Anda di halaman 1dari 78

ANALISIS SISTEM BAGI HASIL USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG

DI DESA KLAMBIR V KEBUN KECAMATAN HAMPARAN


PERAK KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh:

WILDA RIFKI
130306039

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
ANALISIS SISTEM BAGI HASIL USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG
DI DESA KLAMBIR V KEBUN KECAMATAN HAMPARAN
PERAK KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh:

WILDA RIFKI
130306039

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana
di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala

pernyataan dalam skripsi ANALISIS SISTEM BAGI HASIL USAHA

PETERNAKAN SAPI POTONG DI DESA KLAMBIR V KEBUN

KECAMATAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELI SERDANG

adalah benar merupakan gagasan dari hasil penelitian saya sendiri dibawah arahan

komisi pembimbing. Semua data dan sumber informasi yang digunakan dalam

skripsi ini telah dinyatakan secara jelas dan dicantumkan dalam daftar pustaka

dibagian akhir skripsi serta dapat diperiksa kebenarannya. Skripsi ini juga belum

pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program studi sejenis di perguruan

tinggi lain.

Medan, Januari 2018

Wilda Rifki
NIM. 130306039
ABSTRAK

WILDA RIFKI, 2018. “Analisis Sistem Bagi Hasil Usaha Peternakan Sapi Potong
di Desa Klambir V Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.”
Dibimbing oleh YUSUF LEONARD HENUK dan ARMYN HAKIM DAULAY.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen sistem bagi hasil
yang ada di daerah tersebut, menganalisis pendapatan dan keuntungan pemilik
modal dan penggaduh serta persentase kontribusi usaha peternakan dalam
memenuhi pendapatan keluarga peternak.Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Klambir V Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang selama 2
bulan yaitu pada bulan Juli 2017 sampai dengan Agustus 2017. Penelitian ini
menggunakan data primer yang didapat dari observasi dan wawancara responden.
Lokasi penelitian dan penentuan responden ditentukan secara purposive. Data
sekunder diperoleh dari instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistikdan
kantor Kepala Desa Klambir V Kebun. Responden terdiri dari 35 orang
penggaduh yang terbagi dalam 3 skala kepemilikan yaitu 16 orang untuk skala
3-11 ekor (skala kecil) , 10 orang untuk skala 12-20 ekor (skala menengah) dan 9
orang untuk skala >20 ekor (skala besar) .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem bagi hasil yang di laksanakan
di Desa Klambir V Kebun adalah sistem bagi hasil penggemukan sapi jantan
dengan pembagian hasil 50:50. Setelah dianalisis ternyata pendapatan yang
diterima pemilik modal dan penggaduh berbeda karena dalam usaha ini peternak
penggaduh yang mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan ternak sedangkan
pemodal hanya memberikan bakalan. Semakin besar skala usaha maka semakin
besar pendapatan yang didapat. Usaha peternakan sapi potong dengan sistem bagi
hasil ini mempunyai nilai r/c ratio >1, yaitu pada skala kecil 1,48, pada skala
menengah 1,58 dan pada skala besar 1,62, yang artinya usaha ini layak untuk
diusahakan . Kontribusi peternakan pada setiap skala secara berurutan adalah
53,40%, 60,22% dan 67,79% Peternakan dapat dikategorikan sebagai cabang
usaha karena memberikan kontribusi sebesar 30-70% dalam memenuhi
pendapatan rumah tangga penggaduh.

Kata Kunci : bagi hasil, sapi potong, pendapatan, keuntungan

i
ABSTRACT

WILDA RIFKI, 2018. "Profit Sharing System Analysis of Beef Husbandry in


Klambir V KebunVillage Hamparan Perak Subdistrict Deli Serdang District."
Guided by YUSUF LEONARD HENUK and ARMYN HAKIM DAULAY.
The purpose of this research was to know the management of profit
sharing system in the area, to analyze the income and profit of the investor and
the farmer as well as the percentage of the contribution of the livestock business
in fulfilling the income of the farmer family. This research was conducted in
Klambir V Village Hamparan Perak Subdistrict Deli Serdang District for 2 month
from July 2017 until August 2017. This research used primary data obtained from
observations and interviews of respondents. The location of the research and the
determination of the respondents was determined purposively. Secondary data is
obtained from related institutions such as Central Bureau of Statistics and office
of Village Head of Klambir V Kebun. Respondents consisted of 35 people who
were divided into three scales: 16 respondents for 3-11 (small scale), 10
respondents for 12-20 (medium scale) and 9 respondents for scale> 20 (large
scale) .
The results showed that the profit sharing system that is implemented in
Klambir V Village is a profit sharing system for bulls with 50:50 share of the
results. After analyzed it turns out that the income received by theinvestor and
the farmer is different because in this business breeder farmers who spend for the
maintenance of livestock while the investors only provide the livestocks germs.
The bigger scale of business that the greater the income. The cattle breeding
business with this profit sharing system has a value of r / c ratio> 1, on a small
scale of 1.48, on a medium scale of 1.58 and on a large scale of 1.62, which
means the business is feasible to cultivate. The contribution of livestock at each
successive scale is 53.40%, 60.22% and 67.79% Livestock can be categorized as
a branch of business because it contributes 30-70% in fulfilling the household
income.

Keywords: profit sharing, beef cattle, income, profit

ii
RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di kota Medan pada tanggal 14 Mei 1996. Penulis adalah

anak dari Bapak Suhatri Moenir dan Ibu Delismawati, yang merupakan anak

ketiga dari lima bersaudara.

Penulis menyelesaikan sekolah dasar pada tahun 2007 di

SD Swasta Pertiwi Medan, kemudian melanjutkan ke sekolah menengah pertama

di SMP Negeri 7 Medan yang selesai pada tahun 2010 dan melanjutkan ke

sekolah menengah atas di SMA Negeri 3 Medan pada tahun 2013. Pada tahun

yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Peternakan Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Bersama Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Selama perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa

Muslim Peternakan (HIMMIP) USU, anggota Ikatan Mahasiswa Peternakan

(IMAPET) USU, mahasiswa pendamping dalam Pendampingan Perguruan Tinggi

Negeri pada Kegiatan Penguatan Pakan Induk Sapi Potong 2017, Asisten

Praktikum Analisis Dampak Lingkungan Pertanian dan Pengelolaan Limbah

2016, Asisten Praktikum Tataniaga Ternak 2016 dan Asisten Praktikum Produksi

Potong dan Kerja 2017.

Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Pusat Penelitian

Kelapa Sawit (PPKS) Bukit Sentang, Desa Securai Utara, Kecamatan Babalan,

Kabupaten Langkat pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2016 dan

melaksanakan penelitian di Desa Klambir V Kebun Kecamatan Hamparan Perak

Kabupaten Deli Serdang pada bulan Juni sampai dengan Juli 2017.

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena

atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Analisis Sistem Bagi Hasil Usaha Peternakan Sapi Potong di Desa Klambir V

Kebunˏ Kecamatan Hamparan Perakˏ Kabupaten Deli Serdang”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua

orang tua penulis yang telah memberikan doa serta dukungan kepada penulis

selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

Prof. Ir. Yusuf Leonard Henuk, M.Rur.,Sc., Ph.D., selaku ketua komisi

pembimbing, kepada Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA.,ˏ selaku anggota komisi

pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini dan kepada Ir. Iskandar Sembiring, MM., selaku

dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama masa

perkuliahan.

Disamping ituˏ penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh

civitas akademika di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian serta kepada

seluruh rekan mahasiswa terutama mahasiswa peternakan Universitas Sumatera

Utara stambuk 2013 yang tidak dapat penulis ucapkan satu per satu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi

perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak yang membutuhkan.

iv
DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK .......................................................................................................... i

ABSTRACT ........................................................................................................ ii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv

DAFTAR ISI ....................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix

PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
Tujuan Penelitian ................................................................................................ 4
Kegunaan Penulisan ............................................................................................ 4

TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Lokasi penelitian ................................................................... 5
Sapi Potong ......................................................................................................... 6
Usaha Peternakan Sapi Potong Di Indonesia ...................................................... 8
Sistem Bagi Hasil ................................................................................................ 9
Peranan Usaha Peternakan terhadap Pendapatan Peternak ................................. 12
Biaya Produksi .................................................................................................... 12
Penerimaan ......................................................................................................... 13
Pendapatan .......................................................................................................... 14
B/C Ratio (Benefit Cost Ratio)............................................................................ 15

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ............................................................ 16
Jenis Penelitian .................................................................................................... 16
Metode Penentuan Lokasi dan Pengambilan Sampel Penelitian ........................ 16
Metode Pengumpulan Data ................................................................................. 17
Metode Analisis Data .......................................................................................... 18
Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong ............................................ 18
Biaya Produksi ........................................................................................... 18

v
Penerimaan ................................................................................................ 18
Pendapatan ................................................................................................. 19
R/C ratio..................................................................................................... 19
Kontribusi Usaha Ternak Sapi Potong terhadapTotal Pendapatan
Rumah Tangga Penggaduh ............................................................................. 20
Definisi dan Batasan Operasional
Definisi ........................................................................................................... 21
Batasan Operasional ....................................................................................... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik Responden ..................................................................................... 23
Manajemen Sistem Bagi Hasil di Desa Klambir V Kebun ................................. 26
Analisis Pendapatan Peternak Penggaduh dengan Sistem Bagi Hasil ................ 29
Biaya Produksi ............................................................................................... 29
Biaya Tetap ................................................................................................ 30
Biaya Variabel ........................................................................................... 31
Penerimaan ..................................................................................................... 33
Pendapatan...................................................................................................... 34
R/C Ratio (Return Cost Ratio) ...................................................................... 37
Kontribusi Peternakan terhadap Pendapatan Rumah Tangga Peternak
Penggaduh di Desa Klambir V Kebun ........................................................... 38

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ......................................................................................................... 40
Saran .................................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 41

LAMPIRAN ........................................................................................................ 43

vi
DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Populasi Ternak Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak di Kabupaten


Deli Serdang (ekor) 2015 ............................................................................. 6

2. Banyaknya Ternak Sapi/Lembu, Kerbau, Kambing dan Babi di


Kecamatan Hamparan Perak keadaan akhir tahun 2015 ............................. 17

3. Karakteristik Responden di Desa Klambir V Kebun ................................... 23

4. Total Biaya Produksi selama 1 Periode Usaha Sapi Potong Sistem Bagi
Hasil di Desa Klambir V Kebun ................................................................. 29

5. Penerimaan Usaha Sapi Potong selama 1 Periode Usaha Sapi Potong


Sistem Bagi Hasil di Desa Klambir V Kebun ............................................. 34

6. Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil


di Desa Klambir V Kebun di Luar Biaya Produksi
(Pendapatan Pemilik Modal) ....................................................................... 35

7. Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil


di Desa Klambir V Kebun dengan Biaya Produksi
(Pendapatan Bersih Penggaduh) ................................................................. 36

8. Nilai R/C Rasio Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil
di Desa Klambir V Kebun ............................................................................ 37

9. Kontribusi Peternakan terhadap Pendapatan Rumah Tangga


Peternak Penggaduh Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem
Bagi Hasil di Desa Klambir V Kebun .......................................................... 39

vii
DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Kecamatan Hamparan Perak...................................................................... 5

viii
DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Kuisioner Penelitian ..................................................................................... 43

2. Karakteristik Responden Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem


Bagi Hasil di Desa Klambir V Kebun .......................................................... 47

3. Biaya Tetap Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil


di Desa Klambir V Kebun (Rp) .................................................................. 49

4. Biaya Variabel Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil


di Desa Klambir V Kebun (Rp) .................................................................. 51

5. Lampiran 4. Total Biaya Produksi Usaha Peternakan Sapi Potong


Sistem Bagi Hasil di Desa Klambir V Kebun (Rp) .................................... 53

6. Total Penerimaan Penjualan Ternak Usaha Peternakan Sapi Potong


Sistem Bagi Hasil di Desa Klambir V Kebun (Rp) .................................... 55

7. Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil


di Desa Klambir V Kebun di Luar Biaya Produksi
(Pendapatan Pemilik Modal) (Rp) .............................................................. 57

8. Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di Desa


Klambir V Kebun dengan Biaya Produksi (Pendapatan Bersih
Penggaduh) (Rp) ......................................................................................... 58

9. Nilai R/C Ratio Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di Desa
Klambir V Kebun ........................................................................................ 60

10. Kontribusi Peternakan terhadap Pendapatan Rumah Tangga Peternak


(Penggaduh) Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di
Desa Klambir V Kebun ............................................................................... 61

11. Dokumentasi Penelitian .............................................................................. 63

ix
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan dibidang peternakan merupakan bagian pembangunan

nasional yang sangat penting, karena salah satu tujuan pembangunan dibidang

peternakan adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang unggul dan

meningkatkan pendapatan para peternak.

Usaha peternakan sapi potong di Indonesia khususnya juga di Sumatera

Utara pada umumnya masih merupakan usaha peternakan rakyat dengan pola

pemeliharaan secara tradisional. Menurut kebijakan pemerintah, sub-sektor

peternakan sapi potong sebagai salah satu usaha perlu terus dikembangkan,

terutama usaha peternakan sapi potong bersifat usaha keluarga. Usaha peternakan

sapi potong merupakan usaha yang cukup menjanjikan melihat tingkat kebutuhan

protein hewani di Indonesia yang setiap tahunnya semakin meningkat. Usaha

peternakan sapi potong dapat dikatakan berhasil apabila usaha tersebut

memberikan kontribusi pendapatan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup

peternak sehari-hari.

Perkembangan usaha peternakan ini merupakan sebuah hal yang positif

dan harapan baru bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat peternak tentunya

dengan meningkatnya pendapatan. Hal tersebut tentunya harus disertai dengan

adanya sebuah manajemen pengelolaan usaha peternakan yang tepat, baik disisi

teknis maupun dalam manajemen pemasarannya.

Usaha peternakan sapi potong dapat berkembang jika pengelola

peternakan memiliki modal. Modal sangat diperlukan baik dalam pendirian

maupun dalam pengembangan suatu usaha. Hal tersebut harus didukung

1
2

dengan pengelolaan modal yang baik. Manajemen modal yang baik mencakup

efisiensi penggunaan biaya tetap dan biaya variabel. Biaya-biaya tersebut dalam

usaha sapi potong digunakan untuk pengadaan faktor-faktor produksi sehingga

dalam pemanfaatannya harus efisien agar tingkat laba yang diperoleh dapat

maksimum (Hoddi, et al., 2011).

Ada salah satu kerjasama yang dapat membantu peternak untuk memiliki

modal awal dalam memulai suatu usaha peternakan. Kerjasama tersebut adalah

sistem bagi hasil atau biasa juga disebut sistem gaduhan. Gaduhan merupakan

pola bagi hasil yang dilakukan antara pemberi modal dan peternak. Dalam hal ini

terdapat perorangan atau perusahaan yang memberikan modal berupa sapi

kepada petani peternak yang ingin memelihara sapi tetapi terkendala modal. Pada

saat pemberian modal berupa sapi oleh pemilik sapi kepada pihak yang ingin

memelihara sapi (penggaduh) ada kesepakatan yang terbangun sebelumnya, dari

kesepakatan tersebut kedua belah pihak dapat dikatakan memperoleh keuntungan

yang sama atau seimbang. Kerja sama yang dilakukan tersebut berdasarkan atas

asas saling percaya, dan biasanya penggaduh adalah orang yang sudah dikenal

baik oleh pemberi modal ataupun yang dikenalkan oleh kerabat.

Tradisi gaduh merupakan sistem yang menguntungkan dan akan

memberikan kemakmuran kepada kedua belah pihak. Pada dasarnya, pemilik

hewan ternak dapat membeli sendiri ternaknya kemudian memberikan serta

mengawasi sendiri pemeliharaaan ternaknya kepada penggaduh hewan ternak.

Apabila pemilik hewan ternak dan penggaduh berada dalam wilayah yang sama

atau memiliki jarak yang memungkinkan untuk melakukan pengawasan secara


3

langsung dan berkala, pemilik hewan ternak dapat melakukan sendiri sistem

gaduh tersebut.

Sistem bagi hasil (gaduhan) adalah sistem kerjasama yang paling banyak

digunakan oleh peternakan rakyat. Dari hasil survei awal yang telah

dilaksanakan, peternak di Desa Klambir V Kebun Kecamatan Hamparan Perak

banyak yang melakukan usaha peternakan dengan sistem bagi hasil. Banyak

peternak yang ingin membuat usaha peternakan namun terkendala dengan

kurangnya ketersediaan modal yang dimiliki, maka dari itu peternak mencari cara

dengan melakukan usaha peternakan dengan sistem bagi hasil. Berdasarkan hal

tersebut diatas peneliti merasa tertarik untuk melaksakan penelitian tentang sistem

bagi hasil sapi potong yang ada di Desa Klambir V Kebun Kecamatan Hamparan

Perak.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis merumuskan

masalah yang muncul sebagai berikut :

1. Bagaimana manajemen sistem bagi hasil yang dilaksanakan di Desa Klambir V

Kebun?

2. Bagaimana pendapatan dan keuntungan yang diperoleh penggaduh dari sistem

bagi hasil yang dilaksanakan di Desa Klambir V Kebun?

3. Bagaimanakah kontribusi pendapatan yang diterima peternak penggaduh dari

usaha ternak sapi potong dengan sistem bagi hasil yang dijalankan terhadap

total pendapatan rumah tangga peternak penggaduh di Desa Klambir V

Kebun?
4

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana manajemen sistem bagi hasil yang dilaksanakan

di Desa Klambir V Kebun.

2. Untuk menganalisis tingkat pendapatan dan keuntungan yang didapat oleh

peternak penggaduh dari sistem bagi hasil yang dilaksanakan di Desa Klambir

V Kebun.

3. Untuk mengetahui besar kontribusi peternakan terhadap total pendapatan

rumah tangga peternak penggaduh di Desa Klambir V Kebun.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai sumber informasi dan menjadi salah satu bahan rujukan dalam

penulisan ilmiah selanjutnya.

2. Sebagai sumber informasi dan referensi dalam melakukan usaha peternakan

sapi potong khususnya dengan sistem bagi hasil

3. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam pengembangan usaha

peternakan sapi potong.


TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Klambir V Kebun Kecamatan Hamparan

Perak Kabupaten Deli Serdang. Hamparan Perak merupakan salah satu kecamatan

di Kabupaten Deli Serdang, letaknya sangat strategis yang berbatasan langsung

dengan Kota Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara. Keadaan iklim di

wilayah Hamparan Perak seperti daerah pantai lainnya di Kabupaten Deli Serdang

dipengaruhi oleh iklim musim yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan

suhu udara antara 18-350C. Luas Kecamatan Hamparan Perak ± 263 Km2 (26.300

Ha) atau 9,21 % dari luas Kabupaten Deli Serdang. Hamparan Perak terdiri dari

20 desa dan 219 dusun. Jumlah penduduk Kecamatan Hamparan Perak dari tahun

ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 jumlah penduduk kecamatan

mencapai 170.065 jiwa (BPS Kabupaten Deli Serdang, 2016).

Gambar 1. Kecamatan Hamparan Perak

5
6

Kecamatan Hamparan Perak merupakan salah satu kecamatan di

Kabupaten Deli Serdang yang memiliki jumlah populasi ternak khususnya sapi

potong yang tertinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1. berikut:

Tabel 1. Populasi Ternak Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak di Kabupaten


Deli Serdang (ekor) 2015
Sapi Sapi
No. Kecamatan Kerbau Kambing Domba Babi
Perah Potong
1. Gunung Merah - 35 77 390 - 717
2. S.T.M. Hulu - 566 13 1.899 58 1.760
3. Sibolangit - 717 475 5.627 223 2.405
4. Kutalimbaru 9 6.977 474 4.430 1.966 9.616
5. Pancur Batu 173 4.208 459 4.583 1.825 3.702
6. Namo Rambe 51 7.141 242 9.041 2.044 2.424
7. Biru-Biru - 225 110 2.237 602 891
8. S.T.M. Hilir - 11.717 161 1.940 - 10.099
9. Bangun Purba - 3.702 54 3.452 5.471 973
10. Galang - 3.957 597 839 8.076 890
11. Tanjung Morawa 420 3.180 165 17.396 5.605 505
12. Patumbak - 3.961 - 7.714 - 910
13. Deli Tua 74 606 84 807 6.616 1.352
14. Sunggal 36 4.533 143 3.865 1.219 3.841
15. Hamparan Perak 339 18.800 265 5.894 6.389 4.764
16. Labuhan Deli - 195 20 24.302 - 995
17. Percut Sei Tuan 806 11.260 73 1.005 8.419 3.381
18. Batang Kuis 61 1.523 132 13.809 3.902 896
19. Pantai Labu - 417 44 13.790 758 995
20. Beringin - 3.880 153 4.416 1.500 3.530
21. Lubuk Pakam - 191 105 2.589 940 2013
22. Pagar Merbau 65 2.176 237 237 5.772 -
Deli Serdang 2.035 89.964 4.083 130.260 61.395 56.658
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang
(BPS Kabupaten Deli Serdang, 2016).

Sapi Potong

Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai

penghasil daging. Sapi potong biasa disebut sebagai sapi tipe pedaging. Sapi

potong adalah jenis sapi khusus dipelihara untuk digemukkan karena

karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

baik. Adapun ciri-ciri sapi pedaging adalah seperti berikut: tubuh besar,

berbentuk persegi empat atau balok, kualitas dagingnya maksimum dan mudah
7

dipasarkan, laju pertumbuhan cepat, cepat mencapai dewasa, efisiensi pakannya

tinggi (Abidin dan Soeprapto, 2006).

Sapi potong merupakan penyumbang daging terbesar dari kelompok

ruminansia terhadap produksi daging nasional sehingga usaha ternak ini

berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha menguntungkan. Sapi potong telah

lama dipelihara oleh sebagian masyarakat sebagai tabungan dan tenaga kerja

untuk mengolah tanah dengan manajemen pemeliharaan secara tradisional. Pola

usaha ternak sapi potong sebagian besar berupa usaha rakyat untuk menghasilkan

bibit dan penggemukan, dan pemeliharaan secara terintegrasi dengan tanaman

pangan maupun tanaman perkebunan (Suryana, 2009).

Sapi merupakan komponen yang banyak terkait dengan komponen usaha

tani. Sapi potong mempunyai keuntungan ekonomi sebagai lapangan usaha,

antara lain : 1) sapi potong dapat memanfaatkan bahan makanan yang rendah

kualitasnya menjadi daging, 2) sapi potong sanggup menyesuaikan diri pada

lokasi atau tanah yang kurang produktif untuk pertanian tanaman pangan dan

perkebunan, 3) sapi potong membutuhkan tenaga kerja dan peralatan yang

murah dari pada usaha ternak lain, 4) usaha sapi potong dapat dikembangkan

secara bertahap sebagai usaha komersial dengan ketrampilan dan modal

petani ternak, 5) bermanfaat menghasilkan pupuk kandang untuk tanaman

pertanian dan tanaman perkebunan selain dapat memperbaiki struktur tanah yang

tandus, 6) angka kematian relatif rendah, dan 7) dapat dimanfaatkan untuk

pekerjaan pengangkutan dan pertanian (Murtidjo, 1999).


8

Usaha Peternakan Sapi Potong di Indonesia

Ternak sapi potong atau sapi pedaging adalah peternakan yang umum

dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Kebanyakan cara beternak sapi potong yang

dilakukan masih dalam skala kecil atau dapat di katakan usaha sampingan. Karena

untuk beternak sapi dengan skala peternakan yang lebih besar dibutuhkan modal

yang tidak sedikit. Usaha peternakan sapi potong merupakan usaha yang sangat

layak di jalani, mengingat kebutuhan daging sapi masih sangat tinggi dan masih

belum dapat dipenuhi oleh peternak lokal (Sudarmono dan Sugeng, 2008).

Dalam usaha peternakan sapi potong, ada tiga jenis peternakan, yaitu

pembibitan, penggemukan, pembibitan sekaligus penggemukan. Dari tiga jenis

peternakan sapi potong, usaha peternakan penggemukan sapi potong adalah jenis

peternakan sapi potong yang memiliki perputaran modal paling cepat. Usaha

penggemukan sapi potong biasanya di mulai dengan membeli sapi jantan yang

berusia 2,5 tahun ke atas untuk digemukkan selama 3-4 bulan, kemudian di jual

kembali. Perputaran modal pada usaha penggemukan sapi potong jauh lebih cepat

di bandingkan dengan usaha sapi potong yang berorientasi pada usaha pembibitan

sapi potong. Keuntungan di dalam usaha pembibitan sapi potong baru akan

dirasakan dalam satu tahun, karena sapi menghasilkan anakan satu tahun sekali

(Murtidjo, 1999).

Usaha penggemukan sapi potong merupakan salah satu mata pencaharian

petani yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan dimasa depan. Hal ini

terbukti dengan semakin banyak diminati masyarakat baik dari kalangan peternak

kecil, menengah maupun swasta atau komersial. Tujuan dari usaha penggemukan

sapi adalah untuk meningkatkan produksi daging sapi per satuan ekor,
9

meningkatkan jumlah penawaran daging secara efisien tanpa memotong sapi lebih

banyak, menanggulangi populasi ternak sapi yang menurun akibat pemotongan

sapi betina umur produktif (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi, 2007).

Pemeliharaan sapi potong di Indonesia dipelihara oleh petani secara

tradisional. Hal ini disebabkan karena ternak sapi tidak dipelihara secara khusus

tetapi mempunyai beberapa fungsi, antara lain sebagai penghasil pupuk kandang,

membantu mengolah lahan pertanian, dan sebagai tabungan yang sewaktu-waktu

dapat diuangkan dan pakannya hanya menggantungkan pada sisa hasil pertanian

dan menggantungkan lingkungan pertanian sekitar. Usaha ternak yang demikian

antara lain disebabkan keterbatasan modal petani peternak

(Widiati dan Kusumastuti, 2013).

Sistem Bagi Hasil

Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian

atau ikatan usaha bersama dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha

tersebut dibuat perjanjian adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan

didapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan

syariah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kepada masyarakat, dan di

dalam aturan syari’ah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus

ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya

penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai

kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan di masing-

masing pihak tanpa adanya unsur paksaan (Yunianto, 2015)

Pola bagi hasil dibagi menjadi tiga jenis, yaitu bagi hasil penggemukan,

bagi hasil induk dan pola bagi hasil pemberian kredit, yang selanjutnya
10

dijelaskankan sebagai berikut :

1. Bagi hasil penggemukan

Bagi hasil penggemukan diterapkan pada pemeliharaan sapi Jantan.

Peternak menerima sapi bakalan untuk digemukan dalam waktu tertentu.

Berdasarkan perjanjian yang dibuat bagi hasil keuntungan dihitung setelah ternak

dijual. Prosentase bagi hasil 50:50; 60:40 atau 70:30 untuk pemilik modal :

peternak. Pemilik modal dapat sebagai perorangan, pemerintah atau pemilik

modal yang lain seperti kelompok ternak. Kebanyakan pemilik modal terbagi

jadi dua yaitu individu (swasta) dan pemerintah.

2. Bagi hasil induk

Sama dengan bagi hasil penggemukan, bagi hasil induk terbagi jadi dua

jenis yaitu formal dan nonformal kontrak. Secara umum bagi hasil induk, ternak

yang diberikan ke peternak adalah induk atau induk yang bunting. Peternak yang

menyediakan kandang. Peternak yang dipilih harus memiliki kemampuan

memelihara yang berkarakter baik dan memliki rasa tanggungjawab,

diprioritaskan yang memiliki sendiri lahan untuk sumber pakan ternak. Bagi hasil

dilakukan setelah adanya anak sapi yang telah lahir. Tergantung kesepakatan

antara pemilik modal dan peternak, umumnya anak sapi pertama untuk pemodal

dan anak sapi kedua untuk peternak. Pemilik modal sama dengan bagi hasil

penggemukan, sebagai perorangan, pemerintah atau kelompok pemodal lainnya

seperti kelompok tani. Seiring perkembangan waktu hanya banyak terdapat

pemilik modal sebagai individu dan pemerintah.

3. Pemberian Kredit

Pola bagi hasil bisa dengan sistem pemberian kredit. Pemberian


11

kredit pinjaman ini sebagian besar untuk jenis sapi perah. Peternak yang

mengajukan permohonan pinjaman tergabung dalam satu kelompok ternak bukan

perseorangan. Pemilik modal atau pemberi kredit adalah dari pemerintah atau

pihak swasta. Pemilihan peternak harus benar-benar dilakukan secara selektif

karena berkaitan dengan pendapatan baik untuk pemilik modal dan peternak,

serta untuk jaminan kemampuan peternak dalam melakukan angsuran

(Widi, 2004).

Menurut Pasal 17 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967, bagi hasil

ternak dan persewaan ternak:

1. Peternakan atas dasar bagi-hasil ialah penyerahan ternak sebagai amanat,

yang dititipkan oleh pemilik hewan ternak kepada orang lain, untuk

dipelihara baik-baik, diternakkan, dengan perjanjian bahwa dalam

waktu tertentu titipan tersebut dibayar kembali berupa ternak keturunannya

atau dalam bentuk lain yang disetujui oleh kedua pihak.

2. Waktu tertentu termaksud pada ayat (1) tidak boleh kurang dari 5 (lima)

tahun, dalam hal yang dipeternakkan atas dasar bagi-hasil itu ialah ternak

besar. Bagi ternak kecil jangka waktu itu dapat diperpendek.

3. Jika pengembalian ternak dilakukan dalam bentuk ternak, maka jumlah

ternak, yang harus diberikan kepada pemilik adalah jumlah pokok semula

ditambah sepertiga jumlah keturunan ternak semula itu.

4. Ketentuan-ketentuan lebih lanjut mengenai soal yang diatur pada ayat

(2) sampai dengan ayat (3) pasal ini ditetapkan dengan atau berdasarkan

Peraturan Pemerintah.

5. Pemerintah Daerah tingkat II dengan memperhatikan pasal 5 dan pasal 22


12

Undang-undang ini dapat mengadakan peraturan tentang soal sewa-menyewa

ternak di daerahnya dengan mengindahkan petunjuk-petunjuk Menteri.

Peranan Usaha Peternakan terhadap Pendapatan Peternak

Tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan tingkat

pendapatan peternak, dan diklasifikasi kedalam beberapa kelompok berikut:

1. Peternakan sebagai usaha sambilan, dimana ternak sebagai usaha sambilan

untuk mencukupi kebutuhan sendiri dengan tingkat pendapatan usaha ternak

kurang dari 30%.

2. Peternakan sebagai cabang usaha, dimana peternak mengusahakan pertanian

campuran (mix farming) dengan ternak sebagai cabang usaha, dengan tingkat

pendapatan dari usaha ternak 30-70% (semi komersial atau usaha terpadu).

3. Peternakan sebagai usaha pokok dimana peternakan mengusahakan ternak

sebagai usaha pokok dan komoditi pertanian sebagai usaha sambilan, dengan

tingkat pendapatan usaha ternak 70-100%.

4. Peternakan sebagai usaha sendiri, dimana komoditas ternak diusahakan secara

khusus (specialized farming) dengan tingkat pendapatan usaha ternak 100%

(komoditi pilihan)

(Saragih, 2000).

Biaya Produksi

Biaya didefinisikan sebagai pengeluaran yang berhubugan erat dengan

proses produksi, dapat diduga dan dapat dinyatakan secara kuantitatif. Biaya

dibebankan menjadi beberapa jenis, yaitu (1) biaya alternatif (2) biaya implisit (3)

biaya sirna dan (4) biaya langsung dan tidak langsung (Djojodiporo, 1994).
13

Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan,

baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung

(Soekartawi, 2003).

Beberapa konsep tentang biaya seperti: biaya variabel, biaya tetap, dan

biaya total.

1. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah yang disebabkan oleh

adanya perubahan jumlah hasil. Apabila jumlah barang yang dihasilkan

bertambah, maka biaya biaya variabelnya juga meningkat. Biaya variabel yang

dibebankan pada masing-masing unit disebut biaya variabel rata-rata (average

variabel cost).

2. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya-biaya yang tidak berubah-ubah (konstan) untuk

setiap kali tingkatan/jumlah hasil yang diproduksi.Biaya tetap yang dibebankan

pada masing-masing unit disebut biaya tetap rata-rata (average fixed cost).

3. Biaya Total

Biaya total adalah keseluruhan biaya yang akan dikeluarkan oleh

perusahaan atau dengan kata lain biaya total ini merupakan jumlah dari biaya

tetap dan biaya variabel. Biaya total yang dibebankan pada setiap unit disebut

biaya total rata-rata (average total cost)

(Swastha dan Sukotjo, 1997).

Penerimaan

Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh

dengan harga jual, dan pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan
14

dan semua biaya. Penerimaan adalah hasil dari perkalian jumlah produksi dengan

harga jual sedangkan pendapatan yaitu selisih dari total penerimaan dengan total

biaya dengan rumus Pd = TR – TC, dimana Pd adalah pendapatan, TR yaitu total

penerimaandan TC adalah total biaya (Soekartawi,1995).

Pencatatan adalah hal yang paling penting dalam menjalankan setiap jenis

usaha termasuk pengemukan sapi potong. Pencatatan baik pengeluaran dan

pendapatan dalam jumlah yang besar maupun kecil harus dilakukan secara teliti

sehinga analisis dan perhitungan laba rugi suatu usaha peternakan dapat dilakukan

dengan hasil yang mencerminkan potensi usaha. Dalam sistem usaha peternakan

yang bersifat tradisional pendataan tidak perlu dilakukan, karena fungsi ternak

hanya sebagai tabungan yang sewaktu-waktu bisa dijual jika ada keperluan yang

bersifat mendadak. Pekerjaan menyediakan hijauan pakan ternak yang dilakukan

sendiri oleh pemilik sapi, biasanya tidak diperhitungkan. Demikian juga dengan

penggunaan tanah untuk kandang (Abidin, 2002).

Pendapatan

Usaha ternak sapi telah memberi kontribusi dalam peningkatan pendapatan

keluarga peternak. Peningkatan pendapatan keluarga peternak sapi tidak dapat

dilepaskan dari cara mereka menjalankan dan mengelola peternakannya yang

sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial dan faktor ekonomi. Pendapatan

usaha ternak sapi sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang dijual oleh

peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak sapi maka semakin

tinggi pendapatan bersih yang diperoleh (Soekartawi, 1995).

Analisa pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu

kegiatan usaha, menemukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen itu
15

masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila

pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi.

Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan

pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Aritonang, 1993).

R/C Ratio (Return Cost Ratio)

R/C ratio (return cost ratio) adalah perbandingan antara penerimaan

penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga

menghasilkan produk. Usaha peternakan akan menguntungkan apabila nilai

r/c > 1. Semakin besar nilai r/c semakin besar pula tingkat keuntungan yang akan

diperoleh dari usaha tersebut. Rumus yang digunakan dalam menghitung r/c ratio

adalah:

Total Penerimaan (Rp)


R/C ratio =
Total Biaya Produksi (Rp)

Soekartawi et al., (1986), menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan

memberikan manfaat bila nilai r/c ratio > 1. Semakin besar nilai r/c ratio maka

semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya, semakin kecil nilai r/c rationya

maka semakin tidak efisien usaha tersebut.


16

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Klambir V Kebun Kecamatan Hamparan Perak

Kabupaten Deli Serdang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2017 sampai dengan bulan

Agustus 2017.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif deskriptif, dimana secara kualitatif

yaitu peneliti menggambarkan bagaimana manajemen dari sistem bagi hasil di Desa Klambir V

Kebun Kecamatan Hamparan Perak. Secara kuantitatif yaitu peneliti menggambarkan besarnya

pendapatan dan keuntungan yang didapatkan oleh peternak penggaduh di Desa Klambir V

Kebun Kecamatan Hamparan Perak.

Metode Penentuan Lokasi dan Pengambilan Sampel Penelitian

Metode yang digunakan dalam menentukan lokasi dan pengambilan sampel

ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu dipilih berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Sampel yang digunakan adalah

peternak penggaduh yang melakukan usaha peternakan sapi potong dengan sistem bagi

hasil di Desa Klambir V Kebun Kecamatan Hamparan Perak.

Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan berdasarkan data dan

informasi yang diperoleh, yaitu daerah tersebut merupakan salah satu dari 20 desa yang ada

di Kecamatan Hamparan perak yang memiliki jumlah peternak yang banyak, populasi sapi

potong terbanyak dalam satu kecamatan dan sesuai dengan rumusan masalah yang akan

diidentifikasi. Berikut adalah tabel yang menunjukkan populasi ternak yang ada di

Kecamatan Hamparan Perak:


17

Tabel 2. Banyaknya Ternak Sapi/Lembu, Kerbau, Kambing dan Babi di Kecamatan


Hamparan Perak keadaan akhir tahun 2015
Sapi/ Kambing
No. Kecamatan Kerbau Babi
Lembu / Domba
1. Tandam Hulu II 195 0 769 400
2. Tandam Hulu I 640 0 1.200 0
3. Paya Bakung 678 0 1.400 0
4. Klambir V Kampung 75 0 778 0
5. Klambir V Kebun 2.878 0 2.500 200
6. Klumpang Kebun 2.780 25 2.650 0
7. Klumpang Kampung 156 0 700 0
8. Sialang Muda 200 0 700 0
9. Bulu Cina 2.000 0 5.300 200
10. Tandam Hilir I 789 0 1.598 1.200
11. Tandam Hilir II 1.156 0 1.250 0
12. Kota Datar - 0 1.100 100
13. Kota Rantang 74 0 1.400 0
14. Kampung Lama 36 5 500 0
15. Klambir 339 0 1.100 0
16. Selemak - 0 2.500 0
17. Hamparan Perak 806 28 397 450
18. Sei Baharu 61 0 291 100
19. Paluh Manan - 0 450 300
20. Paluh Kurau - 0 498 200
Jumlah 2014 18.763 260 12.042 4.671
Jumlah 2015 13.833 58 27.081 6.750
Sumber: Dinas Peternakan Kecamatan Hamparan Perak
(BPS Kabupaten Deli Serdang, 2016).

Dari tabel 2. Dapat dilihat bahwa jumlah populasi ternak sapi potong pada Desa

Klambir V kebun merupakan populasi terbesar diantara pada desa lainnya. Hal ini yang

menjadi pertimbangan peneliti dalam memilih lokasi tersebut.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung serta wawancara langsung dengan

menggunakan kuisioner yang telah disediakan. Data sekunder diperoleh dari berbagai jurnal

ilmiah, text book, skripsi (laporan penelitian), serta lembaga terkait seperti Badan Pusat Statistik

(BPS) dan kantor Kepala Desa Klambir V Kebun.

Metode Analisis Data


18

Metode yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah kualitatif

dan kuantitatif. Analisis kualitatif menggambarkan permasalahan yang ada di lapangan yaitu

manajemen sistem bagi hasil di Desa Klambir V Kebun Kecamatan Hamparan Perak,

selanjutnya akan dikaji dengan dikaitkan dengan pustaka yang sudah terlampir. Analisis

kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi pendapatan dan keuntungan peternak

penggaduh serta persentase kontribusi peternakan terhadap total pendapatan rumah tangga

yang diperoleh penggaduh di Desa Klambir V Kebun Kecamatan Hamparan Perak. Dari hasil

tersebut kemudian ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang

diangkat dalam penelitian ini.

Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong

Analisa data yang digunakan untuk mengetahui pendapatan usaha ternak sapi potong di

Desa Klambir V Kebun Kecamatan Hamparan Perak:

1. Biaya Produksi

TC = FC + VC

Keterangan :

TC = Total biaya usaha ternak dalam periode usaha ternak (Rp)

FC = Besarnya biaya yang berupa biaya Tetap (fix cost) (Rp)

VC = Besarnya biaya yang berupa biaya Variabel (variabel cost) (Rp)

(Kasim, 2004).

2. Penerimaan

Penerimaan adalah hasil perkalian antara jumlah keseluruhan hasil fisik yang diperoleh

dikalikan dengan harga masing-masing. Secara umum untuk menghitung penerimaan usaha

peternakan sapi potong dengan menggunakan rumus :

TR = Y. Py
19

Keterangan :

TR = Total penerimaan (Rp)

Y = Jumlah produksi (Kg)

Py = Harga ternak per satuan produksi (Rp/Kg)

(Soekartawi, 1995).

3. Pendapatan

Pendapatan yang didapat dari usaha sapi potong merupakan hasil dari total penerimaan

dikurangkan dengan total biaya yang dikeluarkan. Secara umum untuk menghitung pendapatan

dianalisis menggunakan rumus :

Pd = TR - TC

Keterangan :

Pd = Pendapatan usaha ternak (Rp)

TR = Total penerimaan (Rp)

TC = Total biaya (Rp)

(Kasim, 2004).

4. R/C Ratio (Return Cost Ratio)

R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya yang

dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk. Dirumuskan sebagai berikut :

TR
R/C ratio =
TC

Keterangan:
20

R/C = Return cost ratio

TR = Penerimaan usaha ternak (Rp)

TC = Total biaya usaha ternak dalam periode usaha ternak (Rp)

Apabila:

R/C ratio > 1, maka usaha dikatakan efisien (menguntungkan)

R/C ratio < 1, maka usaha dikatakan tidak efisien (rugi).

Kontribusi Usaha Ternak Sapi Potong terhadap Total Pendapatan Rumah Tangga
Peternak Penggaduh

Kontribusi usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan peternak penggaduh

diperoleh dari persentase pendapatan yang didapat dari usaha ternak sapi potong terhadap

pendapatan total yang dihasilkan penggaduh. Persamaan yang digunakan adalah sebagai

berikut:

X1
K= x 100%
Y

Keterangan :

K = Kontribusi usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan rumah tangga peternak

penggaduh (%)

X1 = Pendapatan usaha ternak sapi potong (Rp/tahun)

Y = Pendapatan total rumah tangga peternak penggaduh (Rp/tahun)

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian,

maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Definisi
21

1. Peternak penggaduh dalam penelitian ini adalah peternak sapi potong yang melaksanakan

usaha sapi potong dengan menerima modal awal dari pemilik modal yang kemudian

hasilnya dibagi dengan pemilik modal.

2. Pemilik modal dalam penelitian ini adalah seseorang atau perusahaan yang memberikan

modal awal berupa sapi kepada peternak yang memiliki wewenang untuk menentukan

pembagian hasil akhir usaha sapi potong dengan peternak.

3. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh peternak yang tidak dipengaruhi

oleh besarnya kecilnya produksi.

4. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi.

5. Biaya produksi adalah total biaya yang dikeluarkan selama melakukan usaha dalam periode

tertentu yang terdiri dan biaya tetap dan biaya tidak tetap.

6. Penerimaan adalah jumlah keseluruhan hasil fisik yang diperoleh dikalikan dengan harga

masing-masing.

7. Pendapatan adalah hasil dari total penerimaan dikurangkan dengan total biaya yang

dikeluarkan.

8. R/C ratio adalah analisis yang digunakan untuk melihat sejauh mana efisiensi suatu usaha

dengan membandingkan antara nilai penerimaan yang diperoleh dengan nilai biaya yang

dikeluarkan.

9. Sistem bagi hasil adalah pola bagi hasil yang dilakukan antara pemilik modal dan peternak.

Dalam hal ini terdapat perorangan atau perusahaan yang memberikan modal berupa sapi

kepada petani peternak yang ingin memelihara sapi tetapi terkendala modal. Kemudian

ada kesepakatan yang terbangun sebelumnya, dari kesepakatan tersebut kedua belah pihak

dapat dikatakan memperoleh keuntungan yang sama atau seimbang.

Batasan Operasional
22

1. Penelitian dilakukan di desa Klambir V Kebun Kebun kecamatan Hamparan Perak

kabupaten Deli Serdang.

2. Penelitian dilakukan mulai bulan Juli 2017.

3. Sampel penelitian adalah peternak penggaduh yang melaksanakan usaha peternakan sapi

potong dengan sistem bagi hasil di desa Klambir V Kebun kecamatan Hamparan Perak

kabupaten Deli Serdang.

4. Ruang lingkup penelitian ini adalah manajemen sistem bagi hasil usaha peternakan sapi

potong sistem bagi hasil dan pendapatan serta keuntungan sistem bagi hasil di desa Klambir

V Kebun Kebun kecamatan Hamparan Perak kabupaten Deli Serdang. Analisis pendapatan

dan keuntungan dilakukan dengan menghitung biaya produksi, penerimaan, pendapatan

serta r/c ratio


HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah peternak penggaduh sapi potong

dengan sistem bagi hasil sebanyak 35 orang di desa Klambir V Kebun kecamatan

Hamparan Perak. Gambaran karakteristik responden dapat diihat pada tabel 3.

berikut:

Tabel 3. Karakteristik Responden di Desa Klambir V Kebun


Peternak Penggaduh
No. Karakteristik Responden Jumlah Persentase
(orang) (%)
1. Umur (tahun)
25 – 35 9 25,7
36 – 45 13 37,1
46 – 55 12 34,3
>55 1 2,9
2. Jenis Kelamin
Laki-Laki 35 100
Perempuan 0 0
3. Pendidikan
Tidak Bersekolah 0 0
SD/Sederajat 11 31,4
SMP/Sederajat 14 40,0
SMA/Sederajat 10 28,6
Perguruan Tinggi 0 0
4. Pengalaman Beternak (tahun)
3–9 11 31,4
10 – 17 13 37,1
18 – 25 6 17,1
>25 5 14,4
5. Jumlah Ternak (ekor)
3 – 11 16 45,7
12 – 20 10 28,6
>20 9 25,7
6. Pekerjaan Utama
Peternak 5 14,3
Karyawan (BUMN/Swasta) 7 20,0
Wiraswasta/Pedagang 9 25,7
Buruh Bangunan 7 20,0
Pegawai Negeri 0 0
Buruh 5 14,3
Dll 2 5,7
7. Pendapatan (Rp/bulan)
≤ 1.000.000 2 5,7
1.100.000 – 2.000.000 23 65,7
≥ 2.100.000 10 28,6
Sumber : Data Primer Terolah, 2017.
23
24

Menurut data yang terolah pada tabel 3. dapat dilihat bahwa rentang usia

peternak penggaduh dengan persentase tertinggi adalah dari rentang usia 36

sampai dengan 45 tahun sebanyak 13 orang dengan persentase 37,1%, diikuti

dengan persentase terbesar setelahnya, yaitu 46 sampai 55 tahun sebanyak 12

orang dengan persentase 34,3%, rentang usia 25 sampai dengan 35 tahun

sebanyak 9 orang dengan persentase 25,7% dan rentang usia dengan persentase

terendah yaitu usia >55 tahun sebanyak 1 orang dengan persentase 2,9%. Para

peternak penggaduh berada pada jenjang usia yang produktif sesuai dengan data

BPS yang menyatakan bahwa batas usia untuk bekerja dimulai dari usia 15 tahun

hingga 64 tahun, yang dibedakan menjadi 2 kategori, yang pertama usia sangat

produktif (15-49), dan kedua usia produktif (50-64). Usia produktif ini dapat

menunjang kemampuan peternak dalam menjalankan usahanya karena

kemampuan kerjanya yang masih baik.

Responden dalam penelitian ini semuanya berjenis kelamin laki-laki.

Untuk usaha peternakan sapi potong dibutuhkan banyak tenaga, oleh karena itu

umumnya laki-laki lebihh banyak digunakan tenaganya karena lebih kuat

dibandingkan dengan perempuan, walaupun ada beberapa pekerjaan beternak

yang bisa dikerjakan oleh perempuan juga.

Tingkat pendidikan pada peternak penggaduh kebanyakan pada tingkat

SMP/sederajat yaitu sebanyak 14 orang (40%), selanjutnya pada tingkat

SD/sederajat sebanyak 11 orang (31,4%) dan paling sedikit pada tingkat

SMA/sederajat sebanyak 10 orang (28,6%). Pendidikan dapat mempengaruhi

bagaimana pengetahuan, kemampuan dan sikap dari seorang peternak dalam

menerima informasi dan inovasi baru untuk mengelola usahanya sehingga dapat
25

memperoleh pendapatan dan keuntungan yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan

pendapat Reksowardoyo (1983) bahwa dengan pendidikan akan menambah

pengetahuan, mengembangkan sikap dan menumbuhkan kepentingan peternak

terutama dalam menghadapi perubahan.

Pengalaman beternak peternak penggaduh terbanyak adalah pada kisaran

10 sampai dengan 17 tahun yaitu sebanyak 13 orang (37,1%), kemudian pada 3

sampai 9 tahun beternak sebanyak 11 orang (31,4%), 18 sampai 25 tahun beternak

sebanyak 6 orang (17,1%) dan diatas 25 tahun beternak sebanyak 5 orang

(14,4%). Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa para peternak memiliki

pengalaman yang cukup lama dalam beternak sehingga dari pengalaman tersebut

dapat membuat peternak lebih tahu bagaimana cara menyikapi perkembangan atau

inovasi yang harus dilakukan untuk kemajuan usahanya. Pengalaman juga sangat

membantu disamping adanya pendidikan formal dalam menjalankan suatu usaha.

Melihat kurangnya modal yang dimiliki peternak penggaduh, jumlah

ternak yang dipelihara peternak persentase yang banyak adalah 3 sampai 11 ekor

ternak sebanyak 16 orang (45,7%), kemudian 12 sampai 20 ekor sebanyak 10

orang (28,6%) dan jumlah ternak diatas 20 ekor sebanyak 9 orang (25,7%).

Pekerjaan utama peternak penggaduh tidak hanya sebagai peternak, karena

kebanyakan hanya menjadikan beternak sebagai pekerjaan sampingan, hobi atau

hanya sebagai tabungan sewaktu-waktu jika diperlukan. Pekerjaan yang paling

banyak dijumpai adalah wiraswasta atau berdagang, selebihnya peternak ada yang

seorang karyawan BUMN, karyawan swasta, buruh bangunan, petugas

kebersihan, pensiunan dan bahkan ada yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Dari

pekerjaan utama tersebut, pendapatan yang dapat dihasilkan oleh peternak


26

umumnya berkisar antara Rp 1.000.000,- sampai dengan Rp 2.000.000,-. Hanya

beberapa orang saja yang pendapatannya masih dibawah Rp 1.000.000,- dan

diatas Rp 2.000.000,-.

Manajemen Sistem Bagi Hasil di Desa Klambir V Kebun

Sistem bagi hasil sapi potong di Desa Klambir V Kebun dilakukan dengan

adanya perjanjian antara pemilik modal dan peternak penggaduh. Perjanjian

biasanya hanya secara lisan saja dengan kesepakatan bersama tanpa adanya surat-

surat kuasa dan sebagainya. Pemilik modal biasanya dari perorangan, bukan dari

perusahaan dan banyak yang bukan berasal dari Desa Klambir V Kebun. Ada 2

sistem bagi hasil yang ada di Desa Klambir V Kebun, yaitu bagi hasil

penggemukan dan bagi hasil induk. Untuk bagi hasil penggemukan, hasil yang

didapat nantinya dibagi 50:50, yaitu keuntungan dari penjualan ternak dibagi

sama rata antara pemilik modal dan peternak penggaduh, modal awal kembali

kepada pemilik modal. Adapun untuk bagi hasil induk, pembagian hasilnya yaitu

apabila induk melahirkan maka anakan akan dipelihara terlebih dahulu, kemudian

jika sudah memasuki masa lepas sapih, anakan akan dijual dan hasil penjualan

dibagi 2 antara pemilik modal dan peternak penggaduh. Hal ini sesuai dengan

yang tertera pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 pasal 17 ayat 1, tentang

bagi hasil ternak dan persewaan ternak; peternakan atas dasar bagi hasil ialah

penyerahan ternak sebagai amanat, yang dititipkan oleh pemilik hewan ternak

kepada orang lain, untuk dipelihara baik-baik, diternakkan, dengan perjanjian

bahwa dalam waktu tertentu titipan tersebut dibayar kembali berupa ternak

keturunannya atau dalam bentuk lain yang disetujui oleh kedua pihak.

Dari kedua sistem bagi hasil yang ada di Desa Klambir V Kebun,
27

umumnya peternak penggaduh lebih memilih sistem bagi hasil penggemukan,

karena peternak penggaduh merasa bagi hasil induk hasilnya kurang

menguntungkan karena banyak modal yang harus dikeluarkan baik dari segi

waktu maupun biaya pemeliharaan anakan dan induk, sedangkan bagi hasil

penggemukan hanya membutuhkan waktu yang singkat yaitu sekitar 5 sampai 6

bulan penggemukan kemudian ternak dijual dan keuntungan dapat diputar

kembali.

Modal yang diberikan oleh pemilik modal adalah berupa sapi jantan

dengan jenis umumnya sapi PO dan sapi lokal. Jumlah yang diberikan tergantung

dengan kesanggupan dari peternak penggaduh. Sementara itu, sarana dan

prasarana lainnya seperti kandang, peralatan, pakan, obat-obatan adalah

tanggungan untuk peternak penggaduh. Hal ini sesuai dengan pendapat

Lole (1995), dimana pada satu pihak, petani/peternak memiliki tenaga kerja, lahan

usaha dan keterampilan beternak, tetapi tidak memiliki ternak sendiri telah

menciptakan kekuatan permintaan terhadap modal (ternak) sekaligus penawaran

tenaga kerja. Pada pihak lain pemodal memiliki modal (ternak bakalan dan uang

tunai), tetapi tidak memiliki tenaga kerja yang cukup telah menciptakan

permintaan tenaga kerja sekaligus penawaran modal (ternak).

Hasil yang didapat biasanya dalam 1 kali penjualan saja yaitu pada saat

hari raya Idul Adha (kurban), karena sistem bagi hasil yang digunakan adalah

dengan sistem penggemukan sapi jantan. Dalam 1 periode penggemukan biasanya

memiliki waktu yaitu ± 6 bulan lamanya. Apabila dalam pemeliharaan ada ternak

yang mati karena penyakit maka peternak tidak diberikan denda atau sanksi.

Namun apabila ternak mati karena kelalaian peternak seperti ditabrak kendaraan
28

maka peternak harus mengganti sesuai dengan perjanjian dengan pemilik modal.

Pemilik modal akan mendapatkan hasil berupa pengembalian bakalan dengan

nilainya yang telah disepakati, kemudian keuntungan dibagi dua.

Pemilik modal memiliki beberapa kriteria untuk memberikan modalnya

kepada peternak penggaduh, diantaranya adalah peternak penggaduh harus sudah

memiliki pengalaman beternak, rajin dalam bekerja, jujur dan dapat dipercaya.

Peternak pnggaduh yang dipilih juga sebaiknya memiliki keluarga yang bisa

membantu dalam beternak, sehingga apabila penggaduh sakit atau meninggal

dunia maka dapat digantikan oleh keluarga yang lain. Pemilik modal terkadang

juga memantau bagaimana perkembangan ternak yang ada pada peternak

penggaduh biasanya dalam sebulan bisa 1 sampai 2 kali. Hubungan kerjasama

antara pemilik modal dan peternak penggaduh tidak ada batasan waktu selama

pembagian hasil masih sesuai dengan perjanjian dan tidak ada yang melakukan

kecurangan. Maka dari itu hubungan kerjasama ini didasari dengan adanya

kepercayaan yang terjalin antara pemilik modal dan peternak penggaduh.

Alasan peternak penggaduh menjalankan usaha peternakan sapi potong

dengan sistem bagi hasil adalah untuk mengisi waktu luang yang ada dan juga

adanya keinginan untuk beternak namun kekurangan modal. Oleh sebab itu

peternak memilih sistem bagi hasil ini karena sangat membantu dalam modal awal

untuk melakukan usaha peternakan sehingga hasilnya dapat menjadi hasil

pemasukan tambahan selain dari pekerjaan utama untuk memenuhi kebutuhan

hidup dan juga dapat menjadi tabungan sewaktu-waktu jika ada keperluan

mendesak.
29

Analisis Pendapatan Peternak Penggaduh Sistem Bagi Hasil Usaha


Peternakan Sapi Potong

Analisis pendapatan dihitung untuk mengetahui apakah penerimaan dari

usaha yang dijalankan bisa menutupi total biaya produksi yang sudah dikeluarkan.

Variabel yang dihitung adalah penerimaan, biaya tetap, biaya variabel, total biaya

produksi, pendapatan yang diperoleh dan Return Cost Ratio (R/C Ratio). Peternak

penggaduh dalam penelitian ini menggunakan sistem bagi hasil penggemukan

sapi jantan yang dibedakan menjadi 3 skala kepemilikan, yaitu penggaduh dengan

jumlah ternak 3-11 ekor (skala kecil) sebanyak 16 orang, penggaduh dengan

jumlah ternak 12-20 ekor (skala menengah) sebanyak 10 orang dan penggaduh

dengan jumlah ternak >20 ekor (skala besar) sebanyak 9 orang, dengan 1 periode

pemeliharaan selama 6 bulan.

Biaya Produksi

Biaya produksi adalah total penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel

yang dikeluarkan untuk setiap pemeliharaan ternak. Berikut dapat dilihat pada

tabel 4. total biaya produksi yang dikeluarkan:

Tabel 4. Total Biaya Produksi selama 1 Periode Usaha Sapi Potong Sistem Bagi
Hasil di Desa Klambir V Kebun
Peternak Penggaduh
No. Uraian
3-11 ekor 12-20 ekor >20 ekor
1. Biaya Tetap
- Penyusutan Kandang 184.375 298.000 755.556
- Penyusutan Peralatan 52.972 131.475 148.105
Total Biaya Tetap 237.347 429.475 903.660
2. Biaya Variabel
- Pembelian Bakalan 53.468.750 111.000.000 234.277.778
- Garam/suplemen 208.500 451.200 973.333
- Obat-obatan 299.125 611.200 1.293.889
- Tenaga Kerja 5.400.000 5.400.000 5.400.000
Total Biaya Variabel 59.376.375 117.462.400 241.945.000
Total Biaya Produksi 59.613.722 117.891.875 242.848.660
Total Biaya Produksi per ekor 8.372.346 7.991.026 7.762.587
Sumber : Data Primer Terolah, 2017.
30

Biaya Tetap

Dari tabel 4. dapat dilihat bahwa komponen yang ada pada biaya tetap

adalah biaya penyusutan kandang dan biaya penyusutan peralatan. Semakin besar

skala kepemilikan maka semakin besar pula biaya tetap yang dikeluarkan karena

besarnya skala kepemilikan mempengaruhi besarnya kandang yang dipakai dan

banyaknya peralatan yang digunakan. Rata-rata biaya tetap skala kepemilikan

3-11 ekor adalah Rp 237.347,-, skala kepemilikan 12-20 ekor biaya tetapnya

sebesar Rp 429.475,- dan pada skala kepemilikan >20 ekor biaya tetapnya sebesar

Rp 903.660,-.

Biaya penyusutan kandang didapat dari perbandingan antara nilai atau

harga pembuatan kandang dengan umur ekonomis pemakaian kandang. Biaya

pembangunan kandang pada tiap skala kepemilikan berbeda-beda. Pada skala

3-11 ekor biaya penyusutan kandang sebesar Rp 184.375,-. Kemudian pada skala

kepemilikan 12-20 ekor sebesar Rp 298.000,- dan yang tertinggi pada skala

>20 ekor yaitu sebesar Rp 755.556,-. Hal ini tergantung pada luas lahan dan bahan

yang digunakan. Kondisi kandang yang ada di desa Klambir V Kebun masih

tradisional atau dengan menggunakan bahan seadanya dengan sistem

perkandangan koloni/kelompok. Bahan yang digunakan untuk pembuatan

kandang seperti atap yang umumnya digunakan dari seng, lantai sebagian ada

yang disemen dan ada yang hanya menggunakan padatan tanah, untuk dinding

kandang ada yang menggunakan kayu, bambu dan ada juga yang menggunakan

beton.

Biaya penyusutan peralatan juga sama halnya seperti penyusutan kandang.

Biaya penyusutan peralatan tergantung pada jenis peralatan, harga yang berlaku
31

pada setiap peralatan dan juga jumlah peralatan yang digunakan. Peralatan yang

digunakan dalam usaha peternakan sapi potong di desa Klambir V adalah kereta

sorong, cangkul, sekop, sabit, ember, sapu dan selang air. Biaya penyusutan

peralatan diperoleh dari perbandingan antara harga beli peralatan dengan umur

ekonomis peralatan.

Biaya Variabel

Selain biaya tetap, biaya variabel juga termasuk kedalam biaya produksi.

Adapun yang termasuk kedalam biaya variabel disini adalah biaya pembelian

bakalan sapi jantan, garam sebagai pakan tambahan (suplemen), obat-obatan dan

tenaga kerja. Pembelian bakalan tidak tunai dikeluarkan karena biaya bakalan

diberikan oleh pemilik modal dan nantinya akan dikembalikan setelah penjualan

selesai. Biaya bakalan tergantung pada jenis, umur, performans dan waktu

pembelian bakalan itu sendiri. Bakalan sapi yang digunakan berupa sapi jantan

dengan jenis sapi PO dan sapi lokal. Alasan mengapa sapi PO dan sapi lokal

dijadikan bakalan karena penjualan ternak yang hanya dilakukan disaat hari raya

Idul Adha (kurban) yang permintaan konsumennya umumnya adalah sapi PO dan

sapi lokal.

Ternak di Desa Klambir V kebun dipelihara secara semi intensif, yaitu

ternak digembalakan pada pagi hari kemudian pada sore hari ternak dikembalikan

ke kandang dan diberikan pakan berupa rumput potong. Biaya pakan tidak

dikenakan karena peternak dapat menggambil rumput di lahan sekitaran

lingkungannya sendiri. Untuk mengganti biaya pakan maka biaya tenaga kerja

diasumsikan menjadi biaya pakan. Untuk menambah nutrisi dari pakan yang

tersedia, peternak menambahkan garam sebagai suplemen atau pakan tambahan


32

untuk ternak yang diberikan dengan cara mencampurkannya dengan air minum

ternak. Pada tahun 2017 ini peternak banyak mengeluh karena harga garam

meningkat drastis dua kali lipat dari biasanya. Harga normal garam Rp 1.500

sampai Rp 2.000,- per kilogram meningkat menjadi Rp 4000 per kilogramnya.

Kebutuhan garam biasanya 1-2 kg per ekor per bulan. Garam termasuk mineral

yang dibutuhkan oleh tubuh ternak karena kandungan mineral dalam garam tidak

dapat diproduksi sendiri didalam tubuh ternak. Apabila ternak kekurangan mineral

dalam tubuh dapat merusak sistem reproduksi dan penurunan produksi. Oleh

karena itu apabila ternak memakan pakan yang masih kurang kandungan

mineralnya, peternak wajib memberikan penambahan mineral salah satunya

dengan pemberian garam.

Obat-obatan dalam 1 periode biasa hanya diberikan sekali, yaitu pada saat

bakalan pertama kali masuk maka akan diberi obat cacing dengan upahan

Rp 40.000,- per ekor. Kemudian perawatan selanjutnya adalah biasanya ada

beberapa ternak terserang penyakit kembung yang akan diobati dengan diberikan

obat dengan bahan tradisional seperti jahe yang direbus kemudian diberikaan

minum pada ternak yang sakit.

Biaya tenaga kerja juga tidak dibayarkan secara tunai karena tenaga kerja

merupakan peternak itu sendiri. Biaya tenaga kerja merupakan asumsi dari biaya

pakan yang diberikan, karena pakan didapat secara gratis dengan cara

menggembalakn ternak dan mengambil rumput potong yang diarit sendiri oleh

peternak. Biaya tenaga kerja merupakan asumsi dari waktu yang dikeluarkan

peternak dalam memelihara ternak dan biaya transportasi yang dikeluarkan untuk

mengambil pakan. Cara menghitung biaya tenaga kerja adalah dengan cara
33

menghitung jumlah waktu (jam) yang dikeluarkan untuk merawat sapi per hari

dikalikan dengan upah minimum regional (UMR) yang berlaku per jam nya di

daerah Klambir V Kebun. Upah per jam nya diasumsikan Rp 7.500,- dengan

waktu kerjanya 4 jam per harinya.

Dari hasil data terolah pada tabel 4. total biaya produksi yang dikeluarkan

untuk setiap jumlah ternaknya berbeda-beda disetiap skala kepemilikan yang ada.

Pada skala kepemilikan 3-11 ekor total biaya produksi adalah Rp 8.372.346,-,

skala kepemilikan 12-20 ekor total biaya produksi sebesar Rp 7.991.021,- dan

pada skala >20 ekor total biaya produksi sebesar Rp 7.762.587,-. Semakin besar

skala kepemilikannya semakin kecil biaya produksi yang dikeluarkan. Hal ini

dikarenakan oleh adanya efisiensi penggunaan tenaga kerja yang ada. Setiap skala

kepemilikan memiliki 1 orang tenaga kerja untuk menangani berapa ekor ternak

yang ada dalam peternakan tersebut. Untuk 1 tenaga kerja pada skala 3-11 ekor

dapat menangani jumlah ternak dengan rataan 7 ekor per tenaga kerjanya,

kemudian pada skala 12-20 ekor dapat menangani jumlah ternak dengan rataan

15 ekor per tenaga kerjanya dan pada skala >20 ekor tenaga kerja dapat

menangani jumlah ternak dengan rataan 31 ekor per tenaga kerjanya.

2. Penerimaan

Penerimaan merupakan hasil yang diperoleh peternak setelah

pemeliharaan dalam 1 periode (6 bulan). Dalam sistem bagi hasil ini penerimaan

yang didapatkan hanya dari penjualan ternak yang dilakukan dalam 1 kali selama

1 periode pemeliharaan, yaitu pada saat hari raya Idul Adha (kurban). Besarnya

harga jual ternak tergantung pada performans ternak. Hasil penerimaan dapat

dilihat pada tabel 5. berikut :


34

Tabel 5. Penerimaan Usaha Sapi Potong selama 1 Periode Usaha Sapi Potong
Sistem Bagi Hasil di Desa Klambir V Kebun
Rata-rata per Ekor
Skala Kepemilikan Penjualan Ternak (Rp)
(Rp)
3-11 ekor 89.218.750 12.330.814
12-20 ekor 186.850.000 12.604.483
>20 ekor 395.277.778 12.610.356
Sumber : Data Primer Terolah, 2017.

Besarnya penerimaan yang didapat tergantung pada besarnya skala

kepemilikan. Semakin besar skala kepemilikan maka semakin besar pula

penerimaan yang di dapat. Pada skala kepemilikan 3-11 ekor penerimaan yang

didapat adalah Rp 89.218.750 dengan rataan harga jual Rp 12.330.814,- per ekor.

Pada skala 12-20 ekor penerimaan yang didapat adalah RP 186.850.000,- dengan

rataan harga jual Rp 12.604.483,- per ekor. Sedangkan pada skala >20 ekor

penerimaan yang didapat adalah Rp 395.277.778,- dengan rataan harga jual

Rp 12.610.356,- per ekor. Harga jual ternak yang ada di Desa Klambir V Kebun

adalah Rp 11.000.000,- sampai dengan Rp 13.500.000,-. Harga jual ternak

tergantung pada bobot badan ternak dan kondisi ternak. Bobot badan ternak yang

ada di desa Klambir V kebun berkisar antara 180 kg sampai dengan 280 kg. Total

penerimaan yang didapat harus lebih tinggi dibandingkan dengan total biaya

produksi yang dikeluarkan untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi. Hasil

perhitungan penerimaan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.

3. Pendapatan

Pendapatan merupakan selisih dari total hasil penerimaan usaha ssapi

potong dengan total biaya produksi yang dikeluarkan dalam melakuan usaha

peternakan sapi potong selama satu periode (6 bulan). Analisa pendapatan

berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu kegiatan usaha. Kegiatan


35

usaha dikatakan berhasil apabila pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk

memenuhi semua sarana produksi. Jika nilai yang diperoleh adalah positif, maka

dapat dikatakan bahwa usaha tersebut memperoleh keuntungan sedangkan

jika nilai yang diperoleh bernilai negatif, maka dapat dikatakan bahwa usaha

peternakan yang digeluti tersebut mengalami kerugian.

Pendapatan dibagi menjadi 2, yaitu pendapatan pemilik modal dan

pendapatan peternak penggaduh. Adapun besarnya pendapatan pemilik modal

pada usaha sapi potong di desa Klambir V Kebun dapat dilihat pada tabel .

berikut:

Tabel 6. Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di Desa
Klambir V Kebun di Luar Biaya Produksi (Pendapatan Pemilik Modal)
Harga
Penerimaan Pendapatan
Skala Bakalan Pendapatan Bagi Hasil
Penjualan per Ekor
Kepemilikan Ternak (Rp) (Rp)
Ternak (Rp) (Rp)
(Rp)
3-11 ekor 89.218.750 53.468.750 35.750.000 17.875.000 2.482.395
12-20 ekor 186.850.000 111.000.000 75.850.000 37.925.000 2.545.394
>20 ekor 395.277.778 234.277.778 161.000.000 80.500.000 2.566.354
Sumber : Data Primer Terolah, 2017.

Dari tabel 6. dapat dilihat bahwa pendapatan bersih untuk pemilik ternak

adalah hasil selisih dari penerimaan penjualan ternak dengan harga bakalan yang

dikeluarkan, kemudian karena sistem bagi hasil maka pendapatan dibagi dua.

Pada skala kepemilikan 3-11 ekor pemilik modal memperoleh pendapatan

sebesar Rp17.875.000,- per periode dengan rataan Rp 2.482.395,- per ekor, pada

skala 12-20 ekor pendapatan yang diperoleh sebesar adalah Rp 37.925.000,- per

periode dengan rataan Rp 2.545.394,- per ekor dan pada skala >20 ekor

pendapatan yang diperoleh adalah sebesar Rp 80.500.000,- per periode dengan

rataan Rp 2.566.354,- per ekor. Semakin besar skala kepemilikan maka semakin

besar pula pendapatan yan diperoleh oleh pemilik modal. Pendapatan pemilik
36

modal merupakan selisih antara harga jual ternak dengan harga bakalan yang

dikeluarkan karena pemilik modal tidak mengeluarkan biaya untuk sarana dan

prasarana dalam pemeliharaan ternak sapi potong.

Selanjutnya untuk mengetahui pendapatan dari peternak penggaduh dapat

dilihat dari tabel 7. berikut:

Tabel 7. Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di Desa
Klambir V Kebun dengan Biaya Produksi (Pendapatan Bersih
Penggaduh)
Biaya
Skala Nilai Jual Pendapatan
Biaya Pendapatan Bagi Hasil
Kepemilikan Ternak Biaya Tetap per ekor
Variabel
3-11 ekor 89.218.750 237.347 59.376.375 29.605.028 14.802.514 1.979.234
12-20 ekor 186.850.000 429.475 117.462.400 68.958.125 34.479.063 2.306.729
>20 ekor 395.277.778 903.660 241.945.000 152.429.118 76.214.559 2.423.884
Sumber : Data Primer Terolah, 2017.

Pendapatan yang diperoleh peternak penggaduh adalah dari hasil selisih

antara harga jual ternak dengan total biaya produksi yang didapat dari

penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel, kemudian pendapatan dibagi dua

sesuai dengan sistem bagi hasil yang ada. Pada skala kepemilikan 3-11 ekor

peternak penggaduh memperoleh pendapatan sebesar Rp14.802.514,- per periode

dengan rataan Rp 1.979.234,- per ekor, pada skala 12-20 ekor pendapatan yang

diperoleh sebesar adalah Rp 34.479.063,- per periode dengan rataan

Rp 2.306.729,- per ekor dan pada skala >20 ekor pendapatan yang diperoleh

adalah sebesar Rp 76.214.559,- per periode dengan rataan Rp 2.423.884,- per

ekor. Jika dilihat dari tabel 6. dan tabel 7. dapat diketahui bahwa keuntungan

yang diperoleh dari pemilik modal lebih besar daripada penggaduh. Inilah yang

menjadi kelemahan sistem ini menurut peternak peternak penggaduh, namun

peternak juga tidak terlalu mengeluh karena mereka sudah merasa terbantu untuk
37

menjalankan usaha peternakan sapi potong ini dengan bantuan modal awal yang

diberikan oleh pemilik modal dan keuntungan yang diperoleh bisa menjadi

pemasukan tambahan.

4. R/C Ratio (Return Cost Ratio)

R/C ratio (Return Cost Ratio) adalah perbandingan antara penerimaan

penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga

menghasilkan produk. Usaha peternakan akan menguntungkan apabila nilai

r/c > 1. Semakin besar nilai r/c semakin besar pula tingkat keuntungan yang akan

diperoleh dari usaha tersebut. Berikut dapat dilihat pada tabel 8. nilai r/c ratio

pada usaha peternakan sapi potong sistem bagi hasil di desa Klambir V Kebun:

Tabel 8. Nilai R/C Rasio Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di
Desa Klambir V Kebun
Skala Total Biaya
Total Penerimaan Keuntungan R/C Ratio
Kepemilikan Produksi
3-11 ekor 89.218.750 59.613.722 29.605.028 1,48
12-20 ekor 186.850.000 117.891.875 68.958.125 1,58
>20ekor 395.277.778 242.848.660 152.429.118 1,62
Sumber : Data Primer Terolah, 2017.

Hasil yang dapat dilihat pada tabel 8. menunjukkan nilai r/c ratio tiap skala

kepemilikan nya. Skala 3-11 ekor nilai r/c ratio sebesar 1,48, pada skala 12-20

ekor nilai r/c ratio yang didapat sebesar 1,58 dan pada skala >20 ekor nilai r/c

ratio yang didapat sebesar 1,62. Nilai r/c ratio yang didapatkan semua skala >1,

artinya usaha tersebut dapat dikatakan efisien karena nilai manfaat yang diterima

sesuai dengan biaya yang telah dikeluarkan (menguntungkan) baik skala kecil,

menengah maupun skala besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Soekartawi et al., (1986), yang menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan

memberikan manfaat bila nilai r/c ratio > 1. Semakin besar nilai r/c ratio maka
38

semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya, semakin kecil nilai r/c rationya

maka semakin tidak efisien usaha tersebut. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan

Armunanto et al., (2014), yang menyatakan bahwa efisiensi dalam usaha

sebenarnya juga ditentukan bagaimana pola masing-masing petani peternak dalam

menggunakan semua faktor-faktor input. Penggunaan faktor input harus

mengedepankan prinsip-prinsip yang efisien. Prinsip yang efisien dimaksudkan

lebih mengarah kepada bagaimana petani peternak dapat menggunakan faktor-

faktor produksi yang ada seoptimal mungkin. Semua faktor produksi yang ada

dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan tidak terjadi pemborosan dalam

penggunaan sarana produksi dan tepat dalam waktu.

Kontribusi Peternakan terhadap Pendapatan Rumah Tangga Peternak


Penggaduh di Desa Klambir V Kebun Kecamatan Hamparan Perak

Peternak penggaduh di Desa Klambir V tidak semuanya adalah seorang

peternak, kebanyakan memilih beternak sebagai usaha sambilan untuk menambah

pendapatan rumah tangga. Pekerjaan yang paling banyak dijumpai adalah

wiraswasta atau berdagang, selebihnya peternak ada yang seorang karyawan

BUMN, karyawan swasta, buruh bangunan, petugas kebersihan, pensiunan dan

bahkan ada yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Dari pekerjaan utama tersebut,

pendapatan yang dapat dihasilkan oleh peternak umumnya berkisar antara Rp

1.000.000,- sampai dengan Rp 2.000.000,-. Hanya beberapa orang saja yang

pendapatannya masih dibawah Rp 1.000.000,- dan diatas Rp 2.000.000,-.Berikut

adalah persentase kontribusi usaha peternakan sapi potong terhadap pendapatan

rumah tangga peternak penggaduh di desa Klambir V Kebun:


39

Tabel 9. Kontribusi Peternakan terhadap Pendapatan Rumah Tangga Peternak


Penggaduh Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di Desa
Klambir V Kebun
Skala Pendapatan Pendapatan Total Kontribusi Kontribusi
Kepemilikan Peternakan Utama per pendapatan pendapatan peternakan
per Bulan Bulan keluarga utama (%) (%)
3-11 ekor 2.467.086 1.838.304 4.017.086 46,60 53,40
12-20 ekor 5.746.511 3.534.428 7.952.264 39,78 60,22
>20 ekor 12.702.427 5.463.865 15.734.210 32,21 67,79
Sumber : Data Primer Terolah, 2017.

Dari data pada tabel 9. dapat dilihat bahwa usaha peternakan sapi potong

menyumbang lebih banyak pendapatan daripada pendapatan utama peternak

penggaduh sendiri. Pada skala 3-11 ekor peternakan memberikan kontribusi

sebesar 53,40% dari total pendapatan utama, skala 12-20 ekor peternakan

memberikan kontribusi sebesar 60,22% dari total pendapatan utama dan skala

>20 ekor peternakan memberikan kontribusi sebesar 67,79% dari total pendapatan

utama. Apabila peternakan menyumbangkan pendapatan pada total pendapatan

rumah tangga sebesar 30%-70% maka usaha peternakan tersebut dapat dikatakan

sebagai cabang usaha. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saragih (2000), yang

menyatakan bahwa peternakan sebagai cabang usaha, dimana peternak

mengusahakan pertanian campuran (mix farming) dengan ternak sebagai cabang

usaha, dengan tingkat pendapatan dari usaha ternak 30-70% (semi komersial atau

usaha terpadu). Akan tetapi, meskipun hasil pendapatan dari usaha peternakan

lebih besar daripada pendapatan dari pekerjaan utama, peternak penggaduh tidak

bisa mendapatkan hasilnya setiap bulan karena pendapatan dari usaha peternakan

hanya didapat dalam waktu enam bulan sekali dan biasanya dalam setahun

peternak hanya melakukan usaha ini dalam satu periode saja. Oleh karena itu,

untuk memenuhi kebutuhan setiap harinya, maka peternak menggunakan

pendapatan dari hasil pekerjaan utamanya untuk kebutuhan sehari-hari.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan yang ada dapat disimpulkan bahwa usaha

peternakan sapi potong dengan sistem bagi hasil di desa Klambir V Kebun

dilakukan dengan sistem bagi hasil penggemukan sapi jantan dengan perjanjian

bagi hasil yang disepakati bersama yaitu 50:50. Semakin besar skala usaha maka

semakin besar pula keuntungan yang didapat, begitupun sebaliknya. Keuntungan

yang didapat oleh pemilik modal dan peternak penggaduh setelah dianalisis

ternyata berbeda, karena dalam usaha ini peternak penggaduhlah yang

mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan ternak.

Usaha peternakan sapi potong dengan sistem bagi hasil ini memberikan

keuntungan dengan didapatnya nilai r/c ratio >1, yaitu pada skala 3-11 ekor r/c

rationya 1,48, pada skala 12-20 ekor r/c rationya 1,58 dan pada skala >20 ekor r/c

rationya 1,62.

Dalam total pendapatan rumah tangga peternak penggaduh usaha

peternakan memberikan kontribusi pendapatan pada setiap skala secara berurutan

adalah 53,40%, 60,22% dan 67,79% yang artinya peternakan dapat dikategorikan

sebagai cabang usaha karena memberikan kontribusi sebesar 30-70%.

Saran

Disarankan apabila memiliki modal yang cukup maka skala usaha yang

dimiliki perlu diperbesar supaya dapat menghasilkan keuntungan yang lebih

banyak dan juga lebih memperbaiki kualitas pakan yang diberikan sehingga

ternak akan memiliki performans yang baik yang akan meningkatkan harga jual.

40
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Abidin, Z. dan H. Soeprapto. 2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong.


Agromedia Pustaka. Jakarta.

Aritonang. 1993. Perencanaan dan Pengelolaan Usaha. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Armunanto, Jum’atri Y., Cepriadi. 2014. Analisis Usaha Sapi Potong dengan
Pola Kemitraan antara Investor (Pemodal) dengan Petani Peternak
(Penggaduh) di Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru.
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Riau. Pekanbaru.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. 2007. Manajemen Pengelolaan


Penggemukan Sapi Potong. Jambi.

BPS Kabupaten Deli Serdang. 2016. Kecamatan Hamparan Perak dalam Angka
2016. Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang.

Djojodiporo, M. 1994. Pengantar Ekonomi Untuk Perencanaan. Universitas


Indonesia Press. Jakarta.

Hoddi, A.H., M.B. Rombe dan Fahrul. 2011. Analisis Pendapatan Peternakan
Sapi Potong di Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru. Jurnal
Agribisnis Vol.3. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin Makassar.
Makassar.

Kasim, S. A. 2004. Petunjuk Menghitung Keuntungan dan Pendapatan


Usahatani. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Komariyati, D. Eva, dan Zulkifli. 2014. Analisis Kontribusi Usaha Ternak Sapi
Potong terhadap Pendapatam Rumah TanggaPetani di Kecamatan Tebas
Kabupaten Sambas. Fakultas Pertanian. Universitas Tanjungpura.

Mersyah, R. 2005. Desain Sistem Budidaya Sapi Potong Berkelanjutan Untuk


Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Bengkulu Selatan.
Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Murtidjo, B. A. 1999. Beternak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta

Santosa, U. 1995. Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Sapi Potong. Penerbit


Penebar Swadaya. Jakarta.

Saragih, B. 2000. Pengembangan Agribisnis Kecil. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial


Ekonomi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

41
42

Soekartawi, J., L. Dillon, J. B. Hardaker, dan A. Soeharjo. 1986. Ilmu Usaha Tani
dan Penelitian Untuk Pengembangn Petani Kecil. UI-Press. Jakarta.

Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis


Fungsi Cobb-Douglas. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sudarmono, A.S dan Y. B. Sugeng. 2008. Sapi Potong + Pemeliharaan,


Perbaikan Produksi, Prospek Bisnis, Analisis Penggemukan. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Suryana. 2009. Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berorientasi


Agribisnis dengan Pola Kemitraan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Kalimantan Selatan.

Swastha, B. dan Sukotjo, I. 1997. Pengantar Bisnis Modern. Liberty Offset


Yogyakarta. Yogyakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia No.6. 1967. Ketentuan-Ketentuan Pokok


Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Widi, T. S. M. 2004. Livestock Sharing Arragements in the Province of


Yogyakarta Special Region Indonesia: Perspective from Different State
Holders. Theses. Wageningan University, Netherlands

Widiati, R dan T.A. Kusumastuti. 2013. Perencanaan dan Evaluasi Proyek


Peternakan. Bahan Ajar Laboratorium Agrobisnis Peternakan. Fakultas
Peternakan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Yunianto, A. F. 2015. Urgensi Tradisi Gaduh Bagi Hasil Hewan Ternak Dalam
Kaitannya Dengan Peningkatan Pendapatan Masyarakat di Dusun Jeruk
Wangi Desa Bedono Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Skripsi.
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang. Semarang.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

KUISIONER PENELITIAN
ANALISIS SISTEM BAGI HASIL USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG DI
DESA KLAMBIR V KEBUN KECAMATAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN
DELI SERDANG
Oleh:
Wilda Rifki

I. Karakteristik Responden

Nama :
Usia :
1. Pendidikan terakhir :
[ ] Tidak bersekolah
[ ] SD
[ ] SMP
[ ] SMA
[ ] Diploma/ Sarjana

2. Jumlah ternak yang dimiliki :


[ ] ≤ 10 ekor
[ ] 11-30 ekor
[ ] 31-50 ekor
[ ] 51-70 ekor
[ ] ≥70 ekor

3. Pekerjaan :
Pekerjaan Utama : Pekerjaan Sampingan :
1. Peternak [ ] 1. Peternak [ ]
2. Petani [ ] 2. Petani [ ]
3. Pedagang [ ] 3. Pedagang [ ]
4. Buruh [ ] 4. Buruh [ ]
5. Karyawan Swasta [ ] 5. Karyawan Swasta [ ]
6. PNS [ ] 6. PNS [ ]
7. dll, sebutkan 7. dll, sebutkan

4. Lama pengalaman beternak : tahun

5. Pendapatan keluarga per bulan :

Besarnya Pendapatan (per bulan)


Pendapatan
<Rp 1.000.000,- Rp 1jt – 2jt >Rp 2jt

Pokok

Sampingan

43
44

II. Variabel Bebas

1. Tujuan usaha ternak:


a. Usaha pokok c. Hobi
b. Usaha sambilan d. Tabungan

2. Apa alasan anda melakukan usaha ternak sapi potong ?

3. Apa alasan anda menggunakan sistem bagi hasil dalam usaha ternak sapi potong anda?

4. Sudah berapa lama anda menggunakan sistem bagi hasil dalam usaha ternak anda?
bulan / tahun

5. Pola bagi hasil seperti apakah yang anda gunakan?


[ ] Bagi hasil penggemukan
[ ] Bagi hasil induk
[ ] Pemberian Kredit

6. Bagaimana manajemen sistem bagi hasil yang anda jalankan?

7. Apa manfaat yang anda dapatkan selama menjalankan sistem bagi hasil?

8. Berapa lama sistem kerjasama yang berlaku antara anda dan pemilik modal?
45

9. Apa saja modal yang diberikan pemilik modal kepada anda?

10. Adakah kendala yang anda hadapi selama menjalani sistem bagi hasil?

11. Menurut anda apakah usaha dengan sistem bagi hasil ini memberikan keuntungan atau
tidak?
46

Pengeluaran
Biaya Tetap
Jenis Umur Ekonomis Penyusutan
Sewa lahan
Kandang
Peralatan kandang
Pembelian sapi

Total Biaya Tetap

Biaya Variabel
Biaya
uraian
Jumlah Harga
Hijauan
Konsentrat
Tenaga Kerja
Obat-obatan

Total Biaya Variabel

Penerimaan

Biaya
Produk
Jumlah Harga

Total
47

Lampiran 2. Karakteristik Responden Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di Desa Klambir V Kebun

Pengalaman Jumlah Pendapatan


Skala No Umur Jenis
Nama Pendidikan Beternak Ternak Pekerjaan Keluarga Tujuan Beternak
Kepemilikan . (tahun) Kelamin
(tahun) (ekor) (Rp/bulan)
1. Rusdi 47 Laki-Laki SMA 7 3 Buruh 1.200.000 Usaha Sambilan
2. Adianto 54 Laki-Laki SD 30 3 Buruh Bangunan 1.100.000 Usaha Sambilan
3. Jumiadi 40 Laki-Laki SD 10 10 Petugas Kebersihan 2.200.000 Usaha Sambilan
4. Nirwanto 40 Laki-Laki SMA 20 6 Karyawan Swasta 2.000.000 Tabungan
5. Sutisman 46 Laki-Laki SD 3 7 Buruh Bangunan 1.800.000 Tabungan
6. Rusli 54 Laki-Laki SD 20 6 Pensiunan 1.700.000 Tabungan
7. Supriadi 55 Laki-Laki SMP 40 11 Karyawan BUMN 1.100.000 Tabungan
Penggaduh 8. Adi 29 Laki-Laki SMA 8 8 Peternak 1.500.000 Usaha Pokok
(3-11 ekor) 9. Herdiansyah 34 Laki-Laki SMP 15 10 Wiraswasta 2.500.000 Tabungan
10. Sutimo 48 Laki-Laki SMP 15 8 Buruh Bangunan 1.200.000 Usaha Sambilan
11. Johan 30 Laki-Laki SMA 5 8 Karyawan Swasta 1.700.000 Tabungan
12. Sutardi 36 Laki-Laki SMP 3 10 Wiraswasta 2.000.000 Usaha Sambilan
13. Putra 25 Laki-Laki SMA 3 5 Wiraswasta 2.200.000 Usaha Sambilan
14. Suwandi 30 Laki-Laki SMP 5 10 Wiraswasta 1.500.000 Usaha Sambilan
15. Susilo 45 Laki-Laki SD 14 3 Pedagang 1.500.000 Tabungan
16. Suparno 41 Laki-Laki SD 26 8 Buruh Bangunan 1.200.000 Usaha Sambilan
17. Tri 47 Laki-Laki SMP 20 14 Buruh Bangunan 1.500.000 Usaha Sambilan
18. Dodi 33 Laki-Laki SMP 5 12 Wiraswasta 1.500.000 Usaha Sambilan
19. Tardi 60 Laki-Laki SD 40 12 Pedagang 2.000.000 Usaha Sambilan
20. Rahmad 39 Laki-Laki SMP 12 19 Pedagang 2.000.000 Usaha Sambilan
Penggaduh
21. Deni Pranata 35 Laki-Laki SD 15 15 Buruh 1.200.000 Usaha Sambilan
(12-20 ekor)
22. Nirwansyah 47 Laki-Laki SMP 12 16 Karyawan BUMN 2.100.000 Tabungan
23. Sugiono 38 Laki-Laki SMP 11 12 Buruh 1.200.000 Usaha Sambilan
24. Suryadi 43 Laki-Laki SD 20 15 Peternak 5.000.000 Usaha Pokok
25. Sunar 45 Laki-Laki SMP 15 13 Buruh Bangunan 1.800.000 Usaha Sambilan
48

26. Supratman 30 Laki-Laki SMA 5 20 Peternak 2.500.000 Usaha Pokok


27. Jumarno 53 Laki-Laki SD 28 44 Karyawan BUMN 1.200.000 Usaha Sambilan
28. Sanusi 43 Laki-Laki SD 20 25 Buruh 1.500.000 Usaha Sambilan
29. Samsudin 47 Laki-Laki SMP 22 24 Buruh 1.200.000 Usaha Sambilan
30. Cipto 42 Laki-Laki SMA 10 40 Peternak 5.000.000 Usaha Pokok
Penggaduh
31. Budianto 55 Laki-Laki SMP 5 30 Pedagang 2.000.000 Usaha Sambilan
>20 ekor
32. Ragil 38 Laki-Laki SMP 10 35 Buruh Bangunan 2.200.000 Usaha Sambilan
33. Endang Ismoyo 28 Laki-Laki SMA 8 38 Peternak 4.000.000 Usaha Pokok
34. M. Syahrul 49 Laki-Laki SMA 10 22 Karyawan BUMN 1.700.000 Usaha Pokok
35. Risman 40 Laki-Laki SMA 15 24 Karyawan Swasta 2.000.000 Tabungan
49

Lampiran 3. Biaya Tetap Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di Desa Klambir V Kebun (Rp)
Jumlah Harga Umur Penyusutan Harga Umur Penyusutan
Skala Total Biaya Biaya Tetap
No. Ternak Kandang Ekonomis Kandang Peralatan Ekonomis Peralatan
Kepemilikan Tetap (Rp) per Ekor (Rp)
(ekor) (Rp) (tahun) (Rp) (Rp) (tahun) (Rp)
1. 3 1.000.000 10 100.000 111.715 5 22.343 122.343 40.781
2. 3 1.000.000 10 100.000 561.715 5 112.343 212.343 70.781
3. 10 2.500.000 10 250.000 176.750 5 35.350 285.350 28.535
4. 6 2.000.000 10 200.000 111.730 5 22.346 222.346 37.058
5. 7 2.000.000 10 200.000 176.735 5 35.347 235.347 33.621
6. 6 2.000.000 10 200.000 111.730 5 22.346 222.346 37.058
7. 11 2.500.000 10 250.000 626.755 5 125.351 375.351 34.123
8. 8 2.000.000 10 200.000 176.740 5 35.348 235.348 29.419
Penggaduh 9. 10 2.000.000 10 200.000 626.750 5 125.350 325.350 32.535
3 - 11 ekor 10. 8 2.000.000 10 200.000 176.740 5 35.348 235.348 29.419
11. 8 2.000.000 10 200.000 626.740 5 125.348 325.348 40.669
12. 10 2.000.000 10 200.000 176.750 5 35.350 235.350 23.535
13. 5 1.000.000 10 100.000 111.725 5 22.345 122.345 24.469
14. 10 2.500.000 10 250.000 176.750 5 35.350 285.350 28.535
15. 3 1.000.000 10 100.000 111.715 5 22.343 122.343 40.781
16. 8 2.000.000 10 200.000 176.740 5 35.348 235.348 29.419
Total 29.500.000 160 2.950.000 4.237.780 80 847.556 3.797.556 560.735
Rata-rata 1.843.750 10 184.375 264.861 5 52.972 237.347 35.046
17. 14 2.500.000 10 250.000 646.770 5 129.354 379.354 27.097
18. 12 2.000.000 10 200.000 646.760 5 129.352 329.352 27.446
19. 12 2.500.000 10 250.000 646.760 5 129.352 379.352 31.613
Penggaduh
20. 19 3.500.000 10 350.000 666.795 5 133.359 483.359 25.440
12 - 20 ekor
21. 15 2.800.000 10 280.000 666.775 5 133.355 413.355 27.557
22. 16 3.000.000 10 300.000 666.780 5 133.356 433.356 27.085
23. 12 3.000.000 10 300.000 646.760 5 129.352 429.352 35.779
50

24. 15 3.000.000 10 300.000 666.775 5 133.355 433.355 28.890


25. 13 3.000.000 10 300.000 646.765 5 129.353 429.353 33.027
26. 20 4.500.000 10 450.000 672.800 5 134.560 584.560 29.228
Total 29.800.000 100 2.980.000 6.573.740 50 1.314.748 4.294.748 293.162
Rata-rata 2.980.000 10 298.000 657.374 5 131.475 429.475 29.316
27. 44 10.000.000 10 1.000.000 757.920 5 151.584 1.151.584 26.172
28. 25 8.000.000 10 800.000 737.825 5 147.565 947.565 37.903
29. 24 8.000.000 10 800.000 731.820 5 146.364 946.364 39.432
30. 40 10.000.000 10 1.000.000 757.900 5 151.580 1.151.580 28.790
31. 30 7.000.000 10 700.000 731.850 5 146.370 846.370 28.212
Penggaduh
32. 35 5.000.000 10 500.000 731.875 5 146.375 646.375 18.468
>20 ekor
33. 38 10.000.000 10 1.000.000 751.890 5 150.378 1.150.378 30.273
34. 22 5.000.000 10 500.000 731.810 5 146.362 646.362 29.380
35. 24 5.000.000 10 500.000 731.820 5 146.364 646.364 26.932
Total 68.000.000 90 6.800.000 6.664.710 45 1.332.942 8.132.942 265.562
Rata-rata 7.555.556 10 755.556 740.523 5 148.105 903.660 29.507
51

Lampiran 4. Biaya Variabel Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di Desa Klambir V Kebun (Rp)
Jumlah Bakalan Obat- Total Biaya
Skala Garam Tenaga Kerja Total Biaya
Responden Ternak Ternak Sapi obatan Variabel per
Kepemilikan (Rp/ekor) (Rp/ekor) Variabel
(ekor) (Rp/ekor) (Rp/ekor) ekor (Rp)
1. 3 21.500.000 120.000 5.400.000 125.000 27.145.000 9.048.333
2. 3 22.500.000 120.000 5.400.000 125.000 28.145.000 9.381.667
3. 10 68.000.000 264.000 5.400.000 415.000 74.079.000 7.407.900
4. 6 43.500.000 168.000 5.400.000 245.000 49.313.000 8.218.833
5. 7 51.500.000 192.000 5.400.000 287.000 57.379.000 8.197.000
6. 6 44.000.000 168.000 5.400.000 245.000 49.813.000 8.302.167
7. 11 83.500.000 312.000 5.400.000 455.000 89.667.000 8.151.545
8. 8 58.500.000 240.000 5.400.000 330.000 64.470.000 8.058.750
Penggaduh 9. 10 75.500.000 288.000 5.400.000 412.000 81.600.000 8.160.000
3 - 11 ekor 10. 8 60.000.000 216.000 5.400.000 330.000 65.946.000 8.243.250
11. 8 60.000.000 240.000 5.400.000 332.000 65.972.000 8.246.500
12. 10 72.500.000 288.000 5.400.000 415.000 78.603.000 7.860.300
13. 5 36.500.000 144.000 5.400.000 205.000 42.249.000 8.449.800
14. 10 75.500.000 240.000 5.400.000 410.000 81.550.000 8.155.000
15. 3 22.000.000 96.000 5.400.000 125.000 27.621.000 9.207.000
16. 8 60.500.000 240.000 5.400.000 330.000 66.470.000 8.308.750
Total 116 855.500.000 3.336.000 86.400.000 4.786.000 950.022.000 133.396.795
Rata-rata 7 53.468.750 208.500 5.400.000 299.125 59.376.375 8.337.300
17. 14 106.000.000 480.000 5.400.000 580.000 112.460.000 8.032.857
18. 12 91.000.000 360.000 5.400.000 495.000 97.255.000 8.104.583
Penggaduh 19. 12 91.000.000 360.000 5.400.000 497.000 97.257.000 8.104.750
12 - 20 ekor 20. 19 144.500.000 600.000 5.400.000 785.000 151.285.000 7.962.368
21. 15 113.000.000 480.000 5.400.000 620.000 119.500.000 7.966.667
22. 16 124.000.000 480.000 5.400.000 660.000 130.540.000 8.158.750
52

23. 12 90.000.000 360.000 5.400.000 495.000 96.255.000 8.021.250


24. 15 110.000.000 432.000 5.400.000 620.000 116.452.000 7.763.467
25. 13 98.500.000 360.000 5.400.000 535.000 104.795.000 8.061.154
26. 20 142.000.000 600.000 5.400.000 825.000 148.825.000 7.441.250
Total 148 1.110.000.000 4.512.000 54.000.000 6.112.000 1.174.624.000 79.617.096
Rata-rata 15 111.000.000 451.200 5.400.000 611.200 117.462.400 7.961.710
27. 44 330.000.000 1.320.000 5.400.000 1.815.000 338.535.000 7.693.977
28. 25 186.500.000 840.000 5.400.000 1.035.000 193.775.000 7.751.000
29. 24 179.000.000 768.000 5.400.000 995.000 186.163.000 7.756.792
30. 40 300.000.000 1.200.000 5.400.000 1.650.000 308.250.000 7.706.250
31. 30 223.000.000 960.000 5.400.000 1.235.000 230.595.000 7.686.500
Penggaduh 264.000.000 1.080.000 5.400.000 1.445.000 271.925.000 7.769.286
32. 35
>20 ekor
33. 38 280.500.000 1.152.000 5.400.000 1.565.000 288.617.000 7.595.184
34. 22 165.500.000 720.000 5.400.000 910.000 172.530.000 7.842.273
35. 24 180.000.000 720.000 5.400.000 995.000 187.115.000 7.796.458
Total 282 2.108.500.000 8.760.000 48.600.000 11.645.000 2.177.505.000 69.597.720
Rata-rata 31 234.277.778 973.333 5.400.000 1.293.889 241.945.000 7.733.080
53

Lampiran 5. Total Biaya Produksi Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di Desa Klambir V Kebun (Rp)
Jumlah Biaya Produksi (Rp) Total biaya
Skala Total Biaya
Responden Ternak Total Biaya Total Biaya produksi per
Kepemilikan Produksi (Rp)
(ekor) Tetap Variabel ekor (Rp)
1. 3 122.343 27.145.000 27.267.343 9.089.114
2. 3 212.343 28.145.000 28.357.343 9.452.448
3. 10 285.350 74.079.000 74.364.350 7.436.435
4. 6 222.346 49.313.000 49.535.346 8.255.891
5. 7 235.347 57.379.000 57.614.347 8.230.621
6. 6 222.346 49.813.000 50.035.346 8.339.224
7. 11 375.351 89.667.000 90.042.351 8.185.668
8. 8 235.348 64.470.000 64.705.348 8.088.169
Penggaduh 9. 10 325.350 81.600.000 81.925.350 8.192.535
3 - 11 ekor 10. 8 235.348 65.946.000 66.181.348 8.272.669
11. 8 325.348 65.972.000 66.297.348 8.287.169
12. 10 235.350 78.603.000 78.838.350 7.883.835
13. 5 122.345 42.249.000 42.371.345 8.474.269
14. 10 285.350 81.550.000 81.835.350 8.183.535
15. 3 122.343 27.621.000 27.743.343 9.247.781
16. 8 235.348 66.470.000 66.705.348 8.338.169
Total 116 3.797.556 950.022.000 953.819.556 133.957.531
Rata-rata 7 237.347 59.376.375 59.613.722 8.372.346
17. 14 379.354 112.460.000 112.839.354 8.059.954
18. 12 329.352 97.255.000 97.584.352 8.132.029
Penggaduh 19. 12 379.352 97.257.000 97.636.352 8.136.363
12 - 20 ekor 20. 19 483.359 151.285.000 151.768.359 7.987.808
21. 15 413.355 119.500.000 119.913.355 7.994.224
22. 16 433.356 130.540.000 130.973.356 8.185.835
54

23. 12 429.352 96.255.000 96.684.352 8.057.029


24. 15 433.355 116.452.000 116.885.355 7.792.357
25. 13 429.353 104.795.000 105.224.353 8.094.181
26. 20 584.560 148.825.000 149.409.560 7.470.478
Total 148 4.294.748 1.174.624.000 1.178.918.748 79.910.258
Rata-rata 15 429.475 117.462.400 117.891.875 7.991.026
27. 44 1.151.584 338.535.000 339.686.584 7.720.150
28. 25 947.565 193.775.000 194.722.565 7.788.903
29. 24 946.364 186.163.000 187.109.364 7.796.224
30. 40 1.151.580 308.250.000 309.401.580 7.735.040
31. 30 846.370 230.595.000 231.441.370 7.714.712
Penggaduh
32. 35 646.375 271.925.000 272.571.375 7.787.754
>20 ekor
33. 38 1.150.378 288.617.000 289.767.378 7.625.457
34. 22 646.362 172.530.000 173.176.362 7.871.653
35. 24 646.364 187.115.000 187.761.364 7.823.390
Total 282 8.132.942 2.177.505.000 2.185.637.942 69.863.281
Rata-rata 31 903.660 241.945.000 242.848.660 7.762.587
55

Lampiran 6. Total Penerimaan Penjualan Ternak Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di Desa Klambir V Kebun (Rp)
Jumlah Harga (Rp)
Skala Harga per
Responden Ternak Total (Rp)
Kepemilikan 11.000.000 11.500.000 12.000.000 12.500.000 13.000.000 13500000 Ekor (Rp)
(ekor)
1. 3 0 0 12.000.000 25000000 0 0 37.000.000 12.333.333
2. 3 0 0 12.000.000 12500000 13.000.000 0 37.500.000 12.500.000
3. 10 0 11.500.000 36.000.000 50000000 13.000.000 0 110.500.000 11.050.000
4. 6 0 0 24.000.000 25000000 26.000.000 0 75.000.000 12.500.000
5. 7 11.000.000 11.500.000 24.000.000 25000000 13.000.000 0 84.500.000 12.071.429
6. 6 0 0 12.000.000 37500000 26.000.000 0 75.500.000 12.583.333
7. 11 11.000.000 0 36.000.000 50000000 26.000.000 13.500.000 136.500.000 12.409.091
8. 8 0 23.000.000 24.000.000 25000000 26.000.000 0 98.000.000 12.250.000
Penggaduh 9. 10 0 11.500.000 36.000.000 37500000 26.000.000 13.500.000 124.500.000 12.450.000
3 - 11 ekor 10. 8 0 0 24.000.000 37500000 39.000.000 0 100.500.000 12.562.500
11. 8 11.000.000 11.500.000 36.000.000 25000000 13.000.000 0 96.500.000 12.062.500
12. 10 0 0 24.000.000 62500000 26.000.000 13.500.000 126.000.000 12.600.000
13. 5 0 0 12.000.000 37500000 13.000.000 0 62.500.000 12.500.000
14. 10 0 0 24.000.000 50000000 39.000.000 13.500.000 126.500.000 12.650.000
15. 3 0 0 12.000.000 25000000 0 0 37.000.000 12.333.333
16. 8 0 11.500.000 12.000.000 50000000 26.000.000 0 99.500.000 12.437.500
Total 116 33.000.000 80.500.000 360.000.000 575000000 325.000.000 54.000.000 1.427.500.000 197.293.020
Rata-rata 7 2.062.500 5.031.250 22.500.000 35937500 20.312.500 3.375.000 89.218.750 12.330.814
17. 14 0 0 24.000.000 62500000 52.000.000 40.500.000 179.000.000 12.785.714
18. 12 0 0 12.000.000 50000000 65.000.000 0 127.000.000 10.583.333
Penggaduh
19. 12 0 0 24.000.000 62500000 39.000.000 27.000.000 152.500.000 12.708.333
12 - 20
20. 19 0 11.500.000 12.000.000 112500000 52.000.000 54.000.000 242.000.000 12.736.842
ekor
21. 15 0 0 36.000.000 100000000 39.000.000 13.500.000 188.500.000 12.566.667
22. 16 0 23.000.000 24.000.000 50000000 65.000.000 40.500.000 202.500.000 12.656.250
56

23. 12 0 0 36.000.000 62500000 39.000.000 27.000.000 164.500.000 13.708.333


24. 15 0 11.500.000 24.000.000 50000000 52.000.000 54.000.000 191.500.000 12.766.667
25. 13 0 0 12.000.000 62500000 65.000.000 27.000.000 166.500.000 12.807.692
26. 20 0 23.000.000 24.000.000 62.500.000 91.000.000 54.000.000 254.500.000 12.725.000
Total 148 0 69.000.000 228.000.000 675.000.000 559.000.000 337.500.000 1.868.500.000 126.044.832
Rata-rata 15 0 6.900.000 22.800.000 67.500.000 55.900.000 33.750.000 186.850.000 12.604.483
27. 44 0 57.500.000 24.000.000 200.000.000 221.000.000 54.000.000 556.500.000 12.647.727
28. 25 0 0 60.000.000 112.500.000 104.000.000 40.500.000 317.000.000 12.680.000
29. 24 0 34.500.000 48.000.000 112.500.000 78.000.000 27.000.000 300.000.000 12.500.000
30. 40 0 57.500.000 60.000.000 87.500.000 234.000.000 67.500.000 506.500.000 12.662.500
31. 30 0 0 84.000.000 162.500.000 104.000.000 27.000.000 377.500.000 12.583.333
Penggaduh
32. 35 0 0 72.000.000 200.000.000 143.000.000 27.000.000 442.000.000 12.628.571
>20 ekor
33. 38 0 23.000.000 96.000.000 162.500.000 156.000.000 40.500.000 478.000.000 12.578.947
34. 22 0 34.500.000 24.000.000 100.000.000 104.000.000 13.500.000 276.000.000 12.545.455
35. 24 0 0 60.000.000 112.500.000 91.000.000 40.500.000 304.000.000 12.666.667
Total 282 0 207.000.000 528.000.000 1.250.000.000 1.235.000.000 337.500.000 3.557.500.000 113.493.201
Rata-rata 31 0 23.000.000 58.666.667 138.888.889 137.222.222 37.500.000 395277.778 12.610.356
57

Lampiran 7. Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di Desa Klambir V
Kebun di Luar Biaya Produksi (Pendapatan Pemilik Modal) (Rp)

Jumlah Penerimaan Bakalan Pendapatan


Skala Pendapatan Bagi hasil
Responden Ternak Penjualan Ternak Sapi per Ekor
Kepemilikan (Rp) (Rp)
(ekor) Ternak (Rp) (Rp) (Rp)
1. 3 37.000.000 21.500.000 15.500.000 7.750.000 2.583.333
2. 3 37.500.000 22.500.000 15.000.000 7.500.000 2.500.000
3. 10 110.500.000 68.000.000 42.500.000 21.250.000 2.125.000
4. 6 75.000.000 43.500.000 31.500.000 15.750.000 2.625.000
5. 7 84.500.000 51.500.000 33.000.000 16.500.000 2.357.143
6. 6 75.500.000 44.000.000 31.500.000 15.750.000 2.625.000
7. 11 136.500.000 83.500.000 53.000.000 26.500.000 2.409.091
8. 8 98.000.000 58.500.000 39.500.000 19.750.000 2.468.750
Penggaduh 9. 10 124.500.000 75.500.000 49.000.000 24.500.000 2.450.000
3 - 11 ekor 10. 8 100.500.000 60.000.000 40.500.000 20.250.000 2.531.250
11. 8 96.500.000 60.000.000 36.500.000 18.250.000 2.281.250
12. 10 126.000.000 72.500.000 53.500.000 26.750.000 2.675.000
13. 5 62.500.000 36.500.000 26.000.000 13.000.000 2.600.000
14. 10 126.500.000 75.500.000 51.000.000 25.500.000 2.550.000
15. 3 37.000.000 22.000.000 15.000.000 7.500.000 2.500.000
16. 8 99.500.000 60.500.000 39.000.000 19.500.000 2.437.500
Total 116 1.427.500.000 855.500.000 572.000.000 286.000.000 39.718.317
Rata-rata 7 89.218.750 53.468.750 35.750.000 17.875.000 2.482.395
17. 14 179.000.000 106.000.000 73.000.000 36.500.000 2.607.143
18. 12 127.000.000 91.000.000 36.000.000 18.000.000 1.500.000
19. 12 152.500.000 91.000.000 61.500.000 30.750.000 2.562.500
20. 19 242.000.000 144.500.000 97.500.000 48.750.000 2.565.789
21. 15 188.500.000 113.000.000 75.500.000 37.750.000 2.516.667
Penggaduh 22. 16 202.500.000 124.000.000 78.500.000 39.250.000 2.453.125
12 - 20 ekor 23. 12 164.500.000 90.000.000 74.500.000 37.250.000 3.104.167
24. 15 191.500.000 110.000.000 81.500.000 40.750.000 2.716.667
25. 13 166.500.000 98.500.000 68.000.000 34.000.000 2.615.385
26. 20 254.500.000 142.000.000 112.500.000 56.250.000 2.812.500
Total 148 1.868.500.000 1.110.000.000 758.500.000 379.250.000 25.453.942
Rata-rata 15 186.850.000 111.000.000 75.850.000 37.925.000 2.545.394
27. 44 556.500.000 330.000.000 226.500.000 113.250.000 2.573.864
28. 25 317.000.000 186.500.000 130.500.000 65.250.000 2.610.000
29. 24 300.000.000 179.000.000 121.000.000 60.500.000 2.520.833
30. 40 506.500.000 300.000.000 206.500.000 103.250.000 2.581.250
31. 30 377.500.000 223.000.000 154.500.000 77.250.000 2.575.000
Penggaduh
32. 35 442.000.000 264.000.000 178.000.000 89.000.000 2.542.857
>20 ekor
33. 38 478.000.000 280.500.000 197.500.000 98.750.000 2.598.684
34. 22 276.000.000 165.500.000 110.500.000 55.250.000 2.511.364
35. 24 304.000.000 180.000.000 124.000.000 62.000.000 2.583.333
Total 282 3.557.500.000 2.108.500.000 1.449.000.000 724.500.000 23.097.185
Rata-rata 31 395.277.778 234.277.778 161.000.000 80.500.000 2.566.354
58

Lampiran 8. Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di Desa Klambir V Kebun dengan Biaya Produksi (Pendapatan Bersih
Penggaduh) (Rp)
Jumlah Penerimaan Biaya (Rp)
Skala Pendapatan Bagi Hasil Pendapatan
Responden Ternak Penjualan
Kepemilikan Biaya Tetap Biaya Variabel (Rp) (Rp) per Ekor (Rp)
(ekor) Ternak (Rp)
1. 3 37000000 122.343 27.145.000 9.732.657 4866329 1622110
2. 3 37500000 212.343 28.145.000 9.142.657 4571329 1523776
3. 10 110500000 285.350 74.079.000 36.135.650 18067825 1806783
4. 6 75000000 222.346 49.313.000 25.464.654 12732327 2122055
5. 7 84500000 235.347 57.379.000 26.885.653 13442827 1920404
6. 6 75500000 222.346 49.813.000 25.464.654 12732327 2122055
7. 11 136500000 375.351 89.667.000 46.457.649 23228825 2111711
8. 8 98000000 235.348 64.470.000 33.294.652 16647326 2080916
Penggaduh 9. 10 124500000 325.350 81.600.000 42.574.650 21287325 2128733
3 - 11 ekor 10. 8 100500000 235.348 65.946.000 34.318.652 17159326 2144916
11. 8 96500000 325.348 65.972.000 30.202.652 15101326 1887666
12. 10 126000000 235.350 78.603.000 47.161.650 23580825 2358083
13. 5 62500000 122.345 42.249.000 20.128.655 10064328 2012866
14. 10 126500000 285.350 81.550.000 44.664.650 22332325 2233233
15. 3 37000000 122.343 27.621.000 9.256.657 4628329 1542776
16. 8 99500000 235.348 66.470.000 32.794.652 16397326 2049666
Total 116 1427500000 3.797.556 950.022.000 473.680.444 236840222 31667744
Rata-Rata 7 89218750 237.347 59.376.375 29.605.028 14802514 1979234
17. 14 179000000 379.354 112.460.000 66.160.646 33080323 2362880
18. 12 127000000 329.352 97.255.000 29.415.648 14707824 1225652
Penggaduh 19. 12 152500000 379.352 97.257.000 54.863.648 27431824 2285985
12 - 20 ekor
20. 19 242000000 483.359 151.285.000 90.231.641 45115821 2374517
21. 15 188500000 413.355 119.500.000 68.586.645 34293323 2286222
59

22. 16 202500000 433.356 130.540.000 71.526.644 35763322 2235208


23. 12 164500000 429.352 96.255.000 67.815.648 33907824 2825652
24. 15 191500000 433.355 116.452.000 74.614.645 37307323 2487155
25. 13 166500000 429.353 104.795.000 61.275.647 30637824 2356756
26. 20 254500000 584.560 148.825.000 105.090.440 52545220 2627261
Total 148 1868500000 4.294.748 1.174.624.000 689.581.252 344790626 23067287
Rata-Rata 15 186850000 429.475 117.462.400 68.958.125 34479063 2306729
27. 44 556500000 1.151.584 338.535.000 216.813.416 108406708 2463789
28. 25 317000000 947.565 193.775.000 122.277.435 61138718 2445549
29. 24 300000000 946.364 186.163.000 112.890.636 56445318 2351888
30. 40 506500000 1.151.580 308.250.000 197.098.420 98549210 2463730
31. 30 377500000 846.370 230.595.000 146.058.630 73029315 2434311
Penggaduh 32. 35 442000000 646.375 271.925.000 169.428.625 84714313 2420409
>20 ekor
33. 38 478000000 1.150.378 288.617.000 188.232.622 94116311 2476745
34. 22 276000000 646.362 172.530.000 102.823.638 51411819 2336901
35. 24 304000000 646.364 187.115.000 116.238.636 58119318 2421638
Total 282 3557500000 8.132.942 2.177.505.000 1.371.862.058 685931029 21814960
Rata-Rata 31 395277778 903.660 241.945.000 152.429.118 76214559 2423884
60

Lampiran 9. Nilai R/C Ratio Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di Desa Klambir V
Kebun
Jumlah Penerimaan
Skala Total Biaya Keuntungan
Responden Ternak Penjualan Ternak R/C Ratio
Kepemilikan Produksi (Rp) (Rp)
(ekor) (Rp)
1. 3 37.000.000 27.267.343 9.732.657 1,36
2. 3 37.500.000 28.357.343 9.142.657 1,32
3. 10 110.500.000 74.364.350 36.135.650 1,49
4. 6 75.000.000 49.535.346 25.464.654 1,51
5. 7 84.500.000 57.614.347 26.885.653 1,47
6. 6 75.500.000 50.035.346 25.464.654 1,51
7. 11 136.500.000 90.042.351 46.457.649 1,52
8. 8 98.000.000 64.705.348 33.294.652 1,51
Penggaduh 9. 10 124.500.000 81.925.350 42.574.650 1,52
3 - 11 ekor 10. 8 100.500.000 66.181.348 34.318.652 1,52
11. 8 96.500.000 66.297.348 30.202.652 1,46
12. 10 126.000.000 78.838.350 47.161.650 1,60
13. 5 62.500.000 42.371.345 20.128.655 1,48
14. 10 126.500.000 81.835.350 44.664.650 1,55
15. 3 37.000.000 27.743.343 9.256.657 1,33
16. 8 99.500.000 66.705.348 32.794.652 1,49
Total 116 1427.500.000 953.819.556 473.680.444 23,62
Rata-rata 7 89.218.750 59.613.722 29.605.028 1,48
17. 14 179.000.000 112.839.354 66.160.646 1,59
18. 12 127.000.000 97.584.352 29.415.648 1,30
19. 12 152.500.000 97.636.352 54.863.648 1,56
20. 19 242.000.000 151.768.359 90.231.641 1,59
21. 15 188.500.000 119.913.355 68.586.645 1,57
Penggaduh 22. 16 202.500.000 130.973.356 71.526.644 1,55
12 - 20 ekor 23. 12 164.500.000 96.684.352 67.815.648 1,70
24. 15 191.500.000 116.885.355 74.614.645 1,64
25. 13 166.500.000 105.224.353 61.275.647 1,58
26. 20 254.500.000 149.409.560 105.090.440 1,70
Total 148 1.868.500.000 1.178.918.748 689.581.252 15,79
Rata-rata 15 186.850.000 117.891.875 68.958.125 1,58
27. 44 556.500.000 339.686.584 216.813.416 1,64
28. 25 317.000.000 194.722.565 122.277.435 1,63
29. 24 300.000.000 187.109.364 112.890.636 1,60
30. 40 506.500.000 309.401.580 197.098.420 1,64
31. 30 377.500.000 231.441.370 146.058.630 1,63
Penggaduh
32. 35 442.000.000 272.571.375 169.428.625 1,62
>20 ekor
33. 38 478.000.000 289.767.378 188.232.622 1,65
34. 22 276.000.000 173.176.362 102.823.638 1,59
35. 24 304.000.000 187.761.364 116.238.636 1,62
Total 282 3.557.500.000 2.185.637.942 1.371.862.058 14,62
Rata-rata 31 395.277.778 242.848.660 152.429.118 1,62
61

Lampiran 10. Kontribusi Peternakan terhadap Pendapatan Rumah Tangga Peternak (Penggaduh) Usaha Peternakan Sapi Potong Sistem Bagi Hasil di
Desa Klambir V Kebun
Keuntungan Total Kontribusi Kontribusi
Skala Keuntungan per Pendapatan
Responden 1 Periode pendapatan pendapatan utama peternakan
Kepemilikan Bulan (Rp) Utama (Rp)
(Rp) keluarga (Rp) (%) (%)
1. 4.866.329 811.055 1.500.000 2.311.055 64,91 35,09
2. 4.571.329 761.888 1.100.000 1.861.888 59,08 40,92
3. 18.067.825 3.011.304 2.200.000 5.211.304 42,22 57,78
4. 12.732.327 2.122.055 2.000.000 4.122.055 48,52 51,48
5. 13.442.827 2.240.471 1.800.000 4.040.471 44,55 55,45
6. 12.732.327 2.122.055 1.700.000 3.822.055 44,48 55,52
7. 23.228.825 3.871.471 1.100.000 4.971.471 22,13 77,87
8. 16.647.326 2.774.554 2.774.554 2.774.554 100,00 100,00
Penggaduh 9. 21.287.325 3.547.888 2.500.000 6.047.888 41,34 58,66
3 - 11 ekor 10. 17.159.326 2.859.888 1.200.000 4.059.888 29,56 70,44
11. 15.101.326 2.516.888 1.700.000 4.216.888 40,31 59,69
12. 23.580.825 3.930.138 2.000.000 5.930.138 33,73 66,27
13. 10.064.328 1.677.388 2.200.000 3.877.388 56,74 43,26
14. 22.332.325 3.722.054 1.500.000 5.222.054 28,72 71,28
15. 4.628.329 771.388 1.100.000 1.871.388 58,78 41,22
16. 16.397.326 2.732.888 1.200.000 3.932.888 30,51 69,49
Total 236.840.222 39.473.370 27.574.554 64.273.371 745,56 854,44
Rata-rata 14.802.514 2.467.086 1838304 4.017.086 46,60 53,40
17. 33.080.323 5513.387 1.500.000 7.013.387 21,39 78,61
18. 14.707.824 2.451.304 1.500.000 3.951.304 37,96 62,04
Penggaduh
19. 27.431.824 4.571.971 2.000.000 6.571.971 30,43 69,57
12 - 20 ekor
20. 45.115.821 7.519.304 2.000.000 9.519.304 21,01 78,99
21. 34.293.323 5.715.554 1.200.000 6.915.554 17,35 82,65
62

22. 35.763.322 5.960.554 2.100.000 8.060.554 26,05 73,95


23. 33.907.824 5.651.304 1.200.000 6.851.304 17,51 82,49
24. 37.307.323 6.217.887 6.217.887 6.217.887 100,00 100,00
25. 30.637.824 5.106.304 1.800.000 6.906.304 26,06 73,94
26. 52.545.220 8.757.537 8.757.537 17.515.074 100,00 0,00
Total 344.790.626 57.465.104 28.275.424 79.522.642 397,78 602,22
Rata-rata 34.479.063 5.746.511 3534428 7.952.264 39,78 60,22
27. 108.406.708 18.067.785 1.200.000 19.267.785 6,23 93,77
28. 61.138.718 10.189.786 1.500.000 11.689.786 12,83 87,17
29. 56.445.318 9.407.553 1.000.000 10.407.553 9,61 90,39
30. 98.549.210 16.424.868 16424868 16.424.868 0,00 0,00
31. 73.029.315 12.171.553 2.000.000 14.171.553 14,11 85,89
Penggaduh
32. 84.714.313 14.119.052 2.200.000 16.319.052 13,48 86,52
>20 ekor
33. 94.116.311 15.686.052 15.686.052 31.372.104 100,00 0,00
34. 51.411.819 8.568.637 1.700.000 10.268.637 16,56 83,44
35. 58.119.318 9.686.553 2.000.000 11.686.553 17,11 82,89
Total 685.931.029 114.321.838 43710920 141.607.890 289,93 610,07
Rata-rata 76.214.559 12.702.427 5463865 15.734.210 32,21 67,79
63

Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian


64
65

Anda mungkin juga menyukai