Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kurikulum merupakan komponen sistem pendidikan yang paling rentan terhadap
perubahan. Paling tidak ada tiga faktor yang membuat kurikulum harus selalu dirubah atau
diperbaharui.
Pertama, karena adanya perubahan filosofi tentang manusia dan pendidikan,
khususnya mengenai hakikat kebutuhan peserta didik terhadap pendidikan/pembelajaran.
Kedua, cara karena cepatnya perkembangan ilmu dan teknologi, sehingga subject
matter yang harus disampaikan kepada peserta didik pun semakin banyak dan berragam.
Ketiga, adanya perubahan masyarakat, baik secara sosial, politik, ekonomi, mau pun
daya dukung lingkungan alam, baik pada tingkat lokal maupun global.
Karena adanya faktor-faktor tersebut, maka salah satu kriteria baik buruknya sebuah
kurikulum bisa dilihat pada fleksibilitas dan adaptabilitasnya terhadap perubahan. Selain itu
juga dilihat dari segi kemampuan mengakomodasikan isu-isu atau muatan lokal dan isu-isu
global. Hal ini diddasarkan pada kenyataan bahwa pendidikan harus mampu mengantarkan
peserta didik untuk hidup pada zaman mereka, serta memiliki wawasan global dan mampu
berbuat sesuai dengan kebutuhan lokal.
Untuk dapat menuju pada karakteristik kurikulum ideal tersebut maka proses
penyusunan kurikulum tidak lagi selayaknya dilakukan oleh Negara dan diberlakukan bagi
seluruh satuan pendidikan tanpa melihat kondisi internal dan lingkungannya. Kurikulum
henaknya disusun dari bawah (bottom up) oleh setiap satuan pendidikan bersama dengan
stakeholder masing-masing.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka pemerintah dalam Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan kurikulum nasional bukan lagi
bersifat seragam, namun merupakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam
proses penyusunannya satuan pendidikan diberi ruang untuk menyesuaikan kurikulum
dengan kondisi sekolah, lingkungan alam dan sosial ekonomi masysrakat, dan karakteristik
peserta didik.

Pengembangan Kurikulum 1
B. Rumusan masalah
Pada makalah ini akan kami bahas:
1. Pengertian Perkembangan Kurikulum
2. Prinsip Pengembangan Kurikulum
3. Model-Model Pengembangan Kurikulum

C. TUJUAN
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan
bermanfaat bagi kita semua.

D. METODE PENULISAN
Dalam metode ini penulis membaca buku-buku dan mencari lewat internet yang berkaitan
dengan penulisan makalah ini.

Pengembangan Kurikulum 2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup:


perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal
membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil
tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik.
Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer
perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional.

Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk


menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program
yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan
kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan
saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua
peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan
pendidikan.

Perinsip dasar pengembangan kurikulum merupakan aspek yang harus dikuasai dan
diperhatikan dalam pembinaan dan pengembangan kurikulum, sehingga sekolah memiliki
program pendidikan yang sesuai dengan filsafat hidup, kondisi dan kebutuhan siswa serta
sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Fungsi dan cara mengembangkan
kurikulum ialah sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan tugasnya.

Pengembangan Kurikulum 3
B. Prinsip Pengembangan Kurikulum

Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada


dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam
pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam
kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu,
dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi
penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga
pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan
dalam suatu pengembangan kurikulum.

Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip


pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip – prinsip umum :
relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip khusus :
prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi
pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan
dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan
penilaian. Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam
pengembangan kurikulum, yaitu :

1. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara


komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi).
Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi
dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan
dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan
perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).
2. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang
dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya,
memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi
tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta
didik.
3. Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara
vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan
kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas,
antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.

Pengembangan Kurikulum 4
4. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat
mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal,
cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
5. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum
mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat sejumlah


prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
2. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta
didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama,
suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum
meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum
dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum
mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan
melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi
pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan
kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan
keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan
akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

Pengembangan Kurikulum 5
5. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan
dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan
dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan,
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal,
nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan
yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum
dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah
untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan
nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan
dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan satu


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang justru
tampaknya sering kali terabaikan. Karena prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau
jiwanya kurikulum

Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih terfokus hanya pada
pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum . Padahal jauh lebih penting
adalah perubahan kutural (perilaku) guna memenuhi prinsip-prinsip khusus yang terkandung
dalam pengembangan kurikulum.

Pengembangan Kurikulum 6
C. Model-Model Pengembangan Kurikulum

1. Model Rogers

Kurikulum yang dikembangkan hendaknya dapat mengembangkan individu secara


fleksibel terhadap perubahan-perubahan dengan cara melatih diri berkomunikasi secara
interpersonal.

Langkah-langkah sebagai berikut :

1. Diadakannya kelompok untuk dapatnya hubungan interpersonal ditempat yang tidak


sibuk.
2. Kurang lebih dalam satu minggu peserta mengadakan saling tukar pengalaman,
dibawah pimpinan staf mengajar.
3. Kemudian diadakan pertemuan dengan masyarakat yang lebih luas lagi dalam satu
sekolah, sehingga hubungan interpersonal akan menjadi lebih sempurna. Yaitu
hubungan hubungan antara guru dengan guru, guru dengan peserta didik, peserta
didik dengan peserta didik dalam suasanan yang akrab.
4. Selanjutnya pertemuan diadakan dengan mengikutsertakan anggota yang lebih luas
lagi, yaitu dengan mengikutsertakan para pegawai administrasi dan orang tua peserta
didik. Dalam situasi yang demikian diharapkan masing-masing person akan akan
saling menghayati dana lebih akrab, sehingga memudahkan berbagai pemecahan
problem sekolah yang dihadapi.

Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan penyusunan kurikulum akan lebih realistis,


karena didasari oleh kenyataan yang diharapkan.

2. Model Ralp Tyler

Tyler mengungkapkan bahwa untuk mengembangkan suatu kurikulum, perlu


menempatkan empat pertanyaan berikut :

1. What educational purpose should the school seek to attain? (objectives


2. What educational experiences are likely to aatain these objectives? (instructional
strategic and content)

Pengembangan Kurikulum 7
3. How can these educational experiences be organized effectively? (organizing learning
experiences)
4. How can we determine whether these purposes are being attain? (identifikasi dan
evaluasi)

Sebagai bapak pengembangan kurikulum. Tyler telah menanamkan perlunya hal yang
lebih rasional, sistematis, dan pendekatan yang berarti dalam tugas mereka. Tetapi, karya
tyler atau pendapat tyler sering dipandang rendah oleh penulis sesudahnya. Hal itu karena
dalam hal menentukan objectives model, ia terkesan sangat kaku. Namun pandangan yang
demikian sebenarnya tidak selalu benar, mengingat banyak karya atau tulisan tyler yang telah
salah diintepretasi, dianalisis secara dangkal dan bahkan cenderung menghindarinya. Brady,
sebagai contoh dengan kaitannya pertanyaan diatas, menganjurkan bahwa: the four steps are
sometimes simplified to read “objectives , “content , “method  and “evaluation .
Namun dengan tegas tyler mengatakan bahwa merujuk pada pengaaman belajardalm
pertanyaan 2 sebagai: the interaction betweenthe learner and the external conditions in the
environmental to which be can react (Print: 1993: 64).

Sama halnya dengan itu, beberapa penulis lain berpendapat bahwa tyler tidak
menjelaskan sumber tujuan (source of objectives) secara memadai. Tetapi, sebenarnya tyler
telah membahas hal itu dalam satu buku utuh. Dia telah menguraikan dan menganalisis
sumber-sumber tujuanyang dating dari anak didik, mempelajari kehidupan kotemporer,
matapelajaran yang bersifat akademik, filsafat, dan psikologi belajar.

Tentu saja Tyler memiliki pengaruh yang kuat dan luas terhadap para pengembang
kurikulum atau penulis kurikulum lainnya selama tiga decade yang lalu. Secara jelas tentang
model pengembangan kurikulum , dapt dilihat pada gambar berikut:

3. Model Hilda Taba

Pendekatan kurikulum yang dilakukan oleh Taba yaitu dengan memodifikasi model
dasar Tyler agar lebih representatif terhadap perkembangan kurikulum diberbagai sekolah.
Dalam pendekatannya, Taba menganjurkan untuk menggunakan pertimbangan ganda
terhadap isi (organisasi kurikulum yang logis) dan individu pelajar (psikologi organisasi
kurikulum). Langkah-langkah dalam proses pengembangan kurikulum menurut Taba adalah:

Pengembangan Kurikulum 8
Step 1 : Diagnosa kebutuhan

Step 2 : formulasi pokok-pokok

Step 3 : Seleksi isi

Step 4 : Organisasi isi

Step 5 : Seleksi pengalaman belajar

Step 6 : Organisasi pengalaman belajar

Step 7 : penentuan tentang apa yang harus dievaluasi dan cara melakukannya

Taba mengklaim bahwa bahw keputusan keputusan-keputusan pada elemen mendasar


harus dibuat valid. Kriteria mungkin berasal dari berbagai sumber yakni, dari tradisi, tekanan
tekanan sosial dan kebiasaan-kebiasaan yang ada.

Agar kurikulum menjadi berguna pada pengalaman belajar murid, bahwa sangatlah
penting mediagnosis berbagai kebutuhan anak. Hal ini merupakan langkah penting pertama
dari Taba. Tentang apa yang anak didik inginkan dan perlukan untuk belajar. Langkah kedua
yakni, formulasi yang jelas dan tujuan tuuan yang komprehensif untuk membentuk dasar
pengembangan elemen-elemen berikutnya. Taba berpendapat bahwa hakikat tujuan akan
menentukan jenis pelajaran yang perlu untuk diikuti.

Langkah 3 dan 4 diintegrasikan dalam realitas meskipun untuk tujuan mempelajari


kurikulum. Taba membedakan diantara keduanya, untuk menggunakan langkah-langkah ini
pendidik perlu menformulasikan dulu tujuan-tujuan, sebagaimana halnya mengetahui secara
mendalam terhadap isi kurikulum. Begitu juga dengan 5 dan 6 yang berhubungan dengan
tujuan dan isi. Untuk menggunakan langkah ini secara efektif taba menganjurkan para
pengembang kurikulum untuk memperoleh suatu pengertian terhadap prinsip-prinsip belajar
tertentu, strategi konsep yang dipakai, dan urutan belajar. Pada langkah terakhir (7) Taba
menganjurkan para pengembang kurikulum untuk mengonsepkan dan merencanakan
berbagai strategi evaluasi. Model kurikulum Tyler dan Taba dikategorikan kedalam Rational
Model atau Objectives Model.

Pengembangan Kurikulum 9
Kelebihan dari model Taba dan model Tyler ini yakni, Rational Model yang logis
strukturnya menjadikan sebagai dasar yang berguna dalam perencanaan dan pemikiran
kurikulum. Model ini telah menghindari kebingungan, sebuah tugas yang susah dari
perspektif kebanyakan pengembang kurikulum. Para pendidik dan para pengembang
kurikulum yang bekerja dibawah model rasional (rational model) memberikan suatu jalan
yang tidak berbelit-belit dan mempunyai pendekatan waktu yang efisien. Dalam
mengevaluasi proses kurikulum, satu hal yang dapat diargumenkan adalah tyler dan taba
telah mendapatkan sesuatu yang sifatnya rasional, yang menyokong pembangunan kurikulum
setidaknya dari perspektif rasional.

Pengembangan Kurikulum 10
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Kurikulum baik pada tahap kurikulum sebagai ide, rencana, pengalaman maupun
kurikulum sebagai hasil dalam pengembangannya harus mengacu atau menggunakan
landasan yang kuat dan kokoh, agar kurikulum tersebut dapat berfungsi serta berperan sesuai
dengan tuntutan pendidikan yang ingin dihasilkan seperti tercantum dalam rumusan tujuan
pendidikan nasional yang telah digariskan dalam UU No.20 Tahun 2003.

Pengembangan Kurikulum 11
DAFTAR PUSTAKA

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/prinsip-pengembangan-kurikulum/

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/194507011972061-
DARMAN_FAQIH_SUDARMAN/unchi1.PDF

http://www.scribd.com/doc/28655207/MAKALAH-PENGEMBANGAN-KURIKULUM

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/prinsip-pengembangan-kurikulum/

http://www.imadiklus.com/2011/12/model-model-pengembangan-kurikulum.html

Pengembangan Kurikulum 12

Anda mungkin juga menyukai