Grafik Rata-rata Suhu Udara Minimum .................................................. 19
8. Grafik Rata-rata Suhu Udara Harian ....................................................... 20
9. Grafik Kecepatan Angin ......................................................................... 20
10. Grafik Kelembaban Udara ...................................................................... 20
11. Batas Tapak Dan Sirkulasi Eksisting ...................................................... 21
12. Peta Kontur ............................................................................................ 25
13. Peta Klasifikasi Kemiringan Lahan ........................................................ 26
14. Penampakan Vegetasi Dari Udara .......................................................... 28
15. Petak Tanam Eksisting ........................................................................... 29
16. Serunai Rambat Sebagai Tanaman Penutup Tanah ................................. 30
17. Pacing Sebagai Tanaman Penutup Tanah ............................................... 30
18. Jalan Tentara Pelajar .............................................................................. 31
19. Pagar Pembatas Kebun Wisata Ilmiah II Dengan Jalan Tentara Pelajar... 31
20. Gang Antara KWI II Dengan Komplek Perumahan Balitro .................... 32
21. Jalan Kecil Berlapis Semen Antara KWI II Dengan Komplek Perumahan
Balitro .................................................................................................... 32
22. Perbatasan KWI II Dengan Pemukiman Di Sebelah Selatan ................... 32
23. Jalan Masuk Kebun Wisata Ilmiah II Dan Balitklimat ............................ 35
24. Tanah Longsor Pada Sungai Kecil .......................................................... 35
25. Kondisi Visual Petak Tanam .................................................................. 35
26. Peta Eksisting......................................................................................... 38
27. Jalan Antara Kumpulan Pohon Pinus Dan Karet Hutan .......................... 44
28. Batas Tapak Dengan Perumahan Karyawan ........................................... 44
29. Ilalang Dan Pancang Bambu Bekas Penelitian ........................................ 45
30. Bak Penampungan Dan Tangki Air ........................................................ 47
31. Tanah Longsor Pada Dinding Sungai Kecil DalamTapak ....................... 47
32. Bagian Sungai Kecil Yang Memerlukan Penutup ................................... 48
33. Penimbunan Sampah Pada Petak KW..................................................... 49
34. Analisis Tapak ....................................................................................... 51
35. Konsep Alternatif 1 ................................................................................ 61
36. Konsep Alternatif 2 ................................................................................ 62
37. Detil Zona Penerimaan ........................................................................... 67
38. Rencana Penanaman Zona Penerimaan................................................... 68
39. Detil Pintu Gerbang................................................................................ 69
40. Detil Bangunan Parkir Sepeda Motor ..................................................... 70
41. Detil Lampu Taman ............................................................................... 71
42. Pola Perkerasan Pada Zona Pelayanan .................................................... 74
43. Detil Zona Pelayanan ............................................................................. 75
44. Rencana Penanaman Zona Pelayanan ..................................................... 76
vi

45. Detil Balai Bengong ............................................................................... 77


46. Detil Mushola ........................................................................................ 78
47. Detil Kantin ........................................................................................... 79
48. Detil Kolam Dan Tugu ........................................................................... 80
49. Detil Menara Pandang ............................................................................ 81
50. Detil Tempat Wudhu Dan Toilet ............................................................ 82
51. Label Tanaman ...................................................................................... 83
52. Rencana Penanaman Zona Koleksi 1 ...................................................... 86
53. Rencana Penanaman Zona Koleksi 2 ...................................................... 87
54. Rencana Penanaman Zona Koleksi 3 ...................................................... 88
55. Rencana Penanaman Zona Koleksi 4 ...................................................... 89
56. Detil Zona Pembibitan ........................................................................... 91
57. Rencana Penanaman Zona Pembibitan ................................................... 92
58. Detil Rumah Kaca .................................................................................. 93
59. Detil Salah Satu Bagian Zona Wisata Umum.......................................... 95
60. Rencana Penanaman Salah Satu Zona Wisata Umum ............................. 96
61. Detil Toilet Zona Wisata Umum............................................................. 97
62. Detil Gazebo .......................................................................................... 98
63. Detil Zona Display ................................................................................. 100
64. Rencana Penanaman Zona Display ......................................................... 101
65. Detil Bangunan Display ......................................................................... 102
66. Detil Perpustakaan ................................................................................. 103
67. Detil Pusat Informasi Dan Kantor Pengelola .......................................... 104
68. Detil Zona Penelitian.............................................................................. 107
69. Rencana Penanaman Zona Penelitian ..................................................... 108
70. Detil Bangunan Gudang Dan Mess ......................................................... 109
vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Site Plan .............................................................................................. 116
Lampiran 2. Pembagian Zona.................................................................................. 117
Lampiran 3. Rataan Data Iklim Tahun 2001 ............................................................ 118
Lampiran 4. Rataan Data Iklim Tahun 2002 ............................................................ 119
Lampiran 5. Rataan Data Iklim Tahun 2003 ............................................................ 120
Lampiran 6. Rataan Data Iklim Tahun 2004 ............................................................ 121
Lampiran 7. Rataan Data Iklim Tahun 2005 ............................................................ 122
Lampiran 8. Rataan Data Iklim Tahun 2006 ............................................................ 123
Lampiran 9. Daftar Tanaman Petak KO Kebun Wisata Ilmiah II ............................. 124
Lampiran 10. Daftar Tanaman Petak KW Kebun Wisata Ilmiah II ............................ 125
Lampiran 11. Daftar Tanaman Petak J,K dan L Kebun Wisata Ilmiah II ................... 126
Lampiran 12. Daftar Tanaman Petak M, N, O dan P Kebun Wisata Ilmiah II ............ 127
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk saat ini, sangat berpengaruh terhadap lingkungan
sekitarnya. Jumlah ruang yang tersedia semakin lama semakin berkurang dan
terjadi berbagai perubahan fungsi ruang, sementara tuntutan populasi penduduk
yang semakin bertambah tersebut menuntut ruang-ruang untuk pemenuhan
kebutuhannya tentunya akan semakin meningkat pula. Kebutuhan tersebut
meliputi kebutuhan akan tempat tinggal, ruang kerja, kegiatan wisata dan
sebagainya.
Seperti yang telah disebutkan di atas, masyarakat menggunakan ruang
untuk memenuhi kebutuhannya, yang salah satunya adalah wisata. Kegiatan
wisata yang ada dapat dipadukan dengan berbagai aspek yang diterapkan pada
suatu area tertentu yang tidak jauh dari kehidupan masyarakat. Salah satunya
adalah aspek keilmuan yang apabila dipadukan dengan kegiatan wisata disebut
dengan wisata ilmiah. Dengan melakukan kegiatan wisata, para wisatawan tidak
hanya melakukan kegiatan rekreasi, tetapi juga memperoleh berbagai wawasan di
bidang keilmuan.
Salah satu lokasi yang dijadikan kawasan wisata ilmiah adalah Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) yang terletak di Cimanggu,
Bogor. Balai ini dibentuk Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
06/Permentan/OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006 merupakan pemekaran dari
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Balai penelitian ini memiliki 5 unit
laboratorium, 9 unit rumah kaca, sebuah bengkel mekanisasi, Kebun Wisata
Ilmiah, sebuah perpustakaan dan sebuah petak pamer berukuran 1 Hektar.
Tanaman obat dan aromatik yang terdapat didalamnya merupakan kelompok
tanaman yang mempunyai daya tarik yang khas, seperti jenis-jenis tanaman,
budidaya, pengolahan sampai kepada khasiatnya. Hal inilah yang menjadikan
komoditas rempah dan obat mempunyai peluang yang besar untuk dijadikan objek
wisata.
Kebun Wisata Ilmiah II merupakan bagian dari Balai Penelitian Tanaman
Obat dan Aromatik. Kebun Wisata Ilmiah II dipakai untuk melakukan penanaman
2

tanaman obat dan aromatik yang sedang dikembangkan atau diteliti. Dengan
ukuran yang cukup luas, serta jenis tanaman yang ada di dalamnya, area ini sangat
berpotensi untuk kegiatan wisata, khususnya yang berkaitan dengan pengenalan
tanaman obat dan aromatik. Hal inilah yang menjadikannya sebagai titik berat
perancangan sebagai kebun wisata ilmiah.
Dengan adanya suatu perancangan, diharapkan Kebun Wisata Ilmiah II
dapat lebih memenuhi kebutuhan para pengunjung akan kegiatan wisata dan
pendidikan mengenai berbagai jenis tanaman obat dan aromatik beserta
pengembangannya.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah melakukan perancangan terhadap Kebun
Wisata Ilmiah II Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, yang
menampilkan koleksi tanaman, menyediakan sarana dan prasarana wisata, ditata
dalam suasana lanskap yang nyaman, indah dan memberi pengajaran atau edukasi
berupa pengenalan tentang tanaman obat dan aromatik kepada pengunjung.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memaksimalkan fungsinya
sebagai kebun wisata ilmiah dalam bentuk perancangan elemen-elemen koleksi
tanaman, vegetasi pendukung, dan fasilitas yang mendukung pelayanan wisata,
beserta konsep tata ruang dan sirkulasinya sehingga dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan oleh pengelola dalam merencanakan Kebun Wisata Ilmiah Balai
Penelitian tanaman Obat dan Aromatik.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan
Menurut Laurie (1986), perencanaan merupakan pendekatan ke masa
depan terhadap lahan dan perencanaan tersebut disertai dengan imajinasi dan
kepekaan terhadap analisis tapak. Pendekatan yang digunakan dalam perencanaan
berdasarkan lima komponen utama yaitu faktor alami, sosial, teknologi,
metodologi, dan nilai-nilai. Sedangkan menurut Lynch (1981), perencanaan tapak
merupakan seni menciptakan fisik luar yang menyokong tindakan manusia,
dimana proses perencanaan dimulai dengan memahami perilaku pengunjung yang
akan menggunakan tapak tersebut dan kebijakan-kebijakan yang ada. Satu hal
yang diyakini, tidak ada satu elemen yang dapat diubah tanpa memberikan
pengaruh yang luas.
Menurut Simonds (1983), proses perencanaan merupakan suatu alat
sistematis yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan,
dan cara yang terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan tersebut dan
dapat dipelajari dari observasi. Perencanaan yang baik adalah untuk menilai setiap
obyek yang ada dengan pengamatan yang dipenuhi inspirasi, serta dengan konsep
yang ada memecahkan permasalahan yang ditemukan dengan sasaran
menciptakan lingkungan hidup dan cara hidup yang lebih baik bagi manusia.
Dalam mencapainya, seorang perencana haruslah menganalisa kecocokan suatu
lahan dengan setiap penggunaan yang diusulkan.
Perencanaan merupakan proses pemikiran dari suatu ide ke arah nyata.
Perencanaan juga merupakan kegiatan perumusan masalah dan beserta proses
pengambilan keputusan. Dalam ruang lingkup arsitektur lanskap, merencana
merupakan suatu tindakan menata berbagai penggunaan lahan berdasarkan
pengetahuan teknis, lahan dan kualitas estetiknya guna mendukung fungsi yang
akan dikembangkan pada lahan tersebut (Nurisjah dan Pramukanto, 1995). Hasil
perencanaan harus memungkinkan untuk dilaksanakan, mudah dipelihara, dan
harus menarik untuk dilihat maupun digunakan. Pada tahap ini dihasilkan rencana
tapak (site plan), zonasi pada tapak, rencana tata hijau, rencana sirkulasi dan
fasilitas penunjang.
4

Perancangan Lanskap
Perancangan lanskap merupakan suatu pendalaman dan perluasan dari
perencanaan lanskap, yang berkaitan dengan seleksi komponen-komponen
rancangan, bahan-bahan, tumbuhan dan kombinasinya sebagai pemecahan
masalah-masalah tertentu yang muncul pada rencana tapak (Laurie, 1986).
Melalui perancangan akan dihasilkan ruang tiga dimensi. Perancangan
ditujukan pada penggunaan volume atau ruang, setiap volume memiliki bentuk,
ukuran, warna, bahan, tekstur, dan kualitas lain. Keseluruhan kualitas ini akan
mengekspresikan serta mengakomodasikan fungsi-fungsi yang ingin dicapai
dalam perancangan terdapat pengorganisasian ruang yang berbeda dapat
memberikan dampak yang berbeda pula pada psikologis manusia. Dampak yang
akan muncul misalnya rasa takut, keriangan, gerak dinamis, keheningan dan lain-
lain (Simonds, 1983).
Dasar-dasar estetika dalam perancangan berkaitan dengan titik, garis,
bentuk, tekstur, warna, variasi, perulangan, penekanan dan keseimbangan. Garis
merupakan pembentuk dan pengontrol pola, pergerakan, visual dan fisik. Bentuk
berkaitan dengan bentuk vertikal maupun horizontal dan kedalaman. Tekstur
berkaitan dengan halus dan kasarnya bentuk. Dalam perancangan, bentuk dan
tekstur lebih banyak didukung oleh elemen tanaman. Warna berkaitan dengan
pengaruh kejiwaan yang dihasilkannya. Untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya kemotonan maka dalam pewarnaan diperlukan adanya variasi.
Sementara dalam perulangan, variasi yang ada dapat lebih memiliki ekspresi.
Keseimbangan berperan dalam penentuan bentuk formal atau nonformal dan
simetris atau asimetris. Sedangkan penekanan berperan dalam mengarahkan mata
pada satu atau dua obyek yang dipentingkan dari sebuah komposisi (Carpenter et
al, 1975).
Menurut Harris dan Dines (1988), sasaran dari perancangan adalah
kelayakan dan respon terhadap situasi dan keadaan sekitar. Kelayakan yang
dimaksud adalah sasaran utama dalam perancangan dan berhubungan dengan
penempatan elemen-elemen tapak, sehingga penting bagi perancang untuk
mengetahui lebih lanjut karakter dari tapak, baik kondisi awal maupun fungsi
yang diusulkan. Keberhasilan seorang perancang ditentukan dari tanggapan yang
5

diberikan oleh penggunanya, mempertemukan fungsi yang dibutuhkan dan


beradaptasi terhadap tekanan-tekanan dari lingkungan yang mempengaruhinya.
Prinsip yang digunakan dalam perancangan suatu lanskap adalah
mengeliminasi elemen-elemen yang buruk atau tidak harmonis. Elemen-elemen
yang baik sedapat mungkin ditonjolkan dan dipertahankan dan diciptakan.
Menurut Simonds (1983), terdapat dua jenis elemen lanskap, yaitu elemen lanskap
mayor dan elemen lanskap minor. Elemen lanskap mayor meliputi bentuk alam
(topografi, pegunungan, sungai, lembah) dan kekuatan alam (curah hujan, angin,
suhu) yang relatif sulit diubah oleh manusia. Elemen lanskap minor dapat berupa
anak sungai dan hutan-hutan kecil yang dapat dimodifikasi oleh perencana.
Perubahan yang dapat diterapkan secara garis besar berupa melestarikan, merusak,
mengubah dan memberi penekanan. Karakter tapak yang dipertahankan dan
diciptakan akan menjadi kesatuan yang harmonis dengan berbagai variasinya.
Dalam perancangan lanskap, pemilihan bahan merupakan hal penting.
Pemilihan ini merupakan titik utama selain penggunaan teknologi dan
pemeliharaan bahan tersebut (Laurie, 1986). Sifat dari materi yang dipakai
bervariasi sifatnya dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Simonds
(1983) menyatakan bahwa pemilihan materi sangat ditentukan oleh faktor iklim,
terutama di daerah tropis yang panas dan lembab. Pada daerah ini sebaiknya
materi yang digunakan bersifat tahan terhadap jamur yang mudah sekali
berkembang biak di daerah yang lembab. Konstruksi yang langsung berhubungan
dengan tanah sebaiknya menggunakan batu, beton, dan logam atau kayu yang
diawetkan.
Menurut Reid (1993), perancangan yang baik mempunyai organisasi
bentuk sebagai berikut:
1. Unity, merupakan kesatuan dengan komponen lain dalam tapak.
2. Emphasis/Dominance, merupakan penekanan atau kontras yang dibuat
pada salah satu titik dalam tapak
3. Balance, merupakan keseimbangan dalam skala dan proporsi untuk
menyusun elemen lanskap.
4. Rhytm, merupakan ritme atau irama, gradasi dan sequence pada
penyusunan elemen lanskap.
6

Rekreasi Dan Wisata


Rekreasi dapat diartikan sebagai segala kegiatan yang dilakukan seseorang
untuk menyegarkan kembali sifat mentalnya serta dapat bermanfaat. Rekreasi
berkaitan dengan apa yang terjadi dalam hubungannya dengan kepuasan diri yang
diperoleh melalui pengalaman. Biasanya rekreasi dihubungkan dengan adanya
pemilihan bermacam aktivitas yang dilakukan oleh individu atau kelompok, baik
yang bersifat aktif maupun pasif dan ditentukan oleh elemen kondisi, waktu, sikap
manusia dan lingkungan (Gold, 1980).
Menurut Smith (1989), berbagai penelitian wisata dianggap sebagai suatu
pengalaman hidup manusia, dimana wisata adalah suatu aktivitas yang dilakukan
oleh individu-individu untuk dinikmati. Interaksi antara pelaku wisata dan tujuan
wisata merupakan hal yang sangat penting untuk ditinjau. Tempat wisata
hendaknya dikondisikan untuk menciptakan suatu daya tarik dan perasaan
tertentu, tidak hanya bagi pengunjung yang murni berwisata dan pengelola yang
memperoleh keuntungan dari keindahan tempat wisata, namun juga bagi mereka
yang mencari pemahaman teoritis yang lebih baik, dalam hal motivasi dan
persepsi. Sudah seharusnya, wisata menawarkan suatu pengalaman yang berbeda
dari kegiatan yang dilakukan oleh seseorang secara konvensional. Lebih lanjut
dinyatakan juga bahwa wisata juga merupakan perilaku sosial sebagai hasil dari
kontak yang terjadi antara seseorang dengan orang maupun institusi sosial
lainnya.

Sumberdaya Kegiatan Wisata


Menurut Gold (1980), ketersediaan sumberdaya untuk aktivitas wisata
dapat dilihat dari jumlah dan kualitas sumberdaya yang tersedia serta dapat
digunakan pada waktu tertentu. Sumberdaya untuk aktivitas wisata adalah tujuan
bagi orang yang melakukan wisata, merupakan kesatuan ruang tertentu dan dapat
menarik keinginan untuk berwisata. Identifikasi dan inventarisasi yang kemudian
dilanjutkan dengan analisa potensi dan kendala dapat dilakukan untuk mengetahui
sumberdaya yang tersedia. Menurut Yoeti (1996), sumberdaya wisata yang
mengendalikan dan menarik para wisatawan disebut dengan atraksi. Atraksi
wisata menjadi daya tarik wisatawan yang mengunjungi daerah tertentu, tidak
7

hanya berupa obyek yang dapat disaksikan tetapi juga merupakan aktivitas yang
dapat dilakukan pada daerah tujuan wisata.

Wisatawan
Menurut WTO pada tahun 1992 (Gunn, 1997), pengunjung adalah semua
jenis orang yang melakukan perjalanan seperti orang yang mengunjungi teman
atau kerabat, bepergian untuk urusan bisnis, berziarah dan melakukan aktifitas
rekreasi lain, termasuk perjalanan sehari ataupun yang lebih lama. Terdapat
pengecualian bagi para komuter, prajurit, diplomat, pengungsi dan mereka yang
menyeberangi batas internasional dan mendapatkan bayaran untuk bekerja di
negara yang dikunjunginya. Sehingga dapat dinyatakan bahwa istilah wisatawan
atau pengunjung mencakup semua jenis orang yang melakukan perjalanan, baik
untuk bersenang-senang maupun untuk kepentingan bisnis.

Pelayanan
Menurut Yoeti (1997), pelayanan untuk kegiatan wisata memerlukan
fasilitas akomodasi perhotelan, rumah makan, pelayanan umum seperti telepon
umum, mushalla, toilet dan sebagainya. Adanya pertimbangan perencanaan yang
baik terhadap pelayanan wisata akan sangat membantu memenuhi fungsi tempat
wisata (Gunn, 1977).

Informasi
Sarana informasi dalam wisata dapat berupa tanda-tanda pengarah jalan,
leaflet, peta, pusat informasi, pusat interpretasi pengunjung dan pemandu wisata.
Dengan adanya informasi yang diberikan lewat sarana informasi, diharapkan
dapat membantu wisatawan dalam hal panduan arah dan identifikasi lokasi wisata
serta pelayanan wisata (Gunn, 1977).

Promosi
Menurut Gunn (1977), yang termasuk dalam komponen promosi adalah
semua bentuk penawaran dan ajakan yang digunakan untuk memikat orang
berwisata. Hal ini perlu dilakukan agar dapat mencapai sasaran, seperti
meningkatkan jumlah wisatawan yang datang, lebih lamanya para wisatawan
tinggal, serta lebih banyaknya para wisatawan membelanjakan uangnya (Yoeti,
1996).
8

Vegetasi
Secara umum, vegetasi yang ada pada tapak menurut fungsinya dapat
digolongkan ke dalam beberapa aspek berikut:

Aspek Lingkungan
Dalam pengembangan suatu tapak, aspek lingkungan harus diperhatikan
tanpa melupakan fungsi-fungsi lainnya. Fungsi lingkungan yang ingin dicapai
adalah meningkatkan kualitas lingkungan. Dengan meredam segala polusi yang
mengganggu kenyamanan pengunjung dan masyarakat. Vegetasi yang dipilih
adalah vegetasi yang melindungi pengunjung dari radiasi sinar matahari yang
berlebihan serta suhu tinggi, mereduksi adanya penggenangan air di permukaan,
mengurangi terciptanya bad view dari kawasan sekitar serta dapat juga digunakan
sebagai habitat bagi beberapa jenis satwa.
Aspek Arsitektural
Pada aspek ini, vegetasi merupakan pembentuk ruang atau unsur-unsur
yang dapat membentuk ruang. Ruang-ruang yang dapat terbentuk oleh vegetasi
menurut Booth (1983) adalah:
a. Open Space, yaitu ruang yang terbentuk dari vegetasi rendah dan tanaman
penutup tanah. Ruang ini memiliki area visual yang luas, tanpa ada batas
dan langsung mendapat banyak sinar matahari. Sangat diperlukan agar
tapak tidak menjadi lembab dan gelap.
b. Semi Open Space, hampir sama dengan open space, hanya terdapat
beberapa vegetasi penghalang pada beberapa bagian tertentu, masih dapat
meneruskan sinar matahari hingga ke permukaan tanah.
c. Canopied Space, adalah ruang yang tercipta dari vegetasi yang memiliki
kerapatan kanopi yang menutupi ruang atas kepala. Ruang ini dapat
mengurangi sinar matahari yang menyengat, memberikan kenyamanan
dalam beraktivitas.
d. Enclosed Space, adalah ruang tertutup dengan ruang atas kepala yang
rimbun, dan strata tanaman yang bervariasi dari rendah hingga tinggi.
Dapat meredam berbagai polusi dari luar tapak.
9

e. Vertical Space, ruang yang terbentuk dari tanaman penutup tanah dan
tanaman tinggi yang tidak rimbun kanopinya. Memberikan kenyamanan
dalam beraktivitas.
Unsur-unsur yang mempengaruhi kualitas estetika yang dihasilkan oleh
vegetasi adalah garis atau bentuk batang, bentuk tajuk, warna daun, warna bunga,
tekstur vegetasi, struktur, unsur, massa seperti transparan atau massif, serta unsur
karakter vegetasi.

Gambar 1. Vegetasi Pembentuk Ruang


Sumber: Booth (1983)
10

Aspek Visual Estetik


Aspek ini erat kaitannya dengan kegiatan rekreasi. Vegetasi sebagai unsur
yang mempengaruhi kualitas estetika memiliki garis dan bentuk batang, bentuk
tajuk, warna daun dan bunga, tekstur vegetasi, struktur, unsur massa seperti
transparan atau massif, serta unsur karakter vegetasi.
Aspek Ilmiah atau Pendidikan
Berfungsi memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi para
pengunjung. Aspek pendidikan didapat dari tanaman koleksi yang ditata dalam
tapak menyangkut bentuk fisik yang terlihat, dan wawasan lain tentang tanaman
yang didukung oleh fasilitas yang ada.
11

METODE PENELITIAN

Lokasi Dan Waktu


Penelitian dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik,
tepatnya di Kebun Wisata Ilmiah II yang terletak di Kawasan Kampus Penelitian
Pertanian Cimanggu, tepatnya di Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor. Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik atau disingkat Balittro merupakan unit
pelaksana teknis dibidang penelitian dan pengembangan tanaman obat dan
aromatik di bawah koordinasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
(Puslitbang Perkebunan), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian


Sumber: Peta Jakarta (2003)
Kegiatan perancangan ini dilakukan dalam dua tahap. Kegiatan lapang
berupa inventarisasi dilakukan selama satu bulan, dimulai dari minggu pertama
bulan Juni 2007 hingga Juli 2008, dan dilanjutkan dengan kegiatan studio untuk
pengolahan data dan pembuatan gambar.
12

Pelaksanaan Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode survei yang kemudian dilanjutkan
dengan kegiatan studio. Dalam kegiatan perancangan dilakukan pendekatan yang
terdiri dari beberapa tahap, yaitu inventarisasi, analisis, sintesis, konsep serta
perancangan. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
sumberdaya dan aktivitas. Sumberdaya yang digunakan adalah Kebun Wisata
Ilmiah Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Pendekatan aktivitas
ditetapkan dengan tema wisata dan pendidikan. Adapun tahapan kerja mengikuti
tahapan kerja dari Gold (1980) sebagai berikut:

Inventarisasi
Inventarisasi adalah suatu tahap pengumpulan data dari tapak yang
dirancang. Data yang dikumpulkan mencakup data fisik, biofisik, dan sosial
disajikan pada Tabel 1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan
langsung ke lapangan (survai lapang), wawancara dengan pengelola tapak,
pemeriksaan peta eksisting serta studi pustaka. Melalui survai lapang diketahui
keadaan tapak yang sebenarnya. Data yang didapatkan dengan cara ini berupa
data sirkulasi, kualitas visual, satwa, vegetasi, pengelolaan lahan, dan keadaan
fasilitas pendukung tapak. Wawancara dengan pihak pengelola dilakukan untuk
mengetahui kemungkinan dan keinginan pengembangan tapak sebagai kebun
wisata ilmiah beserta data-datanya. Alat dan bahan yang digunakan dalam tahap
inventarisasi meliputi kamera digital, GPS, peta topografi dan peta jenis tanah.
Selanjutnya studi pustaka dilakukan untuk memperoleh berbagai data seperti
iklim, tanah, hidrologi, topografi, data sosial dan ekonomi. Hasil dari tahap ini
diwujudkan ke dalam sebuah peta eksisting.

Analisis
Berdasarkan data yang didapatkan dari tahap inventarisasi, dilakukan
analisis terhadap tapak dengan meninjau berbagai faktor yang mempengaruhi
keadaan tapak, seperti iklim, topografi, hidrologi, vegetasi dan satwa, kualitas
visual, aksesibilitas, pengunjung dan pengelola. Dengan demikian akan diketahui
potensi dan kendala yang terdapat dalam tapak terhadap berbagai macam
penggunaan yang dirangkum dalam peta analisis tapak.
13

Tabel 1. Aspek, Jenis, Bentuk, Sumber dan Cara Pengambilan Data Umum
No Aspek Jenis Data Bentuk Sumber Cara
1 Fisik
a. Iklim
- Suhu Sekunder Stasiun Klimatologi Studi Pustaka
Baranangsiang
FMIPA-IPB
- Kelembapan Sekunder Stasiun Klimatologi Studi Pustaka
Baranangsiang
FMIPA-IPB
- Kecepatan Angin Sekunder Stasiun Klimatologi Studi Pustaka
Baranangsiang
FMIPA-IPB
- Curah Hujan Sekunder Stasiun Klimatologi Studi Pustaka
Baranangsiang
FMIPA-IPB
b. Jenis Tanah Sekunder BPPT Bogor Studi Pustaka
c. Topografi Primer & Sekunder Lapang & Peta Survey Lapang
& Peta
d. Fasilitas/Utilitas Primer Lapang Survey Lapang
e. View Primer Lapang Survey Lapang
f. Akses Primer & Sekunder Lapang & Peta Survey Lapang
& Peta
g. Sirkulasi Primer & Sekunder Lapang & Peta Survey Lapang
& Peta
2 Biofisik Vegetasi Primer Lapang Survey Lapang
Satwa Primer Lapang Survey Lapang
3 Sosial Kunjungan Sekunder Balittro Studi Pustaka
4 Ekonomi Sumber Dana Sekunder Balittro Studi Pustaka

Sintesis
Pada tahap sintesis dilakukan pemecahan masalah dan pemanfaatan
potensi tapak yang disesuaikan dengan tujuan dan pendekatan perencanaan. Hasil
akhir dari tahap ini adalah berbagai solusi atau pemecahan masalah dari berbagai
aspek. Solusi tersebut didapat berdasarkan tinjauan pustaka yang menjadi patokan
terhadap kesesuaian antara tapak dengan berbagai aktivitas.
Konsep
Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap sintesis. Kegiatan dalam tahap
ini berupa penentuan konsep dasar yang akan dikembangkan di dalam tapak, serta
dilengkapi dengan konsep-konsep pengembangan. Konsep yang ada ditentukan
14

berdasarkan segala pertimbangan yang ada pada tapak, yang berasal dari solusi
pada tahap sebelumnya. Konsep yang dihasilkan digambarkan dalam peta konsep
yang merupakan perpaduan pengembangan tapak dengan struktur tapak yang
terdiri dari pola ruang, sirkulasi antar ruang, serta vegetasi dalam tapak. Setelah
ditemukan berbagai alternatif perencanaan, maka dilakukanlah suatu tindakan
pemilihan terhadap salah satu alternatif yang dianggap paling baik.
Perencanaan
Merupakan pengembangan dari berbagai konsep yang dihasilkan pada
tahap sebelumnya. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan
tapak. Rencana tapak merupakan rencana yang berisi sirkulasi, pola ruang,
vegetasi dan fasilitas dalam suatu kesatuan. Rencana tapak digambarkan dalam
site plan atau biasa disebut dengan gambar rencana tapak.
Perancangan
Tahap ini adalah tahap yang dilakukan untuk memilih materi, bentuk,
simbol yang digunakan dalam tapak sehingga membentuk ruang, obyek, atau
konstruksi tertentu pada tapak sesuai dengan tujuan dan fungsi yang diinginkan.
Tahap ini berisikan rancangan dan gambar-gambar detil dari komponen
komponen lanskap, serta fasilitas yang akan dihadirkan dalam tapak dari alternatif
yang dipilih sebelumnya.
Pertimbangan yang dilakukan dalam tahap ini adalah kesesuaian tujuan
perencanaan awal tapak dengan desain yang dibuat. Potensi dan kendala yang ada
dalam tapak sangat diperhatikan dalam pemilihan dan penempatan fasilitas yang
tepat sehingga tapak dapat dimanfaatkan dengan maksimal dengan tingkat
pemeliharaan yang tidak sulit.
15

- Iklim
- Kemiringan Lahan
INVENTARISASI - Hidrologi
- Tanah
- Vegetasi
- Visual & Akustik

Kendala & Peluang


ANALISIS Potensi Penggunaan Ruang
Kecocokan Pengembangan Area

SINTESIS KONSEP

PERENCANAAN

PERANCANGAN Rancangan Detil

Gambar 3. Bagan Perancangan


Sumber: Gold (1980)
16

INVENTARISASI

Kondisi Umum
Kebun Wisata Ilmiah II sebagai bagian dari Balai Penelitian Tanaman
Obat dan Aromatik merupakan area yang dipakai untuk melakukan penanaman
tanaman yang sedang dikembangkan atau diteliti. Dahulu Kebun Wisata Ilmiah II
bernama Kebun Percobaan. Namun seiring perkembangan dan tuntutan keperluan,
pengelola mengubah nama tersebut menjadi Kebun Wisata Ilmiah II. Tanaman
yang dikembangkan tidak hanya berasal dari dalam negri saja, namun juga
terdapat beberapa varietas tanaman yang berasal dari negara lain. Keberadaan
Kebun Wisata Ilmiah berasal dari didirikannya Cuulturtuin atau Kebun Tanaman
Berguna (Economic Garden) sebagai cabang dari Kebun Raya Bogor pada tanggal
14 Februari 1876. Cuulturtuin ini berfungsi sebagai kebun koleksi tanaman tropis
yang diintroduksi baik dari dalam maupun dari luar negeri, dengan fungsi lain
sebagai pusat pengembangan tanaman berguna atau industri sebelum
disebarluaskan dan dibudidayakan ke seluruh nusantara. Selanjutnya Cuulturtuin
berkembang menjadi cikal bakal balai-balai penelitian pada sektor pertanian atau
perkebunan.
Tujuan dibangunnya Kebun Wisata Ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Melestarikan plasma nutfah atau sumberdaya genetik, khususnya tanaman
perkebunan untuk daerah tropis yang diperlukan umat manusia.
2. Menciptakan sarana pembelajaran yang akan memberikan nilai tambah di
bidang ilmiah, riset dan teknologi tanaman perkebunan tropis.
3. Memberikan nilai tambah komersial bagi pengguna riset, ilmu pengetahuan
dan teknologi terkait, terutama stake holder.
Layanan yang diberikan oleh Kebun Wisata Ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Wisata agro yang terletak di dalam Kota Bogor dengan keanekaragaman
komoditasnya, mencerminkan keunikan yang bernilai tinggi dan mempunyai
daya tarik kuat sebagai salah satu usaha agribisnis yang prospektif.
2. Penyediaan berbagai benih tanaman koleksi termasuk simplisia tanaman obat-
obatan yang merupakan inovasi perbanyakan benih, implementasi teknologi
budidaya serta pasca panen.
17

3. Fieldtrip bagi peserta pelatihan, pelajar, mahasiswa dan karyawan untuk


mengenal dan mengetahui berbagai jenis tanaman perkebunan serta
manfaatnya.
4. Data base yang meliputi tanaman perkebunan tropis, baik yang berasal dari
dalam dan luar negeri. Berisi informasi mengenai jenis dan manfaat serta
potensi dan teknologi budidaya dan pengolahan hasil panen ataupun
pemasaran bagi komoditas tanaman perkebunan dan produk turunannya.
Informasi tersebut dikemas dalam bentuk buku, leaflet, brosur, dan compact
disc.
5. Penelitian dan pengembangan tanaman dengan kebun wisata ilmiah sebagai
titik sentral kegiatan di lapangan, terbuka bagi praktisi mahasiswa maupun
peneliti untuk melakukan pengkajian, penelitian, pengembangan dan rekayasa
perbaikan mutu genetik tanaman koleksi ataupun tanaman introduksi baru.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebun wisata ilmiah berfungsi
sebagai bank koleksi (sumber genetik tanaman), gerbang perbanyakan benih
serta perbaikan mutu genetik agar dapat potensi jenis tanaman perkebunan
dapat dilestarikan dan bernilai tambah ekonomi. (Sumber: Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Pusat Pengembangan Perkebunan Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat, Maret 2008).

Secara umum, tapak Kebun Wisata Ilmiah II di sebelah timur berbentuk


dataran, dan di daerah barat memiliki ketinggian yang bervariasi dari permukaan
laut. Terdapat sebuah sungai kecil yang terbentang dari arah tenggara ke barat laut
area ini. Sungai kecil ini bermuara ke sungai Cisadane.
Potensi utama dari Kebun Wisata Ilmiah II ini adalah beragamnya
tanaman yang dikembangkan dan diteliti. Pengunjung yang datang dapat melihat
berbagai jenis tanaman obat dan aromatik yang ditanam dalam 31 petak tanam
dan tiga petak rumah kaca.
Kegiatan inventarisasi tidak sepenuhnya dilakukan dengan cara
pengambilan data langsung dari tapak yang diteliti. Data iklim didapatkan dari
Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB dan data tanah didapatkan dari
Balai Penelitian Tanah Bogor. Sedangkan pengamatan yang dilakukan secara
langsung adalah untuk memperoleh datum yang meliputi batas tapak,
18

pembandingan keadaan topografi, fasilitas tapak, satwa, vegetasi, dan pola


sirkulasi serta akses tapak. Data sekunder yang sangat membantu adalah peta
eksisting petak tanam milik pengelola dan peta topografi. Inventarisasi terhadap
keadaan vegetasi dan satwa dilakukan dengan cara pengamatan langsung di tapak
dengan bantuan petugas pengelola kebun. Datum yang diperoleh dicatat secara
manual maupun dengan bantuan alat berupa kamera digital dan peta eksisting.

Iklim
Berdasarkan data tahun 2007 yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi
Baranangsiang FMIPA-IPB, Kota Bogor secara umum beriklim tropis. Jumlah
curah hujan rata-rata di wilayah ini berkisar antara 3.000 - 4.000 mm/tahun. Curah
hujan bulanan berkisar antara 300 - 430 mm dengan waktu curah hujan minimum
terjadi pada Bulan Agustus sekitar 159,5 mm, sedangkan curah hujan maksimum
terjadi pada bulan April sekitar 440 mm. Temperatur rata-rata berada pada suhu
27°C, temperatur tertinggi mencapai 30,8°C dan terendah sebesar 23,3˚C dengan
kelembaban udara rata-rata sekitar lebih 77%. Kecepatan angin rata-rata pertahun
adalah 51,6 km/hari atau 2,1 km/jam dengan arah Timur Laut. Iklim mikro
dikendalikan dengan baik karena adanya vegetasi yang tinggi.
Berikut adalah grafik dari berbagai parameter iklim yang diperoleh:

Gambar 4. Grafik Total Curah Hujan Tahunan


Sumber: Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB Tahun 2007
19

Gambar 5. Grafik Rataan Curah Hujan Berdasarkan Bulan

Gambar 6. Grafik Rata-rata Suhu Udara Maksimum

Gambar 7. Grafik Rata-rata Suhu Udara Minimum


Sumber: Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB Tahun 2007
20

Gambar 8. Grafik Rata-rata Suhu Udara Harian

Gambar 9. Grafik Kecepatan Angin

Gambar 10. Grafik Kelembaban Udara


Sumber: Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB Tahun 2007
21

Gambar 11. Batas Tapak Dan Sirkulasi Eksisting


22

Batas Tapak
Tapak yang akan dirancang terletak di Kota Bogor, Kecamatan Bogor
Barat, Kelurahan Menteng dengan luas 7,5 Hektar memiliki batas-batas sebagai
berikut:
1. Di sebelah timur berbatasan dengan Jalan Tentara Pelajar.
2. Di sebelah selatan berbatasan dengan pemukiman masyarakat dan
lapangan sepak bola, dan Puslitbangtan.
3. Di sebelah barat berbatasan dengan Komplek Perumahan Balitro dan lahan
bercocok tanam warga.
4. Di sebelah utara berbatasan dengan Unit Penyedia Benih Sumber,
Balitklimat dan Puslitbangbun.
Peta batas tapak dapat dilihat pada gambar 11.

Tanah dan Topografi


Menurut Balai Pusat Penelitian Tanah, jenis tanah pada tapak digolongkan
ke dalam jenis tanah latosol coklat kemerahan. Jenis tanah ini terbentuk oleh
adanya iklim dengan curah hujan 2000 mm/tahun atau lebih dengan 3 atau tanpa
bulan kering dengan bahan induk tuf andesit. Tingkat kemasamannya masam
hingga agak masam. Proses terjadinya jenis tanah ini adalah laterisasi. Coraknya
adalah memiliki tebal solum 1,5 - 10 meter, horizon terselubung, dengan tekstur
liat tetap dari atas hingga bawah, struktur remah hingga gumpal lemah, tetap dari
atas hingga bawah, serta konsistensi gembur tetap dari atas hingga ke bawah.
Menurut Setyati (1996), tanah adalah komponen hidup dari lingkungan
yang penting, dan dapat dimanipulasi untuk mempengaruhi penampilan tanaman.
Dalam mendukung kehidupan tanaman terdapat 3 fungsi tanah yang utama, yaitu :
1. Memberikan unsur-unsur mineral, melayaninya baik sebagai medium
pertukaran maupun sebagai tempat persediaan.
2. Memberikan air dan melayaninya sebagai reservoir.
3. Melayani tanaman sebagai tempat berpegang dan bertumpu untuk tegak.
Untuk pertumbuhan tanaman diperlukan pH tanah yang cocok, yaitu antara
6 – 7. Nilai pH yang terlalu tinggi (di atas 9) atau rendah (di bawah 4) dapat
bersifat racun bagi akar-akar tanaman. Namun demikian, reaksi tanah yang ada
dapat diubah. Untuk menaikkan pH, dapat diberikan kation basa seperti kalsium,
23

magnesium, natrium, atau kalium. Kalsium adalah kation yang paling murah
untuk menaikkan pH dan penambahannya yang dikenal dengan sebutan
pengapuran atau liming mempunyai efek yang menguntungkan. Pengapuran
secara nyata memperbaiki penampilan tanaman yang tumbuh pada tanah asam.
Jumlah kapur yang diperlukan tergantung pada tingkatan perubahan pH yang
diinginkan.
Untuk meningkatkan keasaman tanah, dapat dilakukan dengan menambah
ion hidrogen dalam tanah. Hal ini dapat terlaksana dengan cara menambahkan
asam keras. Beberapa jenis pupuk N dapat digunakan untuk menambah keasaman
tanah, tetapi yang paling efektif adalah dengan menggunakan belerang (S).
Tekstur tanah berpengaruh pada mudah atau tidaknya pH diubah. Tanah
liat lebih sukar dinetralkan daripada tanah pasir. Hal ini disebabkan oleh tanah
pasir memiliki lebih banyak luas permukaan untuk absorpsi, memegang dan
mensuplai ion hidrogen.
Tapak memiliki ketinggian antara 220 - 234 meter dari permukaan laut.
Menurut Booth (1983), kemiringan lahan dapat digolongkan dalam klasifikasi
berikut:

1. 0-1% (Too Flat). Lahan yang memiliki kondisi kemiringan seperti ini pada
umumnya memiliki drainase yang buruk. Oleh sebab itu dapat memberikan
dampak yang kurang baik terhadap pengembangan eksterior dengan berbagai
fungsinya kecuali digunakan untuk pengembangan cagar alam lahan basah.
Tipe ini cocok untuk dijadikan ruang terbuka atau area konservasi.
2. 1-5% (Flat). Lahan dengan klasifikasi ini cocok untuk pengembangan ruang
eksterior, memiliki fleksibilitas yang maksimal untuk pengembangan dan
dapat memberikan akomodasi untuk elemen tapak yang memiliki ukuran
besar seperti gedung utama, area parkir, lapangan tenis dan sarana untuk
kegiatan atletik. Efek negatif yang dapat terjadi pada tapak adalah secara
visual akan terlihat monoton apabila dilakukan perluasan secara berlebihan.
Tanah yang bersifat kedap air juga dapat menjadi masalah pada tapak dengan
tingkat kemiringan ini. Standar yang lebih spesifik adalah sebagai berikut:
24

a. 1%: Kemiringan minimal untuk diterapkan sebagai hamparan rumput.


b. 2%: Kemiringan maksimal untuk lapangan rumput yang digunakan
sebagai sarana kegiatan atletik. Selain itu, tingkat kemiringan ini adalah
yang maksimal untuk pembuatan lahan berteras atau terasering.
c. 3%: Tingkat kemiringan yang sering diabaikan, terlihat seperti dataran
lainnya.
3. 5-10%. Kondisi ini juga cocok untuk berbagai tipe penggunaan lahan.
Penerapan penggunaan elemen tapak harus memperhatikan arah kemiringan
lahan. Penerapan dinding dan tangga yang lebar dapat digunakan untuk
menciptakan peralihan yang baik ke topografi yang lebih tinggi. Selain itu,
pengembangan untuk area perkotaan memmungkinkan untuk dilakukan.
4. 10-15% (Rolling). Digolongkan sebagai lahan yang terlalu curam untuk
berbagai penggunaan lahan. Masalah erosi terjadi pada tingkat kemiringan
ini. Konstruksi elemen yang berukuran besar harus ditempatkan sejajar
dengan kontur dalam upaya meminimalisasikan adanya perlakuan cut and fill
pada tapak serta penyesuaian dengan tapak secara visual. Potensi dari tingkat
kemiringan ini adalah terciptanya view yang baik ke arah tapak yang lebih
rendah.
5. >15% (Steep). Di atas 15%, maka tapak memiliki kemiringan yang terlalu
curam untuk berbagai penggunaan. Pembangunan pada tapak tipe ini
biasanya dilarang. Namun, dengan adaptasi yang baik dan kepekaan yang
tinggi terhadap keadaan tapak dapat menciptakan solusi arsitektural yang baik
serta menciptakan pemandangan yang indah ke tapak lain yang lebih rendah
dari pada tapak ini.
Berdasarkan rumus ini diketahui bahwa pada bagian tengah tapak
kemiringan lahan tergolong ke dalam kelas 0 – 1 %. Demikian juga halnya dengan
perbatasan tapak dengan trotoar hingga ke badan jalan. Sedangkan bagian tapak
yang berada di sebelah barat bervariasi, mulai dari 1 - 5% hingga diatas 15%.
Bentukan lahan ini merupakan celah bagi sungai kecil yang berada antara
pemukiman pegawai dengan area Kebun Wisata Ilmiah II hingga ke daerah kebun
singkong milik warga. Bagian tapak ini tidak terlalu banyak dimanfaatkan karena
kemiringannya yang tergolong curam.
25

Gambar 12. Peta Kontur


26

Gambar 13. Peta Klasifikasi Kemiringan Lahan


27

Apabila dilihat melalui luasan lahan, persen kemiringan lahan yang paling
banyak terdapat pada tapak adalah kategori 0 – 1 % seluas kurang lebih 5,4
Hektar, dan yang paling kecil adalah lahan dengan kemiringan 10 – 15 % seluas
0,2 Hektar. Lahan yang sangat curam (< 15 %) tergolong banyak ditemukan pada
tapak, yakni seluas 0,9 Hektar. Berdasarkan luasan tiap kategori kemiringan lahan
yang ada, secara umum tapak memiliki topografi yang terlalu datar, terutama pada
area petak tanam. Lahan seperti ini memerlukan sirkulasi air dan irigasi yang baik
sehingga tidak terjadi penggenangan air pada tapak. Keuntungan dari tapak yang
datar adalah mudahnya pembuatan dan perawatan fasilitas yang akan diterapkan
pada tapak, seperti jalan, dan bangunan lain yang mendukung kegiatan wisata.
Pengamatan terhadap berbagai jenis tanaman pada petak tanam oleh pengunjung
juga lebih mudah untuk dilakukan pada keadaan lahan yang datar.
Jumlah luas tapak dalam persen berdasaran klasifikasi Booth dapat dilihat
pada tabel berikut:

Tabel 2. Persen Kemiringan Dan Luasan Lahan


Persen Kemiringan Luas (Hektar) Persen Luas
0 – 1% 5,4 72,5
1 – 5% 0,6 8,1
5 – 10% 0,4 5,3
10 – 15% 0,2 1,9
15% < 0,9 12,2

Vegetasi
Secara visual, tapak didominasi oleh vegetasi pohon dan rumput. Vegetasi
yang berada di luar petak tanam di antaranya pinus, pisang, ketela dan pecah
beling. Pada bagian barat tapak semak belukar menutupi tapak ke arah perbatasan
tapak dengan Komplek Perumahan Balitro. Sedangkan kumpulan tanaman pohon
pisang berada pada tepian sungai kecil sebelah timur tapak.

Pada tapak terdapat tanaman garut yang berupa ground cover. Tanaman ini
dapat digunakan sebagai penghasil bahan makanan pokok alternatif. Terdapat juga
vegetasi lain seperti pacing, dan serunai rambat. Pada bagian selatan tapak,
terdapat lahan kosong yang hanya ditumbuhi rumput dan ilalang yang cukup
lebat. Sebelumnya lahan ini digunakan untuk penelitian, misalnya penelitian
28

terakhir mengenai uji protoplas tanaman nilam. Lahan untuk penelitian ini
sebagian besar sudah ditumbuhi oleh ilalang.
Petak tanam yang berjumlah 31 terbagi ke dalam 9 kelompok, yaitu KO,
KW, J, K, L, M, N, O, dan P dapat dilihat pada gambar 14. Daftar vegetasi yang
terdapat di dalam masing-masing petak dapat dilihat pada lampiran 8 hingga 11.

Gambar 14. Penampakan Vegetasi Dari Udara


Selain tanaman dalam petak tanam, terdapat juga tanaman singkong yang
berada di sekitar pintu masuk pada perbatasan dengan pemukiman karyawan di
sebelah barat tapak. Lahan yang berada pada lokasi ini digunakan oleh karyawan
untuk berkebun karena sebelumnya lahan kosong dan memiliki tingkat
kemiringan yang curam.
29

Gambar 15. Petak Tanam Eksisting


30

Gambar 16. Serunai Rambat Sebagai Tanaman Penutup Tanah

Gambar 17. Pacing Sebagai Tanaman Penutup Tanah

Satwa
Satwa yang ditemukan di lokasi diantaranya semut, nyamuk, laba-laba,
lebah, belalang, kadal, ular, biawak dan beberapa jenis burung seperti parkit, dan
tekukur. Pada sungai kecil yang mengaliri tapak pernah dilakukan pemeliharaan
ikan dalam skala kecil namun tidak berlangsung lama karena kebanyakan ikan
yang dipelihara tidak sehat.

Sirkulasi
Jalan yang terdapat pada bagian timur tapak adalah jalan yang
menghubungkan Kecamatan Bogor Barat dengan Bogor Utara (Gambar 18). Jalan
ini dilalui oleh angkutan kota yang menjadikan tapak mudah untuk di capai. Jalan
masuk ke tapak dari Jalan Tentara Pelajar dilapisi oleh aspal dengan lebar 4 meter
yang ditandai dengan gedung Balitklimat dan lapangan rumput. Pada sebelah kiri
dan kanan jalan terdapat trotoar dengan lebar 1,5 meter yang dilapisi dengan
31

paving block menggunakan pagar beton yang dipadukan dengan batang kawat
(Gambar 19). Antara jalan raya dengan trotoar terdapat jalur hijau dan selokan.

Gambar 18. Jalan Tentara Pelajar

Gambar 19. Pagar Pembatas Kebun Wisata Ilmiah II Dengan


Jalan Tentara Pelajar

Sedangkan sirkulasi yang ada di dalam tapak didukung oleh jalan selebar 4
meter yang dilapisi kerikil. Pada awalnya seluruh bagian jalan yang ada pada
tapak dilapisi dengan batu kerikil, namun saat ini tidak semua badan jalan terlihat
dilapisi kerikil karena sudah terbenam oleh lapisan tanah. Jalan ini digunakan
untuk pengunjung dan pemelihara tapak dengan mobil pengangkut pupuk.
Pada sebelah barat (Gambar 20), akses masuk ke tapak dari Komplek
Perumahan Balitro berupa beberapa gang kecil, dengan tangga semen serta jalan
setapak (Gambar 21). Akses ini biasa digunakan oleh pegawai yang bekerja di
tapak, maupun masyarakat sekitar. Untuk membatasi tapak dengan pemukiman
sekitar digunakan pagar tembok (Gambar 22).
32

Gambar 20. Gang Antara KWI II Dengan Komplek Perumahan Balitro

Gambar 21. Jalan Kecil Berlapis Semen Antara KWI II Dengan Komplek
Perumahan Balitro

Gambar 22. Perbatasan KWI II Dengan Pemukiman Di Sebelah Selatan


33

Fasilitas
Fasilitas yang terdapat pada tapak sebagai penunjang kegiatan wisata
adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Fasilitas Wisata Pada Tapak
No Fasilitas Ukuran Keterangan
1 Lapangan 15 m × 6 m Menyatu dengan Kompleks Balitklimat
Parkir Motor
2 Lapangan 4,5 m × 16 m Menyatu dengan Kompleks Balitklimat
Parkir Mobil
3 Mess 1 buah Tidak digunakan, keadaan kurang terawat
4 Pos Satpam 1 buah Baik
5 Papan Nama 2 buah Baik, kurang menonjol
Lokasi
6 Jalur Lebar 2 - 3 Perlu diperjelas, dapat dilakukan pelapisan
Pengunjung meter kembali dengan perkerasan atau batu kali
7 Papan Nama 25 cm × 10 cm Tidak lengkap atau sebagian besar hilang
Tanaman
8 Toilet 2 buah Menyatu dengan bangunan display dan
kantor, kurang terawat
9 Bangunan 1 buah Masih dapat ditata dengan baik, memiliki
Display taman kecil di sekitarnya
10 Jembatan 2 buah Keadaan rusak diakibatkan oleh tanah
tanah di sekitar sungai kecil
11 Petak Tanam 31 petak Perlu diperjelas batasannya antar petak
satu dengan yang lainnya
12 Pagar Tinggi 0,5 m Baik, namun pada beberapa lokasi rusak.
Pembatas
Lokasi
13 Menara air + 2 buah Kondisi baik namun salah satu pompa air
pompa hilang
14 Rumah Kaca 2 buah Perlu diperindah dengan elemen tanaman

Pada area penerimaan terdapat lapangan parkir yang digunakan bersama


oleh pengelola kebun dan pegawai Unit Produksi Benih Sertifikat dan Balai
Penelitian Klimatologi. Lapangan parkir menyatu dengan bangunan fotocopy. Di
sebelah area parkir terdapat lapangan volly dengan kondisi rumput yang sudah
menutupi sebagian besar batas-batas lapangan permainan. Sebagai penanda atau
identitas area, terdapat papan nama yang menghadap ke jalan raya.
Bangunan yang ada pada tapak meliputi kantor yang menyatu dengan
ruang tata usaha, gudang alat perawatan tanaman yang menyatu dengan
penginapan dan bangunan display untuk memamerkan beraneka ragam hasil
tanaman dari berbagai daerah seperti rotan, kulit kayu, biji tanaman, damar dan
34

lain sebagainya. Khusus untuk gudang alat perawatan tanaman yang menyatu
dengan penginapan dan bangunan display kondisinya terlihat kurang terawat.
Toilet yang ada pada bangunan tersebut juga kurang terawat. Sedangkan rumah
kaca yang digunakan untuk perbanyakan tanaman dan penelitian kondisinya baik.
Fasilitas yang mendukung informasi berupa papan nama tanaman yang
sedang diteliti. Untuk tanaman yang sudah dewasa atau berbentuk pohon sebagian
besar tidak terdapat papan nama keterangan tanaman yang berisi nama latin dan
nama local tanaman serta asalnya. Menurut pihak pengelola, papan nama tanaman
sudah diberikan pada setiap tanaman. Namun banyak yang hilang, diduga karena
adanya vandalisme pengunjung.
Selain itu di dekat petak kebun terdapat sebuah bak air yang digunakan
untuk penyiraman tanaman, namun tidak berfungsi dengan baik karena pompa air
yang digunakan untuk menyedot air dari sungai kecil dekat pemukiman pegawai
sudah hilang dan sumber air yang digunakan untuk mengisi bak air hanya berasal
dari air hujan yang ditampung dalam drum yang dibenamkan dalam tanah diantara
petak tanam.
Sungai kecil yang terdapat pada tapak memiliki lebar 2 meter, sebagian
besar pada kanan dan kirinya sudah dilapisi beton, namun badan sungai yang
berada di bagian barat tapak dibiarkan alami dengan semak belukar yang cukup
rimbun di sekitarnya. Sungai kecil ini berhubungan dengan selokan yang berada
di luar pagar batas tapak yang berada di sebelah Jalan Tentara Pelajar. Pada
beberapa bagian sungai kecil terjadi kerusakan yang disebabkan oleh longsornya
tanah di bagian tepi.
Batas antara petak tanam satu dengan yang lainnya secara visual tidak
jelas, penyebabnya adalah tertutup oleh rumput yang tumbuh tinggi hingga
menutupi jalan-jalan dan tidak ada patok-patok sebagai penanda antara satu petak
tanam dengan yang lainnya. Pengelompokkan tanaman dalam petak tanam secara
umum terbagi menjadi dua yaitu tanaman untuk penelitian dan tanaman berupa
pepohonan usia dewasa yang digunakan sebagai tanaman koleksi.
Berikut ini adalah keadaan tapak pada berbagai titik berupa gambar yang
diambil dengan kamera digital:
35

Gambar 23. Jalan Masuk Kebun Wisata Ilmiah II Dan Balitklimat

Gambar 24. Tanah Longsor Pada Sungai Kecil

Gambar 25. Kondisi Visual Petak Tanam


36

Akustik
Bunyi-bunyian yang terdengar pada tapak berasal dari kendaraan bermotor
di Jalan Tentara Pelajar. Suara kendaraan bermotor ini terdengar sangat jelas pada
pagi dan siang hari. Namun jika memasuki tapak lebih jauh ke arah barat maka
suara kicauan burung akan lebih dominan terdengar. Selain itu, aliran sungai kecil
yang melewati tapak terdengar sepanjang waktu. Suara kicauan burung dan aliran
air dari sungai kecil merupakan potensi yang terkandung pada tapak dan perlu
dijaga keberadaannya.

Ekonomi
Menurut laporan tahunan 2007, sumber dana operasional yang digunakan
Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik berasal dari pemerintah yang sudah
dianggarkan dalam APBN setiap tahun. Rangkaian kegiatan operasional tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Honor Pegawai tidak tetap
2. Persiapan media pembibitan dan pemeliharaan
3. Pengolahan lahan, ploting dan penanaman
4. Pemeliharaan tanaman
5. Pengamatan morfologi
6. Panen

Selain untuk keperluan kegiatan operasional di atas, dana APBN juga


digunakan untuk pemenuhan kebutuhan barang dan bahan yang mendukung
kegiatan operasional. Barang pendukung yang dimaksud berkaitan dengan
kegiatan dokumentasi dan penyediaan papan nama, sedangkan bahan pendukung
yang dimaksud meliputi:
1. Furadan (3G)
2. Decis
3. Basamid
4. Gandasil
5. Pupuk (Urea, SP35, KCl)
6. Media dan alat semai (polybag, gunting stek dan sebagainya)
37

Sosial
Berdasarkan data pengunjung KWI II, jumlah kunjungan pada tahun 2004,
2005, 2006 dan 2007 secara berturut-turut adalah 23, 69, 57 dan 126 kunjungan.
Pada tahun 2004 dominasi kunjungan adalah untuk keperluan pencarian bahan
penelitian. Pada tahun 2005, sebagian besar pengunjung yang datang bertujuan
untuk melaksanakan praktek pemanenan tanaman. Sedangkan pada tahun 2006
dan 2007 kunjungan yang ada sebagian besar dilakukan untuk kegiatan penelitian
dan monitoring.

Rangkuman hasil inventarisasi yang dipadukan menjadi satu ditampilkan


dalam peta eksisting yang dapat dilihat pada gambar 26.
38

Gambar 26. Peta Eksisting


39

ANALISIS DAN SINTESIS

Kondisi Umum
Posisi tapak yang berada dekat dengan jalan raya merupakan suatu potensi
tersendiri. Keadaan ini memudahkan pencapaian tapak karena jalur transportasi
darat sudah tersedia dan kondisinya baik.
Koleksi tanaman obat dan aromatik sangat mendukung pelestarian plasma
nutfah. Selain itu, jumlah tanaman cukup banyak dan terdiri dari jenis yang
beragam dalam area yang luas. Tersedianya berbagai jenis tanaman koleksi
merupakan suatu kontribusi bagi bidang pendidikan dan penelitian khususnya
perkebunan. Secara spesifik, kegiatan pendidikan berupa pemberian informasi
secara lengkap mengenai rupa dan keterangan lain yang menyangkut keberadaan
tanaman, cara perbanyakan, dan produk hasil olahannya. Berbagai tanaman yang
ada merupakan suatu potensi bagi para peneliti tanaman. Berbagai kegiatan di atas
tentu menghasilkan suatu produk yang dapat dimanfaatkan untuk mendatangkan
masukan yang bernilai komersil bagi pengguna riset, ilmu pengetahuan, serta
stake holder.
Aspek pelayanan Kebun Wisata Ilmiah II masih sangat mendukung
kegiatan wisata. Penataan dan penambahan sarana kegiatan wisata dapat
dilakukan untuk memaksimalkan kegiatan wisata, terutama yang berlatar belakang
keadaan alam dan tanaman.
Saat ini, kegiatan kunjungan yang dilakukan pada tapak adalah untuk
keperluan pendidikan dan penelitian. Peningkatan pelayanan terhadap keperluan
ini dapat ditingkatkan dengan menyesuaikan cara penyampaian dan media yang
sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini.

Iklim
Menurut Laurie (1986), iklim yang ideal untuk kenyamanan manusia
adalah 10˚ C – 26.7˚ C dengan kelembaban udara 40% - 75%. Rumus
Temperature Humidity Index (THI), adalah sebagai berikut:
40

THI = 0.8 T + (rH x T/500)


Keterangan : THI = Temperature Humidity Index
T = Suhu
rH = Kelembaban udara

Di daerah tropis, iklim yang nyaman adalah dengan nilai THI>27. Dengan
melakukan perhitungan terhadap data iklim yang ada maka nilai THI pada lokasi
adalah :

THI = 0,8 x 27 + (77 x 27/500) = 25,8

Dengan demikian nilai THI tapak yang diteliti masih berada di bawah
standar. Hal ini juga terlihat dari kelembaban rata-rata tapak yang lebih besar dari
75%. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
pemangkasan terhadap pohon yang terlalu lebat.
Curah hujan antara 3.000 hingga 4.000 mm/tahun dapat dikatakan cukup
tinggi. Curah hujan pada tingkat ini dapat mengakibatkan terjadinya kelebihan air
sehingga terjadi genangan air pada tapak yang tergolong datar. Oleh sebab itu
dibutuhkan drainase yang baik serta penanaman vegetasi yang mampu menyerap
kelebihan air. Grey dan Daneke (1978) menyatakan bahwa tanaman yang
memiliki daun jarum (conifer) dapat menangkap air hujan yang jatuh hingga 40%.
Selanjutnya tanaman berkanopi juga dapat membantu mengurangi 20% air hujan
yang jatuh. Selain itu, tanaman dengan percabangan horizontal menahan hujan
lebih efektif. Namun demikian, curah hujan pada tingkat ini merupakan suatu
potensi yang baik bagi area wisata yang didominasi oleh tanaman karena
persediaan air cukup.
Oldeman dalam Handoko (1995), melakukan klasifikasi iklim berdasarkan
perhitungan bulan basah (BB), bulan lembab (BL) dan bulan kering (BK) yang
batasannya memperhatikan peluang hujan, hujan efektif, dan kebutuhan air
tanaman, dalam hal ini digunakan komoditas padi dan palawija. Batas penentuan
bulan basah (BB), bulan lembab (BL) dan bulan kering (BK) sebagai berikut:

Bulan basah (BB) : bulan dengan rata-rata curah hujan > 200 mm
Bulan lembab (BL) : bulan dengan rata-rata curah hujan 100 – 200 mm
Bulan kering (BK) : bulan dengan rata-rata curah hujan < 100 mm
41

Tipe klasifikasi Oldeman dibagi menjadi 5 didasarkan jumlah bulan basah


berturut-turut dengan 4 subdivisi menggunakan jumlah bulan kering berturut-
turut. Berikut tipe iklim utama dan subdivisinya :

Tabel 4. Tipe Iklim Utama


Tipe Utama Bulan basah berturut-turut
A >9
B 7-9
C 5-6
D 3-4
E <3

Tabel 5. Subdivisi Iklim


Sub divisi Bulan kering berturut-turut
1 <2
2 2–3
3 4–6
4 >6

Dari lima tipe utama dan empat sub divisi tersebut, maka tipe iklim dapat
digolongkan menjadi 17 daerah agroklimat, mulai dari A1 hingga E. Berdasarkan
data curah hujan yang ada, tidak terdapat bulan dengan rata-rata curah hujan <
100 mm, maka tidak terdapat bulan kering. Namun, terdapat bulan lembab dengan
rata-rata curah hujan 159,5 mm. Selain itu menurut tipe iklim utama dan subdivisi
iklim, keadaan iklim tapak digolongkan menjadi Tipe A dan subdivisi 1.
Selanjutnya berdasarkan tipe agroklimat, dapat disimpulkan bahwa tapak berada
dalam kondisi tipe iklim A1. Dapat dikatakan tapak dapat mengandalkan air hujan
sebagai sumber air dan memperoleh penyinaran matahari yang cukup.

Sirkulasi
Tapak berbatasan langsung dengan Jalan Tentara Pelajar. Hal ini sangat
mendukung mudahnya pencapaian dan pengenalan lokasi oleh masyarakat luas.
Identitas tapak dapat lebih di tonjolkan melalui rancangan pintu gerbang pada
jalan masuk tapak agar menunjang aksesibilitas dan keamanan pengunjung.
Adanya perancangan pintu gerbang diharapkan membantu mengenalkan tapak
lebih luas kepada masyarakat serta sebagai pengawasan terhadap sirkulasi keluar
masuk tapak. Untuk keamanan maka posisi pintu gerbang hendaknya berada pada
jarak tertentu dari jalan raya.
42

Berkaitan dengan keamanan akses masuk, maka dibutuhkan sebuah


pengontrol berupa loket yang dapat membantu kelancaran arus keluar masuk
kendaraan maupun pejalan kaki. Arus keluar masuk pengunjung perlu
diperhatikan sebab tidak hanya digunakan oleh pengunjung beserta kendaraannya,
tetapi juga oleh pegawai Balai Penelitian Klimatologi (Balitklimat). Oleh sebab
itu, dibutuhkan jalan masuk yang berbeda dari jalan masuk yang digunakan oleh
pegawai Balai Penelitian Klimatologi (Balitklimat). Tujuannya agar tercipta
keteraturan penggunaan tapak, sehingga tidak terjadi tumpang tindih arus masuk
dan keluar antara pegawai dengan pengunjung yang ingin melakukan kegiatan
wisata.
Keadaan sirkulasi tapak menuntut banyak perubahan. Hal ini disebabkan
oleh keadaan petak tanam beserta sirkulasi yang sudah mulai tidak terlihat jelas
polanya. Pengembangan lokasi dapat dilakukan dengan membuat sirkulasi baru
sehingga nilai estetik dan fungsinya dapat lebih ditingkatkan.
Sirkulasi yang menghubungkan tapak dengan area pemukiman karyawan
dan penduduk sekitar perlu diperhatikan. Ukurannya yang sempit pada sebelah
barat tapak dengan keadaan topografi yang curam dapat membahayakan
pengguna. Selain itu, dengan adanya pengawasan pada area ini diharapkan arus
masuk karyawan dan pengunjung dapat dikontrol dengan baik untuk menghindari
pengaruh negatif pengunjung terhadap tapak dan seluruh isinya. Pengaruh negatif
tersebut diantaranya pencurian, masuknya pengunjung gelap dan kecelakaan
pengunjung. Di samping itu tidak semua batas tapak dengan area pemukiman ini
terbuat dari bahan permanen seperti beton. Untuk lebih memperindah pandangan
dapat dilakukan perubahan dengan melapisinya dengan batu tempel. Penambahan
lain dapat dilakukan pada pagar pembatas tapak dengan jalan rata dengan cara
memilih struktur yang baik dan kuat serta indah dipandang.

Vegetasi
Vegetasi utama pada tapak adalah tanaman koleksi. Tanaman koleksi
merupakan potensi utama yang ditawarkan tapak. Penempatan tanaman pada
petak tanam tidak lagi terlihat dengan jelas sebab batas antara petak satu dengan
lainnya sudah tidak nyata. Hal ini disebabkan keadaan fisik tanaman dan sirkulasi
yang tertutup semak. Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
43

memberikan suasana baru bagi tapak tanpa menggunakan petak tanam. Tanaman
koleksi berada pada area terbuka namun kelompok tanaman sejenis dibiarkan
tumbuh berdekatan sesuai dengan keadaan awalnya. Dengan demikian
terbentuklah susunan tanaman yang bebas.
Secara umum, varietas tanaman yang ditanam di petak tanam adalah
seragam. Sebagian besar tanaman dalam petak tanam memiliki diameter tajuk 5
meter atau lebih. Dengan demikian, tanaman yang ada digolongkan ke dalam usia
dewasa. Tanaman pada usia dewasa cocok untuk dijadikan obyek wisata
khususnya pendidikan karena bentuk fisiknya lebih mudah untuk dibedakan antara
jenis yang satu dengan yang lain atau dapat dikatakan sudah tumbuh dengan
sempurna. Penampakan fisiknya berupa bentuk tajuk, buah dan lain sebagainya
lebih mudah diamati.
Fungsi lain tanaman untuk memperbaiki iklim tapak dan daerah sekitar
juga ditunjang dengan baik oleh tanaman dewasa dengan luasan permukaan daun
yang besar. Selain itu, tanaman yang dikembangkan Kebun Wisata Ilmiah II
dengan kategori sebagai tanaman obat dan aromatik yang berasal dari dalam dan
luar negeri merupakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung, antara lain dari
penampakan fisik, pembibitan, penanaman, dan pemungutan hasil panennya,
pengolahan hasil, produk dan sejarah pengembangan serta asal usulnya.
Penumpukan letak tanaman akibat pepohonan yang terlalu banyak pada
lokasi yang terlalu sempit harus dihindari karena akan meningkatkan keadaan
lembab dan mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk sehingga dapat
mengurangi kenyamanan pengunjung. Selain itu dapat menciptakan hidden corner
pada tapak.
Potensi lainnya adalah pemandanagan indah di sekitar kumpulan pohon
pinus pada bagian tengah tapak, khususnya di sekitar tepian sungai kecil.
Kumpulan pohon Pinus ini berseberangan dengan pohon Karet Hutan yang
berjumlah 3 buah dengan diameter sangat besar. Daerah ini mempunyai
pemandangan yang baik dan alami. Untuk mendukungnya dapat dilakukan
penempatan fasilitas berupa tempat duduk sehingga pengunjung dapat menikmati
pemandangan yang ada dengan baik. Berikut adalah gambar dari lokasi yang
dimaksud.
44

Gambar 27. Jalan Antara Kumpulan


Pohon Pinus Dan Karet Hutan

Berkaitan dengan pemukiman karyawan yang terletak di sebelah selatan


tapak, penambahan elemen tanaman dapat dilakukan sebagai upaya untuk
menyaring pemandangan kurang baik ke arah pemukiman tersebut. Tembok bata
yang dilapisi dengan semen tempel bertekstur kasar dengan penampakan atap
perumahan sangat mengurangi nilai estetika. Solusinya adalah dengan tanaman
pembatas yang tinggi sehingga pemandangan yang kurang baik tersebut dapat
diatasi. Berikut adalah gambar lokasi yang memerlukan screening dengan
menggunakan elemen tanaman:

Gambar 28. Batas Tapak Dengan Perumahan Karyawan

Pada petak tanam K4, L5 dan M3 terlihat pemandangan yang kurang baik
akibat ilalang dan semak yang tumbuh lebat. Petak K4 dan K5 sebelumnya
digunakan untuk kegiatan penelitian tanaman tertentu, namun saat ini petak-petak
tersebut belum digunakan kembali untuk kegiatan penelitian.
45

Gambar 29. Ilalang Dan Pancang Bambu Bekas Penelitian

Untuk kenyamanan dalam penggunaan kembali sebagai lokasi penelitian,


ilalang yang tumbuh lebat dapat dipangkas sehingga keadaan tapak terjaga
keindahan dan keteraturannya serta tampak lebih terawat. Walaupun area ini tidak
digunakan untuk kegiatan penelitian namun tetap terlihat indah ketika sewaktu-
waktu pengunjung datang ke lokasi dan kesan terawat akan timbul dari
rerumputan yang terpangkas rapi.
Tanaman koleksi dapat ditambah jenisnya dengan tanaman obat dan
aromatik lain yang belum terdapat di tapak. Berikut adalah beberapa alternatif
tanaman yang dipilih:
Tabel 6. Alternatif Tambahan Tanaman Koleksi
No Nama Lokal Nama Latin
1 Buni Antidesma bunius
2 Daun Saputangan Maniltoa grandiflora
3 Dadap Serep Erythrina lithosperma
4 Hahapaan Flemingia strobilifera
5 Ketepeng Cina Cassia alata
6 Girang Leea aquleata
7 Bratawali Tinospora crispa
8 Sukun Artocarpus communis
9 Kecubung Gunung Datura suaveolens
10 Dewandaru Artocarpus camansi

Untuk lebih memperindah tapak dapat ditambahkan vegetasi lain pada


tapak yang mendukung berbagai fungsi diantaranya sebagai pengarah, peneduh
tambahan dan pembatas. Penambahan vegetasi merupakan salah satu langkah
untuk meningkatkan nilai estetika pada fasilitas-fasilitas lain di tapak seperti di
sekitar tempat berteduh, toilet dan pintu masuk. Penggunaan vegetasi eksisting
juga dapat dilakukan untuk menambah kesan alami pada tapak. Secara umum
46

penambahan tanaman pada tapak diusahakan berasal dari golongan obat dan
aromatik sehingga tapak memiliki satu kesatuan tema dalam setiap ruang yang
dirancang.

Satwa
Beragam satwa melata masih dapat terlihat pada tapak. Beberapa jenis
burung dengan kicauannya yang indah menjadi potensi tersendiri pada tapak,
terutama bagi pengunjung yang menginginkan suasana alami pada saat melakukan
kegiatan wisata. Selain itu, dengan keragaman satwa yang ada maka dapat
dikatakan tapak mendukung habitat alami yang ada di dalamnya.
Diharapkan dengan adanya berbagai macam tanaman obat, aromatik yang
dikelola dengan baik maka keragaman satwa yang ada di dalamnya akan
meningkat. Dalam perancangan diharapkan tercipta hubungan yang baik antara
pengunjung dengan lingkungan satwa, sehingga tercipta suatu keberlangsungan
yang baik pada kehidupan satwa di dalam tapak.

Tanah dan Air


Jenis tanah pada tapak yang merupakan latosol coklat kemerahan. Sifatnya
memiliki tingkat kemasaman masam hingga agak masam, bahan organik pada
lapisan atas rendah hingga agak sedang dan menurun pada lapisan bawah,
kejenuhan basa rendah hingga sedang, daya absorpsi rendah hingga sedang, unsur
hara sedang, permeabilitas tinggi, aktivitas biologi baik serta kepekaan erosi kecil.
Golongan latosol coklat kemerahan memiliki tingkat kesesuaian wilayah S-1 atau
sangat sesuai untuk penanaman tanaman semusim, tahunan dan padi sawah
(Soepraptohardjo, 1976). Hal ini sangat mendukung pengembangan tapak sebagai
lokasi wisata ilmiah yang berbasis tanaman.
Petak tanam sebagian besar berada pada area dengan topografi yang
landai. Hal ini sangat baik karena akan mengurangi perlakuan cut and fill dalam
merancang tapak. Selain itu, kondisi tersebut memudahkan perawatan dan
pemanenan terhadap tanaman yang ditanam, serta keanekaragaman tanaman yang
ada pada petak tanam akan lebih mudah untuk diamati dan diperkenalkan kepada
para pengunjung.
Untuk keperluan pengairan tanaman koleksi dan penelitian, tapak
mengandalkan mata air yang disedot dengan pompa air ke bak penampungan dan
47

tangki yang dilengkapi dengan menara penopang yang kemudian dialirkan ke


berbagai tempat pada tapak dengan pipa paralon. Berikut adalah gambar dari bak
penampungan dan tangki air yang dimaksud:

Gambar 30. Bak Penampungan dan Tangki Air

Keadaan hidrologis lain yang perlu diperhatikan adalah sungai kecil.


Alirannya terkontaminasi sampah dan limbah sebab pada bagian hulu melalui
Kompleks Pasar Anyar. Perlu dilakukan pembersihan terhadap kualitas air sungai
kecil pada tapak juga merupakan potensi tersendiri bagi pengunjung.
Salah satu bahaya potensial yang ada pada sungai kecil adalah tanah
longsor. Perlu dilakukan suatu perlindungan terhadap pengunjung akan bahaya
tanah longsor di badan sungai kecil pada bagian tengah tapak. Permasalahan
tersebut dapat diatasi dengan penggunaan tambahan struktur yang lebih kuat pada
pinggiran sungai kecil, agar arus air yang deras tidak menyebabkan tanah longsor
melebar ke area lain yang berada sekitarnya serta mengurangi bahaya bagi
pengunjung. Keberadaan kumpulan Pinus di sungai kecil dapat dipertahankan
guna menyerap kelebihan air yang terjadi pada badan sungai.

Gambar 31. Tanah Longsor Pada Dinding Sungai Kecil Dalam Tapak
48

Bagian sungai kecil lain yang memerlukan perhatian berada di sebelah


timur tapak. Alirannya mulai dari batas tapak dengan pemukiman hingga bagian
sungai yang mengalami tanah longsor. Keadaanya masih baik, namun dapat
dilakukan penutupan pada bagian atasnya, untuk menjaga kualitas pemandangan
pada tapak. Dengan adanya penutupan diharapkan tidak terlalu menarik perhatian
pengunjung mengingat ukurannya yang lebar dan memanjang pada tapak dan
terlalu terbuka. Berikut adalah gambar dari lokasi yang dimaksud:

Gambar 32. Bagian Sungai Kecil Yang Memerlukan Penutup

Fasilitas
Pemanfaatan tapak sebagai kebun wisata ilmiah akan menuntut
tersedianya fasilitas yang memadai, bukan saja untuk memenuhi berbagai
kebutuhan kegiatan wisata, juga agar informasi tentang berbagai tanaman yang
ditanam di dalam tapak dapat disampaikan dengan baik kepada para pengunjung.
Oleh sebab itu perlu dilakukan peningkatan dalam hal pemberian informasi
kepada pengunjung berupa pemberian identitas tanaman, penunjuk arah, dan pusat
informasi maupun perpustakaan. Pemberian papan nama dapat dilakukan untuk
menunjukkan identitas tanaman kepada pengunjung. Hal-hal yang dicantumkan
dapat berupa nama lokal, nama latin, famili, dan asal tanaman. Disamping itu,
penempatan papan penunjuk arah pada lokasi yang strategis juga membantu
pengunjung dalam melakukan perjalanan ke titik-titik tertentu disertai dengan
adanya peta lokasi yang diletakkan pada posisi strategis dalam tapak.
Bangunan yang digunakan untuk memamerkan tanaman hendaknya
diperlengkap koleksinya dan ditata sehingga pengunjung dapat lebih menikmati
49

informasi yang ingin disampaikan pengelola. Dalam pemeliharaannya, tanaman


dalam jumlah besar pada tapak memerlukan air untuk hidup. Fasilitas
pemeliharaan yang berkaitan dengan pemeliharaan dan penyediaan air bagi
tanaman perlu ditingkatkan, mengingat tapak juga digunakan untuk penelitian
yang pemeliharaan dan perawatannya harus terjaga dengan baik. Segi keamanan
juga perlu diperhatikan demi menjaga keberadaan fasilitas yang ada.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada tapak, penyediaan tempat
pembuangan sampah perlu diperhatikan. Hal ini terlihat dengan adanya beberapa
tempat untuk penimbunan sampah. Selain dapat mengurangi keindahan tapak juga
dapat mengganggu kesehatan karena sampah yang dibuang sembarangan akan
menyebabkan bau tidak sedap dan mengundang datangnya hewan-hewan liar.
Dengan adanya lokasi dan tempat pembuangan sampah maka diharapkan hal-hal
tersebut di atas tidak terjadi. Materi yang digunakan dan jenis sampah yang akan
dibuang dalam tempat sampah perlu diperhatikan. Tempat sampah yang akan
digunakan oleh para pengunjung hendaknya dibuat dengan pemisahan fungsi,
yaitu untuk sampah organik dan anorganik. Penampungan sampah yang
dihasilkan dari perawatan dan pemeliharaan tanaman dalam tapak hendaknya
dipisahkan dari tempat sampah yang digunakan oleh pengunjung. Berikut adalah
gambar penumpukan sampah yang terjadi pada tapak:

Gambar 33. Penimbunan Sampah Pada Petak KW

Penyediaan fasilitas yang mendukung aktivitas pengunjung dapat


ditempatkan di beberapa titik pada tapak. Salah satunya adalah gazebo guna
melindungi pengunjung dari hujan cuaca ekstrim atau untuk melepas lelah ketika
50

melakukan perjalanan di dalam tapak. Secara umum, fasilitas dalam tapak berupa
jalan, welcome area dan point of interest, masih dapat ditambahkan. Untuk lebih
menunjang aspek pendidikan, penataan dan penyediaan media informasi pada
bangunan display dapat lebih ditingkatkan. Berdasarkan keadaannya, bangunan
yang digunakan perlu diperbaiki atau diganti untuk menambah nilai estetika agar
kegiatan pemberian informasi dapat berjalan lancar. Penyediaan poster dan bahan-
bahan yang dipamerkan meliputi hasil-hasil tanaman perkebunan dari tapak dapat
dilakukan dalam suatu bangunan agar lebih menarik perhatian pengunjung
sehingga meningkatkan rasa ingin tahu terhadap berbagai komoditas tanaman
perkebunan, khususnya obat dan aromatik.
Dengan fasilitas yang memadai, diharapkan terjadi suatu keberlanjutan
yang baik pada tapak dan lingkungan sekitarnya. Pengadaan fasilitas pada tapak
juga harus memperhatikan kemudahan dalam hal perawatannya sehingga fasilitas
yang diadakan pada tapak memiliki usia pakai yang maksimal dan tujuan
pengadaannya dapat tercapai dengan benar.

Ekonomi
Sumber dana operasional KWI II yang dianggarkan dalam APBN
merupakan suatu potensi untuk pengembangan lebih lanjut dari segi ekonomi.
Dengan adanya dana dari pemerintah maka kegiatan belanja dan lainnya yang
membutuhkan dana dapat terkontrol dan terjamin keberlanjutannya. Apabila telah
dilakukan pengembangan maka KWI II juga dapat memberikan nilai tambah
ekonomi bagi karyawan maupun pemerintah daerah.

Sosial
Berdasarkan data yang ada, sebagian besar pengunjung melakukan
kegiatan yang dikategorikan ke dalam aspek pendidikan di KWI II. Hal ini
merupakan suatu gambaran untuk pengembangan yang lebih baik ke arah
pendidikan, seperti pengadaan fasilitas yang mendukung. Dengan demikian akan
terjadi peningkatan jumlah kunjungan.
Peta analisis tapak dan tabel penilaian kesesuaian lahan dapat dilihat pada
gambar 34 dan tabel 6.
51

Gambar 34. Analisis Tapak


52

Tabel 7. Kesesuaian Lahan dan Akivitas Wisata

Fisik Biofisik
No Aktivitas Wisata
Suhu Kelembaban Kecepatan Angin Curah Hujan Jenis Tanah Topografi Fasilitas Pemandangan Air Luas Lahan Sirkulasi Vegetasi Satwa
Pendidikan
1
Pengamatan Pohon

Praktek Penanaman

Praktek Pemanenan

Praktek Pengolahan sederhana

Pengamatan Pengolahan

Pameran

Umum
2
Piknik

Jogging

Out Bond

Perkemahan

Menikmati Pemandangan

Bermain

Pembelian Cinderamata

Keterangan:
: Sangat sesuai
: Sesuai
: Tidak sesuai
: Sangat tidak sesuai
53

KONSEP

Berdasarkan kondisi awal, potensi serta kendala yang ditemui di tapak,


maka perencanaan Kebun Wisata Ilmiah II Balai Penelitian Tanaman Obat Dan
Aromatik dapat diarahkan menjadi sebuah kebun wisata ilmiah. Nilai sosialnya
yaitu memenuhi kebutuhan rohani masyarakat untuk melakukan kegiatan wisata
ilmiah. Dalam kaitannya dengan peran terhadap lingkungan, tapak juga bernilai
ekologis serta meningkatkan kualitas lingkungan sekitar tapak lewat perannya
dalam pengatur iklim.
Proses perencanaan tersebut didukung dengan konsep dasar dan konsep
pengembangan tapak. Konsep pengembangan terdiri atas konsep wisata, ruang,
aksesibilitas dan sirkulasi, visibilitas dan vegetasi. Setiap konsep yang ada
dipusatkan pada tujuan pengembangan tapak sebagai kebun wisata ilmiah.

Konsep Dasar
Konsep dasar pengembangan tapak Kebun Wisata Ilmiah II sebagai kebun
wisata ilmiah untuk kegiatan penelitian sekaligus sebagai kebun wisata yang
menunjang aspek pendidikan, terutama pengenalan akan tanaman obat dan
aromatik. Dengan konsep tersebut, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
penduduk sekitar dan masyarakat luas dalam hal wisata dan pendidikan.
Mengingat lokasi yang dekat dengan pemukiman penduduk, maka perlu
diperhatikan keharmonisannya dengan bangunan-bangunan yang ada di
sekitarnya. Pengembangan tapak dapat menampilkan koleksi tanaman, sebagai
upaya edukasi kepada pengunjung dan ditunjang oleh sarana dan prasarana wisata,
dengan latar belakang lanskap yang ditata dalam suasana nyaman, indah.
Alasan pemilihan tapak sebagai kebun wisata ilmiah adalah dengan
mempertimbangkan potensi-potensi sebagai berikut:
1. Fungsi Pendidikan. Kebun Wisata Ilmiah II ini digunakan oleh Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik sebagai tempat mengembangkan
dan meneliti berbagai tanaman obat dan aromatik. Hasil dari penelitian
tersebut menjadi suatu nilai tambah dalam bidang pendidikan. Selain itu,
tanaman yang ada memiliki nilai lebih sebagai tanaman yang diteliti sesuai
dengan fungsinya, sehingga akan sangat menarik untuk diinformasikan
54

keberadaannya kepada masyarakat dengan cara pemberian papan nama


yang dilengkapi informasi lengkap pada tanaman atau kumpulan tanaman,
serta pembiakan di rumah kaca dan lain sebagainya. Dengan demikian,
para pengunjung yang datang akan memperoleh ilmu pengetahuan
mengenai berbagai tanaman yang ada pada tapak.
2. Fungsi Wisata. Kebun Wisata Ilmiah II merupakan area terbuka yang
dapat digunakan oleh masyarakat untuk dapat menikmati keindahan alam
dengan latar belakang tanaman yang sedang diteliti, dan berjalan-jalan di
antara berbagai jenis tanaman.
3. Fungsi Ekologis dan Iklim Mikro. Dengan adanya berbagai macam jenis
tanaman, diharapkan dapat mendukung terciptanya populasi berbagai
satwa yang hidup bebas. Contohnya berbagai jenis burung yang dapat
menggunakan tajuk pohon sebagai habitatnya. Selain itu, kumpulan
tanaman dengan petak tanam seluas 7,5 Hektar dapat membantu
mengendalikan iklim mikro bagi lingkungan sekitarnya yang didominasi
oleh pemukiman dan lalu lintas kendaraan.

Konsep dasar sebagai kebun wisata ilmiah akan lebih dijelaskan dalam
konsep-konsep pengembangan yang berupa konsep ruang, sirkulasi, konsep
visibilitas dan vegetasi sebagai berikut:

Konsep Pengembangan
Konsep pengembangan merupakan penjelasan mengenai konsep dasar
yang telah dibuat ke dalam berbagai deskripsi dalam konsep-konsep yang lebih
terperinci. Terdiri atas konsep wisata (umum dan pendidikan), konsep ruang,
konsep aksesibilitas dan sirkulasi, konsep visibilitas dan konsep vegetasi.
Konsep Wisata
Dalam melakukan aktivitas, setiap orang memiliki motivasi yang berbeda-
beda. Demikian pula halnya dengan pengunjung yang akan berwisata ke Kebun
Wisata Ilmiah II ini. Dalam pengembangannya, pengunjung dan kegiatannya
dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengunjung yang melakukan aktivitas wisata
secara umum dengan tujuan menikmati keindahan alam dan pengunjung yang
melakukan aktivitas wisata khusus untuk tujuan studi, yaitu pengenalan berbagai
55

tanaman obat dan aromatik. Beberapa alternatif penerapan konsep wisata dapat
dilihat pada gambar 35 dan 36. Penjelasan tentang pengembangan konsep wisata
berkaitan dengan tujuannya adalah sebagai berikut:

Wisata Umum
Konsep wisata berupa kegiatan menikmati udara segar dengan latar
belakang lanskap yang indah dan tertata. Kegiatan wisata dapat dilakukan secara
individu maupun berkelompok (rombongan). Aktivitas wisata dilakukan tanpa
kendaraan. Pengunjung juga dapat melakukan aktivitas olahraga seperti jogging
dengan adanya sirkulasi tapak. Kegiatan wisata ini tidak memerlukan pemandu.
Pengunjung dapat berwisata dan memilih lokasi yang ingin ditujunya dalam tapak
sesuai dengan keinginan.
Wisata Pendidikan/Ilmiah
Konsep kegiatan pendidikan adalah penyediaan informasi mengenai berbagai
tanaman industri, khususnya tanaman obat dan aromatik, baik secara langsung
dengan mengamati berbagai tanaman maupun dengan media seperti poster, dan
pajangan berbagai produk olahan hasil tanaman obat dan aromatik. Kegiatan
tersebut dilakukan dengan berwisata sehingga kegiatan pendidikan yang ada tidak
terasa jenuh. Informasi yang diperoleh pengunjung juga dapat ditambah dengan
melihat pembiakan tanaman yang dilakukan dalam rumah kaca dan penelitian
terhadap tanaman tertentu bila pada saat kunjungan sedang dilakukan penelitian di
tapak. Agar lebih terarah, dalam pelaksanaannya dibantu dengan pemandu yang
akan menjelaskan tentang berbagai tanaman yang ada dan rute perjalanan di
dalam tapak. Dengan demikian penyampaian informasi dan hal-hal yang
dibutuhkan oleh pengunjung berkaitan dengan aspek ilmiah dapat terpenuhi
dengan baik.

Konsep Ruang
Secara garis besar, tapak ini akan dibagi menjadi Zona Penerimaan, Zona
Pelayanan, Zona Koleksi, Zona Pembibitan, Zona Wisata Umum, Zona Display,
Zona Penelitian dan Zona Penyangga. Beberapa alternatif penataan zona dapat
dilihat pada gambar 35 dan 36. Berikut adalah penjelasan zona-zona di atas:
56

Zona Penerimaan. Zona ini merupakan zona yang pertama kali dimasuki
oleh pengunjung. Melalui zona ini, para pengunjung akan mendapatkan izin untuk
memasuki tapak lebih jauh.
Zona Pelayanan. Berfungsi untuk memberikan berbagai pelayanan kepada
pengunjung, dari pelayanan informasi, makan dan minum, hingga beribadah
sehingga pengunjung akan lebih siap memasuki dan meninggakan lokasi.
Zona Koleksi. Merupakan zona yang mendukung fungsi wisata pendidikan
dan umum. Zona ini dapat digunakan oleh pengunjung untuk mengenal berbagai
jenis tanaman obat dan aromatik sebagai potensi utama Kebun Wisata Ilmiah II.
Selain itu, zona ini digunakan pengunjung untuk menikmati keindahan alam. Bagi
pengunjung yang ingin mengenal secara detil tanaman pada zona ini dapat
menggunakan jasa pemandu.
Zona Penelitian. Merupakan zona yang bersifat insidentil. Apabila di zona
ini tidak dilakukan kegiatan penelitian maka dapat dilakukan kegiatan berupa
praktek penanaman oleh pengunjung yang dikoordinasikan dengan pengelola dan
dipandu oleh tenaga ahli. Pada saat dilakukan penelitian maka para pengunjung
dapat mengamati tanaman yang sedang diteliti.
Zona Pembibitan. Pada zona ini para pengunjung dapat melihat lebih dekat
pembibitan sederhana yang dilakukan pada berbagai tanaman aromatik, dan
rempah-rempah yang dikembangkan dan diteliti. Peneliti juga dapat
memanfaatkan fasilitas di zona ini bila diperlukan.
Zona Wisata Umum. Memberikan suasana baru pada tapak yang pada
umumnya didominasi oleh tegakan tanaman dengan menghadirkan ruang terbuka
berupa hamparan rumput dikombinasikan dengan vegetasi peneduh secukupnya.
Zona ini sangat mendukung aktivitas wisata umum.
Zona Display. Zona ini berfungsi sebagai tempat memperoleh informasi
mengenai berbagai tanaman obat dan rempah yang disediakan secara lengkap
berupa media tulisan dan gambar atau simplisia yang dapat memperluas wawasan
pengunjung. Peran serta pengelola sangat dituntut agar zona ini berfungsi dengan
maksimal.
Zona Penyangga. Merupakan zona yang digunakan untuk mengurangi
pengaruh negatif baik yang berasal dari dalam tapak ataupun dari luar tapak. Zona
57

ini mencakup perbatasan tapak dengan pemukiman karyawan beserta sirkulasi


masuknya, area sepanjang sungai kecil, dan perbatasan dengan Jalan Tentara
Pelajar. Dengan adanya area ini diharapkan dapat meminimalisasi bahkan
menghilangkan berbagai pengaruh negatif yang akan mengurangi kualitas tapak.

Rincian zona-zona hasil dari konsep ruang dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Komposisi Zona
No Zona Fungsi Aktivitas Fasilitas
1 Penerimaan Penerimaan Memasuki KWI II Pintu gerbang
Estetika Mendapatkan tiket Loket
Parkir kendaraan Pos jaga
Lapangan parkir
Vegetasi estetika dan peneduh
2 Pelayanan Gathering Istirahat Balai bengong
Pelayanan Layanan informasi Papan informasi
Estetika Briefing peserta Pusat informasi
Mendapatkan pemandu Tempat ibadah
Ibadah Kolam dan tugu batu
Makan dan minum Menara Pandang
Jual beli souvenir Vegetasi estetika dan peneduh
Warung makan
Warung souvenir
Toilet dan tempat wudhu
3 Zona Koleksi Wisata pendidikan Pengamatan tanaman Petak tanam
Wisata umum Menikmati alam Vegetasi koleksi dan peneduh
Penelitian Jogging Jalur sirkulasi bebas
Estetika Mengambil foto Papan informasi
Label tanaman
4 Penelitian Penelitian Praktek penanaman Bedengan
Wisata pendidikan Pengamatan tanaman Pagar pembatas
Pendopo
Gudang peralatan & Mess
Gazebo
5 Pembibitan Wisata pendidikan Pengamatan pembibitan Rumah kaca
Pembelian tanaman Perkerasan
Vegetasi esetika
6 Wisata Umum Wisata umum Menikmati pemandangan Vegetasi peneduh dan estetika
Estetika Piknik Shelter
Mengambil foto Lapangan rumput
Bermain Bangku taman
Papan informasi
58

(lanjutan Tabel 8)
No Zona Fungsi Aktivitas Fasilitas
7 Display Wisata pendidikan Pengamatan simplisia Bangunan display
Pengamatan produk hasil Sampel tanaman
Pameran Vegetasi peneduh
Pencarian informasi
8 Penyangga Penyangga - Vegetasi pembatas dan konservasi

Konsep Sirkulasi
Konsep sirkulasi yang akan diterapkan pada tapak adalah roda sirkulasi.
Dikatakan roda sirkulasi karena sirkulasi yang ada berupa beberapa buah
lingkaran seperti roda yang terhubung antara satu dengan yang lainnya. Sirkulasi
untuk keluar masuk pegawai KWI II dibuat terpisah dengan pengunjung. Dengan
demikian akan tercipta kenyamanan dalam melakukan aktivitas wisata sebab tidak
terganggu oleh keluar masuknya pegawai KWI II. Untuk pengunjung hanya
disediakan satu pintu keluar masuk melalui pintu gerbang yang terletak di Zona
Penerimaan. Hal ini dilakukan untuk mendapakan keteraturan dan pengawasan
yang baik bagi aktifitas wisata dan keberadaan seluruh properti yang dimiliki oleh
KWI II.
Konsep Visibilitas
Secara umum, potensi utama tapak adalah berbagai jenis tanaman berupa
pepohonan dewasa. Keadaan tersebut juga merupakan pemandangan andalan
untuk dinikmati oleh pengunjung. Dengan keadaan tersebut maka penerapan
konsep alam berlatar belakang pepohonan yang dibantu dengan elemen keras
sebagai pelengkap maka kualitas visual yang ada pada tapak dapat semaksimal
mungkin dinikmati pengunjung melalui kegiatan wisata pendidikan yang bersifat
semi-aktif. Sirkulasi wisata yang ada juga merupakan penunjang bagi pengunjung
untuk menikmati pemandangan tersebut. Pada titik tertentu, seperti disebutkan
pada bagian analisis, khususnya mengenai area pepohonan pinus dan karet hutan,
bila dilengkapi dengan fasilitas bangku taman dan meja dapat digunakan untuk
menikmati pemandangan alami pada tapak.
Sebelum melakukan perjalanan ke zona koleksi, penelitian, display dan
pembibitan, pengunjung diajak untuk menikmati pemandangan tapak secara
keseluruhan melalui peta tapak yang ditempatkan pada zona pelayanan. Selain itu
59

pemandangan tapak keseluruhan dapat juga dinikmati secara tampak burung


melalui zona ini yang didukung oleh menara pandang.
Dalam kaitannya dengan lingkungan sekitar, Kebun Wisata Ilmiah II ini
dikelilingi oleh pemukiman masyarakat di sebelah selatan. Selain itu, Kebun
Wisata Ilmiah II juga berbatasan dengan kantor pengelola, serta Puslitbangbun
dan Balitklimat. Dengan demikian area Kebun Wisata Ilmiah II dikelilingi oleh
area terbangun, baik yang tertata dengan rapi maupun lingkungan tinggal yang
kurang tertata. Di bagian timur terdapat view arus kendaraan yang melewati jalan
raya. Hal tersebut dapat mengurangi kualitas visual dari dalam tapak. Oleh sebab
itu, diperlukan penyusunan tanaman yang baik, yang berfungsi sebagai penambah
nilai visual dan sebagai screening terhadap pemandangan yang kurang baik di luar
tapak. Dengan penyusunan tanaman yang baik, diharapkan tapak dapat
meningkatkan nilai visual lingkungan sekitarnya.

Konsep Vegetasi
Berdasarkan keadaan tapak, vegetasi yang digunakan dalam perancangan
dipilih untuk menunjang hal-hal sebagai berikut:
Vegetasi Estetika
Didapat dari penyusunan dan kombinasi tanaman dengan karakter indah
ditunjang oleh warna daun, bunga, tajuk, bentuk batang, dan tekstur vegetasi.
Penempatan tanaman yang menunjang hal ini dipusatkan pada keseluruhan tapak,
namun lebih diutamakan pada zona penerimaan.
Vegetasi Ilmiah (Pendidikan)
Didapat dari koleksi tanaman dalam petak-petak tanam dan memiliki nilai
ilmiah sebagai tanaman perkebunan tropis yang berguna sebagai tanaman obat
dan aromatik. Penggunaan tanaman yang menunjang aspek ilmiah ini tidak hanya
didapatkan dalam petak tanam saja, tetapi juga dari penggunaannya dalam
memperindah tapak.
Vegetasi Arsitektural
Ruang-ruang yang dibentuk dalam tapak berupa open space, semi open
space, canopied space dan vertical space. Bentukan ruang tertutup, yaitu enclosed
space sedapat mungkin ditiadakan untuk menghindari perilaku yang kurang baik
di tapak.
60

Vegetasi Konservasi
Keseluruhan vegetasi yang ada pada tapak beserta susunan dan
kombinasinya merupakan penunjang bagi lingkungan sekitarnya. Kawasan Wisata
Ilmiah II juga memberikan kontribusi dalam hal iklim dan polusi. Kumpulan
vegetasi yang ada merupakan pendukung terciptanya penyerapan air hujan yang
baik, menurunkan suhu, dan mengurangi polusi udara dan memberikan habitat
bagi berbagai satwa liar.

Konsep Fasilitas
Secara umum seluruh fasilitas yang dibuat di tapak diarahkan untuk
memberi kelancaran dan kenyamanan bagi pengunjung, peneliti dan pengelola.
Dengan demikian, semua pihak yang berkepentingan akan terpenuhi
kebutuhannya, terutama dalam hal kegiatan ilmiah.

Alternatif Tata Ruang


Sebelum dilakukan perencanaan pada tapak maka berbagai konsep yang
telah dibuat disusun terlebih dahulu menjadi beberapa alternatif tata ruang. Suatu
alternatif merupakan kesatuan utuh dari berbagai konsep yang ada dengan
dihubungkan sirkulasi di dalamnya dinamakan peta konsep. Beberapa
alternatifnya dapat dilihat pada gambar 35 dan 36.
61

Gambar 35. Konsep Alternatif 1


62

Gambar 36. Konsep Alternatif 2


63

Berikut ini adalah kriteria penilaian peta konsep alternatif 1 dan 2:


Tabel 9. Kriteria Penilaian Peta Konsep
Kriteria Penilaian Alternatif 1 Alternatif 2
Akses 4 1
Sirkulasi 3 3
Kesatuan antar zona 3 3
Visual 3 3
Luas dan fungsi zona 4 3
Estetika 4 4
Total 21 17
Keterangan:
4 = Sangat baik 2 = Buruk
3 = Baik 1 = Sangat Buruk

Melalui tabel di atas, perbedaan yang paling terlihat adalah penilaian


mengenai akses. Pada alternatif pertama akses memasuki tapak adalah melalui
daerah baru, yaitu berseberangan dengan pintu masuk Kebun Wisata Ilmiah I.
Keadaan ini membantu untuk promosi dan memberi identitas tapak serta
menghindari penggunaan bersama jalan masuk oleh pegawai dan pengunjung.
Sedangkan pada alternatif 2, akses masuk tetap seperti keadaan semula.
Perbedaan lainnya adalah pada urutan sirkulasi ke berbagai zona. Selain
itu, pada alternatif 1 zona wisata umum terbentuk oleh lima buah lingkaran yang
tersebar. Sedangkan pada alternatif 2, zona wisata umum digabungkan menjadi
satu. Berdasarkan penilaian yang ada maka alternatif yang dipilih untuk
dikembangkan adalah alternatif 1.
64

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Perencanaan dan perancangan terhadap tapak secara keseluruhan


menghasilkan suatu kesatuan antara berbagai ruang dalam tapak. Secara luas,
perancangan dengan menggunakan perpaduan hard material dan soft material
dalam skala keseluruhan dapat dilihat pada lampiran 1 (Site Plan). Hasil akhir
yang dituangkan dalam site plan menerapkan beberapa hal baru pada tapak,
meliputi lokasi pintu masuk, pengurangan vegetasi eksisting pada petak tanam
untuk keperluan sirkulasi di dalam tapak, penambahan vegetasi dengan fungsi
tertentu dan penambahan fasilitas yang mendukung aktivitas wisata umum
maupun wisata pendidikan. Tanaman yang dipilih berasal dari kategori obat dan
aromatik.
Pembagian tapak menjadi 8 zona masing-masing memerlukan luas yang
berbeda. Luas masing-masing zona dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10. Luas Berbagai Zona Dalam KWI II
Zona Luas (m²) Persen (%)
1 Penerimaan 2669.72 3.58
2 Pelayanan 1715.15 2.30
3 Penelitian 3394.42 4.56
4 Koleksi 39967.85 53.65
5 Wisata Umum 9321.83 12.51
6 Display 3213.32 4.31
7 Pembibitan 1730.72 2.32
8 Penyangga 12483.68 16.76
Total 74496.68 100.00

Zona dengan persentase terbesar adalah zona koleksi karena merupakan


potensi utama. Zona penelitian dan pembibitan saling mendukung sehingga
persentasenya tidak besar. Zona terkecil adalah zona pelayanan yang berdekatan
dengan zona penerimaan. Pembagian zona pada tapak dapat dilihat pada lampiran
2 (Peta Zonasi).
Berikut adalah perencanaan dan perancangan yang dilakukan pada
berbagai zona yang telah dibagi berdasarkan tahap konsep:
65

Zona Penerimaan
Zona Penerimaan merupakan zona awal untuk menampung pengunjung.
Pengunjung yang ada dapat bervariasi jumlahnya, dari perorangan hingga dalam
jumlah banyak atau rombongan dan berasal dari latar belakang yang berbeda-
beda. Untuk mengatasi keadaan ini diperlukan pengamanan dan pengarahan yang
baik agar sirkulasi keluar masuk pengunjung dapat berjalan dengan teratur.
Penempatan loket merupakan solusi untuk hal ini. Loket yang berada di pintu
gerbang berfungsi untuk mengawasi arus keluar masuk pengunjung. Dengan
adanya pengamanan yang baik maka pengunjung akan terhindar dari bahaya
kecelakaan lalu lintas.
Kegiatan selanjutnya adalah parkir kendaraan. Fasilitas yang disediakan
meliputi tempat parkir. Selain itu penempatan vegetasi juga dilakukan pada zona
ini untuk memberi nilai estetika dan keteduhan.
Petak tanam yang difungsikan untuk sub zona ini adalah Petak J4. Dalam
hal pemangkasan, pepohonan yang dipilih adalah pohon yang sifatnya umum
dijumpai sehari-hari. Pepohonan yang ada pada area ini meliputi Melinjo, Mindi,
Kemiri dan Lamtoro. Jenis pepohonan ini merupakan jenis yang sudah banyak
dikenal oleh masyarakat umum.
Berikut adalah detil site furniture, fasilitas dan tanaman yang digunakan
pada Sub Zona Penerimaan:

Tabel 11. Rencana Detil Fasilitas Dan Site Furniture Pada Zona Penerimaan
No Jenis Ukuran Bahan / Keterangan
1 Gerbang Masuk T = 500 cm Beton, batu tempel, dan lampu
L = 600 cm
2 Loket P = 300 cm Ditempatkan pada gerbang masuk
L = 200 cm
3 Area Parkir
Bis Luas = 288 m² Aspal / Daya tampung 6 buah
Mobil Pribadi Luas = 342 m² Aspal / Daya tampung 20 buah
Sepeda Motor Luas = 129,6 m² Perkerasan / Daya tampung 40 buah,
dengan naungan
4 Lampu Taman T = 250 cm Beton, besi
5 Tempat Sampah D = 40 cm, Beton, kayu, besi, seng
T = 60 cm
66

Tabel 12. Rencana Vegetasi Zona Penerimaan


No Nama Lokal Nama Latin Fungsi
1 Pinang Jambe Areca sp Estetika, pengarah
2 Tapak Dara Catharantus roseus Estetika, konservasi
3 Soka Ixora javanicus Estetika, pengarah, pembatas
4 Pegagan Centella asiatica Estetika, konservasi
5 Melati Jasminum sambac Estetika, aromatik
6 Puring Codiaeum variegatum Estetika, pembatas

Pada saat pengunjung tiba di lokasi maka akan menemui pintu gerbang
yang berbentuk huruf U terbalik yang memiliki ketinggian 5 m, dan lebar 6 meter
berbahan dasar beton dilapisi batu tempel dengan plang bertuliskan nama lokasi.
Jalan masuk yang ada memiliki lebar 5,5 dengan lapisan aspal. Selanjutnya
dibalik pintu masuk terdapat sebuah loket berukuran 2 m x 3 m. Disekeliling loket
dan pintu gerbang ditempatkan tanaman Tapak Dara (Catharantus roseus).
Setelah mendapatkan tiket masuk dari loket, maka pengunjung dapat
melanjutkan perjalanan masuk. Jalan masuk menuju tempat parkir diberi tanaman
pengarah Pinang Jambe (Areca sp.) dan Soka (Ixora javanicus) yang membatasi
Zona Penerimaan dengan zona koleksi. Tanaman Soka (Ixora javanicus) ditanam
dalam kumpulan memanjang membentuk pagar tanaman. Penyusunan tanaman
dilakukan serupa hingga ke tempat parkir. Pengunjung yang menggunakan sepeda
motor dapat menemukan bangunan parkir berukuran 10 m x 16 m dengan area
parkir didalamnya seluas 129,6 m² dilapisi paving block yang dapat menampung
hingga 40 sepeda motor. Bangunan parkir dihiasi dengan Tapak Dara
(Catharantus roseus), Pegagan (Centella asiatica) sebagai penutup tanah dan
Melati (Jasminum sambac) untuk memberikan nuansa wewangian atau aromatik.
Untuk bis dan mobil pribadi disediakan lahan parkir masing masing untuk
6 buah bis dan 20 buah mobil pribadi. Posisi parkir bis dan mobil pribadi diatur
dengan garis pembatas antar kendaraan pada kemiringan 25 derajat menghadap ke
utara dan selatan. Posisi ini dilakukan untuk memaksimalkan daya tampung
kendaraan. Area parkir bis dan mobil pribadi seluruhnya dilapisi aspal.
Gambar detil zona penerimaan dan fasilitas adalah sebagai berikut:
67

Gambar 37. Detil Zona Penerimaan


68

Gambar 38. Rencana Penanaman Zona Penerimaan


69

Gambar 39. Detil Pintu Gerbang


70

Gambar 40. Detil Bangunan Parkir Sepeda Motor


71

Gambar 41. Detil Lampu Taman


72

Zona Pelayanan
Zona ini bersebelahan dengan Zona Penerimaan. Berada pada petak tanam
K4 dan K5, sehingga dalam penerapannya memerlukan penebangan terhadap
beberapa pohon dari jenis Cengkeh (Eugenia aromatica), Sawo (Manilkara
zapota) dan semak.
Zona ini dilengkapi dengan fasilitas seperti pendopo, mushola, kolam,
kantin, toilet dan sebagainya. Pada kolam diberikan kesan monumental dengan
menambah tugu batu. Penempatan site furniture seperti tugu batu merupakan
suatu upaya untuk memberikan identitas khas secara monumental dan
memberikan nuansa estetik pada zona pelayanan.
Berikut adalah rencana detil site furniture, fasilitas dan tanaman yang
disediakan pada Zona Pelayanan:

Tabel 13. Rencana Detil Fasilitas Dan Site Furniture Pada Zona Pelayanan
No Jenis Ukuran Bahan / Keterangan
1 Pendopo L = 700 cm, Beton dan kayu / Tanpa dinding,
P = 1000 cm hanya terdiri dari tiang-tiang, lantai
panggung, tangga dan atap
2 Mushola L = 600 cm,
P = 800 cm
3 Kolam D = 1000 cm, Beton, batu tempel
4 Tugu batu D = 600 cm, Beton/Dilengkapi lampu dan dicat hijau
T = 645 cm
5 Kantin L = 300 cm, 2 Buah. Masing-masing terdiri atas
P = 900 cm 3 kapling
6 Toilet L = 400 cm, Daya tampung 8 kamar
P = 750 cm
7 Bangku Taman P = 150 cm, Beton, keramik
L = 75 cm
9 Papan Informasi T = 200 cm, Beton, besi, kayu
L = 150 cm
10 Tempat Sampah D = 40 cm, Beton, kayu, besi, seng
T = 60 cm
11 Lampu Taman T = 250 cm Beton, besi
12 Menara Pandang T = 1200 cm Terdiri atas 3 lantai
73

Tabel 14. Rencana Vegetasi Zona Pelayanan


No Nama Lokal Nama Latin Fungsi
1 Kenanga Cananga odorata Estetika, aromatik, peneduh
2 Cempaka Putih Michelia alba Estetika, aromatik, peneduh
3 Patah Tulang Pedilanthus pringlei Estetika, konservasi
4 Tapak Dara Catharantus roseus Estetika
5 Gelang Portulaca oleracea Estetika, konservasi
6 Pisang Hias Heliconia colinsiana Estetika
7 Pegagan Centella asiatica Estetika, konservasi
8 Kangkung Air Ipomoea aquatica Estetika
9 Palem Ekor Ikan Cariota mitis Estetika
10 Lidah Buaya Aloe Vera Estetika

Pada zona ini pengunjung dapat menjumpai balai bengong berukuran 7 m


x 10 m. Balai bengong ini terdiri atas tiang-tiang yang terbuat dari kayu dan lantai
keramik tanpa dinding. Pengunjung dapat menggunakan bangunan ini untuk
beristirahat saat datang atau hendak meninggalkan tapak. Selain itu, bangunan ini
dapat digunakan sebagai tempat briefing pengunjung. Di sebelah balai bengong
ditempatkan mushola berukuran 6 m x 8 m. Tersedia pula bangunan toilet
berukuran 7,5 m x 4 m sebanyak 2 unit, masing-masing dengan 8 bilik untuk pria
dan wanita dibuat terpisah guna memberikan kenyamanan bagi pengunjung.
Tanaman yang dipilih untuk memperindah bangunan tersebut di atas
meliputi Tapak Dara (Catharantus roseus), Patah Tulang (Pedilanthus pringlei)
yang disusun dengan pola organik di sekitar bangunan ditambah Kenanga
(Cananga odorata) sebagai tanaman peneduh dan aromatik yang ditempatkan di
sebelah barat.
Untuk keperluan makan dan minum pengunjung, disediakan bangunan
berukuran 3 m x 9 m sebagai kantin berbahan dasar kayu dengan 3 bilik. Tepat di
sebelah kantin ditempatkan bangunan yang sama persis namun digunakan sebagai
kios cinderamata (souvenir). Pada halaman depan kantin dan kios souvenir
diberikan meja dan kursi bagi pengunjung guna menambah daya tampung kantin.
Demikian juga dengan pada bagian serambi kios souvenir dimanfaatkan untuk
pengunjung yang ingin memesan makanan dari kantin.
Guna memperindah kios cinderamata dan kantin digunakan tanaman Lidah
Buaya (Aloe vera) dengan Palem Ekor Ikan (Cariota mitis) sebagai peneduh dan
74

penambah nilai estetik. Penempatan tanaman Lidah Buaya (Aloe vera) mengikuti
bentuk bangunan kios cinderamata dan kantin yaitu geometrik.
Berseberangan dengan kios cinderamata dan kantin terdapat sebuah kolam
dengan diameter 10 m terbuat dari beton yang dilapisi batu tempel. Pada bagian
tengah dari kolam ini ditempatkan sebuah tugu batu berdiameter 6 m dan tinggi
6,5 m. Tugu batu diberi warna hijau dengan bentuk pucuk tanaman terdiri atas
sepuluh helai daun dilengkapi lampu pada bagian paling atas. Di sekeliling kolam
ditempatkan bangku taman dengan lebar 75 cm, berbentuk melingkar
menyesuaikan bentuk lingkaran kolam dengan material dasar beton. Kolam
dihiasi oleh Kangkung Air (Ipomoea aquatica) yang merupakan salah satu jenis
tanaman yang tergolong sebagai tanaman obat. Untuk memberikan keteduhan di
sekitar kolam digunakan Cempaka Putih (Michelia alba).
Fasilitas lain pada zona ini adalah menara pandang yang memiliki 3 lantai
dengan ketinggian 12 m yang dapat digunakan untuk memperoleh pemandangan
lokasi secara keseluruhan berupa hamparan tanaman. Dalam upaya memperindah
menara pandang, digunakan Pisang Hias (Heliconia sp), Gelang (Portulaca
oleracea) dan Pegagan (Centella asiaica) yang disusun dengan pola organik di
sekeliling menara pandang.
Penggunaan material perkerasan juga dilakukan pada zona seluas 1715,2
m² ini untuk lebih memberikan kesan rapi dan memiliki daya tahan yang tinggi
terhadap konsentrasi massa pengunjung, mengingat zona ini memiliki luasan yang
tidak besar.
Gambar detil zona pelayanan dan fasilitas adalah sebagai berikut:
75

Gambar 43. Detil Zona Pelayanan


76

Gambar 44. Rencana Penanaman Zona Pelayanan


77

Gambar 45. Detil Pendopo


78

Gambar 46. Detil Mushola


79

Gambar 47. Detil Bangunan Kantin dan Kios Souvenir


80

Gambar 48. Detil Kolam Dan Tugu


81

Gambar 49. Detil Menara Pandang


82

Gambar 50. Detil Tempat Wudhu Dan Toilet


83

Zona Koleksi
Zona Koleksi merupakan zona terluas di Kebun Wisata Ilmiah II. Seluruh
tanaman koleksi dibiarkan tumbuh secara alami dengan perawatan seperlunya.
Kesan alami namun rapi merupakan hal yang didapat selain dari potensi utama
dari tanaman koleksi yang tersebar merata di zona ini.
Sirkulasi yang ada tidak dibentuk secara spesifik, hanya didukung oleh
beberapa jalur sirkulasi yang merupakan penghubung dengan zona lain. Berikut
adalah detil site furniture dan fasilitas yang digunakan pada zona koleksi:

Tabel 15. Rencana Detil Site Furniture dan Fasilitas pada Zona Koleksi
No Jenis Ukuran Bahan / Keterangan
1 Papan Informasi T = 175 cm, Beton, besi, kayu, kaca
P = 150 cm
2 Pohon Koleksi - Jenis bervariasi
3 Papan Penunjuk Arah T = 200 cm, Beton, besi, kayu
4 Label Tanaman P = 20 cm Plat dan pipa besi
L = 9 cm
5 Lampu Taman T = 250 cm Beton, besi
6 Tempat Sampah D = 40 cm, Beton, kayu, besi, seng
T = 60 cm
Pada saat beralih menuju zona koleksi maka pengunjung akan menemukan
suasana berupa pepohonan dengan label tanaman berukuran 20 cm x 9 cm yang
terbuat dari plat besi. Label tanaman ini dipasang dengan baut pada batang pohon
dewasa, atau ditopang oleh pipa besi yang ditancapkan pada tanah di depan
tanaman yang dimaksud. Warna yang digunakan adalah hijau muda terang agar
label tanaman menyatu dengan lingkungan tanaman namun juga mudah dibaca
dengan adanya warna yang terang. Contoh bentuk label tanaman dapat dilihat
pada gambar berikut:

Gambar 51. Label Tanaman


84

Fasilitas lain yang ditemukan oleh pengunjung pada zona ini adalah papan
informasi dan papan penunjuk arah. Papan informasi dibuat dengan pondasi
beton, tiang besi, dengan papan yang kemudian dilapisi kaca dan diberi kunci
pengaman. Lapisan kaca dan kunci pengaman dipilih untuk menjaga materi
tulisan atau informasi dari kerusakan yang disebabkan oleh cuaca, satwa, maupun
perilaku pengunjung namun tetap indah dan mudah untuk dibaca dan diamati.
Selain itu dimensi papan informasi dibuat sesuai dengan ketinggian arah
pandangan manusia yaitu setinggi 175 cm. Hal ini juga membantu memudahkan
pemberian informasi kepada pengunjung mengenai berbagai tanaman koleksi
yang ada.
Sedangkan papan penunjuk arah berupa papan berukuran panjang 30 cm
dan lebar 20 cm, yang ditopang oleh tiang besi setingi 200 cm berpondasi beton.
Pemilihan material papan untuk mencegah kerusakan karat atau bengkok yang
biasa terjadi pada materi logam. Dengan adanya papan penunjuk arah maka
pengunjung dapat menemukan sirkulasi utama berupa jalan selebar 3 m dilapisi
paving block yang menghubungkan zona satu dengan lainnya. Sebagai penutup
tanah digunakan Rumput Paetan (Axonopus compressus) untuk mencegah erosi
ini mengingat zona ini berada pada kelas kemiringan lahan 0 – 1 %.
Tanaman yang ditanam pada lokasi baru dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 16. Rencana Tanaman Koleksi Tambahan dan Pengganti
Nama Lokal Nama Latin Lokasi Pada Gambar
Pinang Jambe Areca sp.
Kayu Putih Maniltoa leucadendra
Saputangan Maniltoa grandiflora
Buni Antodesma bunius
Kecubung Datura suaveolens
Sukun Artocarpus communis
Lamtoro Leucaena leucocephala
Zona Koleksi 1
Pala Myristica fragrans
Dewandaru Artocarpus camansi
YlangYlang Artabotrys odoratissimus
Sintok Cinnamomun sintoc
Kicangcorang Desmonium triquitrum
Pacira Pachira insignis
Cengkeh Eugenia aromatica
85

(lanjutan Tabel 16)


Nama Lokal Nama Latin Lokasi Pada Gambar
Pinang Jambe Areca sp.
Bratawali Tinospora crispa
Marasi Crculigo latifolia
Ceremai Phyllanthus acidus
Kersen Mintingia calabura Zona Koleksi 2
Kayu Manis Cinnamomun burmanii
Pandan Besar Pandanus tectorius
Girang Leea aquleata
Hahapaan Fleminia strobilifera
Pinang Jambe Areca sp.
Ketepeng Cina Cassia alata
Cempaka Kuning Gardenia tubifera
Mahoni Swietenia mahogani
Kecapi Sandroricum koetjape
Karet Hutan Ficus elastica
Vanili Vanilla planifolia Zona Koleksi 3
Bungur Lagerstromia speciosa
Makadamia Macadamia grandis
Tongka Eurycoma longifolia
Mimba Azadirchta indica
Mindi Melia azedarach
Cengkeh Eugenia aromatica
Pinang Jambe Areca sp.
Tengkawang Shorea amplexicaulis
Kayu Upas Merremia mammosa
Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi
Kluwih Artocarpus camansi
Sawo Manilkara zapota
Jati Tectona grandis Zona Koleksi 4
Pentadesma Pentadesma butyraceum
Gatep Quasia indica
Kenanga Cananga odorata
Murbai Morus alba
Daun Kupu Kupu Bauhinia purpurea
Gamal Glicirida sepium
86

Gambar 52. Rencana Penanaman Zona Koleksi 1


87

Gambar 53. Rencana Penanaman Zona Koleksi 2


88

Gambar 54. Rencana Penanaman Zona Koleksi 3


89

Gambar 55. Rencana Penanaman Zona Koleksi 4


90

Zona Pembibitan
Pada zona ini aktifitas pengunjung adalah melihat kegiatan pembibitan
yang dilakukan terhadap tanaman tertentu yang dilakukan oleh pihak pengelola.
Menurut Wachjar (2006), pembibitan tanaman perkebunan dilakukan dalam dua
tahap, yaitu pembibitan pendahuluan (pre nursery) dan pembibitan utama (main
nursery). Dengan adanya dua tahap maka seleksi terhadap bibit-bibit
menghasilkan bibit yang berkualitas.
Bangunan yang ada merupakan bangunan eksisting yang berdimensi tinggi
250 cm, lebar 1250 cm serta panjang 1500 cm yang kemudian diperindah dengan
penempatan tanaman di sekelilingnya dan diberi kawat kasa atau paranet. Selain
itu, disediakan juga area terbuka dengan perkerasan seluas 153,86 m² untuk
kegiatan persiapan media tanam dan penanaman dalam polybag.
Tanaman yang ditempatkan di sekeliling rumah kaca adalah Sutra Bombay
(Portulaca Grandiflora), Kencur (Kaempferia galanga), Pisang Hias (Heliconia
colinsiana). Sebagai peneduh dipilih Bungur (Lagerstromia speciosa) dan untuk
memperkaya tekstur dipilih Pakis Haji (Cycas rumphii). Pola penyusunan
tanaman secara organik juga dilakukan dengan tanaman utama dari kategori obat-
obatan. Tanaman tersebut meliputi Rosela (Hibiscus sabdariffa), Nona Makan
Sirih (Clerodendrum thomsonae), Poslen (Talium triangulare) dan Daun Wati
(Piper methysticum) yang masing-masing dilingkari oleh kumpulan tanaman Sutra
Bombay (Portulaca grandiflora).
Berikut adalah fasilitas dan site furniture yang dirancang pada zona
pembibitan:

Tabel 17. Rencana Detil Fasilitas dan Site Furniture Pada Zona Pembibitan
No Jenis Ukuran Keterangan / Bahan
1 Rumah Kaca T = 250 cm, Berjumlah 2 buah
L = 1250 cm,
P = 1500 cm
2 Papan Nama Lokasi T = 200 cm Beton, besi, kayu
3 Lampu Taman T = 250 cm Beton, besi
4 Halaman dengan perkerasan L = 153860 cm²
5 Tempat Sampah D = 40 cm, Beton, kayu, besi, seng
T = 60 cm
91

Gambar 56. Detil Zona Pembibitan


92

Gambar 57. Rencana Penanaman Zona Pembibitan


93

Gambar 58. Detil Rumah Kaca


94

Zona Wisata Umum


Merupakan zona yang bentuk dasarnya lingkaran dibentuk oleh jalur
sirkulasi utama pada tapak. Jumlah keseluruhan lingkaran yang digunakan untuk
zona ini adalah 5 buah yang masing-masing berdiameter 45,7 meter dikelilingi
oleh jalur sirkulasi selebar 3 m berlapis paving block. Secara umum zona ini
terdiri dari tegakan pohon yang disusun tidak terlalu rapat sehingga dapat
membantu mengurangi sinar matahari berlebihan pada ruang yang terbuka dan
dapat dimanfaatkan untuk berteduh. Vegetasi yang ada di zona ini adalah vegetasi
koleksi. Pengunjung yang ingin memanfaatkan KWI II untuk aktifitas wisata yang
sifatnya umum dapat menggunakan zona ini untuk kegiatan piknik atau pesta
kebun, bermain, dan lain sebagainya.
Berikut adalah rencaba detil site furniture, fasilitas dan tanaman yang
digunakan pada Zona Terbuka:
Tabel 18. Rencana Fasilitas dan Site Furniture Pada Zona Wisata Umum
No Jenis Ukuran Bahan / Keterangan
1 Lapangan Rumput 9321.83 m² Rumput Paetan (Axonopus compressus)
2 Pohon Peneduh Koleksi KWI II
3 Gazebo D=3m Beton dan kayu
4 Sirkulasi Melingkar L=3m Paving block
5 Toilet L = 400 cm, Daya tampung 8 kamar
P = 1600 cm
6 Tempat Sampah D = 40 cm, Beton, kayu, besi, seng
T = 60 cm
Berikut adalah gambar detil salah satu bagian dari zona wisata umum dan
fasilitas di dalamnya:
95

Gambar 59. Detil Salah Satu Bagian Zona Wisata Umum


96

Gambar 60. Rencana Penanaman salah satu Zona Wisata Umum


97

Gambar 61. Detil Toilet Zona Wisata Umum


98

Gambar 62. Detil Gazebo


99

Zona Display
Fasilitas utama yang direncanakan di dalam zona ini adalah bangunan
display dan perpustakaan yang berfungsi sebagai sarana pendidikan dan
pemberian informasi berbagai jenis tanaman beserta hasil olahan. Selain itu, dapat
juga digunakan untuk pelaksanaan kegiatan pameran. Kegiatan wisata ilmiah yang
dilakukan pada zona ini bersifat pasif dan berada di dalam ruangan tertutup.
Berikut adalah detil site furniture, fasilitas dan tanaman yang digunakan
pada zona display:

Tabel 19. Rencana Detil Fasilitas dan Site Furniture Pada Zona Display
No Jenis Ukuran Bahan / Keterangan
1 Bangunan Display/Pameran L = 1300 cm, Berbentuk huruf U
P = 2100 cm
2 Pusat Informasi L = 700 cm,
P = 1500 cm
3 Perpustakaan L = 700 cm,
P = 1500 cm
4 Papan Nama Lokasi T = 200 cm Beton, besi, kayu
5 Lampu Taman T = 250 cm Beton, besi
6 Tempat sampah D = 40 cm, Beton, kayu, besi, seng
T = 60 cm

Tabel 20. Rencana Vegetasi Zona Display


No Nama Lokal Nama Latin Fungsi
1 Poslen Talium triangulare Estetika
2 Sutra Bombay Portulaca grandiflora Estetika, Konservasi
3 Cempaka Cina Artabotrys odoratissimus Estetika, Aromatik
4 Karet Kebo Ficus elastica Estetika, Peneduh
5 Bunga Pagoda Clerodendron paniculatum Estetika
6 Bungur Lagerstroemia speciosa Estetika, Peneduh
7 Lidah Buaya Aloe vera Estetika

Ketika pengunjung memasuki zona ini maka ditemukan 3 bangunan utama


yaitu bangunan display, pusat informasi dan perpustakaan. Bentuk yang dipilih
untuk bangunan display adalah huruf U. Bentuk ini dimaksudkan untuk
memberikan kesan resmi namun terbuka. Sedangkan pusat informasi dan
perpustakaan menggunakan bangunan yang sama ukurannya.
100

Gambar 63. Detil Zona Display


101

Gambar 64. Rencana Penanaman Zona Display


102

Gambar 65. Detil Bangunan Display


103

Gambar 66. Detil Perpustakaan


104

Gambar 67. Detil Pusat Informasi Dan Kantor Pengelola


105

Pada bagian belakang perpustakaan dibuat dua buah lapangan bulutangkis


yang khusus digunakan oleh pengelola. Untuk fasilitas pendukung lain seperti
papan nama lokasi tidak jauh berbeda dari papan penunjuk arah yang berada di
Zona Koleksi, begitu pula dasar pemilihan materinya.
Sebagai tambahan, pada zona ini dibuat dua buah lapangan bulutangkis
yang khusus digunakan oleh pengelola. Lapangan ini diberi pagar pembatas dan
pintu yang dikunci dan hanya digunakan pada waktu-waktu tertentu oleh
pengelola yang tidak sedang bertugas. Dengan demikian penggunaan lapangan
hanya oleh pengelola atau seizing pengelola saja.
Tanaman yang dipilih di sekitar bangunan display sebagai tanaman
peneduh adalah Bungur (Lagerstromia speciosa). Selain itu, tanaman lain yang
digunakan untuk meningkatkan nilai estetika dan mengurangi lahan terbuka di
sekitar bangunan display adalah Karet Kebo (Ficus elastica), Bunga Pagoda
(Clerodendron paniculatum), Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus), Sutra
Bombay (Portulaca grandiflora), Poslen (Talinum triangulare) dan Cempaka
Cina (Artabotrys odoratissimus). Sedangkan pusat informasi dan perpustakaan
memanfaatkan naungan dari Pinus (Pinus mercusii) dan Lidah Buaya (Aloe vera)
sebagai pelengkap yang ditanam di sekeliling perpustakaan, bangunan informasi
dan lapangan bulutangkis.
Zona Penelitian
Zona ini direncanakan di atas petak M3 dan M4 yang sebelumnya
ditumbuhi oleh rumpun bambu dan semak yang tumbuh dengan lebat. Berfungsi
menyediakan fasilitas penelitian bagi peneliti berupa lahan bercocok tanam atau
bedengan. Bedengan dibuat memanjang dari utara ke selatan. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan penyinaran matahari yang maksimal bagi
tanaman yang ditanam. Selain itu, bedeng yang ada juga menjadi fasilitas untuk
melakukan praktek penanaman dan pemanenan bagi para pengunjung. Untuk
keperluan pengairan, ditambahkan fasilitas berupa menara air yang memiliki 4
buah tangki dilengkapi dengan pompa air.Dengan demikian zona ini dapat
membantu peneliti dan memberikan suatu pengalaman baru bagi pengunjung yang
ingin mencoba bercocok tanam dalam waktu singkat
Berikut adalah rencana fasilitas dan vegetasi pada Zona Penelitian:
106

Tabel 21. Rencana Detil Fasilitas dan Site Furniture Pada Zona Penelitian
No Jenis Ukuran Bahan / Keterangan
1 Bedengan P = 1100 cm, Tanah digemburkan terlebih
L = 600 cm dahulu
2 Balai bengong L = 100 cm, Serupa dengan Zona Pelayanan
P = 200 cm
3 Gudang Peralatan P = 1500 cm,
L = 700 cm
4 Tangki Air D = 150 cm Fiber glass/Berjumlah 4 buah
5 Menara T = 1200 cm Dilengkapi pompa air
6 Gazebo D = 300 cm Sama dengan Zona Koleksi
7 Toilet P = 750 cm Serupa dengan Zona Pelayanan
L = 150 cm

Tabel 22. Rencana Vegetasi Zona Penelitian


No Nama Lokal Nama Latin Fungsi
1 Kayu Manis Cinnamomun burmanii Estetik
2 Pisang Hias Heliconia colinsiana Estetik
3 Cemara Kipas Thuja orientalis Estetik, penahan angin
4 Kembang Sepatu Hibiscus rosa-sinensis Estetik, pembatas
5 Cengkeh Eugenia aromatica Estetik, peneduh, aromatika
6 Pinang Jambe Arecaria sp Estetik

Pengunjung dapat langsung menuju Zona Penelitian dari Zona Pelayanan.


Ketika memasuki zona ini, di hadapan pengunjung terbentang lahan yang diberi
perkerasan dengan 12 bedengan yang berada di tengah. Peralatan yang ingin
digunakan dapat diambil dari gudang peralatan yang dirancang dengan ukuran 15
m x 7 m. Tersedia juga gazebo berjumlah 5 buah berdimensi serupa dengan yang
terdapat pada Zona Wisata Umum dan sebuah balai bengong seperti yang ada
pada Zona Pelayanan. Kedua jenis bangunan ini dapat dimanfaatkan oleh
pengunjung dan peneliti yang ingin beristirahat sejenak setelah melakukan
aktivitasnya. Tersedianya toilet berukuran 7,5 m x 1,5 m dengan 5 bilik akan
menambah lengkapnya fasilitas di zona ini. Toilet diletakan di belakang gudang
peralatan. Untuk menambah daya tarik, digunakan elemen tanaman bernuansa
obat dan aromatik seperti Kayu Manis (Cinnamomun burmanii), Kembang Sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis), Pisang Hias (Heliconia colinsiana), Cemara kipas
(Thuja orientalis), Pinang Jambe (Areca sp) dan Cengkeh (Eugenia aromatica).
107

Gambar 68. Detil Zona Penelitian


108

Gambar 69. Rencana Penanaman Zona Penelitian


109

Gambar 70. Detil Bangunan Gudang Dan Mess


110

Kayu Manis (Cinnamomun burmanii) diletakkan di sebelah selatan zona


yang berbatasan tanaman penyangga dan tembok pemukiman membentuk
kumpulan pohon. Antara tanaman penyangga dan Kayu Manis (Cinnamomun
burmanii) dibentuk pagar tanaman dengan menggunakan Kembang Sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis). Pagar tanaman dengan jenis serupa juga digunakan
untuk membatasi zona penelitian dengan zona koleksi yang dilengkapi dengan
Pinang Jambe (Areca sp) pada beberapa titik lekukan zona. Untuk memberi
keteduhan digunakan beberapa pohon yang dipilih dari jenis aromatik yaitu
Cengkeh (Eugenia aromatica). Penggunaan Cemara kipas (Thuja orientalis) juga
dilakukan untuk menambah nilai estetika pada zona ini.
Sebagai tambahan pada bangunan gudang juga disediakan fasilitas
menginap atau biasa disebut dengan mess yang berjumlah 2 kamar bagi peneliti
yang memerlukan tempat menginap selama melakukan penelitian.

Zona Penyangga
Zona ini menggunakan tanaman sebagai elemen utamanya dan merupakan
zona yang terdiri atas bagian-bagian kecil zona lainnya, yaitu zona penerimaan
dan zona koleksi. Pada zona penerimaan digunakan tanaman Glodogan tiang
untuk mengurangi terpaan angin dari lalu lintas dan sebagai tanaman pengarah
serta memberikan kesan sebagai pembatas lokasi yang bersifat vertikal.
Bagian lain dari tapak yang merupakan zona penyangga adalah batas tapak
dengan pemukiman karyawan dan sepanjang jalur sirkulasi karyawan dari
pemukiman ke tapak, tepatnya di sebelah barat tapak. Vegetasi yang digunakan
pada area ini adalah Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) yang berfungsi
untuk membatasi sirkulasi pegawai dengan jalur wisata yang digunakan oleh
pengunjung. Pada aliran sungai kecil, zona penyangga berupa kumpulan Pinus
yang berfungsi menyerap kelebihan air dan memperkuat struktur tanah.

Tabel 23. Rencana Vegetasi Zona Penyangga


No Nama Lokal Nama Latin Fungsi
1 Puring Codiaeum variegatum Pembatas dan konservasi
2 Pinus Pinus merkusii Konservasi
3 Kembang Sepatu Hibiscus rosa-sinensis Estetis dan pembatas
4 Kayu Manis Cinnamomun burmanii Pengarah dan pemecah angin
111

Penyusunan Puring (Codiaeum variegatum) dilakukan pada batas tapak


membentuk pembatas yang solid untuk meminimalisasi pemandangan yang
kurang baik dari daerah sekitar.
Penyusunan Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis.) membentuk pagar
rapat guna memperindah pagar batas sirkulasi pegawai di sepanjang batas barat
tapak dengan zona wisata umum. Selain itu, fungsi konservasi juga dipenuhi
dengan adanya penempatan vegetasi ini disepanjang sungai sebelah barat tapak.
Kayu Manis (Cinnamomun burmanii) diletakan di batas dalam tapak setelah pagar
pembatas, disusun berbaris secara individual guna memenuhi fungsinya untuk
memecah angin dan pengarah bagi Jalan Tentara Pelajar. Sedangkan Pinus (Pinus
merkusii) disusun berupa kelompok maupun individu di daerah rawa dan sekitar
zona display.
112

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kebun Wisata Ilmiah II memiliki potensi yang baik sebagai sarana wisata
pendidikan berbagai macam tanaman dan suasana alamnya yang mendukung
untuk wisata.
Kegiatan perencanaan dan perancangan yang dilakukan pada tapak
mengarah untuk membentuk kawasan wisata berbasis pendidikan pertanian
dengan melengkapi fasilitas pelayanan dan penataan tanaman koleksi.
Konsep dasar pengembangan tapak adalah Kebun Wisata Ilmiah II yang
digunakan untuk penelitian dan pendidikan dalam aktivitas wisata, terutama
dengan tanaman obat dan aromatik atau lebih dikenal dengan kebun wisata ilmiah.
Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan
penduduk sekitar dan masyarakat luas dalam hal wisata pendidikan.
Pengembangan tapak dapat menampilkan koleksi tanaman, dalam upaya memberi
pengajaran atau edukasi kepada pengunjung ditunjang oleh sarana dan prasarana
wisata, dengan latar belakang lanskap yang ditata dalam suasana nyaman, indah.
Tapak dibagi menjadi Zona Penerimaan (Welcome Area), Zona Pelayanan,
Zona Koleksi, Zona Pembibitan, Zona Wisata Umum, Zona Display, Zona
Penelitian dan Zona Penyangga.
Fasilitas yang direncanakan dan dirancang pada tapak meliputi pintu
gerbang, ruang parkir, balai bengong, mushola, kolam dengan tugu batu, menara
pandang, lahan piknik, bedengan, pusat informasi dan bangunan display untuk
keperluan pameran. Tanaman yang dipilih berasal dari kategori tanaman obat dan
aromatik dengan fungsinya sebagai tanaman pengarah, peneduh dan estetika.
113

Saran
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan potensi tapak
sekaligus memperbaiki kekurangan yang ada pada Kebun Wisata Ilmiah II adalah
sebagai berikut:
1. Melengkapi tanaman koleksi yang ada pada Kebun Wisata Ilmiah II.
2. Meningkatkan estetika dengan tanaman obat dan aromatik.
3. Perbaikan sepanjang badan sungai kecil yang melintasi tapak untuk
meminimalisasi terjadinya longsor dan mengurangi bahaya yang mungkin
terjadi pada pengunjung maupun karyawan.
4. Melengkapi fasilitas pelayanan yang mendukung kegiatan wisata
pendidikan.
5. Meningkatkan promosi kepada masyarakat luas tentang keberadaan lokasi
Kebun Wisata Ilmiah II dan potensi yang ada di dalamnya.
114

DAFTAR PUSTAKA

Booth, K. 1983. Basic Elements of Landscape Architectural Design. Waveland


Press, Illinois.
Carpenter, P. L. T. D. Walker, and F. O. Lanphear. 1975. Plants in the Landscape.
W. H. Freeman and Co., San Fransisco.
Gold. 1980. Recreational Planning And Design. Mc, Graw-Hill, Company New
York.
Gunn, C.A. 1997. Vacationscape : Developing Tourist Areas. USA : Taylor and
Francis.
Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya, Jakarta.
Harris, C.W. and N.T. Dines. 1988. Time-Saver Standards for Landscape
Architecture. McGraw-Hill Book Co.
Laurie, M. 1986. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan (terjemahan).
Erlangga, Jakarta.
Lynch, K. 1981. Site Planning. The MIT Press Cambridge. London.
Nurisjah, S dan Pramukanto, Q. 1995. Penuntun Praktikum Perencanaan
Lanskap. PS Arsitektur Pertamanan. Jurusan Budidaya Pertanian.
Fakultas Pertanian. IPB.
Reid, G.W. 1993. From Concept to Form in Landscape Design. Van Nostrand
Reinhold an International Thomson Pbl. Co. New York, London, etc.
Setyati, Sri. 1996. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Simonds, J. O. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill Co. New York.
Smith, Stephen L. J. 1989. Tourism Analysis. Longman Singapore Publihsers,
Singapore.
Soepraptohardjo, M. 1976. Sifat dan Jenis Tanah. Jakarta.
Wachjar, Ade. 2006. Tehnik Perkebunan. Fakultas Pertanian IPB.
Yoeti, Oka A. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradnya
Paramita.
115

LAMPIRAN
116

Lampiran 1. Site Plan


117

Lampiran 2. Peta Zonasi


118

Lampiran 3. Rataan Data Iklim Tahun 2001


Suhu Udara (0C) Kelembaban Udara(%) Radiasi Surya Curah Hujan Evaporasi Windrun
Bulan
Max Min 7.30 13.30 17.30 7.30 13.30 17.30 (MJ/m2/hari) (mm) (mm) (km/hari)
Januari 30.0 23.0 24.1 28.7 26.0 87.3 71.0 83.0 8.5 418.3 3.8 44.3
Februari 28.1 22.4 23.4 27.1 25.7 89.0 77.5 84.1 7.0 511.3 3.3 52.8
Maret 30.1 23.1 24.2 29.0 26.3 86.6 68.9 81.3 9.6 367.9 3.8 53.9
April 30.8 23.2 24.2 29.8 26.0 87.5 67.1 84.4 8.8 494.8 4.0 42.5
Mei 31.4 23.5 24.5 30.6 27.6 86.8 62.8 77.4 9.8 349.0 4.7 45.8
Juni 30.8 22.5 23.6 29.8 26.9 85.5 64.1 78.9 9.5 313.9 4.2 43.0
Juli 30.6 22.2 23.3 30.0 26.8 83.5 58.9 75.3 11.3 405.8 4.7 50.9
Agustus 31.2 22.5 23.6 30.5 27.3 82.3 58.7 73.3 10.8 256.5 4.9 49.5
September 31.5 23.2 24.5 30.7 26.8 85.0 63.8 79.1 10.7 352.2 4.5 53.2
Oktober 30.6 23.2 24.7 29.3 26.1 87 74 86 9.55 694.5 3.90 53.16
November 29.8 23.2 24.6 28.8 25.7 88 72 85 8.27 446.2 4.01 53.4
Desember 30.4 23.4 24.9 29.6 27.1 81 66 79 10.76 154.8 4.33 63.50
Rata-rata 30.4 22.9 24.1 29.5 26.5 85.8 67.1 80.6 9.6 397.1 4.2 50.5
Rata-rata 26.7 77.8
Sumber: Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB 2007
119

Lampiran 4. Rataan Data Iklim Tahun 2002


Suhu Udara (0C) Kelembaban Udara(%) Radiasi Surya Curah Hujan Evaporasi Windrun
Bulan
Max Min 7.30 13.30 17.30 7.30 13.30 17.30 (MJ/m2/hari) (mm) (mm) (km/hari)
Januari 28.6 22.7 23.8 27.6 25.9 93 80 87 6.92 743.4 3.3 31.2
Februari 27.5 22.5 23.2 26.7 25.8 93 81 86 6.3 321.6 2.9 34.3
Maret 30.7 23.1 24.2 29.5 26.6 89 70 83 10.04 511.6 4.4 40.6
April 30.9 23.2 24.3 29.7 26.6 91 70 85 10.05 586.2 4.0 38.8
Mei 31.3 23.4 24.4 30.7 28.1 86 64 77 10.09 280.2 4.3 39.7
Juni 31.1 23.2 24.0 30.2 27.6 84 65 77 9.38 261.7 4.3 46.3
Juli 30.8 22.8 23.5 30.1 27.6 87 68 77 9.59 416.1 4.3 46.9
Agustus 31.3 22.2 23.4 30.7 27.6 80 59 74 11.07 162.3 5.1 63.7
September 32.0 22.5 23.6 31.4 28.2 80 58 75 12.62 252.9 5.5 76.9
Oktober 32.9 23.0 24.6 32.3 28.7 81 55 73 12.96 244.6 5.7 68.3
November 31.8 23.7 25.3 31.0 26.3 85 64 84 10.08 427.5 4.6 57.3
Desember 30.8 23.4 24.8 30.0 26.5 86 67 84 9.63 589.8 4.3 57.7
Rata-rata 30.8 23.0 24.1 30.0 27.1 86.3 66.7 80.2 9.9 399.8 4.4 50.1
Sumber: Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB 2007
120

Lampiran 5. Rataan Data Iklim Tahun 2003


Suhu Udara (0C) Kelembaban Udara(%) Radiasi Surya Curah Hujan Evaporasi Windrun
Bulan
Max Min 7.30 13.30 17.30 7.30 13.30 17.30 (MJ/m2/hari) (mm) (mm) (km/hari)
Januari 30.7 23.7 24.9 29.9 27.7 81 64 75 10.32 223.5 5.2 81.1
Februari 29.2 23.1 24.0 28.2 26.0 91 76 85 8.0 579.7 3.1 38.2
Maret 30.4 23.4 24.3 29.5 26.3 88 70 84 10.09 421.3 4.2 47.5
April 31.5 23.7 24.7 30.6 27.3 87 66 81 10.02 649.5 4.6 50.1
Mei 31.7 23.4 24.4 31.0 27.3 86 63 81 11.74 472.6 4.3 49.7
Juni 31.6 22.7 23.8 31.1 28.5 85 59 73 11.06 157.4 4.8 54.9
Juli 31.8 22.1 23.1 31.3 28.5 82 60 73 11.33 32.7 5.3 62.9
Agustus 32.3 22.3 23.5 31.6 28.6 82 58 70 11.96 118.3 5.4 70.1
September 31.5 22.8 23.9 30.8 27.5 84 62 77 11.51 254.0 4.8 68.0
Oktober 31.3 23.5 24.9 29.9 26.5 85 68 84 10.79 597.8 4.7 67.5
November 31.3 24.0 25.2 30.5 27.4 84 64 81 10.77 259.0 4.9 63.4
Desember 29.5 23.0 24.3 28.7 26.1 87 73 85 7.90 291.3 3.0 47.6
Rata-rata 31.1 23.2 24.2 30.3 27.3 85.1 65.4 79.1 10.5 338.1 4.5 58.4
Sumber: Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB 2007
121

Lampiran 6. Rataan Data Iklim Tahun 2004


Suhu Udara (0C) Kelembaban Udara(%) Radiasi Surya Curah Hujan Evaporasi Windrun
Bulan
Max Min 7.30 13.30 17.30 7.30 13.30 17.30 (MJ/m2/hari) (mm) (mm) (km/hari)
Januari 29.7 23.3 24.2 28.6 26.2 89 76 85 7.85 416.3 3.7 46.9
Februari 28.8 23.0 23.9 27.1 25.7 91 79 87 6.0 255.4 2.7 41.9
Maret 30.7 23.6 24.7 29.3 26.7 84 70 79 9.28 307.5 4.5 63.6
April 31.7 23.6 24.6 30.9 27.8 90 64 79 11.19 443.7 4.6 49.9
Mei 31.4 23.8 24.8 30.6 27.3 86 64 79 10.33 367.1 4.8 57.2
Juni 30.7 22.7 23.6 30.3 27.7 81 61 73 10.61 83.0 4.6 61.2
Juli 30.7 22.6 23.4 30.1 27.5 85 65 77 9.94 181.5 4.4 48.4
Agustus 31.4 22.2 23.3 30.9 27.3 82 56 75 11.75 55.9 5.4 66.1
September 31.7 22.9 24.2 31.2 27.0 84 57 78 11.51 406.7 5.3 52.8
Oktober 32.4 23.2 25.0 31.9 27.7 81 55 75 13.27 319.3 6.0 64.9
November 31.3 23.5 25.1 30.5 26.6 86 65 82 10.47 476.6 4.6 52.4
Desember 29.5 23.5 24.6 28.8 26.1 87 71 83 7.69 517.9 4.2 55.7
Rata-rata 30.8 23.2 24.3 30.0 27.0 85.5 65.3 79.4 10.0 319.2 4.6 55.1
Sumber: Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB 2007
122

Lampiran 7. Rataan Data Iklim Tahun 2005


Suhu Udara (0C) Kelembaban Udara(%) Radiasi Surya Curah Hujan Evaporasi Windrun
Bulan
Max Min 7.30 13.30 17.30 7.30 13.30 17.30 (MJ/m2/hari) (mm) (mm) (km/hari)
Januari 28.5 22.9 23.9 27.5 25.9 89 79 85 7.12 485.0 3.2 41.4
Februari 29.6 23.1 24.1 28.8 25.8 91 73 87 7.7 547.2 3.8 37.2
Maret 30.4 23.4 24.4 29.7 26.6 88 69 84 9.80 593.9 4.3 34.1
April 31.3 23.6 24.8 30.3 27.3 85 65 80 10.05 349.3 4.6 39.9
Mei 31.3 23.7 24.7 30.7 27.4 85 64 80 10.15 417.6 4.5 44.9
Juni 30.7 23.4 24.2 30.2 27.0 89 67 82 9.28 851.2 3.8 33.8
Juli 30.6 22.7 23.6 30.1 27.0 84 65 78 10.40 346.4 4.5 50.3
Agustus 30.9 22.6 23.8 30.5 27.2 82 62 77 10.60 289.3 4.5 46.6
September 31.4 23.4 24.8 31.0 27.3 83 60 77 10.85 320.9 5.0 62.1
Oktober 31.2 23.4 25.2 30.3 26.6 84 66 82 10.38 473.4 4.7 60.6
November 30.8 39.6 25.3 30.0 26.7 84 67 81 10.93 310.1 4.6 63.1
Desember 29.6 23.3 25.0 28.3 25.9 84 73 83 7.26 205.6 3.4 47.2
Rata-rata 30.5 24.6 24.5 29.8 26.7 85.6 67.5 81.4 9.5 432.5 4.2 46.7
Sumber: Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB 2007
123

Lampiran 8. Rataan Data Iklim Tahun 2006


Suhu Udara (0C) Kelembaban Udara(%) Radiasi Surya Curah Hujan Evaporasi Windrun
Bulan
Max Min 7.30 13.30 17.30 7.30 13.30 17.30 (MJ/m2/hari) (mm) (mm) (km/hari)
Januari 28.7 22.9 24.0 27.7 25.6 89 76 86 7.25 571.0 3.1 40.4
Februari 29.9 23.0 24.2 28.2 26.1 88 76 85 8.8 573.6 4.0 29.8
Maret 30.0 23.5 24.5 28.9 27.0 87 72 78 9.16 192.7 4.2 51.3
April 30.6 23.5 25.0 29.4 26.3 83 69 83 8.73 356.3 4.0 47.3
Mei 31.1 23.0 24.7 30.0 29.3 83 66 79 10.16 338.5 3.8 29.4
Juni 31.2 22.5 23.9 30.6 27.5 84 62 76 10.33 217.5 4.2 41.5
Juli 31.5 22.6 23.4 30.9 27.6 84 58 71 10.89 62.9 4.6 47.7
Agustus 32.0 21.7 23.1 31.4 27.9 79 52 69 12.81 74.7 5.5 59.3
September 32.9 20.8 24.0 32.3 28.7 79 51 70 13.80 51.5 6.2 67.6
Oktober 33.5 23.1 25.0 32.9 28.5 80 54 74 12.87 269.8 6.6 88.8
November 32.6 23.4 25.5 31.9 26.2 84 62 85 11.01 464.6 5.8 40.8
Desember 30.7 23.4 25.3 29.4 25.9 86 74 89 8.73 540.0 3.8 38.8
Rata-rata 31.2 22.8 24.4 30.3 27.2 83.8 64.4 78.8 10.4 309.4 4.6 48.6
Sumber: Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB 2007
124

Lampiran 9. Daftar Tanaman Petak KO Kebun Wisata Ilmiah II


Petak Nama Lokal Nama Latin
KO Angsana Pterocarpus indicus
Belimbing Averrhoa carambola
Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi
Bungur Lagerstromeia speciosa
Gatep Quassia indica
Jakaranda Jacaranda mimosifolia
Jati Tectona grandis
Jati Belanda Guazuma ulmifolia
Kamper Dryobalanops aromatica
Kayu Putih Melaleuca leucadendra
Kayu Upas Merremia mammosa
Kedaung Parkia roxburghii
Kemiri Aleurites moluccana
Kenanga Cananga odorata
Kenari Canarium commune
Kendal Cordia dichotoma
Kepel Stelechocarpus burahol
Kisariawan Symplocos odoratissima
Marasi Curculigo latifolia
Mengkudu Morinda citrifolia
Mindi Melia azedarach
Pete Parkia speciosa
Pongporang Oroxylum indicum
Pule Rauwolfia serpentina
Sengon Paraserianthes falcataria
Tengkawang Shorea amplexicaulis
Tongka Eurycoma longifolia
Trengguli Casia fistula
125

Lampiran 10. Daftar Tanaman Petak KW Kebun Wisata Ilmiah II


Petak Nama Lokal Nama Latin
KW Alpukat Persea gratissima
Bisbul Diospyros philippensis
Cengkeh Syzygium aromaticum
Flamboyan Delonix regia
Gamal Gliricidia sepium
Getah Perca Palaquium
Jati Belanda Guazuma ulmifolia
Kapuk Randu Ceiba pentandra
Kayu Manis Cynamomum aromaticum
Kelapa Cocos nucifera
Kelapa Sawit Elaeis guineensis
Kemiri Aleurites moluccana
Kenari Canarium commune
Kepuh Sterculia foetida
Keruing Dipterocarpus retusus
Kicangcorang Desmodium triquitrum
Kola Akuminata Cola acuminata
Kopi Coffea spp.
Kupa Eugenia polycephala
Lamtoro Leucaena leucocephala
Luteng Taraktogenus curzii
Mahoni Swietenia mahagoni
Marasi Curculigo latifolia
Pacing Costus speciosus
Pala Myristica fragrans
Parkia Parkia intermedia
Pentadesma Pentadesma butyraceum
Sawo Manilkara zapota
Sengon Buto Enterolobium cyclocarpum
Tongka Eurycoma longifolia
126

Lampiran 11. Daftar Tanaman Petak J,K dan L Kebun Wisata Ilmiah II
Petak Nama Lokal Nama Latin
J Kayu Putih Melaleuca leucadendra
Mahoni Swietenia mahagoni
Melinjo Gnetum gnemon
Mindi Melia azedarach
Lada Piper nigrum
Pacira Pachira insignis
Pala Myristica fragrans
Sereh Cymbopogon winterianus
Sekang Caesalpinia sappan
Sengon Paraserianthes falcataria
Sintok Cinnamomum sintoc
Ylang Ylang Artabotrys odoratissimus
K Cengkeh Eugenia aromatica
Cordia Cordia dichotoma
Gandaria Bouea macrophylla
Kemiri Aleurites moluccana
Kupa Eugenia polycephala
Lamtoro Leucaena leucocephala
Mindi Melia azedarach
Sawo Manilkara zapota
Sawo Kecik Manilkara kauki
Selasih Ocimum basilicum
L Beringin Ficus benjamina
Cloa Gigantochloa achmadii
Hydnocarpus Taraktogenus curzii
Kayu Manis Burmani Cinnamomum burmannii
Kayu Manis Ceylan Cinnamomum zeylanicum
Kayu Manis Cina Cinnamomum cassia
Mahoni Swietenia mahagoni
Marasi Curculigo latifolia
Mindi Melia azedarach
Pala Myristica fragrans
Tanjung Mimusops elengi
Tongka Eurycoma longifolia
127

Lampiran 12. Daftar Tanaman Petak M, N, O dan P Kebun Wisata Ilmiah II


Petak Nama Lokal Nama Latin
M Getah Perca Palaquium
Karet Brazil Hevea brasiliensis
Makadamia Macadamia grandis
Payena Payena leerii
Tongka Eurycoma longifolia
Saga Pohon Adenanthera microsperma
N Albizia Albizia falcataria
Caesalfinia Caesalfinia ariaria
Karet Hutan Ficus elastica
Kelapa Cocos nucifera
Kola Akuminata Cola acuminata
Kola Nitida Cola nitida
Makadamia Macadamia hildebrandii
Mimba Azadirachta indica
Nilam Pogostemon cablin
Pacira Pachira insignis
Sambiloto Andrigraphis paniculata
Sengon Paraserianthes falcataria
Serei Wangi Cymbopogon nardus
Ylang Ylang Artabotrys odoratissimus
O Cempaka Kuning Gardenia tubifera
Kecapi Sandoricum koetjape
Kopi Coffea spp.
Mahoni Swietenia mahagoni
Mundulea Mundulea sericea
Sono Keling Dalbergia latifolia
Vanili Vanilla planifolia
Ylang Ylang Artabotrys odoratissimus
P Mahoni Swietenia mahagoni
Serei Wangi Cymbopogon nardus

Anda mungkin juga menyukai