Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rhopyzeta Aninda Erel

NIM :-
Mata Kuliah : Akuntansi Forensik dan Eksaminasi Fraud
Kelas : CB

RESUME MATERI CHAPTER 2: WHY PEOPLE COMMITS FRAUD?


Siapa Yang Melakukan Fraud
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa seseorang dapat melakukan fraud. Pelaku
fraud biasanya tidak dapat dibedakan dengan orang lain berdasarkan karakteristik demografis
ataupun psikologis. Sebagian besar pelaku fraud mempunyai profile sama seperti orang jujur
lainnya. Hal ini membantu kita memahami bahwa (1) sebagian besar pegawai, konsumen, vendor,
dan asosiasi bisnis dan partner sesuai dengan profile pelaku fraud dan barangkali mampu
melakukan fraud, dan (2) tidak mungkin memprediksi ke depan mana pegawai, vendor, klien dan
konsumen yang akan menjadi tidak jujur. Sesungguhnya, ketika fraud terjadi, sebagian besar reaksi
umum oleh mereka di seputar fraud adalah penolakan. Korban tidak dapat percaya bahwa
individual yang terlihat dan berperilaku sama seperti mereka dan biasanya dipercaya dan dapat
berperilaku tidak jujur.
Mengapa Orang-Orang Melakukan Fraud
Walaupun terdapat ribuan cara melakukan fraud, fraud Dennis Greer dalam pembukaan
bab ini mengilustrasikan tiga elemen kunci paling umum pada mereka. fraud meliputi: (1) adanya
tekanan, (2) adanya kesempatan, dan (3) beberapa cara untuk merasionalkan bahwa fraud dapat
diterima. Ketiga elemen ini membentuk apa yang kita sebut sebagai segitiga fraud. Setiap pelaku
fraud menghadapi beberapa bentuk adanya tekanan. Sebagian besar tekanan melibatkan kebutuhan
keuangan, walaupun beberapa tekanan non keuangan. Adanya tekanan, adanya kesempatan, dan
rasionalisasi adalah umum bagi setiap fraud. Apakah fraud menguntungkan pelaku secara
langsung, seperti fraud pegawai, atau fraud yang menguntungkan organisasi fraud, seperti fraud
manajemen, ketiga elemen tersebut selalu muncul. dalam kasus fraud manajemen misalnya,
tekanan mungkin kebutuhan untuk membuat laba terlihat lebih baik untuk memenuhi hutang
kovenan, kesempatan mungkin lemahnya komite audit, dan rasionalisasi adalah ‘kita hanya
mengatur pembukuan sampai kita dapat mengatasi masalah sementara ini’.
Menarik untuk dicatat bahwa hampir setiap studi tentang kejujuran menunjukkan level
kejujuran terus menurun. Didasarkan pada sifat interaktif elemen-elemen dalam segitiga fraud,
mundurnya masyarakat dari nilai ini menampilkan ketakutan untuk memerangi fraud di masa
depan. Kurangnya kejujuran membuatnya lebih mudah untuk merasionalkan, dengan demikian
membutuhkan lebih sedikit kesempatan dan/atau tekanan untuk melakukan fraud.
Rasionalisasi dan bermacam-macam level kejujuran, sebagaimana halnya kesempatan
fraud, dibahas di akhir bab ini. Kita sekarang kembali membahas tentang tekanan berbeda yang
memotivasi individual untuk melakukan fraud demi kepentingan mereka sendiri. Sebagian besar
ahli fraud percaya bahwa tekanan dapat dibagi ke dalam empat tipe: (1) tekanan keuangan, (2)
sifat buruk, (3) tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan, dan (4) tekanan lain.
Elemen Pertama: Tekanan
a. Tekanan Keuangan
Tekanan keuangan adalah tekanan paling umum yang membuat orang-orang
melakukan fraud. Elemen pertama studi yang dilakukan oleh pengarang menunjukkan
bahwa kira-kira 95 persen fraud melibatkan tekanan keuangan atau berhubungan dengan
perilaku buruk. Kita tahu individual melakukan fraud karena mereka miskin. Kita tahu
pelaku yang gaya hidupnya hidup di bawah rekan mereka. Sebagian besar orang
mengatakan dia tidak mempunyai tekanan keuangan riil. Tetapi bagi dia, tekanan dari
keinginan untuk mendapatkan kemewahan ini sudah menjadi motivasi yang cukup untuk
melakukan fraud.
b. Perilaku Buruk
Berhubungan erat dengan tekanan keuangan adalah perilaku buruk – ketagihan
seperti berjudi, obat-obatan, dan alkohol – dan hubungan extramarital mahal. Perilaku
buruk adalah bentuk tekanan terburuk – gaya hidup di luar kontrol seringkali disebutkan
sebagai pemicu yang mengendalikan orang-orang berperilaku tidak jujur sehingga
menghasilkan fraud. Faktor-faktor seperti pengakuan pengujian kerja yang tidak memadai,
ketidakpuasan terhadap pekerjaan, ketakutan kehilangan pekerjaan, dilupakan untuk
promosi, dan merasa dibayar rendah dapat memotivasi fraud.
c. Tekanan Lain
Sekali dalam hidup, fraud dimotivasi oleh tekanan lain, seperti pasangan yang
mendesak untuk memperbaiki gaya hidup atau keinginan untuk melawan sistem.
Elemen Kedua: Kesempatan
Adanya kesempatan untuk melakukan fraud, menyembunyikannya, atau menghindari dihukum
adalah elemen kedua dari segitiga fraud.
Setidaknya enam faktor utama meningkatkan kesempatan individual melakukan fraud dalam
organisasi. Berikut ini yang menunjukkan kelemahan sistem sehingga menciptakan kesempatan.
1. Kurangnya kontrol yang bagus untuk mencegah dan/atau mendeteksi perilaku fraud
2. Ketidakmampuan untuk memutuskan kualitas kinerja
3. kegagalan untuk mendisiplinkan pelaku fraud
4. Kurangnya akses kepada informasi
5. Ketidakpedulian, apati dan ketidakmampuan
6. Kurangnya audit trail.
Elemen Ketiga: Rasionalisasi
Sejauh ini, kita telah membahas dua elemen pertama dari segitiga fraud: adanya tekanan dan
adanya kesempatan. Elemen ketiga adalah rasionalisasi. Hampir setiap fraud melibatkan
rasionalisasi. Sebagian besar pelaku adalah pelanggar pertama kali yang tidak akan melakukan
kejahatan lain. Rasionalisasi membantu mereka bersembunyi dari ketidakjujuran aksinya. Berikut
ini beberapa alasan rasionalisasi umum yang digunakan penipu:
1. Organisasi berhutang kepada saya.
2. Saya satu-satunya yang meminjam uang – saya akan membayarnya kembali.
3. Tidak ada orang lain yang terluka.
4. Saya berhak mendapatkan lebih.
5. Itu untuk tujuan baik.
Sesungguhnya terdapat rasionalisasi tidak terbatas lainnya. Namun demikian ini adalah
wakil dan berfungsi sebagai dasar yang memadai untuk membahas peranan rasionalisasi dalam
fraud. Penting untuk mengakui bahwa terdapat sangat sedikit orang yang tidak melakukan
rasionalisasi. Kita melakukan rasionalisasi yang mungkin berlebihan. Kita melakukan rasionalisasi
karena tidak mendapatkan latihan tidak memadai. kita melakukan rasionalisasi terhadap
pembelanjaan lebih yang tidak seharusnya.
Faktor-Faktor Kontrol: Kontrol Yang Mencegah Dan Mendeteksi Fraud
Mempunyai struktur kontrol yang efektif barangkali langkah tunggal organisasi paling penting
untuk mencegah fraud dan mendeteksi fraud pegawai. Terdapat tiga komponen dalam struktur
kontrol perusahaan antara lain:
1. Lingkungan Kontrol
Lingkungan kontrol adalah lingkungan kerja yang dibangun organisasi untuk
pegawai. Elemen paling penting dalam lingkungan kontrol yang tepat adalah manajemen
peran dan contoh. Terdapat bermacam-macam contoh di mana manajemen tidak jujur atau
perilaku tidak tepat dipelajari dan kemudian menjadi model bagi pegawai. Elemen penting
kedua dalam lingkungan kontrol adalah komunikasi manajemen. Elemen penting ketiga
yang menciptakan struktur kontrol tepat adalah pengangkatan yang tepat. Elemen yang
menghalangi fraud keempat dalam lingkungan kontrol adalah struktur organisasi yang
jelas. Elemen kelima dari lingkungan kontrol adalah departemen audit internal yang efektif,
digabungkan dengan program pencegahan kerugian atau sekuritas. Digunakan bersama-
sama, lima elemen yang membentuk lingkungan kontrol dengan efektif:
a.pemodelan manajemen yang tepat,
b.komunikasi atau pelabelan yang baik,
c.prosedur pengangkatan efektif,
d.struktur organisasi yang jelas dan
e.departemen audit internal efektif dan fungsi keamanan – menciptakan
lingkungan di mana kesempatan fraud menurun karena pegawai melihat fraud
tidak diterima atau tidak ditoleransi.
2. Sistem akuntansi
Fraud seringkali disembunyikan dalam Catatan akuntansi didasarkan pada
dokumen transaksi, baik kertas ataupun elektronik Untuk menutupi fraud, kertas atau
dokumen elektronik harus diubah atau ditempatkan salah. fraud dapat ditemukan dalam
catatan akuntansi dengan memeriksa entri transaksi yang tidak mendukung tidak
membuktikan jumlah pernyataan keuangan yang wajar. Tanpa sistem akuntansi yang baik,
perbedaan antara fraud dengan kesalahan tidak disengaja adalah hal sulit. Sebuah sistem
bagus memastikan bahwa pencatatan transaksi adalah valid, diotorisasi secara benar,
lengkap, diklasifikasikan dengan tepat, dilaporkan dalam periode tepat, dinilai dengan
benar, dan diringkas secara benar.
3. Aktivitas-Aktivitas Kontrol (Prosedur)
Komponen ketiga dari struktur kontrol adalah aktivitas kontrol (atau prosedur).
Individual yang memiliki bisnis dan menjadi satu-satunya pegawai mungkin tidak
membutuhkan banyak prosedur kontrol. Walaupun orang ini mempunyai kesempatan
untuk melakukan fraud terhadap bisnisnya sendiri, mereka tidak mempunyai dorongan
untuk melakukan itu. namun demikian, organisasi yang melibatkan banyak pegawai harus
mempunyai prosedur kontrol sehingga aksi dari perusahaan kongruen dengan tujuan
manajemen atau pemilik. Selain itu, dengan prosedur kontrol, kesempatan untuk
melakukan dan/atau menyembunyikan fraud tereliminasi. Terdapat lima prosedur atau
aktivitas kontrol utama sebagai berikut:
a. Pemisahan tugas atau pengurus ganda
b. Sistem otorisasi
c. Pemeriksaan independen
d. Perlindungan fisik dokumen dan catatan
Referensi:
Albrecht, W. S., C. O. Albrecht and C. C. Zimbelman: 2011, Fraud Examination, 4th Edition
(Cengage Learning: Mason, Ohio).
Jawaban Soal Short Case Chapter 2 No. 3
1. Pengendalian Internal yang kurang dari perusahaan tempat Helen bekerja adalah
pembagian tugas yang tidak jelas dan tidak adanya rotasi pegawai. Sehingga kesempatan
untuk melakukan fraud lebih besar.
2. Kesempatan yang memungkinkan Helen melakukan fraud adalah Helen diberikan
kesempatan untuk melakukan fraud adalah karena ia memegang lebih dari satu tanggung
jawab, yang disebabkan oleh kurangnya aktivitas kontrol perusahaan untuk memisahkan
satu pekerjaan untuk setiap karyawan. Helen memegang kontrol penuh terhadap
pembayaran, dengan diberikannya kekuasaan untuk menandatangani voucher pembayaran
dan membayar yang harusnya dilakukan oleh karyawan yang berbeda, sehingga ia dapat
memanipulasi seolah-olah melakukan pembayaran kepada Jackson. Seharusnya
perusahaan memberikan batasan wewenang sekalipun dengan karyawan yang sudah
bekerja lama di perusahaan tersebut. Misalnya dengan pembatasan transaksi di atas
nominal tertentu seharusnya mendapatkan persetujuan dari direktur keuangan.
3. Fraud dapat terdeteksi dari Helen yang tidak menginformasikan kepada departemen
akuntansi bahwa rekening Jackson & Co. telah ditutup. Miscommunication dalam hal
seperti ini dapat menjadi celah bagi Helen untuk melakukan kecurangan dengan melakukan
transaksi yang seharusnya tidak diperbolehkan.

Anda mungkin juga menyukai