Anda di halaman 1dari 13

GEOLOGI TEKNIK

RESUME MATERI DEFORMASI BATUAN

Disusun oleh :

RIKY DWI PRASETYO


03111440000094

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
Resume Deformasi Batuan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan pertolongan-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Resume Materi Deformasi Batuan mata kuliah Geologi
Teknik. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai hasil studi literatur mengenai
deformasi batuan.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis tentu mendapatkan kesulitan-kesulitan. Penulis
ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memantu dalam mengatasi kesulitan-
kesulitan tersbut.
1. Orang tua yang telah mendidik dan dengan sabar mendukung penulis sehingga kami
dapat mencapai posisi sekarang ini.
2. Bapak Musta’in Arif, S.T., M.T. dan Bapak Trihanyndio Rendy S., S.T., M.T.
sebagai dosen pengajar kami yang telah memberikan bimbingan dan koreksi
terhadap makalah penulis.
3. Rekan-rekan Jurusan Teknik Sipil ITS, khususnya yang satu kelas dalam mata
kuliah Geologi Teknik, yang menjadi teman diskusi dan membantu untuk
memahami materi dalam mata kuliah ini.

Penulis meyadari bahwa makalah yang telah penulis buat ini masih memiliki banyak
kekurangan, sehingga kritik dan saran pembaca sangat penulis apresiasi untuk penyempurnaan
tugas selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Akhir kata, penulis mohon maaf atas segala kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
Terima kasih.

Surabaya, Maret 2018

Penulis

Riky Dwi Prasetyo 03111440000094


i
Resume Deformasi Batuan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii
RESUME MATERI.................................................................................................................... 1
Pendahuluan : Tegangan pada Lempeng Tektonik ................................................................ 1
Deformasi Batuan ................................................................................................................... 1
Tahapan Deformasi................................................................................................................. 2
Faktor yang Mempengaruhi Deformasi .................................................................................. 3
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 10

Riky Dwi Prasetyo 03111440000094


ii
Resume Deformasi Batuan

RESUME MATERI

Pendahuluan : Tegangan pada Lempeng Tektonik


Tegangan yang terjadi akibat gerakan tektonik tersebut mempunyai arah sejajar
permukaan bumi (mendatar) dari segala arah dan tegangan yang lain berasal dari dalam bumi
ke arah permukaan bumi (vertikal). Kekuatan tegangan-tegangan tersebut berbeda satu sama
lain baik arah mendatar maupun yang berarah vertikal, oleh karenanya tegangan ini sering
dikenal dengan tegangan utama (principal stress). Berdasarkan perbedaan kekuatan tegangan
tersebut dibedakan menjadi 3 bagian yaitu (σ1) Tegangan utama maksimum, (σ2) Tegangan
utama menengah, dan (σ3). Faktor lain yang berpengaruh adalah sifat fisik dan mekanik
batuan, seperti misalnya bila batuan bersifat plastis maka batuan akan mengalami pelipatan
tetapi bila batuan bersifat tegar (rigid) maka batuan akan retak/pecah.

Gambar 1 Sistem tegangan yang terjadi pada listosfer

Deformasi Batuan
Deformasi adalah perubahan bentuk, posisi, dan dimensi dari suatu benda [Kuang,1996].
Berdasarkan definisi tersebut deformasi dapat diartikan sebagai perubahan kedudukan atau
pergerakan suatu titik pada suatu benda secara absolut maupun relatif. Dikatakan titik bergerak
absolut apabila dikaji dari perilaku gerakan titik itu sendiri dan dikatakan relatif apabila
gerakan itu dikaji dari titik yang lain. Perubahan kedudukan atau pergerakan suatu titik pada
umumnya mengacu kepada suatu sitem kerangka referensi (absolut atau relatif).
Untuk mengetahui terjadinya deformasi pada suatu tempat diperlukan suatu survei, yaitu
survei deformasi dan geodinamika. Survei deformasi dan geodinamika sendiri adalah survei
geodetik yang dilakukan untuk mempelajari fenomena-fenomena deformasi dan geodinamika.
Fenomena-fenomena tersebut terbagi atas 2, yaitu fenomena alam seperti pergerakan
lempengtektonik,aktivitas gunung api, dan lain-lain. Fenomena yang lain adalah fenomena
manusia seperti bangunan, jembatan, bendungan, permukaan tanah, dan sebagainya.
Adapun faktor-faktor yang mengontrol terjadinya deformasi suatu materi adalah :
1. Temperatur dan tekanan ke semua arah; pada temperatur dan tekanan yang rendah akan
lebih cepat terjadi patahan, pada temperatur dan tekanan yang tinggi akan terjadi lenturan
atau bahkan lelehan.

Riky Dwi Prasetyo 03111440000094


1
Resume Deformasi Batuan

2. Kecepatan gerakan yang disebabkan oleh gaya yang diberikan; gerakan yang cepat dapat
menyebabkan patahan, sedangkan gerakan yang lambat dapat menimbulkan lenturan,
tergantung dari bahan yang bersangkutan dan dari keadaan-keadaan lain.
3. Sifat material, yang bisa lebih rapuh atau lebih lentur.
Tekanan merupakan gaya yang diberikan atau dikenakan pada suatu medan atau area.
Tekanan terbagi menjadi tekanan seragam (uniform stress) yaitu gaya yang bekerja pada
suatu materi sama atau seragam di semua arah, dan tekanan diferensial atau tekanan
dengan gaya yang bekerja tidak sama di setiap arah. Tekanan diferensial terbagi menjadi
tensional stress, compressional stress, dan shear stress.

Gambar 2 Macam-macam tekanan yang terjadi pada suatu materi

Tahapan Deformasi
Ketika suatu batuan dikenakan tekanan dengan besar tertentu, maka batuan itu akan
mengalami tiga tahap deformasi, yaitu :

Gambar 3 Kurva proses deformasi suatu materi (stress-strain curve)

Riky Dwi Prasetyo 03111440000094


2
Resume Deformasi Batuan

1. Elastic deformation
Adalah deformasi sementara tidak permanen atau dapat kembali kebentuk awal
(reversible). Begitu stress hilang, batuan kembali kebentuk dan volume semula. Seperti
karet yang ditarik akan melar tetapi jika dilepas akan kembali ke panjang semula.
Elastisitas ini ada batasnya yang disebut elastic limit, yang apabila dilampaui batuan
tidak akan kembali pada kondisi awal. Di alam tidak pernah dijumpai batuan yang
pernah mengalami deformasi elastis ini, karena tidak meninggalkan jejak atau bekas,
karena kembali ke keadaan semula, baik bentuk maupun volumenya. Sir Robert Hooke
(1635-1703) adalah orang pertama yang memperlihatkan hubungan antara stress dan
strain yang sesuai dengan batuan Hukum Hooke mengatakan sebelum melampaui batas
elastisitasnya hubungan stress dan strain suatu material adalah linier.
2. Ductile deformation
Merupakan deformasi dimana elastic limit dilampaui dan perubahan bentuk dan volume
batuan tidak kembali. Untuk mempermudah membayangkannya lihat diagram strain-
stress Gambar yang didapat dari percobaan menekan contoh batuan silindris. Mula-mula
kurva stess-strain naik tajam sepanjang daerah elastis sesampai pada elastic limit (Z),
kurvanya mendatar. Penambahan stress menyebabkan deformasi ducktile. Bila stress
dihentikan pada titik X silinder kembali sedikit kearah semula. Strain menurun sepanjang
kurva X’Y. Strain permanennya adalah XY yang merupakan deformasi ductile.
3. Fracture
Tejadi apabila batas atau limit elastik dan ducktile deformasi dilampaui. Perhatikan
Gambar yang semula stress dihentikan pada X’, disini dilanjutkan menaikkan stress.
Kurva stress-strain berlanjut sampai titik F dan batuan pecah melalui rekahan. Deformasi
rekah (fracture deformation) dan lentur (ductile deformation) adalah sama, menghasilkan
regangan (strain) yang tidak kembali ke kondisi semula.

Faktor yang Mempengaruhi Deformasi


Percobaan-percobaan di laboratorium menunjukkan bahwa deformasi batuan, selain
tergantung pada besarnya gaya yang bekerja, juga kepada sifat fisika dan kompisis batuan serta
lingkungan tektonik dan waktu.
1. Suhu
Makin tinggi suhu suatu benda padat semakin ductile sifatnya dan keregasannya makin
berkurang. Misalnya pipa kaca tidak dapat dibengkokan pada suhu udara normal, bila
dipaksa akan patah, karena regas (brittle). Setelah dipanaskan akan mudah dibengkokan.
Demikian pula halnya dengan batuan. Di permukaan, sifatnya padat dan regas, tetapi jauh
di bawah permukaan dimana suhunya tinggi, bersifat ductile.
2. Waktu dan strain rate
Pengaruh waktu dalam deformasi batuan sangat penting. Kecepatan strain sangat
dipengaruhi oleh waktu. Strain yang terjadi bergantung kepada berapa lama batuan
dikenai stress. Kecepatan batuan untuk berubah bentuk dan volume disebut strain rate,
yang dinyatakan dalam volume per unit volume per detik, di bumi berkisar antara 10-14/
detik sampai 10-15/ detik. Makin rendah strain rate batuan, makin besar kecenderungan
terjadinya deformasi ductile. Pengaruh suhu, confining pressure dan strain rate pada
batuan, seperti ciri pada kerak, terutama di bagian atas dimana suhu dan confining
pressure rendah tetapi strain rate tinggi, batuan cenderung rapuh (brittle) dan patah.
Sedangkan bila pada suhu tinggi, confining pressure tinggi dan strain rate rendah sifat
batuan akan menjadi kurang regas dan lebih bersifat ductile. Sekitar kedalaman 15 km,
batuan akan bersifat regas dan mudah patah. Di bawah kedalaman 15 km batuan tidak

Riky Dwi Prasetyo 03111440000094


3
Resume Deformasi Batuan

mudah patah karena bersifat ductile. Kedalaman dimana sifat kerak berubah dari regas
mulai menjadi ductile, disebut brittle-ductile transition.
3. Komposisi
Komposisi batuan berpengaruh pada cara deformasinya. Komposisi mempunyai dua
aspek. Pertama, jenis dan kandungan mineral dalam batuan, beberapa mineral (seperti
kuarsa, garnet dan olivin) sangat brittle, sedangkan yang lainnya (seperti mika, lempung,
kalsit dan gypsum) bersifatductile. Kedua, kandungan air dalam batuan akan mengurangi
keregasannya dan memperbesar keduktilannya. Pengaruh air, memperlemah ikatan kimia
mineral-mineral dan melapisi butiran-butiran mineral yang memperlemah friksi antar
butir. Jadi batuan yang ‘basah’ cenderung lebihductile daripada batuan ‘kering’. Batuan
yang cenderung terdeformasi ductile diantaranya adalah batu gamping, marmer, lanau,
serpih, filit dan sekis. Sedangkan yang cenderung brittle adalah batupasir, kuarsit, granit,
granodiorit, dan gneiss.

Tektonik Lempeng
Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika (pergerakan)
bumi tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi, dan
cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng. Menurut teori
ini, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa lempeng besar. Ukuran dan posisi dari tiap-
tiap lempeng ini selalu berubah-ubah. Pertemuan antara lempeng-lempeng ini, merupakan
tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan yaitu gempa
bumi, gunung berapi, dan pembentukan dataran tinggi.
Prinsip umum dari lempeng tektonik ini adalah adanya lempeng litosfer padat dan kaku
yang terapung di atas selubung bagian atas yang bersifat plastis. Selubung bagian atas bumi
merupakan massa yang mendekati titik lebur atau bisa dikatakan hampir mendekati cair
sehingga wajarlah kalau lempeng litosfer yang padat dapat bergerak di atasnya. Kerak bumi
(litosfer) dapat diterangkan ibarat suatu rakit yang sangat kuat dan relatif dingin yang
mengapung di atas mantel astenosfer yang liat dan sangat panas. Ada dua jenis kerak bumi
yakni kerak samudera yang tersusun oleh batuan bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai
di samudera sangat dalam, dan kerak benua tersusun oleh batuan asam dan lebih tebal dari
kerak samudera. Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi, namun akibat adanya aliran
panas yang mengalir di dalam astenofer menyebabkan kerak bumi ini pecah menjadi beberapa
bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng kerak bumi. Dengan demikian lempeng dapat
terdiri dari kerak benua, kerak samudera atau keduanya.
Lempeng litosfer yang kita kenal sekarang ini ada 6 lempeng besar, yaitu lempeng Eurasia,
Amerika utara, Amerika selatan, Afrika, Pasifik, dan Hindia Australia. Lempeng-lempeng
tersebut bergerak di atas lapisan astenosfir (kedalaman 500 km di dalam selubung dan bersifat
kampir melebur atau hampir berbentuk cair). Karena hal tersebut, maka terjadi interaksi antar
lempeng pada batas-batas lempeng yang dapat berbentuk pergerakan lempeng.
Pergerakan lempeng saling mendekati akan menyebabkan tumbukan dimana salah satu
dari lempeng akan menunjam ke bawah yang lain. Daerah penunjaman membentuk suatu
palung yang dalam, yang biasanya merupakan jalur gempa bumiyang kuat. Dibelakang jalur
penunjaman akan terbentuk rangkaian kegiatanmagmatik dan gunung api serta berbagai
cekungan pengendapan. Salah satu contohnya terjadi di Indonesia, pertemuan antara lempeng
Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa
dan jalur gunung api Sumatera, Jawa dan Nusatenggara dan berbagai cekungan seperti
Cekungan Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan Cekungan Jawa Utara.

Riky Dwi Prasetyo 03111440000094


4
Resume Deformasi Batuan

Adapun pergerakan lempeng bumi ini memiliki beberapa jenis. Jenis pergerakan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Divergen
Divergen adalah pergerakan lempeng tektonik yang saling menjauh satu sama lainnya
(break apart) atau terpecah. Ketika lempeng tektonik terpecah, lapisan lithosfer menipis
dan akan terbelah membentuk batas divergen. Bila pergerakan ini terjadi pada lempeng
samudra, akan menyebabkan pemekaran lempeng samudra yang menghasilkan palung
laut. Namun bila pergerakan terjadi pada permukaan lempeng benua, maka akan
menghasilkan lembah retakan akibat kedua lempeng saling berjauhan. Kedua bentuk
pergerakan tersebut pada akhirnya akan membuahkan benua dan samudra yang baru.

Gambar 4 Divergen yang terjadi di permukaan bumi


2. Konvergen
Konvergen adalah pergerakan lempeng tektonik yang saling mendekat. Biasanya ketika
lempeng benua dan lempeng samudra saling berdekatan, akan terjadi tumbukan yang
menyebabkan lempeng samudra melesak masuk ke bawah lempeng benua. Hal ini terjadi
akibat lempeng samudra yang terbentuk dari SiMa (Silikon + Megnesium) relatif lebih
lemah dibandingkan lempeng benua yang kuat karena terbentuk dari SiAl (Silikon +
Alumunium). Daerah dimana lempeng benua dan lempeng samudra saling bertumbukan
itu disebut sebagai zona subduksi (subduction zone).

Gambar 5 Zona subduksi, tempat meleksaknya lempeng samudra ke bawah lempeng benua
3. Transform
Transform terjadi jika lempeng bergerak dan mengalami gesekan satu sama lain secara
menyamping di sepanjang sesar transform (transform fault). Gerakan relatif kedua
lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral
(ke kanan di sisi yang berlawanan dengan pengamat).
Pergerakan lempeng tektonik di atas tadi, merupakan pergerakan yang akan terus terjadi
selama bumi memiliki tenaga endogen. Bahkan kelak mungkin akibat pergerakan yang terus
terjadi, sebuah negara atau pun benua bisa saja hilang dari permukaan bumi digantikan oleh
laut atau samudra.

Riky Dwi Prasetyo 03111440000094


5
Resume Deformasi Batuan

Struktur Geologi
Deformasi batuan adalah perubahan lapisan kerak bumi yang diakibatkan adanya tegangan
yang bersasal dari gerakan tektonik. Hasil dari proses deformasi batuan dikenal dengan struktur
geologi.
Struktur geologi adalah bentuk arsitektural lapisan batuan yang muncul dipermukaan
bumi. Struktur geologi dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu :
1. Struktur kekar (joint)
2. Struktur patahan (fault)
3. Struktur lipatan (fold)
4. Struktur ketidakselarasan (unconformity) : Bentuk yang tidak termasuk dalam
ketiga benuk di atas
Kekar (Joint/ Fracture)
Kekar adalah struktur retakan/rekahan yang mempunyai pola dan arah tertentu sesuai dengan
tegangan penyebabnya. Kekar terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang bekerja pada
batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara umum dicirikan oleh: a).
Pemotongan bidang perlapisan batuan; b). Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti
kalsit, kuarsa dsb; c) kenampakan breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan
sifat dan karakter retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Kekar
yang umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut :
1. Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan / rekahan yang membentuk pola saling
berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar jenis shear joint
umumnya bersifat tertutup.
2. Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya utama,
Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.
3. Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak lurus dengan
arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.

Gambar 6 Kekar gerus (kiri) dan kekar tensional (kanan)

Riky Dwi Prasetyo 03111440000094


6
Resume Deformasi Batuan

Gambar 7 Arah retakan kekar


Selain itu, ada kekar yang disebabkan bukan oleh pergerakan tektonik, tapi oleh tegangan
pada tanah yang disebut kekar non tektonik. Ada dua contoh kekar non tektonik yaitu kekar
tiang (columnar joint) dan kekar lembar (sheet joint).

Gambar 8 Kekar lembar dan proses pembentukannya

Gambar 9 Kekar tiang

Riky Dwi Prasetyo 03111440000094


7
Resume Deformasi Batuan

Patahan/ Sesar (Fault)


Sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Umumnya disertai oleh
struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di lapangan indikasi suatu sesar /
patahan dapat dikenal melalui : a) Gawir sesar atau bidang sesar; b). Breksiasi, gouge, milonit,
; c). Deretan mata air; d). Sumber air panas; e). Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan;
f) Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan.
Berdasarkan pergeserannya, struktur sesar dalam geologi dikenal ada 3 jenis, yaitu: 1). Sesar
Mendatar (Strike slip faults) ; 2). Sesar Naik (Thrust faults) ; 3). Sesar Turun (Normal faults).
1. Sesar Mendatar (Strike-slip Fault) adalah sesar yang pergerakannya sejajar, blok bagian
kiri relatif bergeser kearah yang berlawanan dengan blok bagian kanannya. Berdasarkan
arah pergerakan sesarnya, sesar mendatar dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis sesar, yaitu:
a. Sesar Mendatar Dextral (sesar mendatar menganan) Sesar Mendatar Dextral adalah
sesar yang arah pergerakannya searah dengan arah perputaran jarum jam.
b. Sesar Mendatar Sinistral (sesar mendatar mengiri). Sesar Mendatar Sinistral adalah
sesar yang arah pergeserannya berlawanan arah dengan arah perputaran jarum jam.
Pergeseran pada sesar mendatar dapat sejajar dengan permukaan sesar atau pergeseran
sesarnya dapat membentuk sudut (dip-slip/oblique). Sedangkan bidang sesarnya
sendiri dapat tegak lurus maupun menyudut dengan bidang horisontal.

Gambar 10 Sesar mendatar


2. Sesar Naik (Thrust Fault) adalah sesar dimana salah satu blok batuan bergeser ke arah atas
dan blok bagian lainnya bergeser ke arah bawah disepanjang bidang sesarnya. Pada
umumnya bidang sesar naik mempunyai kemiringan lebih kecil dari 45 derajat.

Gambar 11 Sesar naik


3. Sesar Turun (Normal fault) adalah sesar yang terjadi karena pergeseran blok batuan akibat
pengaruh gaya gravitasi. Secara umum, sesar normal terjadi sebagai akibat dari hilangnya

Riky Dwi Prasetyo 03111440000094


8
Resume Deformasi Batuan

pengaruh gaya sehingga batuan menuju ke posisi seimbang (isostasi). Sesar normal dapat
terjadi dari kekar tension, release maupun kekar gerus.

Gambar 12 Sesar turun


Lipatan (Fold)
Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan sehingga batuan
bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan.

Gambar 13 Bentuk terjadinya lipatan

Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi empat, yaitu a). Lipatan Sinklin adalah
bentuk lipatan yang cekung ke arah atas, b). Lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke
arah atas, c). Monocline adalah lipatan yang hanya terjadi pada satu sisi, d). Overturned adalah
gabungan antara lupatan sinklin dan antiklin sehingga membentuk lipatan yang tumpang tindih
seperti berputar.
Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.
2. Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu utama.
3. Lipatan harmonik atau disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus atau tidaknya
sumbu utama.
4. Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya

Riky Dwi Prasetyo 03111440000094


9
Resume Deformasi Batuan

Gambar 14 Bentuk lipatan berdasarkan lengkungannya

DAFTAR PUSTAKA

Syafril, Maidi.2014. Deformasi Batuan dan Tektonik Lempeng. Padang : Treknik


Pertambangan Universitas Negeri Padang
Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Bogor : Pakuan University Press
Verhoef, P.N.W. 1985. Geologi untuk Teknik Sipil (diterjemahkan dari edisi Belanda).
Jakarta : Penerbit Erlangga

Riky Dwi Prasetyo 03111440000094


10

Anda mungkin juga menyukai