Disusun guna memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Keterpaduan Islam dan Sains
Dosen Pengampu: Imelda Fajriati, M. Si.
Disusun oleh:
1. Syafa’atun Nafidzah 15670004
2. Veni Jumila Danin 15670032
3. Raisa Nadhifa 15670043
4. Hanum Hikmatul Hika 15670054
A. Latar Belakang
Dari kecil hingga dewasa, kita sudah mempunyai berbagai pengalaman dalam
beribadah. Ada pribadi yang dari kecil hingga dewasa sudah sangat rajin dalam
beribadah, ada juga yang seiring bertambahnya usia menjadi pribadi yang semakin
rajin dalam melakukan ibadah atau malah sebaliknya. Selain faktor usia, ada juga tipe
orang yang akan melakukan ibadah jika sedang butuh saja atau sedang dalam masa
kesulitan sedangkan jika sedang dalam keadaan bahagia dan baik-baik saja akan lupa
atau bahkan sengaja meninggalkan ibadahnya. Namun, tidak sedikit pula orang yang
semakin diuji dengan jabatan dan harta semakin meningkat pula kualitas imannya.
Berapa banyak orang yang kehilangan makna hidup, sampai akhirnya orang
tersebut mencari jalan untuk melepaskan diri dari ketakutan, kebingungan, kesedihan
dan kekecewaan. Kalau saja mereka mau mendengar seruan Allah untuk sabar dan
shalat sebagai penolong, tentunya orang tersebut akan menemui apa yang dicarinya.
Untuk membantu manusia dalam menghadapi dirinya yang sedang menghadapi
berbagai masalah itu, maka Allah menyuruh kita shalat, disamping kita harus
bersabar.
Dengan shalat manusia tidak akan merasa sendirian dalam menghadapi
kesulitan. Walaupun ia tidak melihat Allah, namun ia sadar bahwa Allah senantiasa
bersamanya dan selalu menjadi penolongnya. Dengan kondisi keijiwaan seperti itu ia
mampu mengungkapkan perasaannya kepada Allah, ia akan berdoa memohon dan
mengadu kepada Allah. Dengan analisis kejiwaan demikian dapat kita pahami
bagaimana berperannya sabar dan shalat dalam diri mannusia, sehingga benar-benar
dapat menjadi penolong dalam menentramkan batin dan menjadi penolong dalam
menghadapi berbagai persoalan hidup.
Apabila shalat wajib yang lima waktu kita tinjau dari segi kesehatan mental, maka
akan dapat kita pahami mengapa shalat itu diwajibkan Allah dan apa sebab mengapa
jumlahnya lima kali dalam sehari semalam, mengapa waktu bagi masing-masingnya
ditentukan pula dan tidak boleh didahului dan tidak boleh dilampaui.
Ibadah shalat adalah ajaran agama yang diwahyukan dari Al-Qur’an kepada Nabi
Muhammad saw. Karena itu ibadah shalat pasti mempunyai banyak hikmah
2
didalamnya. Kalau kita pelajari Al-Qur’an dan As-Sunnah maka akan kita temukan
penjelasan tentang hikmah dari pelaksanaan shalat, di antaranya yaitu pengaruh
pelaksanaan shalat terhadap kesehatan mental manusia.
Dalam shalat terjadi hubungan rohani atau spiritual antara manusia dengan
Allah. Dalam aksi spiritualisasi islam, shalat dipandang sebagai munajat (berdoa
dalam hati dengan khusu’) kepada Allah. Orang yang sedang shalat, dalam melakukan
munajat, tidak merasa sendiri. Ia merasa seolah-olah berhadapan dengan Allah, serta
didengar dan diperhatikan munajatnya. Suasana spiritualitas shalat yang demikian,
dapat menolong orang untuk mengungkapkan segala perasaan, keluhan dan
permasalahannya kepada Allah. Dengan suasana shalat yang khusu’ itu pula orang
memperoleh ketenangan jiwa (annafsul muthmainnah) karena merasa bahwa dirinya
dekat dengan Allah dan meperoleh ampunan-Nya bagi manusia yang melaksanakan
shalat wajib secara terus menerus dan melaksanakan shalat sunnah secara rajin. Dan
semua shalat itu dilaksanakan secara khusu’ maka nilai-nilai kesehatan mental yang
terkandung didalam ibadah shalat tersebut akan berpengaruh pada dirinya. Nilai-nilai
kesehatan mental yang terdapat dalam ibadah shalat tersebut tertuang dalam bentuk
fungsi shalat sebagai pengobat (curative), pencegah (preventive), pembina
(constructive), dalam kesehatan mental.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian kesehatan mental?
2. Apa saja kriteria mental yang sehat dan tidak sehat?
3. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesehatan mental seseorang?
4. Apa manfaat shalat terhadap kesehatan mental berdasarkan aspek psikologis?
5. Apa manfaat shalat terhadap kesehatan mental berdasarkan Al-Qur’an?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kesehatan mental.
2. Untuk mengetahui kriteria mental yang sehat dan mental yang tidak sehat.
3. Untuk mengetahui berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan
mental.
4. Untuk mengetahui manfaat shalat terhadap kesehatan mental berdasarkan aspek
psikologis.
3
5. Untuk mengetahui manfaat shalat terhadap kesehatan mental berdasarkan Al-
Qur’an.
4
BAB II
ISI
5
kelompok masyarakat, sehingga ada relasi interpersonal dan intersosial yang
memuaskan.
6
dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan
orang lain, karena kekecewaan dirinya.
i. Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki
sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
j. Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup
yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
k. Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh
faktor-faktor achievement (prestasi) acceptance (penerimaan), dan affection
(kasih sayang)
2. Kriteria mental yang tidak sehat
a. Mudah marah (tersinggung)
b. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
c. Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
d. Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda
atau terhadap binatang
e. Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun
sudah diperingati atau dihukum
f. Kebiasaan berbohong
g. Hiperaktif
h. Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
i. Senang mengkritik/ mencemooh orang lain
j. Sulit tidur
k. Kurang memiliki rasa tanggung jawab
l. Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang
bersifat organis)
m. Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
n. Pesimis dalam menghadapi kehidupan
o. Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan
7
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental
1. Frustasi
Frustasi merupakan pernyataan sikap seseorang akibat adanya hambatan
dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, atau adanya suatu hal yang
menghalangi keinginannya. Misal, anak yang harus taat pada orang tua sehingga
tidak dapat berbuat sekehendak hatinya. Ada berbagai sikap yang ditunjukkan
oleh seseorang apabila menghadapi frustasi. Orang yang sehat mental akan dapat
menerima frustasi dengan sementara. Sebaliknya, orang yang tidak sehat mental
akan mengatasi dengan caranya sendiri, tanpa mempedulikan keadaan sekitar.
Misalnya dengan kekerasan.
2. Konflik
Apabila dalam diri terdapat dua dorongan atau lebih yang bertentangan dan
tidak terpenuhi dalam waktu yang bersamaan dapat menyebabkan adanya konflik
jiwa pada seseorang. Konflik jiwa ini dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu: (1)
pertentangan antara dua hal yang diinginkan tetapi tidak mungkin diambil
keduanya; (2) pertentangan antara dua hal yang berbeda, yang salah satunya
sangat diharapkan, sementara satu yang lainnya ingin dihindari. Konflik ini terjadi
apabila ada dua macam keinginan yang saling bertentangan atau saling
menghalangi; (3) pertentangan antara dua hal yang tidak diinginkan, yaitu sama-
sama tidak disenangi, jika salah satu dihindari maka harus menghadapi hal lain
yang tidak diinginkan pula.
3. Kecemasan
Kecemasan merupakan luapan emosi yang menjadi satu. Kecemasan ini terjadi
ketika seseorang sedang menghadapi sesuatu yang menekan dan menyebabkan
pertentangan batin dalam dirinya. Dalam kecemasan terdapat segi yang disadari,
seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rassa dosa atau bersalah, terancam, dan
sebagainya.
D. Pengertian Shalat
Shalat berasal dari bahasa Arab As-Sholah, shalat menurut bahasa berarti doa dan
secara istilah, para ahli fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki.
Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbir dan yang telah ditentukan. Adapun secara hakikinya ialah berhadapan hati
8
(jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta
menumbuhkan di dalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya.
Pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan
Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang tersusun
dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan
diakhiri dengan salam.
Disimpulkan bahwa shalat adalah merupakan ibadah kepada Tuhan, berupa
perkataan dengan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam
menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara. Shalat merupakan penyerahan
diri secara lahir dan bathin kepada Allah dalam rangka ibadah dan memohon ridho-
Nya. Shalat dalam agama islam menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi
oleh ibadat manapun juga, ia merupakan tiang agama dimana ia tak dapat tegak
kecuali dengan itu.
E. Manfaat Shalat
1. Aspek Psikologi
a. Aspek Olahraga
Gerakan-gerakan di dalam shalat terlihat mengandung gerakan-gerakan
olah raga, mulai dari takbir, berdiri, ruku’, sujud, duduk diantara dua sujud dan
duduk akhir. Gerakan-gerakan shalat dapat memberikan efek positif bagi
kesehatan jasmani dan rohani. Posisi berdiri tegak dan sujud dapat
melancarkan peredaran darah. Bagian yang mendapat asupan darah terkecil
adalah pada bagian ujung tubuh. Saat berdiri peredaran darah menuju ujung
kaki mampu terisi dengan cukup dan pada saat sujud asupan darah ke otak
pun menjadi tercukupi. Sementara itu rukuk dapat memperbaiki tulang-tulang
punggung yang tidak berada pada posisi semestinya.
b. Aspek Relaksasi Otot
Ibadah shalat juga mempunyai efek seperti relaksasi otot, yaitu kontraksi
otot, pijatan dan tekanan pada bagian-bagian tubuh tertentu selama
menjalankan shalat. Relaksasi dipercaya mampu mengobati penyakit hati
seperti marah, benci, sinis. Otot yang kencang akan memancing peredaran
darah tidak stabil dan memancing emosi untuk bertindak diluar batas
kewajaran. Selain itu juga mampu meraih ketenangan, kesabaran, meredakan
9
ketegangan sehingga menormalkan sekresi hormon untuk mendapatkan
keseimbangan hormon dalam tubuh.
c. Aspek Relaksasi Panca Indra
Ada dua macam relaksasi yaitu relaksasi otot dan relaksasi kesadaran
indra. Seringnya panca indra ini digunakan untuk maksiat, baik disadari
maupun tidak. Shalat adalah saat yang tepat untuk mengembalikan fungsi
fitrahnya. Ketika kita takbiratul ikhram, maka rasakanlah ruh ini naik ke langit
menuju kehadirat Ilahi rabbi sehingga panca indra saat itu terlepas dari
ketegangan dan tekanan dari dalam maupun dari luar. Rasakan ketenangan
yang ditimbulkan saat otak ini memancarkan gelombang tetha. Refleksikan
gerakan-gerakan lengan saat takbir, ruku’, dan sujud dengan mengatur irama
napas dan tuma’ninah.I nsya Allah akan diperoleh ni’matnya berdialog dengan
Sang Raja.
d. Aspek Meditasi
Shalat juga memiliki efek meditasi atau yoga tingkat tinggi bila
dijalankan dengan benar dan khusyuk. Dalam kondisi khusyuk seseorang
hanya akan mengingat Allah (dzikrullah) bukan mengingat yang lain.
Kekhusyu’an inilah yang memberi efek meditasi untuk meperoleh ketengan
jiwa dan batin.
e. Aspek Auto-Sugesti
Baca-bacaan dalam shalat berisi hal-hal yang baik, berupa pujian, mohon
ampunan, doa maupun permohonan. Bacaan sholat yang diulang-ulang dalam
setiap harinya tanpa sadar membuat kita menanamkan hal-hal positif ke
dalam alam bawah sadar kita. Pemikiran positif yang dimiliki akan membawa
kita kepada perbuatan-perbuatan yang selalu dalam naunganNya. Shalat
merupakan ‘charger‘ yang paling berguna bagi qalbu dan ruh.
f. Aspek Pengakuan dan Penyaluran Emosi
Shalat dapat dipandang sebagai proses pengakuan dan penyaluran,
terhadap hal-hal yang tersimpan dalam dirinya. Shalat merupakan sarana
hubungan manusia dengan Tuhan. Sejatinya shalat adalah media komunikasi
hamba kepada Tuhannya untuk mengutarakan perasaan dan suasana hati,
kesulitan, kebahagiaan, bahkan kesenangan yang sedang dialami. Shalat
sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah dan sekaligus sebagai penanda
10
kelemahan seorang manusia tanpa bantuan Tuhan. Ketika ruku kita mengakui
kesucian Allah sehingga diharapkan kita mampu menyadari diri betapa
kotornya diri ini dengan dosa-dosa yang melekat pada qalbu dan dengan
kerendahan diri kita memohon dibersihkan noda-noda hitam tersebut dari
qalbu. Begitu pun saat bersujud, kita mengakui ke-Maha Tinggi-an
kekuasaanNYA dan menyadari betapa tidak berartinya kekuasaan kita
dihadapan-Nya sehingga timbul rasa malu dan tidak angkuh dalam diri.
g. Aspek Pembentuk Kepribadian
1) Disiplin: melaksanakan shalat tepat waktu, bukankah amalan yang paling
dicintai Allah adalah shalat tepat waktu. Orang yang sudah bisa shalat tepat
waktu, dia akan istiqamah dengan kedisiplinan pada aktifitas lainnya
2) Jujur: merasakan bahwa diri ini adalah hamba yang lemah dan butuh
pertolongan Tuhannya selama di dunia.
3) Cinta kebersihan: wudhu mampu menciptakan kebersihan jasmani dan
pakaian serta tempat shalat, selain itu dalam shalat kita dituntut untuk
memenuhi kebersihan pakaian dan tempat dalam pelaksanaannya.
4) Kedamaian: shalat harus dilaksanakan dengan tuma’ninah
5) Ketundukan: tidak ada hukum yang lebih tinggi selain hukum Allah,
6) Mengakui kelemahan diri .
7) Shalat pun mampu memberikan keistiqamahan dalam beribadah. Sebagai
kesimpulan shalat yang dilaksanakan dengan khusyu’ mampu memberikan
kesadaran tertinggi bagi yang menjalankannya terhadap jati diri
sebenarnya, yakni hamba Tuhan yang selalu membutuhkan syafa’at.
Manusia sering kali lupa diperdaya oleh keindahan dan kebahagiaan dunia
yang menipu ini, dengan shalat kita diingatkan kembali tujuan kita di dunia
ini yang sebenarnya.
2. Berdasarkan Al-Qur’an
Shalat adalah ibadah yang menggambarkan ikatan antara hamba dengan
tuhannya. Shalat dilaksanakan dengan kekhusyu’an yang dapat membawa
kejernihan spirualitas, ketenangan batin, dan keamanan diri. Shalat juga
memberikan waktu istirahat bagi kita saat melaksanakan rutinitas. Shalat adalah
waktu dimana kita dapat berhubungan dengan Allah sepenuhnya, tanpa interupsi
dari pihak luar. Setelah shalat biasanya dilanjutkan dengan berdzikir untuk
11
mengingat Allah, membaca sebagian ayat Al-Qur’an, dan juga bermunajat kepada
Allah. Saat bermunajat kepada Allah, seorang hamba mengadukan semua beban
yang dirasakan, mengadukan permohonan pada Allah yang maha kuasa untuk
menyelesaikan segala permasalahannya. Sehingga dengan keyakinan pada kuasa
Allah, akan memberikan ketentraman hati bahwa masalah-masalah yang
dialaminya akan terselesaikan dengan baik. Shalat sebagai penentram hati telah
dijelaskan dalam beberapa ayat Al-Qur’an:
a. Surah Al-Ghafir ayat 60
Do’a adalah senjata terkuat yang dimiliki seorang mu’min. Bergantung pada
Allah dalam setiap masalah yang dihadapi dapat membantu meringankan
beban hidup yang dialami. Shalat merupakan ibadah ritual rutin yang dalam
ucap dan geraknya mengandung penghambaan dan permohonan kepada Allah.
Sehingga apabila seseorang melaksanakan shalat dengan memahami makna
dari gerakan dan kalimat yang diucapkan akan memberikan dampak
ketentraman pada hatinya.
b. Surah Ar-Ra’d ayat 28
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan
menjadi tentram. Dalam sholat, kunci untuk mendapatkan kekhusyu’an adalah
mengingat Allah sepenuhnya. Tidak ada hal lain yang dianggap lebih besar
sehingga dapat memenuhi pikiran kita kecuali Allah. Sehingga dapat
diapstikan, jika shalat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Allah dan rasul-
Nya akan mendatangkan ketenangan jiwa bagi yang melaksanakannya.
12
BAB III
PENUTUP
13
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Al-Karim..
Casmini, dkk. (2006). Kesehatan Mental. Yogyakarta: Univeritas Islam Negeri Sunan
Kalijaga.
Fahmi, Mustafa. (1977). Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, terj.
Zakiah Daradjat. Jakarta: Bulan Bintang.
14