Anda di halaman 1dari 17

http://www.atlm.web.id/2013/04/makalah-titrimetri.

html

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisa titrimetri atau analisa volumetric adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu
zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan
reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.

Dalam percobaan dalam laboratorium kita sebagai mahasiswa kimia sering dipertemukan
dengan yang disebutdengan titrasi. titrasi sendiri merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar
suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila
melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang
melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan
reaksi kompleks dan lain sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian Analisa titrimetri atau volumetric

2. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik

3. klasifikasi analisa titrimetri atau volumetric

4. Pembagian Analisa Volumetri

1.3 Tujuan

1. Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan analisa titrimetri atau volumetric

2. Agar dapat mengetahui pembagian analisa titrimetri

3. Dapat mengetahui prinsip dasar pada pembagian analisa volumetric

4. Agar dapat mengetahui reaksi –reaksi kimia pada analisa titrimeti

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian analisa titrimetri atau volumetri

 Beberapa Pengertian dan Istilah Titrimeti

Analisa titrimetri atau analisa volumetrik adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu
zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan
reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.

Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan
konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).

Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.
Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai
perubahan pH.

Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang
dianalisis dan larutan standar.

Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang
menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar.

Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi.
Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa.
Pada kebanyakan titrasi titik ekuivalen ini tidak dapat diamati, karena itu perlu bantuan senyawa lain
yang dapat menunjukkan saat titrasi harus dihentikan. Senyawa ini dinamakan indikator.

2.2 Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik adalah sebagai berikut :

1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.

2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang
kuantitatif/stokiometrik.

3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia maupun secara
fisika.

4. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator
potensiometrik dapat pula digunakan.

Alat-alat yang digunakan pada analisa titrimetri ini adalah sebagai berikut :

1. Alat pengukur volume kuantitatif seperti buret, labu tentukur, dan pipet volume yang telah di kalibrasi.

2. Larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti atau baku primer dan sekunder
dengan kemurnian tinggi.
3. Indikator atau alat lain yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.

2.3 klasifikasi analisa titrimetri atau volumetric

Penggolongan analisis titrimetri ini, berdasarkan ;

1. Reaksi Kimia :

Reaksi asam-basa (reaksi netralisasi)

Jika larutan bakunya adalah larutan basa, maka zat yang akan ditentukan haruslah bersifat asam dan
sebaliknya.

Berdasarkan sifat larutan bakunya, titrasi dibagi atas :

1. Asidimetri adalah titrasi penetralan yang menggunakan larutan baku asam.

Contoh : HCl, H2SO4

2. Alkalimetri adalah titrasi penetralan yang menggunakan larutan baku basa.

3. Contoh : NaOH, KOH

Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)

Yang terjadi adalah reaksi antara senyawa/ ion yang bersifat sebagai oksidator dengan senyawa/ ion
yang bersifat sebagai reduktor dan sebaliknya.

Berdasarkan larutan bakunya, titrasi dibagi atas :

1. Oksidimetri adalah metode titrasi redoks yang dimana larutan baku yang digunakan bersifat sebagai
oksidator.

Yang termasuk titrasi oksidimetri adalah :

 Permanganometri, larutan bakunya : KMnO4

 Dikromatometri, larutan bakunya : K2Cr2O7

 Serimetri, larutan bakunya : Ce(SO4)2, Ce(NH4)2SO4

 Iodimetri, larutan bakunya : I2

2. Reduksimetri adalah titrasi redoks dimana larutan baku yang digunakan bersifat sebagai reduktor.
Yang termasuk titrasi reduksimetri adalah :

 Iodometri, larutan bakunya : Na2S2O3 . 5H2O

Reaksi Pengendapan (presipitasi)

Yang terjadi adalah reaksi penggabungan ion yang menghasilkan endapan/ senyawa yang praktis tidak
terionisasi.

Yang termasuk titrasi pengendapan adalah :

1. Argentometri, larutan bakunya : AgNO3

2. Merkurimetri, larutan bakunya : Hg(NO3)2/ logam raksa itu sendiri.

Reaksi pembentukan kompleks

Titrasi kompleksometri digunakan untuk menetapkan kadar ion-ion alkali dan alkali tanah/ ion-ion
logam. Larutan bakunya : EDTA

Berdasarkan cara titrasi

 Titrasi langsung

 Titrasi kembali (titrasi balik/residual titration)

Berdasarkan jumlah sampel

 Titrasi makro :

Jumlah sampel : 100 – 1000 mg

Volume titran : 10 – 20 mL

Ketelitian buret : 0,02 mL.

 Titrasi semi mikro :

Jumlah sampel : 10 – 100 mg

Volume titran : 1 – 10 mL
Ketelitian buret : 0,001 mL

 Titrasi mikro :

Jumlah sampel : 1 – 10 mg

Volume titran : 0,1 – 1 mL

Ketelitian buret : 0,001 mL

2.4 Pembagian Analisa Volumetri

Berdasarkan atas hasil reaksi antara analit dengan larutan standar, maka analisis volumetri dibagi atas
:

 titrasi asam-basa

 titrasi pengendapan

 titrasi redoks

 titasi pembentukan kompleks (kompleksometri)

1. Titrasi asam – basa

Teori Dasar Titrasi Asam – Basa

1. Teori Asam – Basa menurut Arhennius :

 Asam adalah semua senyawa yang dalam bentuk larutan dapat menghasilkan ion H+.

 Basa adalah semua senyawa yang dalam bentuk larutan dapat menghasilkan ion OH-.

2. Teori Asam – Basa menurut Brownsted Lowry :

 Asam adalah pemberi/ donor proton.

 Basa adalah penerima/ akseptor proton.

3. Teori Asam – Basa menurut Lewis :

 Asam adalah pemberi pasangan elektron.

 Basa adalah penerima pasangan elektron.


Prinsip Titrasi Asam basa

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam
basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan
basa dan sebaliknya.

Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya
secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik
ekuivalen”.

Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume
titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant,
volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant. sebelum melakukan titrasi, ada
Cara Mengetahui Titik Ekuivalen,

Studi kuantitatif mengenai reaksi penetralan asam-basa paling nyaman apabila dilakukan
dengan mengunakan prosedur yang disebut titrasi. dalam percobaan titrasi, suatu larutan yang
konsentrasinya diketahui secara pasti, disebut dengan larutan standar (standard solution),

ditambahkan secara bertahap ke larutan yang lain konsentrasinya tidak diketahui, sampai
reaksi kimia antara kedua larutan tersebut berlangsun sampai sempurna jika kita mengetahui volume
larutan standard dan larutan tidak diketahui yang digunakan dalam titrasi,maka kita dapat
menghitung konsentrasi larutan tidak diketahui itu.
Titrasi asam basa melibatkan reaksi neutralisasi dimana asam akan bereaksi dengan basa dalam
jumlah yang ekuivalen. Titran yang dipakai dalam titrasi asam basa selalu asam kuat atau basa kuat.
Titik akhir titrasi mudah diketahui dengan membuat kurva titrasi yaitu plot antara pH larutan sebagai
fungsi dari volume titran yang ditambahkan.

Cara Melakukan Titrasi Asam Basa :

 Zat penitrasi (titran) yang merupakan larutan baku dimasukkan ke dalam buret yang telah ditera

 Zat yang dititrasi (titrat) ditempatkan pada wadah (gelas kimia atau erlenmeyer).Ditempatkan tepat
dibawah buret berisi titran

 Tambahkan indikator yang sesuai pada titrat, misalnya, indikator fenoftalien

 Rangkai alat titrasi dengan baik. Buret harus berdiri tegak, wadah titrat tepat dibawah ujung buret,
dan tempatkan sehelai kertas putih atau tissu putih di bawah wadah titrat

 Atur titran yang keluar dari buret (titran dikeluarkan sedikit demi sedikit) sampai larutan di dalam
gelas kimia menunjukkan perubahan warna dan diperoleh titik akhir titrasi. Hentikan titrasi !
Sebelum melakukan titrasi, biasanya suatu larutan akan distandarkan terlebih dahulu, Proses
penentuan konsentrasi larutan satandar disebut menstandarkan atau membakukan. Larutan standar
adalah larutan yang diketahui konsentrasinya, yang akan digunakan pada analisis volumetri.

Ada dua cara menstandarkan larutan yaitu:

1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat tertentu, kemudian
diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan ini disebut larutan standar
primer, sedangkan zat yang kita gunakan disebut standar primer.

2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat kemudian
melarutkannya untuk memperoleh volum tertentu, tetapi dapat distandartkan dengan larutan standar
primer, disebut larutan standar skunder.

Zat yang dapat digunakan untuk larutan standar primer, harus memenuhi persyaratan dibawah ini :

1. Mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahui kemurniannya.
Pengotoran tidak melebihi 0,01 sampai 0,02 %

2. Harus stabil

3. Zat ini mudah dikeringkan tidak higrokopis, sehingga tidak menyerap uap air, tidak meyerap CO2 pada
waktu penimbangan.

Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.

 Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot
antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi
tersebut adalah “titik ekuivalent”.

 Memakai indicator asam basa.indikator sendiri adalah zat yang memiliki perbedaan warna mencolok
pada asam atau basa.

Indikator dalam Titrasi Asam – Basa

Indikator yang digunakan dalam titrasi asam – basa dinamakan indikator asam – basa.

No. Nama Warna Trayek pH


Indikator Asam Basa

1. Metil Kuning Merah Kuning Jingga 2,9 – 4,0

2. Metil Jingga Merah Jingga Kuning 3,1 – 4,4

3. Bromo Fenol Blue Kuning Ungu 3,0 – 4,6

4. Merah Metil Merah Kuning 4,2 - 6,2

5. Fenol Merah Kuning Merah 6,4 – 8,0

6. Timol Blue Kuning Biru 8,0 – 9,6

7. Phenolphtalein Tidak Berwarna Merah Ungu 8,0 – 9,8

Bobot Ekuivalen

BE dalam titrasi asam – basa adalah banyaknya mol suatu zat yang setara dengan ion OH- atau ion H+.
Contoh :

 HCl H+ + Cl-

1mol HCl setara dengan 1mol H+ BE HCl = 1 mol

 H2SO4 2H+ + SO42-

1mol H2SO4 setara dengan 2mol H+

½ mol H2SO4 setara dengan 1mol H+ BE H2SO4 = ½ mol

Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan
berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.

Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat
tambahan, dan sangat praktis.Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang
perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan
umumnya adalah dua hingga tiga tetes.Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir
titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih
indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.Keadaan dimana titrasi dihentikan
dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.

Dalam percobaan,Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam suatu
erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai. Selesainya
suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan warna Perubahan ini dapat dihasilkan oleh larutan
standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat yang disebut indikator. Titik di mana terjadinya
perubahan warna indikator ini disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama
dengan titik akhir teoritis (titik ekuivalen). Dalam prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang
disebut kesalahan titrasi .

Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau kita memakai sistem ekivalen
(larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi = jumlah ekivalen
zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya, tergantung dari macam
reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator asam basa
adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi
daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah.

Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa,
maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:

mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa

Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus diatas
dapat kita tulis sebagai:

NxV asam = NxV basa

Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau
jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:

nxMxV asam = nxVxM basa

keterangan :

N = Normalitas

V = Volume.

Titrasi asam-basa juga terbagi atas beberapa jenis :

1. titrasi asam kuat-basa kuat

2. titrasi asam kuat-basa lemah

3. titrasi asam kuat-garam dari basah lemah


4. titrasi basa kuat-garam dari basah lemah

1. Titrasi asam kuat-basa kuat

Titrasi asam kuat-basa kuat contohnya titrasi HCl dengan NaOH. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:

Pada titrasi asam –basa dapat ditulis sesuai reksi diatas, Ion H+ bereaksi dengan OH-membentuk H2O
sehingga hasil akhir titrasi pada titik ekuvalen PH adalah netral.

2. Titrasi asam kuat-basa lemah

Titrasi ini ini Pada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat. Contoh
titrasi ini adalah asam hidroklorida sebagai asam kuat dan larutan amonia sebagai basa lemah.

NH3 (aq) + HCl (aq) NH4Cl (aq)

3. Titrasi asam kuat-garam dari basa lemah

Titrasi basa lemah dan asam kuat adalah analog dengan titrasi asam lemah dengan basa kuat, akan
tetapi kurva yang terbentuk adalah cerminan dari kurva titrasi asam lemah vs basa kuat. Sebagai
contoh disini adalah titrasi 0,1 M NH4OH 25 mL dengan 0,1 HCl 25 mL dimana reaksinya dapat ditulis
sebagai:

NH4OH + HCl -> NH4Cl + H2O

4. Titrasi basa kuat garam dari basa lemah

Contoh titrasi ini adalah :

- Basa kuat : NaOH

- Garam dari basa lemah : CH3COONH4

Persamaan Reaksi :

NaOH + CH3COONH4 → CH3COONa + NH4OH

Reaksi ionnya :

OH- + NH4- → NH4OH

2. Titrasi pengendapan
titrasi pengendapan merupakan suatu proses titrasi yang dapat mengakibatkan terbentuknya
endapan dari zat-zat yang saling bereaksi (analit dan titran ). Suatu reaksi endapan dapat
berkesudahan bila kelarutan endapannya cukup kecil. konsentrasi ion-ion yang akan mengalami
perubahan yang besar di dekat titik ekuvalennya.

Terdapat 3 cara penentuan suatu senyawa dengan titrasi pengendapan yaitu :

 cara mohr

 cara volhard dan,

 cara fayans

pada penentuan dengan cara mohr,dilakukan titrasi langsung dalam larutan netral dan
sebagai indicator digunakan ion kromat, ion kromat bertindak sebagai indikator yang banyak
digunakan untuk titrasi argentometri ion klorida dan bromida. Titik akhir titrasi dalam metode ini
ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata dari perak kromat.

Cara volhard digunakan untuk menetapkan kadar ion klorida secara tidak langsung
dalam suasana asam kuat ke dalam larutan klorida ditambahkan larutan baku perak nitrat dalam
jumlah sedikit dan berlebihan. Kelebihan ion perak dititrasi dengan larutan baku tiosianat
mengunakan indicator Fe(III).Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna merah
senyawa Fe(CNS)2+.titasi ini merupakan titrasi balik digunakan jika reaksi berjalan lambat atu jika tidak
ada indicator pemastian TE.

Cara Fajans menggunakan indikator suatu senyawa organik yang dapat diserap pada
permukaan endapan yang terbentuk selama titrasi argentometri berlangsung.AgNO3digunakan
sebagai titran dan indicator, eiosin,fluoceein.metode ini digunakan untuk menentukan Cl-,Br-,I-,SCN-.

jika suatu larutan klorida di titrasi maka endapan klorida akan mengapsorsi ion Cl-(suatu
endapan mempunyai kecenderungan untuk mengapsorpsi ionnya sendiri), ini disebut lapisan absopsi
kedua muatan yang berlawanan.

Mekanisme kerja dari indicator absorpsi ialah bahwa pada titik ekuvalen, indicator akan
diabsopsi oleh endapan dan selama proses penyerapan ini terjadi perubahan warna pada
indicator. Setelah titik ekuvalen tercapai , ion Ag+ terdapat dalam keadaan kelebihan dan ion Ag+ ini
akan menjadi lapisan adsopsi pertama dan ion NO3- menjadi absopsi kedua. Jika terdapat flouresien
dalam larutan , ion negatif dan floresien akan diapsopsi lebih dahulu karena lebih kuat dari ion
NO3- dan ditandai dengan warna merah muda dari senyawa kompleks antara ion floresienada dan ion
perak pada permukaan setelah kelebihan ion perak.

Titrasi pengendapan mempunyai beberapa cirri-ciri :

 jumlah metode tidak sebanyak titrasi asam basa.

 Kesulitan mencari inkitor yang sesuai.


 Komposisi endapan sering tidak diketahui pasti.

3. Titrasi reduksi-oksidasi

Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor atau oksidator berdasarkan
atas reaksi oksidasi dan reduksi dimana redoktur akan teroksidasi dan oksidator akan tereduksi.

Agar dapat digunakan sebagai dasar titrasi, maka reaksi redoks harus memenuhi persyaratan umum
sebagai berikut :

 Reaksi harus cepat dan sempurna.

 Reaksi berlangsung secara stiokiometrik, yaitu terdapat kesetaraan yang pasti antara oksidator dan
reduktor.

 Titik akhir harus dapat dideteksi, misalnya dengan bantuan indikator redoks atau secara
potentiometrik.

Oleh karena itu banyak unsur-unsur mempunyai lebih dari satu tingkat oksidasi, maka dikenal
beberapa macam titrasi redoks yaitu :

1. Titrasi permanganometri.
2. Titrasi Iodo-Iodimetri
3. Titrasi Bromometri dan Bromatometri
4. Titrasi serimetri
Indikator titrasi redoks
a. indikator spesifik

indicator spesifik yang umum digunakan untuk titrasi redoks adalah amilum, yang membentuk
kompleks biru dengan iodine penampakan warna dari kompleks ini menyebabkan indicator ini sangat
spesifik untuk titrasi ini.

Indicator spesifik lainya adalah ion tiosianat yang digunakan pada titrasi dimana Fe(III) sebagai
partisipan. Sebagai contoh hilangnya warna merah dari Fe(III)/kompeks tiosianat merupakan tanda
titik akhir titrasi dari Fe(III) dengan standar titanium (III).

b. inkator oksidasi reduksi

indicator redoks yang baik akan memberikan respons terhadap perubahan potensial
elektroda suatu system. Inikator ini secara subtansial lebih banyak digunakan dibandingkan dengan
indicator yang spesifik.

Persamaan kimia untuk indikator redoks dapat ditulis sebagai berikut :


In0x + n e- Inred

Karena reaksi di atass reversible, maka potensial elektroda berdasarkan persamaan nerst dapat ditulis
:

E = E0 - 0.0592/ n log [ln red]/[ln ox]

Perubahan warna indicator dari bentuk teroksidasi ke bentuk tereduksi tergantung dari perbandigan
konsentrasinya.

Indicator redoks selektif

indikator Warna beroksidasi Warna terduksi Potensial kondisi


peralihan (V)

Erioglausin A Biru kemerahan Kuning kehijauan + 0.98 0.5 M H2SO4

difemilamin ungu Tidak berwarna +0.76 Asam encer

Metilen biru biru Tidak berwarna +0.53 1 M asam

Indigo biru Tidak berwarna +0.36 1 M asam


tetrasulfonat

phenosafranin nerah Tidak berwarna +0.28 1 M asam

Jenis Jenis Titrasi Redoks

 Yodometri dengan Na2S2O3 sebagai titran

Analat harus berbentuk suatu oksidator yang cukup kuat, karena dalam metode ini analat
selalu direduksi dulu dengan KI sehingga terjadi I2. I2 inilah yang dititrasi dengan Na2S2O3.

Oks analat + I- Red analat + I2 (tanpa indicator, warna iod hilang )

2S2O3 - + I2 S4O6- + 2I- ( indicator amilum )

Reaksi S2O3 - dengan I2 berlansung baik dari segi kesempurnaannya berdasrkan potensial reduksi
masing-masing.

 Sumber kesalahan pada titrasi yodometri ini adalah :

1. Kesalahan oksigen; oksidasi diudara dapat meyebabkan hasil titrasi terlalu tinggi karena dapat
mengoksidasi ion iodide menjadi I2.
2. pada pH tinggi I2 yang terbentuk dapat bereaksi dengan air ( hidolisis )

3. perubahan indiator amilum yang terlalu awal.

4. Waktu reaksi anaklat dengan KI yang berjalan lambat, menyebabakan kemungkinan iod menguap.

 Yodimetri dengan I2 sebagai titran

Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat sehingga banyak zat-zat yang merupakan
reduktor yang cukupk uat dapat dititrasi ,indicator ialah amilum dengan perubahan tak berwarna
menjadi biru.

Ketidakstabilan iod disebabkan oleh :

1. Penguapan iod

2. Reaksi iod dengan karet, gabus, dan bahan organic lain yang mungkin masuk dalam larutan lewat
debu dan asap.

3. Oksidasi oleh udara pada pH rendah ; oksodasi ini dipercepat oleh cahaya dan panas.

 Titrasi dengan oksidator kuat sbagai titran.

1. KMnO4 (permanganometri)

2. K2Cr2O7 (kalium dikromat)

3. Cerium tetravalent

Aplikasi Titrasi Redoks

Salah satu aplikasi titrasi redoks khususnya iodometri dengan I2 sebagai titran adalah untuk
menentukan bilangan iod lemak dan miyak.Karena kemampampuan mengoksidasi yang tidak besar,
tidak banyak zat yang dapat dititrasi berdasarkan iodometri langsung. Pengunaan ini memeanfaatkan
kesangupan ikatan rangkap zat organic untuk mengadisi iod. Penentuan kadar vitamin C (asam
arkobat) pun dapat dialakukan dengan titrasi ini.

Aplikasi lain dadi titrasi redoks ini adalah penentuan kadar air cara Karl Fischer. Pereaksinya
tediri dari iod, belerang dioksida, piridin dan methanol. Iod dan belerang dioksida membentuk
kompleks dengan piridin, dan bila terdapat air, maka kedua kompleks ini dengan kelebihan piridin
beraksi dengan air.

4. Titrasi Kompleksometri
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara
kation dengan zat pembentuk kompleks. Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang
meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang
menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena
itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan
diterapkan pada titrasi.

Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan memanfaatkan reaksi
kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang umum di indonesia EDTA.

EDTA adalah pereaksi luar biasa:

a. Dapat membentuk kelat dengan semua kation

b. Kelat-kelat tersebut cukup stabil membrntuk dasar pada metode titrimetri.kestebialn yang besar
disebabkan karena kompleks yang terbentuk berupa molekul dengan struktur melingkar dalam kation
yang dikelilingi dan diisolasi dari molekul pelarut.

 Perhitungan kesetimbangan yang melibatkan EDTA

Kurva titrasi untuk reaksi antara Kation Mn+ dengan EDTA menampilkan hubungan antar pM
vs Titran. Nilai pM secara cepat dapat dihitung pada tahap awal titrasi denga asumsi bahawa
konsentrasi pada saat kesetimbangan ion Mn+ sama dengan konsentrasi analitiknya yang diperoleh
dari data stokiometri.

Perhitungan konsentasi Mn+ pada dan setalah titik ekuivalen memerlukan persamaan
kesetimbangan. Perhitungan pada daerah ini sulit dan butuh waktu jika PH tidak diketahui dan
bervariasi tergantung pada nilsi pHnya. Beruntung sekali karena titrasi EDTA selalu dilakukan pada
pada larutan yang dipertahankan pHnya untuk mencegah gangguan kation lain menjamin tetap
berfungsinya indicator.

 Indicator untuk titrasi dengan EDTA

Relley dan Bernard telah mendaftarkan hamper 200 senyawa organic yang dapat digunakan
sebagai ion logam dan EDTA (sering disebut sebagai indicator metaokromatik)

Beberapa contoh antara lain :

a. Hitam eriokrom

Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10 senyawa ini
berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu sendiri berwarna
merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12. Umumnya titrasi dengan
indikator ini dilakukan pada pH 10.
b. Jingga xilenol

Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana alkali.
Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada titrasi dalam suasana
asam.

c. Biru Hidroksi Naftol

Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH 12 –13 dan menjadi
biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.
Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk logam yang dengan cepat
membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat membentuk senyawa kompleks dilakukan
titrasi kembali. Ion logam dapat menerima pasangan elektron dari donor elektron membentuk
senyawa koordinasi atau ion kompleks. Zat yang membentuk senyawa kompleks disebut ligan. Ligan
merupakan donor pasangan elektron logam merupakan akseptor pasangan electron

d. Terio T (EBT) adalah contoh indiator metalokromatik yang biasa digunakan pada

titrasi beberapa kation umum. Seyaw ini mengandung gugus sulfonat yang terdisiosisasi dalam air
dan 2 gugus fenol yang terdisosiasi sebagian.

Jenis-jenis titrasi EDTA, yaitu :

1. Titrasi langsung

2. Titrasi balik

3. Titrasi penggantian atautitrasi substitusi

4. Titrasi alkalimetri
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

analisis volumetric tebagi atas beberapa macam yaitu sebagai berikut :

Titrasi asam basa adalah titrasi yang melibatkan reaksi neutralisasi dimana asam akan bereaksi dengan
basa dalam jumlah yang ekuivalen. Titran yang dipakai dalam titrasi asam basa selalu asam kuat atau
basa kuat. Titik akhir titrasi mudah diketahui dengan membuat kurva titrasi yaitu plot antara pH
larutan sebagai fungsi dari volume titran yang ditambahkan.

titrasi pengendapan merupakan suatu proses titrasi yang dapat mengakibatkan terbentuknya
endapan dari zat-zat yang saling bereaksi (analit dan titran ).

Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor atau oksidator
berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi dimana redoktur akan teroksidasi dan oksidator akan
tereduksi.

Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara


kation dengan zat pembentuk kompleks. Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang
meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan
kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan agar penulisan makalah selanjutnya bias lebih
baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai