SKRIPSI
Oleh:
WILDA RIFKI
130306039
SKRIPSI
Oleh:
WILDA RIFKI
130306039
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana
di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
adalah benar merupakan gagasan dari hasil penelitian saya sendiri dibawah arahan
komisi pembimbing. Semua data dan sumber informasi yang digunakan dalam
skripsi ini telah dinyatakan secara jelas dan dicantumkan dalam daftar pustaka
dibagian akhir skripsi serta dapat diperiksa kebenarannya. Skripsi ini juga belum
pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program studi sejenis di perguruan
tinggi lain.
Wilda Rifki
NIM. 130306039
ABSTRAK
WILDA RIFKI, 2018. “Analisis Sistem Bagi Hasil Usaha Peternakan Sapi Potong
di Desa Klambir V Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.”
Dibimbing oleh YUSUF LEONARD HENUK dan ARMYN HAKIM DAULAY.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen sistem bagi hasil
yang ada di daerah tersebut, menganalisis pendapatan dan keuntungan pemilik
modal dan penggaduh serta persentase kontribusi usaha peternakan dalam
memenuhi pendapatan keluarga peternak.Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Klambir V Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang selama 2
bulan yaitu pada bulan Juli 2017 sampai dengan Agustus 2017. Penelitian ini
menggunakan data primer yang didapat dari observasi dan wawancara responden.
Lokasi penelitian dan penentuan responden ditentukan secara purposive. Data
sekunder diperoleh dari instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistikdan
kantor Kepala Desa Klambir V Kebun. Responden terdiri dari 35 orang
penggaduh yang terbagi dalam 3 skala kepemilikan yaitu 16 orang untuk skala
3-11 ekor (skala kecil) , 10 orang untuk skala 12-20 ekor (skala menengah) dan 9
orang untuk skala >20 ekor (skala besar) .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem bagi hasil yang di laksanakan
di Desa Klambir V Kebun adalah sistem bagi hasil penggemukan sapi jantan
dengan pembagian hasil 50:50. Setelah dianalisis ternyata pendapatan yang
diterima pemilik modal dan penggaduh berbeda karena dalam usaha ini peternak
penggaduh yang mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan ternak sedangkan
pemodal hanya memberikan bakalan. Semakin besar skala usaha maka semakin
besar pendapatan yang didapat. Usaha peternakan sapi potong dengan sistem bagi
hasil ini mempunyai nilai r/c ratio >1, yaitu pada skala kecil 1,48, pada skala
menengah 1,58 dan pada skala besar 1,62, yang artinya usaha ini layak untuk
diusahakan . Kontribusi peternakan pada setiap skala secara berurutan adalah
53,40%, 60,22% dan 67,79% Peternakan dapat dikategorikan sebagai cabang
usaha karena memberikan kontribusi sebesar 30-70% dalam memenuhi
pendapatan rumah tangga penggaduh.
i
ABSTRACT
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di kota Medan pada tanggal 14 Mei 1996. Penulis adalah
anak dari Bapak Suhatri Moenir dan Ibu Delismawati, yang merupakan anak
di SMP Negeri 7 Medan yang selesai pada tahun 2010 dan melanjutkan ke
sekolah menengah atas di SMA Negeri 3 Medan pada tahun 2013. Pada tahun
Negeri pada Kegiatan Penguatan Pakan Induk Sapi Potong 2017, Asisten
2016, Asisten Praktikum Tataniaga Ternak 2016 dan Asisten Praktikum Produksi
Kelapa Sawit (PPKS) Bukit Sentang, Desa Securai Utara, Kecamatan Babalan,
Kabupaten Langkat pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2016 dan
Kabupaten Deli Serdang pada bulan Juni sampai dengan Juli 2017.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Analisis Sistem Bagi Hasil Usaha Peternakan Sapi Potong di Desa Klambir V
orang tua penulis yang telah memberikan doa serta dukungan kepada penulis
Prof. Ir. Yusuf Leonard Henuk, M.Rur.,Sc., Ph.D., selaku ketua komisi
pembimbing, kepada Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA.,ˏ selaku anggota komisi
dalam menyelesaikan skripsi ini dan kepada Ir. Iskandar Sembiring, MM., selaku
perkuliahan.
Utara stambuk 2013 yang tidak dapat penulis ucapkan satu per satu yang telah
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi
perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak yang membutuhkan.
iv
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK .......................................................................................................... i
ABSTRACT ........................................................................................................ ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
Tujuan Penelitian ................................................................................................ 4
Kegunaan Penulisan ............................................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Lokasi penelitian ................................................................... 5
Sapi Potong ......................................................................................................... 6
Usaha Peternakan Sapi Potong Di Indonesia ...................................................... 8
Sistem Bagi Hasil ................................................................................................ 9
Peranan Usaha Peternakan terhadap Pendapatan Peternak ................................. 12
Biaya Produksi .................................................................................................... 12
Penerimaan ......................................................................................................... 13
Pendapatan .......................................................................................................... 14
B/C Ratio (Benefit Cost Ratio)............................................................................ 15
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ............................................................ 16
Jenis Penelitian .................................................................................................... 16
Metode Penentuan Lokasi dan Pengambilan Sampel Penelitian ........................ 16
Metode Pengumpulan Data ................................................................................. 17
Metode Analisis Data .......................................................................................... 18
Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong ............................................ 18
Biaya Produksi ........................................................................................... 18
v
Penerimaan ................................................................................................ 18
Pendapatan ................................................................................................. 19
R/C ratio..................................................................................................... 19
Kontribusi Usaha Ternak Sapi Potong terhadapTotal Pendapatan
Rumah Tangga Penggaduh ............................................................................. 20
Definisi dan Batasan Operasional
Definisi ........................................................................................................... 21
Batasan Operasional ....................................................................................... 22
LAMPIRAN ........................................................................................................ 43
vi
DAFTAR TABEL
No. Hal.
4. Total Biaya Produksi selama 1 Periode Usaha Sapi Potong Sistem Bagi
Hasil di Desa Klambir V Kebun ................................................................. 29
8. Nilai R/C Rasio Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil
di Desa Klambir V Kebun ............................................................................ 37
vii
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
9. Nilai R/C Ratio Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di Desa
Klambir V Kebun ........................................................................................ 60
ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang
nasional yang sangat penting, karena salah satu tujuan pembangunan dibidang
Utara pada umumnya masih merupakan usaha peternakan rakyat dengan pola
peternakan sapi potong sebagai salah satu usaha perlu terus dikembangkan,
terutama usaha peternakan sapi potong bersifat usaha keluarga. Usaha peternakan
sapi potong merupakan usaha yang cukup menjanjikan melihat tingkat kebutuhan
peternak sehari-hari.
adanya sebuah manajemen pengelolaan usaha peternakan yang tepat, baik disisi
1
2
dengan pengelolaan modal yang baik. Manajemen modal yang baik mencakup
efisiensi penggunaan biaya tetap dan biaya variabel. Biaya-biaya tersebut dalam
dalam pemanfaatannya harus efisien agar tingkat laba yang diperoleh dapat
Ada salah satu kerjasama yang dapat membantu peternak untuk memiliki
modal awal dalam memulai suatu usaha peternakan. Kerjasama tersebut adalah
sistem bagi hasil atau biasa juga disebut sistem gaduhan. Gaduhan merupakan
pola bagi hasil yang dilakukan antara pemberi modal dan peternak. Dalam hal ini
kepada petani peternak yang ingin memelihara sapi tetapi terkendala modal. Pada
saat pemberian modal berupa sapi oleh pemilik sapi kepada pihak yang ingin
yang sama atau seimbang. Kerja sama yang dilakukan tersebut berdasarkan atas
asas saling percaya, dan biasanya penggaduh adalah orang yang sudah dikenal
Apabila pemilik hewan ternak dan penggaduh berada dalam wilayah yang sama
langsung dan berkala, pemilik hewan ternak dapat melakukan sendiri sistem
gaduh tersebut.
Sistem bagi hasil (gaduhan) adalah sistem kerjasama yang paling banyak
digunakan oleh peternakan rakyat. Dari hasil survei awal yang telah
banyak yang melakukan usaha peternakan dengan sistem bagi hasil. Banyak
kurangnya ketersediaan modal yang dimiliki, maka dari itu peternak mencari cara
dengan melakukan usaha peternakan dengan sistem bagi hasil. Berdasarkan hal
tersebut diatas peneliti merasa tertarik untuk melaksakan penelitian tentang sistem
bagi hasil sapi potong yang ada di Desa Klambir V Kebun Kecamatan Hamparan
Perak.
Rumusan Masalah
Kebun?
usaha ternak sapi potong dengan sistem bagi hasil yang dijalankan terhadap
Kebun?
4
Tujuan Penelitian
peternak penggaduh dari sistem bagi hasil yang dilaksanakan di Desa Klambir
V Kebun.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai sumber informasi dan menjadi salah satu bahan rujukan dalam
Perak Kabupaten Deli Serdang. Hamparan Perak merupakan salah satu kecamatan
dengan Kota Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara. Keadaan iklim di
wilayah Hamparan Perak seperti daerah pantai lainnya di Kabupaten Deli Serdang
dipengaruhi oleh iklim musim yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan
suhu udara antara 18-350C. Luas Kecamatan Hamparan Perak ± 263 Km2 (26.300
Ha) atau 9,21 % dari luas Kabupaten Deli Serdang. Hamparan Perak terdiri dari
20 desa dan 219 dusun. Jumlah penduduk Kecamatan Hamparan Perak dari tahun
5
6
Kabupaten Deli Serdang yang memiliki jumlah populasi ternak khususnya sapi
potong yang tertinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1. berikut:
Sapi Potong
Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai
penghasil daging. Sapi potong biasa disebut sebagai sapi tipe pedaging. Sapi
baik. Adapun ciri-ciri sapi pedaging adalah seperti berikut: tubuh besar,
berbentuk persegi empat atau balok, kualitas dagingnya maksimum dan mudah
7
lama dipelihara oleh sebagian masyarakat sebagai tabungan dan tenaga kerja
usaha ternak sapi potong sebagian besar berupa usaha rakyat untuk menghasilkan
antara lain : 1) sapi potong dapat memanfaatkan bahan makanan yang rendah
lokasi atau tanah yang kurang produktif untuk pertanian tanaman pangan dan
murah dari pada usaha ternak lain, 4) usaha sapi potong dapat dikembangkan
pertanian dan tanaman perkebunan selain dapat memperbaiki struktur tanah yang
Ternak sapi potong atau sapi pedaging adalah peternakan yang umum
dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Kebanyakan cara beternak sapi potong yang
dilakukan masih dalam skala kecil atau dapat di katakan usaha sampingan. Karena
untuk beternak sapi dengan skala peternakan yang lebih besar dibutuhkan modal
yang tidak sedikit. Usaha peternakan sapi potong merupakan usaha yang sangat
layak di jalani, mengingat kebutuhan daging sapi masih sangat tinggi dan masih
belum dapat dipenuhi oleh peternak lokal (Sudarmono dan Sugeng, 2008).
Dalam usaha peternakan sapi potong, ada tiga jenis peternakan, yaitu
peternakan sapi potong, usaha peternakan penggemukan sapi potong adalah jenis
peternakan sapi potong yang memiliki perputaran modal paling cepat. Usaha
penggemukan sapi potong biasanya di mulai dengan membeli sapi jantan yang
berusia 2,5 tahun ke atas untuk digemukkan selama 3-4 bulan, kemudian di jual
kembali. Perputaran modal pada usaha penggemukan sapi potong jauh lebih cepat
di bandingkan dengan usaha sapi potong yang berorientasi pada usaha pembibitan
sapi potong. Keuntungan di dalam usaha pembibitan sapi potong baru akan
dirasakan dalam satu tahun, karena sapi menghasilkan anakan satu tahun sekali
(Murtidjo, 1999).
petani yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan dimasa depan. Hal ini
terbukti dengan semakin banyak diminati masyarakat baik dari kalangan peternak
kecil, menengah maupun swasta atau komersial. Tujuan dari usaha penggemukan
sapi adalah untuk meningkatkan produksi daging sapi per satuan ekor,
9
meningkatkan jumlah penawaran daging secara efisien tanpa memotong sapi lebih
sapi betina umur produktif (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi, 2007).
tradisional. Hal ini disebabkan karena ternak sapi tidak dipelihara secara khusus
tetapi mempunyai beberapa fungsi, antara lain sebagai penghasil pupuk kandang,
dapat diuangkan dan pakannya hanya menggantungkan pada sisa hasil pertanian
atau ikatan usaha bersama dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha
tersebut dibuat perjanjian adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan
didapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan
dalam aturan syari’ah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus
penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai
Pola bagi hasil dibagi menjadi tiga jenis, yaitu bagi hasil penggemukan,
bagi hasil induk dan pola bagi hasil pemberian kredit, yang selanjutnya
10
Berdasarkan perjanjian yang dibuat bagi hasil keuntungan dihitung setelah ternak
dijual. Prosentase bagi hasil 50:50; 60:40 atau 70:30 untuk pemilik modal :
modal yang lain seperti kelompok ternak. Kebanyakan pemilik modal terbagi
Sama dengan bagi hasil penggemukan, bagi hasil induk terbagi jadi dua
jenis yaitu formal dan nonformal kontrak. Secara umum bagi hasil induk, ternak
yang diberikan ke peternak adalah induk atau induk yang bunting. Peternak yang
diprioritaskan yang memiliki sendiri lahan untuk sumber pakan ternak. Bagi hasil
dilakukan setelah adanya anak sapi yang telah lahir. Tergantung kesepakatan
antara pemilik modal dan peternak, umumnya anak sapi pertama untuk pemodal
dan anak sapi kedua untuk peternak. Pemilik modal sama dengan bagi hasil
3. Pemberian Kredit
kredit pinjaman ini sebagian besar untuk jenis sapi perah. Peternak yang
perseorangan. Pemilik modal atau pemberi kredit adalah dari pemerintah atau
karena berkaitan dengan pendapatan baik untuk pemilik modal dan peternak,
(Widi, 2004).
yang dititipkan oleh pemilik hewan ternak kepada orang lain, untuk
2. Waktu tertentu termaksud pada ayat (1) tidak boleh kurang dari 5 (lima)
tahun, dalam hal yang dipeternakkan atas dasar bagi-hasil itu ialah ternak
ternak, yang harus diberikan kepada pemilik adalah jumlah pokok semula
(2) sampai dengan ayat (3) pasal ini ditetapkan dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.
campuran (mix farming) dengan ternak sebagai cabang usaha, dengan tingkat
pendapatan dari usaha ternak 30-70% (semi komersial atau usaha terpadu).
sebagai usaha pokok dan komoditi pertanian sebagai usaha sambilan, dengan
(komoditi pilihan)
(Saragih, 2000).
Biaya Produksi
proses produksi, dapat diduga dan dapat dinyatakan secara kuantitatif. Biaya
dibebankan menjadi beberapa jenis, yaitu (1) biaya alternatif (2) biaya implisit (3)
biaya sirna dan (4) biaya langsung dan tidak langsung (Djojodiporo, 1994).
13
Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan,
baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung
(Soekartawi, 2003).
Beberapa konsep tentang biaya seperti: biaya variabel, biaya tetap, dan
biaya total.
1. Biaya Variabel
bertambah, maka biaya biaya variabelnya juga meningkat. Biaya variabel yang
variabel cost).
2. Biaya Tetap
pada masing-masing unit disebut biaya tetap rata-rata (average fixed cost).
3. Biaya Total
perusahaan atau dengan kata lain biaya total ini merupakan jumlah dari biaya
tetap dan biaya variabel. Biaya total yang dibebankan pada setiap unit disebut
Penerimaan
dengan harga jual, dan pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan
14
dan semua biaya. Penerimaan adalah hasil dari perkalian jumlah produksi dengan
harga jual sedangkan pendapatan yaitu selisih dari total penerimaan dengan total
Pencatatan adalah hal yang paling penting dalam menjalankan setiap jenis
pendapatan dalam jumlah yang besar maupun kecil harus dilakukan secara teliti
sehinga analisis dan perhitungan laba rugi suatu usaha peternakan dapat dilakukan
dengan hasil yang mencerminkan potensi usaha. Dalam sistem usaha peternakan
yang bersifat tradisional pendataan tidak perlu dilakukan, karena fungsi ternak
hanya sebagai tabungan yang sewaktu-waktu bisa dijual jika ada keperluan yang
sendiri oleh pemilik sapi, biasanya tidak diperhitungkan. Demikian juga dengan
Pendapatan
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial dan faktor ekonomi. Pendapatan
usaha ternak sapi sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang dijual oleh
peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak sapi maka semakin
kegiatan usaha, menemukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen itu
15
masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila
Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan
r/c > 1. Semakin besar nilai r/c semakin besar pula tingkat keuntungan yang akan
diperoleh dari usaha tersebut. Rumus yang digunakan dalam menghitung r/c ratio
adalah:
memberikan manfaat bila nilai r/c ratio > 1. Semakin besar nilai r/c ratio maka
semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya, semakin kecil nilai r/c rationya
METODE PENELITIAN
Kabupaten Deli Serdang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2017 sampai dengan bulan
Agustus 2017.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif deskriptif, dimana secara kualitatif
yaitu peneliti menggambarkan bagaimana manajemen dari sistem bagi hasil di Desa Klambir V
Kebun Kecamatan Hamparan Perak. Secara kuantitatif yaitu peneliti menggambarkan besarnya
pendapatan dan keuntungan yang didapatkan oleh peternak penggaduh di Desa Klambir V
pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Sampel yang digunakan adalah
peternak penggaduh yang melakukan usaha peternakan sapi potong dengan sistem bagi
informasi yang diperoleh, yaitu daerah tersebut merupakan salah satu dari 20 desa yang ada
di Kecamatan Hamparan perak yang memiliki jumlah peternak yang banyak, populasi sapi
potong terbanyak dalam satu kecamatan dan sesuai dengan rumusan masalah yang akan
diidentifikasi. Berikut adalah tabel yang menunjukkan populasi ternak yang ada di
Dari tabel 2. Dapat dilihat bahwa jumlah populasi ternak sapi potong pada Desa
Klambir V kebun merupakan populasi terbesar diantara pada desa lainnya. Hal ini yang
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung serta wawancara langsung dengan
menggunakan kuisioner yang telah disediakan. Data sekunder diperoleh dari berbagai jurnal
ilmiah, text book, skripsi (laporan penelitian), serta lembaga terkait seperti Badan Pusat Statistik
Metode yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah kualitatif
dan kuantitatif. Analisis kualitatif menggambarkan permasalahan yang ada di lapangan yaitu
manajemen sistem bagi hasil di Desa Klambir V Kebun Kecamatan Hamparan Perak,
selanjutnya akan dikaji dengan dikaitkan dengan pustaka yang sudah terlampir. Analisis
penggaduh serta persentase kontribusi peternakan terhadap total pendapatan rumah tangga
yang diperoleh penggaduh di Desa Klambir V Kebun Kecamatan Hamparan Perak. Dari hasil
tersebut kemudian ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang
Analisa data yang digunakan untuk mengetahui pendapatan usaha ternak sapi potong di
1. Biaya Produksi
TC = FC + VC
Keterangan :
(Kasim, 2004).
2. Penerimaan
Penerimaan adalah hasil perkalian antara jumlah keseluruhan hasil fisik yang diperoleh
dikalikan dengan harga masing-masing. Secara umum untuk menghitung penerimaan usaha
TR = Y. Py
19
Keterangan :
(Soekartawi, 1995).
3. Pendapatan
Pendapatan yang didapat dari usaha sapi potong merupakan hasil dari total penerimaan
dikurangkan dengan total biaya yang dikeluarkan. Secara umum untuk menghitung pendapatan
Pd = TR - TC
Keterangan :
(Kasim, 2004).
dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk. Dirumuskan sebagai berikut :
TR
R/C ratio =
TC
Keterangan:
20
Apabila:
Kontribusi Usaha Ternak Sapi Potong terhadap Total Pendapatan Rumah Tangga
Peternak Penggaduh
diperoleh dari persentase pendapatan yang didapat dari usaha ternak sapi potong terhadap
pendapatan total yang dihasilkan penggaduh. Persamaan yang digunakan adalah sebagai
berikut:
X1
K= x 100%
Y
Keterangan :
K = Kontribusi usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan rumah tangga peternak
penggaduh (%)
Definisi
21
1. Peternak penggaduh dalam penelitian ini adalah peternak sapi potong yang melaksanakan
usaha sapi potong dengan menerima modal awal dari pemilik modal yang kemudian
2. Pemilik modal dalam penelitian ini adalah seseorang atau perusahaan yang memberikan
modal awal berupa sapi kepada peternak yang memiliki wewenang untuk menentukan
3. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh peternak yang tidak dipengaruhi
4. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi.
5. Biaya produksi adalah total biaya yang dikeluarkan selama melakukan usaha dalam periode
tertentu yang terdiri dan biaya tetap dan biaya tidak tetap.
6. Penerimaan adalah jumlah keseluruhan hasil fisik yang diperoleh dikalikan dengan harga
masing-masing.
7. Pendapatan adalah hasil dari total penerimaan dikurangkan dengan total biaya yang
dikeluarkan.
8. R/C ratio adalah analisis yang digunakan untuk melihat sejauh mana efisiensi suatu usaha
dengan membandingkan antara nilai penerimaan yang diperoleh dengan nilai biaya yang
dikeluarkan.
9. Sistem bagi hasil adalah pola bagi hasil yang dilakukan antara pemilik modal dan peternak.
Dalam hal ini terdapat perorangan atau perusahaan yang memberikan modal berupa sapi
kepada petani peternak yang ingin memelihara sapi tetapi terkendala modal. Kemudian
ada kesepakatan yang terbangun sebelumnya, dari kesepakatan tersebut kedua belah pihak
Batasan Operasional
22
3. Sampel penelitian adalah peternak penggaduh yang melaksanakan usaha peternakan sapi
potong dengan sistem bagi hasil di desa Klambir V Kebun kecamatan Hamparan Perak
4. Ruang lingkup penelitian ini adalah manajemen sistem bagi hasil usaha peternakan sapi
potong sistem bagi hasil dan pendapatan serta keuntungan sistem bagi hasil di desa Klambir
V Kebun Kebun kecamatan Hamparan Perak kabupaten Deli Serdang. Analisis pendapatan
Karakteristik Responden
dengan sistem bagi hasil sebanyak 35 orang di desa Klambir V Kebun kecamatan
berikut:
Menurut data yang terolah pada tabel 3. dapat dilihat bahwa rentang usia
sebanyak 9 orang dengan persentase 25,7% dan rentang usia dengan persentase
terendah yaitu usia >55 tahun sebanyak 1 orang dengan persentase 2,9%. Para
peternak penggaduh berada pada jenjang usia yang produktif sesuai dengan data
BPS yang menyatakan bahwa batas usia untuk bekerja dimulai dari usia 15 tahun
hingga 64 tahun, yang dibedakan menjadi 2 kategori, yang pertama usia sangat
produktif (15-49), dan kedua usia produktif (50-64). Usia produktif ini dapat
Untuk usaha peternakan sapi potong dibutuhkan banyak tenaga, oleh karena itu
menerima informasi dan inovasi baru untuk mengelola usahanya sehingga dapat
25
memperoleh pendapatan dan keuntungan yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan
(14,4%). Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa para peternak memiliki
pengalaman yang cukup lama dalam beternak sehingga dari pengalaman tersebut
dapat membuat peternak lebih tahu bagaimana cara menyikapi perkembangan atau
inovasi yang harus dilakukan untuk kemajuan usahanya. Pengalaman juga sangat
ternak yang dipelihara peternak persentase yang banyak adalah 3 sampai 11 ekor
orang (28,6%) dan jumlah ternak diatas 20 ekor sebanyak 9 orang (25,7%).
banyak dijumpai adalah wiraswasta atau berdagang, selebihnya peternak ada yang
kebersihan, pensiunan dan bahkan ada yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Dari
diatas Rp 2.000.000,-.
Sistem bagi hasil sapi potong di Desa Klambir V Kebun dilakukan dengan
biasanya hanya secara lisan saja dengan kesepakatan bersama tanpa adanya surat-
surat kuasa dan sebagainya. Pemilik modal biasanya dari perorangan, bukan dari
perusahaan dan banyak yang bukan berasal dari Desa Klambir V Kebun. Ada 2
sistem bagi hasil yang ada di Desa Klambir V Kebun, yaitu bagi hasil
penggemukan dan bagi hasil induk. Untuk bagi hasil penggemukan, hasil yang
didapat nantinya dibagi 50:50, yaitu keuntungan dari penjualan ternak dibagi
sama rata antara pemilik modal dan peternak penggaduh, modal awal kembali
kepada pemilik modal. Adapun untuk bagi hasil induk, pembagian hasilnya yaitu
apabila induk melahirkan maka anakan akan dipelihara terlebih dahulu, kemudian
jika sudah memasuki masa lepas sapih, anakan akan dijual dan hasil penjualan
dibagi 2 antara pemilik modal dan peternak penggaduh. Hal ini sesuai dengan
yang tertera pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 pasal 17 ayat 1, tentang
bagi hasil ternak dan persewaan ternak; peternakan atas dasar bagi hasil ialah
penyerahan ternak sebagai amanat, yang dititipkan oleh pemilik hewan ternak
bahwa dalam waktu tertentu titipan tersebut dibayar kembali berupa ternak
keturunannya atau dalam bentuk lain yang disetujui oleh kedua pihak.
Dari kedua sistem bagi hasil yang ada di Desa Klambir V Kebun,
27
menguntungkan karena banyak modal yang harus dikeluarkan baik dari segi
waktu maupun biaya pemeliharaan anakan dan induk, sedangkan bagi hasil
kembali.
Modal yang diberikan oleh pemilik modal adalah berupa sapi jantan
dengan jenis umumnya sapi PO dan sapi lokal. Jumlah yang diberikan tergantung
Lole (1995), dimana pada satu pihak, petani/peternak memiliki tenaga kerja, lahan
usaha dan keterampilan beternak, tetapi tidak memiliki ternak sendiri telah
tenaga kerja. Pada pihak lain pemodal memiliki modal (ternak bakalan dan uang
tunai), tetapi tidak memiliki tenaga kerja yang cukup telah menciptakan
Hasil yang didapat biasanya dalam 1 kali penjualan saja yaitu pada saat
hari raya Idul Adha (kurban), karena sistem bagi hasil yang digunakan adalah
memiliki waktu yaitu ± 6 bulan lamanya. Apabila dalam pemeliharaan ada ternak
yang mati karena penyakit maka peternak tidak diberikan denda atau sanksi.
Namun apabila ternak mati karena kelalaian peternak seperti ditabrak kendaraan
28
maka peternak harus mengganti sesuai dengan perjanjian dengan pemilik modal.
memiliki pengalaman beternak, rajin dalam bekerja, jujur dan dapat dipercaya.
Peternak pnggaduh yang dipilih juga sebaiknya memiliki keluarga yang bisa
dunia maka dapat digantikan oleh keluarga yang lain. Pemilik modal terkadang
antara pemilik modal dan peternak penggaduh tidak ada batasan waktu selama
pembagian hasil masih sesuai dengan perjanjian dan tidak ada yang melakukan
kecurangan. Maka dari itu hubungan kerjasama ini didasari dengan adanya
dengan sistem bagi hasil adalah untuk mengisi waktu luang yang ada dan juga
adanya keinginan untuk beternak namun kekurangan modal. Oleh sebab itu
peternak memilih sistem bagi hasil ini karena sangat membantu dalam modal awal
hidup dan juga dapat menjadi tabungan sewaktu-waktu jika ada keperluan
mendesak.
29
usaha yang dijalankan bisa menutupi total biaya produksi yang sudah dikeluarkan.
Variabel yang dihitung adalah penerimaan, biaya tetap, biaya variabel, total biaya
produksi, pendapatan yang diperoleh dan Return Cost Ratio (R/C Ratio). Peternak
sapi jantan yang dibedakan menjadi 3 skala kepemilikan, yaitu penggaduh dengan
jumlah ternak 3-11 ekor (skala kecil) sebanyak 16 orang, penggaduh dengan
jumlah ternak 12-20 ekor (skala menengah) sebanyak 10 orang dan penggaduh
dengan jumlah ternak >20 ekor (skala besar) sebanyak 9 orang, dengan 1 periode
Biaya Produksi
Biaya produksi adalah total penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel
yang dikeluarkan untuk setiap pemeliharaan ternak. Berikut dapat dilihat pada
Tabel 4. Total Biaya Produksi selama 1 Periode Usaha Sapi Potong Sistem Bagi
Hasil di Desa Klambir V Kebun
Peternak Penggaduh
No. Uraian
3-11 ekor 12-20 ekor >20 ekor
1. Biaya Tetap
- Penyusutan Kandang 184.375 298.000 755.556
- Penyusutan Peralatan 52.972 131.475 148.105
Total Biaya Tetap 237.347 429.475 903.660
2. Biaya Variabel
- Pembelian Bakalan 53.468.750 111.000.000 234.277.778
- Garam/suplemen 208.500 451.200 973.333
- Obat-obatan 299.125 611.200 1.293.889
- Tenaga Kerja 5.400.000 5.400.000 5.400.000
Total Biaya Variabel 59.376.375 117.462.400 241.945.000
Total Biaya Produksi 59.613.722 117.891.875 242.848.660
Total Biaya Produksi per ekor 8.372.346 7.991.026 7.762.587
Sumber : Data Primer Terolah, 2017.
30
Biaya Tetap
Dari tabel 4. dapat dilihat bahwa komponen yang ada pada biaya tetap
adalah biaya penyusutan kandang dan biaya penyusutan peralatan. Semakin besar
skala kepemilikan maka semakin besar pula biaya tetap yang dikeluarkan karena
3-11 ekor adalah Rp 237.347,-, skala kepemilikan 12-20 ekor biaya tetapnya
sebesar Rp 429.475,- dan pada skala kepemilikan >20 ekor biaya tetapnya sebesar
Rp 903.660,-.
3-11 ekor biaya penyusutan kandang sebesar Rp 184.375,-. Kemudian pada skala
kepemilikan 12-20 ekor sebesar Rp 298.000,- dan yang tertinggi pada skala
>20 ekor yaitu sebesar Rp 755.556,-. Hal ini tergantung pada luas lahan dan bahan
yang digunakan. Kondisi kandang yang ada di desa Klambir V Kebun masih
kandang seperti atap yang umumnya digunakan dari seng, lantai sebagian ada
yang disemen dan ada yang hanya menggunakan padatan tanah, untuk dinding
kandang ada yang menggunakan kayu, bambu dan ada juga yang menggunakan
beton.
Biaya penyusutan peralatan tergantung pada jenis peralatan, harga yang berlaku
31
pada setiap peralatan dan juga jumlah peralatan yang digunakan. Peralatan yang
digunakan dalam usaha peternakan sapi potong di desa Klambir V adalah kereta
sorong, cangkul, sekop, sabit, ember, sapu dan selang air. Biaya penyusutan
peralatan diperoleh dari perbandingan antara harga beli peralatan dengan umur
ekonomis peralatan.
Biaya Variabel
Selain biaya tetap, biaya variabel juga termasuk kedalam biaya produksi.
Adapun yang termasuk kedalam biaya variabel disini adalah biaya pembelian
bakalan sapi jantan, garam sebagai pakan tambahan (suplemen), obat-obatan dan
tenaga kerja. Pembelian bakalan tidak tunai dikeluarkan karena biaya bakalan
diberikan oleh pemilik modal dan nantinya akan dikembalikan setelah penjualan
selesai. Biaya bakalan tergantung pada jenis, umur, performans dan waktu
pembelian bakalan itu sendiri. Bakalan sapi yang digunakan berupa sapi jantan
dengan jenis sapi PO dan sapi lokal. Alasan mengapa sapi PO dan sapi lokal
dijadikan bakalan karena penjualan ternak yang hanya dilakukan disaat hari raya
Idul Adha (kurban) yang permintaan konsumennya umumnya adalah sapi PO dan
sapi lokal.
ternak digembalakan pada pagi hari kemudian pada sore hari ternak dikembalikan
ke kandang dan diberikan pakan berupa rumput potong. Biaya pakan tidak
lingkungannya sendiri. Untuk mengganti biaya pakan maka biaya tenaga kerja
diasumsikan menjadi biaya pakan. Untuk menambah nutrisi dari pakan yang
untuk ternak yang diberikan dengan cara mencampurkannya dengan air minum
ternak. Pada tahun 2017 ini peternak banyak mengeluh karena harga garam
meningkat drastis dua kali lipat dari biasanya. Harga normal garam Rp 1.500
Kebutuhan garam biasanya 1-2 kg per ekor per bulan. Garam termasuk mineral
yang dibutuhkan oleh tubuh ternak karena kandungan mineral dalam garam tidak
dapat diproduksi sendiri didalam tubuh ternak. Apabila ternak kekurangan mineral
dalam tubuh dapat merusak sistem reproduksi dan penurunan produksi. Oleh
karena itu apabila ternak memakan pakan yang masih kurang kandungan
Obat-obatan dalam 1 periode biasa hanya diberikan sekali, yaitu pada saat
bakalan pertama kali masuk maka akan diberi obat cacing dengan upahan
beberapa ternak terserang penyakit kembung yang akan diobati dengan diberikan
obat dengan bahan tradisional seperti jahe yang direbus kemudian diberikaan
Biaya tenaga kerja juga tidak dibayarkan secara tunai karena tenaga kerja
merupakan peternak itu sendiri. Biaya tenaga kerja merupakan asumsi dari biaya
pakan yang diberikan, karena pakan didapat secara gratis dengan cara
menggembalakn ternak dan mengambil rumput potong yang diarit sendiri oleh
peternak. Biaya tenaga kerja merupakan asumsi dari waktu yang dikeluarkan
peternak dalam memelihara ternak dan biaya transportasi yang dikeluarkan untuk
mengambil pakan. Cara menghitung biaya tenaga kerja adalah dengan cara
33
menghitung jumlah waktu (jam) yang dikeluarkan untuk merawat sapi per hari
dikalikan dengan upah minimum regional (UMR) yang berlaku per jam nya di
daerah Klambir V Kebun. Upah per jam nya diasumsikan Rp 7.500,- dengan
Dari hasil data terolah pada tabel 4. total biaya produksi yang dikeluarkan
untuk setiap jumlah ternaknya berbeda-beda disetiap skala kepemilikan yang ada.
Pada skala kepemilikan 3-11 ekor total biaya produksi adalah Rp 8.372.346,-,
skala kepemilikan 12-20 ekor total biaya produksi sebesar Rp 7.991.021,- dan
pada skala >20 ekor total biaya produksi sebesar Rp 7.762.587,-. Semakin besar
skala kepemilikannya semakin kecil biaya produksi yang dikeluarkan. Hal ini
dikarenakan oleh adanya efisiensi penggunaan tenaga kerja yang ada. Setiap skala
kepemilikan memiliki 1 orang tenaga kerja untuk menangani berapa ekor ternak
yang ada dalam peternakan tersebut. Untuk 1 tenaga kerja pada skala 3-11 ekor
dapat menangani jumlah ternak dengan rataan 7 ekor per tenaga kerjanya,
kemudian pada skala 12-20 ekor dapat menangani jumlah ternak dengan rataan
15 ekor per tenaga kerjanya dan pada skala >20 ekor tenaga kerja dapat
2. Penerimaan
pemeliharaan dalam 1 periode (6 bulan). Dalam sistem bagi hasil ini penerimaan
yang didapatkan hanya dari penjualan ternak yang dilakukan dalam 1 kali selama
1 periode pemeliharaan, yaitu pada saat hari raya Idul Adha (kurban). Besarnya
harga jual ternak tergantung pada performans ternak. Hasil penerimaan dapat
Tabel 5. Penerimaan Usaha Sapi Potong selama 1 Periode Usaha Sapi Potong
Sistem Bagi Hasil di Desa Klambir V Kebun
Rata-rata per Ekor
Skala Kepemilikan Penjualan Ternak (Rp)
(Rp)
3-11 ekor 89.218.750 12.330.814
12-20 ekor 186.850.000 12.604.483
>20 ekor 395.277.778 12.610.356
Sumber : Data Primer Terolah, 2017.
penerimaan yang di dapat. Pada skala kepemilikan 3-11 ekor penerimaan yang
didapat adalah Rp 89.218.750 dengan rataan harga jual Rp 12.330.814,- per ekor.
Pada skala 12-20 ekor penerimaan yang didapat adalah RP 186.850.000,- dengan
rataan harga jual Rp 12.604.483,- per ekor. Sedangkan pada skala >20 ekor
Rp 12.610.356,- per ekor. Harga jual ternak yang ada di Desa Klambir V Kebun
tergantung pada bobot badan ternak dan kondisi ternak. Bobot badan ternak yang
ada di desa Klambir V kebun berkisar antara 180 kg sampai dengan 280 kg. Total
penerimaan yang didapat harus lebih tinggi dibandingkan dengan total biaya
3. Pendapatan
potong dengan total biaya produksi yang dikeluarkan dalam melakuan usaha
memenuhi semua sarana produksi. Jika nilai yang diperoleh adalah positif, maka
jika nilai yang diperoleh bernilai negatif, maka dapat dikatakan bahwa usaha
pada usaha sapi potong di desa Klambir V Kebun dapat dilihat pada tabel .
berikut:
Tabel 6. Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di Desa
Klambir V Kebun di Luar Biaya Produksi (Pendapatan Pemilik Modal)
Harga
Penerimaan Pendapatan
Skala Bakalan Pendapatan Bagi Hasil
Penjualan per Ekor
Kepemilikan Ternak (Rp) (Rp)
Ternak (Rp) (Rp)
(Rp)
3-11 ekor 89.218.750 53.468.750 35.750.000 17.875.000 2.482.395
12-20 ekor 186.850.000 111.000.000 75.850.000 37.925.000 2.545.394
>20 ekor 395.277.778 234.277.778 161.000.000 80.500.000 2.566.354
Sumber : Data Primer Terolah, 2017.
Dari tabel 6. dapat dilihat bahwa pendapatan bersih untuk pemilik ternak
adalah hasil selisih dari penerimaan penjualan ternak dengan harga bakalan yang
dikeluarkan, kemudian karena sistem bagi hasil maka pendapatan dibagi dua.
sebesar Rp17.875.000,- per periode dengan rataan Rp 2.482.395,- per ekor, pada
skala 12-20 ekor pendapatan yang diperoleh sebesar adalah Rp 37.925.000,- per
periode dengan rataan Rp 2.545.394,- per ekor dan pada skala >20 ekor
rataan Rp 2.566.354,- per ekor. Semakin besar skala kepemilikan maka semakin
besar pula pendapatan yan diperoleh oleh pemilik modal. Pendapatan pemilik
36
modal merupakan selisih antara harga jual ternak dengan harga bakalan yang
dikeluarkan karena pemilik modal tidak mengeluarkan biaya untuk sarana dan
Tabel 7. Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di Desa
Klambir V Kebun dengan Biaya Produksi (Pendapatan Bersih
Penggaduh)
Biaya
Skala Nilai Jual Pendapatan
Biaya Pendapatan Bagi Hasil
Kepemilikan Ternak Biaya Tetap per ekor
Variabel
3-11 ekor 89.218.750 237.347 59.376.375 29.605.028 14.802.514 1.979.234
12-20 ekor 186.850.000 429.475 117.462.400 68.958.125 34.479.063 2.306.729
>20 ekor 395.277.778 903.660 241.945.000 152.429.118 76.214.559 2.423.884
Sumber : Data Primer Terolah, 2017.
antara harga jual ternak dengan total biaya produksi yang didapat dari
penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel, kemudian pendapatan dibagi dua
sesuai dengan sistem bagi hasil yang ada. Pada skala kepemilikan 3-11 ekor
dengan rataan Rp 1.979.234,- per ekor, pada skala 12-20 ekor pendapatan yang
Rp 2.306.729,- per ekor dan pada skala >20 ekor pendapatan yang diperoleh
ekor. Jika dilihat dari tabel 6. dan tabel 7. dapat diketahui bahwa keuntungan
yang diperoleh dari pemilik modal lebih besar daripada penggaduh. Inilah yang
peternak juga tidak terlalu mengeluh karena mereka sudah merasa terbantu untuk
37
menjalankan usaha peternakan sapi potong ini dengan bantuan modal awal yang
diberikan oleh pemilik modal dan keuntungan yang diperoleh bisa menjadi
pemasukan tambahan.
r/c > 1. Semakin besar nilai r/c semakin besar pula tingkat keuntungan yang akan
diperoleh dari usaha tersebut. Berikut dapat dilihat pada tabel 8. nilai r/c ratio
pada usaha peternakan sapi potong sistem bagi hasil di desa Klambir V Kebun:
Tabel 8. Nilai R/C Rasio Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di
Desa Klambir V Kebun
Skala Total Biaya
Total Penerimaan Keuntungan R/C Ratio
Kepemilikan Produksi
3-11 ekor 89.218.750 59.613.722 29.605.028 1,48
12-20 ekor 186.850.000 117.891.875 68.958.125 1,58
>20ekor 395.277.778 242.848.660 152.429.118 1,62
Sumber : Data Primer Terolah, 2017.
Hasil yang dapat dilihat pada tabel 8. menunjukkan nilai r/c ratio tiap skala
kepemilikan nya. Skala 3-11 ekor nilai r/c ratio sebesar 1,48, pada skala 12-20
ekor nilai r/c ratio yang didapat sebesar 1,58 dan pada skala >20 ekor nilai r/c
ratio yang didapat sebesar 1,62. Nilai r/c ratio yang didapatkan semua skala >1,
artinya usaha tersebut dapat dikatakan efisien karena nilai manfaat yang diterima
sesuai dengan biaya yang telah dikeluarkan (menguntungkan) baik skala kecil,
memberikan manfaat bila nilai r/c ratio > 1. Semakin besar nilai r/c ratio maka
38
semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya, semakin kecil nilai r/c rationya
maka semakin tidak efisien usaha tersebut. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan
faktor produksi yang ada seoptimal mungkin. Semua faktor produksi yang ada
bahkan ada yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Dari pekerjaan utama tersebut,
Dari data pada tabel 9. dapat dilihat bahwa usaha peternakan sapi potong
sebesar 53,40% dari total pendapatan utama, skala 12-20 ekor peternakan
memberikan kontribusi sebesar 60,22% dari total pendapatan utama dan skala
>20 ekor peternakan memberikan kontribusi sebesar 67,79% dari total pendapatan
rumah tangga sebesar 30%-70% maka usaha peternakan tersebut dapat dikatakan
sebagai cabang usaha. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saragih (2000), yang
usaha, dengan tingkat pendapatan dari usaha ternak 30-70% (semi komersial atau
usaha terpadu). Akan tetapi, meskipun hasil pendapatan dari usaha peternakan
lebih besar daripada pendapatan dari pekerjaan utama, peternak penggaduh tidak
bisa mendapatkan hasilnya setiap bulan karena pendapatan dari usaha peternakan
hanya didapat dalam waktu enam bulan sekali dan biasanya dalam setahun
peternak hanya melakukan usaha ini dalam satu periode saja. Oleh karena itu,
Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang ada dapat disimpulkan bahwa usaha
peternakan sapi potong dengan sistem bagi hasil di desa Klambir V Kebun
dilakukan dengan sistem bagi hasil penggemukan sapi jantan dengan perjanjian
bagi hasil yang disepakati bersama yaitu 50:50. Semakin besar skala usaha maka
yang didapat oleh pemilik modal dan peternak penggaduh setelah dianalisis
Usaha peternakan sapi potong dengan sistem bagi hasil ini memberikan
keuntungan dengan didapatnya nilai r/c ratio >1, yaitu pada skala 3-11 ekor r/c
rationya 1,48, pada skala 12-20 ekor r/c rationya 1,58 dan pada skala >20 ekor r/c
rationya 1,62.
adalah 53,40%, 60,22% dan 67,79% yang artinya peternakan dapat dikategorikan
Saran
Disarankan apabila memiliki modal yang cukup maka skala usaha yang
banyak dan juga lebih memperbaiki kualitas pakan yang diberikan sehingga
ternak akan memiliki performans yang baik yang akan meningkatkan harga jual.
40
DAFTAR PUSTAKA
Armunanto, Jum’atri Y., Cepriadi. 2014. Analisis Usaha Sapi Potong dengan
Pola Kemitraan antara Investor (Pemodal) dengan Petani Peternak
(Penggaduh) di Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru.
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Riau. Pekanbaru.
BPS Kabupaten Deli Serdang. 2016. Kecamatan Hamparan Perak dalam Angka
2016. Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang.
Hoddi, A.H., M.B. Rombe dan Fahrul. 2011. Analisis Pendapatan Peternakan
Sapi Potong di Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru. Jurnal
Agribisnis Vol.3. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin Makassar.
Makassar.
Komariyati, D. Eva, dan Zulkifli. 2014. Analisis Kontribusi Usaha Ternak Sapi
Potong terhadap Pendapatam Rumah TanggaPetani di Kecamatan Tebas
Kabupaten Sambas. Fakultas Pertanian. Universitas Tanjungpura.
41
42
Soekartawi, J., L. Dillon, J. B. Hardaker, dan A. Soeharjo. 1986. Ilmu Usaha Tani
dan Penelitian Untuk Pengembangn Petani Kecil. UI-Press. Jakarta.
Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Yunianto, A. F. 2015. Urgensi Tradisi Gaduh Bagi Hasil Hewan Ternak Dalam
Kaitannya Dengan Peningkatan Pendapatan Masyarakat di Dusun Jeruk
Wangi Desa Bedono Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Skripsi.
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang. Semarang.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian
KUISIONER PENELITIAN
ANALISIS SISTEM BAGI HASIL USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG DI
DESA KLAMBIR V KEBUN KECAMATAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN
DELI SERDANG
Oleh:
Wilda Rifki
I. Karakteristik Responden
Nama :
Usia :
1. Pendidikan terakhir :
[ ] Tidak bersekolah
[ ] SD
[ ] SMP
[ ] SMA
[ ] Diploma/ Sarjana
3. Pekerjaan :
Pekerjaan Utama : Pekerjaan Sampingan :
1. Peternak [ ] 1. Peternak [ ]
2. Petani [ ] 2. Petani [ ]
3. Pedagang [ ] 3. Pedagang [ ]
4. Buruh [ ] 4. Buruh [ ]
5. Karyawan Swasta [ ] 5. Karyawan Swasta [ ]
6. PNS [ ] 6. PNS [ ]
7. dll, sebutkan 7. dll, sebutkan
Pokok
Sampingan
43
44
3. Apa alasan anda menggunakan sistem bagi hasil dalam usaha ternak sapi potong anda?
4. Sudah berapa lama anda menggunakan sistem bagi hasil dalam usaha ternak anda?
bulan / tahun
7. Apa manfaat yang anda dapatkan selama menjalankan sistem bagi hasil?
8. Berapa lama sistem kerjasama yang berlaku antara anda dan pemilik modal?
45
10. Adakah kendala yang anda hadapi selama menjalani sistem bagi hasil?
11. Menurut anda apakah usaha dengan sistem bagi hasil ini memberikan keuntungan atau
tidak?
46
Pengeluaran
Biaya Tetap
Jenis Umur Ekonomis Penyusutan
Sewa lahan
Kandang
Peralatan kandang
Pembelian sapi
Biaya Variabel
Biaya
uraian
Jumlah Harga
Hijauan
Konsentrat
Tenaga Kerja
Obat-obatan
Penerimaan
Biaya
Produk
Jumlah Harga
Total
47
Lampiran 2. Karakteristik Responden Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di Desa Klambir V Kebun
Lampiran 3. Biaya Tetap Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di Desa Klambir V Kebun (Rp)
Jumlah Harga Umur Penyusutan Harga Umur Penyusutan
Skala Total Biaya Biaya Tetap
No. Ternak Kandang Ekonomis Kandang Peralatan Ekonomis Peralatan
Kepemilikan Tetap (Rp) per Ekor (Rp)
(ekor) (Rp) (tahun) (Rp) (Rp) (tahun) (Rp)
1. 3 1.000.000 10 100.000 111.715 5 22.343 122.343 40.781
2. 3 1.000.000 10 100.000 561.715 5 112.343 212.343 70.781
3. 10 2.500.000 10 250.000 176.750 5 35.350 285.350 28.535
4. 6 2.000.000 10 200.000 111.730 5 22.346 222.346 37.058
5. 7 2.000.000 10 200.000 176.735 5 35.347 235.347 33.621
6. 6 2.000.000 10 200.000 111.730 5 22.346 222.346 37.058
7. 11 2.500.000 10 250.000 626.755 5 125.351 375.351 34.123
8. 8 2.000.000 10 200.000 176.740 5 35.348 235.348 29.419
Penggaduh 9. 10 2.000.000 10 200.000 626.750 5 125.350 325.350 32.535
3 - 11 ekor 10. 8 2.000.000 10 200.000 176.740 5 35.348 235.348 29.419
11. 8 2.000.000 10 200.000 626.740 5 125.348 325.348 40.669
12. 10 2.000.000 10 200.000 176.750 5 35.350 235.350 23.535
13. 5 1.000.000 10 100.000 111.725 5 22.345 122.345 24.469
14. 10 2.500.000 10 250.000 176.750 5 35.350 285.350 28.535
15. 3 1.000.000 10 100.000 111.715 5 22.343 122.343 40.781
16. 8 2.000.000 10 200.000 176.740 5 35.348 235.348 29.419
Total 29.500.000 160 2.950.000 4.237.780 80 847.556 3.797.556 560.735
Rata-rata 1.843.750 10 184.375 264.861 5 52.972 237.347 35.046
17. 14 2.500.000 10 250.000 646.770 5 129.354 379.354 27.097
18. 12 2.000.000 10 200.000 646.760 5 129.352 329.352 27.446
19. 12 2.500.000 10 250.000 646.760 5 129.352 379.352 31.613
Penggaduh
20. 19 3.500.000 10 350.000 666.795 5 133.359 483.359 25.440
12 - 20 ekor
21. 15 2.800.000 10 280.000 666.775 5 133.355 413.355 27.557
22. 16 3.000.000 10 300.000 666.780 5 133.356 433.356 27.085
23. 12 3.000.000 10 300.000 646.760 5 129.352 429.352 35.779
50
Lampiran 4. Biaya Variabel Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di Desa Klambir V Kebun (Rp)
Jumlah Bakalan Obat- Total Biaya
Skala Garam Tenaga Kerja Total Biaya
Responden Ternak Ternak Sapi obatan Variabel per
Kepemilikan (Rp/ekor) (Rp/ekor) Variabel
(ekor) (Rp/ekor) (Rp/ekor) ekor (Rp)
1. 3 21.500.000 120.000 5.400.000 125.000 27.145.000 9.048.333
2. 3 22.500.000 120.000 5.400.000 125.000 28.145.000 9.381.667
3. 10 68.000.000 264.000 5.400.000 415.000 74.079.000 7.407.900
4. 6 43.500.000 168.000 5.400.000 245.000 49.313.000 8.218.833
5. 7 51.500.000 192.000 5.400.000 287.000 57.379.000 8.197.000
6. 6 44.000.000 168.000 5.400.000 245.000 49.813.000 8.302.167
7. 11 83.500.000 312.000 5.400.000 455.000 89.667.000 8.151.545
8. 8 58.500.000 240.000 5.400.000 330.000 64.470.000 8.058.750
Penggaduh 9. 10 75.500.000 288.000 5.400.000 412.000 81.600.000 8.160.000
3 - 11 ekor 10. 8 60.000.000 216.000 5.400.000 330.000 65.946.000 8.243.250
11. 8 60.000.000 240.000 5.400.000 332.000 65.972.000 8.246.500
12. 10 72.500.000 288.000 5.400.000 415.000 78.603.000 7.860.300
13. 5 36.500.000 144.000 5.400.000 205.000 42.249.000 8.449.800
14. 10 75.500.000 240.000 5.400.000 410.000 81.550.000 8.155.000
15. 3 22.000.000 96.000 5.400.000 125.000 27.621.000 9.207.000
16. 8 60.500.000 240.000 5.400.000 330.000 66.470.000 8.308.750
Total 116 855.500.000 3.336.000 86.400.000 4.786.000 950.022.000 133.396.795
Rata-rata 7 53.468.750 208.500 5.400.000 299.125 59.376.375 8.337.300
17. 14 106.000.000 480.000 5.400.000 580.000 112.460.000 8.032.857
18. 12 91.000.000 360.000 5.400.000 495.000 97.255.000 8.104.583
Penggaduh 19. 12 91.000.000 360.000 5.400.000 497.000 97.257.000 8.104.750
12 - 20 ekor 20. 19 144.500.000 600.000 5.400.000 785.000 151.285.000 7.962.368
21. 15 113.000.000 480.000 5.400.000 620.000 119.500.000 7.966.667
22. 16 124.000.000 480.000 5.400.000 660.000 130.540.000 8.158.750
52
Lampiran 5. Total Biaya Produksi Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di Desa Klambir V Kebun (Rp)
Jumlah Biaya Produksi (Rp) Total biaya
Skala Total Biaya
Responden Ternak Total Biaya Total Biaya produksi per
Kepemilikan Produksi (Rp)
(ekor) Tetap Variabel ekor (Rp)
1. 3 122.343 27.145.000 27.267.343 9.089.114
2. 3 212.343 28.145.000 28.357.343 9.452.448
3. 10 285.350 74.079.000 74.364.350 7.436.435
4. 6 222.346 49.313.000 49.535.346 8.255.891
5. 7 235.347 57.379.000 57.614.347 8.230.621
6. 6 222.346 49.813.000 50.035.346 8.339.224
7. 11 375.351 89.667.000 90.042.351 8.185.668
8. 8 235.348 64.470.000 64.705.348 8.088.169
Penggaduh 9. 10 325.350 81.600.000 81.925.350 8.192.535
3 - 11 ekor 10. 8 235.348 65.946.000 66.181.348 8.272.669
11. 8 325.348 65.972.000 66.297.348 8.287.169
12. 10 235.350 78.603.000 78.838.350 7.883.835
13. 5 122.345 42.249.000 42.371.345 8.474.269
14. 10 285.350 81.550.000 81.835.350 8.183.535
15. 3 122.343 27.621.000 27.743.343 9.247.781
16. 8 235.348 66.470.000 66.705.348 8.338.169
Total 116 3.797.556 950.022.000 953.819.556 133.957.531
Rata-rata 7 237.347 59.376.375 59.613.722 8.372.346
17. 14 379.354 112.460.000 112.839.354 8.059.954
18. 12 329.352 97.255.000 97.584.352 8.132.029
Penggaduh 19. 12 379.352 97.257.000 97.636.352 8.136.363
12 - 20 ekor 20. 19 483.359 151.285.000 151.768.359 7.987.808
21. 15 413.355 119.500.000 119.913.355 7.994.224
22. 16 433.356 130.540.000 130.973.356 8.185.835
54
Lampiran 6. Total Penerimaan Penjualan Ternak Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di Desa Klambir V Kebun (Rp)
Jumlah Harga (Rp)
Skala Harga per
Responden Ternak Total (Rp)
Kepemilikan 11.000.000 11.500.000 12.000.000 12.500.000 13.000.000 13500000 Ekor (Rp)
(ekor)
1. 3 0 0 12.000.000 25000000 0 0 37.000.000 12.333.333
2. 3 0 0 12.000.000 12500000 13.000.000 0 37.500.000 12.500.000
3. 10 0 11.500.000 36.000.000 50000000 13.000.000 0 110.500.000 11.050.000
4. 6 0 0 24.000.000 25000000 26.000.000 0 75.000.000 12.500.000
5. 7 11.000.000 11.500.000 24.000.000 25000000 13.000.000 0 84.500.000 12.071.429
6. 6 0 0 12.000.000 37500000 26.000.000 0 75.500.000 12.583.333
7. 11 11.000.000 0 36.000.000 50000000 26.000.000 13.500.000 136.500.000 12.409.091
8. 8 0 23.000.000 24.000.000 25000000 26.000.000 0 98.000.000 12.250.000
Penggaduh 9. 10 0 11.500.000 36.000.000 37500000 26.000.000 13.500.000 124.500.000 12.450.000
3 - 11 ekor 10. 8 0 0 24.000.000 37500000 39.000.000 0 100.500.000 12.562.500
11. 8 11.000.000 11.500.000 36.000.000 25000000 13.000.000 0 96.500.000 12.062.500
12. 10 0 0 24.000.000 62500000 26.000.000 13.500.000 126.000.000 12.600.000
13. 5 0 0 12.000.000 37500000 13.000.000 0 62.500.000 12.500.000
14. 10 0 0 24.000.000 50000000 39.000.000 13.500.000 126.500.000 12.650.000
15. 3 0 0 12.000.000 25000000 0 0 37.000.000 12.333.333
16. 8 0 11.500.000 12.000.000 50000000 26.000.000 0 99.500.000 12.437.500
Total 116 33.000.000 80.500.000 360.000.000 575000000 325.000.000 54.000.000 1.427.500.000 197.293.020
Rata-rata 7 2.062.500 5.031.250 22.500.000 35937500 20.312.500 3.375.000 89.218.750 12.330.814
17. 14 0 0 24.000.000 62500000 52.000.000 40.500.000 179.000.000 12.785.714
18. 12 0 0 12.000.000 50000000 65.000.000 0 127.000.000 10.583.333
Penggaduh
19. 12 0 0 24.000.000 62500000 39.000.000 27.000.000 152.500.000 12.708.333
12 - 20
20. 19 0 11.500.000 12.000.000 112500000 52.000.000 54.000.000 242.000.000 12.736.842
ekor
21. 15 0 0 36.000.000 100000000 39.000.000 13.500.000 188.500.000 12.566.667
22. 16 0 23.000.000 24.000.000 50000000 65.000.000 40.500.000 202.500.000 12.656.250
56
Lampiran 7. Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di Desa Klambir V
Kebun di Luar Biaya Produksi (Pendapatan Pemilik Modal) (Rp)
Lampiran 8. Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di Desa Klambir V Kebun dengan Biaya Produksi (Pendapatan Bersih
Penggaduh) (Rp)
Jumlah Penerimaan Biaya (Rp)
Skala Pendapatan Bagi Hasil Pendapatan
Responden Ternak Penjualan
Kepemilikan Biaya Tetap Biaya Variabel (Rp) (Rp) per Ekor (Rp)
(ekor) Ternak (Rp)
1. 3 37000000 122.343 27.145.000 9.732.657 4866329 1622110
2. 3 37500000 212.343 28.145.000 9.142.657 4571329 1523776
3. 10 110500000 285.350 74.079.000 36.135.650 18067825 1806783
4. 6 75000000 222.346 49.313.000 25.464.654 12732327 2122055
5. 7 84500000 235.347 57.379.000 26.885.653 13442827 1920404
6. 6 75500000 222.346 49.813.000 25.464.654 12732327 2122055
7. 11 136500000 375.351 89.667.000 46.457.649 23228825 2111711
8. 8 98000000 235.348 64.470.000 33.294.652 16647326 2080916
Penggaduh 9. 10 124500000 325.350 81.600.000 42.574.650 21287325 2128733
3 - 11 ekor 10. 8 100500000 235.348 65.946.000 34.318.652 17159326 2144916
11. 8 96500000 325.348 65.972.000 30.202.652 15101326 1887666
12. 10 126000000 235.350 78.603.000 47.161.650 23580825 2358083
13. 5 62500000 122.345 42.249.000 20.128.655 10064328 2012866
14. 10 126500000 285.350 81.550.000 44.664.650 22332325 2233233
15. 3 37000000 122.343 27.621.000 9.256.657 4628329 1542776
16. 8 99500000 235.348 66.470.000 32.794.652 16397326 2049666
Total 116 1427500000 3.797.556 950.022.000 473.680.444 236840222 31667744
Rata-Rata 7 89218750 237.347 59.376.375 29.605.028 14802514 1979234
17. 14 179000000 379.354 112.460.000 66.160.646 33080323 2362880
18. 12 127000000 329.352 97.255.000 29.415.648 14707824 1225652
Penggaduh 19. 12 152500000 379.352 97.257.000 54.863.648 27431824 2285985
12 - 20 ekor
20. 19 242000000 483.359 151.285.000 90.231.641 45115821 2374517
21. 15 188500000 413.355 119.500.000 68.586.645 34293323 2286222
59
Lampiran 9. Nilai R/C Ratio Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di Desa Klambir V
Kebun
Jumlah Penerimaan
Skala Total Biaya Keuntungan
Responden Ternak Penjualan Ternak R/C Ratio
Kepemilikan Produksi (Rp) (Rp)
(ekor) (Rp)
1. 3 37.000.000 27.267.343 9.732.657 1,36
2. 3 37.500.000 28.357.343 9.142.657 1,32
3. 10 110.500.000 74.364.350 36.135.650 1,49
4. 6 75.000.000 49.535.346 25.464.654 1,51
5. 7 84.500.000 57.614.347 26.885.653 1,47
6. 6 75.500.000 50.035.346 25.464.654 1,51
7. 11 136.500.000 90.042.351 46.457.649 1,52
8. 8 98.000.000 64.705.348 33.294.652 1,51
Penggaduh 9. 10 124.500.000 81.925.350 42.574.650 1,52
3 - 11 ekor 10. 8 100.500.000 66.181.348 34.318.652 1,52
11. 8 96.500.000 66.297.348 30.202.652 1,46
12. 10 126.000.000 78.838.350 47.161.650 1,60
13. 5 62.500.000 42.371.345 20.128.655 1,48
14. 10 126.500.000 81.835.350 44.664.650 1,55
15. 3 37.000.000 27.743.343 9.256.657 1,33
16. 8 99.500.000 66.705.348 32.794.652 1,49
Total 116 1427.500.000 953.819.556 473.680.444 23,62
Rata-rata 7 89.218.750 59.613.722 29.605.028 1,48
17. 14 179.000.000 112.839.354 66.160.646 1,59
18. 12 127.000.000 97.584.352 29.415.648 1,30
19. 12 152.500.000 97.636.352 54.863.648 1,56
20. 19 242.000.000 151.768.359 90.231.641 1,59
21. 15 188.500.000 119.913.355 68.586.645 1,57
Penggaduh 22. 16 202.500.000 130.973.356 71.526.644 1,55
12 - 20 ekor 23. 12 164.500.000 96.684.352 67.815.648 1,70
24. 15 191.500.000 116.885.355 74.614.645 1,64
25. 13 166.500.000 105.224.353 61.275.647 1,58
26. 20 254.500.000 149.409.560 105.090.440 1,70
Total 148 1.868.500.000 1.178.918.748 689.581.252 15,79
Rata-rata 15 186.850.000 117.891.875 68.958.125 1,58
27. 44 556.500.000 339.686.584 216.813.416 1,64
28. 25 317.000.000 194.722.565 122.277.435 1,63
29. 24 300.000.000 187.109.364 112.890.636 1,60
30. 40 506.500.000 309.401.580 197.098.420 1,64
31. 30 377.500.000 231.441.370 146.058.630 1,63
Penggaduh
32. 35 442.000.000 272.571.375 169.428.625 1,62
>20 ekor
33. 38 478.000.000 289.767.378 188.232.622 1,65
34. 22 276.000.000 173.176.362 102.823.638 1,59
35. 24 304.000.000 187.761.364 116.238.636 1,62
Total 282 3.557.500.000 2.185.637.942 1.371.862.058 14,62
Rata-rata 31 395.277.778 242.848.660 152.429.118 1,62
61
Lampiran 10. Kontribusi Peternakan terhadap Pendapatan Rumah Tangga Peternak (Penggaduh) Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di
Desa Klambir V Kebun
Keuntungan Total Kontribusi Kontribusi
Skala Keuntungan per Pendapatan
Responden 1 Periode pendapatan pendapatan utama peternakan
Kepemilikan Bulan (Rp) Utama (Rp)
(Rp) keluarga (Rp) (%) (%)
1. 4.866.329 811.055 1.500.000 2.311.055 64,91 35,09
2. 4.571.329 761.888 1.100.000 1.861.888 59,08 40,92
3. 18.067.825 3.011.304 2.200.000 5.211.304 42,22 57,78
4. 12.732.327 2.122.055 2.000.000 4.122.055 48,52 51,48
5. 13.442.827 2.240.471 1.800.000 4.040.471 44,55 55,45
6. 12.732.327 2.122.055 1.700.000 3.822.055 44,48 55,52
7. 23.228.825 3.871.471 1.100.000 4.971.471 22,13 77,87
8. 16.647.326 2.774.554 2.774.554 2.774.554 100,00 100,00
Penggaduh 9. 21.287.325 3.547.888 2.500.000 6.047.888 41,34 58,66
3 - 11 ekor 10. 17.159.326 2.859.888 1.200.000 4.059.888 29,56 70,44
11. 15.101.326 2.516.888 1.700.000 4.216.888 40,31 59,69
12. 23.580.825 3.930.138 2.000.000 5.930.138 33,73 66,27
13. 10.064.328 1.677.388 2.200.000 3.877.388 56,74 43,26
14. 22.332.325 3.722.054 1.500.000 5.222.054 28,72 71,28
15. 4.628.329 771.388 1.100.000 1.871.388 58,78 41,22
16. 16.397.326 2.732.888 1.200.000 3.932.888 30,51 69,49
Total 236.840.222 39.473.370 27.574.554 64.273.371 745,56 854,44
Rata-rata 14.802.514 2.467.086 1838304 4.017.086 46,60 53,40
17. 33.080.323 5513.387 1.500.000 7.013.387 21,39 78,61
18. 14.707.824 2.451.304 1.500.000 3.951.304 37,96 62,04
Penggaduh
19. 27.431.824 4.571.971 2.000.000 6.571.971 30,43 69,57
12 - 20 ekor
20. 45.115.821 7.519.304 2.000.000 9.519.304 21,01 78,99
21. 34.293.323 5.715.554 1.200.000 6.915.554 17,35 82,65
62