Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM REPRODUKSI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN DEWASA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Embriologi

Dosen : 1. Sumiyati Saadah, M. Si

2. Epa Paujiah, M. Si

Oleh;

Ihya Ulumuddin Sya’bani

1152060041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2018
Judul Praktikum : Sistem Reproduksi Jantan

Tanggal Praktikum : 01 Maret 2018

Tujuan Praktikum : Mempelajari Anatomi Sistem Reproduksi jantan dan cara analisis
sperma.

A. Landasan Teori
Fertilisasi internal memerlukan perilaku kooperatif, yanag mengarah ke kopulasi. Pada
beberapa kasus, perilaku seksual yang tidak karakteristik (sesuai karakter atau ciri)
dihilangkan oleh seleksi alam secara langsung, sebagai contoh, laba-laba betina akan
memakan jantan jika sinyal-sinyal reproduksi spesifik tidak diikuti selama perkawinan.
Fertilisasi internal juga memerlukan system roproduksi yang canggih, termasuk organ
kopulasi yang mengirimkan sperma dan reseptakel atau penyangga untuk penimpanannya dan
pengangkutannya menuju telur yang matang (Campbell dkk., 2003).
Untuk bereproduksi secara seksual, hewan harus mempunyai sitem yang menghasilkan
gamet dari satu jenis kelamin ke gamet dengan jenis kelamin lain yang beebeda. System
reproduksi tersebut sangat beraneka ragam. System yang paling sederhana bahkan sama
sekali tidak mempunyai gonad yang jelas, yaitu organ yang menghasilkan hamet pada
sebagian besar hewan. System reproduksi yang paling kompleks mempunyai banyak
kumpulan saluran dan kelenjar aksesoris yang membawa dan melindungi gamet dan embrio
yang sedang berkembang. Banyak hewan yang sangat kompleks. System reproduksi cacing
pipih parasit misalnya, merupakan salah sastu yang paling kompleks dalam kingdom hewan
(Campbell dkk., 2003).
Pada sebagian besar spesies mamalia, termasuk manusia, organ reproduksi eksternal
jantan adalah skrotum dan penis. Organ reproduksi internal terdiri atas gonad yang
menghasilkan gamet (sel-sel sperma) dan hormone, kelenjar aksesoris yang mensekresikan
produk yang esensial bagi pergerakan sperma, dan sekumpulan duktus yang membawa
sperma dan sekresi glandular (Campbell dkk., 2003).
Secara normal pertumbuhan dan pembuahan alat reproduksi merupakan suatu proses
yang bertahap dan memerlukan beberapa waktu postnatal sebelum terlihat tanda-tanda birahi
pada individu baru. Pertumbuhan dan perkembangan tubuh hewan penting artinya untuk
perkembangan fungsi kelamin pada hewan jantan maupun betina. Estrus terjadi pada hewan
betina tidak hamil menurut siklusritmik yang khas. Interval antara timbulnya suatu periode
birahi ke permulaan birahi berikutnya dikenal dengan suatu siklus birahi. Interval-interval ini
disertai oleh suatu seri perubahan-perubahan fisiologik di dalam saluran kelamin betina
(Toelihere, 1981).
Biologi reproduksi merupakan topik penting dalam penelitian biomedis. Gangguan
fungsi reproduksi menjadi salah satu permasalahan mendasar baik pada manusia maupun
hewan. Keberadaan hewan model (hewan coba) sangat dibutuhkan untuk menjawab
permasalahan-permasalahan tersebut melalui penelitian in vivo . Tikus (Rattus norvegicus)
albino atau yang dikenal sebagai “tikus putih” adalah hewan yang paling sering digunakan
sebagai model dalam penelitian biomedis. Oleh karena dapat mewakili sistem biologis
mammal, maka hewan ini tepat untuk dijadikan sebagai hewan coba dalam kajian praklinik.
Salah satu galur yang paling banyak digunakan adalah tikus Wistar yang mulai
dikembangbiakkan di Wistar Institute sejak 1906 (Fitria, dkk. 2015 : 29).

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa perbedaan morfofisiologi organ


reproduksi dapat digunakan sebagai karakter pembeda antara spesies hewan seperti bakulum,
morfometri spermatozoa atau struktur duri penis (penile spine). Perbedaan karakter organ
reproduksi tersebut mencerminkan peran sebagai pemisah/penghalang pada proses
perkawinan antar spesies dan mempunyai potensi untuk digunakan sebagai karakter
identifikasi dalam studi taksonomi (Phadmacanty, 2014 : 84).

Organ reproduksi yang berperan penting dalam pembentukan sperma adalah testis. Alat
kelamin jantan menunjukkan perubahan musiman, dan ukuran testis akan meningkat. Pada
umumnya testis setiap individu memiliki susunan yang sama yaitu tersusun atas tubulus
kontortus seminiferus yang merupakan tempat pembentukan sperma (spermatogenesis),
kemudian dilanjutkan ke tubulus rektus seminiferus, kemudian rete testis, ductus different
dan epididimis. Tubulus kontortus seminiferus yang tersusun dari sel-sel spermatogenik yaitu
spermatogonium, spermatosit primer, spermatosit sekunder, sermatid, dan spermatozoa.
Dalam tubulus kontortus seminiferus juga dijumpai adanya sel sertoli yang berperan untuk
memberi nutrisi pada sperma. Di antara tubulus kontortus seminiferus terdapat jaringan
interstitial. Dalam jaringan intertitial terdapat sel Leydig yang berfungsi untuk menghasilkan
hormon testosteron (Phadmacanty, 2014 : 86).

Organ reproduksi pada vertebrata terdiri dari gonad dengan saluran kelenjar asesorinya.
Ada 2 macam gobad (disebut jug kelenjar (sel) kelamin atau kelenjar biak) yaitu gonad yang
menghasilkan sel kelamin betina (ovum) dan sel kelamin jantan/ spematozoon (suminto,
2008 :7).
Sistem reproduksi vertebata jantan terdiri atas sepasang testis, saluran rreproduksi
jantan, kelenjar seks asesoris (pada mamlia) dan organ kopulatoris (pada hewan-hewan
dengan fertilisasi internal). Sistem reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium pada
beberapa hanya satu) dan sdaluran reproduksi betina. Pada mamlia yang dilengkapi organ
kelamin luar (vulva) dan kelenjar susu (Tenzer, 2003:19).

Reproduksi vertebrata pada umumnya sama, tetapi karena tempat hidup, perkembangan
anatomi, dan cara hidup yang berbeda menyebabkan adanya perbedaan pada proses
fertilisasi. Misalnya hewan akuatik padda umumnya melakukan fertilisasid\ di luar tubuh
(fertilisasi eksterna), sedangkan hewan darat melakukan fertilisasi di dalam tubuh (fertilisasi
interna) (Pratiwi,1996:101).

Testis terdapat didalam tubuh hewan jantan. Testis tersimpan didalam rongga perut,
dengan ditambatkan ke dinding tubuh oleh mesenterium khusus (mesorchium). Pada
vertebrata tinggi testis sudah dikeluarkan dari rongga perut, disimpan dalam skrotum. Testis
selain sebagai kelenjar bak juga sebagai kelenjar endokrin penghasil hormon testosteron
(Suminto, 2008 : 7).

Sperma dihasilkan oleh sel tubulus seminiferus dalam testes. Sel-selnya berupa sel
germinae dengan bermacam-macam tahap perkembangan dan sel sertoli yang memberikan
dukungan spermatogenesis. Spermatogenesis adalah proses kompleks sel germinal.
Spermatozoon memiliki 4 bagian yaitu kepala, akrosom, midpiece, dan ekor. Sperma sangat
sensitif terhadap suhu. Sel leydig ditestes menghasilkan hormon testosteron yang distimulai
oleh LH (Anonim, 2016 : 3-5).

Spermatogenesis merupakan proses pembentukan sel spermatozoa yang dipengaruhi


oleh beberapa hormon yaitu : hormon FSH dan Hormon LH (Sumiati, 2013 :4). Hormon
testosteron berperan dalam proses kehidupan seksual, mempengaruhi tanda-tanda kelamin
sekunder dan spermatogenesis. Jaringan interestialis terletak diantara tubulus seminiferus
testis. Sel leydig sangat dipengaruhi gonadtropin LH/ICSH (Suryadi, 2007 : 130).

Fertilitas sperma penting diketahui. Kemampuan sperma untuk mencapai dan


membuahi sel telr merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan reproduksi.
Hal ini ditentukan oleh bebrapa parameter, antara lain : morfologi, jumlah, motilitas dan
velositas sperma (Tim Pengajar. 2017: 11).
B. Alat dan Bahan
Alat

No Alat Jumlah
Alat Bedah (gunting, skalpel, jarum,
1 1 paket
baki)
2 Jarum pentul 1 buah
3 Timbangan elektronik berskala mg 1 buah
4 Pipet tetes 1 buah
5 Kaca objek 1 buah
6 Mikroskop 1 buah
7 Bowl eksikator 1 buah
8 Pembakar Bunsen atau lampu spirtus 1 buah

Bahan

No Bahan Jumlah

1 Tikus putih (Rattus norvegicus) 1 ekor


betina

2 Kloroform CHCL3 Secukupnya

3 NaCl fisiolos (0,9 %) 50 mL Secukupnya

C. Langkah Kerja

Anatomi Sistem Reproduksi Jantan


1.1 Bagian Eksternal
a. Ambilah tikus jantan dari kandang, lalu masukkan ke dalam botol pembius
berisi kapas yang telah dibasahi dengan kloroform. Setelah mati tempatkan
tikus ini pada baki bedah dengan memaku kedua pasang anggota geraknya
b. Amatilah di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x10 dan 10x40.
Gambarkan, deskripsikan, dan bandingkan bentuk atau morfologi sperma, baik
yang diambil dari testis maupun dari tripartit epididimis.
1.2 Jumlah Sperma
a. Urutlah vas deferen dengan pinset mulai dari pangkal hingga bagian
ampilanya, tampunglah cairan yang keluar pada kaca arloji yang berisi 5 tetes
NaCl 0,9%. Aduklah perlahan hingga merata, lalu encerkan 1 tetes suspensi ini
dalam 49 tetes larutan NaCl 0,9%, sehingga diperoleh pengenceran 50 kali.
Aduklah dengan baik, kemudian letakan satu tetes pada hemositometer
improved Neubauer dan tutuplah dengan kaca penutup sedemikian sehingga
suspensi merata, namun tidak masuk pant hemositometer.
b. Hitung sperma dibawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali pada lima
ruang R untuk eritrosit. Jumlah sperma per mL dihitung dengan rumus : 5R x
F x 1000, dimana 5R jumlah total sperma dari 5 ruang yang dihitung, F faktor
koreksi hemositometer (0,4), dan P besar pengenceran (50).
c. Tulis hasil perhitungan sperma pada tabel lembar kerja
1.3 Motilitas Sperma
a. Teteskan satu tetes suspensi sperma pada kaca objek dan tutup dengan kaca
penutup. Buatlah batas hitung pada okuler dari bagian pinggir film bekas.
Dengan kotak ini hitunglah sperma yang tak bergerak, kemudian geserkan
preparat hingga diperoleh jumlah sperma dari 20 kotak hitungan, misalnya A.
b. Masukkan preparat kedalam inkubator dan panaskan dengan suhu 50 hingga
60°C selama 3 menit. Dengan cars yang sama, perhatikan dan hitung jumlah
sperma yang tak bergerak, misalnya B. Motolitas sperma (%) adalah (B-A)/B
x 100%.
c. Tulis hasil perhitungan motilitas sperma pada lembar kerja.
1.4 Velositas Sperma
a. Teteskan suspensi sperma pada hemositometer. Perhatikan dibawah
mikroskop (10x40) sperma yang bergerak melintas dua garis yang berdekatan
(jarak 1/20 mm).
b. Catatlah waktu lintas dalam detik. Besar velositas sperma selanjutnya dapat
dinyatakan dalam mm per detik.
c. Tuliskan hasil pengamatan saudara pada tabel lembar kerja
D. Hasil Pengamatan
1. Gambar Sistem Reproduksi Tikus Jantan Bagian Ekstenal

Gambar Keterangan
Penis pada tikus terletak dibawah
perut atau diantara selangkangan,
ukurannya ± 1 cm. Terdapat lubang
dibagian bawahnya untuk
mengeluarkan urin atau semen.
Skrotum terdapat dibawah perut,
diantara selengkangan dibelakang
penis dan posisinya lebih bawah
bawah dari penis. Skrotum berfungsi
merupakan kulit tipis yang melapisi
atau menyelimuti testis. Dan pada
skrotum bagian pinggirnya terdapat
rambut-rambut, sementara tengahnya
tidak, sehingga jelas terlihat
skrotumnya berwarna merah.

2. Gambar Sistem Reproduksi Tikus jantan Bagian Internal


No Gambar Keterangan
1. Gambar keseluruhan dari
sistem reproduksi jantan,
Nampak ada sepasang testis,
epididimis, vas deferens,
dan vesika seminalis, yang
terletak diatas vesika
urinaria yang berwarna

Anatomi sistem reproduksi tikus putih.


jantan keseluruhan.
2. Testis, merupakan organ
reproduksi utama bagi pria,
karena yang memproduksi
sperma tepatnya pada
tubulus seminiferous yang
ada didalamnya. Testis pada
tikus berjumlah sepasang,
berwarna merah muda dan
Testis
seukuran dengan kacang
merah, terdapat urat-urat
didalamnya. Testis
dilindungi atau dilapisi oleh
skrotum.
3. Epididimis, melekat pada
testis. Berdasarkan letaknya
dibagi tiga yaitu: caput
epididimis yang menempel
di bagian atas testis, dan
ukurannya lebih besar
disbanding epididimis yang
Epididimis
lain, cauda epididimis
menempel dibagian bawah
testis, dan ukurannya lebih
kecil, dan korpus
epididimis, hanya saja saat
pengamatan tidak teramati.

No Gambar Keterangan
4 Vas deferens merupakan
saluran panjang, yang
menghubungkan epididimis
dengan vesika seminalis.
Selain itu nampak bahwa
vas deferens memiliki
diameter yang kecil seperti
urat dan nampak sebagai
Vas deferens
bagian reproduksi yang
terpanjang, yang dibagian
tengahnya berdekatan
dengan vesika urinaria.
5. Vesika seminalis terletak
diatas vesika urinaria,
bagian sisi-sisinya tampak
bergerigi, selintas bentuk
geriginya seperti jengger
ayam. Vesika seminalis
berfungsi untuk
mengekskresikan cairan

Vesika seminalis asam amino, prostaglandin


sebagai nutrisi bagi sperma.

3. Tabel Morfologi Sperma Tikus


Organ Asal Gambar Deskripsi
Epididimis Sperma berleher patah pada
tikus, nampak memiliki
morfologi yang lengkap,
memiliki ekor, kepala
namun bagian sebelum
kepala tampak seperti
patah. Pada gambar
Sperma Berleher Patah pertama, kepala sperma
Perbesaran 10x10 tidak memiliki pengait,
sementara gambar kedua
memiliki pengait.
Sperma tanpa pengait pada
kepalanya, nampak emiliki
satu ekor dan satu kepala.
Hanya saja tidak memiliki
pengait sehingga
digolongkan pada sperma
yang tidk sempurna secara
Sperma tanpa Pengait morfologis.

Sperma dengan pengait


merupakan sperma normal,
dilihat dari morfologinya ia
memiliki bentuk dan
bagian yang sempurna.

Sperma dengan Pengait


Pada kesuluruhan sperma
yang terdapat dari
epididimis tikus, terdapat
beberapa sperma yang
memiliki morfologi yang
berbeda, seperti sperma
Keseluruhan sperma berleher patah, sperma
tanpa pengait, dan sperma
normal dengan pengait.

4. Tabel Perhitungan Sperma Tikus


Diketahui 1 2 3 4 5
R 3 3 6 6 3
ƩR 21
F 0,4
P 50
Jumlah sperma: ƩR x F x P x 1000 = 21 x 0,4 x 1000 = 420.000

5. Tabel Velositas Speratozoa Tikus


Diketahui 1 2 3 4 5 Rata-Rata
Waktu tempuh (s) - - - - - -
Jarak tepuh (mm) - - - - - -
Velositas (mm/s) - - - - - -

E. Pembahasan

Pembahasan pada praktikum kali ini adalah pembahasan tentang Sistem


Reproduksi Jantan pada Tikus, dimana kita dibagi kedalam beberapa kelompok dan
diberi tugas pengamatan yang berbeda-beda mulai dari mengamati anatomi system
reproduksi jantan yang meliputi bagian eksternal dan bagian internal dari anatomi
system reproduksi jantan pada Tikus, dan juga menganalisis sperma yang dimulai dari
bentuk sperma, jumlah sperma, motilitas sperma, dan velositas sperma. Adapun
pembahasannya adalah sebagai berikut.

Alat-alat reproduksi adalah alat-alat yang mendukung reproduksi seksual pada


hewan mamalia. Selain itu, tubuh mamaliapun telah dilengkapi dengan alat-alat tubuh
lainnya. Organ genital pada suatu individu merupakan kelengkapan alat reproduksi yang
berfungsi untuk berkembang biak dan memperoleh keturunan. Organ kelamin jantan
dan organ kelamin betina berbeda sesuai dengan fungsinya masing-masing, (Cartono,
2004). Pada dasarnya alat-alat reproduksi laki-laki terdiri dari alat kelamin luar dan alat
kelamin dalam.
Alat kelamin dalam yaitu terdiri dari testis, saluran pengeluaran, dan kelenjar
kelamin.

1. Testis
Testis merupakan organ reproduksi yang sangat penting bagi laki-laki
karena didalamnya terdapat bagian yang disebut tubulus seminiferus yang
berfungsi menghasilkan sel-sel kelamin laki-laki (sperma) dan menghasilkan
hormone testoteron. Testis berbentuk oval dan berjumlah sepasang dalam testes
banyak terdapat pembuluh-pembuluh halus yang disebut tubulus seminiferus.
Organ ini dilindungi oleh struktur yang disebut skrotum.
2. Saluran pengeluaran atau duktus ekskresi terdiri atas vas deferens, epididimis,
vas deferens, saluran ejakulatories, dan uretra.
- Vas eferens merupakan saluran penghubung tubulus seminiferus dengan
epididimis. Saluran ini tidak tampak dari luar.
- Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok didalam testis yang berfungsi
sebagai penyimpan sperma sampai sperma matang.
- Vas deferens merupakan saluran lanjutan epididimis, dan bersambung pada
saluran ejakulatories atau saluran pemancaran.
- Saluran ejakulatories, Saluran ini berjumlah sepasang yang berfungsi
memancarkan semen ke bagian uretra. Cairan semen mengandung sperma
dan zat-zat lain yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar reproduksi laki-laki
- Uretra berfungsi untuk mengalirkan sperma dan air kencing (urin), (Cartono,
2004).
3. Kelenjar kelamin terdiri atas vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar
cowper.
- Kelenjar Vesikula seminalis
Ada sepasang kelenjar vesicularis yang terletak di kanan-kiri ampula
duktus deferens. Pada ruminansia kelenjar ini besar dan susunannya berlobus-
lobus. Pada kuda kelenjar ini bentuknya memanjang. Saluran keluar dari
kelenjar ini bermuara ke dalam urethra, secara umum muaranya menjadi satu
dengan ampula sehingga ada 2 muara di kiri dan kanan. Muara ini disebut
ostium ejaculatorium. Kadang-kadang muaranya terpisah, yaitu muara
kelenjar vesicularis berada di bagian cranial dari kelenjar ampula. Sekresi
kelenjar ini banyak mengandung protein, potasium, fruktosa, asam sitrat,
asam askorbut, vitamin dan enzim, warnanya kekuning-kuningan karena
banyak menagndung flavin dengan pH 5,7-6,2. Sekresi kelenjar vesicularis
pada sapi merupakan 50% dari total volume ejakulasi, sedangkan pada kuda
dan babi lebih sedikit prosentasenya.

- Kelenjar Prostata
Pada sapi sepasang, berbentuk bulat dan tidak berlobus. Kelenjar ini
lebih dikenal daripada kelenjar vesicularis. Terdiri dari 2 bagian, badan
prosatata dan prostata yang cryptik. Bagian badan prosatata terdapat di
belakang ampula dekat diatas urethra pars pelvina, sehingga disebut corpus
prostata. Badan prostata berukuran lebar 2,5-4,0 cm dan tebal 1,0-1,5 cm.
Bagian prostata yang cryptik disebut pars disseminata. Pars diseminata
mengelilingi urethra pars pelvis. Di bagian dorsal ukurannya mencapai tebal
1,0-1,5 cm, panjang 10-12 cm dan tertutup oleh otot urethra. Sekresi kedua
bagian ini melalui beberapa muara kecil masuk ke dalam urethra. Sekresinya
banyak mengandung ion an organik (Na, Cl, Ca, Mg). Pada sapi sekeresinya
sangat encer dan mempunyai pH yang basa (7,5-8,2).

- Kelenjar Cowper (Kelenjar Bulbourethralis)


Memiliki sepasang, terdapat disebelah kanan dan kiri uretra
bulbouretralis, dibawah musculus bulbo spongiosus. Pada sapi kelenjar ini
sebesar buah kemiri, padad dan mempunyai kapsul dan ukurannya lebih
besar.

4. Sedangkan alat kelamin luar terdiri dari Penis dan Skrotum :


Penis merupakan organ reproduksi pria yang berperan dalam kopulasi.
Penis menyampaikan sel sperma ke dalam alat reproduksi wanita. pada manusia
penis terdiri atas tiga (pada mamalia domestikasi dan mamalia laboraturium
terdiri atas dua buah) bangunan silinder disebut korpora covernosa penis. Ujung
penis yang disebut dengan glan penis, dilengkapi dengan suatu produk pada
korpora kalvernosanya.
Skrotum adalah dua lobus kantong yang membungkus testis. Pada
kebanyakan spesies skrotum berlokasi di daerah inguinal diantara dua kaki.
Kulit di daerah skrotum berbulu halus dan jarang, serta kurang mengandung
lemak di bawah kulit. Pada fase embrional, skrotum mempunyai original
jaringan yang sama dengan labia mayor pada hewan betina. Skrotum tersusun
dari lapisan terluar yang terususun dengan serabut otot polos, tunika dartos.
Tunika dartos membagi skrotum menjadi 2 bagian dan ini menempel pada
tunika vaginalis. Skrotum berfungsi untuk melindungi dan menyokong testis,
mengatur temperatur testis dan epididymis supaya temperatur dalam testis 4-

7OC dibawah temperatur tubuh.

Dua anatomi yang menguatkan yaitu pada bagian ureter dan uretranya. Pada
sistem ekskresi ureter berfungsi sebagai saluran yang akan mengirim hasil
metabolisme tubuh untuk dikeluarkan melalui saluran uretra kemudian keluar
melalui lubang penis. Sedangkan pada sisem reproduksi uretra berfungsi sebagai
saluran yang akan dilewati sperma, kemudian sperma itu akan keluar melalui
lubang penis.

Tubulus seminiferus → vas deferent → ductus epididimis → vas deferent →


ductus ejaculatorius → uretra → penis menyalurkannya keluar tubuh. Hal ini
membuktikan bahwasannya sistem reproduksi dan sistem ekskresi mempunyai
hubungan yang erat.

Proses pembentukan sperma (spermatogenesis) terjadi di dalam testis.


Struktur sperma terdiri dari kepala, leher, dan ekor. Di dalam kepala terdapat zat
akrosom yang tersusun atas enzim hialurodinase dan proteinase. Zat ini berfungsi
meluruhkan lapisan pelindung sel telur sehingga sperma dapat membuahi sel telur.
Sedangkan pada leher sperma terdapat mitokondria yang berfungsi menghasilkan
energy sehingga sperma dapat bergerak. Produksi sperma dikendalikan oleh
hormone Folice Stimulating Hormone (FSH) dan Luinizing Hormone (LH), pada
saat sperma diproduksi, dihasilkan juga hormone testosterone yang merupakan
pengendali FSH dan LH. Perjalanan sperma untuk keluar dari tubuh adalah
sperma bergerak dari tubulus seminiferus menuju epididimis dan tinggal disini
sekitar tiga minggu sampai menjadi sperma dewasa.

Selanjutnya sperma memasuki saluran vas deferens hingga ujung saluran dan
bercampur dengan tiga macam secret hasil sekresi kelenjar vesikula seminalis,
kelenjar prostat, dan kelenjar cowper. Ketiga secret tersebut bersifat basa yang
berguna agar sperma tetap hidup dan bergerak lincah dalam uretra dan saluran
genital wanita yang bersifat asam. Selanjutnya semen keluar dari ujung vas
deferens menuju saluran ejakulatories dan uretra yang merupakan saluran
kencing. Keluarnya semen dari dalam tubuh disebut ejakulasi, (Cartono, 2004:
249).

Sebelum ejakulasi biasanya kondisi penis menegang. Keadaan ini disebut


dengan ereksi. Saat ejakulasi, tempat keluar urin tertutup otot sekitarnya sehingga
semen dan urin tidak bercampur. Volume semen yang dikeluarkan dalam sekali
ejakulasi sekitar 2ml-5ml yang mengandung sekitar 50 juta sperma. Jika sperma
yang kurang dari 20 juta, kecil kemungkinan terjadi pembuahan, (Cartono, 2004:
250).

Pada praktikum kali ini tugas untuk mengamati motilitas dan velositas
sperma tikus tidak dapat di hitung dan jelas karena sperma yang diamati mati dan
faktor lain-lainnya. Adapun pembahasannya berdasarkan literatur adalah sebagai
berikut.

Pada motilitas sperma, sperma yang bergerak sebanyak 0 % hal ini


dikarenakan spermanya sudah banyak yang mati dan sedikit yang bergerak itupun
hanya beberapa, karena kualitas sperma itu dipengaruhi oleh beberapa factor
diantaranya adalah Gerak sperma ada empat macam, yaitu gerak lurus cepat,
gerak lurus lambat, gerak di tempat, dan tidak bergerak. "Yang ada gunanya untuk
pembuahan adalah yang bergerak maju (gerak lurus cepat dan gerak lurus lambat).
Jumlah sperma yang bergerak maju yang dibutuhkan untuk pembuahan minimal
50 persen dari keseluruhan sperma yang keluar, Sel-sel sperma yang ditemukan
dalam tubulus semi niverus serta duktus-duktus ekskreterius bagian proximal
tidak dapat bergerak. Sel-sel sperma ini kemudian dapat bergerak dan mungkin
aktif mengadakan metabolisme setelah mengadakan kontak dengan apa yang
disebut dengan plasma semen.

Plasma semen mempunyai dua fungsi utama yaitu: berfungsi sebagai media
pelarut dan sebagai pengaktif bagi sperma yang mula-mula tidak dapat bergerak
serta melengkapi sel-sel dengan substrat yang kaya akan elektrolit (natrium dan
kalium klorida), nitrogen, asam sitrat, fruktosa, asam askorbat, inositol, fosfatase
sera ergonin, dan sedikit (trace) vitamin-vitamin serta enzi-enzim.

E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dapat ditarik beberapa
kesimpulan pada setiap bagiannya, diantaranya:
- Anatomi Sistem Reproduksi Jantan
1) Pada sistem reproduksi tikus putih (Rattus norvegicus) Jantan bagian
eksterna terdiri dari beberapa organ penting diantaranya: Penis dan
Skrotum.
2) Pada sistem reproduksi tikus putih (Rattus norvegicus) Jantan bagian
interna terdiri dari beberapa organ penting diantaranya: ovarium, saluran
reproduksi (oviduct, uterus dan vagina), dan beberapa kelenjar asesoris.
Selain itu terdapat juga organ-organ pada sistem eksresi yang mulai dari
ginjal, ureter, vesikula urinaria, hingga uretra.
- Jumlah Sperma
1) Perhitungan jumlah sperma menghasilkan angka 420.000/mL.
- Motilitas sperma dan Velositas sperma pada tikus putih (Rattus norvegicus)
tidak dapat dihitung dan terlihat jelas di bawah mikroskop karena berbagai
faktor diantaranya ketidak telitian dalam membaca prosedur dan
menggunakan alat yang digunakan.
-
F. Pertanyaan dan Jawaban
1. Sistem reproduksi dipelajari bersamaan dengan sistem ekskresi
menggambarkan adanya kaitan yang erat dari kedua sistem tersebut.
a. Tunjukan 2 data anatomis yang menguatkan adanya kaftan ini
b. Bagaimana proses pengeluaran sperma dari urine pada hewan jantan

Jawaban:

a. Terdapat sepasang ginjal di atas testis yang berfungsi untuk


mengeksresikan urine.
 Terdapat kantung kemih diatas ginjal dan testis yang fungsinya untuk
menampung volume urine.
 Terdapat saluran – saluran kelamin yang berpangkal pada testis dan
tersambung pada uretra. Uretra merupakan saluran bersama bagi urine
kelenjar pelengkap sel kelamin jantan (vas deferens dan urine).
b. Proses pengeluaran sperma dan urine.

Sistem eksresi dan sistem reproduksi di pelajari bersama dengan yang


erat karena sistem reproduksi di pelajari bersamaan dengan sistem eksresi yang
mengambarkan adanya kaitan yang erat antara keduanya. Perjalanan sperma
untuk keluar dari tubuh adalah sperma bergerak dari tubulus seminiferus
menuju epididmis dan tinggal disini sekitar 3 minggu sampai menjadi sperma
dewasa. Selanjutnya sperma memasuki saluran vas deferens hingga ujung
saluran dan bercampur dengan 3 macam secret hasil sekresi kelenjar vesikula
seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar cowper. Selanjutnya semen keluar dari
ujung vas deferens menuju salura ejakulatoris dan uretra yang merupakan
saluran kencing. Hali ini membuktikan bahwasanya sistem reproduksi dan
sistem sekresi mempunyai hubungan yang erat saat ejakulasi tempat keluarnya
urine tertutup otot disekitarnya sehingga semen dan urine tidak tercampur.

2. Sebutkan beberapa parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas


sperma, mengapa dengan parameter tersebut kita dapat menentukan baik
buruknya suatu sperma.

Jawaban :
Macam – macam parameter

Parameter – parameter sperma dapat dinyatakan secara:

a. Kuantitatif, misalnya volume, jumlah spermatozoa/mL, kadar fruktosa.


b. Semi kuantitatif, misalnya vviskositas sperma, motilitas spermatozoa.
c. Kuantitatif, misalnya bau dan warna sperma

Tahapan : segera setelah sperma di ejakulasikan hendaknya diamati dalam


wadah penampung :

a. Ada / tidaknya koagulum


b. Warna sperma
c. Bau sperma
d. Proses likuefaksi sperma

Setelah proses likuefaksi selesai, tentukan parameter sebagai berikut:

a. Volume sperma
b. pH sperma
c. kekerasan dan warna sperma
d. viskositas sperma
3. Dengan mengetahui sistem reproduksi pada hewan jantan ada beberapa
manfaat, yang bisa diterapkan, misalnya dalam kontrasepsi (kastrasi,
vasektomi, bahan antifertilisasi), seleksi hewan unggul (sperma beku,
inserminasi buatan), dan upaya membantu pasangan ingin anak (bahan
pengikat fertilisatas sperma). Jelaskan istilah dan prinsip kerjanya.

Jawaban :

Kontrasepsi: metode serta alat yang digunkan untuk mencegah kehamilan:

a. Kastrasi adalah pembuangan kelenjar kelamin


b. Vesekuni adalah pematangan saluran benih untuk membuat jarak
c. Anti fertilisasi adalah alat untuk mencegah fertilisasi sperma.
d. Seleksi hewan unggul adalh teknik yang digunakan untuk mendapatkan
jenis unggul:
a. Semen beku adalah semen dari pejantan unggul yang disimpan dalam
rendaman nitrogen cair untuk menghasilkan bibit unggul
b. Inseminasi buatan adalah proses bantuan reproduksi dimana sperma di
suntikan ke dalam vagina atau rahim dengan keten
G. Daftar Pustaka
Suminto, 2008. Embriologi hewan. Universitas terbuka. Didalam :
repository.ui.ac.id (pdf). (Diakses pada 02 Maret 2018 : 15.30 WIB).
Anonim, 2016. Biologi Modul Reproduksi. Didalam : Staff.ui.ac.id (pdf).
(Diakses pada 02 Maret 2017 : 15.30 WIB).
Suryadi,dkk. 2007. Perubahan-Perubahan Sel Leydig Tikus Putih. Jurnal
Anatomi Indonesia. No. 03. Vol. 01. Hal. 129-132. Yogyakarta : UGM.
Sumiati, 2013. Sistem Reproduksi Manusia. Jurnal biologi. No. 02. Vol. 02 .
Hal. 1-13. Mataram : Universitas Mataram.
Tim Pengajar. 2017. PENUNTUN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI. Bandung: Tim
Pengajar
Pratiwi, DA. 1996. Biologi 2. Jakarta: Erlangga
Phadmacanty, Ni Luh Putu Rischa dan Wirdateti. 2014. Pengamatan Histologi,
Anatomi Organ Reproduksi Jantan Pada Kukang (Nycticebus coucang).
Zoo Indonesia No. 02. Vol. 23. Hal. 84-91. Bogor: LIPI.

Anda mungkin juga menyukai